e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP 1
2
I Putu Dalbo Manik Krishna , I Wyn Romi Sudhita , Luh Pt Putrini Mahadewi 1,2,3 Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
3
e-mail: {
[email protected],
[email protected], 3
[email protected] } Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan media pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa. Penelitian ini bertujuan: (1) untuk menggambarkan rancang bangun media video pembelajaran, (2) untuk menguji validitas hasil pengembangan media video pembelajaran, berdasarkan review para ahli dan uji coba produk, dan (3) untuk mengetahui efektivitas pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 4 Singaraja. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model pengembangan Hannafin dan Peck. Prosedur pengembangan mengacu pada model yang dipilih. Pengambilan data dilakukan dengan metode pencatatan dokumen, kuesioner dan tes. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar pencatatan dokumen, kuesioner/angket, dan tes objektif. Hasil penelitian ini adalah: (1) deskripsi rancang bangun pengembangan video pembelajaran dengan prosedur pengembangan model Hannafin dan Peck; (2) validitas video pembelajaran menurut ahli isi sebesar 92,% pada kualifikasi sangat baik, ahli desain sebesar 89,75% pada kualifikasi baik, ahli media sebesar 88,6% pada kualifikasi baik, hasil uji perorangan sebesar 95,06 % pada kualifikasi sangat baik, hasil uji kelompok kecil sebesar 94,5% pada kualifikasi baik, hasil uji lapangan sebesar 93,46% pada kualifikasi sangat baik; (3) efektivitas video pembelajaran menunjukan, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran pada siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 4 Singaraja, hasil thitung (13,8) > ttabel (2,00). Dengan demikian media video pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Kata-kata kunci: pengembangan, video pembelajaran, Hannafin & Peck Abstract This research was conducted based on a problem of the low achievement of student learning which is caused by the lack of interesting learning media which is able to attract the students' attention. The research aimed at; (1) describing about the development of video as a lerning media; (2) testing the validity result of video as a learning media, which have been developed based on review of experts and product trials; and (3) to determine effectivity of video as a lerning media toward the learning outcomes of science for VIII graders of academic year 2014/2015 in SMP Negeri 4 Singaraja. This research was research and development by using Hannafin and Peck model. The data was collected by using the method of recording documents, questionnaires, and written test. There were several intruments used in data collection, such as: documents recording sheet, questionnaire, and objective tests. The result of the research were: (1) description of video as a lerning media design with development Hannafin and Peck model; (2) validity of video as a learning media based on the experts of evaluation showed that 92% in the category of very good, the result of expert design showed that 89,75% in the good category, the result of expert media showed that 88,75% in the good category, from personal try out the result showed that 95,06% in the
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015) very good category of small group try out showed that 94.5% in the category of very good; (3) effectivity of video as a lerning media show, there was significant differences Science learning outcomes before and after using video as a learning media in science subject grade VIII on second semester of academic year 2014/2014 in SMP Negeri 4 Singaraja, result thitung (13,8) > ttabel (2,00). Thus developed video as a learning media effectively to improve science learning outcomes. Keywords: development, video as a learning, Hannafin & Peck
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran IPA terdiri dari ilmu-ilmu fisik antara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi. IPA sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil eksperimen dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus berkembang. Terkait hal tersebut di atas sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 4 Singaraja, dalam proses pembelajaran IPA siswa cenderung pasif, hal ini dapat dilihat dari kurangnya partisipasi siswa dalma proses pembelajaran, baik dalam tanya jawab, memberi tanggapan, maupun mengajukan pertanyaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran IPA Ketut Sri Kusuma Wardani, S.Pd. Hasil Belajar IPA pada 20 November 2014 siswa di sekolah tersebut masih kurang dari standar KKM (kreteria ketuntasan minimal) yang ditentukan sekolah yaitu KKM sekolah 75, sedangkan siswa yang memenuhi standar KKM hanya 40%. Ditemukan berbagai permasalahan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pertama, kurangnya kerjasama antar siswa saat pembelajaran berlangsung; Kedua, interaksi siswa dalam
proses pembelajaran baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru masih rendah, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kemauan siswa untuk mengajukan maupun menjawab pertanyaan dari gurunya; Ketiga, saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung bermainmain dengan temannya tanpa memperhatikan penjelasan gurunya sehingga tercermin interaksi kelas itu rendah. Keempat; berdasarkan hasil keterangan siswa, sebagian besar siswa masih malu-malu dan takut mengemukakan pendapat. Kelima, guru masih belum menggunakan media pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa. Hal ini terlihat dari peran guru yang masih dominan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru masih menerapkan pembelajaran konvensional, seperti misalnya guru masih menerapkan metode ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Berbagai alternanif dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas, seperti contohnya memberikan jam pelajaran tambahan kepada siswa, atau menggukan media video pembelajaran. Bila menerapkan alternatif pertama yaitu memberikan jam pelajaran tambahan kepada siswa, tentunya akan menguras biaya dan tenaga yang lebih. . Disamping itu, siswa juga pastinya akan merasa jenuh karena yang seharusnya mereka sudah pulang sekolah, mereka harus tetap di sekolah untuk mendapatkan jam tambahan. Alternanif yang kedua yaitu menggunakan media video pembelajaran. Video pembelajaran sebagai sistem pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, karena dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Universitas Pendidikan Ganesha yang khusus memberikan pemahaman tentang perekayasa
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
pembelajaran yaitu Jurusan Teknologi Pendidikan. Dari alternanif yang disebutkan, alternatif yang paling cocok untuk mengatasi permasalahan diatas adalah menggunakan video pembelajaran. Dari data yang didapatkan dari hasil observasi fasilitas yang tersedia di SMP N 4 Singaraja sudah memenuhi untuk mengembangkan video pembelajaran. Fasilitas yang dimaksud seperti : TV, LCD Proyektor, Komputer, VCD, dan fasilitas lain yang dapat mendukung proses pembelajaran. Pada penelitian ini digunakan model pengembangan. Dalam pengembangan video pembelajaran IPA ini akan menggunakan model pengembangan Hannafin dan Peck. Model ini merupakan desain pembelajaran penyajiannya dilakukan secara sederhana, dengan tiga tahap yaitu mulai dari analisis kebutuhan, desain/perancangan, pengembangan dan implementasi sehingga tidak memakan waktu lama. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini tertarik untuk mengembangkan “pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja”. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun permasalahan yang muncul untuk dijadikan dasar pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah rancang bangun media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja? (2) Bagaimanakah validitas hasil pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja, menurut review ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan? (3) Bagaimanakah efektivitas pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja? Tujuan yang diharapkan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk (1) Untuk menggambarkan rancang bangun media video pembelajaran pada mata
pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja. (2) Untuk menguji validitas hasil pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja, menurut review ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. (3) Untuk Menguji efektivitas pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Pemilihan model Hannafin dan Peck didasarkan atas pertimbangan bahwa model ini berorientasi produk pembelajaran, biasanya produk yang dihasilkan berupa media pembelajaran, seperti video pembelajaran, multimedia pembelajaran atau modul. Di samping itu, model Hannafin dan Peck merupakan model desain pembelajaran penyajiannya dilakukan secara sederhana, sehingga tidak memakan waktu lama mulai dari analisis kebutuhan, desain/perancangan, pengembangan dan implementasi. Model Hannafin dan Peck terdiri dari tiga fase yaitu, fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain (Syamsi, 2013). Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
dalam fase ini desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikuti urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis kebutuhan. Story Board adalah kolom teks, audio dan visualisasi dengan keterangan mengenai content dan visualisasi yang digunakan untuk produksi sebuah program. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi (Syamsi, 2013). Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck, mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen naskah akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Model Hannafin dan Peck menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan (Syamsi, 2013). Adapun metode pengempulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pencatatan dokumen, metode kuesioner/angket, dan metode tes. (1) Metode pencatatan dokumen digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan dan mendeskripsikan rancang bangun pengembangan produk video pembelajaran. (2) Metode kuesioner/angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, uji coba perorangan,
kelompok kecil dan uji lapangan. (3) Metode tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah, lembar pencataan dokumen, kuesioner/angket, dan tes obyektif. (1) lembar pencatatan dokumen, lembar pencatatan dokumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data-data atau dokumendokumen yang terkait dengan rancang bangun pengembangan produk. (2) kuesioner/angket, kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli video pembelajaran dan ahli desain pembelajaran, uji coba perorangan, kelompok kecil dan uji lapangan. (3) tes objektif, instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah tes objektif. Instrumen tes objektif digunakan pada pengumpulan data uji efektifitas hasil belajar siswa untuk mendapatkan skor hasil belajar pada kegiatan pretest dan posttest. Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga teknik analisi data yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisi deskriptif kuantitatif, dan analisi statistik inferensial (uji t). Analisi deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, kelompok kecil dan lapangan. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut.
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015) Ket: ∑= jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN
n = jumlah seluruh item angket Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus: Persentase =F : N
Ket: F = jumlah
persentase subyek N = banyak subyek
keseluruhan
Teknik analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah teknik analisis uji t berkorelasi atau dependen. Pada penelitian ini akan menguji perbedaan hasil belajar IPA antara siswa sebelum menggunakan video pembelajaran dengan siswa sesudah menggunakan video pembelajaran. Rumus untuk uji-t dependen menurut Koyan (2012:29) adalah sebagai berikut.
t
X1 X 2 2 2 s s s1 s 2 2r 1 2 n n n1 n2 1 2
Keterangan: X 1 = rata-rata sampel 1 (sebelum menggunakan media) X 2 = rata-rata sampel 2 (sesudah menggunakan media) S1 = simpangan baku sampel 1 (sebelum menggunakan media) S2 = simpangan baku sampel 2 (sesudah menggunakan media) S12 = varians sampel 1 S22 = varians sampel 2 r = korelasi antara dua sampel Hasil uji coba dibandingkan t tabel dengan taraf signifikan 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara siswa sebelum menggunakan video pembelajaran dengan siswa sesudah menggunakan video pembelajaran
Rancang bangun video pembelajaran mata pelajaran IPA ini menggunakan model pengembangan Hannafin and Peck, dengan menggunakan tiga tahap, yaitu (1) tahap analisis kebutuhan, (2) tahap desain, serta (3) tahap pengembangan dan implementasi. Pada tahap pertama, yaitu tahap analisis kebutuhan dilakukan analisis dalam mengembangkan suatu media pembelajaran yang meliputi; (a) tujuan dan objek media pembelajaran yang dibuat, (b) pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, (c) peralatan dan keperluan media pembelajaran. Tahap kedua, yaitu tahap desain merupakan kegiatan pengumpulan bahan atau materi pelajaran yang diperlukan untuk pembuatan produk, serta penyusunan naskah. Tahap ketiga, yaitu tahap pengembangan dan implementasi merupakan tahap produksi video pembelajaran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. Pada tahap ini juga dilakukan penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Produk ini telah melewati tahap uji ahli yaitu (1) uji ahli isi mata pelajaran yang memperoleh skor 92% yang berada pada kualifikasi sangat baik, (2) uji ahli desain pembelajaran yang memperoleh skor 89,3% yang berada pada kualifikasi sangat baik, dan uji ahli media pembelajaran yang memperoleh skor 88,75% yang berada pada kualifikasi baik. Setelah produk tersebut direvisi sesuai saran dan masukan dari para ahli, maka produk tersebut dapat diuji cobakan ke siswa. Uji coba yang dilakukan yaitu (1) uji coba perorangan, (2) uji coba kelompok kecil, (3) uji coba lapangan. Uji coba yang dilakukan pertama yaitu uji coba perorangan dengan jumlah responden sebanyak 3 orang dengan 1 siswa berprestasi belajar tinggi, 1 siswa berprestasi belajar sedang, dan 1 siswa berprestasi belajar rendah. Dari analisis data dan analisis komentar yang diberikan responden saat uji coba perorangan, diperoleh persentase jawaban siswa untuk
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
tiap komponen penilaian adalah 95,06 % dan berada pada kualifikasi sangat baik. Pada uji coba kelompok kecil, subjek coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A2 SMP Negeri 4 Singaraja sebanyak 12 (dua belas) siswa. Siswa tersebut terdiri dari empat orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa dengan prestasi belajar sedang dan empat orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian media video pembelajaran pada saat uji coba kelompok kecil memperoleh nilai sebesar 94,5% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Pada tahap ini uji lapangan media video pembelajaran ditayangkan kepada 30 orang siswa kelas VIII B3 dan langsung memberikan penilaian melalui angket yang sudah disediakan. Dari data yang diperoleh, presentase tingkat pencapaian media video pembelajaran pada saat uji coba lapangan memperoleh nilai sebesar 93,46% danberada pada kualifikasi sangat baik. Efektivitas pengembangan media video pembelajaran IPA telah dilakukan dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur dengan memberikan lembar soal pilihan ganda terhadap 30 orang peserta didik kelas VIII B2 SMP Negeri 4 Singaraja melalui pretest dan posttest. Nilai rata-rata pretest sebesar 55,5 dan nilai rata-rata posttest sebesar 90,5. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 siswa tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel berkolerasi secara manual. Sebelum pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data dan homogenitas varians. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 13,18. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran.
Pembahasan dalam penelitian pengembangan ini jelas membahas hasilhasil pengembangan untuk menjawab pertanyaan dalam pengembangan media video pembelajaran IPA untuk siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 4 Singaraja. Secara umum ada 3 pertanyaan ilmiah yang harus dijawab dalam penelitian pengembangan media video pembelajaran IPA yaitu (1) Bagaimanakah rancang bangun media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja? (2) Bagaimanakah validitas hasil pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja, menurut review ahli, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan? (3) Bagaimanakah efektivitas pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 SMP N 4 Singaraja? Dalam penelitian ini, sudah berhasil mengembangkan video pembelajaran dengan menggunakan model Hannafin dan Peck. Hal ini dikarenakan model Hannafin dan Peck cocok digunakan untuk mengembangkan produk berupa software. Menurut teori wiyani (2013) model Hannafin dan Peck merupakan model desain pembelajaran penyajiannya dilakukan secara sederhana, sehingga tidak memakan waktu lama mulai dari analisis kebutuhan, desain/perancangan, pengembangan dan implementasi. Selain itu, keberhasilan pengembangan video pembelajaran didukung dengan prosedur pengembangan dari model Hannafin dan Peck yang sistematis dengan menyelesaikan setiap fase/tahapan sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya. Adapun tahap-tahap yang dilalui dalam pengembangan video pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Tahap 1 Tahap Analisis Kebutuhan yaitu analisis persyaratan dengan melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPA dan kepala sekolah di SMP Negeri 4 Singaraja yang bertujuan untuk mengumpulkan bahan
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
yang diperlukan dalam mengembangkan produk video pembelajaran. Segala bentuk bahan yang diperlukan dalam pengembangan produk disiapkan pada tahap ini. Kemudian hasil yang lengkap pada tahap ini, diolah pada tahap selanjutnya. Tahap II desain yaitu mengidentifikasi dan mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut (informasi dari tahap analisis kebutuhan). Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam tahap ini ialah dokumen naskah yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam tahap analisis kebutuhan. Tahap III Tahap Pengembangan dan Implementasi yaitu penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Dokumen Naskah akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan. Pembahasan kedua, validasi produk video pembelajaran, validasi Media dari ahli isi mata pelajaran, hasil validasi video pembelajaran dari ahli isi mata pelajaran diperoleh tingkat pencapaian sangat baik. Dilihat dari aspek penilaian kesesuaian tujuan pembelajaran mendapatkan skor 4 (baik) karena materi yang disampaikan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kesesuaian isi dengan tujuan pembelajaran sangat penting dalam membuat media, ini sejalan dengan pendapat ahli bahwa dalam menilai aspek isi perlu memperhatikan kesesuaian isi dengan tujuan pembelajaran, Allesi dan Trollip (dalam Suartama, dkk, 2001). Validasi media dari ahli desain pembelajaran, hasil validasi video pembelajaran dari ahli desain pembelajaran diperoleh tingkat pencapaian baik. Dilihat dari aspek kejelasan teks yang digunakan mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena teks yang digunakan harus mudah dibaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Wawan dan Tegeh (2009:81) mengenai penggunaan teks yang baik dalam
pembuatan sebuah media yaitu bahwa “huruf” yang digunakan harus kecil dan mudah dibaca. Validasi media dari ahli media pembelajaran, hasil validasi video pembelajaran dari ahli media pembelajaran diperoleh tingkat pencapaian baik. Dilihat dari aspek kesesuaian video dengan tujuan pembelajaran mendapatkan skor 4 (baik). Hal ini sejalan dengan pendapat Angela & Cheung (dalam Sudatha dan Tegeh, 2009) keuntungan video adalah dapat menunjukkan situasi yang nyata kepada siswa. Video yang ditayangkan harus sesuai dengan materi yang disampaikan pada video pembelajaran. Validasi media dilihat dari aspek uji coba, validasi video pembelajaran dalam pembelajaran IPA berada pada katergori sangat baik dilihat dari uji coba perorangan, kelompok kecil dan lapangan. Adapun alasan kenapa video pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik dilihat dari video pembelajaran harus dapat memotivasi siswa untuk semangat belajar, karena dengan menyajikan konten video dan animasi yang menarik maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Pembuatan video yang menarik dan kreatif dominan memperoleh skor 5 (sangat baik) dikarenakan gambar animasi yang kreatif dapat memotivasi dan menarik minat siswa untuk belajar. Selain itu penyajian video dan animasi yang menarik akan mendukung kualitas pembelajaran di dalam kelas sehingga menjadikan pembelajaran menyenangkan, inovatif , efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan pendapat Agina (dalam Susanto, 2003) video pembelajaran harus memotivasi peserta didik di dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan ketiga, Efektifitas produk pengembangan video pembelajaran pada pembelajaran IPA dalam penelitian ini di ukur dengan melakukan tahap pra eksperimen dengan menggunakan pretest dan posttest terhadap 30 orang peserta didik kelas VIII B2 SMP Negeri 4 Singaraja. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 orang siswa tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel berkorelasi. Rata-rata nilai pretest adalah 55,5 dan rata-rata nilai posttest adalah 50,5.
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil thitung sebesar 13,8. Kemudian harga thitung dibandingkan dengan harga pada ttabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 27 + 27 – 2 = 52. Harga ttabel untuk db 56 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,00. Dengan demikian, harga thitung lebih besar daripada harga ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA siswa kelas VIII antara sebelum dan sesudah menggunakan video pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa video pembelajaran efektif untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA. Ini dikarenakan video pembelajaran dapat memudahkan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran karena video pembelajaran mencakup keseluruhan materi pembelajaran sehingga guru terbantu dalam kegiatan pembelajaran dan siswa lebih fokus untuk memperhatikan pembelajaran. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa media video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran Riyana (2007;5). Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rizal Zulmi (2013), yang berjudul “ Pengembangan Media Video Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Model Hannafin dan Peck untuk Siswa Kelas VIII Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Singaraja” bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan video pembelajaran yang diberikan yaitu berdasarkan hasil analisis data dan setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 5,69. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db=n1+n2-2=30=30-2=58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α=0,05) adalah 2,000. Dengan demikian , harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan video pembelajaran. PENUTUP Adapun simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Rancang bangun video pembelajaran mata pelajaran IPA ini menggunakan model pengembangan Hannafin and Peck, dengan menggunakan tiga tahap, yaitu (1) tahap analisis kebutuhan, (2) tahap desain, serta (3) tahap pengembangan dan implementasi. Pada tahap pertama, yaitu tahap analisis kebutuhan dilakukan analisis dalam mengembangkan suatu media pembelajaran yang meliputi; (a) tujuan dan objek media pembelajaran yang dibuat, (b) pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, (c) peralatan dan keperluan media pembelajaran. Tahap kedua, yaitu tahap desain merupakan kegiatan pengumpulan bahan atau materi pelajaran yang diperlukan untuk pembuatan produk, serta penyusunan naskah. Tahap ketiga, yaitu tahap pengembangan dan implementasi merupakan tahap produksi video pembelajaran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. Pada tahap ini juga dilakukan penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VIII semester genap dikatakan valid karena, menurut ahli isi mata pelajaran, media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VIII semester genap berada pada kualifikasi sangat baik (92%). Menurut ahli desain pembelajaran, media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VIII semester genap berada pada kualifikasi baik (89,75%). Menurut ahli media pembelajaran, validitas media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VIII semester genap berada pada kualifikasi baik (88,6%). Pada tahap uji coba perorangan, media video pembelajaran yang diuji berada pada tingkat pencapaian 95,06% dan berada
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015)
pada kualifikasi sangat baik. Pada tahap validasi kelompok kecil, media yang diuji berada pada tingkat pencapaian 94,5% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Pada tahap uji coba lapangan dilaksanakan, angket hasil uji coba lapangan yang berada pada kualifikasi baik yaitu 93,46%. Pengembangan media video pembelajaran pada mata pelajaran IPA kelas VIII semester genap telah dikatakan efektif karena, Rata-rata nilai pretest adalah 55,5 dan rata-rata nilai posttest adalah 90,5. Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 13,8. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan media video pembelajaran. Berdasarkan simpulan, adapun saran yang disampaikan berkaitan dengan pengembangan media video pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Bagi Siswa, pengaplikasian media sejenis dalam pembelajaran IPA akan memberikan pengalaman langsung bagi siswa, karena dengan penggunaan media video pembelajaran, siswa akan memiliki pengalaman lebih sehingga pemahaman siswa mengenai materi pelajaran IPA akan semakin bertambah. Bagi Guru, media video pembelajaran IPA dapat membantu proses pembelajaran di kelas dan guru sudah terbantu dengan adanya media yang dihasilkan. Selain itu, kepada guru disarankan agar mencari sumber-sumber belajar lainnya agar siswa dapat belajar dengan maksimal dan tidak hanya melakukan pembelajaran secara monoton dengan menggunakan metode ceramah. Bagi Kepala Sekolah, dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih, tentu setiap sekolah itu bisa menyeimbangkan pendidikan dengan teknologi yang berkembang saat ini. Maka disarankan kepada kepala sekolah, agar
dapat menyeimbangkan pendidikan dengan teknologi yang berkembang, seperti sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran lebih dioptimalkan. Bagi Peneliti Lain, penelitian ini dilakukan dan dilewati dengan lancar, sehingga disarankan bagi peneliti lain agar menggunakan model Hannafin dan Peck dalam mengembangkan produk sejenis. Media video pembelajaran IPA ini telah teruji validitas dan efektivitasnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka diharapkan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat : Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan, Drs. I Wayan Romi Sudhita, M.Pd., Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini, Luh Putu Putrini Mahadewi, S.Pd., MS., Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini, I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd., ahli desain pembelajaran yang telah membantu memvalidasi media video pembelajaran serta telah memberikan motivasi petunjuk dalam pembuatan skripsi ini, Dr. I Made Tegeh, M.Pd., ahli media pembelajaran yang telah membantu memvalidasi media video pembelajaran, Ketut Sri Kusuma Wardani, S.Pd., ahli isi pembelajaran yang telah membantu memvalidasi media video pembelajaran, Dra. Ni Putu Karnadhi, M.Si., Kepala SMP Negeri 4 Singaraja yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.
e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015) DAFTAR PUSTAKA
Agung,
A. A. G. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. -------, 2012.Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Wiyani, Novan Ardy 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan, yogyakarta : AR- Ruzz Media.
Syamsi. 2013. Desain Pembelajaran Model Hanaffin And Peck. Tersedia pada http://purwajismk1ktb.blogspot.com/ 2012/12/desain-pembelajaranmodel-hanaffin-and.html (diakses pada tanggal 1 Mei 2015). Tegeh, I Made dan I Made Kirna. 2010. Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Undiksha.