Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Pengembangan Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal Imam Santosa (Guru Besar dalam Kelompok Keilmuan Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman) Email:
[email protected] atau
[email protected] ABSTRAK Pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal seyogyanya tidak lagi ditempatkan sebagai slogan dan retorika semata.Akan tetapi, sudah sepatutnya mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Solidaritas sosial yang makin melemah hingga melahirkan ketergantungan berlebihan pada produk dan jasa dari luar sistem kemasyarakatan termasuk persoalan kompleks yang berpotensi merintangi pencapaian kemandirian masyarakat baik pada dimensi sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan, ilmu pengetahuan maupun teknologi. Eksploitasi sumberdaya lokal yang berlebihan akibat perilaku menerabas disertai pemudaran nilai kearifan lokal oleh tekanan kekuatan arus globalisasipada gilirannya menghimpit masyarakat yang kian tak berdaya kehilangan identitas dan jati diri sebagai anak bangsa yang beradab dan berakhlak mulia. Kondisi ini tentu tak bisa dibiarkan berlarut karena mengancam kerawanan nasional. Seluruh pemangku kepentingan sudah saatnya memberikan kontribusi nyata untuk memperkuat terciptanya masyarakat madani yang berbasis kearifan lokal. Upaya ini tentu potensial dapat dilakukan melalui optimalisasi penguatan sejumlah elemen substantif yang membingkai masyarakat madani berkearifan lokal dalam menghadapi era globalisasi. Proses pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal perlu dilaksanakan secara berkelanjutan dengan memenuhi berbagai prasyarat pendukung secara alami. Kata Kunci: pengembangan, masyarakat madani dan kearifan lokal
PENDAHULUAN Harapan untuk dapat hidup bahagia dan sejahtera sudah menjadi fitrah manusia yang paling hakiki. Pencapaian tujuan hidup bahagia dan sejahtera tidak terlepas dari eksistensi masyarakat madani. Oleh karena itu, realisasi masyarakat madani menjadi salah satu fokus tujuan pembangunan nasional berkelanjutan dan berkeadilan. Menurut pandangan masyarakat di Eropa dan Amerika, masyarakat madani diidentikkan dengan civil society yang secara diametrikal bertentangan dengan military society dalam sistem otoritarianisme Konsep masyarakat madani yang demikian lahir belakangan pada masa John Lock dan Emanuel Kant yang baru muncul pada Abad XVIII.Lebih spesifik lagi, makna masyarakat madani yang dibangun oleh Rasullulloh SAWmengarah pada pencapaian kondisi kehidupan yang terjamin dengan struktur sosial berperadaban atas dasar ajaran Islam. Pada masyarakat madani ditemukan realitas sosial berupa pencerahan, keutuhan, perilaku beradab, berakhlak mulia dan mandiri serta keegaliterarian. Hidayat dan Azra (2006) menyebutkan beberapa elemen substantif dari masyarakat madani yaitu: (1) adanya ruang publik yang luas, (2) demokrasi, (3) toleransi, (4) pluralisme dan (5) keadilan sosial. Keberadaan masyarakat madani merupakan sesuatu hal yang urgen dalam menghadapi tekanan globalisasi. Mander dan Goldsmith (1996) menengarai bahwa globalisasi ekonomi dan kapitalisme dunia telah menyebabkan tiga krisis kemanusiaan (triple humanity crisis) yaitu: peningkatan kesenjangan sosial dan kemiskinan, kerusakan ekosistem serta kenaikan intensitas ketegangan sosial. Globalisasi ekonomi secara lambat atau cepat mencerabut akar kemandirian masyarakat. Solidaritas dan kolektivitas merapuh hingga melahirkan ketergantungan berlebihan pada produk dan jasa dari luar sistem kemasyarakatan tempat afiliasinya. Kekuatan potensi sumberdaya lokal dan tananan nilai kearifan lokal seolah tergerus perlahan terbawa hanyut kekuatan arus globalisasi yang dari waktu ke waktu nyaris tak terbendung. Tentu fakta sosial tersebut tidak dapat dibiarkan berlarut menghilangkan identitas dan jati diri bangsa. Pencapaian kemandirian masyarakat madani berbasis kearifan lokal tidak lagi layak dijadikan sebagai sloganatau sebuah retorika belaka saja. Akan tetapi, tujuan mulia ini patut mendapat perhatian serius dan dukungan yang bahu-membahu dari semua komponen masyarakat agar terwujud secara lebih merata. Bertolak dari uraian permasalahan tersebut mendorong penetapan tema tulisan ini, yang difokuskan pada kajian pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal.
17
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 EKSISTENSI MASYARAKAT MADANI BERBASIS KEARIFAN LOKAL Proses pencapaian suatu negara dalam merealisasikan masyarakat madani diakui bukanlah hal mudah untuk diraih dalam tempo waktu singkat. Pembentukan masyarakat madani membutuhkan komitmen dan kerjasama yang integratif antar berbagai pihak terkait dalam membangun beberapa elemen penting penentu. Pada Gambar 1 teramati beberapa elemen penting masyarakat madani berbasis kearifan lokal.
Ruang Publik Budaya
Penegakan dan Ketaatan Hukum
Demokrasi
Toleransi Elemen Masyarakat Madani Keterjaminan Sosial
Kesalehan
Kemandirian
Pluralisme
Gambar 1. Beberapa Elemen Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal
Beberapa elemen masyarakat madani berbasis kearifan lokal yang lebih terinci pada Gambar 1 mempunyai keterikatan yang saling melengkapi secara mutualisme. Pengaruh setiap elemen dapat menentukan kadar kemadanian atau civilized suatu kelompok masyarakat. Nilai kearifan lokal melekat pada budaya yang bersifat adi luhung sehingga dalam proses pengembangan masyarakat madani elemen ini memerlukan perhatian intensif.Keraf (2006) mengetengahkan bahwa kearifan lokal merupakan semua pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan dan adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan komunitas ekologis. Nilai kearifan lokal termasuk bagian dari kekayaan sumberdaya sosial berharga yang dimiliki masyarakat dimanapun berada. Hasil penelitian Santosa (2004) membuktikan bahwa pemanfaatan nilai kearifan lokal sangat berharga untuk melanjutkan kelangsungan sistem kehidupan masyarakat yang berperilaku adaptif hingga memiliki kemandirian ekonomi, sosial dan lingkungan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan fakta sosial kendatipun pertumbuhan ekonomi terkesan lamban namun masyarakat yang bermukim di pedesaan tepian hutan adat Desa Pekantan, Kecamatan Muara Sipongi, Kabupaten Madina, Propinsi Sumatera Utara telah memiliki ciri kemandirian sosial dan ekologi hingga bisa eksis sebagai masyarakat madani. Kelompok masyarakat tepian hutan adat yang tergolong Suku Mandailing ini hidup damai berdampingan dengan Suku Hulu yang mempunyai ciri sebagai orang rimba bersama Suku Minang yang menjunjung falsafah adat basandi syarak; syarak basandi kitabullah. Kolektivitas kehidupan masyarakat madani yang terletak di wilayah terpencil ini terikat erat oleh nilai kearifan lokal yang melekat pada Budaya Mandailing dan Minangkabau. Nilai kearifan lokal yang menyatukan keberadaan ketiga kelompok masyarakat tersebut tidak terlepas dari kesadaran sebagai bagian integral dari alam sekitar. Nilai kearifan lokal yang melarang menebangi hutan secara liar dan mengotori ekosistem sungai memperkuat fungsi beberapa kelembagaan sosial ekonomi seperti harangan atau hutan larangan dan lubuk larangan. Hasil penelitian Santosa, et al., (2006) dan Santosa, et al., (2007) membuktikan nilai kearifan lokal ternyata mampu mendorong kemunculkan kemandirian masyarakat desa dalam menyelesaikan persoalan ketahanan pangan di tepian hutan KPH Banyumas Timur, Propinsi Jawa Tengah. Nilai kearifan lokal yang dimanfaatkan warga setempat dalam mengembangkan fungsi jimpitansebagai lembaga pengembangan lumbung pangan swadaya. Selain mengembangkan nilai kearifan lokal pada lembaga jimpitan, warga juga mengembangakan fungsi hutan sebagai cadangan pangan tanpa mengganggu ataupun merusak ekosistem 18
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 lingkungan alam sekitar. Pada situasi demikian, fungsi kemanfaatan hutan tidak lagi semata untuk mendukung kemandirian ekonomi dan ekologi namun turut memberi kontribusi bagi pencapaian kemandirian sosial tepatnya melepaskan masyarakat dari ancaman kerawanan pangan. Rahardjo (1998) menjelaskan bahwa sejak lama Ibnu Khaldun telah mengemukakan hakekat masyarakat madani sebagai bentuk struktur sosial yang telah mampu meningkatkan taraf hidup dengan corak budaya tertentu. Masyarakat madani terbentuk dengan inti adanya spesialisasi pada organisasi dan kelembagaan yang menerapkan diferensiasi peran sekaligus tugas. Masyarakat madani dibangun dari berbagai elemen pendukung yang memiliki fungsi strategis. Pada Gambar 2 tercermati beberapa teknik penguatan elemen masyarakat mandiri berbasis kearifan lokal dengan tingkat kekuatan berbeda.
Budaya Toleransi Penegakan dan Ketaatan Hukum Advokasi
Kesalehan
Pemberdayaan Refungsionalisasi
Kemandirian
Resosialisasi Pluralisme
Revitalisasi Pencerahan
Keterjaminan Sosial Demokrasi Ruang Publik 0
10
20
30
40
50
60
Kekuatan Pengaruh
Gambar 2. Beberapa Teknik Penguatan Elemen Masyarakat Mandiri Berbasis Kearifan Lokal dengan Tingkat Kekuatan Berbeda
Selanjutnya eksistensi masyarakat madani berbasis kearifan lokal tercermin dari kedinamikaan kelembagaan SASI yang berbudaya dalam menjaga keberlangsungan ekonomi di Kabupaten Seram bagian Barat, Maluku (Sangaji, 2010). Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa pengelolaan SASI yang ramah lingkungan berimplikasi terhadap kinerja ekonomi berbagai komponen masyarakat seperti peningkatan produktivitas, peningkatan pendapatan, distribusi pendapatan kepada nelayan dan pemilik sumberdaya modal serta pemberian kontribusi ke kas warga melalui pemberlakuan sistem lelang. Bandjar (1998) menguraikan beberapa nilai kearifan lokal yang melekat pada Kelembagaan SASI di Maluku antara lain: Pertama, larangan menangkap dan atau mengambil jenis ikan tertentu (teripang, lola dan hasil laut lainnya) dengan menggunakan alat tangkap misal pancing, kalawaiatau panah, tombak dan sebagainya di wilayah yang tergolong kawasan konservasi. Kedua ialah berupa larangan menangkap ikan dengan menggunakan racun, akar bore berupa jenis tanaman mematikan bagi biota lautdan bahan kimia lain. Adapun yang ketiga yakni berkenaan dengan larangan merusak terumbu karang dan biota laut. Pada larangan yang ketiga ini tidak diperbolehkan juga menebang atau memotong, mangambil, merusak hutan bakau serta tanaman sekitar pesisir pantai dan sebagainya.
19
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 2014 Purwokerto, 20 Desember2014 Pada setiap kelompok masyarakat madani yang be berbasis rbasis kearifan lokal ditemukan rasionalisasi perilaku yang seimbang dalam menjaga kepentingan antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya alam. Hasil penelitian Santosa, et al., ., (2012) mengungkapkan bahwa pada waktu pemberdayaan ekonomi masyarakat gencar dilakukan melalui proses difusi teknologi akuaponik untuk mendukung pengembangan usaha mix farming ramah lingkungan tampak respon informan mengarah pada kutub positif. Hal ini erat kaitannya dengan sifat inovasi yang ditransfer terlebih dahulu diadaptasikan dengan nilai kearifan lokal sehingga rasional bagi informan yang diteliti. Kemandirian masyarakat madani pada berbagai sisi kehidupan tidak diragukan. Eksistensi kelompok masyarakat asyarakat yang mempunyai identitas tak tergantung pada bantuan apapun dari luar sistem patut dikagumi sebagai bentuk keterjaminan sosial yang bersifat otonomi. Berbagai potensi sumberdaya lokal dapat diolah secara efisien oleh anggota masyarakat madani un untuk tuk mengembangkan keterjaminan sosial secara mandiri. Masyarakat yang tengah beranjak menuju kemadanian terdapat perilaku adaptif dan inovatif dengan prinsip ecotechnoenrepreneur terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya alam termasuk limbah pertanian. Hasil Has penelitian Santosa dan Iqbal (2014) menemukan fakta sosial bahwa sekelompok masyarakat petani di Kawasan Agrowisata Karangreja, Purbalingga dapat dikategorikan telah mencapai kemandirian energi. Para informan mengolah limbah ternak sapi secara inovatif menjadi energi terbaru hingga dapat memenuhi kebutuhan para anggota kelompok tani ternak setempat. Pada Gambar 3 teramati proses kemandirian energi pada masyarakat di Kawasan Agrowisata Karangreja.
Gambar 3. Masyarakat Desa dengan Kemandirian Energi
20
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Disamping beradab, utuh, mandiri dan egaliter maka eksistensi masyarakat madani yang berbasis kearifan lokal secara holistik merupakan refleksi riil dari interaksi sosial yang maju dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat madani berbasis kearifan lokal menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Beberapa karaktersitik masyarakat madani berbasis kearifan lokal terinci pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal No. 1.
Dimensi Ekonomi
2.
Sosial Budaya
3.
Lingkungan
Karakteristik Mandiri secara ekonomi Memiliki keterjaminan produktivitas Mempunyai etika dan moral ekonomi yang tidak egoistis Mempunyai daya kreativitas dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam Daya tawar atau bargaining position tinggi Perilaku produktif, inovatif, kreatif dan adaptif Bebas dari ketergantung ekonomi pada pihak lain Beriman pada Tuhan Yang Maha Esa Beradab Berakhlak mulia Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan Integrasi sosial antar individu dan kelompok didasarkan ikatan kolektivitas Kekuasaan tidak didominasi pihak tertentu Distribusi peran antar warga merata dan saling melengkapi bersifat mutualisme Saling percaya (trust) mewarnai setiap hubungan sosial yang terjalin Jaringan kerjasama (networking) berkembang luas Damai Toleransi dan tepo seliro Partisipasi dalam aktivitas sosial politik warga aktif Bebas dari eksploitasi Kewajiban dan hak seimbang Tidak mengganggu atau merusak lingkungan alam Menjaga keseimbangan dan kelestarian sumberdaya alam Tidak berperilaku menerabas Memanfaatkan potensi sumberdaya alam secara adil, arif dan bijak Bertanggungjawab terhadap perubahan lingkungan alam
Beberapa karakteristik masyarakat madani yang tertera pada Tabel 1 senantiasa melekat dalam struktur sosial secara alami. Setiap karakteristik tersebut mempunyai ikatan yang erat satu dengan lainnya. Berbagai karakteristik yang dimaksud penting diperhatikan sebagai sasaran strategis dalam proses pengembangan masyarakat madani yang berbasis kearifan lokal.
PROSES PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL Kita sadari sejak dini bahwa setiap proses pengembangan masyarakat madani yang berbasis kearifan lokal tidak selalu mudah dilakukan dalam tempo waktu relatif singkat. Proses membangun kemadanian masyarakat memerlukan tahapan yang sistematis dan terencana. Menurut Lippitt, et al., (1958) dalam perencanaan pengembangan masyarakat termasuk yang berciri madani perlu melalui beberapa tahap yang disusun secara strategis seperti tercantum pada Gambar 4.
21
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Working toward change
Generalizatio n and stabilization of change
Achieving a terminal relationship
Establishment of a change relationship
Development of a need for change
Gambar 4. Tahapan Pengembangan Masyarakat (Lippitt, et.al., 1958)
Jika dibandingkan dengan pendapat Lippitt, et.al., (1958) tersebut maka Baso (1999) dan juga Fukuyama (1999) cenderung menempatkan perkembangan masyarakat madani dengan proses yang lebih sederhana. Masyarakat madani dipandang sebagai perkembangan yang saling berkoeksistensi dengan demokrasi. Fukuyama (1999) menjelaskan bahwa “there is no successfull democracy without civil society, there is no civil society without social capital and there is no social capital without social trust” (tidak ada demokrasi yang sukses tanpa masyarakat sipil, tidak ada masyarakat sipil tanpa modal sosial dan tidak ada modal sosial tanpa adanya saling percaya). Lebih lanjut kedua ahli ini menyatakan beberapa kondisi dalam proses pengembangan masyarakat sipil (madani) perlu dibangun dengan modifikasi tertentu secara bertahap seperti teramati pada Gambar 5.
Successfull democracy Civil society
Better community/so cial well being
Social capital Social trust
Gambar 5. Modifikasi Tahapan Masyarakat Sipil (Fukuyama, 1999)
22
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Berpijak pada dua pendapat tersebut, menurut hemat penulis dua skema tersebut saling komplementer. Justeru lima langkah Lippitt, et.al., (1958) dapat mendukung tahap yang paling awal untuk kemudian bisa digunakan dalam memulai tahapan yang dikemukakan oleh Fukuyama (1999). Dalam proses pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal memerlukan beberapa prasyarat yang bersifat mendasar. Beberapa prasyarat pengembangan masyarakat madani yang dimaksud terinci dalam Tabel 2. Tabel 2. Beberapa Prasyarat Pengembangan Masyarakat Madani Berbasis Kearifan Lokal No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Prasyarat Penguatan keyakinan anggota masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa Memenuhi kebutuhan dasar bagi individu, kelompok dan masyarakat Penguatan nilai kearifan lokal melalui revitalisasi, refungsionalisasi dan resosialisasi Penguatan modal sosial melalui revitalisasi, refungsionalisasi dan resosialisasi Penguatan ikatan kohesivitas antar warga masyarakat Mereduksi segala bentuk tekanan, dominasi dan eksploitasi serta diskriminasi Memberi kesempatan adil dan merata bagi anggota masyarakat dalam menyeimbangkan antara hak dan kewajiban Tersedia sistem pemerintahan yang bersih, profesional dan berkeadilan sosial Mengembangkan karakter anak bangsa yang berakhlak mulia Menyiapkan berbagai fasilitas pendukung untuk pengembangan nilai kemanusiaan, kerohanian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif Menyediakan kesempatan sekaligus peluang bagi setiap anggota masyarakat dalam mengembangkan daya produktivitas, kreativitas dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi Tersedia keterjaminanan sosial dan perlindungan hukum bagi setiap anggota masyarakat
Kesemua prasyarat yang tertera pada Tabel 2 membutuhkan komitmen dari berbagai pihak yang berwenang bersama masyarakat sendiri. Tak terelakkan, proses pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal menjadi tanggungjawab setiap anak bangsa.
KESIMPULAN Realisasi upaya pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal sudah tidak dapat ditunda lagi mengingat sederet perubahan sosial yang mengarah pada degrasi kualitas sumberdaya manusia terus terjadi seolah tak terkendali pada masa sekarang. Akar kemandirianmasyarakat dari sisi ideologi, politik, lingkungan, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan tercerabut akibat tekanan berbagai faktor global. Kondisi tersebut potensial menimbulkan kerawanan nasional khususnya mengancam eksistensi masyarakat yang kehilangan identitas dan jati diri sebagai anak bangsa beradab dan berakhlak mulia. Dengan demikian, proses pengembangan masyarakat madani berkearifan lokal hendaknya dilaksanakan secara intensif dan berkelanjutan dengan menempatkan masyarakat dalam sirkuit perjuangan secara objektif dan pro poor. Seluruh pemangku kepentingan perlu memberikan kontribusi untuk mendukung penguatan berbagai upaya yang berkenaan dengan proses pengembangan masyarakat madani berbasis kearifan lokal. Tentu hal ini potensial dilakukan melalui optimalisasi sejumlah elemen substantif yang terdapat dalam struktur sosial masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Bandjar, Hasmi. 1998. Studi Tentang Sasi Laut dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati Laut Terhadap Masyarakat Pesisir di Maluku. Laporan Tesis pada Program Pascasarjana Magister Strata Dua. Institut Pertanian Bogor, Bogor Baso, Ahmad. 1999. Civil Society Versus Masyarakat Madani – Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam di Indonesia. Pustaka Hidayah. Jakarta. Keraf, Sonny A., 2006. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Cetakan I. Jakarta Fukuyama, Francis. 1999. The Great Disruption; Human Nature and The Reconstituon of Social Order. The Free Press. New York. Komaruddin Hidayat dan Azyumari Azra. 2006. Demokrasi, Hak Asasi Manusai dan Masyarakat Madani.ICCE UIN Hidayatullah dan The Asia Foundation. Jakarta. 23
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Lippitt, Ronald, Jeanne Watson and Bruce Westley. 1958. The Dynamic of Planned Change. Hardcourt, Bruce and World, Inc. New York. Mander, J., and E. Goldsmith. 1996. The Case Against the Global Economy and For A Turn Toward the Local. Sierra Club Books. San Fransisco. Rahardjo, Dawam. 1998. Negara dan Strategi Pemberdayaan Lembaga-Lembaga Keagamaan, Kewirausahaandan Hukum sebagai Elemen Masyarakat Madani; Analisis Ekonomi Politik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional bertema ‘Strategi Penguatan Civil Society 1 Oktober Tahun 1998. LSAF. Jakarta. Sangaji, Maryam. 2010. Penguatan Eksistensi Budaya SASI Sebagai Upaya Menjaga Keberlanjutan Ekonomi (Tinjauan Perspektif Modal Sosial). Laporan Disertasi pada Program Pascasarjana Doktoral Strata Tiga. Universitas Brawijaya. Malang. Santosa, Imam. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Petani melalui Pembaharuan Perilaku Adaptif. Disertasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santosa, Imam. Jarot Santosa dan Slamet Rosyadi. 2006. Model Pengembangan Hutan Cadangan Pangan melalui Pendidikan Non Formal Partisipatif untuk Penanganan Kerawanan Pangan Rumahtangga Petani Tepian Hutan. Laporan Hasil Penelitian Tahun Pertama. Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Santosa, Imam. Jarot Santosa dan Slamet Rosyadi. 2007. Model Pengembangan Hutan Cadangan Pangan melalui Pendidikan Non Formal Partisipatif untuk Penanganan Kerawanan Pangan Rumahtangga Petani Tepian Hutan. Laporan Hasil Penelitian Tahun Kedua. Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Santosa, Imam, Muslihudin dan Taufik Budhi Pramono. 2012. Model Diseminasi Teknologi Akuaponik dalam Pengelolaan Mix Farming Ramah Lingkungan untuk Diversifikasi Nafkah Produktif Masyarakat Desa di Kawasan Agrowisata. Laporan Penelitian Unggulan Tahap Pertama (Belum Dipublikasikan). Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Santosa, Imam dan Achmad Iqbal. 2014. Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Usaha Produktif Mix Farming dengan Pemanfaatan Ecotechnoenrepreneur di Kawasan Agrowisata Laporan Hasil Penelitian Strategis Nasional. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
24