PENGEMBANGAN KOMPOSIT BERBAHAN EBONIT DENGAN KANDUNGAN SULFUR 30 PHR YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU UNTUK KOMPONEN OTOMOTIF
NASKAH PUBLIKASI
Disusun :
RIZKY PRADHIAN PUTRA RIAN JAYA D200110032
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
ii
iii
Pengembangan Komposit Berbahan Ebonit Dengan Kandungan Sulfur 30 phr Yang Di perkuat Serat Bambu Untuk Komponen Otomotif Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tertinggi kompodit dari uji tarik,izod impact,kekerasan terhadap variasi berat serat bambu 0phr,30phr,50phr serat bambu yang bermatrik ebonite dan mengetahui permukaan komposit dengan melakukan foto SEM. Penelitian ini menggunakan bahan serat bambu sebagai penguat dan ebonite sebagai matrik. Proses perendaman serat dengan NaOH 5% selama 2 jam.Selanjutnya proses pencampuran karet alam dan serat dengan bahan kimia menggunakan mesin two roll mill kemudian divulkanisasi dengan menggunakan mesin press mold. Pengujian komposit menggunakan ASTM D256-00 untuk uji izod impact, ASTM D638-02 untuk uji tarik, SNI 0778-09 untuk uji kekerasan dan foto SEM. Hasil penelitian diperoleh pada komposit harga izod impact tertinggi rata-rata pada komposit berat serat bambu 0phr sebesar 29,400 J/mm², tegangan tertinggi rata-rata dengan komposit berat serat bambu 50phr sebesar 13,187 Mpa, regangan tertinggi rata-rata dengan komposit berat serat bambu 0phr sebesar 28,00%, dan kekerasan tertinggi pada komposit berat serat bambu 50phr sebesar 96,800 skala shore A. Berdasarkan pengamatan foto SEM yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa masingmasing komposit serat bambu memperlihatkan adanya lubang-lubang pada permukaan komposit yang di sebabkan oleh hilangnya serat. Kata kunci : komposit,NaOH,serat bambu Abstracts This research aimed to know the highest strength of composite from tensile test, izod impact, toughness against bamboo fiber weight variation of 0phr,30phr,50phr ebonite matrix bamboo fiber and knowing composite surface by SEM photo. This research using bamboo fiber material as strengthened and ebonite as matrix. Soaking process of fiber by NaOH 5% during 2 hours. After that mixing process of natural rubber by chemical using press mold machine. Composite Test using ASTM D256-00 for izod impact test, ASTM D63802 for tensile test, SNI 0778-09 for toughness test and SEM photo. The test result is obtained at composite impact izod value average the highest at composite of bamboo fiber 0phr is 29,400 J/mm², the highest average of tension with bamboo fiber composite weight 50phr is 13,187 Mpa, average highest strain with composite of bamboo fiber weight 0phr is 28,00%, and the highest of toughness at composite of bamboo fiber weight 50phr is 96,800 shore scale A. Depend on SEM photo observation conducted, could be concluded that every composite of bamboo fiber show the pore at composite surface due to fiber loss. Keywords: composite, NaOH, bamboo fiber
1
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan plastik berdampak negatif terhadap lingkungan,maka hal ini harus ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik, sebagaimana yang diketahui, bahan plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar bahan plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta plastik per menit. Oleh sebab itu mengetahui dari sifat plastik yang sangat susah diurai oleh tanah penelitian ini memanfaatkan bahan-bahan alam seperti karet alam dan serat alam sebagai bahan alternatif penganti plastik pada komponen otomotif walaupun tidak sepenuhnya menggeser bahan bahan plastik tersebut. Salah satu peluangnya adalah pemanfaatan karet alam menjadi komposit yang dipadu dengan serat alam, sehingga menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai substitusi produk plastik yang nondegradable. Unsur utama dari bahan komposit adalah serat, serat inilah yang menentukan karakteristik suatu bahan seperti kekuatan, keuletan, kekakuan dan sifat mekanik yang lain. Serat berfungsi untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada material komposit, sedangkan matrik berfungsi untuk mengikat serat, melindungi, dan meneruskan gaya antar serat. Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat bambu. Serat bambu dapat dieksplorasi sebagai penguat yang sangat potensial. Melihat penjelasan diatas maka dilakukan dengan konsep pengembangan komposit berpenguat serat alam berbahan ebonit (Hard Natural Ebonite) dengan penambahan sulfur 30 phr dengan variasi berat serat 0 PHR, 30 PHR dan 50 PHR yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan alternatif penganti plastik pada komponen otomotif. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahuai kekuatan tertinggi komposit dari uji tarik,uji impak,uji kekerasan dengan bahan serat bambu yang bermatrik ebonite. 2. Mengetahui void permukaan komposit dengan melakukan foto SEM. 1.3 Batasan Masalah Batasan dari penelitian ini antara lain:
2
1. Penelitian komposit pada tugas akhir ini mengacu komposit penguatan serat (Fibrous Composite) yang seratnya di ambil dari serat bambu yang disusun secara acak (Chopped Fiber Composite). 2. Bahan karet alam menggunakan RSS 1(Ribbed Smoked Sheet) dengan penambahan sulfur 30 phr (per hundred rubber). 3. Perlakuan perendaman dengan larutan alkali (NaOH 5%) per 1 liter aquades dengan perendaman 2 jam. 4. Pemotongan serat bambu 20 mm. 5. Pengaturan serat dengan menggunakan serat acak. 6. Berat serat yang dipakai adalah 0 phr,30 phr,50 phr. 7. Pembuatan komposit dengan menggunakan metode cetak tekan panas (Hot Press Mold). 8. Pengujian komposit secara fisis (Foto SEM) dan mekanis impact, uji tarik, dan uji kekerasan. 2. METODE Kompon karet dibuat dengan campuran karet mentah dan bahan-bahan kimiaseperti bahan percepat (accelerator),bahan penggiat (activator),bahan pengisi (filler),bahan vulkanisasi dan antioksidan (anti degadrasi) yang belum di vulkanisasi. Bahan kimia ini di tambahkan bahan baku karet untuk memperoleh sifat fisis dan kimiawi dari kompon karet yang baik. Vulkanisasi adalah proses pengolahan tahap terakhir pada pembuatan barang jadi karet dengan cara pemanasan cetakan dan tekanan dalam molding. Selama proses vulkanisasi terjadi perubahan sifat kompon karet yang plastis menjadi elastis dengan cara pembentukan ikatan silang didalam struktur molekulnya. Karena itu vulkanisasi merupakan proses irreversible (proses yang tidak dapat dibalik). Dalam reaksi pembentukan ikatan silang tersebut diperlukan energi panas dari luar yang disuplai oleh mesin vulkanisasi ke kompon selama proses vulkanisasi, antara lain dengan cara radiasi, konveksi, maupun konduksi. Makin besar jumlah panas yang disuplai mesin kedalam kompon, makin cepat terjadi reaksi vulkanisasi. Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan maksimum, tegangan luluh dan regangan (perpanjangan). Pembebanan tarik dilakukan dengan memberikan beban secara perlahan-lahan sampai material komposit mengalami putus. Adapun keuletan material, daerah elastis dan daerah plastis serta titik putus akan terlihat dari grafik yang ada. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dimana titik awal saat terjadinya deformasi plastik sukar ditentukan secara teliti. Tegangan luluh,
3
biasanya didefinisikan sebagai tegangan luluh offset, adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan (ASTM 638-02). Hubungan antara tegangan dan regangan pada beban tarik ditentukan dengan rumus sebagai berikut (ASTM 638-02) : /
Besarnya regangan adalah jumlah pertambahan panjang karena pembebanan dibanding dengan panjang daerah ukur (gage length). Nilai regangan ini adalah regangan proporsional yang didapat dari garis proporsional pada grafik tegangan regangan. Nilai regangan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : ∆
% ∆
/
Pada daerah proporsional yaitu daerah dimana tegangan-regangan yang terjadi masih sebanding, defleksi yang terjadi masih bersifat elastis. Besarnya nilai modulus elastisitas komposit yang juga merupakan perbandingan antara tegangan 3 dan regangan pada daerah proporsional dapat dihitung dengan persamaan : /
% Pengujian kekerasan dilakukan sebagai berikut : Letakkan contoh diatas dasar yang keras dan datar. Pegang alat tegak lurus dengan erat oleh ibu jari dan jari tengah serta jari manis. Letakkan telunjuk pada bagian atas alat. Tekankan alat pada permukaan contoh sampai kaki penekan alat menyentuh dan sejajar benar dengan permukaan contoh. Besarnya tekanan yang diberikan kaki penekan pada permukaan contoh harus menurut standar kekuatan penekan tertentu (60 Shore). Pembacaan skala dilakukan segera setelah diperoleh kontak yang erat dan sejajar tadi. Lakukan pengujian 3 kali pada tempat yang berlainan dan tidak terlalu dekat dengan tempat yang sudah ditekan oleh jarum untuk menghindari kelelahan (Fatique) contohHasil uji adalah rata-rata 3 kali pengukuran, dinyatakan dengan satuan Shore A.) (Shore A SNI 0778 : 2009).
4
Pengujian impact bertujuan untuk mengukur berapa energy yang dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah. Pengujian impact merupakan respon terhadap beban kejut atau beban tiba-tiba (beban impact). Dalam pengujian impact terdiri dari dua teknik pengujian standar yaitu : impact charpy dan impact izod. Pada pengujian standar charpy dan izod di rancang dan masih digunakan untuk mengukur energy impact yang juga dikenal dengan ketangguhan takik (notch toughness). Spesimen impact berbentuk batang dengan penampang lintang bujur sangkar dengan takik V oleh proses permesinan. Beban didapat dari tumbukan oleh palu pendulum yang dilepas dari posisi ketinggian h. Specimen diposisikan pada dasar alat uji impact dengan dibantu alat pencekam spesimen, ketika lepas ujung pisau pada palu pendulum akan menabrak dan mematahkan specimen ditakikannya yang bekerja sebagai titik konsentrasi tegangan untuk pukulan impact dengan kecepatan tinggi. Palu pendulum akan melanjutkan ayunan untuk mencapai ketinggian maksimum h’ yang lebih rendah dari pada h. Energi yang diserap dihitung dari perbedaan h’ dan h (mgh – mgh’) adalah ukuran dari impact. Posisi simpangan lengan pendulum terhadap garis vertical sebelum dibenturkan adalah α dan posisi lengan pendulum terhadap garis vertical setelah membentur spesimen adalah β panjang lengan ayunan adalah R dengan mengetahui besarnya energy potensial yang diserap oleh material maka kekuatan impak benda uji dapat dihitung (ASTM 256-00). Eserap = energy awal – energy yang Dimana : tersisa Eserap = energy serap (Joule) = m.g.h – m.g.h’ m = berat pendulum (kg) =m.g (R.cos β) – m.g (R.cos α) g = percepatan gravitasi (m/s²) Eserap = m.g.R (cos β – cos α) R = panjang lengan (m) α = sudut pendulum sebelum diayunkan (°) β = sudut ayunan pendulum setelah mematahkan specimen (°) harga impact dapat dihitung dengan : Dimana : HI = ₀ HI = harga impact (J/mm²) Eserap = energy serap (Joule) A₀ = luas penampang (mm²) Scaning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron yang didesain untuk mengamati permukaan objek solid secara langsung. SEM terdiri dari sebuah senapan elektron yang memproduksi berkas elektron pada tegangan dipercepat sebesar 2 – 5
30 kV. SEM memiliki perbesaran 10 – 3.000.000 kali, dept of field 4 – 0,4 mm dan resolusi sebesar 1 – 10 mm.Kombinasi dari pembesaran yang tinggi, dept of field yang besar, resolusi yang baik, kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri. (Trewin,1988) 2.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah penelitian mengacu pada diagram alir berikut :
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
6
Langkah – langkah dalam penelitian sebagai berikut : 1.
Studi literature Pencarian data yang berhubungan dengan penelitian dari buku atau laporan yang sesuai, serta meninjau langsung ketempat elektroplating. 2. Persiapan alat dan bahan Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian. 3. Proses Perendaman Serat Proses Perendaman Serat dilakukan dengan merendam serat pada laruan NaOH 5% selama 2 jam. 4. Proses pengujian kadar air serat dengan menggunakan alat moisture meter sebesar 8%. 5. Proses menentukan berat serat 0phr,30phr dan 50phr. 6. Proses Pembuatan Komposit Proses pembuatan komposit dimulai penbuatan ebonit dengan mencampur bahan –bahan penyusun ebonit pada two roll mill kemudian menambahkan serat pada ebonit yang digiling dengan two roll mill setelah tercampur dengan baik komposit diambil untuk proses selanjutnya. 7. Proses Rheometer Proses reometer untuk mengetahui suhu dan waktu untuk proses vulkanisasi. 8. Proses Vulkanisasi Proses vulkanisasi ini untuk mematangkan komposit 9. Proses Persiapan Spesimen Proses persiapan ini meliputi menyiapkan spesimen uji tarikk, uji impact, uji kekerasan dan foto SEM. 10. Pengujan Tarik Pengujian tarik dengan standart ASTM 638-02 bertujuan untuk mengetahui tegangan maksimum, tegangan luluh dan regangan (perpanjangan). Pembebanan tarik dilakukan dengan memberikan beban secara perlahan-lahan sampai material komposit mengalami putus. Adapun keuletan material, daerah elastis dan daerah plastis serta titik putus akan terlihat dari grafik yang ada. Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dimana titik awal saat terjadinya deformasi plastik sukar ditentukan secara teliti. Tegangan luluh, biasanya didefinisikan sebagai tegangan luluh offset, adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan.
7
11. Pengujian Izod Impact Pengujian impact dengan standart ASTM 256-00 bertujuan untuk mengukur berapa energy yang dapat diserap suatu material sampai material tersebut patah. Pengujian impact merupakan respon terhadap beban kejut atau beban tiba-tiba (beban impact). 12. Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dengan standart Shore A SNI 0778 : 2009 berdasarkan permulaan tukikan atau setelah beberapa waktu tukikan dimulai atau keduaduanya. Metode ini didasari dari penetrasi dari indentor yang spesifik terhadap material dibawah kondisi yang spesifik pula. Kekerasan indentasi (tukikan) berbanding terbalik dengan penetrasi dan pengaruhi oleh modulus elasisitas dan viskoelastisitas material. 13. Foto SEM Foto SEM bertujuan untuk mengetahui informasi tentang permukaan bahan meliputi topografi, morfologi, komposisi serta kristalografi.dari komposit dengan pembesaran 500 kali.. 14. Analisa dan pembahasan Mencatat data hasil penelitian dan melakukan pembahasan lebih lanjut. Diharap dapat mempunyai hasil positif. 15. Kesimpulan Menyimpulkan data dan hasil pembahasan. 2.2 Alat dan Bahan Bahan yang perlu dipersiapkan dalam penelitian adalah: (a) RSS (Ribbed Smoke Sheet), (b) Carbon Black, (c) ZnO (Zinc Oxide), (d) Stearic Acid (Asam Stearat), (e) Paraffinic Oil, (f) MBTS(Marcapto Benzhoatizhol Disulfiida), (g) TMT (Tetrametiltiuram Monosulfida), (h) Sulfur, (i) BHT (Butylated Hidroxy Toluene), (j) Serat Bambu, (k) NaOH Teknis, (l) Aquades Alat yang perlu dipersiapkan dalam penelitian adalah (a) Two Roll Mill, (b) Vulcanizing Press (Alat Untuk Vulkanisasi Kompon), (c) Rheo Meter , (d)Oven, (e) Timbangan Digital, (f) Timbangan Digital, (g) Silicon Oil 100ml, (h) Gelas Ukur, (i) Sarung Tangan,(j) Cetakan (mold dan frame) Alat yang digunakan dalam pengujian adalah (a) Alat Uji Tarik), (b) Uji Kekerasan Shore A, (c) Alat Uji Impact Izod, (d) Alat uji kadar air,(e) Alat Foto SEM.
8
3. HASIL L DAN PE EMBAHASAN 3.1 HA ASIL UJI IZOD I IMPA AK KOMP POSIT Tabel. 1 Hasil H uji izod d impak rataa – rata
Harga Impact (J/mm2)
No Variaasi kompositt ebonit serat bambu Eneergi Serap 1 0 phr 9956,582 2 300 phr 9949,585 3 500 phr 9965,418
29.4 29.2 29 28.8 28.6 28.4
Harga Im mpak (J/mm²)) 299,400 288,860 299,093
29.4 29 9.093 28.86
30phr
0phr
50phr
Variasi kompo osit ebonit s serat bamb bu
Gambar 2 Histogram H h harga impakk rata-rata pengujian p izzod impak Pada hasill pengujiann izod impaak dengan menggunaka m an standar A ASTM D 256 2 yang telah dilakkukan dapaat disimpullkan kompoosit dengann berat seraat 0phr meempunyai harga imppak rata - rata r tertingggi dengan nnilai sebesaar 29,400 J//mm² dan komposit k berat seraat 30phr meepunyai harrga impak rata - rata terendah ddengan nilaii sebesar 28,860 J/m mm² dikareenakan beraat serat 0phhr ini elasstis dan hall antara lainn karena kekuatan benda kerja kurang merata m sehinngga energ gi yang diseerap pada komposit k berbeda. RIK KOM MPOSIT 3.2. HASIIL UJI TAR Tabel 2 Hasil uji tarikk rata – rataa NO 1 2 3
Vaariasi kompoosit ebonitee serat baambu 0 phhr 30 phhr 50 phhr
Tegangaan putus (M Mpa) 4,5537 5,0000 13,187
9
Renggangann R (%) 28,00 20,00 10,66
Tegangan Tarik (N/mm2)
15 5.000
13.187
10 0.000 5 5.000
4.537
5.000
0phr
30phr
0 0.000 50phr
Varia asi kompos sit ebonit serat s bambu
Regangan (%)
Gambar 3 Histogram m tegangan ttarik rata - rata r pengujiian tarik 30..000
28.00 20.00
20..000 10.66 10..000 0..000 30phr
0phr
50phr
Varia asi kompos sit ebonit serat s bamb bu
Gambaar 4 Histogrram regangaan rata – ratta pengujiann tarik Pada hasil pengujiann tarik denggan mengguunakan stanndar ASTM M D 638 yaang telah dilakukan dapat ditarrik kesimpuulan bahwa kekuatan taarik rata - rrata pada beerat serat 50phr terttinggi sebessar 13,187 Mpa. dan bberat serat 0phr kekuaatan tarik raata - rata terendah sebesar 4,537 4 Mpaa. Dikarenaakan seirin ng penambbahan seraat dapat m sikan serat terhadap meningkattkan teganggan serat daan berat serrat 50phr mendistribus beban yanng lebih baiik hal ini juuga apabila komposit tiidak merataa dapat mem mberikan efek penurrunan teganngan tarik paada kompossit. 3.3 Hasil Uji Kekeraasan Komp posit Tabel 3 Hasil uji kekeerasan rata - rata No 1 2 3
Varriasi kompossit ebonit seraat bambu 0 phr 3 phr 30 5 phr 50
Nilai Kekerasan K (S Shore A) 73,100 60,200 96,800
100
Nilai Kekerasan (Shore A)
150 0 100 0
96.8 800 73 3.100
60 0.200
50 0 0 0phr
30 0phr
50phr
Variasi komposit k e ebonit sera at bambu
Gambar 5. Histogram m kekerasan rata - rata pengujian p k kekerasan Hasil penggujian kekerrasan menuunjukkan berat serat 50pphr mempuunyai nilai kekerasan k rata - rata tertinggi seebesar 96,8000 Shore A disebabkann karena kom mposit denggan b serat 50phr 5 ini meengandung serat dan suulfur yang m merata padaa waktu orientasi berat pembuatann komposit yang membbuat kekeraasannya sem makin tinggi. 3.4 Hasil dan Pembaahasan Fotto SEM Perrmukaan Komposit K E Ebonit 3.4.1 Foto F SEM komposit k s serat 0phr pembesaraan 500 kali
Ebonit
Bahan kimia k Gambar 6 foto SEM komposit seerat 0phr s bamb bu 30phr peembesaran n 500 kali 3.4.2 Foto SEM komposit serat
Void
Bahan kimia Gam mbar 7 fotoo SEM kom mposit serat bambu b 30phhr
111
3.4.3 Foto F SEM komposit k serat bamb bu 50phr peembesaran n 500 kali Void
Bahan Kimia
Gam mbar 8 foto SEM kompposit serat bambu b 50phhr s lakukann maka dappat disimpullkan bahwaa masingBerdasarkkan pengamatan yang saya masing daari komposiit berat seraat bambu 0phr,30phr dan d 50phr yyang dilakuukan foto SEM mem miliki karaktteristik yang g berbeda satu sama lainnya,seperrti yang terliihat pada gambar koomposit berrat serat bam mbu 30phr ddan 50phr memperlihat m tkan adanyaa lubanglubang pada permu ukaan matrrik yang disebabkann oleh hilaangnya serrat yang s dan semestinyya berada diisitu,hal inii terjadi karrena interfaacial adhesiion antara serat matrik sanngat buruk. Terjadi koondisi dimanna matrik hanya h membbungkus serat tanpa ada ikatann yang kuuat. Lubangg-lubang teersebut dissebabkan kkarena padaa proses pembuatann kompon menggunakkan mesin two roll mill m pencam mpuran bahaan-bahan kimia dan serat masihh belum bisa tercampurr dengan raata sehinggaa belum dap pat terjadi adhesi denngan baik. 4. PENU UTUP Daari hasil peenelitian daan analisa pengujian serta pem mbahasan daata yang diperooleh dapat disimpulkan : 1. Pengujian n tarik , izodd impak dann pengujian kekerasan
¾
¾
Kekuaatan serat teertinggi padda uji tarikk komposit ebonit seraat bambu terdapat pada berrat serat 500phr teganggan tarik seebesar 13,187 Mpa. Reganngan sebesarr 10,667 %.. Hasil uji izod im mpak tertingggi pada kom mposit ebonnit serat bam mbu berat 400 (J/mm²). 0phr sebesar 29,4
122
¾
Angka kekerasan tertinggi pada komposit ebonit serat bambu terdapat pada berat serat 50phr sebesar 96,800 shore A. 2. Foto SEM Pengamatan foto SEM yang saya lakukan maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing dari komposit berat serat bambu 0phr, 30phr dan 50phr yang dilakukan foto SEM memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya,seperti yang terlihat pada komposit berat serat bambu 30phr dan 50phr memperlihatkan adanya lubang-lubang pada permukaan matrik yang disebabkan oleh hilangnya serat yang semestinya berada disitu,hal ini terjadi karena interfacial adhesion antara serat dan matrik sangat buruk. PERSANTUNAN Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas bekah, rahmat, dan hidanya-Nya sehingga penyusunan laporan penelitian tugas akhir dapat terselesaikan
:
Tugas
Akhir
berjudul
“PENGEMBANGAN
KOMPOSIT
BERBAHAN EBONIT DENGAN KANDUNGAN SULFUR 30 PHR YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU UNTUK KOMPONEN OTOMOTIF “ dapat diselesaikan atas dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Bapak Tri Widodo BR, ST., MSc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Bapak Joko Sedyono, ST., M.Eng., Ph.D selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan arahan dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat bagi terselesaikannya tugas ini. 4. Bapak Ir.Bibit Sugito,MT selaku dosen pembimbing pendamping telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 5. Kedua orang tua tersayang, yang senantiasa mendoakan yang terbaik untuk kami putra-putranya, sehingga kami bisa sampai saat ini.
13
6. Teman-teman seperjuangan 2011, yang berjuang bersama baik suka maupun duka. 7. Serta seluruh pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini. DAFTAR PUSTAKA Ade, M, 2010, “Pengembangan Komposit Dari Karet Ebonit Dengan Penguat Serat Bambu Untuk Komponen Otomotif Penutup Spion Sepeda Motor,Tugas Akhir S-1 Teknik Mesin UMS,Surakarta Arizal, R., 2007, “Karet Alam Dan Karet Sintetis”, Departemen Perdagangan, Jakarta. ASTM Internasional, 2002, “ASTM D638-02 Standard Test Methods for Tensile Properties of Plastic”., America Society for Testing and Material, Philadelpia. ASTM Internasional, 2000. “ASTM D256-00 Standard Test Methods for Determining the Izod Pendulum Impact Resistance of Plastics”,. America Society for Testing and Material, Philadelpia. BSN (Badan Standardisasi Nasional), 2009. “SNI 0778:2009 Sol Karet Cetak”., Standar Nasional Indonesia. Darmono, F.S., 2009 “Studi Eksperimental Pengolahan Karet Alam Untuk Bahan Ebonit”, Tugas Akhir S-1, Teknik mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Gibson,
R.F.,
1994.,
“Principle Of Composite
Material Mechanic”.
McGraw-Hill Interrnational Book Company, New York. Ismail, H, Suryadiansyah, 2001, “Thermoplastic Elastomers Based on Polypropylene/Recycle Rubber Blends”, Polimer testing 21 (2002) 398-395, School of Industry Technology, Universiti Sains Malaysia, 11800, Minden, Penang, Malaysia.
14
Kosjoko 2014, „ Pengaruh Perendaman (NaOH) Terhadap Kekuatan Tarik Dan Bending Bahan Komposit Serat Bambu Tali (GIGANTOCHLOA APUS) Bermatriks Polyester , Info Teknik Volume 15 No. 2 (139-148). Krisdianto, G, S., dan Agus, I., 2006, “sari hasil Penelitian Bambu”. Departemen kehutanan, Jakarta.
Mueler, D.H., 2003, „ New Discovery In The Properties Of Composites, Reinforced With Natural Fiber Journal Industrial TEXTILES , Vol.33.no.2,sage Publication Pattamaprom, C.,2005 .,”The Effect Of Cure condition On The Strengh Of Ebonite Rubber network”. Asian Institute Of Teknologi, Thailand. Surdia, T. and Saito, S., 1995., “Pengetahuan Bahan Teknik”. 3nd edition, Jakarta. Taufik MI,.Sugiyanto.,Zulhanif. 2013, “Perilaku Creep pada Komposit Polyester dengan Serat Kulit Bambu Apus (gigantochloa apus (j.a & j. H. Schultes) kurz)”, Volume 1, Nomor 1, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Bandar Lampung. Winahyu, K.R., Dkk., 2002 “Laporan Pengembangan Formulasi Kompon Pada Pembuatan Karet Ebonit”, Balai Besar Kulit Karet Dan Plastik, Jogjakarta.
15