Pengembangan Ketrampilan Berpikir Aras Tinggi Melalui Penelitian Tindakan Kelas Slameto, Krisma Widi Wardani, Firosalia Kristin Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia
[email protected]
Abstrak Bagi mahasiswa PGSD, amatlah perlu pemetaan hasil-hasil penelitian yang mana mereka dituntut untuk menyiapkan diri serta kelak dapat berpartisipasi setelah lulus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) seberapa banyakkah penelitian tindakan kelas SD yang pernah dilakukan untuk meningkatkan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan 2) seberapa tinggi peningkatan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi yang dihasilkan melalui penelitian tindakan kelas SD yang sudah pernah dilakukan? Penelitian ini menggunakan studi dokumen atas hasil-hasil penelitian sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri jurnal melalui Google Cendekia. Setelah diseleksi yang memenuhi kriteria ternyata hanya diperoleh 6 penelitian di sekolah dasar untuk dianalisis lebih lanjut. Paparan ini berhasil menunjukkan bukti bahwa Peningkatan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi yang dihasilkan melalui Penelitian Tindakan Kelas SD sudah pernah dilakukan sejak 2010; keterampilan berpikir aras tinggi meliputi: kemampuan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kreatif, dan berpikir kritis Jumlah penelitian tindakan kelas SD yang pernah dilakukan terbukti meningkatkan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi dengan rentang 67,79% - 84,10% atau rata-rata sekitar 8%.
Abstrack For students of PGSD, it is essential to map research results which prepare them to participate in academic area, even after graduation. The problems of this study are 1) how many action in Elementary shcool that have been done research to improve the achievement of learning in high order thinking skill?, and 2) how high the performance of high order thinking skills generated through action research in elementary shcool that have already been done? This is a document study on the results of previous studies, found in Google Scholar journal. After being selected, there were six studies in primary school for further analysis. It is shown that research on high order thinking skills has been generated since 2010. The high order thinking skills includes: the ability to problem-solving, decision making, creative thinking and critical thinking. The number of elementary class action research ever conducted has proven to improve learning outcomes of high order thinking skills with a range of 67.79% - 84.10% or in average about 8%.
PENDAHULUAN Era globalisasi saat ini telah memberikan dampak yang sangat luar biasa pada setiap sendi kehidupan manusia di dunia. Globalisasi seolah-olah telah merobohkan tembok pembatas antara bangsa dan negara yang
menghadirkan suatu persaingan yang terbuka dan kompetitif. Tidak ada satupun negara di dunia ini yang bebas dari efek globalisasi ini termasuk Indonesia. Salah satu peluang bagi Indonesia adalah tantangan persaingan global pasar tenaga kerja nasional maupun
internasional. Jumlah tenaga kerja termasuk pengangguran disinyalir dapat disebabkan oleh tidak/sesuainya capaian pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh dari institusi pendidikan (misalnya perguruan tinggi) dengan tuntutan kualifikasi (kebutuhan) lapangan kerja. Sayangnya lulusan Perguruan Tinggi kita diperkirakan hanya 15% yang berprestasi (Zuhdan, 2013). Berkaitan dengan UU no 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi guru dan dosen, sangat terkait dengan Kerangka Kerja Nasional Indonesia (KKNI). KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri. Bangsa Indonesia terkait dengan system pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia. Adanya Kerangka Kerja Nasional Indonesia (KKNI) diharapkan perguruan tinggi dapat menyesuaikan diri sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki learning outcomes sesuai yang dibutuhkan pengguna lulusan (Zuhdan, 2013). Dalam implementasi KKNI, Perguruan Tinggi wajib menyusun Kurikulum; Kurikulum disusun dengan melibatkan seluruh peer, merujuk pada KKNI untuk membuat Capaian Pembelajaran (CP) minimum, disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan memasukkan keunggulan daerah serta memperhatikan perkembangan di masyarakat. CP minimum jenjang Sarjana (Strata 1) dirumuskan antara lain “Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni; Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil
kajian tersebut”. Implementasi dalam proses pembelajarannya sesuai dengan Standar Proses yang terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Dengan kata lain ketrampilan berpikir aras tinggi menjadi prioritas sebagai capaian pembelajaran di perguruan tinggi. Presseisen (Liliasari, 1996) menyebutkan bahwa yang termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kreatif (creative thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Semua kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diungkapkan di atas dapat dikembangkan melalui pembelajaran. Memastikan bahwa guru memahami secara benar keterampilan berpikir dalam pembelajaran diperlukan pelatihan penggunaan strategi yang diperlukan melalui serangkaian penelitian terutama penelitian tindakan kelas. Masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat menentukan solusinya. Hal ini berarti pula masalah situasi terebut (masalah) dapat ditemukan solusinya dengan menggunakan strategi berpikir yang disebut pemecahan masalah. Sukmadinata dan As’ari (2006: 24) menempatkan pemecahan masalah pada tahapan berpikir tingkat tinggi setelah evaluasi dan sebelum kreativitas yang menjadi tambahan pada tahapan berpikir yang dikembangkan oleh Anderson dan Krathwohl (Sukmadinata dan As’ari, 2006: 24). Pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Moursund (2005:29) menyatakan bahwa seseorang dianggap memiliki atau mengalami masalah bila menghadapi empat kondisi berikut, yaitu: a) Memahami dengan jelas kondisi atau situasi yang sedang terjadi. b) Memahami dengan jelas tujuan yang diharapkan. Memiliki berbagai tujuan untuk
menyelesaikan masalah dan dapat mengarahkan menjadi satu tujuan penyelesaian. c) Memahami sekumpulan sumber daya yang dapat dimafaatkan untuk mengatasi situasi yang terjadi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal ini meliputi waktu, pengetahuan, keterampilan, teknologi atau barang tertentu. d) Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai sumber daya untuk mencapa tujuan. Pemecahan masalah memiliki dimensi tujuan, proses dan kemampuan dasar. Sebagai tujuan, pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Sebagai proses, pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir untuk menemukan soluasi dari masalah. Sedangkan sebagai kemampuan dasar, pemecahan masalah dapat dan harus dipelajari oleh siswa sebagai kemamuan dasar baik dalam matematika maupun sebagai bagian dari kehidupan masayarakat. Dalam dimensi proses, pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang berupa tahapan-tahapan yang disebut heuristik. Heuristik adalah suatu tahapan berpikir yang membantu pemecah masalah untuk menemukan solusi dari masalah. Sebagai bagian dari pemecahan masalah, heuristik dapat dipelajari oleh siswa secara bertahap sebelum dapat menggunakannya secara lengkap dalam proses pemecahan masalah (Lidinillah, D. A. M. 2014). Menarik hasil penelitian Bahri, S. (2014) yang menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara kemampuan memecahkan masalah terhadap prestasibelajar. Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan (Hasan Ismail, 2013). Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
(Anandita Arief A, 2010) adalah: 1) gender (pria dan wanita), 2) peranan pengambil keputusan, dan 3) keterbatasan kemampuan. Berpikir kreatif adalah kesanggupan untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif atau berpikir afektif, sebagai ide atau gagasan baru yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu masalah sebagai hasil pembawaan dan latihan; Lebih lanjut Solihat, E. (2011) menemukan bahwa kemampuan berpikir kreatif dipengaruhi oleh pembelajaran terutama yang menggunakan pendekatan open ended. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat dan bakat kritis serta mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, imajinatif dan selalu tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan mempunyai sifat yang tidak kalah adalah selalu menghargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain (Novitasari, E. L. 2016). Zubaidah (2013) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi berpikir kritis siswa, yaitu: kondisi fisik, motivasi, kecemasan, dan perkembangan intelektual. Bagi mahasiswa PGSD, amatlah perlu pemetaan hasil-hasil penelitian yang mana mereka dituntut untuk menyiapkan diri serta kelak dapat berpartisipasi setelah lulus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) seberapa banyakkah penelitian tindakan kelas SD yang pernah dilakukan untuk meningkatkan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi?, dan 2) seberapa tinggi peningkatan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi yang dihasilkan melalui Penelitian tindakan kelas SD yang sudah pernah dilakukan?. METODE
Penelitian ini menggunakan studi dokumen atas hasil-hasil penelitian sebelumnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelusuri jurnal pada beberapa media elektronik seperti digital library, internet, maupun koleksi jurnal perpustakaan. Penelusuran jurnal dilakukan melalui Google Cendekia. Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran jurnal adalah: “keterampilan berpikir aras tinggi”, “penelitian tindakan kelas”, pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kreatif (creative thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Dari hasil penelusuran menggunakan kata kunci “keterampilan berpikir tingkat tinggi” dan “penelitian tindakan kelas”, diperoleh 237 artikel, dipilih 27 yang memenuhi kriteria yaitu tersedianya data sebelum tindakan dan sesudahnya dalam bentuk skor. Dari 27 artikel hasil penelitian tersebut, ternyata hanya diperoleh 6 penelitian di sekolah dasar; 6 hasil penelitian inilah dipilih untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis menggunakan metode pembandingan untuk menentukan dampak penerapan model pembelajaran, selisih skor sebelum tindakan dengan sesudah tindakan sebagai besarnya peningkatan, kemudian dibagi dengan skor sebelum tindakan (dalam bentuk %) untuk menentukan besarnya pengaruh tindakan pembelajaran terhadap hasil belajar. HASIL PENELITIAN Dengan cara melakukan browsing dengan Google Cendekia seperti diuraikan pada metode, diperoleh 6 hasil penelitian yang dipublikasi secara on-line seperti berikut ini. 1) Jumlah penelitian tindakan kelas SD yang pernah dilakukan untuk meningkatkan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi Berdasarkan penelusuran di Google Cendekia dengan menggunakan kata kunci “keterampilan berpikir tingkat tinggi” dan “penelitian tindakan kelas”, diperoleh 237 artikel, dipilih
27 yang memenuhi kriteria yaitu tersedianya data sebelum tindakan dan sesudah tindakan; Dari 27 artikel hasil penelitian tersebut, ternyata hanya diperoleh 6 penelitian di sekolah dasar. Hasilnya seperti berikut ini. No
Peneliti
Tahun
Judul
Penerbit
1
Widnyani, N. P. P., dkk.
2015
Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Penilaian Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Mimbar PGSD
2
Yanti, P. P. A. V., dkk.
2015
Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Penilaian Projek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan IPA dan Motivasi Belajar Pada Tema Cita-Citaku Siswa Kelas IVC SD Negeri 22 Dauh Puri.
Mimbar PGSD
3
Munggah, I. G. A., dkk.
2016
Penerapan Saintifik Berbasis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V.
Mimbar PGSD
4
Janarto, D. K.
2010
Pembelajaran Interdisipliner: Upaya Humaniora Mengapresiasi Sastra Secara Holistik.
5
Purdiani, I.
2013
Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif UIN Sultan Tipe Question Student Have (QSH) Untuk Syarif Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kasim Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 165 Riau Pekanbaru (Doctoral dissertation)
6
Nariya, I. S.
2015
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Universitas Melalui Pendekatan Scientific Dengan Negeri Model Pembelajaran Snowball Throwing Semarang Berbantuan Media Visual Pada Siswa Kelas IV SDN Ngijo 01 Kota Semarang (Doctoral dissertation)
Berdasarkan paparan pada tabel di atas, ternyata masih sedikit jumlah penelitian tindakan kelas SD yang mengangkat tema ketrampilan berpikir aras tinggi. Rendahnya jumlah penelitian ini juga mengindikasikan bahwa ketrampilan berpikir aras tinggi dikalangan SD belum menjadi prioritas; betapa tidak, PTK ini baru muncul pada tahun 2010; sampai dengan 2016, hanya ditemukan 5 penelitian lagi. 2) Peningkatan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi yang dihasilkan melalui Penelitian Tindakan Kelas SD yang sudah pernah dilakukan
Setelah direkap tindakan penelitian beserta peningkatan hasilnya dari 6 sumber diperoleh seperti tabel berikut ini! No 1
Peneliti Widnyani, dkk. Yanti, dkk.
Metode Pembelajaran Pendekatan saintifik dengan penilaian proyek Pendekatan saintifik dengan penilaian projek
Hasil dan Peningkatan (Siklus1 – 2) Berpikir Kreatif Siswa: 71,05% - 84,10% = 13,05% Hasil Belajar Keterampilan IPA: 77,11% - 82,8% = 5,69%
3
Munggah, dkk.
Hasil Belajar IPA: 74,85% - 83,5% = 8,65
4
Janarto, D. K.
Penerapan saintifik berbasis lingkungan sebagai sumber belajar Pembelajaran interdisipliner
5
Purdiani, I.
6
Nariya, I. S.
2
Pembelajaran aktif tipe question student have (QSH) Pendekatan scientific dengan model pembelajaran snowball throwing berbantuan media visual
Apresiasi Sastra Secara Holistik: Sangat tinggi ditunjukkan dengan antusisme dalam menyelesaikan tugas dan proyek mereka yang diselesaikan tepat waktu Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA: 67,79% - 71,98% = 4,19% hasil belajar IPS (kognitif, afektif, psikomotorik): 73,14% - 82,0% = 8,86%
Min = 4,19% Max = 13,05% Rata-rata = 8,088%
Berdasarkan data terpapar pada tabel di atas, ternyata penelitian tindakan kelas SD yang pernah dilakukan adalah penerapan pembelajaran rumpun pendekatan saintifik yang mengutamakan keaktifan siswa; bersifat interdisipliner, berbantu media dan berbasis lingkungan sabagai sumber. Manakala dicermati lebih lanjut, pembelajaran yang dikembangkan itu memang cocok untuk mengembangkan pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kreatif (creative thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Peningkatan capaian pembelajaran yang terjadi bergerak antara minimum 67,79% sampai maksimum 84,10% jika dibandingkan dengan standar nasional (75%) tidaklah berbeda jauh. Dari temuan ini, menunjukkan betapa beratnya tugas guru dalam meningkatkan hasil belajar yang menjadi salah satu indikator mutu pendidikan kita. Walaupun berat, ternyata PTK terbukti dapat memperbaiki pembelajaran dan pada gilirannya mampu meningkatkan hasil belajar dalam bentuk ketrampilan berpikir tingkat tinggi dalam bentuk pemecahan masalah
(problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kreatif (creative thinking), dan berpikir kritis (critical thinking) sekitar 8%. PENUTUP Paparan ini berhasil menunjukkan bukti bahwa Peningkatan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi yang dihasilkan melalui Penelitian Tindakan Kelas SD yang sudah pernah dilakukan sejak 2010; mengingat masih sedikitnya penelitian, bidang ini menjadi terbukanya peluang penelitian lanjut apalagi kebutuhan implementasi kurikulum 2013. Jumlah penelitian tindakan kelas SD yang pernah dilakukan terbukti meningkatkan capaian pembelajaran yang berupa keterampilan berpikir aras tinggi dengan rentang minimum 67,79% sampai maksimum 84,10%; atau rata-rata sekitar 8%. Pada akhirnya, sangat menarik temuan Paul A. Kirschner, John Sweller, Richard E. Clark, (2006) yang menyatakan bahwa ketika siswa memperoleh pemahaman yang salah, atau tidak lengkap atau tidak teratur pengetahuannya itu akan menjadi kendala serius bagi pengembangan inspirasi dalam pembelajaran, baik yang langsung atau teacher centered, apa lagi student centered. DAFTAR PUSTAKA Arief A, A., Wibowo, A., & Santosa, A. (2010). Peran Laporan Keuangan dan Intuisi dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi Empiris pada Perbankan Kota Semarang) (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro) Bahri, S. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Disertai Media Flipcharts dan Media Video Ditinjau dari Kemampuan Menyelesaikan Masalah dan Keingintahuan. Tesis. FKIP PPS UNS Hasan Ismail, 2013; Definisi dan dasar pengambilan keputusan https://hasanis
mail25.wordpress.com/2013/05/15/bab -5-dan-6-/ Janarto, D. K. (2010). Pembelajaran Interdisipliner: Upaya Mengapresiasi Sastra Secara Holistik. Humaniora, 1(2), 522535. Lidinillah, D. A. M. 2014. Heuristik dalam Pemecahan Masalah Matematika dan Pembelajarannya di Sekolah Dasar. Liliasari, Permanasari, A & Reshana. 2008. Program for Critical Thinking Skill Teaching and Learning. Proceeding Seminar International Science Education UPI 18 Oktober Marsound, D. 2005. Improving Math Education in Elementary School: A Short Book for Teachers. Oregon: University of Oregon. http://darkwing.uoregon.edu/ Munggah, I. G. A., Rati, N. W., & Suarni, N. K. (2016). Penerapan Saintifik Berbasis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. MIMBAR PGSD, 4(1). Nariya, I. S. (2015). Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Scientific Dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbantuan Media Visual Pada Siswa Kelas IV SDN Ngijo 01 Kota Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang). Novitasari, E. L. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Cara Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Masalah–Masalah Sosial (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Astakrama Kec. Pasir Jambu Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2015/2016) (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS). Paul A. Kirschner, John Sweller, Richard E. Clark, 2006. Why Minimal Guidance During Instruction Does Not Work: An Analysis of the Failure of Constructivist,
Discovery, Problem-Based, Experiential, and Inquiry-Based Teaching. Educational Psychologist, 41(2), 75–86 Purdiani, I. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Question Student Have (QSH) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 165 Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau). Solihat, E. (2011). Pengaruh pendekatan open-ended terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar metematika: penelitian quasi eksprimen di MTsN babakan sirna. Sukmadinata & As’ari. 2006. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di PT. Universitas Pendidikan Indonesia. Tien Zubaidah, Ratna Setyaningrum, Frieda Noor Ani, 2013. Faktor yang mempengaruhi penurunan angka kesembuhan TB di Kabupaten Banjar tahun 2013 http://ejournal.litbang. depkes.go.id/index.php/buski/article/vi ew/3450 Widnyani, N. P. P., Suara, I. M., Wiyasa, I. K. N., & Kes, M. (2015). Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Penilaian Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IVA SD Negeri 26 Pemecutan Tahun Pelajaran 2014/2015. Mimbar PGSD, 3(1). Yanti, P. P. A. V., Suadnyana, I. N., & Putra, D. K. N. S. (2015). Penerapan Pendekatan Saintifik Dengan Penilaian Projek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan IPA Dan Motivasi Belajar Pada Tema Cita-Citaku Siswa Kelas IVC SD Negeri 22 Dauh Puri. Mimbar PGSD, 3(1). Zuhdan Kun Prasetyo, Z., Slamet, S., & Senam, D. R. (2013). Pengembangan Indonesian Qualification Framework (IQF)* Level 6
Program Studi Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, Dan Pendidikan Kimia
Perguruan Tinggi (Tahun I)