PENGEMBANGAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS DALAM BINGKAI INTEGRASI KEILMUAN Oleh Bambang Irfani ABSTRAK Mengintegrasikan studi ilmu keislaman dan ilmu umum di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung menjadi satu tantangan tersendiri dengan beragamnya latar belakang pendidikan dan status para dosen, serta pengalaman mereka dalam berperan aktif pada forum-forum intelektual. Namun, ini harus terus dijalankan agar muncul satu warna tersendiri yang membedakan antara studi di lingkungan IAIN Raden Intan Lampung dengan perguruan tinggi lainnya, khususnya perbedaan antara studi ilmu umum yang ada di IAIN Raden Intan Lampung dengan studi ilmu serupa di perguruan tinggi umum, salah satunya adalah program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Integrasi keilmuan ini hendaknya tercermin mulai dari kurikulum yang dikembangkan dengan mengadopsi materimateri keislaman dan nilai-nilai keislaman sampai dengan implementasinya dalam kegiatan pembelajaran. Ini semua harapannya adalah akan bermuara pada lulusan yang dihasilkan, yaitu sarjana-sarjana Pendidikan Bahasa Inggris yang Islami.
Kata Kunci: Integrasi keilmuan, Pendidikan Bahasa Inggris, adopsi, materi keislaman, nilai-nilai keislaman.
A. PENDAHULUAN 1. Pengertian Integrasi Pengertian kata integrasi secara harfiah adalah sebagai berikut. Kata integrasi berasal dari bahasa Inggris integrate yang memiliki beberapa arti.
Pertama,
sebagai kata kerja, yakni to integrate, yang berarti: mengintegrasikan, menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan (dua hal atau lebih menjadi satu). Kedua, sebagai kata benda, yakni integration, yang berarti: integrasi, pengintegrasian atau penggabungan; atau integrity yang berarti ketulusan hati, kejujuran dan keutuhan. Jika berkaitan dengan bilangan, integrasi merujuk pada kata integer yang berarti bilangan bulat/utuh. Dari kata ini dijumpai kata integrationist yang bermakna penyokong paham integrasi, pemersatu. Ketiga,
127
sebagai kata sifat, kata ini merujuk pada kata integral yang bermakna hitungan integral, bulat, utuh, yang perlu untuk melengkapi seperti dalam kalimat: Reading is an integral part of the course (membaca merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan pada kursus itu). Bentuk kata sifat lainnya adalah integrated yang berarti yang digabungkan, yang terbuka untuk siapa saja seperti integrated school (sekolah terpadu), atau integrated society (masyarakat yang utuh, masyarakat tanpa perbedan warna kulit).1 Sebagai perbandingan, dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata integrasi mengandung arti: Pertama, sebagai kata benda integrasi bermakna penyatuan hingga menjadi kesatuan utuh atau bulat; Kedua, sebagai kata kerja berintegrasi bermakna bergabung (bersatu supaya menjadi utuh atau bulat), contoh: Daerahdaerah berintegrasi dengan Indonesia atas inisiatif mereka sendiri. Ketiga, juga sebagai kata kerja mengintegrasikan bermakna menggabungkan, menyatukan.2 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa integrasi dalam konteks ini adalah penyatuan atau penggabungan beberapa konsep atau ide agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. 2. Pengertian Integrasi Keilmuan Sebelum sampai pada pengertian integrasi keilmuan, perlu dipaparkan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ilmu dan keilmuan. Pembahasan tentang ilmu tentunya tidak terlepas dari pengetahuan. terlebih dahulu pengertian keduanya.
Oleh karena itu, perlu dibedakan
Menurut Jujun S. Suriasumantri, ilmu
adalah pengetahuan yang memiliki tiga karakteristik, yaitu: rasional, empiris, dan sistematis.3 Pendapat ini didukung oleh Amsal Bahtiar yang menyatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris.4 Sementara itu, menurut Mulyadhi Kartanegara dalam Huzni Thoyyar: “Menurut saya, istilah ilmu dalam epistemologi Islam mempunyai kemiripan dengan istilah science dalam epistemologi Barat. Sebagaimana sains dalam epistemologi Barat dibedakan dengan knowledge, ilmu dalam epistemologi Islam dibedakan dengan opini (ra'y). Sementara sains
127
dipandang sebagai any organized knowledge, ilmu didefinisikan sebagai „pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya‟. Dengan demikian, ilmu bukan sembarang pengetahuan”5 Sebagaimana tersebut bahwa padanan kata ilmu dalam bahasa Inggris adalah science yang memiliki pengertian sebagai berikut. Dalam Encarta Dictionaries disebutkan bahwa salah satu pengertian science adalah “a systematically organized body of knowledge of a particular subject”.6 Pengertian senada juga dapat ditemukan dalam Merriam Webster‟s Dictionary and Thesaurus bahwa science adalah “a department of systematized knowledge as an object of study”.7 Dari kedua definisi di atas, tampak jelas bahwa science mencakup segala aspek dalam kehidupan dan merupakan bagian dari pengetahuan yang sistematis dan terorganisir atau tertata dengan baik. Ini dipertegas lagi oleh David Burnie yang menyatakan bahwa:
“Science is a systematic study of anything that can be
examined, tested, and verified. Today different branches of science investigate almost everything that can be observed or detected, and science as a whole shapes the way we understand the universe, our planet, ourselves, and other living things”.8 Dari beberapa pengertian tentang ilmu atau science di atas, dapat kiranya disimpulkan bahwa ilmu adalah salah satu cabang pengetahuan yang memiliki sifat sistematis atau terorganisasi, dapat dibuktikan dan dapat diuji kembali yang menyentuh seluruh aspek dalam kehidupan. Seluruh pengertian ilmu atau science yang dikemukakan di atas, menyatakan dengan tegas perbedaan antara ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge). Kalau ilmu pada umumnya secara sederhana dapat diartikan sebagai organized knowledge atau pengetahuan yang terorganisasi, sedangkan pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai segala sesuatu atau keseluruhan yang diterima oleh indra manusia atau dengan menggunakan istilah Arthur Hays Sulzberger, pengetahuan (knowledge) adalah “the sum or range of what has been perceived, discovered, or learned”.9
127
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri, pengetahuan berarti segala hal yang kita ketahui tentang suatu objek yang mencakup segenap cabang pengetahuan yang kita miliki. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses berpikir, merasa dan mengindera; atau melalui intuisi dan wahyu dari Tuhan. Pengetahuan meliputi tiga macam, yaitu etis, estetis dan logis. Pengetahuan etis membicarakan yang baik dan buruk. Pengetahuan estetis membicarakan yang indah dan jelek. Pengetahuan logis membicarakan yang benar atau salah. Dalam kerangka ini, menurut Jujun, ilmu termasuk pada pengetahuan logis.10 Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa ilmu (science) adalah bagian dari pengetahuan (knowledge). Merujuk pada batasan tersebut di atas, jelaslah bahwa tidak semua informasi dapat dikategorikan sebagai pengetahuan. Hanya informasi yang memiliki alasan, dapat dipercaya,
dan
memiliki
kebenaran
yang
dapat
dikategorikan
sebagai
pengetahuan. Namun demikian, karena sifat pengetahuan yang memiliki cakupan luas, maka definisi pengetahuan yang lebih tepat adalah keseluruhan yang dipersepsi, ditemukan, dan dipelajari oleh manusia, sebagaimana definisi yang dikemukakan Arthur Hays Sulzberger di atas.
Sementara itu yang dimaksud dengan keilmuan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan; secara ilmu pengetahuan.11
Dari pengertian integrasi secara harfiah dan pengertian ilmu yang sudah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa integrasi keilmuan berarti penyatuan atau penggabungan beberapa cabang ilmu menjadi satu kesatuan yang padu, tidak terpisahkan meskipun mereka berbeda. 3. Paradigma Integrasi Keilmuan Berikut ini adalah beberapa pandangan tentang paradigm integrasi keilmuan yang dipaparkan oleh U. Maman Kh. a. Paradigma Integrasi Ilmu Integratif. Paradigma integrasi ilmu integratif ialah cara pandang ilmu yang menyatukan semua pengetahuan ke dalam satu kotak tertentu dengan mengasumsikan sumber 127
pengetahuan dalam satu sumber tunggal (Tuhan). Adapun sumber-sumber lain seperti indera, pikiran dan intuisi dipandang sebagai sumber penunjang sumber inti. Dengan demikian sumber wahyu menjadi inspirasi etis, estetis, sekaligus logis dari ilmu. Dengan kata lain, paradigma ini berupaya melebur paradigmaparadigma yang ada baik yang sekular maupun yang terkait dengan agama ke dalam satu kerangka pikir tertentu, yaitu kerangka pikir yang komprehensif yang menganggap penting semua sumber ilmu mulai dari pikir, indera, intuisi sampai wahyu. Bagaimana proses peleburan itu dilakukan, paradigma ini menempatkan wahyu sebagai hirarki tertinggi dari sumber-sumber ilmu lainnya. Gerakan seperti islamisasi ilmu sebenarnya dapat dikategorikan sebagai upaya mengintegrasikan ilmu ke dalam satu pohon ilmu, yaitu ilmu pengetahuan integratif. Mulyadi Kartanegara dalam bukunya, Integrasi Ilmu dalam Perspektif Filsafat Islam, menjelaskan bahwa sebenarnya basis ilmu-ilmu agama dan umum berasal dari sumber yang sama: Tuhan, al-Haqq (Sang Kebenaran) dan The Ultimate Reality (Realitas Sejati). Tujuan ilmu adalah untuk mengetahui kebenaran apa adanya. Artinya, ilmu bertugas mencari kebenaran sejati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karena Tuhan adalah kebenaran sejati tentunya merupakan sumber bagi kebenaran-kebenaran yang lain, termasuk kebenaran yang dihasilkan dari analisis ilmu-ilmu umum. Selanjutnya, Kartanegara menjelaskan bahwa integrasi ilmu adalah seperti yang ditawarkan Mulla Shadra tentang wahdat al-wujud yang melihat integrasi ilmu secara ontologis. Dia menjelaskan: Segala wujud
yang ada—dengan segala bentuk dan karakternya—pada
hakikatnya adalah satu dan sama. Yang membedakan yang satu dari yang lainnya hanyalah gradasinya (tasykik al-wujud) yang disebabkan oleh perbedaan dalam esensinya. Karena sama, wujud apapun yang kita ketahui—spiritual atau material—tentu mempunyai status ontologis yang sama-sama kuatnya dan samasama realnya. Segala tingkat wujud boleh menjadi objek yang valid bagi ilmu karena realitas ontologis mereka telah ditetapkan.
127
b. Paradigma Integrasi Ilmu Integralistik. Paradigma Integrasi Ilmu Integralistik melihat ilmu berintikan pada ilmu dari Tuhan seperti pada paradigma ilmu integratif. Bedanya ada pada perlakuan hubungan ilmu-ilmu agama dan umum. Paradigma ilmu integratif melebur semua jenis ilmu ke dalam satu kotak dengan sumber utama Tuhan dan sumber-sumber ilmu lainnya sebagai penunjang. Adapun paradigma ilmu integralistik memandang Tuhan sebagai sumber segala ilmu, dengan tidak melebur sumbersumber lain tetapi untuk menunjukkan bahwa sumber-sumber ilmu lainnya sebagai bagian dari sumber ilmu dari Tuhan. Dengan demikian, integrasi ilmu integralistik ialah ilmu yang menyatukan, dan bukan sekadar menggabungkan wahyu Tuhan dengan temuan pikiran manusia. Ilmu integralistik akan menghormati Tuhan dan manusia sekaligus. Integralisasi ilmu mencoba menghindari proses sekularisasi objektif pada tingkat sosiostruktural dan sekularisasi subjektif dalam tingkat kesadaran. Integralisasi ilmu tidak berambisi untuk menggantikan ilmu-ilmu sekular, tetapi mencoba mendudukkan secara proporsional ilmu-ilmu sekular (Barat dan Marxist) dalam kritisisme agama. c. Paradigma Integrasi Ilmu Dialogis. Paradigma integrasi ilmu dialogis dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap ilmu yang terbuka dan menghormati keberadaan jenis-jenis ilmu yang ada secara proporsional dengan tidak meninggalkan sifat kritis. Terbuka artinya suatu ilmu atau sekumpulan ilmu dapat bersumber dari agama dan ilmu-ilmu sekular yang diasumsikan dapat bertemu saling mengisi secara konstruktif. Adapun kritis artinya kedua jenis keilmuan dalam berkoeksistensi dan berkomunikasi terbuka untuk saling mengkritisi secara konstruktif. Paradigma ini merupakan paradigma ilmu integratif yang terbuka untuk dialog antar paradigma keilmuan yang ada. Paradigma ini dimaksudkan untuk mengatasi dikotomi atas pemisahan antara subjek dan objek, agar tidak terjerembab pada salah satunya, atau antara subjek dan objek. Dengan kata lain, paradigma integrasi
127
ilmu dialogis mengkritik paradigma keilmuan dikotomis serta menawarkan alternatif paradigma keilmuan yang terbuka dan komprehensif dengan kesediaan untuk mengapresiasi paradigma yang ada.12
B. PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS 1. Bahasa dan Fungsi Bahasa Bahasa merupakan satu karunia Allah yang maha kompleks dan fungsional untuk manusia sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat 22.
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.13
Jumlah bahasa yang ada di dunia ini sangatlah banyak dan beraneka ragam variasinya. Ini terjadi karena banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang memiliki ciri khusus menggunakan bahasa tersendiri.
dalam berkomunikasi, yaitu dengan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk saling berinteraksi, sebagaimana yang dikatakan oleh Ronald Wardhaugh: “A language is what the members of a particular society speak”.14
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Namun lebih daripada itu, bahasa merupakan satu warisan budaya khas yang dimiliki manusia sebagai medium untuk memanifestasikan perkembangan peradabannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanggam Siahaan: “Language is a unique human inheritance that plays the very important role in human’s life such as in thinking, communicating ideas, and negotiating with others”.15
127
2. Elemen Bahasa dan Keterampilan Berbahasa Agar dapat menggunakan bahasa Inggris secara efektif, terdapat beberapa hal yang patut diperhatikan oleh setiap orang yang mempelajarinya, yaitu unsur-unsur dalam elemen atau komponen bahasa dan keterampilan berbahasa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Inggris kedua hal itu harus disajikan secara bersama-sama, berjenjang dan berkesinambungan agar kompetensi berbahasa yang diharapkan dapai dicapai oleh peserta didik.
Yang dimaksud dengan elemen bahasa adalah unsur-unsur dasar yang membentuk bahasa menjadi satu ungkapan yang bermakna. Elemen bahasa yang sangat perlu diajarkan untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi berbahasa yang baik meliputi pronunciation, grammar, vocabulary dan discourse.16
Sementara
itu, unsur dalam keterampilan berbahasa meliputi listening, speaking, reading dan writing.17
Dalam proses pencapaian ke-empat keterampilan tersebut, tentunya harus disertai dengan penguasaan elemen bahasa yang baik.
Keterampilan-keterampilan
tersebut juga terbagi-bagi lagi ke dalam sub-sub keterampilan. Sebagai contoh reading skill dapat diurai menjadi beberapa sub-skills seperti reading for gist, reading to extract specific information, reading for detailed understanding, dan reading for information transfer, dsb.18
3. Unsur-Unsur Pembelajaran Bahasa Inggris Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terdapat beberapa komponen yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu: Tenaga Kependidikan, Pendidik, Kurikulum, Sumber Daya Pendidikan, Masyarakat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Evaluasi Pendidikan, Pembelajaran, dan Dewan Pendidikan.19 Sedangkan menurut H.D. Sudjana S., unsur-unsur kegiatan pembelajaran di kelas meliputi: pendidik, peserta didik, bahan belajar, dan lingkungan belajar.20
127
Dengan demikin yang menjadi unsur vital dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris adalah:
pendidik, dalam hal ini adalah dosen; peserta didik atau
mahasiswa; kurikulum dan silabi; bahan belajar atau materi perkuliahan; lingkungan belajar termasuk di dalamnya fasilitas belajar; dan evaluasi pembelajaran.
C. INTEGRASI KEILMUAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Secara umum integrasi keilmuan dalam perspektif pembelajaran bahasa Inggris dapat dikelompokkan dalam tiga fase, yaitu: dalam mendesain kurikulum dan pengembangan silabi, dalam pemilihan dan penggunaan materi perkuliahan, dan dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan. Berikut ini adalah pemaparan ketiga fase tersebut.
1. Integrasi Keilmuan dalam Desain Kurikulum dan Silabi Integrasi keilmuan pada fase ini merupakan dasar pelaksanaan integrasi keilmuan pada fase-fase berikutnya karena kurikulum akan menentukan arah, tujuan dan isi kegiatan pembelajaran. James Dean Brown mengatakan: “The view that I wish to promote is that curriculum development is a series of activities that contribute to the growth of consensus among the staff, faculty, administration, and students. This series of curriculum activities will provide a framework that helps the students to learn as efficiently and effectively as possible in the given situation. In a sense, the curriculum design process could be viewed as being made up of the people and the paper-moving operations that make the doing of teaching and learning possible.”21
Selanjutnya, Brown menyebutkan ada beberapa komponen pokok kurikulum meliputi needs analysis, objectives, testing, materials, teaching dan program evaluation.22 Dalam kaitannya dengan integrasi keilmuan pada pengembangan kurikulum, setidak-tidaknya, dapat dimulai dari penentuan tujuan-tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran hendaknya secara eksplisit menyebutkan
aspek-aspek ke-Islaman yang semestinya dicapai oleh mahasiswa.
Sebagai
contoh, pada mata kuliah Speaking mahasiswa diharapkan dapat menyampaikan ceramah singkat dalam bahasa Inggris di depan kelas dan mendiskusikan isi ceramah. 127
Dengan mengacu pada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum, kemudian silabi yang dikembangkan tentu hendaknya tetap dalam kerangka integrasi
keilmuan.
Beberapa
aspek
yang
perlu
diperhatikan
dalam
pengembangan silabus: Pertama, tipe silabus dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris; dan Kedua, komponen-komponen dalam pengembangan silabus. Menurut Krahnke, ada 6 tipe silabus dalam pembelajaran bahasa Inggris, yaitu: 1) A structural (or formal) syllabus, 2) A notional/functional syllabus, 3) A situational syllabus, 4) A skill-based syllabus, 5) A task-based syllabus, dan 6) A content-based syllabus.23 Sedangkan menurut James Dean Brown, tipe silabus dapat dibagi 7, yaitu: 1) A structural syllabus, 2) A situational syllabus, 3), A notional syllabus, 4) A functional syllabus, 5) A skill-based syllabus, 5) A taskbased syllabus, 6) A topical syllabus, dan 7) A mixed or layered syllabus. 24
Sementara itu,
mengenai
komponen-komponen dalam silabus, Krahnke
mengatakan: “Content or what is taught is the single aspect of syllabus design to be considered.
It includes behavioral or learning objectives for students,
specifications of how the content will be taught and how it will be evaluated”.25 Dengan kata lain, dalam silabus kita akan menemukan tujuan pembelajaran, bahan ajar, metode/tehnik dan media pembelajaran, serta tehnik evaluasi yang akan digunakan.
Berkenaan dengan kerangka integrasi keilmuan, maka dalam mendesain silabus kita harus dapat memasukkan aspek-aspek keislaman kedalamnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Contohnya, menindaklanjuti
tujuan perkuliahan mata kuliah Speaking di atas, maka silabus yang disusun untuk mata kuliah tersebut harus secara jelas menyebutkan bahan ajar yang sesuai seperti: Pengucapan salam ala Islam, mengucapkan syukur kepada Allah dalam versi bahasa Inggris, menyampaikan sholawat dan salam kepada Rosulullah dalam bahasa Inggris, menyebutkan terjemahan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits dalam versi bahasa Inggris dst.
127
Selanjutnya,
dalam
silabus
juga
harus
menyebutkan
secara
eksplisit
karakter/akhlak yang ingin ditanamkan paha mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan diperinci dalam Satuan Acara Perkuliahan, dan kemudian diaktualisasikan dalam kegiatan pembejaran di dalam kelas.
2. Integrasi Keilmuan dalam Penggunaan Bahan Ajar Berdasarkan silabus yang telah disusun, dimana tertera jelas bahan ajar yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari, menyortir, memilih dan menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Alan
Cunningsworth, setidak-tidak ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan ajar, yaitu: 1) Relate the teaching materials to your aims and objectives; 2) Be aware of what language is for; 3) Keep your students’ needs in mind, dan 4) consider the relationship between the language, the learning process and the learner.26 Maksudnya bahwa pemilihan bahan ajar harus memperhatikan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kondisi siswa, dan kegiatan pembelajaran yang dirancang.
Oleh karena itu, dalam kerangka integrasi keilmuan, bahan ajar yang digunakan hendaknya juga memperhatikan aspek-aspek keberterimaan dalam perspektif agama Islam.
Dengan kata lain, jangan sampai bahan ajar yang digunakan
bertentangan dengan ajaran agama Islam atau memuat nilai-nilai yang tidak Islami, kecuali bila penggunaannya dengan maksud dan tujuan tertentu, dan dengan alasan yang dapat diterima.
Berkaitan dengan silabus yang telah disusun diatas, maka tahapan berikutnya adalah mencari materi/bahan ajar yang berkaitan. Dalam hal ini, mahasiswa perlu diberikan contoh-contoh ungkapan dalam mengucapkan rasa syukur kepada Allah dan menyampaikan sholawat dan salam kepada Rosulullah dalam bahasa Inggris. Mahasiswa juga perlu diberikan contoh-contoh tentang terjemahan ayat-ayat alQur‟an dan Hadits dalam bahasa Inggris, dan diberitahu dimana sumber-sumber untuk memperoleh itu semua sehingga mereka dapat belajar secara mandiri.
127
3. Integrasi Keilmuan dalam Kegiatan Pembelajaran Ini merupakan fase pemuncak yang akan menentukan apakah integrasi keilmuan yang dirancang benar-benar diimplementasikan atau tidak. Di sini dosen harus dapat secara konsisten dan sungguh-sungguh menjalankan rencana yang telah disusun untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam kerangka integrasi keilmuan. Integrasi keilmuan dalam hal ini, sebenarnya bukan hanya sekedar mengadopsi materi-materi keislaman ke dalam kegiatan pembelajaran semata, namun lebih daripada itu, yaitu bagaimana caranya agar nilai-nilai keislaman dapat teraktualisasi di dalam kegiatan pembelajaran. Bila hal ini dapat berjalan secara bersama-sama dan terus-menerus maka kita akan mendapatkan mahasiswamahasiswa yang berkarakter muslim, meskipun bukan berlatarbelakang jurusan studi keislaman. Boleh jadi mereka adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris atau jurusan ilmu umum yang lain, namun mereka dapat menampilkan perilaku sebagai muslim yang taat.
Hal ini dapat terwujud, bila: 1. Adanya Adopsi Materi Keislaman. Mahasiswa mendapatkan gambaran yang memadai tentang ajaran Islam melalui materi-materi keislaman yang disampaikan bukan hanya oleh dosen mata kuliah studi keislaman, namun juga dari dosen mata kuliah keahlian yang mengadopsi materi keislaman atau mengadaptasikan materi perkuliahannya dengan ajaran dan nilai-nilai keislaman. 2. Adanya Adopsi Nilai-Nilai Keislaman. Setelah mengetahui ajaran Islam, kemudian mahasiswa dikondisikan untuk dapat mengimplementasikan ajaran Islam yang agung di bawah bimbingan seluruh dosen. Contoh sederhana adalah mengucapkan salam pada waktu masuk kelas, menjaga kebersihan ruang kelas, berpenampilan rapi, disiplin waktu masuk dan keluar, menghargai pendapat orang lain, saling membantu dalam kerja kelompok, berani mengungkapkan pendapat, dan menghormati dosen.
127
D. KESIMPULAN Pada dasarnya, integrasi keilmuan merupakan sebuah keniscayaan karena memang baik ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu-ilmu umum sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup manusia. Keduanya dapat saling mengisi sehingga manusia akan memperoleh kemaslahatan yang optimal dalam memenuhi segala aspek kebutuhan hidupnya.
Demikian juga dalam pembelajaran bahasa Inggris, materi-materi keislaman dan juga
nilai-nilai
keislaman
dapat
dan
sudah
semestinya
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.
diadopsi
dan
Sehingga, pada
akhirnya, akan muncul warna tersendiri pada program-program studi umum di lingkungan IAIN yang akan membedakannya dari program-program studi serupa pada perguruan tinggi umum, termasuk di dalamnya program studi Pendidikan Bahasa Inggris.
FOOTNOTES: 1
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, hlm. 326. 2
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hlm. 559-560. 3
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1998, hlm.47. 4
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Radjawali Press, Cetakan Kedua, 2005, hlm. 57-65 5
Huzni Thoyyar, Model-Model Integrasi Ilmu dan Upaya Membangun Landasan Keilmuan Islam, hlm. 4. Tersedia secara Online pada: http//www… 6
Encarta Dictionaries, Microsoft ® Encarta ® 2007. © 1993-2006 Microsoft Corporation, Kamus Digital 7
Encyclopaedia Britannica Library, Merriam Webster‟s Dictionary and Thesaurus, Kamus Digital 8
David Burnie, Science, Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation
127
9
Arthur Hays Sulzberger, Knowledge, dalam answer.com, http://www.answers.com/topic/knowledge.html 10
Jujun S. Suriasumantri, Mencari Alternatif Pengetahun Baru, dalam Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, Bandung: Mizan, Cet Iv, 1998, hlm. 13-14. 11
Op. Cit. Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 560
12
U. Maman Kh., Dikotomi dan Integrasi Ilmu, Tersedia Online pada: http/www.pusbangsitek.com/?p=733 (15 September 2012) 13
Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah per Kata, Bandung: Syaamil, 2007, hlm.406 14
Ronald Wardhaugh, An Introduction to Sociolinguistics, Fifth Edition, Victoria: Blackwell Publishing, 2006, hlm. 1 15
Sanggam Siahaan, Issues in Linguistics, First Edition, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm.1 16
Jeremy Harmer, The practice of English Language Teaching, Harlow: Pearson Education Ltd., hlm. 11 17
Ibid., hlm. 11
18
Ibid., hlm. 18
19
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
20
Sudjana S, Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production, 2000, hal.28-
31 21
James Dean Brown, The Elements of Language Curriculum, Massachussets: Heinle & Heinle Publishers, 1995, hlm. 19 22
Ibid., hlm. 20
23
Karl Krahnke, Approaches to Syllabus Design for Foreign Language Teaching, New Jersey: Prentice-Hall Inc., 1987 24
Op.Cit., James Dean Brown, hlm. 7
25
Op.Cit., Karl Krahnke, hlm. 9
26
Alan Cunningsworth, Evaluating and Selecting EFL Teaching Materials, London: Heinemann Educational Books Ltd., 1984, hlm. 5-6
127
127