Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui Comprehensive Intellectual Capital Management Sigit Hermawan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Email :
[email protected] ABSTRACT The purpose of this paper is to formulate the development and improvement of the performance of creative industries throught the Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM). The first step to able to undertake the development of creative industries in the perspective of CICM is the identification of the company’s IC components, namely the Human Capital (HC), Structural Capital (SC), and Relational Capital (RC). The second step is to do a CICM three stage, ie knowledge management, innovation management, and intellectual property management. By doing these two, the creative industries will be able to expand its business and success of high performance. Key words : Performance, Creative Industries, Comprehensive Intellectual Capital Management.
Intellectual
Capital,
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri kreatif harus terus dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya karena potensi dan trend kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang akan membawa konsekuensi pada kebutuhan atas produk dan jasa yang membutuhkan sentuhan kreatifitas dan teknologi. Data menunjukkan bahwa industri kreatif berkontribusi besar terhadap perekonomian. Secara nasional, data di Depkominfo, selama empat tahun terakhir hingga tahun 2008, industri kreatif tumbuh rata-rata 6,3 persen dengan jumlah usaha 2,2 juta unit. Tenaga kerja yang terserap sebanyak 5,4 juta orang dan nilai ekspor mencapai Rp 81,5 triliun. Sedangkan menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan di tahun 2007, menunjukkan bahwa industri kreatif menyumbang sebesar 4,75% PDB Indonesia. Paling tidak ada tiga sektor industri kreatif yang menyumbang terbesar yakni fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan (18%) serta telah memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%. Demikian pula industri kreatif di Jawa
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 1
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
Timur yang menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tumbuh sekitar 5% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Potensi industri kreatif di Jawa Timur sangat besar utamanya di bidang penyiaran, periklanan, industri musik, dan handycraft (kerajinan tangan). Potensi ini sangat besar, apalagi ada trend kalau masyarakat Jakarta sudah jenuh dan pindah ke Jawa Timur untuk mengembangkan industri kreatif. (www.beritajatim.com/17-11-2009) Sementara itu, kemampuan manajerial pelaku usaha industri kreatif juga harus ditingkatkan. Hal ini penting guna mengembangkan dan meningkatkan kinerja industri kreatif. Misalnya kemampuan marketing dan membuka pasar adalah kemampuan yang belum banyak dimiliki oleh pelaku usaha yang bergerak di industri kreatif. Kebanyakan pelaku usaha ini lebih mengedepankan nilai artistik atau produk yang bernilai seni tinggi tetapi sulit untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan di pasar. Dengan demikian modal relasi (relational capital) sangat diperlukan oleh pelaku usaha ini. Modal relasi ini bagi pengusaha adalah modal untuk berhubungan pihak eksternal seperti berkaitan dengan kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan, menggaet pelanggan baru dan lainya. Kemampuan lain juga harus ditingkatkan untuk semua hal terkait dengan knowledge, skill, dan attitude yang harus dimiliki oleh pelaku industri kreatif. Hal ini penting guna mengembangkan industri kreatif secara keseluruhan. Apabila sudah demikian maka human capital pelaku usaha inilah yang harus dikembangkan dan ditingkatkan. Dengan human capital yang bagus diharapkan akan mengembangkan modal berikutnya, yakni structural atau organizational capital. Structural capital akan terkait dengan bagaimana menjalankan bisnis dan menjalankan operasional usaha di industri kreatif. Dengan demikian tiga modal inilah yang harus ditingkatkan dan dikembangkan, yakni relational capital (RC), human capital (HC), dan structural capital (SC). Ketiga kombinasi modal ini dinamakan intellectual capital (IC). IC sendiri telah diakui sebagai asset strategis perusahaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa IC berperan penting atas berbagai hal di perusahaan, seperti penelitian Stewart (1997), IFAC (1998), Belkaoui (2003), Mageza (2004), Hsu (2006), Cabrita et al. (2007), Cohen and Kaimenakis (2007),
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 2
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
Chen (2008), Sharabathi et al. (2010), Khalique et al. (2011), dan Hermawan (2011a dan 2011b), Hermawan dan Herlina (2013), Hermawan dan Wahyuaji (2013). Kesemua penelitian tersebut menyatakan bahwa IC sangat memengaruhi kinerja bisnis, meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan efektifitas organisasi, competitive advantage, dan juga menciptakan kesejahteraan perusahaan. Sementara itu, konsep pengelolaan IC yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja industri kreatif adalah Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM). Konsep ini dikembangkan oleh Al-Ali (2003). Menurut konsep CICM ini, pelaku usaha industri kreatif dapat mencapai puncak kesuksesan apabila dapat melakukan tiga tahapan CICM, yakni knowledge management, innovation management, dan intellectual property management. Artikel ini akan membahas tentang pengembangan dan peningkatkan kinerja industri kreatif melalui Comprehensive Intellectual Capital Management. Studi Literatur The Resource Based Theory The Resource Based Theory (RBT) banyak digunakan sebagai rujukan teori untuk IC sebagai aset strategis perusahaan. Alasannya adalah karena RBT menempatkan sumber daya perusahaan sebagai kekuatan untuk mengembangkan nilai perusahaan guna meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. Menurut RBT, bahwa setiap perusahaan atau organisasi memiliki cara-cara fundamental yang berbeda karena setiap perusahaan atau organisasi memiliki sumber daya unik yang berbeda. Sumber daya (resources) sendiri dikategorikan ke dalam tiga kelompok yakni tangible assets, intangible assets, dan organizational capabilities. (Collis and Montgomery, 2005) a. Aset berwujud biasanya meliputi fasilitas produksi, bahan baku, dan juga bangunan pabrik serta lainnya yang nampak kasat mata. b. Aset tak berwujud biasanya meliputi reputasi perusahaan, nama baik, budaya, teknologi berpengetahuan, paten, merk dagang, dan pengalaman dan pembelajaran yang terakumulasi. Aset perusahaan ini memiliki peranan
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 3
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
penting dalam competitive advantage (ataupun juga disadvantage) dan juga nilai perusahaan (firm value) c. Kapabilitas organisasi ini akan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat membantu menciptakan efisiensi dalam aktivitas perusahaan. Yang pada akhirnya akan menjadi sumber dari competitive advantage. Sementara itu, Ireland, et al (2009) dan Hitt, et al (2001) mengambarkan the resource based analysis digunakan sebagai cara menganalisis sumber daya agar berdaya guna membantu perusahaan meningkatkan daya saing, menciptakan nilai perusahaan dan laba superior. Hasilnya seperti Tabel 1, di bawah ini : Tabel 1. The Resource Based Analysis 1. Mengidentifikasi sumber daya Sumber Daya perusahaan. Mempelajari kekuatan Input-Input ke dalam proses dan kelemahannya dibanding produksi perusahaan dengan kekuatan dan kelemahan para pesaing 2. Menemukan kapabilitas Kapabilitas perusahaan. Apakah kapabilitas Kapasitas sumber daya yang tersebut memungkinkan disatukan untuk melakukan perusahaan melakukan lebih baik serangkaian tugas atau aktivitas dari para pesaingnya? 3. Menentukan sumber daya dan Keunggulan Daya Saing kapabilitas potensial perusahaan Kemampuan perusahaan untuk dalam kaitannya dengan mengatasi pesaingnya keunggulan daya saing 4. Mengidentifikasi industri yang Industri Yang Atraktif atraktif Industri dengan peluang-peluang yang dapat dieksploitasi oleh sumber daya dan kapabilitas perusahaan 5. Memilih strategi yang dengan cara Formulasi Orientasi Strategi terbaik memungkinkan perusahaan Tindakan-tindakan strategis untuk mendayagunakan sumber daya dan menghasilkan laba di atas rata-rata kapabilitasnya, relative dengan peluang-peluang yang ada dalam lingkungan eksternal Laba Superior Menghasilkan laba di atas rata-rata Sumber : Ireland, et al (2009) dan Hitt, et al (2001)
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 4
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
Intellectual Capital Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Bontis 2000), yaitu human capital, structural capital, dan relational capital. 1. Human Capital (Modal Manusia) Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif
perusahaan
untuk
menghasilkan
solusi
terbaik
berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut.
Human
capital
akan
meningkat
jika
perusahaan
mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker 2000) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality. 2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi) Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. 3. Relational Capital atau Costumer Capital (Modal Relasi) Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis atau
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 5
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM) CICM model adalah model yang didesain untuk mengelola seluruh bentuk IC melalui tiga tahapan, yakni knowledge management, innovation management, dan intellectual property management. Model ini dikembangkan oleh Neirman Al-Ali (2003). Hal yang membedakan model ini dengan pengelolaan IC yang lainnya adalah pada kata kunci ”comprehensif”. Ketiga tahapan atau fungsi dari CICM tersebut adalah dasar dari manajemen bisnis yang akan selalu ada di setiap organisasi. Tahap yang pertama akan berkaitan dengan penyediaan sumber daya untuk operasional atau produksi. Tahap kedua adalah lanjutan dari tahap pertama karena pada tahap ini akan mengubah sumber daya-sumber daya yang telah tersedia tadi dengan berbagai proses untuk menjadikan aset yang bernilai. Pada tahap ketiga, sumber daya yang telah menjadi aset yang bernilai tadi akan diupayakan untuk didongkrak sehingga dapat dimaksimalisasi untuk kepentingan stakeholders. Berdasarkan tahapan manajemen bisnis tersebut, CICM model mencoba mengaitkan antara tahapan bisnis dengan klasifikasi fungsi dari IC. Adapun tahapan dari pengelolaan dan pengembangan IC terdiri : 1. knowledge resources, 2. innovation resources dan processes, 3. intellectual property. Tiga tahapan pengelolaan dan pengembangan IC tersebut apabila digambarkan nampak seperti Gambar 1, berikut ini.
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 6
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
Gambar 1 CICM MODEL (Sumber : Al-Ali, 2003:66) Berdasarkan Gambar 1, dapat diperhatikan bahwa CICM model digunakan untuk mengelola IC pada setiap tingkatan dalam pengembangan bisnis dan setiap tahapan akan mendukung tahapan berikutnya. Tahap pertama, yakni create value dengan melakukan knowledge management atas knowledge dan brainpower. Langkah pertama ini akan mendukung langkah kedua, yakni extract value dengan melakukan innovation management atas prototypes of new products or services. Langkah yang terakhir atau ketiga, adalah maximize value atas intellectual property management atas competitive tools. Melalui ketiga tahap tersebut terlihat jelas pembagian tiap tahap sehingga diharapkan tidak akan terjadi overlapping atau tumpang tindih langkah dalam pengelolaan IC. Setiap tahapan akan membawa konsekuensi tujuan manajemen yang berbeda. Tujuan tersebut menyediakan panduan bagi manajemen untuk melakukan pengukuran kinerja atas setiap tahapannya. Tujuan pertama adalah mengelola aliran informasi yang bagus dan sumber daya pengetahuan, yakni untuk memfasilitasi pembelajaran organisasi dan memelihara segala hal yang terkait dengan organisasi (value creation). Tujuan utamanya adalah untuk mengubah seperangkat tujuan manajemen yakni pada penyediaan sumber daya pengetahuan yang utama untuk organisasi dengan mempertemukan tujuan-tujuan
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 7
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
tersebut dan memfasilitasi pembagian pengetahuan untuk mendorong keberadaan pengetahuan organisasi. Investasi pada tahap ini tidak seperti pada dua tahap yang lain karena investasi pada tahap ini merupakan investasi jangka yang sangat panjang dan tidak terkait dengan keuangan secara langsung. Tahap inovasi manajemen memiliki tujuan utama, yakni extracting value dari seluruh sumber daya pengetahuan yang tersedia untuk organisasi dengan menggunakan proses inovasi. Tantangan mengelola IC pada tahapan ini adalah bagaimana mengelola sumber daya inovasi dengan memperkuat jaringan di dalam dan di luar perusahaan sehingga mampu menata ulang berbagai hal terkait inovasi untuk mendapatkan kepercayaan dari pasar. Tahap terakhir, yakni mengelola intellectual property adalah memaksimalkan value pada stakeholders dengan menggunakan kekayaan perusahaan yang legal sebagai daya saing dan alat pemasaran. Business Performance (Kinerja Bisnis) Ukuran kinerja sebuah industri atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua yakni ukuran financial dan non financial (Fisher, 1998). Ukuran financial sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan. Peningkatan financial return merupakan akibat berbagai kinerja operasional yakni diantaranya adalah meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk dan meningkatnya produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi dan Setyawan, 2001). Bontis (1998) mengembangkan pengukuran business performance yang terdiri dari sepuluh item performance yang dirasakan oleh responden dibandingkan dengan pesaing perusahaan dalam industri yang sama beberapa tahun terakhir. Sepuluh item tersebut adalah 1) kepemimpinan industri, 2) prospek masa depan, 3) laba, 4) pertumbuhan laba, 5) pertumbuhan penjualan, 6) return on assets setelah pajak, 7) return on sales setelah pajak, 8) respon secara keseluruhan terhadap persaingan, 9) tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, 10) kinerja kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Penggunaan pengukuran
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 8
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
business performance yang dikembangkan oleh Bontis (1998) telah banyak dirujuk dan digunakan oleh peneliti lain baik secara keseluruhan ataupun dengan berbagai modifikasi, antara lain Sharabati, et al (2010), Cabrita dan Bontis (2008), Cabrita et al (2007), Hsu (2006), Bontis et al (2000). PEMBAHASAN Industri Kreatif di Indonesia Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain yakni industri budaya atau juga ekonomi kreatif. Kementrian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat individu untuk mencapai kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Wikipedia.org, 2013). Sementara itu, industri kreatif di Indonesia meliputi 14 sektor, yakni (Fahrezi, 2012) 1. Periklanan (advertising), yakni kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu). Meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. 2. Arsitektur, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh baik dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 9
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal. 3. Pasar barang seni, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film. 4. Kerajinan atau craft, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, perselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal). 5. Desain yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 6. Fesyen atau fashion, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen,serta distribusi produk fesyen. 7. Video, film dan fotografi, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film. 8. Permainan interaktif atau game, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 10
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
9. Musik, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. 10. Seni pertunjukan atau showbiz, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan. Misalnya, (pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11. Penerbitan dan percetakan, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan fotofoto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film. 12. Layanan komputer dan piranti lunak (software): kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. 13. Televisi dan radio (broadcasting), yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi. 14. Riset dan pengembangan atau R&D, yakni kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi serta penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang berkaitan
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 11
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen. Dengan memperhatikan 14 sub sektor industri kreatif seperti di atas, nampak bahwa peran penting intellectual sebagai pemicu kreativitas sangatlah besar. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan inovasi yang harus terus menerus dilakukan agar perusahaan yang ada di industri kreatif dapat sustain. Kebutuhan untuk selalu berinovasi dapat dilakukan apabila human capital memiliki knowledge, skill, dan attitude yang mendukung tujuan tersebut. Demikian pula dengan dukungan structural capital yang memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk terus selalu melakukan inovasi dan kreasi.
Human capital dan
structural capital tentunya harus didukung oleh relational capital yang lebih banyak berhubungan dengan pihak luar karena terkait dengan aktivitas hubungan masyarakat, relasi, dan marketing. Dengan berpijak pada ketiga modal (capital) tersebut (HC, SC, dan RC) maka industri kreatif dapat dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya melalui Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM). Pengembangan dan
Peningkatan Kinerja
Industri
Kreatif
Berbasis
Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM) Pengembangan dan peningkatkan kinerja industri kreatif di Indonesia dapat dilakukan melalui dua tahapan, yakni identifikasi IC yang dimiliki perusahaan dan melalui CICM model. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan manajemen baik yang bersifat manajerial maupun operasional. Kinerja yang dimaksud adalah kinerja non keuangan dan kinerja keuangan. Namun kinerja yang langsung terkait adalah kinerja non keuangan yang pastinya kemudian akan berdampak pada kinerja keuangan. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja perusahaan sektor industri kreatif adalah dengan melakukan identifikasi komponen IC yang dimiliknya, yakni HC, SC, dan RC. 1. Human Capital.
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 12
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
HC lebih dimaknakan sebagai manusia yang menggerakkan roda perusahaan sektor industri kreatif. Dengan melihat karakteristik 14 sektor industri kreatif ini maka dapat diketahui siapa saja HC yang dimiliki oleh perusahaan. Hal penting yang harus diperhatikan tentang HC di industri kreatif adalah para tenaga ahli atau tenaga artistik yang memiliki spesialiasi tertentu di bidangnya. Artinya, bahwa HC ini tidak dimiliki perusahaan atau HC tersebut benar-benar melekat pada diri orang atau karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan harus benarbenar memahami hal tersebut dan memiliki mekanisme yang pasti apabila para tenaga ahli atau tenaga artistik tersebut tidak lagi menjadi miliki perusahaan sektor industri kreatif. Pada beberapa perusahaan sektor industri kreatif, pemiliki perusahaan atau adalah tenaga ahli atau tenaga artistik itu sendiri. Kalau yang terjadi seperti ini, tidak ada masalah dengan keberlanjutan inovasi dan kreativitas yang ada di perusahaan tersebut. 2. Structural Capital. SC lebih diartikan sebagai modal struktural atau modal organisasi yang membantu dalam kegiatan operasional sehari-hari di perusahaan, termasuk di dalamnya adalah budaya organisasi, mesin-mesin, dan infrastruktur pendukung. Pada perusahaan sektor industri kreatif, SC yang dimiliki misalnya adalah sistem operasional prosedur, sistem database, mesin, peralatan, infrastruktur pendukung, dan
budaya
organisasi.
Hal
penting
yang
harus
diperhatikan
dalam
mengidentifikasi dan mengelola SC adalah terkait dengan budaya inovasi dan kreativitas. Karena industri kreatif ini membutuhan inovasi dan kreativitas tinggi sehingga dibutuhkan budaya organisasi yang mampu untuk mengakomodasi segala macam inovasi dan kreativitas yang datangnya darimana saja dan kapan saja. Ini penting agar inovasi dan kreativitas menjadi hal yang terus ada dan menjadi “nafas” setiap aktivitas di perusahaan sektor industri kreatif. 3. Relational Capital RC diartikan sebagai bentuk dari modal relasi yang lebih banyak terkait dengan pihak luar atau aktivitas hubungan dengan masyarakat, marketing, dan promosi. Hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan RC untuk perusahaan sektor industri kreatif adalah kekhasan beberapa sub sektor yang berhubungan
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 13
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
dengan art atau seni. Aktivitas RC pada art atau seni haruslah dibedakan dengan aktivitas RC pada produk-produk atau jasa pada umumnya. Misalnya pada sub sektor kerajinan, craft, atau seni, aktivitas RC yang dapat dilakukan adalah dengan menghubung atau promosi ke para penikmat seni atau komunitas seni yang terkait. Hal-hal inilah yang harus dipahami oleh perusahaan sektor industri kreatif ketika melakukan aktivitas RC. Dengan memahami karakteristik HC, SC, dan RC yang ada di perusahaan sektor industri kreatif akan memudahkan dalam mengikuti tahapan yang ada di CICM model sebagai langkah kedua untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja industri kreatif. Ada tiga tahapan CICM model, yakni knowledge management, innovation management, dan intellectual property management. Tiap tahapan memiliki tujuan yang berbeda. Tahapan knowledge management bertujuan menciptakan nilai (value creation), tahapan innovation management bertujuan mengeluarkan nilai (value extraction), dan tahapan intellectual property management bertujuan memaksimumkan nilai (value maximization). 1. Tahapan Knowledge Management Tujuan tahapan knowledge management adalah untuk mengenali dan memanfaatkan sumber daya pengetahuan (knowledge resources) yang dibutuhkan untuk mempertahankan proses organisasi. Kata kunci dari tujuan tersebut adalah mengenali, memanfaatkan, dan mempertahankan. Artinya, bahwa pada tahapan ini perusahaan sub sektor industri kreatif harus mampu mengenali terlebih dahulu knowledge
resources
atau
intangible
assets
yang
dimiliki
kemudian
memanfaatkannya agar dapat bertahan pada proses bisnis. Jadi, dapat dikatakan juga bahwa pada tahapan awal ini perusahaan sub sektor industri kreatif dituntut untuk melakukan proses bisnis dengan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku umum. Dengan memahami knowledge resources yang dimilikinya, perusahaan sub sektor industri kreatif dapat melakukan knowledge management process. Pada proses mengelola pengetahuan ini, perusahaan harus dapat mengenali dan memanfaatkan explicit knowledge dan tacit knowledge yang dimiliki. Explicit knowledge terkait dengan pengetahuan yang tampak, misalnya pengetahuan yang
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 14
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
tertulis, terasip dan tersebar dalam bentuk buku atau cetakan lainnya. Tacit knowledge terkait dengan pengetahuan tak tampak, misalnya pengetahuan yang berbentuk know how, pengalaman, skill, pemahaman yang dimiliki karyawan. Pada proses knowledge management ini, perusahaan sub sektor industri kecil dapat memanfaatkan explicit knowledge untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk pengembangan skill karyawan, untuk memperbaiki proses dan prosedur kerja, dan juga bahan-bahan melakukan networking dengan pihak lain. Perusahaan sub sektor industri kreatif dapat juga memanfaatkan tacit knowledge yang dimiliki karyawan untuk diubah menjadi explicit knowledge. Pengalaman dan skill karyawan dalam bentuk tacit knowledge dapat diubah menjadi explicit knowledge, seperti berbagai macam aturan, sistem operasional prosedur, atau juga modul kerja yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan. Pemanfaatan knowledge dapat juga dilakukan melalui interaksi komponen IC. Artinya, knowledge transfer antar komponen IC dapat dikaitkan satu sama lainnya. Pemanfaatan knowledge terdiri dari enam kelompok, yakni knowledge transfer dari HC ke RC, knowledge transfer dari RC ke SC, knowledge transfer dari SC ke HC, knowledge transfer dari RC ke HC, knowledge transfer dari SC ke RC, dan knowledge transfer dari HC ke SC. Tabel 2 menjelaskan tentang pemanfaatan knowledge melalui interaksi komponen IC tersebut.
Tabel 2 Pemanfaatan Knowledge Melalui Interaksi Komponen IC Knowledge transfers dari Knowledge transfers dari Knowledge transfers dari HC ke RC RC ke SC SC ke HC Karyawan yang baru saja Bagian marketing shar- Bagian operasional atau mengikuti pelatihan atau ing pengalaman tentang produksi memberikan seminar memberi masukan apa yang dirasakan oleh informasi tentang product tentang orientasi pasar customer tentang kualitas knowledge dan kualitas atau perubahan perilaku atau jasa yang diberikan produk industri kreatif konsumen industri kreatif industri kreatif Knowledge transfers dari Knowledge transfers dari Knowledge transfers dari RC ke HC SC ke RC HC ke SC Bagian marketing mem- Bagian operasional mem- Manajer senior memberi
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 15
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
beri masukan tentang beri pelatihan tentang penjelasan tentang renperubahan selera pasar teknologi baru yang cana tujuan strategi industri kreatif digunakan untuk industri organisasi kreatif Sumber : Diadopsi dari Hermawan (2012) Jadi pengembangan dan peningkatan kinerja dalam tahapan knowledge management untuk perusahaan sub sektor industri kreatif dapat dilakukan dengan mengenali terlebih dahulu knowledge resources yang dimilikinya. Misalnya adalah explicit knowledge, skills, IT databases, knowledge base, worksystems, product concept, relation networks, dan paten. Setiap perusahaan sub sektor industri kreatif akan memiliki knowledge resources seperti contoh tersebut walau dalam skala dan besaran yang berbeda-beda. Dengan mengenali knowledge resources yang dimilikinya, perusahaan sub sektor industri kreatif harus mampu melakukan knowledge management process, yakni melakukan proses pengelolaan knowledge resources yang dimilikinya. 2. Tahapan Innovation Management Tujuan tahapan innovation management adalah untuk memperlancar dan mengonfigurasi kembali sumber daya inovasi guna menciptakan cara-cara baru dan produk-produk baru dengan lebih cepat. Pada tahapan ini, inovasi dan ide kreatif harus terus dimunculkan oleh para karyawan dan juga manajemen perusahaan. Artinya, budaya untuk terus berinovasi dan memiliki ide kreatif harus terus ditumbuhkan di perusahaan sub sektor industri kreatif. Perusahaan juga sudah harus memiliki research and development yang benar-benar expert dan terlatih untuk selalu melakukan inovasi dan kreativitas. Pada tahapan ini, pengembangan HC yang dapat dilakukan adalah pelatihan yang menumbuhkan dan mengembangkan ide, kreativitas, dan inovasi sehingga muncullah cara-cara baru, sistem kerja baru lebih inovatif, dan aspek kreatif yang lain. Untuk itu, pelatihan harus ditekankan pada aspek skill, attitude, dan knowledge. Pengembangan knowledge dapat dilakukan dengan knowledge sharing antara karyawan senior dengan yunior, dan antara karyawan berpengalaman dengan karyawan baru. Sementara itu, pengembangan SC yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan teknologi dan infrastruktur yang dimiliki secara
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 16
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
optimal. Di samping itu, pengembangan budaya organisasi menuju budaya inovatif dan kreatif, pengembangan research and development department penting juga untuk dilakukan. Pengembangan RC yang dapat dilakukan adalah menggunakan seoptimal mungkin media massa lain untuk pencitraan produk dan perusahaan. Penguatan tim marketing untuk menangkap inovasi yang ada di pasar untuk kemudian dibawa ke dalam perusahaan. Pemberdayaan feedback dari customer untuk perbaikan atau inovasi produk. Jadi untuk pengembangan pada tahapan innovation management lebih ditekankan pada pada aspek inovasi dan kreativitas melalui pelatihan dan peningkatan skill, knowledge, dan attitude pada HC, peningkatan budaya inovasi dan kreativitas, dan juga memanfaatkan media untuk melakukan aktivitas RC. Dengan melakukan pengembangan yang demikian diharapkan akan muncul produk-produk dan jasa-jasa baru yang lebih inovatif dan kreatif. Inilah kinerja non keuangan yang diharapkan dapat tercipta pada tahapan ini yang diharapkan akan meningkatkan nilai penjualan dan berdampak pada laba yang diharapkan oleh perusahaan sub sektor industri kreatif. 3. Tahapan Intellectual Property Management Tujuan pada tahapan intellectual property management adalah mampu menggunakan kekayaan intelektual (intellectual property) untuk meningkatkan posisi kompetitif organisasi dan memperoleh pendapatan. Pengembangan untuk intellectual property management ini dapat dilakukan oleh perusahaan sub sektor industri kreatif di Indonesia dengan cara strategi dan operasional. IP strategis dapat dilakukan dengan IP portfolio. Inti dari IP portfolio adalah mendongkrak kekuatan IP, mengombinasikan kelemahan IP dengan kekuatan IP lainnya, dan mengurangi IP yang berkinerja rendah. Sementara itu, untuk IP operasionalisasi dibutuhkan struktur organisasi, budaya perusahaan, dan sistem organisasi yang mendukung pengelolaan tersebut. Pada tahapan ini, perusahaan sektor industri kreatif harus mampu mengelola intellectual property yang telah dimilikinya. Artinya bahwa produk atau jasa yang fast moving atau digemari oleh konsumen harus benar-benar dapat dioptimalkan untuk meraih pendapatan. Sebaliknya, produk atau jasa yang slow moving bahkan
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 17
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
yang sudah hampir mati atau tidak lagi digemari oleh konsumen harus sudah tidak lagi dikelola dan diganti dengan new product atau services. Kombinasi antara produk-produk atau jasa kreatif yang berkinerja tinggi dan berkinerja rendah harus terus dilakukan oleh perusahaan sektor industri kreatif. Inilah yang disebut dengan intellectual property portfolio. Disamping itu, perusahaan sektor industri kreatif haruslah terus melakukan upaya untuk menciptakan intellectual property baru. Hal ini penting untuk menggantikan intellectual property atau product dan jasa yang berkinerja rendah atau tidak lagi sukai oleh konsumen. Jadi pengembangan yang dilakukan pada tahapan intellectual property management untuk perusahaan sektor industri kreatif adalah dengan intellectual property portfolio. Pengelolaan kekayaan intelektual ini akan berdampak langsung pada pendapatan dan laba perusahaan. Inilah pentingnya pengelolaan pada tahapan ini. Oleh karena itu, perusahaan sektor industri kreatif harus mampu untuk mengombinasikan intellectual property yang berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah atau mematikan yang tidak lagi berkontribusi pada laba perusahaan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pengembangan dan peningkatan kinerja perusahaan sektor industri kreatif dapat dilakukan dengan dua langkah, yakni identifikasi komponen HC, SC, RC, dan melakukan tahapan CICM model, yakni tahapan knowledge management, innovation
management,
dan
intellectual
property
management.
Untuk
identifikasi komponen HC, SC, dan RC haruslah disesuaikan dengan karakteristik sub sektor industri kreatif itu sendiri. Untuk tahapan knowledge management dapat dilakukan dengan mengidentifikasi knowledge resources dan melakukan knowledge management process. Untuk tahapan innovation managemet dapat dilakukan dengan mengutamakan budaya inovasi dan kreativitas. Untuk tahapan intellectual property management dapat dilakukan dengan intellectual property portfolio yang mengombinasikan produk atau jasa yang berkinerja tinggi dengan yang berkinerja rendah. Dengan melakukan dua langkah tersebut, diharapkan pengembangan manajemen baik yang bersifat strategik maupun operasional dapat
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 18
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
dilakukan yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan kinerja non keuangan dan pada akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan sektor industri kreatif. Rekomendasi kajian ini adalah hendaknya perusahaan sektor industri kreatif memahami komponen IC yang dimilikinya. IC sangat dibutuhkan karena sektor ini bergerak di wilayah
inovasi dan kreativitas tinggi. Untuk
dapat
mengembangkan dan meningkatkan kinerja, perusahaan sektor industri kreatif dapat menggunakan CICM model dengan melakukan tiga tahapan, yakni tahapan knowledge management, innovation management, dan intellectual property management. DAFTAR PUSTAKA Al-Ali, Nermien. Comprehensive Intellectual Capital Management. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance US Firm. A Study of The Resource Based and Stakeholders View. Journal of Intellectual Capital. Vol 4 No 2. pp 215-226 Bontis, N., and William, C. C. K., and Stanley, R., 2000, Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries, Journal of Intellectual Capital, Volume 1 No 1: 85-100. Brigham, E., dan Houston, J., 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Sepuluh, Jakarta: Salemba Empat. Brooking, A., 1996, Intellectual Capital: Core Asset for the Third Millenium Enterprise, New York: International Thomson Business Press. Cabrita, Maria do Rosario., Jorge Landeiro de Vas., and Nick Bontis. 2007 Modelling The Creation of Value From Intellectual Capital : A Portuguese Banking Perspective, Int. J. Knowledge and Learning. Vol. 3, Nos. 2/3, pp. 266 – 280. Chen, Yu-Shan. 2008. The Positif Effect of Green Intellectual Capital on Competitive Advantage of Firms. Journal of Business Ethics. 77:271-286. Cohen, Sandra, and Nikolaos Kaimenakis. 2007. Intellectual Capital and Corporate Performance in Knowledge-intensive
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 19
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
SMEs. The Learning Organizations. Vol 14 No 3, pp 241 – 262
Collis, David J, and Montgomery, Cynthia A. 2005. Corporate Strategy. A Resources-Based Approach. Second Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc. New York. Hermawan, Sigit. 2011a. The Integration of Intellectual Capital and Knowledge Management to Improve the Business Performance and Achieve the Competitive Advantage. Proceeding. International Seminar. 22 August. Faculty of Economic and Business. Hasanuddin University. Makassar, Indonesia. _____. 2011b. Optimalisasi Intellectual Capital Guna Meningkatkan Kinerja Bisnis IKM Batik dan Memenangkan Persaingan di CAFTA. Proceeding. Seminar Nasional dan Call For Paper. 1 Oktober. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Malang. _____. 2012. Peran, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Intellectual Capital Serta Perbaikan Praktik Bisnis Industri Farmasi. Disertasi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga Surabaya. Hermawan, Sigit dan Silvia Herlina. 2013. Studi Interpretif Identifikasi dan Interaksi Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, Volume 3 No 1 – April. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang, Hermawan, Sigit dan Maharis Budi Wahyuaji. 2013. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kemampuan Perusahaan Manufaktur Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia. Proceeding. Seminar Nasional dan Call For Paper. 15 Juni. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Hitt, Michael A, et, al. 2001. Manajemen Strategi : Daya Saing dan Globalisasi: Konsep. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Hsu, Hsiu-Yueh (Sonya). 2006. Knowledge Management and Intellectual
Capital.
Dissertation.
Carbondale,
USA
:
Southern Illinois University
http://fajrinfahrezi.blogspot.com/2012/05/14-sub-sektor-industri-kreatif.html
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 20
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
International Federation of Accountants (IFAC). 1998. The Measurement And Management Of Intellectual Capital : An Introduction. New York. USA. Ireland, et al. 2009. The Management of Strategic. Concept and Cases. 8th Edition. International Student Edition. South-Western Cengage Learning. Khalique, Muhammad., Jamal Abdul Nassir Shaari., Abu Hasan Md Isa., dan Adel Ageel. 2011. Role of Intellectual Capital on the Organizational Performance of Electrical SMEs in Pakistan. International Journal of Business and Management. Vol 6, No 9. September. Mageza, Petunia Zanele., 2004. Intellectual Capital As A Creator of Wealth and Shareholder Value For An Organization. Short Dissertation. Rand Afrikaans University. Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Shawqi Naji Jawad., and Nick Bontis. 2010. Intellectual Capital and Business Performance in The Pharmaceutical Sector of Jordan. Management Decision. Vol 48. No. 1. pp. 105 – 131 Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital – The New Wealth of Organization. London : Nicholas Brealey. Sveiby, K.-E. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and Measuring Knowledge- Based Assets. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers Inc, p. 11
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 21