PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMBACA PROGRAM BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING TINGKAT INTERMEDIATE
Agnes Suprihatin Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak. Perkembangan bahasa Indonesia sudah sangat pesat dengan semakin banyaknya orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Kondisi ini membuat para penggiat BIPA berusaha untuk meningkatkan layanan dalam hal akademik dan nonakademik. Dalam hal akademik, pengadaan bahan ajar sangat diperlukan. bahan ajar yang dibuat selama ini masih berdasarkan pendekatan integratif. Sementara itu, di ISPMCE ada dua jenis buku yang digunakan, yaitu buku yang berdasarkan pendekatan integratif dan buku yang berdasarkan pendekatan diskret. Bahan ajar membaca merupakan salah satu bahan ajar yang dibuat di ISPMCE. Prototipe bahan ajar membaca ini dikembangkan berdasarkan standar kompetensi kemahiran bahasa ACTFL tingkat intermediate. Penelitian ini menggunakan model Borg & Gall. Kata kunci: Membaca, BIPA, Intermediate, ACTFL PENDAHULUAN
Bahasa merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi. Seseorang dapat berkomunikasi dengan baik jika menguasai sebuah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Bahasa dapat diperoleh melalui pemerolehan dan pembelajaran. Di Indonesia, bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang dinyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Hal ini juga dinyatakan dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009, pasal 25 ayat (3), yaitu bahasa Indonesia sebagai resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa. Dalam perkembangan ilmu bahasa Indonesia, dikenal istilah bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (BIDA) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing (BIPA). Kedua istilah tersebut berbeda maknanya jika dilihat dari penuturnya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dituturkan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh penutur Indonesia. Sementara itu, bahasa Indonesia sebagai bahasa asing banyak dituturkan dan digunakan oleh penutur asing. Menurut Sugono
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 297
(dalam Widodo, 2010), masyarakat Indonesia ada yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama (BIMA), tetapi ada juga yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (BIDA). Sebagai bahasa kedua, bahasa Indonesia harus dipelajari agar dapat berkomunikasi dengan baik. Sementara itu, sebagai bahasa asing bahasa Indonesia harus dipelajari dengan lebih intensif. Terdapat perbedaan antara bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing meskipun keduanya diperoleh dengan belajar. Dalam pembelajaran BIDA sudah ada kurikulum yang baku, silabus, pengajar yang mempunyai keahlian dalam bidang bahasa Indonesia, materi ajar, dan media yang bervariasi. Sementarai itu, dalam pembelajaran BIPA belum ada kurikulum dan silabus yang baku, pengajar yang berasal dari ilmu yang tidak relevan dengan bahasa Indonesia, tetapi bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, materi yang terbatas, dan media pembelajaran juga terbatas. Sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran, materi ajar/buku memegang peranan penting agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan dan rencana. Materi ajar yang ada selama ini masih dibuat sendiri oleh setiap lembaga yang disesuaikan dengan karakteristik pelajar, tujuan pelajar, dan jenis program. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan pengembangan dalam pembelajaran BIPA. Pengembangan ini lebih dikhususkan pada pengembangan bahan ajar membaca. Alasan dipilihnya pengembangan
bahan ajar membaca ini karena selama ini bahan ajar yang ada masih berupa lembaran-lembaran yang belum dibukukan. Selain itu, selama ini buku teks yang ada masih banyak yang berupa bahan pengajaran keterampilan berbicara (conversation), sedangkan buku teks untuk membaca jumlahnya sangat terbatas (Bernard & Kuncoro, 2000). Bahan ajar merupakan issue penting yang selama ini mewarnai Konferensi Internasional Pengajaran BIPA I (KIPBIPA) di Solo tahun 1993 sampai dengan KIPBIPA VI di Banten tahun 2006. Issue bahan ajar BIPA juga hangat dibicarakan dalam Semiloka Internasional BIPA Juli 2007 yang diadakan oleh Badan Bahasa di Jakarta (Susanto, 2008). Hal serupa juga disampaikan oleh Young-rhim (2007) dalam makalahnya yang berjudul Problematika Bahan Ajar dalam Pengajaran BIPA di Luar Negeri. Dalam makalahnya, Young-rhim menjelaskan bahwa bahan ajar yang dipakai di Universitas Bahasa Asing Hankuk, Korea Selatan, berdasarkan program dan rencana pengajar sendiri, baik bahan yang ada di pasaran maupun bahan yang dibuat pengajar sendiri. Penelitian bahan ajar BIPA, menurut pengamatan peneliti, masih belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahuu tentang pengembangan bahan ajar BIPA antara lain yang dilakukan oleh Gatut Susanto pada tesisnya yang berjudul Bahan Ajar BIPA untuk Pelajar Tingkat Pemula. Dalam penelitiannya, Susanto (2008) mengemukakan bahwa ada perbedaan yang mendasar pada pengembangan bahan ajar untuk
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 298
BIPA. Perbedaan tersebut terletak pada beberapa aspek, antara lain; latar belakarang budaya dan bahasa pelajar, karakteristik pelajar, asal pelajar. Oleh karena itu, pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan hal tersebut. Penelitian pengembangan bahan ajar BIPA yang lain adalah yang dilakukan oleh Anneke Heritaningsih Tupan yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar BIPA Melalui Materi Otentik yang Bermuatan Budaya Indonesia. Dalam penelitiannya, Tupan menjelaskan pentingnya pemilihan materi otentik yang tepat akan membuat pelajar dapat mengikuti pelajaran dengan memanfaatkan pengetahuan dasarnya untuk menebak materi pelajaran yuang dipelajari (Tupan, 2007:149). Hal senada juga disampaikan oleh Katharina Endriati Sukamto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Mutu Pengajaran BIPA dengan Materi dan Situasi Otentik. Dalam penelitiannya, Sukamto menjelaskan pentingnya materi otentik untuk pelajar BIPA tingkat madya sampai dengan mahir yang belajar bahasa Indonesia untuk tujuan khusus. Materi dan situasi otentik dalam pembelajaran akan membantu pelajar untuk berhadapan dengan dunia nyata yang akan dihadapi dalam kehidupan atau pekerjaan mereka sehari-hari di Indonesia. Penelitian pengembangan bahan ajar BIPA juga dilakukan oleh Imam Suyitno (2010) yang berjudul Pengembangan Materi Pembelajaran BIPA Berdasarkan Tujuan Pelajar Asing. Dalam penelitiannya Suyitno menjelaskan bahwa dalam mengembangkan
pembelajaran BIPA pada penerapan pedagogis, diperlukan pemahaman secara memadai kebutuhan pelajar dalam belajar BIPA. Pemahaman terhadap karakteristik pelajar BIPA menjadi titik awal dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran BIPA (Suyitno, 2010). Penelitian yang sudah disebutkan di atas dapat dijadikan sebagai acuan awal untuk dilakukannya penelitian pengembangan bahan ajar bagi pembelajaran BIPA. Perlu dipahami, bahwa penelitian pengembangan dalam bidang BIPA masih belum terlalu banyak dilakukan sehingga diharapkan penelitian pengembangan ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk dilakukannya penelitian selanjutnya. Adapun tujuan pengembangan bahan ajar adalah (1) mempersiapkan kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasi supaya dapat berlangsung secara optimal, (2) meningkatkan motivasi pengajar untuk mengelola kegiatan belajarmengajar, dan (3) mempersiapkan kegiatan belajar-mengajar dengan mengisi bahan-bahan yang selalu baru, ditampilkan dengan cara baru, dan dilaksanakan dengan strategi yang baru pula (Widodo, 2010). Lembaga yang dijadikan tempat penelitian ini adalah Indonesian Studies Program Malangkuçeçwara School of Economic (ISPMCE). Pentingnya pemilihan tempat ini karena pembuatan bahan ajar membaca masih belum maksimal. Pembelajaran BIPA yang diselenggarakan di ISPMCE sudah diakui oleh pihak luar karena mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lembaga
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 299
penyelenggara BIPA yang lain. Karakteristik tersebut terletak pada penggunaan pendekatan diskret yang sudah mulai ditinggalkan dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan pendekatan diskret ini dipilih khusus untuk program semester atau disebut Program BIPA Khusus atau Program Area Studies. Alasan pemilihan pendekatan diskret ini tentu melalui pengamatan beberapa program BIPA Khusus dan program Area Studies yang ternyata kurang efektif ketika menerapkan pendekatan integratif. Setelah melalui beberapa kali uji coba, akhirnya dipilih pendekatan diskret untuk pembelajaran bahasa Indonesia program BIPA Khusus dan program Area Studies. Alasan lain adalah dengan pendekatan diskret, pembelajaran keterampilan berbahasa dan tata bahasa menjadi lebih terarah. Dengan menggunakan pendekatan diskret diharapkan komptensi pelajar menjadi semakin baik. Penggunaan pendekatan diskret di ISPMCE berorientasi pada peningkatan kompetensi berbahasa pelajar supaya menjadi lebih baik karena jika menggunakan pendekatan integratif kurang tertangani. Akan tetapi, pemilihan pendekatan ini tidak selalu berjalan lancar. Di lapangan, para pengajar sedikit mengalami kesulitan ketika menyusun materi pembelajaran. Hal ini terjadi karena pengajar harus menyusun materi ajar yang sesuai dengan minat pelajar dan memilih materi yang akan tetap up to date. Dari kelima jenis materi yang ada, peneliti memilih materi membaca. Pemilihan materi ini didasarkan pada pengelaman peneliti
yang juga pengajar di lembaga tempat penelitian. Selama ini materi yang ada hanya berupa lembaranlembaran materi yang belum dibukukan. Pemilihan materi pun didasarkan pada minat pelajar yang belajar di ISPMCE. Pemilihan materi ajar membaca ini didasarkan juga pada alasan pentingnya membaca. Membaca sebgai kunci sebuah ilmu pengetahuan merupakan hal penting yang harus diajarkan secara khusus. Belajar bahasa atau pelajaran apa pun tidak akan lepas dari kegiatan membaca. Membaca merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi kehidupan akademik, personal, dan sosial seseorang (Danasasmita, 2007). Mengingat pentingnya kegiatan membaca bagi kehidupan manusia, tidak mengherankan jika banyak pihak yang peduli terhadap kemampuan membaca ini. Salah satunya adalah penyelenggara pembelajaran BIPA di Malang, khususnya di ISPMCE. Pengembangan buku ajar membaca ini didasarkan pada beberapa hal tentang pengembangan buku ajar khususnya buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran BIPA. Pengembangan buku ajar BIPA harus memerhatikan beberapa prinsip berikut ini. Pembelajar BIPA adalah orang asing yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda dengan budaya Indonesia yang dipelajarinya (Widodo, 2010). Perbedaan bahasa dan budaya tersebut memiliki konsekuensi pada penyusunan program pembelajaran yang akan digunakan. Selain perbedaan bahasa dan budaya,
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 300
sebuah lembaga penyelenggara BIPA juga harus mempertimbangkan kepentingan pelajar. Kepentingan pelajar tersebut antara lain adalah tujuan belajar. Tujuan seorang pelajar BIPA sangat beragam, antara lain untuk kepentingan penelitian, bekerja pada perusahaan asing yang berdomisili di Indonesia, atau hanya untuk bisa berkomunikasi secara lisan yang sederhana. Mereka yang datang ke Indonesia ada yang telah belajar bahasa Indonesia secara formal dalam jangka waktu tertentu, ada juga karena mereka anggota klub Indonesia, ada yang orangtuanya orang Indonesia, tetapi mereka tidak pernah berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, dan ada juga mereka yang betul-betul mencintai Indonesia dengan keanekaragamannya (Kurniawan, 2007:285). Penguasaan kemampuan berbahasa yang sesuai dengan harapan pelajar merupakan komponen utama yang harus selalu dijadikan pedoman dalam merancang sebuah bahan ajar. Komponen utama itu akan memberi arah pada penguasaan keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) dan tata bahasa (Kurniawan, 2007:287). Keberadaan buku ajar tentu disesuaikan dengan karakteristik dan tujuan pelajar BIPA belajar BI. Buku ajar BIPA berbeda dengan buku ajar BI untuk siswa SD, SMP, SMA, dan SMK. Buku ajar BIPA dirancang khusus untuk pelajar asing. Dengan demikian, karakteristik pelajar asing perlu dipertimbangkan dalam merancang buku ajar. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Suyitno (2010) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran BIPA
perbedaan bahasa dan budaya pelajar asing memiliki konsekuensi pada pemilihan materi yang akan diajarkan. Pada tahap awal pembelajaran BIPA, pelajar asing masih banyak yang dipengaruhi oleh bahasa pertama, budaya, dan gaya belajar yang telah dimiliki. Pelajar BIPA memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda, mulai tingkat pemula sampai dengan tingkat lanjut. Berdasarkan tingkat kemampuan pelajar BIPA, buku ajar dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat. Ada yang membedakan menjadi tiga kriteria, yaitu buku ajar untuk tingkat (1) pemula, (2) menengah, dan (3) lanjut. Sementara itu, dalam Widodo (2010) dijelaskan, lembaga Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) Jepang membuat pengelompokan kompetensi penutur bahas Indonesia menjadi empat kelompok, yaitu pemula, menengah, lanjut, dan mahir. Selain itu, UKBI Jepang juga memilah peringkat BIPA menjadi empat yaitu (1) BIPA I dan BIPA II, (2) BIPA III dan BIPA IV, (3) BIPA V, (4) BIPA VI dan BIPA untuk tujuan khusus. Penjelasan peringkat BIPA tersebut adalah BIPA I untuk pelajar tingkat pemula, BIPA II untuk pelajar pramenengah, BIPA III untuk pelajar tingkat menengah, BIPA IV untuk pelajar pra-lanjut, BIPA V untuk pelajar tingkat lanjut, dan BIPA VI untuk mahir,serta BI untuk tujuan khusus (Indonesian for a Special Purposes). Menurut korespondensi skala kemahiran American Council for Teaching Foreign Language (ACTFL), kemampuan pelajar BIPA dibedakan menjadi dua belas
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 301
peringkat. Peringkat tersebut adalah (1) peringkat 0, (2) novice-low, (3) novice-mid, (4) novice-high, (5) intermediate-low, (6) intermediatemid, (7) intermediate-high, (8) advance, (9) advance plus, (10) superior, (11) distinguished, dan (12) native. Pelajar asing yang belajar BIPA pada umumnya adalah orang dewasa. Oleh karena itu, Soegiono (dalam Widodo, 2010) menjelaskan bahwa ada beberapa sifat yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar BIPA. Pertama, orang dewasa sudah memiliki cukup banyak pengetahuan dan wawasan sehingga kebutuhan mereka adalah kebutuhan orang dewasa, bukan lagi kebutuhan anak-anak. Kedua, orang asing (terutama Barat) suka mengekspresikan diri mereka, mempresentasikan sesuatu, mengemukakan pendapat sehingga tugas di luar kelas atau membuat proyek yang sederhana akan sangat menarik. Pembelajar dewasa memiliki keyakinan yang berbeda dalam belajar bahasa di kelas. Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wenden (dalam Widodo, 2007). Penelitian tersebut dilakukan terhadap 25 orang dewasa yang belajar bahasa Inggris paruh waktu di universitas di Amerika. Wenden menemukan ada tiga kelompok yang berbeda keyakikan dalam belajar bahasa Inggris. Kelompok pertama mementingkan pemakaian bahasa. Keyakinan kelompok ini membawa konsekuensi pada pentingnya belajar bahasa di situasi pemakaian yang alami. Yang dilakukan adalah berlatih terus dan mencoba berpikir dalam bahasa target, hidup, dan
belajar dalam lingkungan tempat bahasa bahasa Inggri tersebut digunakan. Kelompok kedua mementingkan belajar tentang bahasa Inggris, sehingga mereka lebih mementingkan belajar tatabahasa, menghafalkan kata-kata, masuk dengan rajin ke dalam kelas bahasa Inggris supaya mendapatkan balikan dari kesalahan yang dibuatnya. Kelompok ketiga dilabeli pentingnya faktor personal. Kelompok ketiga ini mementingkan fasilitas yang menunjang pembelajaran, memahami konsep, dan sikap pada bahasa Inggris tersebut (Widodo, 2007). METODE Penelitian ini menggunakan model pengembangan Research and Development Borg & Gall (1983). Menurut Borg dan Gall, penelitian pengembangan terdiri atas sepuluh langkah. Namun dengan megacu pada keterbatasan penelitian, beberapa langkah dalam model pengembangan tersebut dimodifikasi, terutama dalam hal jumlah subjek uji coba. Modifikasi tersebut adalah; (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) melakukan perencanaan, (3) mengembangkan bentuk produk awal, (4) melakukan validasi terhadap ahli, (5) melakukan uji coba produk, (6) melakukan revisi produk (berdasarkan saransaran dan hasil uji lapangan). Pada tahap prosedur pengembangan dilakukan tahapan pendahuluan/pra-pengembangan, prosedur pengembangan, uji lapangan, dan revisi. Pada tahap pendahuluan/pra-pengembangan
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 302
peneliti melakukan analisis produk, telaah teori, dan telaah penelitian terdahulu. Pada tahap pengembangan peneliti melakukan pengembangan bentuk produk awal. Setelah produk awal dikembangkan, langkah/tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba produk dan terakhir adalah revisi produk.
Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa (1) panduan observasi program, (2) panduan angket wawancara kepada pengajar BIPA, dan (3) format masukan dari pakar. Angket yang digunakan menggunakan skala Likert dengan alternatif empat jawaban. Tabel skala Likert dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 3.1 Pengukuran dengan Skala Likert No.
Pengukuran dengan Skala Likert
Hasil Penilaian
1. 2. 3. 4.
4 3 2 1
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Jenis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah data kualitatif. Data kualitatif terdiri atas sekumpulan inforamsi, baik dalam bentuk masukan maupun saran. Data kualitiatif berupa informasi atas kelayakan prototipe bahan ajar Membaca dari (1) ahli pembelajaran BIPA, (2) ahli buku ajar BIPA, dan (3) praktisi/pengajar BIPA. Teknis analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan langkahlangkah mengumpulkan data dari hasil wawancara dan observasi, mengorganisasi, memilah, dan mengklasifikasi data yang sudah didapatkan berdasarkan kelompok uji, dan menganalisis dan merumuskan simpulan analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap produk bahan ajar yang dikembangkan. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupada
data kualitatif yaitu hasil wawancara dan observasi. Sementara itu, analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung presentasi jawaban tiap butir pertanyaan yang diajukan dalam angket penilaian. Pengolahan data angket yang diperoleh dari penyebaran angket kepada ahli, praktisi, dan pelajar asing yang sudah divalidasi, dianalisis dengan menggunakan rumus Arikunto (1998: 224) berikut. 1) Rumus untuk mengolah data per item P =, X 100% Keterangan: P : persentase X : jawaban responden dalam satu item Xi : nilai ideal dalam satu item 100% : konstanta 2) Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan P =,∑ ∑ X 100% Keterangan:
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 303
P : persentase ∑x : jumlah keseluruhan jawaban responden dalam seluruh item ∑xi : jumlah keseluruhan skor ideal dalam satu item 100% : konstanta HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Kelayakan Produk Menurut Ahli Pembelajaran BIPA Berdasarkan uji ahli pembelajaran BIPA diperoleh data rata-rata kelayakan aspek pemilihan materi mencapai presentase 87.5%. Rata-rata kelayakan aspek bahasa mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek kemudahan memahami materi mencapai 91.66%. Rata-rata kelayakan aspek evaluasi pemahaman konsep buku ajar mencapai 80%. Rata-rata kelayakan aspek materi dalam buku ajar mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek keinteraktifan penyajian soal mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek kelayakan produk digunakan dalam pembelajaran mencapai 75%. Hasil analisis keseluruhan aspek mencapai persentase 79.88%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk buku ajar Membaca ini memiliki kualifikasi layak untuk diterapkan. Hasil Uji Kelayakan Produk Menurut Ahli Buku Ajar BIPA Berdasarkan uji ahli buku ajar BIPA, diperoleh rata-rata kelayakan aspek kesesuaian uraian materi mencapai 66.66%. Rata-rata kelayakan aspek teknik penyajian mencapai 66.66%. Rata-rata kelayakan aspek kelengkapan penyajian mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek bentuk bahasa
mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek tampilan buku mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek kelayakan buku mencapai 75%. Rata-rata kelayakan aspek kualitas mencapai 75%. Hasil analisis keseluruhan mencapai 72.61%. Hasil tersebut menunjukkan buku ini cukup layak untuk digunakan dalam pembelajaran BIPA. Namun, masih perlu diterapkan perbaikan berdasarkan saran dan komentar ahli. Hasil Uji Kelayakan Produk Menurut Praktisi/Pengajar BIPA Berdasarkan uji praktisi, diperoleh data rata-rata kelayakan aspek penyajian buku mencapai persentase 91.66%. Rata-rata kelayakan aspek ilustrasi, gambar/foto yang digunakan mencapai 100%. Rata-rata kelayakan pemilihan materi mencapai 87.5%. Rata-rata kelayakan aspek kebahasan mencapai 100%. Rata-rata kelayakan evaluasi dalam buku ajar mencapai 90%. Rata-rata kelayakan aspek keterterapan buku mencapai 100%, Hasil analisis keseluruhan aspek mencapai 94.86%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk buku ajar Membaca ini sangat layak diterapkan. Hasil Uji Kelayakan di Lapangan Berdasarkan uji lapangan, diperoleh rata-rata kelayakan aspek tampilan buku mencapai persentase 93.75%. Rata-rata kelayakan aspek isi/materi mencapai 96.87%. Hasil analisis secara keseluruhan aspek mencapai 95.31%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk buku ajar Membaca ini memiliki kualifikasi sangat layak diterpakan Hasil validasi analisis keseluruhan uji coba produk, yaitu
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 304
uji ahli pembelajaran BIPA, ahli buku ajar BIPA, praktisi, dan uji coba lapangan kepada pelajar asing
dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Diagram 1. Hasil Validasi Uji Coba Produk
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kajian dan revisi produk buku ajar Membaca di atas dapat dikemukakan saran-saran untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga penyelanggara BIPA baik di Malang, maupun di luar Malang, khususnya yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan diskret. Prototipe bahan ajar membaca ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga penyelenggara BIPA yang menyelenggarakan program semester yang berdasarkan pendekatan diskret. Baik pengajar maupun pelajar akan sangat terbantu dengan buku ini khususnya untuk mempelajari keterampilan menulis. Secara pengembangan, produk yang dikembangkan ini masih memiliki keterbatasan dan belum sempurna sehingga masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Pengajar disarankan dapat mengembangkan materi yang ada dalam prototipe bahan ajar membaca
ini sehingga pembelajaran di kelas menjadi lebih kaya. Bagi pengembangan program BIPA, prototipe bahan ajar membaca ini dapat dijadikan sebagai salah satu prototipe bahan ajar khususnya keterampilan membaca. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bernard, Erlin S. & Kuncoro, Ajar Budi. 1999. Murid atau Guru Sentris?: Pendekatan dalam Pengajaran Membaca BIPA. Prosiding Konferensi Internasional Pengajaran BIPA III. Bandung: CV Andira. Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien. 1983. Educational Research: An Introduction. England: Longman. Danasasmita, Wawan. 2007. Efektivitas Model Directed Reading Activity (DRA) dalam Pengajaran Membaca Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 305
Jurnal Educationist Vol.1 No. 2. (Online), (http://file.upi.edu./Direktori/JU RNAL/EDUCATIONIST/Vol.1 No2-Juli2007/7Wawan Danasasmita Layout.pdf. diakses 12 Agustus 2014). Kurniawan, Khaerudin. 2007. Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang Profesional. Seminar & Lokakarya Internasional Pengajaran BIPA. Jakarta: Depdiknas. Sukamto, Katharina Endriati. 2007. Peningkatan Mutu Pengajaran BIPA dengan Materi dan Situasi Otentik. Seminar & Lokakarya Internasional Pengajaran BIPA. Jakarta: Depdiknas. Susanto, Gatut. 2008. Bahan Ajar Tingkat Pemula untuk Pelajar Jepang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Suyitno, Imam. 2010. Pengembangan Materi Pembelajaran BIPA Berdasarkan Tujuan Belajar Pelajar Asing. Disajikan pada Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Bahasa pada Fakultas Sastra. Malang: Universitas Negeri Malang. Tupan, Anneke Heritaningsih. 2007. Pengembangan Bahan Ajar BIPA Melalui Materi Otentik. Seminar & Lokakarya Internasional Pengajaran BIPA. Jakarta: Depdiknas. Widodo. 2007. Sejarah, BIPA, Tantangan, & Peluang Pengembangan BIPA. Seminar & Lokakarya Internasional
Pengajaran BIPA. Jakarta: Depdiknas. Widodo. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah BIPA. Bahan Perkuliahan Universitas Negeri Malang.
NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 306