Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240
Pengembangan Bahan Ajar Fisika Materi Suhu Dan Kalor Berbasis Budaya Masyarakat Trans Lalundu I Wyn. Adi Saputra, Nurjannah dan Hendrik Arung Lamba
[email protected] Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu - Sulawesi Tengah Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu. Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu. Manfaat dalam penelitian ini adalah memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika, dapat menjadi acuan guru-guru dalam usaha memperbaiki kualitas pembelajaran fisika dalam mengembangkan bahan ajarnya, dan diharapkan dapat dijadikan tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pengembangan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu. Untuk mengetahui layak atau tidaknya bahan ajar tersebut maka dilakukan uji kelayakan terhadap produk. Bahan ajar ini telah di validasi oleh satu orang ahli materi, satu guru fisika SMA Negeri 1 Rio Pakava, dan 10 siswa kelas X SMA Negeri 1 Rio Pakava. Berdasarkan hasil analisis penilaian ahli media diperoleh skor rata-rata sebesar 3,03 dan dikategorikan “ Baik “, analisis penilaian ahli materi diperoleh skor rata-rata sebesar 2,91 dan dikategorikan “ Baik ”, sedangkan hasil analisis penilaian respon siswa diperoleh skor rata-rata sebesar 3,54 dan dikategorikan “Sangat Setuju”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran bagi siswa.
Kata Kunci: Bahan ajar, Budaya, Suhu dan kalor I. PENDAHULUAN Bahan ajar merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki bentuk pesan yang beragam, ada yang berbentuk fakta, prinsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya. Komponen ini berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai siswa dalam proses pembelajaran. Sifat materi kurikulum yang tersusun dalam silabus hanya bersifat pokok-pokok materi, maka untuk kelancaran dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pembelajaran perlu dikembangkan terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dalam bentuk bahan pembelajan yang utuh. Bahan ajar merupakan faktor eksternal siswa yang mampu memperkuat motivasi internal untuk belajar. Pemilihan bahan ajar hendaknya juga berorientasi pada penyediaan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman dan pengembangan keterampilan proses serta berkaitan langsung dengan pengalaman nyata dari peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran fisika kadang siswa sering tidak mengetahui materi pembelajaran yang dipelajari, dan bahkan mereka tidak tahu bagaimana mengaitkan materi pelajaran fisika tersebut dengan keadaan dilingkungan sekitar
mereka. Siswa juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan nyata. Padahal pelajaran fisika sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengalaman menunjukkan bahwa apabila pengetahuan yang dipelajari di sekolah dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa, ia akan termotivasi untuk mempelajari, bahkan ingin mencari lebih banyak lagi (Poedjiadi, 2010). Pengetahuan konseptual mereka telah dibentuk bertahun-tahun dari pengalaman sehari-hari dan melalui pengetahuan tradisi yang diwariskan secara turun-menurun. Oleh karena itu, lingkungan sosial-budaya siswa perlu mendapat perhatian serius dalam mengembangkan pendidikan sains di sekolah karena di dalamnya terpendam sains asli yang dapat berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian, pendidikan sains akan betul-betul bermanfaat bagi siswa itu sendiri dan bagi masyarakat luas (Suastra, 2005). Salah satu lingkungan sosial-budaya yang perlu di perhatikan dalam mengembangkan sains adalah budaya masyarakat Lalundu yang berkaitan dengan konsep fisika contohnya cekot (sendok yang terbuat dari batok kelapa). Cekot 54
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 terbuat dari bahan isolator yang memiliki konduktivitas termal kecil. Selain itu ada juga alat tradisonal yang biasa digunakan oleh masyarakat Lalundu yaitu kendi (dibuat dari tanah liat) juga memanfaatkan pengetahuan sains yaitu tentang perubahan wujud zat. Pada dinding kendi yang terbuat dari tanah liat terdapat pori-pori (celah-celah) yang kecil. Sedikit air yang keluar melalui pori-pori itu menguap. Kalor yang diperlukan untuk penguapan air itu diambil dari kendi dan air didalamnya. Ini menyebabkan air dalam kendi lebih dingin daripada air dalam bejana plastik. Keberhasilan proses pembelajaran IPA khususnya fisika di sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dimiliki oleh siswa atau masyarakat tempat sekolah berada (Aikenhead dan Jegede, 2000). Sehingga guru perlu mengaitkan antara konsep fisika yang siswa pelajari di sekolah dengan latar belakang kebudayaan yang ada di lingkungan siswa sendiri. Pembelajaran sains di sekolah perlu memadukan paradigma ilmiah dengan cara pandang siswa tentang istilah-istilah dalam sains dan gejala-gejala fisis yang terjadi di alam sekitarnya. Berdasarkan permasalahanpermasalahan tersebut, maka diperlukan adanya bahan ajar yang mengaitkan sains dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang berjudul ”pengembangan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu.”
analisis nilai rata-rata ini berdasarkan pendapat dari Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa: ̅
∑
Keterangan: ̅ : nilai rata-rata dalam tiap butir pertanyaan ∑ : jumlah nilai dari seluruh penilaian dalam tiap butir pertanyaan. : jumlah butir pernyataan. Mengubah skor rata-rata yang diperoleh ke dalam bentuk kualitatif berdasarkan tabel berikut (Widoyoko, 2012). Tabel 1. Kriteria Penilaian Produk Skor Rata-Rata Kriteria 3,25 < ̅ ⩽ 4,00 Sangat baik (SB) 2,50 < ̅ ⩽ 3,25 Baik (B) 1,75 < ̅ ⩽2,50 Kurang (K) 1,00 ⩽ ̅ ⩽ 1,75 Sangat Kurang (SK) Analisis data respon siswa serupa dengan analisis kualitas penilaian produk. Rata-rata skor dari angket respon selanjutnya diubah ke dalam bentuk kualitatif berdasarkan tabel berikut: Tabel 2. Kriteria Kategori Respon Siswa Skor Rata-Rata Kategori 3,25 < ̅ ⩽ 4,00 Sangat Setuju (SS) 2,50 < ̅ ⩽ 3,25 Setuju (S) ̅ 1,75 < ⩽ 2,50 Tidak Setuju (TS) 1,00 ⩽ ̅ ⩽ 1,75 Sangat Tidak Setuju (STS)
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu?
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penilaian Ahli Media Aspek yang dinilai oleh ahli media meliputi kelayakan grafik, dan kelayakan bahasa. Hasil analisis penilaian menurut ahli media disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 3. Hasil Analisis Penilaian Keseluruhan Berdasarkan Ahli Media Aspek Penilaian Skor Kategori Rata-rata Kualitas I. Kelayakan 3,06 Baik Kegrafikan II. Kelayakan 3,00 Baik Bahasa Jumlah 3,03 Baik Keseluruhan
TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pengembangan yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sugiyono, 2010). Teknis analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil validasi adalah perhitungan nilai rata-rata. Penentuan teknik 55
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 2. Penilaian Ahli Materi Aspek yang dinilai oleh ahli materi meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan penilaian kontekstual. Hasil analisis penilaian menurut ahli materi disajikan pada tabel berikut ini.
9
10
11
Tabel 4. Hasil Analisis Penilaian Keseluruhan Berdasarkan Ahli Materi Aspek Penilaian Skor Kategori Rata-Rata Kualitas
12 13
I.
Kelayakan Isi
3,17
Sangat Baik
14
II.
Kelayakan Penyajian
2,92
Baik
15
III.
Penilaian Kontekstual
2,66
Baik
Jumlah Keseluruhan
2,91
Baik
16 17
3. Respon Siswa Uji terbatas bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan bahan ajar ini. Bahan ajar hasil pengembangan diujikan dalam uji coba lapangan skala kecil kepada sepuluh siswa.
18
1
2
3 4
5 6
7 8
PERNYATAAN Bahan ajar ini menjelaskan suatu konsep menggunakan ilustrasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bahan ajar ini menggunakan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan seharihari. Penyajian materi dalam bahan ajar dimulai dari yang mudah ke sukar dan dari yang konkret ke abstrak Dalam bahan ajar ini terdapat beberapa bagian untuk saya menemukan konsep sendiri. Bahan ajar ini memuat pertanyaanpertanyaan yang mendorong saya untuk belajar. Penyajian materi dalam bahan ajar ini mendorong saya untuk berdiskusi dengan teman-teman yang lain. Materi bahan ajar ini mendorong keingintahuan saya. Bahan ajar ini mendorong saya untuk merangkum materi sendiri pada kolom “Refleksi”.
Bahan ajar ini membuat saya senang mempelajari Fisika. Dengan menggunakan bahan ajar ini dapat menambah keinginan untuk belajar. Dengan menggunakan bahan ajar ini membuat belajar saya lebih terarah dan runtut. Dengan adanya ilustrasi di setiap awal materi dapat memberikan motivasi untuk mempelajari materi. Dengan menggunakan bahan ajar ini dapat membuat belajar fisika tidak membosankan.
Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar fisika berbasis budaya masyarakat trans Lalundu. Dalam pengembangan bahan ajar ini diharapkan bermanfaat kepada siswa dalam memudahkan memahami konsep-konsep fisika, dapat menjadi acuan guru-guru dalam usaha memperbaiki kualitas pembelajaran fisika dalam mengembangkan bahan ajarnya, dan diharapkan dapat dijadikan tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pengembangan bahan ajar fisika berbasis budaya. Pada penelitian ini pengembangan bahan ajar fisika berbasis budaya masyarakat yang dimaksud adalah budaya masyarakat trans Lalundu yang berada disekitar siswa dan sekolah. Dari beberapa contoh budaya masyarakat Lalundu, salah satunya adalah cekot (sendok yang terbuat dari batok kelapa). Dimana cekot adalah salah satu alat tradisional masyarakat Lalundu yang memanfaatkan asas sains. Misalnya tentang penerapan sistem perpindahan kalor. Cekot terbuat dari bahan bahan isolator yang memiliki konduktivitas termal kecil. Selain itu ada juga alat tradisonal yang biasa digunakan oleh masyarakat Lalundu yaitu kendi (dibuat dari tanah liat) juga memanfaatkan pengetahuan sains yaitu tentang perubahan wujud zat. Pada dinding
Tabel 5. Hasil Analisis Rata-Rata Penilaian Berdasarkan 10 Respon Siswa NO
Bahan ajar ini memuat tes formatif yang dapat menguji seberapa jauh pemahaman saya tentang materi suhu dan kalor. Kalimat dan paragraf yang digunakan dalam bahan ajar ini jelas dan mudah dipahami. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti. Huruf yang digunakan sederhana dan mudah dibaca. Tampilan bahan ajar ini menarik.
KET.
Sangat Setuju
Sangat Setuju Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Sangat Setuju Setuju
56
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 kendi yang terbuat dari tanah liat terdapat poripori (celah-celah) yang kecil. Sedikit air yang keluar melalui pori-pori itu menguap. Kalor yang diperlukan untuk penguapan air itu diambil dari kendi dan air didalamnya. Ini menyebabkan air dalam kendi lebih dingin daripada air dalam bejana plastik. Dari beberapa contoh kebudayaan tersebut masih banyak lagi contoh-contoh lain yang berkaitan dengan konsep fisika yang dapat menunjang penyusunan bahan ajar ini. Dari hasil tersebut kemudian di lakukan analisis data hasil pengembangan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu yang didasarkan pada hasil validasi dan uji coba terbatas. Desain uji coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kelayakan terhadap produk. Uji coba dilakukan kepada satu dosen fisika sebagai ahli media, satu orang guru fisika SMA sebagai ahli materi, dan sepuluh siswa kelas X SMA Negeri 1 Rio Pakava. Berdasarkan penilaian ahli media yang dilakukan oleh dosen fisika universitas tadulako yaitu bapak I Wayan Darmadi, S.Si. M.Pd pada tanggal 10 september 2014, aspek yang dinilai dari bahan ajar ini meliputi kelayakan kegrafikan dan kelayakan bahasa. Adapun indikator yang di nilai pada aspek kelayakan kegrafikan yaitu ukuran bahan ajar, desain sampul bahan ajar, dan desain isi bahan ajar. Pada ukuran bahan ajar menurut ahli media bahwa ukuran bahan ajar ini sudah sesuai dengan standar ISO (International Standardization Organsization). Dimana dalam penilaian ahli media menunjukan dengan kualitas sangat baik, hal ini sangat di dukung dengan deskripsi sebelumnya bahwa untuk ukuran bahan ajar adalah A4 (210 x 297 mm). Butir penilaian selanjutnya adalah kesesuaian ukuran dengan materi isi bahan ajar. Menurut ahli media pemilihan ukuran bahan ajar sudah sesuai dengan materi isi namun juga perlu diperhatikan bahwa hal ini sangat mempengaruhi tata letak bagian isi dan jumlah halaman bahan ajar sehingga dalam penilaian menunjukan kualitas baik. Selanjutnya pada desain sampul, dimana komponen yang di nilai oleh ahli media adalah penampilan unsur tata letak pada sampul muka, belakang dan punggung secara harmonis memiliki irama dan kesatuan serta konsisten. Desain sampul muka, punggung dan belakang merupakan suatu kesatuan yang utuh. Elemen warna, ilustrasi, dan tipografi ditampilkan secara harmonis dan saling terkait satu dan lainnya. Adanya kesesuaian dalam penempatan
unsur tata letak pada bagian sampul maupun isi bahan ajar berdasarkan pola yang telah ditetapkan dalam perencanaan awal bahan ajar. Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik, sebagai daya tarik awal dari bahan ajar yang ditentukan oleh ketepatan dalam penempatan unsur/materi desain yang ingin ditampilkan atau ditonjolkan di antara unsur/materi desain lainnya sehingga memperjelas tampilan teks maupun ilustrasi dan elemen dekoratif lainnya. Judul bahan ajar harus dapat memberikan informasi secara cepat tentang materi isi bahan ajar berdasarkan materi suhu dan kalor. Menggunakan dua jenis huruf agar lebih komunikatif dalam menyampaikan informasi yang disampaikan untuk membedakan dan mendapatkan kombinasi. Dari hasil tersebut sudah sesuai dengan yang di harapkan sehingga menurut ahli media masing-masing komponen tersebut dalam kategori baik. Selanjutnya desain isi bahan ajar, komponen yang di nilai adalah pemisahan antar paragraf jelas, bidang cetak dan marjin proporsional, ilustrasi dan keterangan gambar, penempatan judul, subjudul, ilustrasi dan keterangan gambar tidak menggangu pemahaman, tidak menggunakan terlalu banyak jenis huruf, jenjang / hirarki judul-judul jelas, konsisten dan proporsional, mampu mengungkap makna/ arti dari objek. Dimana komponen tersebut sudah sesuai dengan deskripsi yang di harapkan bahwa Susunan teks pada akhir paragraf terpisah dengan jelas, dapat berupa jarak (pada susunan teks rata kiri-kanan/blok) ataupun dengan inden (pada susunan teks dengan alenia). Penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, ilustrasi, keterangan gambar, nomor halaman) pada bidang cetak proporsional. Judul, sub judul, ilustrasi dan keterangan gambar ditempatkan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi terhadap materi yang disampaikan. Maksimal menggunakan dua jenis huruf sehingga tidak mengganggu perserta didik dalam menyerap informasi yang disampaikan. Untuk membedakan unsur teks dapat mempergunakan variasi dan seri huruf dari suatu keluarga huruf. Dari hasil yang diperoleh dari ahli media bahwa komponen tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan pada deskripsi dan di kategorikan baik. Penilaian ahli media pada aspek kelayakan bahasa yang meliputi ketepatan struktur kalimat, diharapkan kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi yang ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata 57
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 kalimat Bahasa Indonesia. Keefektifan kalimat yang digunakan sederhana dan langsung kesasaran. Kebakuan istilah menurut ahli media adalah Istilah yang digunakan sesuai dengan kamus Besar Bahasa Indonesia dan/atau adalah istilah teknis yang telah baku digunakan dalam Fisika. Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis Bahasa Indonesia. Usahakan bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk mempelajari buku tersebut secara tuntas. Penggambaran simbol atau ikon harus konsisten antar bagian dalam bahan ajar. Dari hasil penilaian aspek kelayakan bahasa tersebut masing-masing komponen dalam kategori baik. Selanjutnya Berdasarkan penilaian ahli materi yang dilakukan oleh seorang guru fisika pada tanggal 11 september 2014, aspek yang dinilai dari bahan ajar ini meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan penilaian kontekstual. Dari penilaian kelayakan isi terdapat beragam jawaban dari ahli materi. Menurut ahli materi pada butir penilaian kedalaman materi itu masih kurang karena Materi yang disajikan mulai dari pengenalan konsep, definisi, prosedur, tampilan output, contoh, kasus, latihan, sampai dengan interaksi antar-konsep belum sesuai dengan tingkat pendidikan di Sekolah Menengah atas dan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Kompetensi Dasar (KD). Kemudian pada keakuratan, notasi, simbol, dan ikon juga masih kurang karena menurut ahli materi pada bahan ajar ini masih kurang terdapat simbol-simbol yang digunakan pada rumus yang harusnya notasi, simbol, dan ikon disajikan secara benar menurut kelaziman yang digunakan dalam bidang/ilmu fisika. Dan pada butir penilaian keakuratan contoh dan kasus yang disajikan sudah sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta didik, keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi yang disajikan sudah sesuai dengan kenyataan, contoh dan kasus dalam kehidupan sehari-hari sudah sesuai dengan perkembangan ilmu fisika dan terdapat dalam kehidupan sehari-hari, gambar, diagram dan ilustrasi diutamakan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan juga dilengkapi penjelasan, dan penggunakan contoh kasus disajikan sesuai dengan situasi serta kondisi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam penilaian kategori sangat baik. Dan untuk penilaian kelayakan isi lainnya sudah dalam kategori baik namun perlu direvisi lagi agar dapat mencapi kesempurnaan.
Selajutnya ahli materi menilai aspek kelayakan penyajian yang dinilai adalah sistematika penyajian dalam setiap kegiatan belajar taat asas (memiliki pendahuluan, isi dan penutup), penyajian konsep disajikan secara runtut mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang dikenal sampai yang belum dikenal dan materi bagian sebelumnya bisa membantu pemahaman materi pada bagian selanjutnya. Soal-soal yang diberikan sudah dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan konsep yang berkaitan dengan materi dalam kegiatan belajar sehingga menurut ahli materi sudah dalam kategori baik dan perlu direvisi lagi agar lebih sempurna. Namun penilaian lainnya diperoleh kurangnya contoh-contoh soal yang diberikan untuk membantu menguatkan pemahaman konsep yang ada dalam materi, kurangnya kunci jawaban dari soal latihan setiap akhir kegiatan belajar dan kurangnya penguasaan materi yang diperoleh. Dari kekurangan tersebut peneliti di harapkan lebih teliti dalam penyajian bahan ajar agar bahan ajar yang diperoleh bisa maksimal. Selanjutnya pada penilaian kontekstual, kontekstual artinya materi yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa. Keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa sudah sangat baik. Menurut ahli materi masih kurangnya tugas kelompok, dan materi yang merangsang siswa untuk berdiskusi (sharing) dengan teman-temannya dan kurangnya soal-soal yang langsung disertai dengan contoh penyelesaiannya. Dari hasil tersebut diharapkan untuk merevisi kembali bagian-bagian yang di anggap masih kurang khususnya pada contohcontoh soal dan penyelesaianya. Setelah dilakukan validasi ahli media dan ahli materi langkah selanjutnya adalah uji skala kecil atau uji terbatas. Uji terbatas ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan bahan ajar ini. Bahan ajar hasil pengembangan diujikan dalam uji coba lapangan skala kecil kepada sepuluh siswa. Tujuan pelaksanaan uji coba lapangan skala kecil adalah untuk mendapatkan gambaran respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Siswa memberi tanggapan terhadap materi, bahasa, dan ketertarikan menggunakan bahan ajar tersebut. Hasil analisis respon siswa terhadap bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya yang dikembangkan karena tipe pernyataannya bersifat positif, maka nilai (score) untuk tiap pilihan jawabannya adalah sebagai berikut 4 58
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 (Sangat setuju), 3 (Setuju), 2 (Tidak setuju), dan 1 (Sangat tidak setuju). Adapun jumlah pernyataan yang diberikan berjumlah 18 item dengan indikator yang dinilai oleh siswa adalah materi, bahasa, dan ketertarikan pada bahan ajar. Pada pernyataan 1 ada dua siswa yang menjawab setuju karena bahan ajar ini sudah menjelaskan suatu konsep menggunakan ilustrasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,sedangkan siswa lainnya menjawab sangat setuju. Pada pernyataan 2 ada lima siswa menjawab setuju sedangkan lima siswa lainnya menjawab sangat setuju karena bahan ajar ini sudah menggunakan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Pernyataan 3 yang menyatakan penyajian materi dalam bahan ajar dimulai dari yang mudah ke sukar dan dari yang konkret ke abstrak ada satu siswa menjawab tidak setuju delapan siswa menjawab setuju dan satu siswa menjawab sangat setuju, dari satu siswa yang menjawab tidak setuju tersebut diketahui bahwa siswa tersebut kurang memahami isi dari pernyataan yang diberikan. Pada pernyataan 4, 5, 6, dan 7 rata-rata siswa menjawab sangat setuju karena menurut siswa dalam bahan ajar ini sudah terdapat beberapa bagian untuk siswa menemukan konsep sendiri, memuat pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk belajar, dapat mendorong siswa untuk berdiskusi dengan teman-teman yang lain, dan mmateri bahan ajar ini mendorong keingintahuan siswa dalam belajar. Kemudian pada pernyataan 8 ada delapan siswa menjawab setuju dan dua siswa menjawab sangat setuju karena diharapkan bahan ajar ini dapat mendorong siswa merangkum materi sendiri. Pada pernyataan 9, 10, 11, 12, dan 13 rata-rata siswa menjawab sangat setuju yang menyatakan bahwa bahan ajar ini memuat tes formatif yang dapat menguji seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi suhu dan kalor, kalimat dan paragraf yang digunakan dalam bahan ajar ini jelas dan mudah dipahami, bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, huruf yang digunakan sederhana dan mudah dibaca, dan tampilan bahan ajar ini sangat menarik. Pada pernyataan 14 ada delapan siswa menjawab setuju dan dua siswa menjawab sangat setuju yang mennyatakan bahwa dengan adanya bahan ajar ini siswa senang mempelajari Fisika.pada pernyataan 15, 16, 17, dan 18 siswa rata-rata menjawab sangat setuju namun ada satu siswa menyatakan tidak setuju karena menurut siswa
tersebut dengan menggunakan bahan ajar ini dia masih merasa bosan belajar fisika. Selanjutnya untuk mengetahui data kuantitatif maka akan dilakukan perhitungan menggunakan rumus yang sudah ada. Yang pertama adalah pada hasil perhitungan uji ahli media yang dilakukan oleh satu dosen fisika universitas tadulako. Dimana Rata-rata hasil penilaian dari uji kelayakan kegrafikan adalah 3,06 dan rata-rata hasil penilaian dari uji kelayakan bahasa adalah 3,00. Hasil rata-rata penilaian uji kelayakan kegrafikan dan uji kelayakan bahasa didapatkan jumlah rata-rata keseluruhan dari ahli media yaitu 3,03 dan di kateorikan “ Baik ”. Dari hasil tersebut ahli media menyatakan bahwa bahan ajar ini layak di uji cobakan di lapangan dengan revisi. Selanjutnya pada hasil penilaian ahli materi yang dilakukan oleh guru fisika SMA Negeri 1 Rio Pakava yaitu bapak Yusran Ahmad Hippy, S.Pd aspek yang di nilai dari bahan ajar ini meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan penilaian kontekstual. Rata-rata penilaian kelayakan isi adalah 3,17, kelayakan penyajian 2,92, dan penilaian kontekstual 2,66. Dari hasil rata-rata penilaian kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan penilaian kontekstual didapatkan jumlah rata-rata keseluruhan dari ahli materi yaitu 2,91 dan di kategorikan “ Baik ”. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan ajar memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain karena di dalam bahan ajar ini telah dilengkapi dengan materi yang sesuai dengan tema maupun Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar, terdapat contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi, kontekstual artinya materi yang disajikan sesuai dengan lingkungan siswa, terdapat soalsoal latihan, tugas atau sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa, terdapat rangkuman materi, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat penguasaan materi. Selain itu, terdapat pula aspek penggunaan bahasa yang dinilai oleh ahli materi dan ahli media, dengan kualitas baik. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan ajar dapat digunakan oleh siswa secara mandiri karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Selanjutnya uji terbatas yang dilakukan terhadap sepuluh siswa kelas X SMA Negeri 1 Rio Pakava, siswa diberi angket yang mempunyai 18 item pernyataan dan ada 4 opsi pilihan. Setelah melakukan analisis terhadap angket yang diberian kepada siswa, didapatkan skor rata-rata sebesar 3,54. Berdasarkan Tabel 3.1 yaitu kriteria kategori respon siswa, skor 59
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 tersebut termasuk ke dalam kategori “ Sangat Setuju “. Karena hasil angket menunjukkan kategori Sangat setuju maka bisa dikatakan bahwa bahan ajar yang dibuat layak digunakan untuk media belajar mandiri siswa. Keunggulan bahan ajar fisika materi suhu dan kalor berbasis budaya masyarakat trans Lalundu adalah peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena peserta didik dituntut untuk mencari dan membaca buku lain serta mencari informasi dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya, materi yang disajikan menarik karena mengaitkan dengan budaya atau kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kekurangan dan masalah-masalah yang ditemukan dalam penyusunan bahan ajar ini adalah kurangnya pengaitan konsep-konsep materi bahan ajar dengan aplikasi yang terjadi dilingkungan, kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep fisika berbasis budaya karena perkembangan zaman dan adanya teknologi yang lebih maju .
Hidayatun, Nunik. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Starter Experiment Approach. Skripsi sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Suastra, I.W. (2005). Merekonstruksi Sains Asli dalam Rangka Mengembangkan Pendidikan Sains Berbasis Budaya Lokal Di Sekolah. Disertasi. Tidak Dipublikasikan.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan bahan ajar ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah pengembangan yaitu melihat adanya potensi masalah, mengumpulan data, mendesain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk. Pada hasil uji coba ahli media didapatkan skor penilain rata-rata sebesar 3,03 dan dikategorikan Baik, analisis penilaian ahli materi didapatkan skor rata-rata sebesar 2,91 dan dikategorikan “Baik”, sedangkan hasil analisis penilaian respon siswa didapatkan skor ratarata sebesar 3,54 dan dikategorikan “Sangat setuju”. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan ini dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran bagi siswa. DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, H.S. 1985. “Etnosains dan Etnometodologi: Sebua Perbandingan” dalam “Masyarakat Indonesia” Majalah Ilmu-ilmu Sosial Indonesia. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jilid XII Nomor 2. Budiasana, I Nym. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Smp Kelas VII Topik Aritmatika Sosial Melalui Pendekatan Kontekstual. Palu : Universitas Tadulako. Depdiknas, 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian Dan Pengembangan.
60