Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014 Pengembangan Bahan Ajar Aritmatika
ISBN... 978-602-0960-00-5 Sosial pada Siswa SMP
617
Pengembangan Bahan Ajar Aritmatika Sosial pada Siswa SMP Kelas VII dengan Pendekatan Saintifik Musni Yuliastuti
[email protected] SMP Negeri 1 Wagir Kab. Malang Jatim ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar siswa dan buku pedoman Guru. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model pengembangan Plomp (2009) , dengan tahapan (1) preliminary research yakni melakukan analisis kebutuhan dan konteks, kajian literature dan mengembangkan kerangka kerja konseptual pengembangan, (2) prototype, yakni mengembangkan bentuk contoh bahan kemudian melakukan iterasi (siklus mikro) dengan menggunakan evaluasi formatif untuk meningkatkan dan memperbaiki bahan, dan (3) assessment, yakni melakukan evaluasi sumatif atau semi-sumatif untuk menyimpulkan apakah bahan yang dikembangkan dapat memecahkan masalah yang telah dispesifikasi. Hasil pengembangan berupa Bahan Ajar Siswa dan Buku Pedoman Guru materi Aritmatika Sosial dengan pendekatan saintifik. Bahan ajar siswa dan buku pedoman Guru telah divalidasi oleh ahli dan praktisi tentang aspek kegunaan, kelayakan dan ketepatan dengan hasil sangat valid. Hasil uji coba kelompok kecil ada beberapa salah ketik. Berdasar hasil uji coba kelas natural, dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan hasil belajar siswa bagus. Nilai rata-rata hasil belajar 88,08 dan 2 siswa dibawah KKM 75. Disarankan bahan ajar dikembangkan untuk KD-KD yang lain agar siswa lebih mudah belajar dengan pendekatan santifik dan Guru lebih mahir menyusun bahan ajar. Kata Kunci: Pengembangan, Bahan Ajar Aritmatika Sosial, Pendekatan Saintifik.
PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia sejak merdeka telah mengalami perubahan kurikulum beberapa kali.Pertama kurikulum 1947, saat itu rencana pelajaran dirinci dalam rencana pelajaran terurai. Kedua Kurikulum 1964 yaitu rencana pendidikan sekolah dasar. Ketiga Kurikulum 1968 yaitu Kurikulum sekolah Dasar.Ke empat Kurikulum 1973 yaitu Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP).Kelima Kurikulum 1975 atau Kurikulum Sekolah Dasar. Ke enam Kurikulum 1984, kemudian Kurikulum 1994, Kurikulum 1997, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan yang baru berlaku sekarang adalah Kurikulum 2013(Kemdikbud, 2012). Dengan berlakunya kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 (Permendikbud no 81a, 2013) terdiri atas limapengalaman belajar pokok yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3)
mengumpulkan informasi, (4) mengasosiasi, dan (5) mengkomunikasikan. Disamping itu perlu juga dikembangkan sistem penilaian yang mendukung kreatifitas yaitu sistem penilaian yang menekankan pada proses dan bukan pada hasil saja, sehingga tugas tidak hanya memiliki satu jawaban tetapi banyak jawaban benar serta mentolerir jawaban yang nyeleneh. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment)yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh (permendikbud no 65, 2013). Konsep pendekatan saintifik (Kemdikbud, 2013)adalah sebagai berikut: 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira atau dongeng semata. 2. Penjelasan Guru dan respon siswa hendaknya terbebas dari prasangka yang serta merta atau menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis dan analitis dalam
618
mengidentifikasi dan memecahkan masalah. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipoteteik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dalam materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mamapu memahami dan menerapkan serta mengembangkan pola pikir yang rasional dan obyektif. 6. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas. Menurut Paparan Mendikbud 2012, faktor pendukung implementasi Kurikulum 2013 adalah ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar. Buku sebagai bahan ajar terdiri atas dua jenis yaitu buku guru dan buku siswa. Secara garis besar materi pada buku guru sama dengan materi pada buku siswa, hanya saja pada buku guru ada sedikit informasi yang harus dilakukan oleh guru. Setelah disajikan masalah/soal pada buku guru ada penyelesaian masalah sedangkan pada buku siswa tidak ada walaupun tertulis langkahlangkah penyelesaian, sehingga menurut penulis membuat siswa kurang jelas. Disamping itu pada buku siswa kurang tahaptahap pendekatan saintifik. Dyer J.H dkk(2009) dalam Innovators DNA menyatakan bahwa dua pertigadari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, dan sisanya berasal dari genetik. Kemampuan kreativitas diperoleh melalui mengamati(observing), menanya(questioning), menalar (associating), mencoba(experimenting) dan membentuk jaringan (networking). Oleh karena itu dipandang perlu untuk merumuskan kurikulum yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar dan mencoba dalam ranagka meningkatkan kreativitas peserta didik. Fakta di lapangan berdasar pengalaman peneliti menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan ketika menyelesaikan soal tentang Aritmatika Sosial terutama tentang harga beli, harga jual, laba dan diskon. Materi aritmatika sosial tentang “Diskon, Pajak, Bruto, Tara Dan Neto” jika dipelajari dengan pendekatan saintifik, diharapkan siswa tidak mengalami kebingungan karena siswa akan dihadapkan
[PENDIDIKAN MATEMATIKA]
pada dua permasalahan namun berbeda penyelesainnya. Dengan mengamati siswa diharapkan bisa membedakan atau menalar penyelesaian yang di harapkan. Sebagai contoh :
Masalah 1
Menjelang lebaran Matahari memberi diskon 10% untuk semua jenis barang. Santi membeli sepasang sepatu seharga Rp. 250.000,00 .Dengan diskon 10%, berapakah Santi harus membayar di kasir?
Masalah 2
Badu pergi ke Ramayana untuk membeli Kemeja. Setelah mendapatkan kemeja yang cocok, Badu membayar harga kemeja di kasir sebesar Rp.80.000,00 setelah mendapat diskon 25%. Barapakah harga kemeja sebelum mendapat diskon? Masalah 1 dan masalah 2 adalah setara namun berbeda dalam penyelesainnya. Siswa diharapkan mengamati kedua soal tersebut kemudian berdiskusi dengan teman dalam kelompok dan menuliskan persamaan serta perbedaan kedua soal tersebut. Setelah tahu tentang persamaan dan perbedaan, diharapkan siswa bisa menalar kira-kira bagaimana langkah-langkah penyelesaiannya. Dengan mengetahui perbedaan kedua soal, siswa tidak akan terkecoh dalam menyelesaikannya. Berdasar paparan di atas, siswa masih mengalami kesulitan pada materi aritmatika sosial dan buku siswa terbitan Kemdikbud kurang memuat tahap-tahap saintifik. Mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan saintifik berarti juga melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Jika melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik belum tentu mengembangan bahan ajar. Maka peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar Aritmatika sosial dengan pendekatan saintifik pada siswa SMP kelas VII sekaligus melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Pengembangan Bahan Ajar Aritmatika Sosial pada Siswa SMP... Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik.Pendekatan saintifik (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilainilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini. Mengamati Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Mengamati ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Menanya Pertanyaanadalah kunci untuk belajaraktif danbermakna, dan merupakanlandasan penemuan ilmiah.Rumusanpertanyaan yang baikjuga merupakantindakan kreatif, dan merupakan inti untuk melakukan semua ilmu.Pertanyaanadalah kunci untuk belajaraktif danbermakna,dan merupakanlandasanpenyelidikan ilmiah. (Chin. C, 2004). Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
619
Mengumpulkan informasi Dalam kurikulum 2013, setelah timbul pertanyaan dalam diri siswa maka selanjutnya siswa diharap mengumpulkan informasi untuk mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.Informasi dapat diperoleh siswa dengan membaca buku, melihat video pembelajaran, membuka website atau bertanya pada orang yang labih tahu tentang materi yang ada dalam pertanyaan tersebut. Menalar Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam proses pembelajaran matematika, pada umumnya proses menalar terjadi secara simultan dengan proses mengolah atau menganalisis kemudian diikuti dengan proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran sampai diperoleh suatu simpulan. Bentuk penyajian pengetahuan atau ketrampilan matematika sebagai hasil penalaran dapat berupa konjektur atau dugaan sementara atau hipotesis. Mengomunikasikan Dalam kurikulum 2013, yang dimaksud mengomunikasikan adalah menyampaikan pesan atau berbagi dengan teman lain atau dengan kelompok lain dalam satu kelas. Setelah siswa menalar dan mendapatkan kesimpulan dengan bimbingan Guru, maka siswa diharapkan menyampaikan kesimpulan tersebut kepada siswa atau kelompok lain. Sehingga ketika siswa saling menukar informasi atau saling menyampaikan pesan, akan diperoleh kesimpulan yang sama namun dengan cara penyelesaian yang berbeda. Cara mengkomunikasikan bisa dengan cara menyampaikan di depan kelas, atau memaparkan lewat slide atau sekedar memajang hasil kerjanya di dinding kelas agar terbaca oleh siswa yang lain. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar (Depdiknas 2010) Materi aritmatika sosial yang terdapat pada buku siswa terbitan kemdikbud 2013 meliputi : 1) nilai suatu barang, 2) harga penjualan, pembelian, untung dan rugi, 3) diskon, pajak, bruto, tara dan neto, 4) Bunga tunggal.
620
[PENDIDIKAN MATEMATIKA]
METODE Penelitian ini menggunakan model pengembangan yang ditulis oleh Plomp (2009) terdiri tiga tahap yaitu (1) preliminary research yakni melakukan analisis kebutuhan dan konteks, kajian literature dan mengembangkan kerangka kerja konseptual pengembangan, (2) prototype, yakni mengembangkan bentuk contoh bahan kemudian melakukan iterasi (siklus mikro) dengan menggunakan evaluasi formatif untuk meningkatkan dan memperbaiki bahan, dan (3) assessment, yakni melakukan evaluasi sumatif atau semi-sumatif untuk menyimpulkan apakah bahan yang dikembangkan dapat memecahkan masalah yang telah dispesifikasi. Desain yang digunakan adalah (a) Validasi Ahli dan Praktisi, (b) Uji Coba Kelompok kecil dan (c) Uji Coba Kelas Natural. Berdasarkan pada rancangan tersebut, penelitian ini menempuh prosedur sebagai berikut.
LANGKAH KERJA 1. Melakukan analisis kebutuhan dan konteks: 1) Mewawancarai guru matematika tentang problem dan harapan pembelajaran terkait dengan materi aritmatika sosial 2) Menyusun dan menyebarkan angket sederhana untuk mengetahui harapan, sikap dan perilaku siswa dalam belajar matematika khususnya bahan aritmatika sosial Prelimi 3) Mempelajari dokumen nary prestasi belajar siswa dalam researc materi aritmatika sosial h untuk mendalami/mendiagnosis problem dan kebutuhan belajar siswa dalam materi aritmatika sosial 4) Mengkaji peraturan, dokumen dan laporanlaporan resmi, jurnal ilmiah, media massa untuk memperoleh gambaran tentang kondisi harapan dan problematika nyata terkait pembelajaran matematika dalam konteks sekolah dan
penerapan kurikulum 2013, khususnya materi aritmatika sosial 5) Merangkum, menyimpulkan dan merumuskan pokokpokok problematika pembelajaran matematika khususnya materi aritmatika sosial 2. Melakukan kajian literature terkait dengan teori dan bahan pembelajaran matematika, khususnya aritmatika sosial 3. Mengembangkan kerangka kerja konseptual pengembangan yakni merangkum, menyimpulkan dan merumuskan kerangka kerja konseptual untuk mengembangkan bahan ajar yang dihipotesiskan dapat menyelesaikan problematika yang telah dirumuskan
FASE
Proto type
4. Mengembangkan bentuk contoh bahan 1) merumuskan tujuan pembelajaran pada materi aritmatika sosial 2) menentukan metode pembelajaran yang cocok bagi bahan ajar yang dikembangkan 3) menulis bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran 4) menyusun alat evaluasi proses dan hasil penerapan bahan ajar 5) menyusun format balikan ahli dan praktisi terhadap bahan 6) meminta balikan (feed back) dari validator dan praktisi (guru) matematika dengan menggunakan format yang telah disusun 7) melakukan revisi bahan ajar berdasarkan masukan ahli dan praktisi (REVISI 1) 5. Melakukan evaluasi formatif 1) menggandakan bahan ajar yang telah direvisi 2) menyiapkan pembelajaran bagi siswa subjek coba (kelompok kecil) dan sejawat untuk mengamati
Pengembangan Bahan Ajar Aritmatika Sosial pada Siswa SMP... 3) melaksanakan pembelajaran uji coba di kecil, dan diamati oleh guru sejawat 4) meminta balikan/evaluasi siswa terhadap pembelajaran dengan materi yang telah dikembangkan dengan angket respon siswa. 5) meminta balikan dari guru pengamat (sejawat) 6) melakukan refleksi dan analisis terhadap balikan siswa dan balikan guru pengamat. 6. Memperbaiki 2) Assess ment
bahan
(REVISI
7. Melakukan evaluasi sumatif atau semi-sumatif 1) Menggandakan bahan hasil revisi untuk pembelajaran di kelas yang nyata (natural) 2) menyiapkan pembelajaran bagi siswa di kelas natural 3) melaksanakan pembelajaran bagi siswa di kelas natural 4) meminta balikan/evaluasi siswa terhadap pembelajaran dengan materi yang telah dikembangkan 5) melakukan evaluasi pembelajaran 6) melakukan analisis terhadap balikan dan hasil belajar siswa 8. Menyimpulkan apakah bahan yang dikembangkan dapat memecahkan masalah 9. Melakukan revisi bahan atas dasar simpulan dan masukan guru pengamat, siswa dan hasil belajar siswa (REVISI 3) 10. Menyusun laporan penelitian
Peneliti juga menyusun angket respon siswa untuk mengetahui pendapat siswa terhadap bahan ajar. Angket respon siswa berisi pernyataan-pernyataan terhadap bahan ajar untuk menilai sejauh mana keefektifan bahan ajar siswa menurut pendapat siswa. Peneliti menyusun tes hasil belajar untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi aritmatika sosial dengan pendekatan saintifik.
621
PEMBAHASAN Hasil validasi ahli dan praktisi terhadap bahan ajar siswa dari aspek kegunaan, kelayakan dan ketepatan memiliki indeks uji ahli dan praktisi sebesar 1 yang berarti memiliki validasi yang sangat tinggi atau sangat baik. Hasil validasi ahli dan praktisi terhadap buku pedoman Guru dari aspek kegunaan, kelayakan dan ketepatan memiliki indeks uji ahli dan praktisi sebesar 1 yang berarti memiliki validasi yang sangat tinggi atau sangat baik. Hasil tes belajar siswa menunjukkan siswa menguasai materi aritmatika sosial karena hanya dua siswa dari 32 siswa yang tidak tuntas atau nilai kurang dari KKM. Hasil pengamatan observer terhadap proses pembelajaran sudah cukup baik. Siswa dapat mengikuti tahap-tahap pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pada pertemuan pertama siswa tidak mengalami kesulitan karena sifatnya hanya mengingat kembali tentang harga jual/ beli, untung/ rugi, diskon, pajak, bruto, tara dan neto. Pada pertemuan kedua siswa sangat sulit untuk membuat pertanyaan pada tahap “menanya” sehingga pengalokasian waktu kurang sesuai dengan RPP, soal pemahaman materi dikerjakan sebagai tugas rumah. Pada pertemuan pertama Guru juga masih terlihat mendominasi proses pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa masih kurang aktif. Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa semakin berani untuk bertanya dan susunan kalimat pertanyaan juga semakin bagus. Berdasar hasil angket respon siswa diperoleh informasi sebagai berikut : (1) 91,41% siswa menyatakan dapat mempelajari dan memahami tabel-tabel pada tahap “mengamati”, (2) 82,03% siswa menyatakan informasi yang disajikan pada tahap “menggali informasi” menambah pengetahuan tentang materi yang sedang dipelajari, (3) 78,91% siswa menyatakan bahwa pada tahap “menalar” memotivasi untuk membuat kesimpulan, (4) 91,41% siswa menyatakan bahan ajar siswa sudah dilengkapi dengan soal-soal untuk memahamkan materi yang sedang dipelajari, (5) 97,66% siswa menyatakan bahan ajar menyediakan tempat untuk mengerjakan soal-soal, (6) 93,75% siswa menyatakan ilustrasi pada bahan ajar membantu memahami materi aritmatika sosial, (7) 98,44% siswa menyatakan materi pada bahan ajar tersusun secara kronologis sesuai
622
tahap saintifik, (8) 82,03% siswa menyatakan bahasa pada bahan ajar mudah dimengerti, dan (9) 86,72% siswa menyatakan kalimat pada bahan ajar tidak menimbulkan penafsiran ganda. Respon siswa terhadap bahan ajar dapat disimpulkan sangat bagus yaitu sebesar 89,15%. Paling rendah item no 3 sebesar 78,91% yaitu “Pada bagian menalar memotivasi siswa bisa membuat kesimpulan”. Menalar atau mengasosiasi adalah jawab dari kegiatan menanya.Siswa masih mengalami kesulitan pada tahap menanya sehingga siswa juga kesulitan untuk membuat kesimpulan.Jika siswa sudah terbiasa dengan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan saintifik, maka hal tersebut bukanlah suatu kendala. Kelas natural terdiri atas 32 siswa, ada dua siswa yang tidak tuntas ketika mengerjakan soal tes hasil belajar.Hal ini dimungkinkan siswa dan Guru belum terbiasa dengan pendekatan saintifik. Jika siswa dan guru sudah terbiasa dengan pendekatan saintifik maka selama kegiatan belajar mengajar siswa-siswa tertentu bisa dibimbing sehingga menguasai materi yang sedang dipelajari.Informasi lain yang didapat dari tes hasil belajar siswa antara lain : (1) 98,96% siswa dapat membuat model matematika dan menggambarkan ilustrasinya dari masalah aritmatika sosial sederhana, (2) 93,75% siswa dapat membuat model matematika dan menyelesaikan serta menentukan harga sebelum mendapat diskon, (3) 92,97% siswa dapat membuat model matematika dan menyelesaikan serta menentukan harga sebelum dikenai pajak penjualan dan (4) 73,13% siswa dapat memeriksa kebenaran jika diberikan beberapa selesaian serta membuat kesimpulan. Secara umum dapat diinformasikanbahwa 88,09% siswa dapat mengerjakan soal tes hasil belajar sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa siswa sudah menguasai materi aritmatika sosial dengan pendekatan saintifik dengan menggunakan bahan ajar siswa hasil pengembangan peneliti. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil uji coba kelas natural menunjukkan bahwa siswa senang dengan pembelajaran saintifik dan sebanyak 88,09% siswa dapat mengerjakan soal tes hasil belajar sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa siswa sudah menguasai materi aritmatika sosial dengan pendekatan saintifik. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
[PENDIDIKAN MATEMATIKA]
menggunakan pembelajaran kelompok, belajar kelompok merupakan strategi yang cocok untuk meningkatkan penalaran siswa. Siswa lebih terpancing untuk menggunakan daya nalarnya secara optimal melalui pengungkapan gagasannya serta bagaimana cara menghargai argumen rekannya, sehingga siswa dapat mengevaluasi argumen dirinya sendiri maupun argumen rekannya secara objektif.Siswa terlibat secara aktif dalam melakukan aktivitas matematis maka siswa dapat mengkontruksi argumen mereka sendiri sehingga penalaran siswa menjadi lebih berkembang. Dengan pembelajaran saintifik siswa juga terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Pembelajaran siswa aktif akan banyak tercipta kreativitas dan memunculkan potensi unik dari diri siswa. Dengan pembelajaran kelompok juga menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Kolaborasi pembelajaran kelompok memfasilitasi pembelajaran bermakna dan kontruksi pengetahuan Produk hasil penelitian pengembangan berupa bahan ajar siswa dan buku pedoman Guru, ketika uji cobakan pada kelas natural hanya satu kelas. Jika akan digunakan pada sekolah lain maka perlu dilakukan observasi lebih lanjut karena produk hasil pengembangan ini disusun berdasarkan karakteristik siswa SMP Negeri 1 Wagir. Produk hasil penelitian pengembangan berupa bahan ajar siswa dan buku pedoman Guru dapat dikembangkan pada KD-KD yang lain sehingga mempermudah Guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013. PUSTAKA RUJUKAN [1] Chin, C. 2004. Students' questions: Fostering a culture of inquisitiveness in science classrooms. School ScienceReview, 86.314: 107 -112. [2] Depdiknas. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA. Dyer, Jeffrey H., Hal B. Gregersen, and Clayton M. Christensen. 2009. Theinnovator’s DNA. Harvard Business Review 87.12: 60-67. [3] Kemdikbud. 2012. Pengantar Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013. Jakarta.
Pengembangan Bahan Ajar Aritmatika Sosial pada Siswa SMP... [4] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. [5] Permendikbud No 65. 2013. Standar Proses. Jakarta . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. [6] Permendikbud No 81a. 2013. Implementasi
623
Kurikulum.Jakarta .Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. [7] Plomp, T. 2009. Educational design research:An introduction to educational design research: 9-3
624
[PENDIDIKAN MATEMATIKA]