PENGARUH ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA TRADISI SYAWALAN TERHADAP AQIDAH ISLAM DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
Oleh : KURNIAWAN NIM: 4199015
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2005
PENGARUH ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA TRADISI SYAWALAN TERHADAP AQIDAH ISLAM DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat (AF)
Oleh:
KURNIAWAN NIM : 4199015
Semarang, Maret 2006 Disetujui Oleh:
Pembimbing II
Pembimbing I
M. Sya’roni, M.Ag. NIP. 150 276 115
Drs. H. Ridin Sofwan M,Pd NIP. 150 178 317
PENGESAHAN Skripsi saudara KURNIAWAN No. Induk: 4199015 telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal : ____________________ Dan telah diterima serta disyahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana (S.1) dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat (AF).
Dekan Fakultas / Ketua Sidang
Drs. H. Ridin Sofwan, M.Pd. NIP. 150 179 317 Pembimbing I
Penguji I
Drs. H. Ridin Sofwan, M.Pd. NIP. 150 179 317
___________________________ NIP.
Pembimbing II
Penguji II
M. Sya’roni, M.Ag. NIP. 150 276 115
____________________________ NIP. Sekretaris Sidang
Dr. H. Abdul Muhayya. MA. NIP. 150 245 380
MOTTO
.ﻗﹰﺎﺎ ًﺀ ﹶﻏﺪﻢ ﻣ ﻬ ﻨﻴﺳ ﹶﻘ ﻳ ﹶﻘ ِﺔ َ ﹶﻻﻋﻠﹶﻰﺍﻟ ﱠﻄ ِﺮ ﻮﺍﺘ ﹶﻘﺎﻣﺳ ﻭﹶﺍ ﹾﻥ ﱠﻟﻮِﺍ “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)."(Al Jin : 16)1
1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 985
ABSTRAKSI Manusia dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari persoalan agama, dua dimensi antara dunia nyata dan alam ghaib selalu menjadikan pro dan kontra dalam memberikan argumen-argumen untuk menanggapi suatu persoalan yang terjadi terhadap budaya atau tradisi pada suatu ajaran-ajaran agama. Kajian pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan bagaimana sebenarnya motivasi, tujuan, serta mengungkap seberapa jauh pengaruh ziarah tersebut terhadap Makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan yang dilakukan oleh pengunjung ditinjau dari segi aqidah Islam. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif terhadap pengaruh ziarah makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan terhadap aqidah Islam di Desa Protomulyo ditinjau dari aqidah Islam, sementara itu dalam diskriptifnya terdapat peran penting aqidah Islam dalam upaya membentengi diri terhadap perilaku yang menyimpang, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam pada peziarah makam Sunan Katong. Subyek dalam penelitian ini adalah peziarah makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Dari beberapa pengunjung yang datang ke makam tersebut di ambil 50 orang sebagai sampel, dari 50 angket yang telah diberikan kepada responden atau peziarah tersebut di dapat 42 laki-laki dan 8 perempuan dari berbagai jenis pekerjaan yang meliputi; Pedagang, petani, buruh pabrik, karyawan, PNS, pelajar dan lain-lain. Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling, data diperoleh dari angket yang disebarkan dan di isi oleh responden atau peziarah Makam Sunan Katong pada pelaksanaan Tradisi Syawalan. Disamping itu juga menggunakan metode survey dengan teknik analisis, pengumpulan data menggunakan instrumen interview, observasi dan dokumentasi. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa :1) Peziarah kubur yang mempunyai motivasi yang berdasarkan dari tuntunan syara’ sebanyak 64%, sedangkan peziarah yang mempunyai motivasi bukan berdasarkan dari ajaran Islam sebanyak 36%. 2). Responden yang mempunyai tujuan berdasarkan pengalaman ajaran agama sebanyak 70% sedang yang mempunyai tujuan untuk dimudahkan dalam mencari jodoh, dimudahkan dalam usaha, serta untuk mempercepat kenaikan pangkat sebanyak 20% dan sisanya hanya sekedar untuk berwisata 10%. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
KATA PENGANTAR Tiada kata seindah sayatan melodi yang dapat menggetarkan jiwa yang paling dalam, kecuali hanyalah rasa syukur kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini Dengan menyebut kebesaran nama Allah yang maha segala-galanya, al-Hamdulillah, Allah telah memberikan keajaibannya dalam penelitian ini, shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad yang telah menjadi Uswatun Hasanah dalam setiap langkahnya. Sebelumnya penelitian ini merupakan wacana yang baru bagi penulis, sehingga penulis dalam hal ini dibantu oleh pihak-pihak yang cukup berkompeten di bidangnya. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun penelitian ini tidak akan berarti tanpa adanya dukungan, bantuan, dan kerjasama antara pihak-pihak yang berperan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan penuh perasaan tulus penulis sampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada yth. : Oleh karena itu penulis disini hanya mendoakan semoga semua pihak yang membantu penelitian ini dibalas oleh Allah, dan penulis berterimakasih kepada : 1. Bapak Drs. H. Ridin Sofwan M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Drs. H. Ridin Sofwan M.Pd dan Bapak Sya’roni M.Ag. selaku pembimbing beserta keluarganya. 3. Bapak Drs. H. Ridin Sofwan M.Pd selaku dosen wali. 4. Bapak Ahmad Hamam Rochani yang telah memberikan informasi yang penulis butuhkan. 5. Kedua orang tua, saudara, kekasih dan sahabat atas dukungan yang telah diberikan. 6. Alumni dan teman-teman Post Modern, Muna, Oko, Rudy, Three ‘As, Antok, Mawardie, Umam, yang turut membantu menyelesaikan penelitian.
7. Teman-teman Teater Metafisis fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang turut mendukung penelitian. 8. Semua pihak yang membantu penelitian. Di sini penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat merubah wacana pendidikan wanita yang semula dipahami dangkal dapat menjadi inspirasi dan semangat bagi para pembaca dan para wanita pada khususnya untuk memperoleh pendidikan dan ikut berperan aktif dalam masyarakat terutama dalam keluarga secara maksimal. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis. Amin.
Semarang,
Penulis
Februari 2006
DAFTAR ISI Halaman Judul ..............................................................................................
i
Halaman Nota Pembimbing .........................................................................
ii
Halaman Pengesahan ...................................................................................
iii
Halaman Motto ............................................................................................
iv
Halaman Abstraksi .......................................................................................
v
Halaman Kata Pengantar ..............................................................................
vi
Halaman Daftar Isi .......................................................................................
vii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Penegasan Judul ................................................................
3
C. Pokok Masalah ...................................................................
5
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..........................................
5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................
6
F. Metode Penulisan Skripsi ..................................................
7
G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................
9
BAB II : TINJAUAN UMUM AQIDAH ISLAM DAN ZIARAH KUBUR A. Aqidah Islam .....................................................................
11
1. Pengertian Aqidah Islam ...............................................
14
2. Sumber-Sumber Aqidah Islam .....................................
19
3. Fungsi Aqidah Islam .....................................................
21
B. Ziarah Kubur ......................................................................
22
1. Tujuan Ziarah Kubur ....................................................
24
2. Tata Cara Ziarah Kubur ................................................
25
3. Pendapat Para Ulama Tentang Ziarah Kubur ................
26
BAB III : ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA TRADISI SYAWALAN DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL A. Gambaran
Umum
Masyarakat
Desa
Protomulyo
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal 1. Letak Geografis .............................................................
29
2. Keadaan Demografi ......................................................
30
B. Sunan Katong 1. Biografi Sunan Katong ..................................................
34
2. Misi Sunan Katong ........................................................
57
C. Tradisi Syawalan ...............................................................
58
D. Ziarah dan Pengaruhnya terhadap Aqidah Islam di Desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal .....
62
BAB IV : ANALISIS A. Motivasi Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan ...............................................................
73
B. Tujuan Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan ...............................................................
76
C. Pengaruh Ziarah Pada Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan dalam Perspektif Aqidah Islam .........................
78
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
82
B. Saran-Saran ........................................................................
83
C. Penutup ...............................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tradisi ziarah kubur ataupun mendatangi tempat-tempat yang dianggap keramat untuk meminta berkah atau sesuatu, dalam kultur masyarakat Jawa merupakan suatu “kewajiban” oleh kalangan tertentu. Namun demikian, ziarah kubur atau sejenisnya oleh sebagian masyarakat Jawa pada zaman dahulu sebelum kedatangan Islam, si peziarah menyandarkan “hajat”nya kepada yang diziarahi (tokoh pada makam yang dikeramatkan). Jadi, nuansa bid’ah yang menjurus kepada perbuatan syirik begitu nyata. Pasca kedatangan Islam di tanah Jawa ziarah tetap dilestarikan dengan memasukkan unsur-unsur keislaman dan merubah objek sandaran para peziarah yang hanya ditujukan kepada Allah SWT, melalui perantara yang diziarahi. Islam mempunyai konsep-konsep mengenai ziarah kubur yang tidak menjurus kepada kemusyrikan. Konsep ziarah kubur dalam Islam adalah berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW, yaitu;
ﻡ ﺴﻄﹶﺎ ﺎ ِﺑﺪ ﹶﺛﻨ ﺣ ﺡ ﻭ ﺭ ﺎﺪ ﹶﺛﻨ ﺣ ﻱ ﻫ ِﺮ ﻮ ﺠ ﻴ ٍﺪ ﹶﺍﹾﻟﺳ ِﻌ ﻦ ﺑ ﻴﻢﺍ ِﻫﺑﺮﺎ ِﺍﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻦ ﻋ ﻴ ﹶﻜ ﹶﺔﻣﹶﻠ ﻲ ﻦ ﹶﺍِﺑ ﺑ ِﺍﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﺡ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِ ﺎﺘﻴﺎ ﻟ ﹶﺍﺑﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﺴِﻠ ٍﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻣ ﺑ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍ.ﻮ ِﺭ ﺭ ِﺓ ﺍﹾﻟﻘﹸﺒ ﺎﻦ ِﺯﻳ ﻋ ﺺ ﺧ ﺭ ﻡ.ﷲ ﺹ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﺸ ﹶﺔ ﹶﺍﻥﱠ ﺎِﺋﻋ (ﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ Artinya: Mewartakan kepada kami Ibrahim bin Sa’id al-Jauhary, mewartakan kepada kami Ruh, mewartakan kepada kami Bistam bin Muslim, dia berkata: saya mendengar Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah: bahwasanya Rasulullah SAW memberi rukhshoh memperbolehkan dalam ziarah kubur. (HR. Ibnu Majjah).2 Dalam hal ini para ulama dan ilmuwan Islam, dengan berdasarkan kepada al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi memperbolehkan orang untuk 2
Hussein Bahreisj, Studi Hadits Nabi, C.V. Amin Surabaya. tth, hlm. 227
melakukan ziarah kubur dan menganggapnya sebagai perbuatan yang memiliki keutamaan, khususnya ziarah ke makam para Nabi dan orang-orang sholeh.3 Ziarah kubur ialah perbuatan yang dianjurkan (mandub) guna menimbulkan kesadaran hati dan mengingatkan kepada akhirat. Sebagaimana tersebut pada hadits Nabi SAW:
ﻳ ٍﺞﺮ ﺟﺑﻦﺎ ِﺍﺑﹶﺄﻧ ﺐ ﹶﺍ ﹾﻥ ٍ ﻫ ﻭ ﺑﻦﺎ ِﺍﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻠﻰﺒ ِﺪﹾﺍ ﹶﻻﻋﻋ ﻦ ﺑ ﺲ ﻧﻮ ﻳ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﹶﺍﻥﱠ.ﻮ ٍﺩ ﻌ ﺴ ﻣ ﺑ ِﻦﻦ ِﺍ ﻋ ﻉ ِ ﺪ ﺟ ﺑ ِﻦ ﹾﺍ ﹶﻻ ﻕ ِ ﻭ ﺮ ﺴ ﻣ ﻦ ﻋ ﺎِﻧ ٍﺊﺑ ِﻦ ﻫ ﺏ ﻮ ﻦ ﹶﺍﻳ ﻋ ﺎﻭﻫ ﺭ ﻭ ﺰ ﻮ ِﺭﹶﻓ ﺭ ِﺓ ﺍﹾﻟﻘﹸﺒ ﺎﻦ ِﺯﻳ ﻋ ﻢ ﻜﹸﻴﺘﻬ ﻧ ﺖ ﻨ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻛ.ﻡ. ﺹ.ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﹾﺍ ﹶﻻ ِﺧﺗ ﹶﺬ ِّﻛﺮﻭ ﺎﻧﻴﺪ ﻭﻓِﻰ ﺍﻟ ﺪ ﺰ ِّﻫ ﺎﺗﻧﻬﹶﻓِﺈ .(ﺮ ﹶﺓ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ Artinya: Mewartakan kepada kami Yunus bin Abdul ‘Ala, mewartakan kepada kami Ibnu Wahab, memberikan kepada kami Ibnu Juaraij, dari Ayub bin Hani dari Masuruq al Ajda, dari Ibnu Mas’ud, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Saya pernah melarang kamu sekalian menziarahi kuburan maka ziarahlah kalian semua ke kubur. Maka sesungguhnya kuburan itu adalah dapat menjadikan benci dalam urusan duniawi serta dapat mengingatkan akan negeri akhirat”. (HR. Tirmidzie). 4 Meski ajaran Islam tidak melarangnya dan punya aturan tersendiri dalam berziarah (seperti membaca al-qur’an dan mendoakan si mati agar mendapatkan tempat disisi Allah). Namun masih banyak masyarakat Islam yang melakukan ziarah dengan amalan-amalan yang mendekatkan kepada kemusyrikan dan kemungkaran, seperti meratapi si mati (kuburan) membakar kemenyan atau si mati (kuburan).5
3
Syekh Ja’far Subhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur Karamah, Wali Termasuk Ajaran Islam, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1989, hlm. 501 4 Mu’ammal Hamidy, dkk, Terjemahan Nailul Authar: Himpunan Hadits-hadits Hukum Bina Ilmu, Surabaya, tth, jilid III, hlm. 1148 5 Drs. H. Badruddin Hsubky, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia.,Gema Insani Press, Jakarta, 1993, hlm. 146
Adapun para peziarah yang datang kepada kuburan-kuburan orangorang sholeh atau orang-orang terkenal ada beberapa motivasi yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka khususnya terhadap aqidah Islam, karena disamping bertujuan untuk beribadah kepada Allah, juga masih banyak masyarakat Islam yang menganggap bahwa ziarah kubur merupakan sesuatu perbuatan yang dapat memecahkan kehidupan mereka sehari-hari, dimana dapat membuat iman mereka menjadi goncang, sehingga yang seharusnya mereka beriman kepada Allah dalam arti beribadah dan berpegang teguh kepada Allah, tetapi sebaliknya mereka melaksanakan ziarah dengan tujuan untuk mengatasi segala permasalahan mereka, ironisnya juga sebagian masyarakat Islam yang datang ke makam-makam tersebut tidak mengetahui siapa yang di kubur tersebut, mereka mengutarakan hajatnya seperti meminta rizki, jodoh, lulus ujian, kenaikan jabatan, dan lain sebagainya.6 Melihat para peziarah yang datang ke makam-makam tertentu yang dikunjunginya serta motivasi dari para peziarah tersebut, maka ziarah ini sangat berpengaruh terhadap aqidah Islam, dimana aqidah merupakan dasar dari keimanan kepada Allah SWT. Salah satu makam yang masih dikunjungi oleh sebagian umat Islam adalah makam Sunan Katong yang terletak di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Makam Sunan Katong ini sangat menarik perhatian para pengunjung sampai sekarang, dan pengunjung pun datang dengan bermacam-macam motivasi, dan hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap aqidah mereka.
B. Penegasan Judul Agar mempermudah pembahasan skripsi ini, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul yang
akan penulis bahas, maka untuk
mempertegas sekaligus maksud dari judul “Pengaruh Ziarah Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan Terhadap Aqidah Islam di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal” tersebut, dipandang perlu kiranya 6
Drs. H. Badruddin Hsubky, loc. cit.
penulis untuk memberikan pengertian dan batasan dari masing-masing istilah yang terdapat dalam judul di atas, yaitu: 1. Pengaruh adalah adanya daya yang ada ataupun dampak (akibat) yang ditimbulkan oleh sesuatu (orang/benda). yang berkuasa atau yang berkekuatan.7 2. Ziarah adalah kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia oleh masyarakat tertentu yang merupakan tradisi turun temurun, seperti makam, petilasan dan sebagainya.8 3. Makam atau Kuburan adalah sebuah bangunan sebagai tanda akan adanya jasad seseorang yang “ditanam” didalamnya. Makam yang dimaksud adalah Makam Sunan Katong yang ada di Desa Protomulyo. Kaliwungu Kendal. 4. Sunan Katong adalah seorang auliya (orang suci) yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai tokoh pendiri Kadipaten Kaliwungu sekaligus penyebar Islam di daerah tersebut. 5. Syawalan adalah tradisi masyarakat Jawa-Islam yang diperingati antara tanggal 7 sampai 10 pada bulan Syawal (seminggu atau sepuluh hari setelah Hari Raya Idul Fitri). 6. Aqidah adalah sesuatu yang wajib dibenarkan oleh hati adanya jiwa tenang serta diyakini dengan sepenuhnya sehingga tidak dicampuri dengan keragu-raguan. Ditinjau dari segi bahasa “Aqidah” yang berarti penguatan, pemantapan dan pengikatan, sedangkan menurut istilah yakni keimanan yang teguh yang tidak dihinggapi suatu keraguan apapun bagi pemiliknya. Dengan demikian aqidah islam berarti keimanan yang teguh kepada Allah berupa tauhid dan ketaatan, kepada malaikat-malaikatnya, para utusannya, hari akhir, taqdir dan semua perkara ghaib serta berita-berita lain dan halhal yang pasti baik berupa ilmu pengetahuan maupun dalam amal perbuatan.9 7
WJS. Purwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985, hlm. 735 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990, hlm. 1017 9 Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta, 1980, hlm. 75 8
7. Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.10 Dalam pengertian yang lain Islam adalah agama yang datangnya dari Allah SWT, baik yang didatangkan melalui rasulnya yang pertama, maupun yang didatangkan dengan perantaraan rasulnya yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.11 C. Pokok Masalah Dari latar belakang seperti dikemukakan diatas, maka ada beberapa persoalan yang akan penulis bahas dalam penyusunan skripsi ini, masalahmasalah tersebut adalah: 1. Apa motivasi peziarah yang dilakukan oleh para pengunjung (peziarah) tersebut terhadap makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan? 2. Apa tujuan ziarah yang dilakukan oleh para pengunjung (peziarah) tersebut terhadap makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal? 3. Seberapa jauh pengaruh ziarah tersebut terhadap makan Sunan Katong pada tradisi Syawalan ditinjau dari aqidah Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini antara lain: 1. Untuk mengungkap bagaimana sebenarnya motivasi peziarah yang dilakukan oleh para pengunjung (peziarah) tersebut terhadap makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan. 2. Untuk mengungkap tujuan ziarah yang dilakukan oleh para pengunjung (peziarah) tersebut terhadap makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. 3. Untuk mengungkap seberapa jauh pengaruh ziarah tersebut terhadap peziarah makan Sunan Katong pada tradisi Syawalan yang dilakukan oleh pengunjung ditinjau dari segi aqidah Islam.
10 11
WJS. Purwadarminta, op.cit., hlm. 22 Prof. A. Hasjim., Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hlm. 3
E. Tinjauan Pustaka Hal ini sengaja penulis angkat dengan melihat kurangnya media informasi dalam bentuk karya ilmiah tentang kegiatan ziarah di Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, yang merupakan “aset” budaya besar Kota Kendal. Sekaligus sebagai spesifikasi penelitian atas beberapa karya terdahulu yang penulis anggap kurang begitu “detail” dalam menggambarkan sekaligus menjelaskan kegiatan tersebut. Karya-karya tersebut ialah: # Ahmad Hamam Rochani, Babad Tanah Kendal, Inter Media Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, Cet. I, 2003. Pada buku ini di jelaskan mengenai kronologi berdirinya Kabupaten Kendal yang bermula dari sebuah kadipaten Kaliwungu. Riwayat penguasa Kendal pada zaman dahulu diceritakan panjang, hanya saja ketika mengungkap keberadaan Sunan Katong terkesan sekilas. # Ahmad Hamam Rochani, Sunan Katong Dan Pakuwojo, Inter Media Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, Cet. I, 2003. Riwayat Sunan Katong dan Pakuwojo diuraikan panjang lebar pada buku ini yang didasarkan pada cerita tutur (folk lore) yang melegenda di masyarakat Kaliwungu Kendal. Kelemahannya buku ini seperti layaknya buku dongeng, kebenaran secara ilmiah menjadi kelemahan mendasar pada karya ini. # Amen Budiman, Semarang Riwayatmu Dulu, Tandjung Sari, Semarang, 1978. Awal mula munculnya Sunan katong yang datang dari kadipaten Ponorogo, dimana ketika singgah di pulau “Tirang Amper” daerah Mugas Bergota beliau diislamkan oleh Syeikh Wali Lanang yang merupakan karib Ki Ageng Pandan Arang I selaku pendiri kota Semarang di ceritakan panjang lebar. Namun ketika Sunan Katong Hijrah ke Kadipaten Kaliwungu buku ini “kehilangan jejak”. # Amen Budiman, Bhatara Katong Pendiri Kota Kaliwungu, Tandjung Sari, 1975. Sepak terjang Sunan Katong ketika mendirikan Kadipaten Kaliwungu di kupas habis, akan tetapi mengenai peristiwa Tradisi
Syawalan yang menjadi agenda tahunan di Makam Sunan Katong tidak disinggung sama sekali. Menurut pengamatan penulis selama ini, tidak ditemukan adanya karya ilmiah yang melakukan penelitian tentang ziarah kubur di Makam Sunan Katong.
F. Metode Penulisan Langkah ini penulis ambil agar tidak terjadi kerancauan berbagai jenis informasi
yang
masuk,
agar
tidak
menemui
kebingungan
dalam
mengklasifikasi data-data yang ada, sehingga dipandang perlu untuk memulainya dari : 1. Sumber Data Disamping penelitian tentang perilaku sosial keagamaan, penelitian ini juga menyangkut penelitian sejarah. Oleh karena itu, metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian lapangan (field research) sebagai sumber cross-check atas data-data yang penulis dapatkan terlebih dahulu melalui metode penelitian pustaka (library research). Agar mendapatkan data yang benar-benar valid dan teruji kebenarannya. Disamping mengambil berbagai macam informasi dari hasil wawancara dengan peziarah, sejarahwan Kota Kendal, Pengurus makam Sunan Katong beserta Juru Kuncinya, dengan cara melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, penulis juga mengambil beberapa data-data dari beberapa buku yang dijadikan rujukan. Antara lain karya Ahmad Hamam Rochani (2003), Amen Budiman (1979) dan buku-buku lainnya seperti yang penulis sebutkan diawal, serta karya ilmiah, artikel, manuskrip, dan cerita-cerita yang melegenda di masyarakat sebagai data pendukung. 2. Pengumpulan Data Setelah mendapatkan berbagai macam sumber, data-data tersebut penulis kumpulkan dengan cara :
a. Studi/Kajian literatur atas berbagai sumber sejarah baik lisan maupun tulisan yang berkenaan dengan tema diatas. b. Wawancara, sebagai data penguat. Penulis melakukan wawancara langsung dengan peziarah, sejarahwan Kota Kendal, pengurus beserta Juru Kunci Makam Sunan Katong. c. Observasi, setelah mengadakan wawancara, penulis melakukan survei langsung ke Makam Sunan Katong Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal. 3. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah terinventarisir, penulis menggunakan pendekatan sejarah (historycal approach) terutama sejarah kebudayaan dan antropologi budaya dengan metode analisis kritis. Penggambaran tulisan sejarah sebagai sebuah integrated-equivalents yang menyuguhkan pemandangan menyeluruh, tetapi masing-masing bagian sama pentingnya. Tidak ada yang sentral pada hal ini. Sejarah harus disuguhkan sebagai sebuah gambaran yang konkrit, dengan pendekatan yang sinkron dan sistematis.12 Langkah-langkah tersebut terdiri atas : a. Deskripsi, yaitu untuk mendapatkan gambaran umum yang meliputi aktifitas Ziarah Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan dan Relevansinya terhadap aqidah Islam di Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal. b. Interpretasi, yaitu penulis akan menyelami dan menelaah sumbersumber data yang diperoleh agar mendapatkan tafsiran-tafsiran yang lebih faktual dan signifikan. c. Analisis Kritis, metode ini akan penulis gunakan untuk menganalisis (studi analitik) terhadap data-data yang telah diinterpretasikan dan dikritisi
12
hlm. 138
sehingga
ditemukan
suatu
kesimpulan
yang
lebih
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Tiara Wacana, Yogyakarta, Edisi Kedua, 2003,
komprehensif atas keberadaan Makam Sunan Katong Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mendapatkan gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain, serta untuk mempermudah proses penelitian ini, maka penulis akan memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut: Untuk itu penulis akan mendeskripsikan pembahasan-pembahasan yang disajikan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut: BAB I
merupakan pendahuluan dari penelitian ini yang memuat, latar belakang masalah, penegasan judul, pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan. .Dengan memahami bab ini, maka akan mencegah
adanya
kesalahpahaman
atau
kekeliruan
dalam
pembahasan selanjutnya. BAB II
nantinya akan memuat landasan teori dari kegiatan penelitian ini yang membahas tentang tinjauan umum aqidah Islam dan ziarah kubur.
BAB III
memuat data-data tentang ziarah Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal, yang terdiri dari Sejarah gambaran umum masyarakat Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal, Sunan Katong, Tradisi Syawalan, dan ziarah dan pengaruhnya terhadap aqidah Islam di Desa Protomulyo Kaliwungu Kendal.
BAB IV
merupakan analisa akan menjawab pokok masalah penelitian ini yang terdiri dari, Motivasi Ziarah di Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, Tujuan ziarah di makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, dan Pengaruh Ziarah di Makam Sunan Katong dalam Perspektif Aqidah Islam.
BAB V
merupakan penutup yang menandai akhir dari keseluruhan proses penelitian ini yang berisi kesimpulan (menerangkan hasil penelitian), saran-saran dari penulis serta kata penutup sebagai akhir kata dan mengakhiri proses penelitian ini.
BAB II TINJAUAN UMUM AQIDAH ISLAM DAN ZIARAH KUBUR
A. Aqidah Islam Dalam Islam, aqidah adalah iman atau kepercayaan, sumber pokoknya adalah al-Qur’an, iman adalah segi teoritis yang dituntut pertamatama dan terdahulu dari segala sesuatu yang dipercayai dengan sesuatu keimanan yang tidak boleh dicapai oleh keragu-raguan dan dipengaruhi oleh prasangka. Ia ditetapkan dengan positif dan saling bantu membantunya teksteks al-Qur’an kemudian adanya konsensus kaum muslimin yang tak pernah berubah, bertolak sejak penyiaran Islam pertama di masa Rasulullah hingga kini. Ayat-ayat al-Qur’an tersebut menuntut kepada manusia untuk memiliki kepercayaan itu, yang pula merupakan seruan utama setiap rasul yang diutus oleh Allah sebagai yang dinyatakan al-Qur’an dalam pembicaraannya mengenai para nabi dan rasul.13 Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhirat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman. Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama: Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua: Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT
13
Drs. Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-ma’arif, Bandung, 1984, hlm. 119
yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110.
ﻦﺪ ﹶﻓﻤ ﺍ ِﺣﻪ ﻭ ﻢ ِﺇﹶﻟ ﻜﹸﺎ ِﺇﹶﻟﻬﻧﻤﻲ ﹶﺃ ﻰ ِﺇﹶﻟﻮﺣﻢ ﻳ ﹾﺜﹸﻠ ﹸﻜﺮ ﻣ ﺸ ﺑ ﺎﺎ ﹶﺃﻧﻧﻤﹸﻗ ﹾﻞ ِﺇ ﺩ ِﺓ ﺎﻙ ِﺑ ِﻌﺒ ﺸ ِﺮ ﻳ ﻭ ﹶﻻ ﺎﻟِﺤﹰﺎﻼ ﺻ ﻤ ﹰ ﻋ ﻤ ﹾﻞ ﻌ ﻴﺑ ِﻪ ﹶﻓ ﹾﻠﺭ ﻮ ِﻟﻘﹶﺎﺀﺮﺟ ﻳ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺪﹰﺍﺑ ِﻪ ﹶﺃﺣﺭ Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS. Al-Kahfi 110).14 Aqidah merupakan suatu masalah fundamental dalam ajaran Islam, juga menjadi titik tolak permulaan muslim, sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam kehidupan seseorang yang dapat menerangkan bahwa seseorang itu memiliki aqidah atau menunjukkan kualitas iman yang dimiliki. Masalahnya karena iman itu bersegi teoritis dan ideal yang hanya dapat diketahui dengan bukti lahiriah dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.15 Aqidah juga merupakan ruh bagi setiap orang, maka dengan berpegang teguh keduanya itu, seseorang akan hidup dalam keadaan baik dan 14
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 460 15 Drs. Nasaruddin Razak , op. cit,. hlm. 120
menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya itu akan matilah semangat ruhani dalam diri manusia tersebut. Aqidah bagaikan cahaya yang apabila seseorang itu buta dari padanya, maka pastilah seseorang tersebut akan tersesat dalam liku-liku kehidupannya, bahkan sebaliknya tidak mustahil ia akan terjerumus ke dalam lembah kesesatan yang amat dalam.16 Sebagaimana firman Allah SWT :
ﺱ ِ ﺎﻤﺸِﻲ ِﺑ ِﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ ﻳ ﻮﺭﹰﺍ ﻧﺎ ﹶﻟﻪﻌ ﹾﻠﻨ ﺟ ﻭ ﻩ ﺎﻴﻨﻴﺣ ﺘﹰﺎ ﹶﻓﹶﺄﻣﻴ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﻭ ﻣ ﹶﺃ ﻦ ﻳﻚ ﺯ ﺎ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟﻨﻬﻣ ﺝ ٍ ﺎ ِﺭﺲ ِﺑﺨ ﻴﺕ ﹶﻟ ِ ﺎﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﻈﱡﹸﻠﻤ ﹶﺜﹸﻠﻦ ﻣﹶﻛﻤ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﻳ ﻮﹾﺍﺎ ﻛﹶﺎﻧﻦ ﻣ ِﻟ ﹾﻠﻜﹶﺎِﻓﺮِﻳ Artinya: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An ‘am ayat 122).17 Keimanan seseorang kepada Allah bukan hanya merupakan teori agama, dalam arti bahwa iman tidak cukup sekedar mengetahui bahwa Allah itu Esa, tetapi lebih dari itu harus dipancarkan dalam kehidupan. Iman yang benar adalah iman yang diucapkan oleh lisannya, diyakini oleh hatinya dan diamalkan oleh seluruh anggota badannya.18 Agama Islam sangat menekankan sekali terhadap aqidah karena aqidah merupkan pokok seluruh ajaran seluruh agama yang datang dari Tuhan. Ditegaskan pula bahwa agama yang tidak didasarkan aqidah tersebut dapat disebut sebagai agama yang bakhil (bertolak) dan tidak mempunyai nilai. Islam menyangkal keras keingkaran (faham ateisme) dari orang yang tidak 16
Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, CV. Diponegoro, Bandung, Cet. IX, 1989, hlm. 1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 208 18 Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid Anda dari Syirik, terj. Bey Arifin dkk, PT. Bina Ilmu, Surabaya, cet. I, 1987, hlm 93 17
mengetahui Tuhan sebagai penciptanya, dan Qur’an menyangkal pendirian orang-orang musyrik (yang berfaham politeisme), memuja Tuhan-Tuhan lain selain Allah, juga menentang faham orang-orang yang tidak percaya kepada malaikat-malaikat, kitab-kitab suci dan hari kiamat.19 Allah SWT. Berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 30 yang berbunyi:
ﺎ ﻻﻴﻬﻋﹶﻠ ﺱ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﺮ ﹶﺓ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﹶﻓ ﹶﻄ ﺣﻨِﻴﻔﹰﺎ ِﻓ ﹾﻄ ﻳ ِﻦﻚ ﻟِﻠﺪ ﻬ ﺟ ﻭ ﻢ ﹶﻓﹶﺄِﻗ ﺱ ﻻ ِ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﻦ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ ﻭﹶﻟ ِﻜ ﻢ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﻳﻚ ﺍﻟﺪ ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺫِﻟ ﺒﺪِﻳ ﹶﻞ ِﻟﺗ ﻮ ﹶﻥﻌﹶﻠﻤ ﻳ Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. (QS. Ar-Ruum ayat 30).20 Ayat ini memberikan pengertian bahwa manusia itu haruslah tetap pada fitrah Allah, sekali-kali jangan menyeleweng dari fitrah Allah itu, karena fitrah Allah tidaklah wajar untuk dirubah dan diingkari. 1. Pengertian Aqidah Islam Aqidah; kata “Aqidah” yaitu suatu yang wajib dibenarkan oleh hati adanya jiwa tenang serta diyakini dengan sepenuhnya sehingga tidak dicampuri dengan keragu-raguan. Ditinjau dari segi bahasa “Aqidah” yang berarti penguatan, pemantapan dan pengikatan, sedangkan menurut istilah yakni keimanan yang teguh yang tidak dihinggapi suatu keraguan apapun bagi pemiliknya. Dengan demikian aqidah islam berarti keimanan yang teguh kepada Allah berupa tauhid dan ketaatan, kepada malaikatmalaikatnya, para utusannya, hari akhir, taqdir dan semua perkara ghaib
19
Prof. DR. Syekh Mahmud Syaltout, Aqidah dan Syari’ah Islam, terj. Fahruddin HS, dan Nasruddin Thaha, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 4-5 20 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 645
serta berita-berita lain dan hal-hal yang pasti baik berupa ilmu pengetahuan maupun dalam amal perbuatan.21 Secara etimologis, aqidah berakar dari kata ‘Aqada ‘ya qudu‘aqdan-‘aqidatan. ‘Aqidatan berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidatan berarti keyakinan, relevansi antara arti kata ‘aqadan dan ‘aqidatan adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.22 Secara terminologis (istilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif), antara lain: a. Menurut Sayyid Sabiq Sayyid Sabiq dalam karyanya aqidah Islam, memberikan pengertian terhadap aqidah Islam itu sendiri ke dalam beberapa bagian antara lain: 1. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-namaNya yang tinggi, juga ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau adanya kenyataan sifat keagungan dengan alam semesta ini. 2. Ma’rifat dengan alam yang berada di balik alam semesta ini, yakni alam yang tidak dapat dilihat. Demikian juga kebaikan di dalamnya, yakni yang berbentuk malaikat, juga kekuatan jahat yang berbentuk iblis. Selain itu nama ma’rifat dengan apa yang ada di dalam alam yang lain lagi seperti jin dan ruh. 3. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah SWT, yang diturunkan kepada rasulnya, yang kepentingannya dijadikan sebagai batas untuk mengetahui antara yang hak dan yang bathil yang baik dan yang jelek, yang halal dan yang haram, juga antara yang bagus dan yang buruk. 4. Ma’rifat kepada nabi-nabi dan rasul-rasul Allah yang dipilih olehNya untuk menjadi pembimbing ke arah petunjuk serta pemimpin seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak 21 22
Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta, 1980, hlm. 75 Drs. Yuhanar Ilyas, LC., Kuliah Aqidah Islam, :PII UM. Yogyakata, 1992, hlm. 1
5. Ma’rifat kepada hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat seperti kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah mati) memperoleh balasan, pahala atau siksa. 6. Ma’rifat kepada (qodo dan qodar) yang diatas landasannya itulah berjalannya peraturan segala yang ada di dalam alam semesta ini, baik dalam penciptaanNya maupun dalam mengaturnya.23 b. Menurut Muhammad bin Abdul Wahab Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan bahwa aqidah adalah suatu perkara yang dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenang karena aqidah tersebut, sehingga menjadi suatu keyakinan yang kokoh yang tidak tercermat oleh suatu kesangsian dan tidak tercampur oleh sangka.24 c. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazari: Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (kebenaran) itu di patrikan (oleh manusia) di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran Sedangkan aqidah secara garis besar yang tercantum dalam hadits Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
ﻮ ِﻡ ﻴﻭﺍﹾﻟ ﻮِﻟ ِﻪ ﺭﺳ ﻭ ِﺒ ِﻪﻭﻛﹸﺘ ﻼ ِﺋ ﹶﻜِﺘ ِﻪﻭﻣ ﷲ ِ ﻦ ﺑِﺎﺍ ﺆ ِﻣ ﺎ ﹸﻥ ﹶﺍ ﹾﻥ ﺗﻳﻤ ﹶﺍ ِﹾﻻ . (ﺮ ِﻩ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﺷ ﻭ ﻴ ِﺮ ِﻩﺧ ﺪ ِﺭ ﻦ ِﺑﺎﹾﻟ ﹶﻘ ﺆ ِﻣ ﻭﺗ ﹾﺍ َﻷ ِﺧ ِﺮ 25
Artinya: “ … Iman ialah: kamu harus percaya kepada Allah, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitabNya, kepada utusannya, kepada hari akhir dan perantaranya pula, kepada qodar dan keputusan baik atau buruk. (HR. Muslim).
23
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 17 Muhammad bin Abdul Wahab, op. cit., hlm. 1 25 Imam Muslim, Soheh Muslim, Jilid I, Darul Fiqr, Beirut, 1968, hlm. 15 24
Jadi kalau dilihat hadits tersebut, bahwa aqidah itu tersusun atas keimanan kepada: 1. Iman kepada Allah SWT. 2. Iman kepada para malaikat-malaikatNya 3. Iman kepada kitab-kitabNya 4. Iman kepada para peraturannya 5. Iman kepada hari akhir 6. Iman kepada qodar Allah SWT, baik buruknya suatu ketentuan dari Allah. Adapun aqidah yang tercantum dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut:
ﻡ ﻮ ﻧ ﻭ ﹶﻻ ﻨ ﹲﺔ ِﺳﺬﹸﻩﺗ ﹾﺄﺧ ﻡ ﹶﻻ ﻮﻲ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﺤ ﻮ ﺍﹾﻟ ﻪ ِﺇﻻﱠ ﻫ ﻪ ﹶﻻ ِﺇﻟﹶـ ﺍﻟﻠﹼ .ﺽ ِ ﺭ ﺎ ﻓِﻲ ﺍ َﻷﻭﻣ ﺕ ِ ﺍﺎﻭﺴﻤ ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻪ ﻣ ﱠﻟ Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. (QS. Al-Baqarah : 255).26 Pengertian lain mengenai aqidah yaitu sesuatu yang harus diyakini oleh hati dan dipercayai oleh jiwa, sehingga menjadi suatu keyakinan yang tidak ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun di dalam hati.27 Dan menurutnya aqidah yang benar adalah aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamah yang tiada lain aqidahnya ulama salaf yang merupakan kelanjutan dari aqidahnya Rasulullah dan para sahabatnya, dan teruskan para tabi’in dan selalu di ikuti oleh umat islam atau yang mengikuti jejak tersebut sampai datangnya hari kiamat. Perkara yang menjadi keyakinan (keimanan) yang merupakan simbol dari ajaran islam yang di jadikan sebagai aqidah dalam 26
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 66 27 Al-Imam As-syahid Hasan Al-Banna. Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam terj. Su’adi Sa’ad, Media Da’wah, Jakarta Pusat. 1987. hlm. 443
islam yaitu yang tercermin dalam rukun iman diantaranya adalah, iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul, hari kebangkitan, dan takdir baik buruk bagi manusia. Dengan demikian pengertian aqidah baik secara bahasa (etimologi) maupun secara definitive (terminology) yaitu adanya keyakinan yang kokoh di dalam hati atau segala sesuatu yang diyakini sepenuh hati dan dipercayai jiwa sehingga tidak ada keraguan (syak) sedikitpun di dalam hati dan yakin seyakin-yakinnya disepanjang akhir hayat tanpa adanya pemaksaan, serta lahir secara sadar yang tercermin dalam af’al (perbuatan) inilah aqidah yang benar. Dari beberapa aqidah yang dikemukakan diatas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa aqidah adalah merupakan suatu pusaka yang ditinggalkan oleh Rasul Allah yang tidak mungkin berbeda baik di masa maupun di tempat manapun juga. Selain itu aqidah adalah suatu kepercaaan yang tidak memaksa. Mudah diterima oleh akal pikiran, tetapi kuasa untuk mengarahkan manusia menuju ke arah kemuliaan dan keluhuran alam hidup ini.28 2. Sumber-Sumber Aqidah Islam Membahas suatu persoalan seperti aqidah islam tentu tidak lepas dari sumber (referen) yang dapat mendukung atau mengarah pada persoalan tersebut.. disini yang dimaksud dengan sumber-sumber aqidah islam adalah metode yang harus ditempuh dalam menempatkan muatanmuatan aqidah islam. Ada tiga sumber atau yang menjadi dasar dalam aqidah islam yaitu sebagai man seluruh hukum islam adalah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW dan ditambah rasio (akal) dan inilah metode yang ditempuh ulama salaf dalam menetapkan substansi aqidah illahiyah. Pertama: al-Kitab, yang dimaksud disini adalah al-Qur’an yang merupakan sumber pokok dan dijadikan dalam mengkaji setiap hukum Islam maupun aqidah sebab di dalam al-Qur’an itulah sumber informasi
28
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 10
mengenai hal tersebut akan didapatkan atau di temukan. Dan inilah yang harus diyakini oleh pengikut Islam sebab al-Qur’an di dalamnya tidak ada keragu-raguan sama sekali dan ini sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa seperti dalam al-Qur’an yang berbunyi:
ﲔ ﺘ ِﻘﻯ ﱢﻟ ﹾﻠﻤﻫﺪ ﺐ ﻓِﻴ ِﻪ ﻳﺭ ﺏ ﹶﻻ ﺎﻚ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘ ( ﹶﺫِﻟ١) ﺍﱂ Artinya: Alif Laam Miim, Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS: alBaqarah: 1-2).29
ﺪ ِﻛ ٍﺮ ﻣ ﻬ ﹾﻞ ِﻣﻦ ﺁ ﹶﻥ ﻟِﻠ ﱢﺬ ﹾﻛ ِﺮ ﹶﻓﺎ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮﺮﻧ ﺴ ﻳ ﺪ ﻭﹶﻟ ﹶﻘ Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS: al-Qamar:17).30
ﺐ ﻳﺭ ﻣ ِﺔ ﹶﻻ ﺎﻮ ِﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﻳ ﻢ ِﺇﻟﹶﻰ ﻨﻜﹸﻌ ﻤ ﺠ ﻴﻮ ﹶﻟ ﻪ ِﺇﻻﱠ ﻫ ﻪ ﻻ ِﺇﻟﹶـ ﺍﻟﻠﹼ ﺣﺪِﻳﺜﹰﺎ ﻦ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﻕ ِﻣ ﺪ ﺻ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﻭ ﻓِﻴ ِﻪ Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah. (An-Nisa’: 87).31
29
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 8 30 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 879. 31 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 133.
Ayat-ayat ini menunjukkan hikmah dan jaminan sebagai sumber pengetahuan yang benar yang datang langsung dari Allah SWT. Sebagai contoh mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung muatan aqidah misal firman Allah SWT dalam surat al-Anbiya’: 22. yang artinya: “ Andaikan ada keduanya (langit dan bumi ) Tuhan selain allah niscaya rusaklah keduanya”. Pembicaraan al-Qur’an sebagai sumber aqidah islam yang paling pokok disini yaitu untuk membuktikan keabsahan al-Qur’an sebagai hujjah dan dalil dalam masalah aqidah, yang dibuktikan lewat ayat-ayatNya yang pasti dan benar serta bisa dirasionalkan sesuai dengan konteks yang ada. Kedua: Hadits, hadits merupakan penjelas dari isi al-Qur’an yang terefleksi dalam diri Nabi baik perilaku Nabi, perbuatan Nabi Muhammad maupun ketetapan Nabi SAW. Begitu juga dalam aqidah sunnah merupakan landasan pokok dan terpenting setelah al-Qur’an sebab muatan-muatan dalam Hadits itu sama dengan muatan yang ada dalam alQur’an, bahkan sunnah penjelasannya lebih rinci dan detail dari pada alQur’an yang masih bersifat global ( mujmal).32 Ketiga: akal, lihat firman Allah dalam surat yunus: 101 tentang Allah menghargai akal dalam membuktikan setiap kebenaran yang datang dari allah. Dan dengan akal (rasio), manusia bisa menerima suatu kebenaran dengan nalar yang sehat. Akal disini tidak menyampingkan alQur’an dan sunnah (hadits) sebagai sumber kebenaran dengan nalar yang benar, akal dapat dijadikan sebagai hujjah (petunjuk) dalam memahami hukum islam maupun aqidah islam. Lebih singkatnya kedua dalil yaitu alQur’an dan hadits disebut dalil “ naqli” dan akal disebut dengan dalil “ Aqli” . 33 3. Fungsi Aqidah
32
Muhammad Anis Matta “ Pengantar Study Aqidah Islam”(terj) Robbania Press, Jakarta dan Al-Manar 1998. hlm. 18-40. 33 Al-Imam As-syahid Hasan Al-Banna. op. cit., hlm: 443-444
Suatu kenyataan yang jelas sekali dalam kehidupan yang sudah modern atau yang masih berkembang ini adalah adanya permasalahan yang dapat membantu kebahagiaan kelangsungan hidup orang lain, apa yang dahulu tabu sekarang sudah menjadi suatu yang wajar dalam suatu kehidupan, dengan banyaknya suatu permasalahan yang berkembang dalam masyarakat yang semakin komplek ini, maka perlu sekali penanaman aqidah sejak dini, sehingga aqidah tersebut akan menjadi kuat. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, sudah barang tentu akan melaksanakan ibadah secara baik dan tertib dan memiliki akhlak yang mulia muamalah yang baik. Ibadah seseorang tidak akan di terima oleh Allah SWT jika tidak dilandasi oleh aqidah. Seseorang tidaklah akan dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.34 Sedangkan Dr. Zakiah Darojat mengatakan bahwa fungsi aqidah ialah: a. Memberikan bimbingan kehidupan b. Menolong dalam menghadapi kesukaran c. Menenteramkan batin.35
B. Ziarah Kubur Pada zaman permulaan Islam telah disampaikan kepada umat manusia di alam ini khususnya di negara Arab, nabi Muhammad saw telah melarang umat Islam untuk berziarah kubur. Akan tetapi setelah aqidah Islamiyah sudah menjadi kuat tertanam dalam kalbu kaum muslimin (pengikutnya) hukum Islam dan sasarannya sudah diketahui, maka ziarah kubur diijinkan oleh nabi, sebagaimana diterangkan dalam hadits nabi saw, yang berbunyi: 36
34
.
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ.ﺎﻭﻫ ﺭ ﻭ ﺰ ﻮ ِﺭﹶﻓ ﺒﺭ ِﺓ ﺍﹾﻟ ﹸﻘ ﺎﻦ ِﺯﻳ ﻋ ﻢ ﻜﹸﻴﺘﻬ ﻧ ﺖ ﻨﹸﻛ
Drs. Yunahar Ilyas, Lc., op. cit., hlm. 9 Dr. Zakiyah Darojat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1996, hlm. 56 36 Ibnu Majjah, Sunnan Ibnu Majjah, jilid I. Darul Fikr. Beirut, 1988, hlm. 500 35
Artinya: “Aku telah melarang kamu sekalian berziarah kubur, kemudian nabi mengijinkan berziarah kubur setelah itu”. (HR. Ibnu Majah). Hadits ini memberi peringatan semula ziarah kubur itu dilarang oleh nabi, kemudian setelah itu diijinkan oleh nabi. Hadits tersebut menerangkan bahwa nabi untuk sementara waktu melarang terhadap ziarah kubur. Tapi kemudian nabi mengijinkan kembali orang-orang untuk berziarah kubur. Beliau (Nabi Muhammad) melarang karena biasanya mayat-mayat mereka yang diziarahi orang-orang kafir dan menyembah berhala. Padahal Islam telah memutuskan hubungan mereka dengan kemusyrikan. Tapi mungkin juga karena kelompok mereka yang baru masuk Islam, diatas makam mayat mereka melakukan kebatilan dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan setelah kukuhnya iman dihati para pengikutnya, maka larangan tersebut dicabut kembali. Sebab terdapat manfaat yang dapat mendidik pada ziarah kubur. Oleh karenanya nabi Yang Mulia mengijinkan kembali orang-orang yang berziarah kubur.37 Oleh karena itu Rasulullah berziarah ke makam ibunya dan memerintahkan orang-orang untuk berziarah kubur. Karena ziarah dapat mengingatkan kepada kematian. Sebagaimana dalam nabi:
ﻣ ِﻪ ﺮﺃﹸ ﺒﻢ ﹶﻗ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﺍﻟﺍﺭ ﺯ:ﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳﺮ ﻰ ﻫ ﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ ﻰ ﻓِﻰ ﹶﺃ ﹾﻥﺭﺑ ﺖ ﻧﺘ ﹾﺄ ﹶﺫﺳ ِﺍ. ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻮﹶﻟﻪ ﺣ ﻦ ﻣ ﻜﻰﻭﹶﺃﺑ ﻜﻰﹶﻓﺒ ﺎﺮﻫ ﺒﺭﹶﻗ ﻭ ﻰ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﺃﺯ ﺑ ِﻰ ِﻓﺭ ﻧﺖﺘ ﹾﺄ ﹶﺫﺳ ﺍﻰ ﻭ ﻳ ﹾﺄ ﹶﺫ ﹾﻥ ِﻟ ﻢ ﺎ ﹶﻓﹶﻠﺮﻟﹶـﻬ ﻐ ِﻔ ﺘﺳ ﹶﺃ ﻮ ﻤ ﺍﹾﻟﻛﹸﻢ ﹶﺬﻛﱢﺮﺎﺗﻧﻬﺭﹶﻓِﺈ ﻮ ﺒﻭﺍﺍﹾﻟ ﹸﻘﻭﺭ ﻰ ﹶﻓﺰ ﹶﻓﹶﺄ ِﺫ ﹶﻥ ِﻟ .(ﺕ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ 38
Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata; “ketika Rasulullah saw berziarah ke kubur ibunya, maka beliau sempat menangis sehingga orang-orang yang disekitar beliau ikut menangis.” Saat itu Rasulullah saw 37
Syaikh Ja’far Subhani. Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur Karamah Wali, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1989, hlm. 50 38 Imam Muslim, Shahih Muslim, Jilid IV, Darul Fikr. Beirut, 1986, hlm. 46
bersabda: “Aku minta ijin kepada Tuhanku untuk memohonkan ampunan bagi bundaku, akan tetapi beliau tidak mengijinkan. Tetapi ketika aku meminta ijin kepadaNya untuk berziarah kubur bundaku, maka beliau memberikan ijin padaku. Hendaklah kalian senantiasa berziarah kubur, sebab berziarah ke kubur akan mengingatkan kalian kepada kematian.” (HR. Muslim). Jadi dengan memperhatikan hadits tersebut diatas, maka kita disunnahkan untuk mengunjungi ke makam sekelompok manusia atau orangorang shaleh tersebut, yaitu untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan terhadap perjuangan mereka, sekaligus dapat mengingatkan kepada generasi yang ada, bahwasanya mereka dalam kehidupannya menempuh jalan kebenaran dan keutamaan dan rela mengorbankan jiwa demi mempertahankan keyakinan dan menyebarluaskan ajaran yang dibawanya. Mereka tidak akan pernah hilang dari ingatan dan tidak usang oleh lewatnya zaman, bahkan selalu memanaskan, mengobarkan api kerinduan di hati yang tulus dan suci. Berdasarkan keterangan diatas kita harus berupaya dalam membesarkan dan mengagumkan orang-orang tersebut di kala mati mereka sebagaimana di masa hidupnya. 1. Tujuan Ziarah Kubur Ziarah kubur mempunyai pengaruh yang banyak sekali terhadap etika. Pendidikan dan aqidah, diantara manfaatnya adalah: a. Islam mensyariatkan ziarah kubur untuk mengambil pelajaran dan mengingatkan akan kehidupan di akhirat dengan syarat tidak melakukan perbuatan yang membuat Allah murka, seperti minta restu (do’a) dari si mayat atau memuji seolah-olah pasti dia masuk surga, dia seorang yang mati Sahid, seorang suci atau ucapan pujian yang lainnya. b. Mengambil manfaat dengan mengingat kematian orang-orang yang sudah wafat, bahwa kepulangan mereka ke surga atau neraka menjadikan pelajaran bagi yang masih hidup, bahwa kita akan mengalami seperti apa yang mereka alami yaitu kematian.
c. Si mayat yang diziarahi agar memperoleh manfaat dengan ucapan do’a atau salam oleh para peziarah tersebut dan mendapatkan ampunan, hal ini hanya berlaku bagi mayat seorang muslim.39 2. Tata Cara Ziarah Kubur. Adapun ziarah kubur yang sesuai syari’at adalah hendaknya seseorang mengucapkan salam si mayit dan mendoakannya seperti ketika ia menshalati jenazahnya. Sebagaimana telah diajarkan Nabi kepada para sahabatnya bila mereka berziarah ke kuburan hendaknya mengatakan,
ﻢ ﹶﻻ ﷲ ِﺑ ﹸﻜ ُ ﺎ َﺀ ﺍﻭِﺍﻥﱠ ِﺇ ﹾﻥ ﺷ ﻴ ِﻦﺆ ِﻣِﻨ ﻮ ٍﻡ ﻣ ﺍ ِﺭﹶﻗﻫ ﹶﻞ ﺩ ﻢ ﹶﺍ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﻡ ﻼ ﺳ ﹶ ﻦ ﻳﺘ ﹾﺄ ِﺧ ِﺮﺴ ﻭﹾﺍ ﹸﳌ ﻢ ﻨ ﹸﻜﻭ ِﻣ ﺎﻦ ِﻣﻨ ﻴﺘ ﹾﻘ ِﺪ ِﻣﺴ ﷲ ﹾﺍﳌﹸ ُ ﺍﺣﻢ ﺮ ﻳﻭ ﻮ ﹶﻥ ِﺣﻘﹸ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻫ ﺮ ﺟ ﺎ ﹶﺃﻣﻨ ﺤ ِﺮ ﺗ ﹶﻻﻬﻢ ﻴ ﹶﺔ ﺍﻟﻠﹼﺎ ِﻓﻢ ﺍﹾﻟﻌ ﻭﹶﻟﻜﹸ ﺎﷲ ﹶﻟﻨ َ ﺴﹶﺄﻝﹸ ﺍ ﻧ ﻢﺪﻫ ﻌ ﺑ ﺎﺗ ﹾﻔِﺘﻨ Artinya: “Keselamatan semoga terlimpahkan kepada kalian wahai penghuni negeri kaum mukminin, sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul kalian. Dan semoga Allah akan memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang yang akan datang kemudian. kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan untuk kalian, ya Allah jangan engkau haramkan kami untuk mendapatkan pahala seperti mereka, dan jangan engkau sesatkan kami sepeninggal mereka”. 40 Allah akan memberi pahala kepada orang yang masih hidup jika dia mendoakan orang mati yang beriman, sebagaimana Dia akan memberinya pahala jika dia menshalati jenazahnya. Oleh karena itu, Nabi melarang untuk melakukan perbuatan serupa untuk orang-orang munafik. Allah berfirman,
39
64
40
Drs. Zaenal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Rineka Cipta, Solo, 1991, hlm.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ziarah Kubur dan Meminta Pertolongan Kepada Ahli Kubur, terj. Abu Muqbil Ahmad Yuswaji, Pustaka Salafiah, Depok, 2005, hlm. 34
ﺒ ِﺮ ِﻩﻰ ﹶﻗ ﻋﹶﻠ ﻢ ﺗ ﹸﻘ ﻭ ﹶﻻ ﺪﹰﺍﺕ ﹶﺃﺑ ﺎﻢ ﻣﻨﻬﻣ ﺣ ٍﺪ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﺼﻞﱢ ﺗ ﻭ ﹶﻻ Artinya: “jangan sekali-kali kamu sholati orang yang mati diantara mereka, dan jangan kamu berdiri di kuburnya.” (QS. At-Taubah : 84).41 Di dalam ziarah kubur yang syar’i orang yang hidup tidak ada perlu kepada orang yang mati. Tidak pula meminta kepadanya dan bertawassul dengannya. Tetapi dalam ziarah yang syar’i, yang hidup memberi manfaat kepada yang telah mati, seperti berdoa untuknya, seperti berdoa untuknya. Dan Allah akan memberi rahmat kepada si mayit dengan sebab doa itu, dan juga karena kebaikan orang yang hidup kepada orang yang sudah mati tersebut. Allah akan memberi pahala kepada orang yang hidup atas perbuatannya itu. 3. Pendapat Para Ulama Tentang Ziarah Kubur Pada dasarnya para ulama sepakat satu pendapat, bahwa ziarah kubur itu sunnah hukumnya, sejauh diletakkan tata cara aturan Syara’. Disini di sebutkan pendapat para ulama tentang masalah ziarah kubur dari sebagian kecil pendapat antara lain: a. Syekh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan bahwa:
.(ﻴﺪﺻ ﹰﺔ )ﻓﺘﺢ ﺍ ﺎﺎ ِﻝ ﺧﺮﺟ ﺖ ﻟِﻠ ﻮ ﺛﹶﺎ ِﺑ ﺎ ﻫﻧﻤَﺏ ِﺍ ﺎﺤﺒ ﺳِﺘ ﻭﹾﺍ ِﻻ 42
Artinya: “Hukum sunnah berziarah kubur itu hanya untuk laki-laki secara tertentu”. Menurut pendapat ini yang terkena sasaran hukum sunnah berziarah kubur adalah khusus bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita itu tidak sunnah bahkan hukumnya haram.
41
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 293. 42 Abdurrahman bin Hasan, Fathul Majid, Darul Qutub, Beirut, t. th, hlm. 251
b. Prof. DR. Mahmud Syaltout mengatakan bahwa ziarah kubur itu sunnah hukumnya baik laki-laki maupun bagi perempuan sebagaimana kata beliau:
ﺎ ِﻝﺮﺟ ﻋ ﹰﺔ ِﻟِﻠ ﻭ ﺸﺮ ﻣ ﺖ ﻧ ﻴ ﹶﺔﻛﹶﺎﺮ ِﻋ ﺸ ﺏ ﺍﻟ ﺍﺎﹾﺍ ﹶﻻ ﺩﻴﻬﺕ ِﻓ ﺨ ﹾﺬ ﺗﺍﻭ ﺎ ِﺀﻨﺴﺍﻟﻭ Artinya: “Dan apabila di dalam ziarah kubur itu dipakai adab atau tata syara’ maka ziarah kubur itu disyari’atkan (dianjurkan) bagi orang laki-laki maupun perempuan”. (al-Fatawa 221).43 Pendapat beliau ini tampak jelas, apabila di dalam ziarah itu sudah dapat dipakai adab (tatacara) syara’, maka sesungguhnya berziarah kubur itu sunnah hukumnya baik laki-laki maupun perempuan. Dalam arti kata lain juga beliau tidak menyetujui baik lakilaki maupun perempuan yang berziarah kubur tidak mengindahkan tatacara atau aturan syara’ karena hal ini akan mendekatkan kepada perbuatan kemusyrikan.44 c. Imam Abdurrahman berpendapat sebagai berikut:
ﻳ ِﺔﺅ ﻮﻥﹸ ِﺑﺮ ﺘﻜﹸﺮﺓِﺍﹶﻓ ﻭﹾﺍ ﹶﻻ ِﺣ ﺕ ِ ﻮ ﹾﺍ ﹶﳌﺗ ﹶﺬ ﱢﻛﺮﺮ ِﺩ ﺠ ﺎِﻟﻤﻮ ِﺭِﺍﻣ ﺒﺭﺓﹸﺍﹾﻟ ﹸﻘ ﺎِﺯﻳ ﻦ ِﻟ ﹸﻜﻞﱢ ﺴ ﺎ ٍﺀ ﹶﻓﺘﺩﻋ ﺨ ِﻮ ﻨﻭِﻟ ﺎ ﹶﺍﺎ ِﺑﻬﺻﺤ ﻌ ِﺮﹶﻓ ِﺔﹶﺍ ﻣ ﻴ ِﺮﻦ ﹶﻏ ﻮ ِﺭ ِﻣ ﺍﹾﻟﻘﹸﺒ (ﻢ )ﺑﻐﻴﺔﺍﳌﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﺴِﻠ ﻣ Artinya: “Ziarah kubur itu hanyalah bertujuan agar ingat kepada mati dan akhirat, maka dapat dilakukan dengan melihat ke kuburnya, meskipun tidak mengetahui siapa ahli kuburnya atau bertujuan untuk mendo’akan (berdo’a), maka ziarah kubur yang demikian ini disunnahkan bagi setiap muslim.45 43
Prof. DR. Mahmud Syaltout, Al-Fatawa, terj. Fakhruddin HS dan Nasaruddin Thaha, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 221 44 Drs. Imran ABA, Peringatan Haul bukan dari Ajaran Islam Adalah Pendapat yang Sesat, Menara Kudus, tt, hlm. 21 45 Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan, Bugyiyatul Mustarsyidin, terj. Ahmad bin Sya’id, Surabaya, tt, hlm. 97
Pada dasarnya menurut pendapat ini bahwa berziarah kubur itu hukumnya sunnah bagi setiap muslim, asalkan bertujuan untuk mengingatkan kepada mati dan akhirat dan juga untuk berdoa (baik untuk dirinya maupun untuk si mati) meskipun tanpa mengetahui ahli kuburnya atau kuburannya.
BAB III ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA TRADISI SYAWALAN (Di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal)
C. Gambaran Umum Masyarakat Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal 1. Letak Geografis Desa Protomulyo merupakan bagian wilayah dari kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang terletak di sebelah Timur Ibukota Kabupaten Kendal. Luas Desa Protomulyo ini adalah 188.715 M2 jarak dari Kecamatan Kaliwungu adalah 3 KM, sedangkan jarak dari Kabupaten Kendal adalah 12 Km, Kecamatan Batealit dengan ketinggian antara 18 sampai dengan 378 Meter dari permukaan laut. Adapun adapun Desa-Desa lain yang membatasi sekeliling Desa Protomulyo ini ialah: -
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Krajan Kulon Kutoharjo
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Darupono
-
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Nolokerto
-
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Magelung.46 Wilayah Desa Protomulyo terbagi atas 06 Rw dan 28 Rt.
dengan kepadatan penduduk mencapai 9.096 jiwa. Luas Desa Protomulyo 188.715 Ha. Dengan perincian sebagai berikut: a. Tanah Sawah
46
1). Irigasi teknis
: 33.000 Ha
2). Sawah pasang surut
: 22.000 Ha
Data Statistik Monografi Desa Protomlyo, Januari 2006.
b. Tanah Kering 1). Pekarangan / bangunan / emplasemen
: 55.000 Ha
2). Tegal / kebun
: 49.000 Ha
c. Tanah Hutan
: 12.000 Ha
d. Tanah Keperluan Masyarakat umum 1). Lapangan Olah Raga
:
18 Ha
2). Kuburan
:
592 Ha
e. Lain-lain
: 17.105 Ha
2. Keadaan Demografi Wilayah Desa Protomulyo terbagi atas 06 Rw dan 28 Rt. dengan kepadatan penduduk mencapai 9.096 jiwa yang terdiri dari 4.617 laki-laki dan 4479 penduduk perempuan. Rincian keadaan geografis penduduk Desa Protomulyo adalah sebagai berikut: a. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian bahwasanya sebagian besar penduduk Desa Protomulyo adalah Jasa atau keahlian individu, disamping itu ada sejumlah penduduk yang mata pencahariannya sebagai petani, pedagang dan pegawai negeri. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. TABEL I JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN. No Jenis Pekerjaan
Jumlah Penduduk
1.
Karyawan
2.432
2.
Wiraswasta
215
3.
Tani
498
4.
Pertukangan
48
5.
Buruh Tani
130
6.
Pensiunan
50
7.
Nelayan
-
8.
Pemulung
-
9.
Jasa
2.974
10. Lain-lain
2.753
Jumlah
9.096
b. Banyaknya sarana pendidikan di Desa Protomulyo. Untuk mengetahui jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Protomulyo, maka akan penulis kemukakan dalam tabel berikut: TABEL II SARANA PENDIDIKAN DI DESA PROTOMULYO. No
Jenis Sekolah
Jumlah Gedung
1.
TK
2
2.
SD
5
3.
SMTP
1
4.
SMTA
1
5.
Madrasah
1
6
Sarana Pendidikan Non Formal
1
jumlah
11
Tabel di atas dapat digeneralisasikan bahwa jumlah sarana pendidikan yang berada di Desa Protomulyo dianggap cukup dalam menampung seluruh warga. Terbukti dengan adanya sarana pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas c. Agama dan Pendidikan Penduduk Desa Protomulyo yang berjumlah 9.096 jiwa tersebut mayoritas beragama Islam, untuk mengetahui lebih jelas penganut agama pada masyarakat Desa Protomulyo dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL III PENDUDUK DESA PROTOMULYO MENURUT AGAMA PADA TAHUN 2006. No
Agama
Jumlah
1.
Islam
8.969
2.
Kristen
34
3.
Khatolik
91
4.
Hindu
2
5.
Budha
-
Jumlah
9.096
Sumber data: Data Statistik isian monografi Desa Protomulyo 2006 Kondisi
keagamaan
masyarakat
Desa
Protomulyo
berdasarkan pemeluk agama tersebut, tercermin pula dalam sarana peribadatan yang kebanyakan terdiri dari masjid dan mushalla. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat dalam tabel berikut: TABEL IV JENIS TEMPAT PERIBADATAN DI DESA PROTOMULYO TAHUN 2006. No
Agama
Jumlah
1.
Masjid
4
2.
Mushalla
25
3.
Gereja
-
4.
Wihara
-
5.
Kuil/Pura
-
Jumlah
9.096
Masyarakat Desa Protomulyo apabila dilihat dari tingkat pendidikannya dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut:
TABEL V PENDUDUK DESA PROTOMULYO MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2006.47 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1.
Belum sekolah
1.142
2.
Tamat TK
1.461
3.
Tamat SD
1.878
4.
Tamat SMTP
2.904
5.
Tamat SMTA
1.512
6.
Tamat Perguruan Tinggi
29
7.
Buta huruf
170
Jumlah
9.096
Sumber data: Data Statistik isian monografi Desa Protomulyo tahun 2006. Sebagian penduduk wilayah Desa Protomulyo berpendidikan rendah, namun ada dari sebagian penduduk yang telah memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Terbukti dengan adanya pelajar yang melanjutkan sekolah di kota-kota besar seperti Semarang, Purwokerto, Solo, yogyakarta dan lain-lain. d. Keadaan Sosial Budaya Keadaan masyarakat Protomulyo mayoritas muslim. Hal ini membawa dampak positif terhadap masyarakat. Kehidupan masyarakat yang religius inilah yang membuat rasa solidaritasnya tinggi. Kegiatan yang bersifat gotong royong merupakan bagian dalam kehidupan masyarakatnya. Karena mayoritas penduduknya beragama muslim, maka wajar apabila budaya dan tradisi yang ada banyak yang bersifat Islam. Desa Protomulyo mempunyai kesenian yang bersifat tradisional sebagai peninggalan dari pendahulunya. 47
Kantor Statistik Desa Protomulyo Januari 2006
Kesenian tradisional yang masih dilestarikan adalah sebagai berikut: 1). Tradisi Syawalan 2). Sedekah bumi 3). Berjanji dan tahlilan 4). Selamatan 7, 40, 100, hari kematian.48
D. Sunan Katong a. Biografi Sunan Katong Belum banyak buku yang menulis dan menemukan catatan baku atau buku induk yang menerangkan riwayat hidup Sunan Katong. Cerita perjalanan hidup Sunan Katong ini akhirnya diperoleh dari keterangan para sesepuh, itu pun belum dijamin kelengkapan ceritanya dan validitasnya. Oleh karena itu, dalam menulis riwayat hidup Sunan Katong ini banyak didominasi oleh cerita-cerita tutur sebagai pelengkap cerita perjalanan Sunan Katong. Mengenai kisah perjalanan hidup Sunan Katong nampaknya juru kunci makam Sunan Katong punya pendapat dan penilaian lain, ia menuturkan bahwa perihal mengenai sejarah perjalanan hidup Kanjeng Sinuhun Sunan Katong tidaklah boleh diceritakan, karena menurut cerita yang sudah diyakini dari juru kunci sebelumnya, sering terjadi hal-hal yang berakibat fatal bagi yang mencoba mendapatkan silsilah atau sejarah mengenai Sunan Katong, dan mengenai buku-buku yang beredar di pasaran yang membahas perjalanan dan riwayat hidup Sunan Katong menurutnya banyak terjadi kesalahan.49 Banyak buku sejarah yang menerangkan tentang Walisongo akan tetapi tidak satu buku pun yang menerangkan dan bahkan menyebut sekalipun nama Sunan Katong. Oleh karena itu, untuk bisa mencari
48
Wawancara dengan Bp. Djoemarno, Kepala Desa Protomulyo, tanggal 21 Januari 2006. Wawancara dengan Bapak Suto Wiruno (juru Kunci makam Sunan Katong) pada tanggal 11 Desember 2005. 49
identitasnya diperlukan data-data yang menyamping yang berhubungan dengan masa ketika itu. Ada tiga tokoh penyebar agama Islam di wilayah KaliwunguKendal mereka adalah; 1. Bhatara Katong atau Sunan Katong atau Kyai Katong, 2. Wali Joko, dan 3. Kyai Gembyang atau Wali Gembyang atau Raden Gembyang atau Jaka Gembyang. Diantara sentral sejarahnya ada pada diri Sunan Katong yang makamnya di Astana Kuntul Melayang, Protomulyo Wetan Kaliwungu. Itupun banyak diwarnai dengan cerita tutur.50 Maka muncul pertanyaan, kapan Bhatara Katong atau Sunan Katong atau Kyai Katong datang di Kendal-Kaliwungu?. Untuk bisa mengetahui kapan Sunan Katong datang di KendalKaliwungu, terlebih dahulu perlu memahami siapa Sunan Katong yang dimaksud. Di bawah ini ada dua pendapat yang menerangkannya. 1. Nama Sunan Katong erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit, karena tokoh ini masih ada hubungan darah dengan raja Majapahit yang terakhir, Prabu Brawijaya V, ia adalah putra Majapahit dari istri Ponorogo. 2. Setelah
kerajaan
Majapahit
berakhir,
ada
keterangan
yang
menerangkan bahwa tokoh ini secara otomatis menjadi keluarga besar kerajaan Demak, karena ia masih ada hubungan saudara dengan Raden Fatah, saudara seayah. 3. Ada keterangan lain yang menerangkan bahwa Sunan Katong yang makamnya ada di kota Kaliwungu itu bukanlah Bhatara Katong putera Brawijaya ke V tetapi cucu dari Bhatara Katong, yang mempunyai nama “nunggak semi” dengan kakeknya, yaitu Bhatara Katong. Tokoh muda itu bernama Kyai Katong. 4. Dijelaskan bahwa Kyai Katong yang cucu Bhatara Katong itu adalah putera Pangeran Suryapati Unus atau Adipati Unus atau Patih Yunus 50
Wawancara dengan Bapak Suto Wiruno (juru Kunci makam Sunan Katong) pada tanggal 11 Desember 2005.
atau Pangeran Sabrang Lor, putera Raden Fatah, Sultan kerajaan Demak pertama.51 Sedangkan kapan tokoh ini datang di Kendal-Kaliwungu, memang tidak ada catatan yang jelas. Namun jika dipahami dengan berdasarkan dengan peristiwa yang terjadi pada masa itu, dan kemudian menghubungkannya dengan berdasar analisa rasional, maka kedatangan Sunan Katong ini akan bisa diketahui. Data-data itu berhubungan erat dengan penyerangan Kerajaan Demak terhadap bangsa Portugis yang telah menguasai Malaka ataupun Sunda Kelapa. Maka, kapan peristiwa itu terjadi? Bhatara Katong atau Sunan Katong bersama pasukannya mendarat di Kaliwungu dan memilih tempat di pegunungan Penjor atau pegunungan Telapak “kuntul melayang”. Beberapa tokoh rombongannya antara lain terdapat tokoh seperti Ten Koe Pen Jian Lien, Han Bie Yan dan Raden Panggung. Dalam cerita tutur atau cerita rakyat terkenal dengan nama-nama Tekuk penjalin, Kyai Gembyang dan Wali Joko.52 Dalam catatan sejarah nasional bahwa ketika Nusantara (Malaka dan Aceh) diserang oleh bangsa Portugis (1511), banyak pembesar-pembesar Samudera Pasai (Aceh) yang mengungsi ke Demak, salah satunya pembesar itu terdapat Faletehan atau Fatahilah.53 Terhadap penyerangan bangsa Portugis itu, kerajaan melakukan penyerangan balik selama dua kali. Penyerangan pertama terjadi pada tahun 1513 dibawah pimpinan Pangeran Sabrang Lor atau Adipati Unus, putera mahkota Kerajaan Demak. Karena penyerangan itu memiliki tujuan multi politik, yaitu politik ekonomi dan politik agama, maka dalam perjalanan pasukan
51
Ahmad Hamam Rochani, Wali Gembyang dan Wali Jaka, Intermedia Paramadina Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 21 52 Ahmad Hamam Rochani, Babad Tanah Kendal, Inter Media Paramadina. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 160. 53 Sudibjo Z. Hadisutjipto, Babad Tanah Jawi, Balai Pustaka, Jakarta, 1978, hlm. 143
Demak disertai dengan pembinaan pada daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai utara Jawa sebagai basis pertahanan. Dimungkinkan dalam ekspedisi pertama ini(1513) Kyai Katong ada dalam rombongan itu, dan kemudian memilih berhenti membina daerah baru di Kendal-Kaliwungu. Bila kemungkinan ini benar maka Sunan Katong datang ke Kendal-Kaliwungu pada tahun 1513. akan tetapi catatan ini sedikit kurang valid karena tidak ada data pendukung lainnya. Dan disamping itu massanya sangat terlampau jauh bila, dihubungkan dengan sejarah semasanya. Penyerangan kedua terhadap bangsa Portugis dilakukan pada tahun 1527. penyerangan ditujukan terhadap bangsa Portugis yang sudah menguasai Jayakarta atau Sunda Kelapa. Penyerangan kedua dipimpin oleh Faletehan atau Fatahillah, menantu Raden Fatah atau kakak ipar Sultan Trenggono. Sudah barang tentu penguasaan pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai utara pulau Jawa terlebih dahulu dilakukan. Dimungkinkan sekali Kyai Katong ada dalam rombongan ekspedisi ini. Kelihatannya catatan ini ada sedikit dukungan data lainnya. Dengan demikian bisa mendekati kebenaran bila kedatangan Sunan Katong di Kendal-Kaliwungu pada tahun 1527, atau ketika itu Kerajaan Demak dibawah Sultan Trenggono.54 Catatan itu didukung dan ada sedikit sentuhan positif dengan cerita rakyat yang sudah menjadi cerita baku dan bahkan sudah menyatu pada diri masyarakat Kendal-Kaliwungu, yaitu cerita Sunan Katong. Data Pendukung itu antara lain menyebutkan sebagai berikut: 1. Adanya cerita perguruan antara Sunan Katong dengan Ki Ageng Pandan Arang I (Ki Made Pandan) dan Ki Ageng Pandan Arang II atau Sunan Tembayat di padepokan Tirang Amper atau Bergota. Ketika bertemu dengan penguasa Semarang itu, Ki Ageng Pandan Arang belum pindah ke Tembayat. Artinya Ki Made Pandan ataupun
54
Ahmad Hamam Rochani, Wali Gembyang dan Wali Jaka, op. cit. hlm. 22
Ki Pandan Arang II masih dalam satu wilayah, di Tirang Amper atau Bergota. 2. Adanya cerita Bhatara Katong dengan Syeikh Wali Lanang, dengan perintah Sunan Bonang pada Syeikh Wali Lanang yang ditugasi mengajar Sunan Katong, dan kemudian adanya pertemuan antara Ki Ageng Pandan Arang dengan Syeikh Wali Lanang. Untuk memperjelas data-data itu kiranya perlu kesabaran dan perlu ketelitian dalam rangka menghindari kesalahan yang fatal. Dan perlu disadari bahwa pertemuan itu belum tentu bisa mencapai kebenaran seratus persen. Antara Sunan Katong dan Ki Ageng Pandan Arang adalah saudara seayah, keduanya putera Pangeran Suryapati Unus. Ibu Ki Made Pandan Arang adalah puteri Adipati Urawan di Madiun. Sedangkan Kyai Katong putera Adipati Unus dari istri Ponorogo. Puteri Bhatara Katong.55 Kedua putera Adipati Unus itu ternyata mempunyai visi sama. Mereka tidak tertarik dengan politik pemerintahan, mereka memilih sebagai penyiar agama Islam atau dunia spiritual. Dengan demikian mereka juga harus rela meninggalkan kerajaan. Padahal kalau mereka ada ke sana, baik Ki Ageng Pandan Arang maupun Kyai Katong sangat mudah. Ki Made Pandan Arang bisa memilih ingin menjadi penguasa Demak ataupun Adipati di Urawan Madiun. Kedua daerah itu sangat memungkinkan untuk mengantarkan dirinya untuk menjadi orang nomor satu. Sedangkan Kyai Katong juga demikian. Ia tinggal memilih apakah di Demak atau Ponorogo, keduanya memberi harapan yang bagus. Dalam cerita sejarah dan cerita rakyat atau cerita tutur diterangkan bahwa cerita-cerita yang menyangkut riwayat perjalanan Sunan Katong memang saling berhubungan, dan cerita-cerita itu saling melengkapi. Alur cerita sejarahnya kemudian dikemas dalam bentuk cerita rakyat yang seakan-akan saling bertentangan. Padahal tidaklah demikian. Cerita-cerita itu dimaksudkan untuk saling mengisi dan saling 55
Ibid, hlm. 23
melengkapi. Dengan bahasa lain, alur sejarahnya dibungkus dengan cerita rakyat yang dihiasai dengan "sanepo" atau kiasan-kiasan yang mengandung filsafat/pendidikan. Sebab, para penulis cerita babad itu lebih dilingkari dengan budaya dan bahasa yang sangat halus. Dan para pujangga itu lebih mengedepankan rasa dari pada lainnya. Sehingga penulisannya lebih mengarah pada filsafat kehidupan. Melihat
keadaan
daerah
serta
nama-nama
tempat
di
Kendal/Kaliwungu memberi pengertian bahwa di wilayah itu dulu menjadi pusat pemerintahan agama Hindu/Budha. Nama-nama itu terus melembaga sampai dengan agama Islam masuk ke daerah itu. Namanama itu antara lain; Patian, Demangan, Kranggan, Kenduruan, Katemenggungan Sepuh dan Kandangan. Patih, Ronggo, Tumenggung, Demang, Kenduruwan adalah perangkat pemerintahan Majapahit, yang disebut Sapta Riwilwatika. Sedangkan Kandangan adalah Sameget Sapta Upapati. Hakim pemutus perkara yang jumlahnya tujuh ; Kandangan, Pamotan, Panjang Jiwa, Andamohi, Manghuri dan Jamba. Dengan demikian tidak berlebihan bila Kaliwungu dulunya sebuah Kadipaten Majapahit. Seperti disebut-sebut bahwa menurut tuturan jaman Majapahit, bahwa "kali' disebutnya dengan “banyu”.56 Disebutkan, ketika pada awal pertumbuhan agama Islam di Jawa dan kemudian berkembang dengan pesatnya dan ditandai dengan berdirinya Kerajaan (Islam) Demak. Bersamaan dengan itu, di wilayah barat-utara telah terjadi sebuah perjanjian yang aneh, yaitu perjanjian antara bangsa Portugis dan Spanyol yang erat sekali dengan perebutan wilayah perdagangan. Perjanjian itu disebut dengan nama. Tordesillas dan Saragosa. Isi dari perjanjian itu antara lain; Bangsa Spanyol disetujui boleh berlayar dan berdagang ke timur hingga di daerah Maluku termasuk Halmahera. Semua daratan yang ditemui menjadi milik Spanyol. Sedangkan Bangsa Portugis menguasai daerah pelayaran ke 56
Ahmad Hamam Rochani, Sunan Katong dan Pakuwaja, Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hal. 12
timur dengan wilayah Malaka dan Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Dan wilayah daratan yang ditemuinya menjadi hak kekuasaannya. Daratandaratan yang ingin dikuasai pelaksanaannya harus dilakukan dengan kekerasan. Portugis berhasil merebut Malaka dan berkembang menguasai Samodra Samudera Pasai (Aceh, 1511) dan kemudian Sunda Kelapa dikuasai juga para pedagang, para ulama yang menyiarkan agama Islam akhirnya banyak yang mengungsi. Salah seorang ulama Kerajaan Samudra Samudera Pasai di Aceh adalah Faletehan atau Fatahilah, yang akhirnya harus mengungsi ke Demak. Tokoh pengembang agama Islam ini ternyata putera Maulana Ishak, yang berarti masih ada hubungan saudara dengan Sunan Ampel, Sunan Giri maupun Sunan Bonang. Hubungan khususnya dengan Sunan Giri adalah saudara se ayah lain ibu.57 Kekhawatiran muncul di Kerajaan Demak apabila Portugis dengan cepatnya mengembangkan misi agama maupun melakukan invasi dagangnya hingga ke Demak. Padahal kerajaan ini belum begitu kokoh, (karena belum lama berdiri) walaupun mempunyai angkatan perang yang kuat. Setelah melalui pertimbangan dan mendengar nasihat dari para wali yang memang ditempatkan sebagai penasehat kerajaan dan penasehat sultan, akhirnya Sultan Fatah mengambil keputusan; Bangsa Portugis harus diusir dari perairan Malaka dan Aceh, dan paling tidak Kerajaan Demak lebih dulu menggunakan strategi perang yaitu lebih dahulu memukul mereka. Sultan Fatah memerintahkan kepada Suryapati Unus atau Adipati Unus atau Adipati Yunus, dengan dibantu oleh Fatahilah atau Faletehan menyerang Portugis. Penyerangan terhadap bangsa Portugis juga merupakan langkah program eksistensi kerajaan. Oleh karenanya sebelum menyerang Portugis, Pasukan Demak terlebih dahulu harus berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara 57
Ibid, hlm. 13
antara lain, Semarang, Kendal, Pekalongan, Tegal dan Cirebon. Langkah ini sebagai upaya untuk menghadang langkah invasi Portugis. Penyerangan pertama terhadap Bangsa Portugis ini tercatat tahun 1513.58 Ketika merebut pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pulau Jawa itu, dimungkinkan adik Sultan Fatah yang bernama Bathara Katong ikut dalam pasukan Faletehan. Daerah/pelabuhan yang berhasil ditaklukkan, ditempatkan seorang pemimpin yang telah berpengalaman di bidang pemerintahan. Daerah pelabuhan yang pertama kali ditaklukkan adalah Kendal/Kaliwungu karena tempatnya berdekatan dengan Demak. Setelah Kendal/Kaliwungu berhasil dikuasai, maka Bhatara Katong diminta untuk mengislamkan masyarakat di Kendal/Kaliwungu dan sekitarnya serta sekaligus menata pemerintahannya. Banyaknya cerita dan data-data berupa tulisan yang tidak jelas asal-usulnya menjadikan data yang diperoleh kurang valid. Bila pendapat ini yang menjadi rujukan, maka kedatangan Sunan Katong di Kendal/Kaliwungu kurang lebih tahun 1513-an, dan Demak masih di bawah kepemimpinan Sultan Fatah. Terlepas benar atau salah, kelihatannya tahun 1513 itu terlalu tua, dan bila dihubungkan dengan catatan yang akan diuraikan nanti kurang adanya kecocokan masa. Cerita yang berhubungan Ki Ageng Pandan Arang atau Sunan Tembayat, kelihatannya akan terkubur, yang berarti adanya keberatan untuk menerima temuan di atas. Namun ada keterangan lagi, bahwa masa itu terlalu jauh bila dihubungkan dengan masa kehidupan Ki Pandan Arang atau Sunan Tembayat. Dimungkinkan, kedatangan Bhatara Katong di Kendal/Kaliwungu itu bersamaan dengan penyerangan terhadap Portugis di Sunda Kelapa yang terjadi pada tahun 1527 yang dipimpin oleh Faletehan
atau
Fatahilah.
Ketika
Kerajaan
Demak
di
bawah
pemerintahan Sultan Trenggono. Bila masa itu yang menjadi rujukan, kelihatannya mendekati kebenaran. Maka Bhatara Katong yang 58
Ibid, hlm. 14
dimaksud itu adalah Kiai Katong cucu dari Bhatara Katong, atau Kiai Katong putera Adipati Unus dari istri putera Prabu Brawijaya V. Dengan demikian, Kiai Katong tetap disebut juga sebagai keturunan Prabu Brawijaya V. Kondisi dan perkembangan sejarah ketika itu sangat cocok bila dihubungkan dengan daerah sekitar, terutama Tirang Amper di bawah pimpinan Ki Ageng Pandan Arang I atau Ki Made Pandan, walaupun sedikit ada selisih tahun. Kalau diyakini bahwa Ki Made Pandan adalah anak Pangeran Suryapati Unus putera Sultan Fatah, maka dapat dihitung bahwa kepergian Ki Made Pandan dari Demak menuju Tirang Amper sekitar tahun 1521-an. Sebab, Suryapati Unus memangku Sultan II, menggantikan ayahandanya sekitar tahun 1518-1521. Dan pada tahun-tahun tersebut memang agama Islam belum menyebar ke pelosok: Di Tirang Amper atau Bergota sendiri masih banyak Ajar atau pemimpin agama Hindu yang masih kokoh dengan sikap keyakinannya. Maka tidak berlebihan bila Kaliwungu/Kendal yang letaknya lebih jauh dari Demak, juga masih banyak petinggi Majapahit, salah satunya Pakuwojo, yang mempunyai nama asli Suromenggolo. Selain sebagai seorang Adipati, ia juga seorang yang ahli membuat pusaka, sebagaimana Empu Supo, seorang yang ahli membuat pusaka keris, dan kemudian menjadi Adipati di daerah Tuban.59 Cerita-cerita yang menyangkut antara Pakuwojo dan Sunan Katong sebenarnya menyangkut soal perkembangan agama Islam di Kendal/Kaliwungu. Pakuwojo sendiri disebutkan sebagai seorang petinggi Majapahit yang ditempatkan di Kaliwungu. Selain sebagai petinggi kerajaan, Pakuwojo juga dipandang sebagai tokoh agama. Selain itu Pakuwojo juga memiliki kepribadian yang kokoh dan sangat kuat mempertahankan prinsip, terlebih soal kepercayaan dan keyakinan. Oleh karenanya tidak mudah merubah keyakinan yang telah bertahun-tahun bahkan telah mendarah daging pada diri Pakuwojo. Kalau saja ada 59
Ibid, hlm.15
perlawanan dari Pakuwojo terhadap ajakan/da'wah Sunan Katong, hal itu termasuk sikap yang wajar. Hal
seperti
ini
sudah
dialami
oleh
siapa
saja
yang
mengembangkan agama Islam. Ketika Ki Made Pandan atau Ki Ageng Pandaran 1 datang ke Pulau Tirang, perlawanan pun datang dari para Ajar. Mereka mau menerima dan memeluk agama Islam apabila apa yang ada pada dirinya (kesaktian) bisa dikalahkan. Ini artinya apabila dirinya berhasil dikalahkan oleh para ulama atau wali, sebagai pertanda bahwa ajaran Islam lebih luhur dad pada ajaran agama yang dipeluk sebelumnya. Sebab, para Ajar di perbukitan Bergota mempunyai kepercayaan lain, yaitu di samping agama itu merupakan suatu keyakinan, juga merupakan suatu kesaktian yang berasal dari jiwa yang bersih.60 Karena prosesi itu menyangkut dan melibatkan dua tokoh besar. maka dicatat menjadi sebuah perjalanan sejarah, dan kemudian menjadi cerita tutur atau tutur tinular. Namun demikian cerita-cerita yang disebutkan dan disajikan oleh para penyusun cerita sudah merupakan sajian yang disampaikan tidak dalam cerita langsung, tetapi lebih banyak disertai dan diisi dengan filsafat. Seperti yang dituturkan buku-buku babad ataupun tulisan-tulisan Amen Budiman maupun Rachmat Djatmiko, keduanya tergolong pemerhati sejarah tempo dulu serta ceritacerita yang telah disusun dalam bentuk serat/tembang. Cerita tentang Endang Sejanila yang hanya diberi bekal sebuah tongkat oleh Ki Ageng Pandan Arang, dituturkan Endang Sejanila bisa berjalan di atas air dan lautan yang dilaluinya menjadi sebuah daratan. Karena kekaguman terhadap Endang Sejanila, yang disebut-sebut sebagai murid Ki Pandan Arang, maka para Ajar berkeinginan untuk bertemu dengan gurunya yang tidak lain Ki Ageng Pandan Arang itu. Tetapi bagi para Ajar yang merasa punya kelebihan, juga melakukan perlawanan dengan cara mengadu kesaktian. Mungkin tuturan ini yang kemudian 60
Ibid, 15
menceritakan pernikahan Ki Ageng Pandanaran (Ki Made Pandan) dengan Nyai Ageng Semawis atau Endang Sejanila, yang melahirkan Pangeran Kasepuhan (Ki Ageng Pandan Arang II, atau Sunan Tembayat, dan Pangeran Kanoman).61 Kisah perjalanan Sunan Katong menurut catatan Amen Budiman dituturkan bahwa Sunan Katong yang makamnya di Protomulya Kaliwungu itu adalah Bhatara Katong putera Prabu Brawijaya V dari istri Ponorogo.62 Dan silsilah ini di antara para penulis sejarah tidak ada yang berbeda. Dengan demikian hubungan antara Bhatara Katong dengan Sultan Fatah, Raja Demak adalah saudara seayah lain ibu, karena Raden Fatah lahir dari ibu asal negeri Campa, dan kelahirannya di Palembang. Catatan Amen Budiman yang sudah dijadikan bahan baku cerita rakyat sebenarnya sudah dikemas dalam bentuk cerita yang penuh dengan filsafat kehidupan. Artinya, alur ceritanya tidak langsung terfokus pada titik ceritanya, tetapi sudah disusun sedemikian rupa, dan didalamnya banyak mengandung pelajaran keimanan dan filsafat kehidupan. Lengkapnya catatan Amen Budiman itu sebagai berikut; “Bhatara Katong sebenarnya masih terbilang seorang putera Prabu Brawijaya, Raja Majapahit. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, ia belum bersedia memeluk agama Islam. Adipati Ponorogo ini pernah diminta oleh saudara tuanya, Panembahan Demak untuk memeluk Agama Islam. namun waktu itu minta tangguh, setelah ayahnya meninggal dunia. Namun setelah Prabu Brawijaya meninggal, Bhatara Katong ternyata telah mengingkari janjinya, bahkan bertapa pergi ke pegunungan Penjor. Setelah Panembahan Demak mendengarnya, maka masalah ini diserahkan kepada Sunan Ratu Wadat alias Sunan Bonang. Sunan Bonang kemudian mengutus seorang bangsawan dari negeri Arab, 61 62
Ibid, 16 Amen budiman, Bhatara Katong Pendiri Kota Kaliwungu, Tanjungsari, 1975, hlm. 42
bernama Syeikh Wali Lanang atau Syeikh Djumadil Kubro, untuk mengislamkan Bhatara Katong. Bhatara Katong mempunyai dua orang anak. Yang pertama seorang perawan, dan yang bungsu masih remaja puteri. Bhatara Katong merasa sedih memikirkan jodoh kedua anaknya itu. Demikian sedihnya, hingga dalam hati ia sampai berkata bahwa ia rela meninggalkan dunia fana ini jika kedua putrinya telah bersuami. Di samping itu, ia juga memikirkan di mana tempat yang tepat untuk memeluk Agama Islam. Tidak lama antaranya Bhatara Katong melihat teja mencorong di sebelah barat laut. Kemudian ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah teja tersebut tidak merupakan isyarat bagi dirinya? “Jika demikian aku pergi ke sana untuk menjumpainya,” katanya dalam hati. Sayang sekali, ketika mau dihampiri olehnya, teja itu tiba-tiba menghilang, tidak tentu arah rimbanya. Bhatara Katong bersama istrinya kemudian pergi ke arah barat laut sambil membawa kedua orang anak perempuannya. Setelah Bhatara Katong pergi, Syeikh Wali Lanang datang di padepokannya. Syeikh Wali Lanang memperhatikan keadaan sekitar tempat itu dengan seksama. Setelah meneliti ke kanan dan ke kiri, Syeikh Wali Lanang mengetahui arah kepergian Bhatara Katong. Syeikh Wali Lanang segera pergi ke arah barat laut, mau menyusulnya. Sementara itu perjalanan telah sampai di Jurangsuru. Di tempat itu ia bertemu dengan seorang bekas Ajar yang telah memeluk Agama Islam bernama Naya Gati. Setelah saling menanyakan nama dan tempat asalnya masing-masing, Bhatara Katong menyampaikan maksudnya mau mencari teja yang pernah dilihatnya, namun setelah sampai di suatu tempat, di tepi laut tiba-tiba menghilang. “Tahukah Andika siapa pendeta, yang diam di tempat itu?” Naya Gati menjawab, bahwa pendeta tersebut masih gurunya sendiri, bernama Pandan Arang. Orangnya masih sangat muda, lagi pula seorang pendeta yang sakti. Atas pertanyaan
Bhatara Katong; Naya Gati juga menerangkan, gurunya tersebut berasal dari Demak dan masih cucu Panembahan Demak. Ia diperintahkan Sunan Bonang bermukim di tempat itu untuk mengislamkan para Ajar. Bhatara Katong minta diantarkan ke tempat kediaman Ki Pandan Arang. Permintaan itu disanggupi Naya Gati. Setelah bertemu dengan Ki Pandan Arang, ia ditanyai asal usul dan maksud kedatangannya. Bhatara Katong dengan terus terang menyebutkan namanya sambil menjelaskan bahwa ia berasal dari Ponorogo dan masih putera Prabu Brawijaya. Maksud kedatangannya tak lain ingin memeluk agama Islam dengan perantara Ki Pandan Arang. Ki Pandan Arang menjawab, bahwa lebih dari baik, Bhatara Katong mau memeluk agama Islam. Ki. Pandan Arang talu minta kepadanya mengucapkan kalimat syahadat, sedang Bhatara Katong kemudian menyerahkan anak perempuannya yang sulung pada Ki Ageng Pandan Arang untuk dijadikan istrinya.”63 Catatan Amen Budiman itu dengan jelas menerangkan bahwa Bhatara Katong yang makamnya di Protomulyo itu berasal dad Ponorogo, saudara seayah Sultan Fatah. Catatan ini nampaknya sudah tersebar dan bahkan sudah dijadikan pemahaman baku oleh masyarakat. Brosur syawalan yang menceritakan tentang riwayat Sunan Katong kelihatannya lebih mengacu pada catatan ini. Sementara itu Mas'ud Thoyib, sastrawan asal Kaliwungu juga menyimpan catatan tentang Bhatara Katong yang riwayatnya sedang dibahas ini. Disebutkan dalam bukunya Sunan Katong dan Pakuwaja, Mas'ud Thoyib memperlihatkan catatan Dr. H. Rachmat Djatmiko dengan bersumber pada Babad Ponorogo, menerangkan bahwa Prabu Brawijaya memang punya anak dari istri Ponorogo yang bernama Bhatara Katong. Lebih lengkapnya catatan Dr. H. Rachmat Djatmiko itu sebagai berikut ; “Bhatara Katong adalah putera Raja Majapahit Prabu 63
Ibid, hlm. 46
Brawijaya V, sehingga dengan Raden Fatah merupakan saudara seayah. Bhatara Katong diperintah oleh ayahnya, Raja Majapahit, untuk menghadapkan Ki Demang Kutu yang membangkang kepada Raja. Ki Demang Kutu itu mempunyai keahlian dalam ilmu kanuragan, mempunyai banyak pengikut dan murid yang terkenal sebagai warok dan jatil. Untuk mendatangkan Demang Kutu, Bhatara Katong disertai Seloaji. Sampai di Desa Mirah mereka bertemu dengan seorang muslim, yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Mirah. Bhatara Katong minta bantuan pada Ki Ageng Mirah untuk mengalahkan Ki Demang Kutu. Menurut tradisi, Bhatara Katong dan Seloaji masuk Islam dihadapan Ki Ageng Mirah. Selanjutnya Bhatara Katong, Seloaji dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya kembali ke Ponorogo. Setelah sampai di suatu tempat yang diperkirakan sesuai untuk dijadikan kota, didirikan sebuah masjid. Dan dari daerah itulah dapat mengalahkan Ki Demang Kutu.” Rachmat Djatmiko juga mencatat bahwa nama “Bhatara” di belakang nama Katong, adalah atas pemberian Raden Fatah sebagai upaya untuk memudahkan berdakwah di lingkungan masyarakat yang masih memeluk agama Hindu/Budha. Dalam catatan akhirnya, Rachmat Djatmiko juga menerangkan bahwa setelah wafat, Bhatara Katong dimakamkan di depan masjid (tidak di belakang masjid). Menurut candra sengkolo Sinengkalan yang terdapat pada watu gilang di ruang jero tengah kompleks kuburan terdapat gambar-gambar: Gajah, Burung terbang, Udang dan orang sedang bertapa. Yang diartikan oleh J. Knebel sebagai tanda tahun 1318 Caka (1398 M) dan menurut M. Hari Suwarno menunjukkan tahun 1408 Caka (1486 M). Tahun tersebut kemungkinan waktu didirikannya masjid Setono, dan Bhatara Katong kemungkinan wafat pada pertengahan awal abad 16, dan wakaf tanah kompleks Bhatara Katong terjadi tahun 1554 M.64
64
Ahmad Hamam Rochani, op. cit, hlm. 19.
Catatan Rachmat Djatmiko di atas menjelaskan bahwa Bhatara Katong sudah masuk Islam di hadapan Ki Ageng Mirah ketika masih menjabat sebagai Adipati Ponorogo, dan ia menjadi Adipati Wengker, Ponorogo mulai tahun 1466 M, dan mendirikan masjid di Setono pada tahun 1486 M. Kemudian adakah hubungan antara Bintara, Ponorogo dan Kaliwungu? Disebutkan dalam kitab Centhini sebagai berikut: Bathara Katong sejarah neki saking Bintoro warti putrane sang aji Dukuh Lepentangi. Arti bebasnya; Sejarah Batara Katong itu berasal dari Bintoro. Menurut cerita ia putera raja, yang tinggal di Kaliwungu.65 Bila isi serat Centhini dihubungkan dengan Babad Tanah Jawi yang isinya; Sawise lawas-lawas Sultan Demak wus peputero nenem, kakung lan puteri yoiku: (1) Pangeran Sabrang Lor, iku kang pembarep, kromo daup lan puteri Ponorogo Bhatara Katong. (2) Pangerang Trenggono, (3) Pangeran Sedo ing Kali, (4) Pangeran Kandurunan (5) Pangeran Pamengkas (6) Puteri Nimas Ratu kromo angsal Bagelen.66 Arti bebasnya kurang lebih; Setelah lama Sultan Demak (Raden Fatah), sudah berputera enam orang lelaki dan perempuan yaitu (1) Pangeran Sabrang Lor (Dipati Unus, putera mahkota) anak yang pertama, menikah dengan puteri Ponorogo, Puteranya Batara Katong (2) Pangeran Tranggono (3) Pangeran Seda ing kali (4) Pangeran Kandurunan, atau Kanduruan (5) Pangeran Pamengkas (6) Puteri Nimas Ratu, menikah dengan orang Bagelen. Dapatlah diartikan bahwa Bhatara Katong yang sejarahnya berasal dari Bintara, Demak adalah putera raja (Adipati Unus) yang tinggal di dukuh Kaliwungu. Dengan demikian Kiai Katong ing Gunung Penjor (Kaliwungu) adalah bukti adanya hubungan sejarah antara Bintoro dengan 65 66
Tardjan Hadjaja, Serat Centini, UP. Indonesia, 1976, hlm. 53 Sudibjo Z. Hadisutjipto, op. cit, hlm. 149
Ponorogo/Wengker (yang pernah menjadi pusat kerajaan Majapahit, 14561466 M) Sedangkan dalam catatan lain juga disebutkan bahwa ketika Bupati Kendal, Pangeran Ario Notohamiprojo pernah mengikuti perjalanan Prins Federijk, cucu Raja Nederland keliling pulau jawa (1837), singgah di kuburannya Bhatara Katong di Ponorogo. Dengan demikian jelas sekali bahwa di Ponorogo juga ada nama Bhatara Katong, putera Brawijaya. Untuk sementara, cerita kita beralih pada Adipati Unus atau Suryapati Unus atau Pangeran Sabrang lor, yang menjadi sentral pembahasan kedua.67 Selain punya istri puteri Bhatara Katong, Adipati Unus juga punya istri puteri Pangeran Puruboyo atau Adipati Urawan penguasa Madiun. Hasil perkawinan ini lahir Ki Made Pandan. Anak Adipati Unus ini lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan spiritual dari pada pemerintahan. Disebutkan pula bahwa pengaruh Sunan Bonang lebih mewarnai kehidupan Made Pandan. Ketika ayahandanya wafat, ia lebih rela jabatan atau tahta itu diserahkan pada pamannya, yaitu Pangeran Trenggana. Ki Made Pandan bersama istri dan dua anaknya meninggalkan Demak, yang akhirnya lebih puas bermukim di pulau Tirang dengan mengembangkan Agama Islam di sekitar tempat itu, dan mengislamkan para Ajar di sekitar gunung Bergota. Di Made Pandan kemudian menetap di daerah itu yang diberi nama Tirang Amper.68 Begitu pendapat kedua ini mengemuka, maka kedatangan Sunan Katong di Kaliwungu/Kendal diduga kuat sekitar tahun 1527-an bersamaan dengan penyerangan Demak ke Sunda Kelapa yang juga dipimpin oleh Faletehan, ulama asal Samodra Samudera Pasai dan menantu Sultan Fatah. Pada tahun itu Demak dibawah pimpinan Sultan Trenggono, Sultan Demak III putera Sultan Fatah (adik Suryapati Unus).
67 68
Mas’ud Thoyib, Sunan Katong dan Pakuwojo, Studio 80, TMII, Jakarta, 1987, hlm. 62 Ibid, hlm. 64
Apabila dihubungkan dengan daerah sekitar, terutama Tirang Amper di bawah Ki Made Pandan dan Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang I) memang ada kedekatan masa. Dalam buku Sejarah Hari Jadi Kota Semarang dijelaskan bahwa Ki Ageng Pandan Arang dilantik menjadi Bupati Semarang I pada tahun 1547,69 satu tahun setelah Sunan Prawoto meninggal dunia karena dibunuh oleh Arya Penangsang. Dengan demikian sebelum tahun itu (antara l0 -15 tahun sebelumnya) Ki Made Pandan telah berada di Pulau Tirang/ Bergota. Sedangkan Ki Ageng Pandan Arang II atau Pangeran Kasepuhan, putera Ki Made Pandan memangku jabatan Bupati Semarang hanya 6 tahun (1547-1553) dan sisa usia 10 tahun dihabiskan di Tembayat. melaksanakan tugas gurunya, Sunan Kalijaga (1553-1563). Sedangkan gapura di makam Tembayat dibangun oleh Sultan Pajang, Hadiwijaya pada tahun 1566, tiga tahun setelah Sunan Tembayat wafat. Maka bisa dicatat bahwa mistikisme/sufisme ajaran Sunan Bonang lebih banyak mempengaruhi kehidupan Made Pandang atau Ki Ageng Pandan Arang I, dan mistik Sunan Kalijaga berhasil mempengaruhi (posisi) pada kehidupan putera Ki Made Pandan, yaitu Pandan Arang atau Ki Ageng Pandan Arang 11, Bupati Semarang II yang kemudian hari lebih memilih meninggalkan kadipaten dan selanjutnya menuju ke gunung Jabalkat atau Tembayat. Sedangkan jabatan bupati Semarang diarahkan kepada Pangeran Kanoman dengan gelar Ki Ageng Pandan Arang II.70 Sebagian ajaran mistik/sufi Sunan Bonang yang diajarkan pada Made Pandan seperti yang ditulis oleh Dr. Abdullah Ciptopawiro sebagai berikut a. “............... marga rawuh ing Allah ta'ala tigang tingkat: Sarekat, Tarekat dan Hakekat ...... “ “............... jalan menuju Allah ta'ala terdiri dari tiga tingkatan: Syare'at, Tharekat dan Hakekat ..............” 69 70
Pemda Kota Semarang, Sejarah Hari Jadi Kota Semarang, Semarang, 1979, hal. 32. Ahmad Hamam Rochani, op. cit, hlm. 21
b. Wang Sarekat iku pangucap ingsun, kang tarekat iku pakertiningsun, kang hakekat itu toge lakuningsun ...............” “Sareat merupakan ucapanku, Tharekat itu merupakan perbuatanku, dan Hakekat merupakan puncak lakuku ...............” c. “Sarekat puniku amajengaken dair, kang tarekat amajengaken batin kang hakekat amajengaken batining batin. llmu dair wejangakena wong ahludair, ilmu batin wejangakena ing ahlu batin ...............” “Sareat memberi wejangan lahir. Tarekat memberi wejangan batin ; Hakekat memberi wejangan batin Ian batin. I1mu lahir diwejangkan kepada ahli fahir, sedangkan ilmu batin diwejangkan kepada ahli batin d.
“Tatkalane aningali kaelokaning Allah kang kekel, ora liyo. Ing naliko iku kawula iku lenyap, anging Allah kang kekel. Mangka Allah ta'ala amulihaken kawulo iku. Punikalah tingkating makrifat ...............” “............... Tatkala menyaksikan kewajiban Allah yang kekal, maka lenyaplah dia. Pada waktu itu kawula hilanglah dan hanya Allah yang kekal. Maka Allah ta'ala memulangkan kawula itu. inilah tingkatan Makrifat ...............”.71 Demikian kuatnya pengaruh sufisme yang ditanamkan oleh
Sunan Bonang pada Made Pandan, putera mahkota Adipati Suryapati Unus di Demak, yang berhak mewarisi kedudukan di Kerajaan Demak. Made Pandan juga punya hak waris kedudukan Adipati di Purubaya Madiun. Namun ketika ayahanda, Pati Unus meninggal dunia 1521 M, tahta itu diserahkan kepada pamannya Pangeran Trenggono.72 Dua catatan itu ternyata alurnya sama. Hanya saja catatan Rachmad Djatmiko yang dihubungkan dengan serat Centini itu dengan jelas bahwa Sunan Katong yang makamny2 di Kaliwungu itu memang berasal dari Ponorogo tetapi bukan Bhatara Katong putera Brawijaya,
71
DR, H. Abdullah Salim Zarkasyi, M.A, Walisongo, Siti Jenar dan Ki Ageng Pandan Arang, Unissula Pers, 2002, hlm. 67. 72 Ibid, hlm. 71.
melainkan Bhatara Katong putera Adipati Unus, cucu Adipati Bhatara Katong di Ponorogo, yang berarti juga masih cicit Prabu Brawijaya V. Lanjutan dari cerita perjalanan Sunan Katong disebutkan lagi, ketika dua keturunan Adipati Unus bertemu di Jurungsuru atau pulau Tirang atau Bergota berkat peran Ajar Naya Gati dan keduanya saling bertukar pikiran soal agama Islam, dengan sebutan lain Sunan Katong berguru pada Ki Ageng Pandang Aran. Setelah itu, kemudian Sunan Katong diberi tugas penyiaran Agama Islam ke arah barat dengan ditunjukkan dan diberi isyarat yaitu pada suatu tempat dimana ada sebuah pohon ungu yang condong ke sungai, dan ditempat itulah Sunan Katong diperintahkan membuka perguruan sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Sebelum meninggalkan padepokan Ki Pandan Arang, Sunan Katong memenuhi keinginannya yaitu menikahkan puteri sulungnya yang sudah perawan. Puteri sulung itu dinikahkan dengan putera gurunya sendiri, yang namanya nunggak semi dengan orang tuanya, yaitu Ki Ageng Pandan Arang II atau Pangeran Kasepuhan. Dikemudian hari, nama puteri Sunan Katong itu dikenal dengan nama Nyai Ageng Kaliwungu, dan dialah yang mendampingi suaminya, Ki Ageng Pandan Arang, ketika awal-awal menjadi Adipati semarang menggantikan ayahnya, maupun dalam perjalanannya menuju Gunung Jabalkat atau Gunung Tembayat, karena atas saran dan nasihat Sunan Kalijaga. Selanjutnya Ki Ageng Pandan Arang II lebih dikenal dengan panggilan Sunan Tembayat atau Sunan Jabalkat. Sedangkan puteri Sunan Katong yang satunya, seperti diterangkan oleh Suwignya dalam bukunya Kyai Pandanarang, gadis itu dinikahkan dengan murid Sunan Katong sendiri, bernama Ki Ageng Prawito atau Prawoto asal Begelen. Dalam buku tersebut kemudian: dijelaskan lagi, bahwa Ki Prawito inilah yang
menjadi tuan tanah di daerah Kaliwungu. Bisa jadi nama Proto itu berasal dari kata Prawito atau Prawoto.73 Perjalanan Sunan Katong ke arah barat sebagaimana pesan gurunya untuk mencari tempat yang tumbuh sebuah pohon ungu yang condong ke sungai. Mungkin sudah merupakan kehendak takdir. Ketika Sunan Katong istirahat pada suatu tempat/di pinggir sungai, ia tertidur, dan setelah bangun dilihatnya ada sebuah pohon sebagaimana yang dimaksud oleh gurunya. Disitulah Sunan Katong mengucapkan dua kata “Kali Ungu”. Sedangkan sungainya disebut oleh banyak orang dengan nama “Kali Sarean”. Dan tempat itulah yang dikemudian hari terkenal dengan nama Kaliwungu. Oleh Ki Ageng Pandan Arang juga dipesankan pada Sunan Katong bahwa untuk lebih
mendalami ilmu-ilmu
agama serta
mengamalkannya. Untuk mencapai tingkat kehidupan sufi, Sunan Katong dinasihati harus bisa mencari telapake kuntul melayang atau telapak burung Kuntul terbang berada di daerah yang terdapat “pohon yang condong ke sungai”. Mencari telapak kuntul melayang pada hakekatnya tidak berbeda dengan perintah untuk mencari susuhing angin atau mencari sarang angin dalam lakon wayang Dewa Ruci atau Bima Suci. Namun kalau diperhatikan di mana tempat Sunan Katong mengamalkan ilmunya, ternyata menempati daerah yang agak tinggi, yaitu di perbukitan Penjor yang bentuknya seperti burung kuntul melayang, yaitu di perbukitan Protomulyo sekarang ini, dan sebagian arealnya dijadikan pemakaman raja-raja Mataram, baik dari tanah Yogyakarta maupun Surakarta.74 Daerah perbukitan Penjor yang juga dinamakan bukit kuntul melayang itu, kalau dipandangi secara cermat memang seperti bentuk seekor burung yang sedang terbang menghadap ke arah barat. Rasanya
73 74
Ahmad Hamam Rochani, op .cit, hlm. 23 Ibid, hlm. 24
memang aneh, dan mungkin itu sudah kehendak Tuhan. Dikemudian hari perbukitan itu disebut dengan Astana Kuntul Nglayang. Disebut demikian karena pada akhirnya bukit itu menjadi istana terakhir para leluhur Kaliwungu atau tempat peristirahatan terakhir para leluhur Mataram keturunan Pangeran Djoeminah. Astana Kuntul Nglayang menjadi saksi bahwa bumi Kaliwungu itu ditempati oleh orang-orang besar kerajaan.75 Maka diperlukan kecermatan dalam melihat pegunungan kuntul melayang itu. Pada ujung atas (kepala) ditempati oleh makam Pangeran Djoeminah, Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo, dan beberapa makam bupati Kendal lainnya. Bagian tengah (dada) ditempati oleh Sunan Katong, dan beberapa makam bupati Kendal lainnya: Sayap sebelah kanan ditempati oleh Kiai Musyafak dan Kiai Musthofa, Kiai Rukyat dan ada disitu Bupati Kendal ke 36, Drs. H. Djoemadi. Sayap bagian kiri ada Tumenggung Mendurorejo dan Kiai Asy'ari. Sedangkan bagian belakang (ekor) ditempati oleh Pakuwojo, yang disebut dengan gunung Sentir.76 Catatan-catatan di atas sejalan dengan pakem yang ditulis oleh Raden Ngabehi Tjokro Hadiwikromo yang menyatakan bahwa dalam kehidupan pribadi, Ki Pandan Arang telah kawin dengan puteri Bhatara Katong, dan juga dengan putri Endang Sejanila. Sayang istri kedua Ki Pandan Arang ini baik oleh Raden Ngabehi Tjokro Hadiwikromo maupun Amen Budiman serta Mas'ud Thoyib tidak diterangkan bahwa ia puteri keturunan siapa. Hanya disebut bahwa Endang Sejanila juga Endang Semawis. "Pangeran Pandanarang Ikromo oleh putrane kiai Katong ing goenoeng Penjor (Kaliwoengoe) Ian. kromo malih oleh Endang
75
Ahmad Hamam Rochani, Astana Kuntul Nglayang Panembahan Djoeminah, Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 46 76 Ahmad Hamam Rochani, Sunan Katong dan Pakuwaja, op. cit, hlm. 24
Sedjonila, iyo Endang Semawis, " begitu pakem yang tulis oleh Tjokro Hadikromo. Namun ada yang menerangkan lagi bahwa Endang Sejanila atau Endang Semawis itu dinikahi oleh Ki Made Pandan atau Ki Ageng Pandan Arang I, dan kemudian melahirkan Pangeran Kasepuhan atau Ki Ageng Pandan Arang II, bupati Semarang dan Pangeran Kanoman atau Ki Ageng Pandan Arang III, yang menggantikan Ki Ageng Pandan Arang II karena harus memenuhi petunjuk gurunya, Sunan Kalijaga, yaitu menyebarkan agama Islam ke gunung Jabalkat atau Tembayat.77 Jika benar yang dimaksud dalam pakem itu adalah Ki Ageng Pandan Arang, Bupati Semarang, maka bukanlah Ki Ageng Pandan Arang yang semula bernama Ki Made Pandan, tetapi Ki Pandan Arang, putera Made Pandan. Selain itu juga memberi penjelasan bahwa Kiai Katong yang hidup di Pegunungan Penjor itu hidup sezaman atau seangkatan dengan Ki Ageng Pandan Arang. Selanjutnya Nyai Ageng Kaliwungu dan Ki Ageng Pandanaran sebagaimana orang tuanya juga membuat sejarah luhur. Karena dari perjalanannya dari Semarang sampai Gunung Tembayat itu muncul nama-nama Salatiga, Boyolali, Desa Wedi di Klaten, legende Syeikh Domba dan Syeikh Kewel serta masih banyak cerita-cerita rakyat lainnya.78 Dari beberapa penemuan para pencatat sejarah akhirnya bisa dimengerti bahwa Sunan Katong adalah seorang auliya yang masih ada hubungan nasab dengan Prabu Brawijaya V. Para penulis sejarah tidak ada yang beda pendapat, dan mereka sepakat bahwa Sunan Kathong yang makamnya di pemakaman Protomulyo itu memang berasal dari Panaraga. Kira-kira lengkap silsilahnya adalah sebagai berikut: Prabu Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V berputera Bhatara Katong. Dan Bhatara Katong berputera seorang puteri yang menjadi istri Adipati Unus
77 78
Raden Ngabehi Suradipura, Serat Tembung Andhapura, Dahara Prize, 1990, hlm. 74. Ahmad Hamam Rochani, op .cit, hlm. 25
atau Suryapati Unus putera Raden Fatah. Dari Perkawinan itu, lahir Kiai Katong, dan kemudian terkenal dengan nama Sunan Katong.
Silsilah Sunan Katong (versi Mas’ud Thoyib).79 Prabu Brawijaya
Penguasa Madiun Adipati Urawan
Raden Fatah (dari istri Campa)
Puteri
Bhatara Katong (dari istri Ponorogo)
Adipati Unus
Ki Made Pandan
Puteri
Kyai Katong atau Sunan Katong
Ki Ageng Pandan Arang
79
Mas’ud Thoyib, op. cit, hlm. 26
Nyai Ageng Kaliwungu
Puteri Ki Gede Prawito Asal Negelen
2. Misi Sunan Katong Misi Sunan Katong adalah untuk membuka daerah baru dan mendirikan sebuah padepokan untuk mengajarkan ajaran Islam dan menyebarkan atau mengislamkan masyarakat Kaliwungu yang dulunya mengikuti faham politeisme, penyembah berhala, adanya dewa-dewa atau percaya kepada banyak Tuhan, faham ini tentunya bertentangan dengan ajaran Islam yang percaya kepada Yang Maha Tunggal. Beliau menyerukan kepada manusia agar menyembah Dzat Yang Maha Tunggal (Allahu Ahad), agar manusia menyembah kepada Dzat yang tidak beranak dan tidak diberanakkan (Lam Yalid Wa Lam Yuulad). Tentunya seruan ini dilakukan dengan penuh santun dan bijaksana, karena ajaran yang dibawanya merupakan ajaran yang membawa manusia pada rahmatan lil alamin, yang membawa dari jalan kegelapan kepada jalan yang terang. Kepadanya memang diberikan derajat auliya atau wali, sebuah derajat bagi seorang yang beriman yang telah mencapai tingkat kesempurnaan (Makrifat). Sunan Katong memang sudah mencapai tingkat keimanan yang makrifat. Maka tidak heran apabila Sunan Katong dianugerahi oleh Allah SWT. sesuatu yang lebih, dan disebutnya dengan karomah. Derajat kewalian yang melekat pada dirinya ketika masih hidup, tetap melekat pada dirinya, meskipun beliau sudah meninggal dunia. Perjalanan hidup Sunan Katong merupakan utusan para leluhurnya untuk menjadi seorang mubaligh yang memberi penerangan kepada umat manusia. Beliau termasuk kelompok Walisongo generasi kedua. Dengan kata lain, tugas mereka adalah membawa umat dari kegelapan ke jalan yang terang (minadh-dhulumati ilan Nuri) sebagaimana yang telah dilakukan para Walisongo. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. telah meninggalkansebuah kenangan yang tidak bisa dilupakan, yaitu sebuah kota yang disebutnya dengan Madinah Al-Munawaroh, sebuah kota yang penuh cahaya. Sunan
Katong mengikuti jejak junjungannnya, dengan meninggalkan dua kota sekaligus, yang disebutnya dengan Kaliwungu dan Kendal, disamping tempat-tempat lain yang dilahirkan karena jejak kakinya.
E. Tradisi Syawalan Syawalan merupakan puncak acara berakhirnya peringatan Hari Raya Idul Fitri, berlangsung pada tanggal 7 Syawal 1426 H, bertepatan dengan tanggal 10 November 2005. Puncak acara ini ditandai dengan peringatan hari wafatnya (khol) Kyai Ashari, dengan pembacaan doa tahlil sesepuh Kota Kaliwungu yang dimakamkan di Desa Protomulyo Kaliwungu. Berbagai makam terkenal menjadi ajang ziarah pada hari-hari Syawalan ini. Mereka berbondong sejak selasa (8/11) di Kompleks Pemakaman Kanjeng Sinuwun Sunan Katong, juga terdapat makam Pangeran Mandorejo, Kyai Asy’ari, KH Mustofa, Walisapa, Pangeran Pakuwojo, dan sejumlah kiai penyebar agama Islam. Padahal, orang harus mendaki setinggi 500 meter untuk mencapainya di bukit Dukuh Tegalpolo Desa Protomulyo, Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah. Kompleks pemakaman ini hanya ramai saat Syawalan. Tradisi ini terkait dengan peringatan Khol KH Asy'ari-tahun ini yang ke447 yang dikenal sebagai pendiri Masjid Kaliwungu.80 Menurut Bapak Soto Wiruno, juru kunci makam Sunan Katong, jumlah peziarah tahun ini meningkat. Mereka bukan sekadar melakukan tahlilan di makam Sunan Katong, tetapi juga meminta supaya usahanya di tahun ini berhasil. Contohnya Sutrisno (28), pedagang mebel warga Pegandon Kendal, yang sudah tiga kali berziarah. Katanya, "Saya juga meminta supaya usaha dagang saya lancar pada saat krisis ekonomi ini." Kompleks pemakaman ini diyakini sejumlah warga Kaliwungu sebagai tempat yang bisa memberikan petunjuk. "Kalau akan ada bencana akan memberi tanda,
80
Soe’ari, dkk, Brosur Syawalan, Kaliwungu Tempo Dulu. Panitia Syawalan, 2005
misalnya ada pekikan suara kijang atau binatang lain, itu pertanda ada bahaya. Kalau sudah begitu, masyarakat akan membuat selamatan."81 Protomulya memiliki keistimewaan, yakni warga dukuhnya bebas pajak, karena terkait dengan Kerajaan Mataram. "Sampai sekitar tahun 1980an, kami tidak bayar pajak. Namun setelah itu kami bayar iuran sesuai besar tanah yang kami miliki. Keluarga saya setiap tahun bayar sekitar Rp 16.500," katanya.82 Keramaian ini juga menjadi ajang sejumlah pedagang di halaman depan masjid. Mereka menjual mainan anak dan hiasan, serta peralatan rumah tangga. Namun mereka mengaku daya beli pengunjung menurun. Bagi
para
santri
Kaliwungu,
Kabupaten
Kendal,
syawalan
merupakan saat yang baik untuk sowan kepada kiai atau pengasuh pesantren. Saat itulah, sebagaimana masyarakat pada umumnya, mereka bersilaturahmi dan halalbihalal. Acara Syawalan Kaliwungu dimeriahkan pula dengan pertunjukan kesenian rakyat dan bazaar pasar malam. Kegiatan sowan itu sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun silam. Hingga kini pun, tradisi itu terus dileluri sebagai tradisi Kota Santri. Mereka melakukannya sepulang dari berlebaran di kampung halaman. Syawalan dilaksanakan tujuh setelah Idul Fitri. Sebenarnya tradisi ini tak hanya berisi sowan ke pengasuh pondok dan kiai. Mereka juga bertakziah ke makam ulama dan penyebar Islam yang sebagian besar dimakamkan di kompleks makam Desa Protomulyo, Kaliwungu.83 Meski kegiatan digelar tujuh hari setelah Idul Fitri, pada puncaknya yang ditandai oleh keramaian syawalan mulai terasa sejak beberapa hari lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pesta syawal 1426 H ini yang dibuka kemarin (8/11) sore juga berlangsung meriah. Masyarakat Kaliwungu terlihat tumplek bleg di alun-alun kota kecamatan, berbaur dengan ratusan santri yang datang dari kampung halaman bersama orang tua dan sanak keluarga.
81
Wawancara dengan Bapak Soto Wiruno (juru Kunco makam Sunan Katong) pada tanggal 11 Desember 2005. 82 Wawancara dengan Bapak Ahmadun, wakil Juru Kunci Makam Sunan Katong, pada tanggal 9 Desember. 83 Soe’ari, dkk, Brosur Syawalan, Kaliwungu Tempo Dulu. Panitia Syawalan, 2005.
Sejak pukul 14.00 puluhan warga sudah terlihat hilir-mudik di sekitar pusat kegiatan itu. Sebagian dari mereka berombongan dengan berjalan kaki. Sebagian yang lain datang diangkut mobil bak terbuka dan truk. Secara simbolis syawalan dibuka oleh Bupati H Hendy Boedoro SH MSi dengan pelepasan balon ke udara di halaman Masjid Al Muttaqien Kaliwungu. ''Sebelum pembukaan, ada pengajian al-Qur’an oleh lima mubalig dari Kaliwungu dan Blora. Setelah pembukaan, rombongan Muspida berziarah ke kompleks pemakaman Desa Protomulyo. Seiring dengan perjalanan waktu, kemeriahan syawalan terasa kian lengkap. Tradisi bernuansa agamis itu kian meriah oleh kehadiran puluhan pedagang yang menjajakan dagangannya. Mereka menjajakan aneka dagangan, mulai dari makanan, minuman, pakaian, hingga mainan anak. Hiburan pasar malam yang menawarkan permainan ombak banyu dan bianglala juga melengkapi hiruk-pikuk suasana pesta rakyat yang berlangsung lebih kurang sepekan itu. ''Hingga pertengahan 1970-an, ratusan bahkan ribuan santri yang menuntut ilmu agama di Kaliwungu masih melakukan tradisi sowan kepada kiai atau pengasuh pondok secara berombongan. Mereka membentuk barisan ular-ularan yang dimulai dari alun-alun Kaliwungu. Selanjutnya mereka berjalan ke pertigaan Sekopek, pertigaan Plantaran, Pasar Gladak, dan kembali lagi ke alun-alun,'' ungkap H Makmun Amin. Mantan pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kaliwungu itu menuturkan, selama perjalanan membentuk ular-ularan itu, para santri juga sowan kepada sejumlah kiai atau pengasuh pesantren. ''Meski mondok di sebuah pesantren, seorang santri memiliki beberapa kiai untuk mendalami agama. Jadi, ketika menuntut ilmu agama, seorang santri hampir dipastikan berguru pada beberapa kiai. Sangat mungkin beberapa santri memiliki guru yang sama.'' Hanya, lanjut dia, tradisi ular-ularan untuk sowan kepada kiai itu telah hilang. ''Tampaknya kini sowan berombongan makin sulit dilakukan.
Jalan-jalan yang dulu dilalui untuk ular-ularan, kini makin tak memungkinkan lagi dimanfaatkan karena kepadatan arus lalu lintas.'' Jika dipaksakan untuk kegiatan itu, lanjut dia, akan terjadi kemacetan lalu lintas. ''Jadilah tradisi yang pernah dimeriahkan oleh iring-iringan dokar yang mengangkut para santri dan keluarganya ini luntur setelah tahun 1975an. 84 Berbeda dengan hari-hari biasa, memasuki kawasan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng), Kamis (10/11) pagi, sungguh padat dan semrawut. Aneka kendaraan, mobil atau sepeda motor, dengan pelat nomor polisi dari luar Kota Kendal, memadati jalur di kawasan itu. Tepat di depan pasar sore, kendaraan diparkir di kanan kiri jalan, penumpang menuju pasar sore, selanjutnya menuju Bukit Protomulyo, lokasi pemakaman para penyiar agama Islam di Kendal sekitar dua kilometer dari jalan raya. Pakaian mereka khas, para pria mengenakan sarung dan peci, yang perempuan mengenakan pakaian muslim panjang dan jilbab atau kerudung. Kedatangan mereka ke Bukit Protomulyo itu adalah untuk kegiatan ritual keagamaan. Sebagian di antaranya para santri ataupun kiai dari berbagai daerah di Jateng maupun luar Jateng. Pengunjung lainnya adalah mereka yang ingin berziarah. Mereka berdatangan dari Cirebon, Tegal, Brebes, Pekalongan, Demak, Temanggung, maupun Jepara. Kehadiran mereka di sana untuk menghormati para kiai atau ulama yang dimakamkan di Pemakaman Protomulyo di puncak bukit itu. Penghormatan ini sudah tradisi, tak cuma bagi kalangan santri, melainkan masyarakat umum. Kegiatan
Syawalan
itu
berangkat
dari
haul
(peringatan
meninggalnya) ke-148 Kiai Asy’ari, ulama besar Kaliwungu. Kegiatan haul itu tidak berarti Kiai Guru meninggal pada 7 Syawal atau seminggu setelah
84
2005.
Wawancara dengan H. Djoemari. (Peminat Sejarah Kendal) pada tanggal 10 November
Idul Fitri, namun pelaksanaannya bertepatan dengan usainya para kiai, ulama, dan santri melaksanakan puasa Syawal seusai Idul Fitri. "Ziarah ke makam ini dahulu hanya dilakukan oleh para kiai, ulama, dan santri. Sekarang banyak masyarakat umum yang berziarah. Pada Syawalan ini setiap hari sekitar 10.000 pengunjung membanjiri lokasi pemakaman.85
F. Ziarah dan Pengaruhnya terhadap Aqidah Islam di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Makam Sunan Katong terletak di wilayah kabupaten Kendal provinsi Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal, Kurang lebih kilometer dari Kota Semarang Jawa Tengah dan dapat ditempuh selama satu jam dengan memakai kendaraan. Secara geografis makam Sunan Katong terletak tidak jauh dari laut jawa, makam Sunan Katong tersebut berada satu komplek dengan tokoh-tokoh Ulama besar Kaliwungu dan juga menjadi istana terakhir para pembesar Mataram yang tinggal di Kaliwungu. Komplek pemakaman Sunan Katong itu kalau dipandangi secara cermat membentuk seekor burung yang sedang terbang ke arah barat. Rasanya memang aneh dan itu mungkin sudah kehendak Tuhan. Dikemudian hari perbukitan itu disebut dengan Astana Kuntul Nglayang. Disebut demikian karena pada akhirnya bukit itu menjadi peristirahatan terakhir para leluhur Kaliwungu atau keturunan Pangeran Djoeminah. Astana Kuntul Nglayang menjadi saksi bahwa bumi Kaliwungu itu dulu ditempati oleh orang-orang besar kerajaan. Berikut ini peta lokasi makam dan situs Sunan Katong. Di ujung barat, disebutnya sebagai letak kepala burung kuntul. Di belahan barat itu beristirahat secara abadi leluhur Mataram keturunan Panembahan Djoeminah. Para leluhur itu antara lain:
85
Soe’ari, dkk, loc. cit.
1. Panembahan Djoeminah Putra Panembahan Senopati Sutawijaya. 2. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo I, Bupati Kaliwungu 3. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo II, Bupati Kaliwungu 4. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo III, Bupati Kaliwungu 5. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Hadimenggolo IV, Bupati Kaliwungu 6. Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Ronodiwiryo, Bupati Batang 7. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Kaliwungu dan Demak 8. Kanjeng Raden Tumenggung Sumodiwiryo, Bupati Kaliwungu 9. Raden Tumenggung Reksonegoro 10. Kanjeng Raden Tumenggung Hadinegoro, Bupati Demak, dll -
Sedangkan bagian dada Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain : 1. Kanjeng Sunan Katong keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit 2. Raden Tumenggung Notohamijoyo, Bupati Kendal 3. Raden Tumenggung Notohamiprojo, Bupati Kendal 4. Raden Mas Arinotoprojo, Bupati Kendal 5. Raden Mas Notonagoro, Bupati Kendal, dll
-
Bagian sayap kiri Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain : 1. Raden Tumenggung Mandurarejo, Bupati Pekalongan 2. Kyai Asy’ari atau Kyai Guru 3. Kyai Puger atau Kyai Pakpak atau Kyai Papak, dll.
-
Bagian sayap kanan ditempati Astana Kuntul Nglayang ditempati antara lain; 1. Kyai Haji Rukyatullah 2. Kyai Haji (wali) Musyafak 3. Kyai Haji Musthofa 4. Kyai Haji Abu Choir
5. Drs. H. Djoemadi, Bupati Kendal ke 36, dll -
Sedangkan bagian ekor Astana kuntul Nglayang ditempati oleh Empu Pakuwaja.86 Peziarah yang datang ke makam Sunan Katong setiap harinya
mencapai rata-rata 150 orang, tetapi apabila pada bulan-bulan tertentu, peziarah ini lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa. Misalnya peziarah akan membeludak jumlahnya apabila datang pada bulan Maulid, Ruwah dan setelah tujuh hari raya Idul Fitri (Syawalan) dan juga pada hari Idul Adha. Jumlah pengunjung pada hari ini akan mencapai 1000 orang tiap harinya. Pengunjung yang datang ke makam Sunan Katong menandakan rasa terima kasih dan penghargaan terhadap Sunan Katong dan tokoh-tokoh penyiar agama Islam di wilayah Kaliwungu yang telah berjuang dalam mengajarkan agama Islam. Juga sebagai wujud rasa cinta terhadap Sunan Katong dan para tokoh penyebar agama Islam dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Pelaksanaan peziarah terhadap makam Sunan Katong yang dilakukan oleh para peziarah sampai sekarang pada mulanya dilakukan oleh para santri yang mondok di pesantren wilayah Kaliwungu, dengan tujuan untuk mengenang jasa mereka dalam menyebarkan agama Islam. Akan tetapi berjalan dengan perkembangan masyarakat Islam di wilayah Kaliwungu dan untuk menghargai tokoh yang telah berjasa tersebut dalam kehidupan masyarakat Kaliwungu pada khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya, yang mana ziarah kubur tersebut dilakukan bukan saja dari pihak golongan para Kyai dan para santrinya Kaliwungu, melainkan dari seluruh lapisan masyarakat dari berbagai daerah. Makam Sunan Katong dari waktu ke waktu nampaknya semakin ramai dikunjungi oleh sebagian umat Islam, dan menurut pengamatan penulis bahwa ziarah yang dilakukan oleh umat muslimin dalam tatacaranya, mereka harus menggunakan aturan pengurus makam, diantaranya ialah 86
hlm. 47
Ahmad Hamam Rochani, Astana Kuntul Nglayang, Panembahan Djoeminah, op.cit,
1. Setiap pengunjung disarankan untuk mensucikan diri dulu dengan berwudlu di tempat yang telah disediakan. 2. Para peziarah dilarang membawa sesuatu yang dilarang seperti kemenyan atau dupa, hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari dari perbuatan yang menyimpang dari ajaran Islam. 3. Para pengunjung atau peziarah tidak boleh melakukan perbuatan yang dilarang dalam syariat Islam, seperti duduk-duduk dan menciumi batu nisan. 4. Biasanya para pengunjung yang meminta bantuan kepada juru kunci dalam melakukan ritual ziarah harus sesuai dengan ajaran Islam, apabila tujuan dari peziarah menyimpang dari ajaran Islam, biasanya juru kunci memberi nasehat dan meluruskannya. 5. Apabila peziarah dalam melakukan kunjungan dengan niat yang tidak baik, maka juru kunci dan pengurus makam Sunan Katong tidak bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Maka apabila pengunjung belum pernah sama sekali ziarah ke makam Sunan Katong sebaiknya menemui juru kunci terlebih dahulu.87 Adapun mengenai persiapan ziarah terhadap makam Sunan Katong, pada mulanya peziarah biasanya mensucikan hadats di tempat yang telah disediakan, setelah itu peziarah mendatangi juru kunci makam Sunan Katong. Dalam pelaksanaan ziarah ini, para pengunjung biasanya ditanyai oleh juru kunci, apakah dalam pelaksanaan ziarah kubur melalui juru kunci atau oleh mereka sendiri. Dalam hal ini jika peziarah datang dengan rombongan, maka rombongan tersebut dalam pelaksanaan ziarahnya memakai ketua rombongan, akan tetapi jika pengunjung datang secara individu, maka mereka di dalam pelaksanaan ziarah kuburnya banyak memakai jasa juru kunci makam tersebut. Dalam pelaksanaannya para peziarah banyak melafalkan ayat-ayat suci al-Qur’an, dan doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
87
Wawancara dengan Bapak Suto Wiruno (Juru Kunci makam Sunan Katong) pada tanggal 11 Desember 2005.
Disamping itu para peziarah yang datang ke makam Sunan Katong banyak dilatarbelakangi oleh beberapa motivasi dan tujuan secara individu, misalnya mereka mempunyai tujuan untuk sekedar beribadah semata dengan mengharap ridlo Allah SWT. selain itu pengunjung yang datang di makam Sunan Katong ada yang mempunyai tujuan untuk berwisata, juga ada peziarah yang dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan tertentu yang datang dari tiap individu peziarah, dan juga oleh anjuran gurunya. Karena dengan berziarah terhadap makam Sunan Katong merupakan amalan yang disunnahkan, mengingat Sunan Katong adalah orang-orang yang telah berjasa terhadap penyebaran agama Islam khususnya di daerah Kaliwungu kabupaten Kendal. Berikut ini adalah tabel nama-nama responden yang masuk dalam data penulis. TABEL VI DAFTAR NAMA RESPOMDEN PEZIARAH MAKAM SUNAN KATONG No
Nama
TTL
Pekerjaan
Alamat
1.
Kartono
Kendal 10-12-1967
Tani
Kangkung
2.
Sholkan
Purwodadi. 1964
Tani
Purwodadi
3.
Soetarjo
Kendal, 06-02-1961
Tani
Karang Tengah
4
Hartono
Kendal, 1960
Tani
Wonorejo
5
Djarwono
1962
Tani
Karangsari
6
Slamet
Kendal, 29-1-1968
Tani
Patebon
7
Nariyo
Kendal, 1960
Tani
Wonorejo
8
Sugeng
Salatiga, 1967
Tani
Suruh
9
Parto
Kendal, 1963
Tani
Langen Harjo
10
Kunari
Kendal, 15-5-1952
Tani
Gemuh
11
Soleh
27-6-1952
Tani
Karang Turi
12
Wakid
Kendal, 1968
Tani
Patebon
13
Barnawi
Demak, 11-3-1958
Tani
Demak
14
Sumini
Kendal, 1959
Tani
Karang Tengah
15
Ngaripah
Kendal, 12-3-1961
Tani
Karang Tengah
16
Supatmi
Kendal, 1960
Tani
Karang Tengah
17
Baidowi
Batang, 28-10-1972
Pedagang
Banyu Putih
18
M. Hermanto
Kendal, 29-01-1979
Pedagang
Wonorejo
19
M. Subkhan
Kendal, 04-04-1965
Pedagang
Patebon
20
Samri
Batang, 1961
Pedagang
Batang
21
Muhlani
Pemalang, 1962
Pedagang
Randudongkal
22
Supriyanto
Blora, 19-02-1974
Pedagang
Gedangan
23
Suparman
Kendal, 26-07-1952
Pedagang
Kebondalem
24
Mulyanto
Kendal
Pedagang
Kebondalem
25
Ibnu Syahid
Cirebon,19-01-1979
Pedagang
Losari
26
Soetomo
Kendal, 15-07-1957
Pedagang
Krajan Kulon
27
Solikhin
Pemalang, 1961
Pedagang
Semaya
28
Ikhsan
Kendal, 1959
Pedagang
Bugangin
29
Ngasimin
Kendal, 1969
Pedagang
Pegandon
30
Supriyadi
Kendal, 1978
Pedagang
Kaliwungu
31
Supaat
Kendal, 1963
Pedagang
Kebonharjo
32
Siti Fatimah
Kendal, 18-01-1972
Pedagang
Kebonharjo
33
Sumiatun
Kendal, 17-10-1978
Pedagang
Darupono
34
Soemantri
Sragen, 17-10-1974
Pabrik
Gemolong
35
A. Ghozali
Kendal, 1978
Pabrik
Nolokerto
36
Agus
Kendal, 1971
Pabrik
Kenda
37
Solikin
Boja, 06-02-1969
Pabrik
Boja
38
Sugiarto
Kendal, 16-12-1971
Pabrik
Ketapang
39
Sri Mulyani
Kendal, 18-10-1976
Wiraswasta
Pegandon
40
Prabowo
Semarang, 1977
Wiraswasta
Mangkang
41
Srigiyati
Kendal, 22-01-1981
Karyawan
wonorejo
42
Arifin
Kendal, 10-11-1970
Karyawan
Plantaran
43
Diyono
Demak, 12-01-1971
PNS
Brangsong
44
Soebagio
Kendal, 28-04-1966
PNS
Ketapang
45
Ahmadun
Kendal, 16-01-1972
PNS
Lagenharjo
46
Novi
Semarang, 1984
Pelajar
47
Prasetyo
Kendal, 08-12-1989
-
48
Nasikin
Kendal, 1972
SPBU
49
M. Rifa’i
Kendal, 1987
-
50
M. Shohih
Kendal, 1973
Serabutan
Semarang Wonorejo Lerep, Demak Kangkung
Adapun mengenai motivasi ziarah yang datang ke makam Sunan Katong adalah sebagai berikut: TABEL VII MOTIVASI ZIARAH KE MAKAM SUNAN KATONG No
Makam yang diutamakan
Prosentase
1.
Ajaran agama
70 %
2.
Dorongan orang lain
20 %
3.
Niat sendiri
10 %
Jumlah
frekuensi
Dari 50 pengunjung
100 % Sedangkan mengenai tujuan para peziarah yang datang di makam
Sunan Katong adalah sebagai berikut: TABEL VIII TUJUAN ZIARAH KE MAKAM SUNAN KATONG No
Tujuan datang ke makam
1.
Bertaqorrub kepada Allah
64 %
2.
Dimudahkan mendapat jodoh
6%
3.
Dilancarkan dalam usaha
10 %
4.
Mempercepat naik pangkat
6%
5.
Untuk berwisata
10 %
6.
Lain-lain
4%
Jumlah
Prosentase Frekuensi
100 %
Dari 50 pengunjung
Para pengunjung yang datang di makam Sunan Katong datang dari beberapa daerah, mereka datang dari Kaliwungu sendiri, Lamongan, Jepara, Batang, Pemalang, Cirebon,Tegal, Jakarta, Lampung, dan dari daerah lainnya. Mereka (peziarah) berasal dari beberapa golongan, misalnya sebagai pedagang, buruh, pelajar, pejabat, petani dan lain-lain. Berikut ini adalah tabel jumlah pengunjung yang berasal dari beberapa golongan: TABEL IX DAFTAR MATA PENCAHARIAN DARI GOLONGAN PEZIARAH No
Golongan yang datang
1.
Pedagang
30 %
2.
Buruh
20 %
3.
Pelajar
12 %
4.
Pejabat
4%
5.
Petani
30 %
6.
Lain-lain
4%
Jumlah
Prosentase frekuensi
Dari 50pengunjung
100 %
Adapun mengenai pengaruh ziarah terhadap makam Sunan Katong yang dilakukan oleh para peziarah adalah sebagaimana yang dikatakan oleh pengunjung makam Sunan Katong asal Pegandon Kendal yang bernama Bpk. Agus Sunarno, beliau mengatakan bahwa “pengaruh ziarah kubur dapat membuat percaya diri dalam menjalani sesuatu dalam hidupnya, serta dapat menenangkan hati dan menambah keyakinan kepada Allah SWT”.88 Disamping itu pula banyak para pengunjung yang menganggap bahwa ziarah kubur merupakan sarana komunikasi antara yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup. Juga ziarah sangat berpengaruh kepada tali silaturahmi antar sesama muslim yang satu dengan muslim yang lainnya dalam membina ukhuwah islamiyah diantara para pengunjung. Berikut 88
Wawancara dengan Bapak Agus Sunarno (pengunjung makam Sunan katong, pada tanggal 10 November 2005, jam 14:00
tabel beberapa pendapat para pengunjung mengenai pengaruh ziarah pada makam Sunan Katong bagi para pengunjungnya. TABEL X PENDAPAT PARA PENGUNJUNG MENGENAI PENGARUH ZIARAH PADA MAKAM SUNAN KATONG No Pengaruh Ziarah 1.
Dapat
Prosentase Frekuensi
mendekatkan
diri
60 %
kepada sang pencipta 2.
Adanya silaturahmi
10 %
3.
Ukhuwah Islamiyah
10 %
4.
Melancarkan usaha
6%
5.
Dimudahkan dapat jodoh
4%
6.
Lain-lain
10 %
Jumlah
Dari 50 Pengunjung
100 %
Mengenai pengaruh dan manfaat ziarah terhadap makam Sunan Katong dilihat dari bidang yang lainnya, yaitu bidang sosial dan ekonomi adalah sebagai berikut: TABEL XI PENGARUH DAN MANFAAT ZIARAH TERHADAP MAKAM SUNAN KATONG DILIHAT DARI BIDANG SOSIAL DAN EKONOMI No Pengaruh Ziarah dan Manfaatnya
Prosentase Frekuensi
1.
Persatuan umat Islam
30 %
2.
Membantu fakir miskin
20 %
3.
Media perkenalan
16 %
4.
Meningkatkan taraf kehidupan
4%
5.
Lain-lain
30 % Jumlah
100 %
Dari 50 pengunjung
Sedangkan mengenai frekuensi jumlah pengunjung yang datang ke makam Sunan Katong, mengenai kunjungannya adalah sebagai berikut: TABEL XII FREKUENSI JUMLAH PENGUNJUNG YANG DATANG KE MAKAM SUNAN KATONG No
Berapa kali datang
Prosentase frekuensi
1.
Satu kali
25 orang
2.
Dua kali
10 orang
3.
Tiga kali
5 orang
4.
Sering
10 orang Jumlah
Dari 50 pengunjung
50 orang
Dalam melaksanakan ritual ziarah kubur setiap pengunjung (peziarah) berbeda-beda dalam bacaan-bacaan yang diucapkan, hal ini sangat wajar karena setiap peziarah mempunyai keyakinan atau kebiasaan tersendiri pada waktu pelaksanaan ziarah kubur. Adapun bacaan-bacaan yang diucapkan oleh para peziarah pada waktu pelaksanaan ziarah kubur adalah sebagai berikut yang tertera dalam tabel TABEL XIII BACAAN-BACAAN YANG DIUCAPKAN OLEH PARA PEZIARAH PADA WAKTU PELAKSANAAN ZIARAH KUBUR No
Do’a yang diucapkan
Prosentase frekuensi
1.
Do’a ziarah
35 orang
2.
Tawassul
10 orang
3.
Ayat suci al-Qur’an
5 orang
4.
mantra
Dari 50 pengunjung
Tidak ada Jumlah
50 orang
Dengan memperhatikan tabel-tabel tersebut diatas, maka pengaruh ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong yang dilakukan oleh para
pengunjung, adalah merupakan manifestasi pengalaman ajaran Islam, disamping itu merupakan penghormatan terhadap para ulama yang dituangkan ke dalam pelaksanaan ziarah kubur. Dalam pelaksanaan ziarah kubur tersebut pengunjung ada yang mengambil pelajaran terhadap perilaku Sunan Katong semasa hidupnya, juga pengunjung dapat saling mengenal antara pengunjung yang satu dengan pengunjung lainnya, serta dapat menjadi ajang silaturahmi antar sesama muslim yang datang dari daerah lain dan dapat membantu fakir miskin yang dituangkan ke dalam sumbangan yang tidak mengikat Tetapi ada juga mempunyai anggapan bahwa ziarah kubur tersebut berpengaruh
kelancaran
usaha,
dimudahkan
dalam
mencari
jodoh,
berpengaruh terhadap kenaikan pangkat dan yang lainnya. Demikianlah gambaran tentang situasi pelaksanaan ziarah kubur dan pengaruhnya terhadap para peziarah yang dilakukan oleh sebagian umat Islam (peziarah) terhadap makam Sunan Katong dilihat dari segi aqidah, sosial dan ekonomi, yang kesemuanya menunjukkan adanya perilaku dari peziarah secara pribadi yang dituangkan ke dalam pelaksanaan ziarah kubur.
BAB IV ANALISIS
A. Motivasi Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan Sebagaimana telah dirumuskan dalam bab II bahwa ziarah kubur adalah merupakan amalan yang sangat disunnahkan, apalagi ziarah tersebut dilakukan terhadap orang-orang saleh atau orang-orang yang berjasa dalam memperjuangkan ajaran Islam, diantara orang-orang yang berjasa adalah Sunan Katong, sehingga banyak orang-orang yang datang ke Makam Sunan Katong untuk menumpahkan rasa hormat mereka terhadap seseorang yang dianggap mulia dengan cara ziarah kubur. Ziarah datang ke Makam Sunan Katong dengan dilatarbelakangi oleh beberapa macam segi kehidupan mereka secara individu, dan menurut latar belakang mereka adalah sebagai berikut a. Adanya anjuran agama yang menganjurkan terhadap perbuatan ziarah kubur. b. Makam Sunan Katong diyakini mempunyai keramat dibandingkan dengan makam lainnya. c. Sebagai rasa cinta dan hormat mereka kepada Sunan Katong sebagai orang yang sangat mulia yang ikut memperjuangkan dalam penyebaran agama Islam selam hidupnya. Namun keyakinan bahwa orang yang sudah mati itu lantas berdoa juga kepada Allah SWT untuk kebaikan kita, maka ada yang salah dalam memahaminya. Selain itu, menziarahi makam para wali itu harus dicermati dengan pemahaman akidah yang benar. Misalnya antar lain : -
Bahwa orang yang sudah mati itu tidak bisa berdoa demi keselamatan dirinya sendiri, bahkan sibuk mengharapkan kiriman pahala bantuan dari orang yang masih hidup. Lalu bagaimana pula dia berdoa untuk keselamatan orang lain
-
Bahwa kita dibolehkan meminta untuk didoakan oleh orang yang shaleh dan dekat hubungan dengan Allah SWT. Namun bila orang shalih itu
sudah wafat, tentu saja sudah lain lagi urusannya. Sebab mereka yang sudah mati sudah tidak lagi berurusan dengan yang masih hidup -
Bahwa meminta kepada mendoakan orang yang sudah wafat agar ruh orang mati itu mendoakan kita bukanlah sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dan pada prakteknya, justru hal itu sangat sulit dibedakan dengan meminta kepada ruh orang mati. Minta istri, lulus ujian, dagangan laku, naik jabatan, terpilih jadi wakil rakyat dan seterusnya. Tentu saja meminta kepada selain Allah SWT adalah syirik yang harus dihilangkan
-
Dan sebenarnya, para wali yang diziarahi itu dulunya bukanlah tokoh sakti mandraguna yang punya sekian jenis ajian ghaib. Mereka itu adalah para pemimpin wilayah negeri Islam dalam sistem hukum negara Islam Demak. Istilah ‘wali’ yang disematkan kepada mereka bukanlah waliyullah yang umumnya dinisbatkan kepada orang ahli ibadat dan punya keistimewaan ini dan itu. Namun makna wali adalah pemimpin sebuah wilayah secara hukum dan administratif. Barangkali sekarang ini seperti gubernur. Hanya saja sistem hukumnya adalah hukum Islam. Itulah yang dikatakan para sejarawan tentang para walisongo itu Sedangkan cerita yang beredar di tengah masyarakat itu sebenarnya
tidak pernah bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Dan alangkah naifnya bila sosok para pemimpin Islam dan penyebar Islam di tanah Jawa itu disamakan dengan tokoh dunia persilatan yang bisa terbang, menghilang, bisa membuat hal ghaib dan sejenisnya. Sungguh sebuah pemahaman keliru yang disengaja oleh pihak yang ingin mencoreng nama baik Islam. Dalam hal ini peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong dapat dilihat dari beberapa motivasi, dan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: Pertama; peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan adalah mereka yang mempunyai motivasi untuk sekedar mengamalkan ajaran agama, yaitu diperbolehkannya melakukan ziarah kubur, sebagaimana hadits nabi saw:
ﻡ ﺴﻄﹶﺎ ﺎ ِﺑﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺡ ﻭ ﺭ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻫﺮِﻯ ﻮ ﺠ ﻴ ٍﺪﹶﺍﹾﻟﺳ ِﻌ ﻦ ﺑ ﻴﻢﺍ ِﻫﺑﺮﺎ ِﺍﺪ ﹶﺛﻨ ﺣ ﻦ ﻋ ﻴ ﹶﻜ ﹶﺔﹶﻠﻦ ﹶﺍﺑِﻰ ﻣ ﺑ ِﺍﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﺡ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِ ﺎﺘﻴﺎﺍﻟ ﹶﺃﺑﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﺴِﻠ ٍﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻣ ﺑ ﺭ ِﺓ ﺎﻦ ِﺯﻳ ﻋ ﺺ ﺣ ﺭ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺻﻞﱠ ﺍﻟﻠﹸﻪ ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠِﻪ ﺭﺳ ﺳ ﹶﺔ ﹶﺍﻥﱠ ﺎ ِﺀﻋ .(ﻮ ِﺭ )ﺭﻭﺍﻫﺎﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﺍﹾﻟﻘﹸﺒ 89
Artinya: “ Mewartakan kepada kami Ibrahim bin Sya’id Al-Jauhary, mewartakan kepada kami Rauh, mewartakan kepada kami Bistham bin Muslim, dia berkata: Saya mendengar Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Aisyah: bahwasanya Rasulullah memberikan rukhshoh memperbolehkan dalam ziarah kubur. (HR. Ibnu Majjah)”. Bagi kelompok ini, pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan dilatarbelakangi oleh ajaran Islam, merupakan manifestasi dari rasa syukur mereka terhadap Sunan Katong atau tokoh mereka terhadap yang telah berjasa mengembangkan ajaran Islam. Sehingga peziarah
sifatnya
hanya
mendoakan
saja
supaya
tokoh
tersebut
mendapatkannya tempat baik di sisi Tuhannya. Dalam hal ini pelaksanaan ziarah kubur yang dilaksanakan oleh kelompok ini dilatarbelakangi oleh ajaran Islam dam tidak dicampuri oleh perbuatan yang mendekatkan kepada kemusyrikan, maka pelaksanaan ziarah tersebut tidak dilarang oleh ajaran Islam. Karena mereka memuliakan tokohnya yang telah berjasa terhadap agamanya, yaitu orang yang bertaqwa dan orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT:
(٣١ ﺍﻳﺔ: ﻢ )ﺳﻮﺭﺓﺍﳊﺠﺮﺍﺕ ﺗﻘﹶﺎ ﹸﻛﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺃ ﻢ ﻋِﻨ ﻣﻜﹸ ﺮ ِﺇﻥﱠ ﹶﺃ ﹾﻛ Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa”. (QS. Al-Hujurot ayat 13).90
89
Ibnu Majjah, Sunnah Ibnu Majjah, Jilid I, Darul Al-Fikr, Beirut, hlm 500 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 90
Kedua; Kelompok yang datang di Makam Sunan Katong dengan motivasi datang dari permasalahan yang melingkupi kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya mereka menganggap bahwa Makam Sunan Katong itu mempunyai kekeramatan tertentu. Hal ini karena ada informasi dari masyarakat awam yang kurang memahami arti dan tujuan yang sebenarnya. Selain itu motivasi tersebut hanya berdasarkan dorongan dari orang lain yang tujuannya tidak berdasarkan pengamalan ajaran Islam. Disamping itu pelaksanaan ziarah bagi kelompok ini dalam kegiatannya banyak memakai tatacara yang seharusnya tidak boleh dilakukan menurut ajaran Islam. Misalnya datang dengan mengutarakan hajatnya masing-masing. Menurut hemat penulis pelaksanaan ziarah yang dilakukan kelompok ini, pelaksanaan serta motivasinya lebih mendekatkan kepada kemusyrikan. Karena perbuatan tersebut tidak lagi berfungsi untuk mengambil ‘itibar atau mendoakan orang yang sudah meninggal, melainkan mereka dalam melaksanakan
ziarahnya
mempunyai
maksud-maksud
tertentu
secara
individual, yang hubungannya dengan masalah kehidupan para peziarah. Demikianlah beberapa motivasi peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
B. Tujuan Ziarah Terhadap Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan Dengan melihat beberapa motivasi peziarah yang datang di Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, maka sudah barang tentu peziarah tersebut mempunyai tujuan tertentu dalam pelaksanaan ziarahnya. Adapun menurut pengamatan penulis tujuan peziarah ke Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Para peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan disamping mengamalkan ajaran Islam dalam melaksanakan ziarah kubur, juga mereka mengambil pelajaran dari perilaku Sunan Katong semasa hidupnya. Disamping itu mereka mendoakan Sunan
Katong supaya diterima di sisi Allah SWT, juga para peziarah dapat meningkatkan keimanan mereka terhadap sang pencipta. Kelompok ini disamping mendoakan Sunan Katong, juga dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari Sunan Katong yang telah berjasa semasa hidupnya. Diantara jasa-jasanya antara lain: a. Sunan Katong telah banyak berjasa dalam ikut menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah jawa, khususnya masyarakat Kaliwungu yang pada waktu itu masyarakat setempat masih memeluk ajaran HinduBudha dan faham animisme. b. Sunan Katong juga ikut serta dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi, salah satu perannya adalah ikut serta bersama bala tentara kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah dalam perang melawan Portugis. 2. Para peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan dengan tujuan untuk mencari pemecahan permasalahan mereka secara individu, yaitu tujuan yang disertai dengan pemenuhan nazar, dimudahkan untuk pencarian jodoh, kenaikan pangkat/jabatan, juga mengenai kemajuan usaha yang mereka kelola bagi para pedagang. Kelompok ini mempunyai alasan tertentu dalam pelaksanaan ziarahnya, sehingga pada prakteknya mereka mencampuradukkan antara ziarah yang dianjurkan oleh tatacara syara’, juga peziarah tersebut meminta pertolongan kepada Makam Sunan Katong , karena menurut peziarah dalam kelompok ini mereka percaya bahwa orang yang dimuliakan oleh Allah SWT dapat dimintai pertolongan walaupun orang tersebut telah meninggal dunia. Menurut
hemat
penulis
bahwa
pelaksanaan
ziarah
yang
dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan tertentu, yang dilakukan oleh kelompok ini disamping bertujuan ziarah dengan tatacara syara’ juga mencampuradukkan ziarah tersebut ke dalam perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam, maka tujuan ziarah semacam ini sudah mendekatkan terhadap perbuatan kemusyrikan.
Demikianlah beberapa tujuan pengunjung terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan yang dilihat dari berbagai permasalahan pribadi para pengunjung (peziarah).
C. Pengaruh Ziarah Pada Makam Sunan Katong Pada Tradisi Syawalan Terhadap Aqidah Islam Kegiatan para pengunjung yang dilakukan oleh sebagian umat sebagian Islam terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal ini, dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat yang melaksanakan ziarah kubur tersebut. Adapun mengenai pengaruh motivasi yang ditimbulkan dari kegiatan pelaksanaan ziarah terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan itu mengandung pengaruh yang bersifat positif dan pengaruh yang bersifat negatif. Adapun pengaruh yang bersifat positif dari pelaksanaan ziarah terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengingatkan kepada manusia akan arti kehidupannya terhadap alam akhirat, karena setelah alam dunia ini masih ada alam lain, yaitu alam barzah, selain itu pelaksanaan ziarah tersebut akan memberikan peringatan kepada orang yang masih hidup, bahwa kehidupannya kelak akan mengalami kematian, yang pada dasarnya manusia yang hidup di muka bumi ini pasti akan mengalami proses alam yaitu kematian. b. Dapat berdo’a atau mendoakan agar dirinya dan mayat yang diziarahi dapat diampuni oleh Allah SWT, karena dengan berdoa di Makam Sunan Katong tersebut dapat diterima oleh Tuhan. Di samping itu makam yang diziarahi mendapatkan manfaat dari peziarah tersebut, karena do’a itu sendiri, dalam hal ini berdo’a tersebut berdasarkan firman Allah SWT:
(١٠ﺍﻳﺔ: ﺎ ِﻥ )ﺍﳊﺸﺮﺎ ﺑِﺎ ِﻹﳝﺒﻘﹸﻮﻧﺳ ﻦ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﺍِﻧﻨﺧﻮ ﻭ ِﻹ ﺎﺮ ﹶﻟﻨ ﺎ ﺍ ﹾﻏ ِﻔﺑﻨﺭ
Artinya:
"Oh.. Tuhan kami, beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami (mati dengan iman).” (QS Al-Hasyr ayat 10).91
Selain itu juga sebagai upaya pelaksanaan sunnah Rasul dengan tujuan untuk mendoakan orang-orang yang akan meninggal dari orang-orang mu’min sebagaimana dalam hadits nabi saw.
: ﺮ ِﺓ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺒﱃ ﹾﺍ ﹶﳌ ﹾﻘ ﺝ ِﺍ ﹶ ﺮ ﺧ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺻﻞﱠ ﺍﻟﻠﹸﻪ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﹶﺍﻥﱠ ﻢ ﹶﻻ ﷲ ِﺑ ﹸﻜ ُ ﺄﺍﺎِﺍ ﹾﻥ ﺷﻭِﺍﻧ ﻦ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻣ ﻮ ٍﻡ ﺭﹶﻗ ﺍﻢ ﺩ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﻡ ﻼ ﺴﹶ ﺍﹶﻟ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ. ﻮ ﹶﻥ ِﺣﻘﹸ Artinya: “Bahwa Rasulullah saw. masuk kubur, maka beliau berdoa semoga keselamatan atas kamu semua penghuni kubur dan orang-orang mukmin dan kami semua insya Allah kelak akan bertemu dengan kamu semua”.92 c. Dapat mengambil pelajaran dari perilaku Sunan Katong semasa, bagaimana perilaku kehidupan yang positif dari Sunan Katong. Sehingga dijadikan pemicu yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi pribadi para peziarah. d. Dapat mempererat tali silaturahmi antara para pengunjung Makam Sunan Katong, sehingga terjalinnya ukhuwah Islamiyah yang terjadi pada peziarah yang terjadi pada pelaksanaan ziarah kubur tersebut. e. Pelaksanaan ziarah kubur terhadap Makam Sunan Katong yang terletak di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal Jawa Tengah ini, dapat mendatangkan manfaat dari segi ekonomi. Karena dengan adanya kegiatan ziarah kubur tersebut banyak para pengunjung yang membutuhkan makan dan minum, hal ini merupakan lahan bisnis bagi masyarakat sekitar lokasi makam.
91
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 917 92 Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jilid II Toha Putra, Semarang, tt, hlm. 95
Sedangkan pengaruh negatif dari pelaksanaan ziarah kubur terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan tersebut adalah: a. Pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, bagi yang tidak mengetahui tujuan ziarah yang sebenarnya, yakni dalam prakteknya sudah dibarengi dengan maksud-maksud lain, yang tidak sesuai dengan aturan syara’, hal ini dikhawatirkan akan menjurus kepada kemusyrikan. Sedangkan menurut ajaran Islam orang yang menyekutukan Tuhan maka hukumnya adalah musyrik sebagaimana dalam firman Allah SWT, yang berbunyi:
(٣١:ﻢ )ﺳﻮﺭﺓﺍﻟﻠﻘﻤﺎﻥ ﻋﻈِﻴ ﻢ ﻙ ﹶﻟ ﹸﻈ ﹾﻠ ﺮ ﺸ ﻙ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟ ﺸ ِﺮ ﺗ ﹶﻻ Artinya: ” Dan janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Al-Luqman : 13).93 b. Banyaknya pengunjung terhadap Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, baik laki-laki maupun perempuan yang berasal dari berbagai daerah, dikhawatirkan dapat menimbulkan kesempatan untuk berbuat kemaksiatan. Hal ini dapat terjadi setelah pelaksanaan ziarah kubur di dalam komplek Makam Sunan Katong. Demikianlah pengaruh pelaksanaan ziarah kubur pada Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan, menurut pengamatan penulis banyak yang sesuai dengan tatacara pelaksanaan ziarah yang telah ditetapkan oleh syara’. Tetapi memang ada sekelompok kecil dari para peziarah yang datang ke Makam Sunan Katong pada saat Tradisi Syawalan dalam hal pelaksanaan ziarahnya sudah menyimpang dari aturan atau tatacara yang telah ditentukan oleh syara’. Peziarah kelompok ini dalam pelaksanaannya diikuti dengan perbuatan-perbuatan yang seharusnya tidak diperbolehkan oleh ajaran Islam. Misalnya mereka melakukan dengan membakar kemenyan, mengusap batu
93
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989, hlm. 654
nisan serta menciumnya. Selain itu tujuannya pun tidak mendoakan si mati, melainkan meminta berkah terhadap Makam Sunan Katong. Menurut analisis penulis pelaksanaan ziarah yang dilakukan oleh sebagian kelompok kecil ini, yakni kelompok yang melaksanakan ziarah yang tidak sesuai dengan tatacara syara’, maka pelaksanaan ziarah semacam ini sudah menjurus kepada kemusyrikan. Tetapi perlu diketahui bahwa kelompok ini hanya sebagian kecil saja yang melakukannya terhadap Makam Sunan Katong. Karena pada dasarnya para peziarah ini dalam prakteknya tidak sesuai dengan ajaran Islam, melainkan sudah dicampuri oleh ajaran yang bersifat animisme. Serta kelompok ziarah ini tidak mengetahui maksud dan tujuan ziarah yang sebenarnya, yang sesuai dengan perintah ajaran Islam. Demikianlah analisis penulis terhadap pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan dilihat dari beberapa segi motivasi tujuan serta pengaruh bagi peziarah yang hubungannya dengan aqidah Islam. Sehingga pelaksanaan ziarah pada Makam Sunan Katong pada Tradisi Syawalan di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal Jawa Tengah menjadi jelas.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menguraikan permasalahan serta menganalisis tentang pengaruh motivasi ziarah pada makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan terhadap aqidah Islam di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal Jawa Tengah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Motivasi pelaksanaan ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan mempunyai dampak yang mempengaruhi kehidupan para peziarah itu sendiri. Adapun motivasinya antara lain, karena ada anjuran agama tentang ziarah kubur, dorongan dari orang lain yang menganggap bahwa dengan berziarah kubur akan terpenuhi maksud-maksud tertentu, serta timbulnya niat dari setiap individu (peziarah) dalam memenuhi nazarnya. Bagi ziarah kubur yang mempunyai motivasi yang berdasarkan dari tuntunan syara’ sebanyak 64%, sedangkan peziarah yang mempunyai motivasi bukan berdasarkan dari ajaran Islam sebanyak 36%. 2. Tujuan pelaksanaan ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong terdapat beberapa tujuan bagi peziarah itu sendiri sebagai manifestasi pengalaman ajaran agama yaitu supaya mendapatkan ridlo dari Allah SWT, mengingatkan kepada kematian dan akhirat serta mengingatkan umur manusia yang ditentukan oleh Tuhan, dimudahkan mencari jodoh, dimudahkan dalam usaha, untuk mempercepat kenaikan pangkat. Dari responden yang di prosentasekan bahwa yang mempunyai tujuan berdasarkan pengalaman ajaran agama sebanyak 70% sedang yang mempunyai tujuan untuk dimudahkan dalam mencari jodoh, dimudahkan dalam usaha, serta untuk mempercepat kenaikan pangkat sebanyak 20% dan sisanya hanya sekedar untuk berwisata 10%. 3. Pengaruh ziarah kubur terhadap makam Sunan Katong pada tradisi syawalan mempunyai dampak yang berhubungan dengan aqidah Islam.
Bagi peziarah yang mengetahui tatacara yang sesuai dengan syara’, maka pelaksanaannya tidak bertentangan dengan aqidah Islam, hal ini dapat meningkatkan keimanan seseorang kepada sang pencipta. Para peziarah yang mempunyai motivasi atau tujuan ziarah yang sesuai dengan syara’ ini, berdasarkan prosentase jumlah pengunjung yang datang ke makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan sebanyak 64%, masih ada peziarah yang datang ke makam Sunan Katong pada tradisi syawalan yang melakukan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam ini sebanyak 26%. Adapun para pengunjung yang datang ke makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan hanya sekedar berwisata berjumlah 10% Demikianlah kesimpulan dari pembahasan skripsi, tentang motivasi peziarah makam Sunan Katong pada tradisi Syawalan di desa Protomulyo kecamatan Kaliwungu kabupaten Kendal propinsi Jawa Tengah.
B. Saran-saran Kehidupan modern menuntut manusia untuk dapat secara maksimal mengembangkan
kemampuan
dan
potensi
yang
dimilikinya
untuk
berpartisipasi aktif dalam kemajuan yang berorientasi penuh pada teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan disaat yang sama pula, menurut fitrah keberagamaannya mereka harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhannya, manusia dan alam semesta. Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut: 1. Kepada para peziarah yang datang ke makam Sunan Katong hendaknya menjaga kemurnian aqidah Islam, karena pelaksanaan ziarah kubur sangat rawan terhadap penyimpangan ajaran Islam. 2. Kepada para peziarah hendaknya dalam melaksanakan ziarah kubur harus sesuai dengan tatacara yang telah ditentukan oleh syara’ 3. Kepada pemuka agama hendaklah menjelaskan pengertian serta tujuan ziarah kubur yang sebenarnya dan sedalam-dalamnya. 4. Kepada pengurus makam Sunan Katong, hendaknya lebih mengutamakan professionalisme dalam mengelola makam Sunan Katong.
5. Kepada PEMDA Kendal hendaklah ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan makam Sunan Katong. 6. Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah dan Filsafat mempunyai ruang lingkup yang sangat luas terutama dalam pengembangan skill dan kemampuan keilmuan yang dimilikinya dalam aplikasi praktis kehidupan, karena lapangan kajian yang dipergunakan melingkupi berbagai disiplin ilmu sosial seperti: psikologi, antropologi, sosiologi, dan keislaman yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Penulis
menganggap
penting
penelitian
ini
karena
dengan
mengetahui dan memahami diri sendiri kita mampu menghasilkan nilai positif dalam mengembangkan potensi dan fitrah yang kita miliki, sehingga arti kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dapat kita capai secara optimal
C. Penutup Puji syukur alhamdulillahhirobbil’aalamin, dengan limpahan rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH ZIARAH MAKAM SUNAN KATONG PADA TRADISI SYAWALAN TERHADAP AQIDAH ISLAM DI DESA PROTOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini, masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, penulisan, penyajian, sistematika, pembahasan maupun analisisnya. Akhirnya dengan memanjatkan doa, mudah-mudahan skripsi ini membawa manfaat bagi pembaca dan diri penulis, selain itu juga mampu memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang positif bagi keilmuan. Sebagai insan yang tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis mengharapkan kritik yang bersifat konstruktif, sehingga dapat menambah literatur dan dijadikan bahan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Hamam Rochani, Astana Kuntul Nglayang Panembahan Djoeminah, Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003. ______, Babad Tanah Kendal, Inter Media Paramadina. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003, hlm. 160. ______, Sunan Katong dan Pakuwaja, Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003. ______, Wali Gembyang dan Wali Jaka, Intermedia Paramadina Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, cet. I, 2003. Al-Imam As-syahid Hasan Al-Banna. Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam terj. Su’adi Sa’ad, Media Da’wah, Jakarta Pusat. 1987. Amen Budiman, Bhatara Katong Pendiri Kota Kaliwungu, Tandjung Sari, 1975. _______, Semarang Riwayatmu Dulu, Tandjung Sari, 1979. Abdurrahman bin Hasan, Fathul Majid, Darul Qutub, Beirut, t. th. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,, 1997. Data Statistik Monografi Desa Protomlyo, Januari 2006. DR, H. Abdullah Salim Zarkasyi, M.A, Walisongo, Siti Jenar dan Ki Ageng Pandan Aran, Unissula Pers, 2002. Dr. Zakiyah Darojat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1996. Drs. H. Badruddin Hsubky, Bid’ah-Bid’ah di Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta 1993. Drs. Imran ABA, Peringatan Haul bukan dari Ajaran Islam Adalah Pendapat yang Sesat, Menara Kudus, tt. Drs. Nasaruddin Razak, Dienul Islam, Al-ma’arif, Bandung, 1984.
Drs. Yuhanar Ilyas, LC, Kuliah Aqidah Islam, :PII UM. Yogyakata, 1992. Drs. Zaenal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Rineka Cipta, Solo, 1991. Hasan Sadili, Ensiklopedia Indonesia, Ikhtiar Baru, Jakarta, 1980. Hussein Bahreisj, Studi Hadits Nabi, C.V. Amin Surabaya. Tth Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kualitatif, Grafindo Persada, Jakarta., 1996. Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud, Jilid II Toha Putra, Semarang, tt. Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Pustaka Utama, Jakarta 1981. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung:, 1990. Mas’ud Thoyib, Sunan Katong dan Pakuwojo, Studio 80, TMII, Jakarta, 1987. Monografi Statistik Desa Protomulyo Januari 2006 Muhammad Anis Matta “ Pengantar Study Aqidah Islam”(terj) Robbania Press, Jakarta dan Al-Manar 1998. Muhammad bin Abdul Wahab, Bersihkan Tauhid Anda dari Syirik, terj. Bey Arifin dkk, PT. Bina Ilmu, Surabaya, cet. I, 1987. Muhammad Musa dan Titi Nurfitri, Metode Penelitian, Fajar Agung, Jakarta, 1998. Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Rake Sarasin Yogyakarta, 1996. Pemda Kota Semarang, Sejarah Hari Jadi Kota Semarang, Semarang, 1979. Prof. A. Hasjim., Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975. Prof. DR. Koentjaraningrat, Asas-asas Sosiologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1975.
Prof. DR. Syekh Mahmud Syaltout, Aqidah dan Syari’ah Islam, terj. Fahruddin HS, dan Nasruddin Thaha, Bumi Aksara, Jakarta, 1990. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990. Raden Ngabehi Suradipura, Serat Tembung Andhapura, Dahara Prize, 1990. Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, CV. Diponegoro, Bandung, Cet. IX, 1989. Soe’ari, dkk, Brosur Syawalan, Kaliwungu Tempo Dulu. Panitia Syawalan, 2005. Sudibjo Z. Hadisutjipto, Babad Tanah Jawi, Balai Pustaka, Jakarta, 1978. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,. Rineka Cipta, Jakarta,1992. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ziarah Kubur dan Meminta Pertolongan Kepada Ahli Kubur, terj. Abu Muqbil Ahmad Yuswaji, Pustaka Salafiah, Depok, 2005. Syekh Abdurrahman bin Muhammad bin Hasan, Bugyiyatul Mustarsyidin, terj. Ahmad bin Sya’id, Surabaya, tt. Syekh Ja’far Subhani, Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur Karamah, Wali Termasuk Ajaran Islam, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1989. Tardjan Hadjaja, Serat Centini, UP. Indonesia, 1976. WJS. Purwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1989.
dan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Kurniawan
NIM
: 4199015
Tempat/Tgl lahir : Kendal / 20 Juni 1981 Alamat Asal
: Jl. Lingkar RT. 2 RW II Wonorejo, Kaliwungu - Kendal
Alamat Kost
: Songgolangit, Margoyoso II Ngaliyan- Semarang
Pendidikan
: 1. SD N Wonorejo Kaliwungu. Lulus tahun 1993 2. SMP N 02 Kaliwungu lulus tahun 1996 3. MAN Kendal dan SMU Soedirman Kaliwungu lulus 1999 4. Fakultas Ushuluddin lulus tahun 2006
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Foto: Makam Sunan Katong dan Istri
Foto: Serambi Makam Sunan Katong
Foto: Penulis bersama Juru Kunci
Foto: Peziarah makam Sunan Katong
Foto: Peziarah makam Sunan Katong
Foto: Tradisi Syawalan