PENGARUH WARNA OVITRAP TERHADAP PELETAKAN TELUR NYAMUK DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)
Oleh Propalia Utari R.SA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
PENGARUH WARNA OVITRAP TERHADAP PELETAKAN TELUR NYAMUK DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh Propalia Utari R.SA
Ovitrap merupakan sebuah perangkap telur nyamuk yang terdiri dari wadah berisi air dengan kertas saring untuk tempat nyamuk meletakkan telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh 5 macam warna ovitrap nyamuk di tiga lokasi yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 5 warna wadah yaitu hitam, biru, hijau, merah dan kuning. Parameter yang diamati yaitu jenis dan jumlah telur nyamuk di dalam ovitrap dihitung setiap hari selama sepuluh hari. Data dianalisis dengan uji Anara unnivariate dan apabila nilai rata-rata menunjukkan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut dengan BNT pada taraf signifikasi α = 5% kemudian dihitung nilai Indeks Ovitrap (IO) dari masing-masing lokasi. Hasil identifikasi telur pada ovitrap ditemukan telur nyamuk dari genus Aedes dan tidak ditemukannya telur nyamuk dari genus lain. Jumlah telur nyamuk berbeda nyata (α = 5%) pada setiap lokasi dan interaksi antar perlakuan yang digunakan (p ≤ 0,24). Ovitrap warna hitam lebih banyak 4,44 kali memerangkap telur dibandingkan ovitrap warna biru dan 30 kali dibandingkan warna kuning. Nilai IO dilokasi kebun karet paling tinggi (21,6%) dibandingkan lokasi bambu (0,16%) dan lokasi kebun singkong (0,56%).
Kata kunci : Warna, Ovitrap, telur nyamuk
PENGARUH WARNA OVITRAP TERHADAP PELETAKAN TELUR NYAMUK DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh Propalia Utari R.SA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 31 Juli 1994 dari pasangan Bapak Bandarsyah Hadie dan Ibu Lin Risnawati yang merupakan anak ketiga dari dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan dari Taman kanak-kanak (TK) AL - Azhar 2 pada tahun 1999, dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) AL - Azhar 1 Bandar Lampung pada tahun 2000. Setelah menamatkan pendidikan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP AL – Kautsar pada tahun 2006. Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2009. Penulis terdaftar menjadi mahasiswi jurusan Biologi FMIPA Unila di tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi Umum Pertanian dan Biologi, Struktur Perkembangan Hewan, Biosistematika Tumbuhan, Fisiologi Tumbuhan, dan Biosistematika Hewan. Selain itu penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila sebagai kepala bidang kominfo.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Juli - September 2016 di
desa Makarti, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada awal tahun 2016, penulis melakukan Kerja Praktek di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III (BPPV Regional III) dengan judul “ Identifikasi Jenis Parasit Usus pada Ayam (Gallus sp.) di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III Lampung ”.
Ilmu yang didapatkan selama Kerja Praktik dilanjutkan dalam suatu penelitian dan menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi pada tanggal 14 Desember 2016 dengan judul “Pengaruh Warna Ovitrap terhadap Peletakan Telur Nyamuk di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, Tiada tuhan selain Allah yang selalu memberikan nikmatNya di setiap langkah dalam hidupku hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ayah dan Mama yang menjadi penyemangat hidupku, selalu memanjatkan do’a disetiap sujudnya demi keberhasilan putrinya
Almarhum abang, abang dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberi semangat dan dukungan disetiap langkahku untuk menyelesaikan studi
Para guru dan dosen yang telah memberikan ilmu kepadaku dengan tulus ikhlas
Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan menemani disaat suka dan duka
Dan Almamaterku tercinta
MOTTO
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah pelindung yang terbaik Q.S. Ali Imran [3] : 173
“Jika anda jatuh ribuan kali, berdirilah jutaan kali karena anda tidak tahu seberapa dekat anda dengan kesuksesan.”
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.” (Thomas Alva Edison)
SANWACANA
Dengan mengucap Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Warna Ovitrap Terhadap Peletakan Telur Nyamuk di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku pembimbing I yang dengan ikhlas dan selalu sabar memberikan bimbingan, arahan, dukungan dalam melakukan penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed., selaku pembahas yang telah memberikan masukan, kritik, nasehat dan koreksi pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Kedua orang tuaku, Bapak Bandarsyah Hadie SR, dan Ibu Lin Risnawati yang tak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, pengorbanan, semangat, bimbingan, dan kesabaran dalam hidup penulis dan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Kedua Kakakku, Rully Prima, S.Kom. (Alm) dan Akhmad Arief Rizky dan kakak iparku, Evi Dwi, S.E. yang telah memberikan motivasi, dukungan dan semangatnya dari segala bentuk bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini
6. Ibu Rochmah Agustrina, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan, arahan, nasehat, dan berbagi ilmu pada penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.
7. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.
8. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
9. Bapak Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama penulis melaksanakan studi di Jurusan Biologi.
10. Karyawan dan staff serta laboran di Jurusan Biologi yang telah membantu selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Biologi.
11. Karyawan dan staff Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah bersedia berbagi tempat dan pengetahuan pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat seperjuangan dalam satu bimbingan, Putri Rahayu Ningsih, yang selalu bersedia berbagi ilmu, motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. . 13. Sahabat-sahabat tersayang, Wina, Dela, Bebi, Pepty, Riza, Sabrina, Sevin dan Siti terimakasih atas kebersamaan, cinta kasih, suka duka, canda tawa, semangat.
14. Rengga Adyatma yang selalu sabar menemani dan tiada henti-hentinya mendukung , mendoakan dan membantu setiap permasalahan yang dialami.
15. Teman – teman angkatan biologi 2012 terimakasih atas kebersamaan, cinta kasih, keceriaan, suka duka, canda tawa selama ini.
16. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas kasih sayang kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 14 Desember 2016 Penulis,
Propalia Utari R.SA
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................
Halaman i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
I.
II.
PENDAHULUAN.............................................................................
1
A. B. C. D. E.
Latar Belakang ............................................................................ Tujuan ......................................................................................... Manfaat ....................................................................................... Kerangka Pemikiran.................................................................... Hipotesis......................................................................................
1 3 3 4 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
6
1. Klasifikasi Nyamuk...................................................................... 2. Bioekologi Nyamuk ................................................................... A. Nyamuk Aedes........................................................................ B. Nyamuk Anopheles................................................................. C. Nyamuk Culex........................................................................
6 6 6 8 9
3. Ovitrap Nyamuk........................................................................... A. Bentuk Ovitrap ....................................................................... B. Modifikasi Ovitrap ................................................................. C. Warna Ovitrap........................................................................
9 9 10 10
ix
4. Atraktan Nyamuk ........................................................................ 5. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Nyamuk.............................................................. ..........................
III.
10 11
METODE PENELITIAN ................................................................
13
A. B. C. D. E.
Waktu dan Tempat ....................................................................... Alat dan Bahan ............................................................................. Rancangan Percobaan................................................................... Parameter...................................................................................... Cara kerja ..................................................................................... 1. Lokasi Pemasangan Ovitrap .................................................. 2. Pembuatan Ovitrap Nyamuk .................................................. 3. Pemasangan Ovitrap Nyamuk................................................ 4. Identifikasi Telur Nyamuk ..................................................... 5. Analisis Data ......................................................................... 6. Bagan Alir Penelitian ............................................................
13 13 14 14 14 14 14 15 15 16 17
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
18
4.1 Hasil Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Telur Nyamuk..... 4.2 Jumlah Telur Nyamuk yang Terperangkap dengan Ovitrap pada Lima Perlakuan dan Tiga Lokasi Berbeda.................................... 4.3 Fluktuasi Jumlah Telur Nyamuk yang Terperangkap Selama 10 hari 4.4 Indeks Ovitrap ..............................................................................
18
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
28
A. Kesimpulan................................................................................... B. Saran ............................................................................................
28 28
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
29
LAMPIRAN ....................................................................................................
33
IV.
V.
19 24 27
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kriteria Indeks Ovitrap.........................................................................
16
Tabel 2. Ukuran Panjang 10 Sampel Telur Nyamuk Aedes spp. dengan Perbesaran 40x. .....................................................................................
19
Tabel 3. Jumlah Telur Nyamuk (Butir) yang Terperangkap Selama 10 Hari pada Lima jenis warna ovitrap.......... ..................................................
20
Tabel 4. Hasil Uji Anara Lima Jenis Warna pada Tiga Lokasi Berbeda Terhadap Jumlah Telur Nyamuk di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung............................................... ........... Tabel 5. Rata - Rata Jumlah Telur Nyamuk ( ±SD) Transformasi
+ 0,5 yang
Terperangkap pada 5 Warna Ovitrap...............................................
21
22
Tabel 6. Jumlah Telur Nyamuk (Butir) yang Terperangkap Selama 10 Hari pada Tiga Lokasi yang Berbeda......................................................................... 23 Tabel 7. Rata - Rata Jumlah Telur Nyamuk ( ±SD) Transformasi
+ 0,5 pada
Tiga Lokasi Berbeda di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian UniversitasLampung................................................................................. 24 Tabel 8. Faktor Abiotik selama 10 Hari Penelitian..............................................
26
xi
Tabel 9. Indeks Ovitrap.......................................................................................
27
Tabel 10. Jumlah Telur Nyamuk di Lokasi Kebun Karet...................................
34
Tabel 11. Jumlah Telur Nyamuk di Lokasi Bambu............................................
35
Tabel 12. Jumlah Telur Nyamuk di Lokasi Kebun Singkong.............................
37
Tabel 13. Hasil uji analisis univariate pengaruh lima jenis warna wadah pada tiga lokasi berbeda...............................................................................
39
Tabel 14. Hasil uji lanjut BNT (Beda Nyata terkecil) dengan taraf signifikan 5%........................................................................................................
41
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambar Bagan Alir .......................................................................... 17 Gambar 2. Telur Nyamuk Aedes spp. Perbesaran 100x..................................... 18 Gambar 3. Fluktuasi Jumlah Telur Nyamuk ...................................................... 25 Gambar 4. Ovitrap di Lokasi Kebun Karet........................................................ 45 Gambar 5. Ovitrap di Lokasi Kebun Singkong ................................................. 45 Gambar 6. Ovitrap di Lokasi Kebun Bambu ..................................................... 46 Gambar 7. Warna ovitrap................................................................................... 46 Gambar 8. Mikrometer ...................................................................................... 47 Gambar 9. Counter. ............................................................................................ 47 Gambar 10. Mikroskop stereo ........................................................................... 48 Gambar 11. Hygrometer .................................................................................... 48
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Penduduk Indonesia umumnya menampung air di bejana-bejana untuk keperluan sehari-hari. Bejana tersebut terdapat di dalam rumah atau di luar rumah. Bejana yang digunakan tempat penampungan air dapat menimbulkan masalah, sebab tempat tersebut dapat menjadi tempat perkembang biakan nyamuk (WHO, 2005).
Iklim tropis menyebabkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah), dan cikungunya. Penyebab utama munculnya penyakit tersebut karena perkembang biakan dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali (Depkes RI, 2002).
Terdapat lebih dari 2.500 spesies nyamuk di seluruh dunia. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Jenis – jenis nyamuk dari subfamili Culicinae seperti Aedes sp., Culex sp., dan Mansonia sp., sedangkan dari subfamili Anophelinae adalah Anopheles sp. (Harbach, 2008).
2
Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex bersifat zoofilik yang berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia. Satu diantaranya adalah Ae. aegypti yang menularkan penyakit Demam Berdarah Dengue (Samsi, 2001).
Nyamuk Ae. aegypti berkembang biak pada air-air tergenang yang bersih. Beberapa tempat yang disukai seperti bak mandi dan barang-barang bekas yang tergenang air hujan (Wulandari, 2001).
Telur nyamuk dapat menempel pada dinding tandon bagian dalam. Jika tandon tersebut terisi air yang jernih seperti air hujan, maka telur akan segera menetas. Hal tersebut mengakibatkan prevalensi penyakit demam berdarah cenderung meningkat ketika musim hujan (Sintorini, 2007).
Salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang berhasil menurunkan densitas vektor di beberapa negara adalah penggunaan perangkap telur (ovitrap) (Cheung & Fox, 2009).
Ovitrap adalah wadah yang dapat menampung air dengan kertas saring untuk nyamuk meletakkan telurnya. Ovitrap terbuat dari gelas yang dicat hitam bagian luarnya dilengkapi dengan kertas saring untuk tempat meletakkan telur nyamuk Aedes spp. (WHO, 2005).
Modifikasi ovitrap dengan menggunakan ovitrap yang berwarna terbukti dapat meningkatkan jumlah telur yang terperangkap (Polson dkk, 2002). Santos dkk
3
(2003) menggunakan berbagai macam warna dan membuktikan jumlah telur yang terperangkap delapan kali lipat lebih banyak dibanding ovitrap standar.
Laboratorium lapang terpadu fakultas pertanian universitas lampung merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk penelitian para dosen dan mahasiswa. Laboratorium lapang terpadu memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk penelitian seperti kebun, bangunan, dan kolam dengan luas lahan yaitu 68,7 hektare (Satrya, 2012).
Sampai saat ini belum dilakukan penelitian pemasangan ovitrap nyamuk di Laboratorium lapang terpadu. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh warna ovitrap terhadap peletakan telur nyamuk di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna ovitrap terhadap jenis dan jumlah telur nyamuk yang terperangkap di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang warna ovitrap yang efektif dalam memerangkap telur nyamuk.
4
D. Kerangka Pemikiran
Nyamuk merupakan vektor penyakit yang menjadi masalah di dunia. Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria, encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain, salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapat menurunkan populasi nyamuk adalah menggunakan ovitrap.
Pada penelitian ini dilihat pengaruh warna wadah sebagai ovitrap nyamuk. Ovitrap yang digunakan adalah gelas bekas yang berwarna hitam, merah, biru, hijau, dan kuning. Untuk menarik nyamuk betina pada ovitrap maka perlu adanya warna dan aroma yang mampu menarik nyamuk betina untuk meletakkan telur di dalam ovitrap. Penggunaan ovitrap dengan media air terpolusi tanah memiliki daya tarik bagi nyamuk betina. Ketertarikan ini disebabkan media ini mengandung senyawa organik dan anorganik yang berpengaruh terhadap aroma.
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok menggunakan 5 macam warna ovitrap sebagai perlakuan dengan 5 kali ulangan. Penelitian ini di lakukan pada kebun yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk yaitu kebun karet, kebun bambu, dan kebun singkong.
5
Hasil yang diharapkan dari penilitian ini adalah dapat mengetahui warna ovitrap yang paling efektif dalam memerangkap telur nyamuk yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan populasi nyamuk yang lebih ramah lingkungan.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah warna ovitrap berpengaruh terhadap jenis dan jumlah telur nyamuk yang terperangkap pada ovitrap.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Nyamuk
Menurut Sudarmaja (2007), klasifikasi nyamuk adalah sebagai berikut: Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthrophoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili
: Culicidae
Genus
: Aedes Anopheles Culex
2. Bioekologi Nyamuk
A. Nyamuk Aedes Nyamuk Aedes memiliki ukuran kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk Culex. Ciri-ciri tubuh pada punggung terdapat corak belang hitam putih pada dada, perut, kaki. Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik
7
putih pada permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat, dan kelima berwarna putih. Sayap berukuran 2,5 - 3,0 mm bersisik hitam (Budiyanto, 2012).
Telur Aedes spp. mempunyai dinding bergaris-garis, lonjong seperti torpedo dengan kedua ujungnya membentuk sudut sedikit lancip, panjang ± 0,6 mm. Pada waktu di letakkan telur berwarna putih, 15 menit kemudian menjadi abu-abu dan setelah 40 menit menjadi hitam (Dian, 2004).
Nyamuk Aedes dapat menghasilkan 50 - 300 butir telur. Untuk menghasilkan telur nyamuk betina perlu menghisap darah. Telur dapat menetas dalam waktu 1 - 3 hari jika diletakkan di air. Jika tidak ada air, telur dapat bertahan beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Adaptasi ini menjamin kelangsungan hidup nyamuk meskipun kondisi cuaca yang tidak menguntungkan (Soegijanto, 2006).
Dalam kondisi temperatur optimum, siklus hidup nyamuk Aedes berkisar antara 7 – 9 hari, yaitu 1 – 2 hari stadium telur, 3 - 4 hari stadium larva, dan 2 hari stadium pupa. Dalam kondisi temperatur yang rendah siklus hidup menjadi lebih panjang dapat mempercepat beberapa minggu atau bulan yang menyebabkan nyamuk dapat bertahan hidup lebih lama dan resiko penyebaran virus lebih besar (Natalie, 2006).
Tempat istirahat yang disukai nyamuk Aedes adalah benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gordyn, kelambu dan pakaian di kamar yang gelap dan lembab (Sudarmaja, 2008).
8
B. Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles merupakan salah satu vektor penyakit malaria, penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, penyakit malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang hidup pada darah. Penyakit malaria ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Samsi, 2001).
Secara umum nyamuk Anopheles aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai dari senja hingga tengah malam tetapi ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi (Depkes, 2004).
Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7 - 14 hari. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50 - 200 telur satu persatu di dalam air atau bergerombol. Untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2 - 3 hari, atau 2 - 3 minggu pada iklim-iklim lebih dingin (Rinidar, 2010).
Telur nyamuk Anopheles memiliki bentuk seperti perahu yang memiliki sepasang pelampung yang terletak dibagian lateral. Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen (Effendi, 2003).
Setiap nyamuk memiliki umur yang berbeda-beda. Pada umumnya nyamuk jantan cenderung hidup lebih pendek dari nyamuk betina. Biasanya umur nyamuk betina kira-kira 2 minggu, namun nyamuk Anopheles dapat bertahan hidup 2 - 3 (Suharyo, dkk, 2006).
9
C. Nyamuk Culex Kepala Culex umumnya bulat dan memiliki sepasang mata, sepasang antena, sepasang palpi yang terdiri atas 5 segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus (Sitio, 2008).
Nyamuk Culex sp. meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Nyamuk betina mampu meletakan 100 - 400 butir telur (Sitio, 2008).
3. Ovitrap Nyamuk
A. Bentuk Ovitrap Ovitrap merupakan sebuah perangkap telur nyamuk yang terdiri dari wadah berisi air untuk memerangkap telur nyamuk. Terdapat dua macam ovitrap yaitu ovitrap alami, seperti tempurung kelapa dan ovitrap buatan, seperti gelas kaca. (Djoni, 2006 & Widiyanto, 2007).
Ovitrap standar berupa gelas plastik 350 ml, tinggi 91 mm dan diameter 75 mm. Dicat hitam bagian luarnya dan diisi air sebanyak tiga per empat bagian dan diberi lapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai tempat bertelur nyamuk betina agar nyamuk tidak tenggelam kedalam air, dan telur berada di permukaan air (WHO, 2005).
10
B. Modifikasi Ovitrap Modifikasi ovitrap dapat dilakukan terhadap fungsi, bentuk, ukuran, dan penambahan atraktan. Modifikasi struktural dengan merubah susunan, bentuk, dan penggantian atau penambahan atraktan. Modifikasi ovitrap menggunakan gelas plastik sebagai bahan dasar dengan atraktan dan kain kasa penutup permukaan air yang diletakkan permukaan air, berhasil memerangkap nyamuk lebih banyak (Tarmali, 2006).
C. Warna Ovitrap Dari beberapa hasil penilitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa setiap jenis serangga memiliki preferensi yang berbeda terhadap warna. Terdapat beberapa warna yang paling menarik serangga diantaranya warna kuning, warna biru, warna orange dan warna putih (Huang, 2000).
4. Atraktan Nyamuk
Atraktan merupakan sesuatu yang memiliki daya tarik bagi serangga (nyamuk) baik berupa kimia maupun fisik. Atraktan dari bahan kimia dapat berupa senyawa amonia, asam laktat, CO2, dan asam lemak. CO2 dan asam laktat merupakan atraktan yang sangat baik bagi nyamuk. Aroma asam lemak yang dihasilkan dari kulit normal efektif sebagai atraktan pada jarak 7 – 30 meter, bahkan dapat mencapai 60 meter. Zat atau senyawa tersebut berasal dari bahan organik atau merupakan hasil proses metabolisme mahluk hidup. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan warna, baik warna tempat atau cahaya. Atraktan dapat digunakan untuk mempengaruhi
11
perilaku, dan menurunkan pertumbuhan nyamuk secara langsung, tanpa mempengaruhi hewan lain (Focks, 2003 dan Russel, 2004).
Penggunaan ovitrap dengan media air terpolusi tanah memiliki daya tarik bagi nyamuk betina. Ketertarikan ini disebabkan media ini mengandung senyawa organik dan anorganik yang berpengaruh terhadap aroma. Diduga pemilihan media terkait dengan rangsangan aroma yang bersifat “chemical senses”. Karbondioksida, amonia dan mikroorganisme yang diduga banyak terkandung pada media air terpolusi tanah tersebut dapat menjadi daya tarik bagi nyamuk betina Ae. aegypti dalam memilih media peletakan telur (Biran, 2003).
5. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan nyamuk
Menurut Sumunar (2007), aspek ekologi sangat berperan dalam mengatur keseimbangan populasi makhluk hidup di alam. Aspek-aspek ekologi yang dapat mempengaruhi kehidupan nyamuk adalah suhu, pH, kelembaban udara, hujan, dan tumbuhan.
A. Suhu Nyamuk merupakan hewan berdarah dingin. Proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Suhu optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 25 - 27°C. Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah yakni < 10°C, tetapi proses metabolisme akan menurun bahkan akan berhenti, dan pada suhu > 40°C akan mengalami perubahan proses fisiologi (Depkes RI, 2004).
12
B. pH (Derajat keasaman) pH perairan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan telur nyamuk. pH dipengaruhi oleh konsentrasi CO₂ dan senyawa-senyawa yang bersifat asam. Sebagian besar perairan sensitif terhadap perubahan pH dan nyamuk menyukai nilai pH sekitar 7 - 8,5 (Leksono, 2007).
C. Kelembaban Udara Kelembaban udara dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Kelembaban udara yang rendah akan menyebabkan penguapan air dalam tubuh nyamuk yang mengakibatkan cairan tubuh nyamuk akan kering (Depkes RI, 2002).
D. Pengaruh Tumbuhan Tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan dari nyamuk antara lain: sebagai tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mecari makanan, dan sebagai tempat hinggap (istirahat) bagi nyamuk dewasa (Depkes RI, 2002).
E. Pengaruh Hujan Curah hujan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan memperbesar kemampuan nyamuk untuk berkembang biak (Depkes RI, 2002).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung sebagai tempat peletakan telur nyamuk, sedangkan identifikasi telur nyamuk akan dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat - alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop untuk identifikasi telur nyamuk, gelas plastik berwarna hitam, merah, biru, hijau, dan kuning sebagai ovitrap, plastik warna, kertas saring sebagai tempat bertelur nyamuk pada ovitrap, neraca analitik untuk menimbang berat tanah yang digunakan, termometer untuk mengukur suhu, counter sebagai menghitung telur nyamuk, hygrometer untuk menghitung kelembaban, karet dan kamera untuk dokumentasi. Sedangkan bahan yang akan digunakan adalah air dan tanah.
14
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok sebagai perlakuan 5 macam warna ovitrap yaitu hitam, merah, biru, hijau, dan kuning dengan atraktan tanah di 3 lokasi yang berbeda. Ovitrap yang digunakan adalah 25 buah per kelompok sehingga keseluruhan berjumlah 75 buah, masing - masing kelompok ovitrap diletakkan di dekat kebun karet, kebun bambu, dan kebun singkong kemudian diamati pada jam 09.00 WIB pagi setiap hari selama 10 hari.
D. Parameter
Parameter yang diamati dalam penilitian ini yaitu jenis dan jumlah telur nyamuk yang terperangkap pada ovitrap.
E. Cara Kerja
1. Lokasi Pemasangan Ovitrap Pemasangan ovitrap dilakukan pada tiga lokasi yaitu kebun karet, kebun bambu, dan kebun singkong. Masing-masing lokasi tersebut diletakkan 25 ovitrap.
2. Pembuatan Ovitrap Nyamuk Pembuatan ovitrap nyamuk menggunakan gelas plastik yang berukuran 240 ml. Gelas plastik yang digunakan adalah gelas plastik berwarna hitam, merah, biru, hijau, dan kuning yang di bungkus dengan plastik warna agar lebih memperkuat warna tersebut. Setiap ovitrap yang digunakan diisi dengan atraktan tanah seberat 5 gram
15
dan di isi air sebanyak 100 ml. Kertas saring diletakkan dibagian dinding dalam ovitrap tempat nyamuk meletakkan telur.
3. Pemasangan Ovitrap Nyamuk
Pemasangan ovitrap dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung secara acak kelompok pada tiga lokasi yang berbeda. Pada setiap lokasi diletakkan lima jenis ovitrap dengan lima kali pengulangan.
Selama pemasangan ovitrap, suhu, kelembaban udara, dan cuaca diukur setiap hari. Untuk menghindari sinar matahari langsung, ovitrap diletakkan di tempat yang terlindungi sinar matahari. Setelah dipasang akan dilakukan pengambilan telur setiap harinya, dihitung jumlah telur nyamuk dari masing-masing ovitrap, dengan bantuan counter dan mikroskop stereo di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Identifikasi Telur Nyamuk
Pengamatan morfologi telur nyamuk dengan menggunakan stereo mikroskop dan di identifikasi menggunakan referensi Rozendaal (1997), dokumentasi berupa foto telur nyamuk.
16
5. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji Anara unnivariate bila terjadi perbedaan perlakuan maka akan diuji lanjut dengan BNT pada taraf signifikasi α = 5%. Kemudian Indeks ovitrap (IO) pada masing-masing lokasi ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
=
jumlah total
positif x 100% yang terpasang
Menurut FEHD Hongkong (2006) kriteria indeks ovitrap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Kriteria Indeks Ovitrap Indeks Ovitrap
Kriteria
Skor
Level 1 : IO < 5 %
1
Sangat rendah
Level 2 : 5 % ≤ IO < 20 %
2
Rendah
Level 3 : 20 % ≤ IO < 40 5
3
Sedang
Level 4 : IO ≥ 40 %
4
Tinggi
Bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
17
Lokasi penelitian ● Kebun karet ● Kebun Bambu ● Kebun Singkong
Warna ovitrap ● hitam ● hijau ● biru ● merah ● kuning
Pemasangan ovitrap dilakukan di tiga lokasi berbeda. Pada setiap lokasi diletakkan lima jenis ovitrap dengan lima kali pengulangan. Dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok.
Pengamatan Pengamatan telur nyamuk setiap hari selama 10 hari di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Telur nyamuk yang ditemukan di identifikasi berdasarkan Rozendaal (1997) dan dihitung jumlahnya menggunakan mikroskop stereo di Laboratorium Zoologi jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung
● Analisis Data dengan menggunakan dengan uji Anara unnivariate bila terjadi perbedaan perlakuan maka akan diuji lanjut dengan BNT pada taraf signifikasi α = 5%. ● Indeks Ovitrap (IO) ditentukan menurut kriteria (FEDH Hongkong, 2006).
Hasil Pengaruh Warna Wadah Sebagai Ovitrap Nyamuk di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gambar 1. Bagan alir penelitian
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ovitrap dengan warna hitam dan biru merupakan ovitrap yang paling disukai nyamuk Aedes untuk bertelur. Ovitrap dengan warna kuning merupakan ovitrap yang tidak disenangi oleh nyamuk Aedes sp. untuk tempat bertelur.
2. Telur nyamuk yang ditemukan pada ketiga lokasi yaitu kebun karet, kebun bambu, dan kebun singkong adalah dari genus Aedes.
3. Nilai IO dilokasi kebun karet paling tinggi (2,16%) dibandingkan lokasi bambu (0,16%) dan lokasi kebun singkong (0,56%).
B. Saran
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan ovitrap nyamuk di berbagai tempat yang berbeda guna membantu menanggulangi banyaknya telur nyamuk yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG). 2016. Data suhu dan curah hujan di Bandar Lampung. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung. Biran S. 2003. Demam Dengue / Demam Berdarah Dengue di RSUP Sanglah Denpasar. Seminar Nasional Demam Berdarah Dengue. Denpasar. Budiyanto, Arif. 2010. Karakteristik Kontainer Terhadap Keberadaan Jentik A. aegypti Di Sekolah Dasar. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.1 Budiyanto, Arif. 2012. Studi Indeks Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Hubungannya dengan PSP Masyarakat tentang Penyakit DBD di Kota Palembang Sumatera Selatan. Cheung & Fok. Dengue Vector Surveillance And Control In Hongkong In 2008 And 2009. Dengue Bulletin. 2009; 33: 95-102 Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit DBD, Ditjen P2M & PLP, Jakarta. Depkes RI. 2002. Pemeriksaan Kuman Penyakit Menular. Ditjen PPM & PLP Dep. Kes. RI Depkes RI, “Petunjuk Pemberansatan Sarang Nyamuk DBD di Perkotaan”, Depkes 2004. Dian R. 2004. Jumlah dan Daya Tetas Telur, serta Perkembangan Pradewasa Aedes aegypti di Laboratorium. (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor Djoni, D. 2006. “DBD, Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya”, Universitas Muhammadiyah Press. Focks D.A. A Review Of Entomological Sampling Methods And Indicators For Dengue Vectors. Infectious Disease Analysis Gainsville, Florida, USA 2003.p 10.
30
Harbach, 2008. ”DBD, Naskah Lengkap pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Penyakit Dalam dalam Tatalaksana DBD, FK UI. Harijanto, P. N. 2000. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta : EGC. p. 1-12, 39-43 Food and Environmental Hygiene Department (FEHD). 2006. Suspected Tampering of Ovitraps and Mosquito Control Work. LC Paner. No. CB(2) 3153/05 06 (01). Hongkong. Huang, K.C. 2000. The population fluctuation and Trapping of Thrips palm in Waxgord. Agric Improvenmt station, 25: 35-41 Kramadibrata, H. Ibkar. 1996. Ekologi Hewan. Bandung: Institut Teknologi Bandung Leksono, A.S. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayu media Publishing. Malang. Natalie T.W. 2006. Pengaruh Konsentrasi Air Sabun terhadap Daya Tetas Telur A.aegypti. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Polson KA, dkk. 2002. The Use of Ovitrap Baiter with Hay Infusion as a Surveillance Tool for Aedes aegypti Mosquitoes in Cambodia. Dengue Bulletin Vol 26: 178 – 184. Rozendaal J.A. Vector Control. Methods for Use by Individual and Communities. Geneva: World Health Organization. 1997.p 7 – 177. Rozilawati H, Zairi J, Adanan CR. 2007. Seasonal abundance of A. albopictus in selected urban and sub urban areas in Penang. Malaysia Tropical Biomedicine 24 Russel R.C. The Relative Attractiveness of Carbondioxide and Octenol in CDC – and EVS - type Light Traps for Sampling the Mosquitoes Aedes aegypti (L.) and Aedes polynesiensis Marks, and Culex quinquefasciatus (Say) in Moora, French Polynesia. Journal of Vector Ecology 2004 29(2): 309 -314 Santos S.R.A, Melo-Santos MAV, Regis L dan Albuquerque CMR. Field Evaluation of Ovitrap with Grass Infusion and Bacillus thuringiensis varisraelensis to Determine Oviposition Rate of Aedes aegypti. Dengue Bulletin 2003 Vol 27: 156 – 162 Samsi T.K. 2001. Demam Berdarah Dengue: Pengamatan Klinik dan Penetalaksanaan di Rumah Sakit Sumber Waras. Ebers Papyrus, 7 (3), 163-173 Service MW. 1996. Medical Entomology. London Chapman & Hall.
31
Satrya, D. 2012. Perancangan Lanskap Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Service M.W. 1996. Medical Entomology for Students. Edisi Pertama. Toronto: Chapman & Hall
Sitio, A. 2008. Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Universitas Diponegoro Semarang. Sintorini M.M. 2007. Peran Lingkungan pada Kasus Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue. International Seminar on Mosquito and Mosquito-borne Disease Control Through Ecological Approach. Yogyakarta Soegijanto, S. 2004. “Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003”, Airlangga University Press. Sudarmaja I.M. 2007. A Study on Fauna of Aedes at Graha Kerti and Kerta Petasikan Hamlets, Village of Sidakarya, Denpasar. International Seminar on Mosquito and Mosquito-borne Disease Control Through Ecological Approach. Yogyakarta. Sudarmaja I.M. 2008. Pengaruh Air Sabun dan Detergen terhadap Daya Tetas Telur A.aegypti. Medicina 39 (1): 56-58 Troyo A, Calderon-Arguedas O, Fuller DO, Solano ME, Advendano A, Arheart KL, Chade DD, Beier JC. 2008. Seasonal Profiles of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) Larva habitats in an urban area of Costa Rica with a History of Mosquito Control. J VectorEcology; 33(1), 76-88. Sumunar. 2007. Determination Mount The Regional Susceptance to Propagation of Mosquito of A. aegypti and A. albopictus by Remote Sensing and Geographical Information System. International Seminar on Mosquito and Mosquito borne Disease Control Through Ecological Approaches Departement of Parasitology, Faculty of Medicine Gadjah Mada University. Suroso T. 1983. Tinjauan Keadaan dan Dasar-dasar Dalam Pemberantasan Demam Berdarah di Indonesia, Sub, Dit, Arbovirus Dit, P2B2 Direktorat P3M, Jakarta Tarmali A. 2006. Penggunaan Perangkap Telur Pembunuhan Diri guna Mengendalikan Populasi Vektor Demam Berdarah Dengue di Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Dati II Sleman. Tesis. Tidak dipublikasikan.Yogyakarta: Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada. Wahyuningsih, Mursid & Taufik. 2009. Keefektifan Penggunaan Dua Jenis Ovitrap untuk Pengambilan Contoh Telur Aedes aegypti. di Lapangan. Jurnal Entomol Indonesia 6 (2): 95-102
32
WHO. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. WHO. 2005. Tropical Disease Research, Making health research work for poor people, PROGRESS 2003 - 2004, Seventeenth Programme Report. Widya H.C & Suharyo. 2006. Dinamika Aedes aegypti Sebagai Vektor Penyakit. KEMAS 2 (1): 38 - 48 Widiyanto, T. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Universitas Diponegoro Semarang. Wulandari T.K.2001. Vektor Demam Berdarah dan Penanggulangannya, Mutiara Medica, 1 (1), 27-30 Yotopranoto S, Rosmanida S, Sulaiman.1998. Dinamika Populasi Vektor pada Lokasi dengan Kasus Demam Berdarah Dengue yang Tinggi di Kotamadya Surabaya. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia.Vol 9: No. 1 -2.