Pengaruh Waktu dan Kecepatan Pengadukan Pada Distilasi Asap Cair Hasil Pirolisis Limbah Gergaji Kayu Jati Emi Erawati1, Muhammad Syahab 1, Eni Budiyati, Wahyudi Budi Sediawan2, Panut Mulyono2 1 Progam Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp (0271) 717417 2 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta, 55281 Email : 1Emi.Erawati@ums. ac.id INTISARI Distilasi asap cair merupakan salah satu metoda pemisahan asap cair berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi asap cair bertujuan untuk mendapatkan sifat fungsional dari asap cair, serta menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan seperti tar dan benzopiren. Bahan baku yang digunakan berasal dari serbuk kayu jati. Serbuk kayu jati selanjutnya diayak dengan ukuran 40 mesh dan dikeringkan ke dalam oven selama 8 jam. Serbuk kayu ditimbang sebanyak 1 kg dan ditambah katalis zeolit 250 gram dan selanjutnya dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis. Asap cair yang diperoleh selanjutnya dimurnikan dengan distilasi pada variasi waktu distilasi dan kecepatan putaran pengadukan. Distilat yang dihasilkan kemudian dianalisis meliputi pH, berat jenis, warna, konsentrasi, danyield-nya. Pada variasi waktu distilasi 130, 140, 150, 160 dan 170 menit, diperoleh waktu optimal untuk menghasilkan yield asam asetat adalah 170 menit dengan yield sebesar 1,635% dan konsentrasi optimum asam asetat sebesar 16,636 N dihasilkan pada waktu 160 menit. Sedangkan, pada variasi kecepatan putaran pengadukan 400, 600, 800, 1000, dan 1200 rpm, diperoleh yield asam asetat optimum sebesar 3,504% pada kecepatan 1200 rpm, sementara konsentrasi asam asetat optimum dihasilkan pada kecepatan 800 rpm sebesar 26,60 N. Kata kuci: asam asetat, asap cair, distilasi, kayu jati
PENDAHULUAN Kayu jati (Tectona grandis L.f.) atau teak wood merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai untuk berbagai keperluan. Kayu jati telah dikenal masyarakat nasional maupun internasional sebagai bahan baku industri pengolahan kayu yang memiliki banyak keunggulan. [1] dalam bukunya menyakatan ada tiga komponen yang mempengaruhi komposisi dari asap cair yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Berdasarkan data BPS Maret tahun 2014 kebutuhan kayu jati di Jawa Tengah mencapai 81.499 m3. Dengan besarnya kebutuhan kayu jati hal ini berpengaruh terharap limbah yang dihasilkan yaitu serbuk kayu. Salah satu teknologi alternatif yang dapat dikembangkan untuk memanfaatkan limbah serbuk gergaji kayu jati yaitu dengan pirolisis biomassa. Senyawa kimia yang terdapat dalam biomassa serbuk kayu jati akan dikonversi menjadi sumber energi hidrokarbon alternatif yang berupa asap cair. Asap cairmerupakan salah satu bahan bakar
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
77
cairberwarna kehitaman yang berasal dari biomassaseperti kayu, kulit kayu dan limbah industri [2]. Pemanfaatan ataupun proses pengolahan terhadap limbah serbuk gergaji kayu jati dirasa masih belum optimal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah serbuk gergaji kayu jati sebagai biomassa melalui proses pirolisa. Bahan baku kayu jati juga memiliki komponen kimia tertentu, dimana komponenkomponen tersebut akan menghasilkan komponen kimia yang berbeda sebagai hasil dari proses pirolisis. Biasanya asap cair yang diperoleh dari proses pirolisa masih mengandung senyawatar yang tinggi, dan senyawa berbahaya lainnya seperti benzopiren. Sehingga untuk mendapatkan kualitas asap cair yang baik maka perlu dilakukan pemurnian (distilasi) terhadap asap cair tersebut. Diharapkan dengan adanya distilasi asap cair dapat memisahkan tar dan benzopiren yang bersifat karsinogenik dari asap cair. Pada proses distilasi, perbedaan waktu distilasi juga akan berpengaruh terhadap komposisi kimia yang dihasilkan dari asap cair tersebut. Berdasarkan hal itu, peneliti ingin membahas tentang pengaruuh waktu dan kecepatan putaran pengadukan pada distilasi asap cair untuk mendapatkan sifat fungsional asam asetat. Pirolisis adalah proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa melibatkan oksigen. Bahan yang biasa digunakan untuk proses pirolisis adalah batu bara, limbah manusia dan hewan, sisa makanan, kertas, plastik, dan biomassa. [3] menyatakan komposisi kimia bahan berubah ketika dilakukan pemanasan dalam keadaan tanpa adanya oksigen. Produk yang dihasilkan dari proses pirolisis berupa arang (karbon padat), tar (minyak), dan gas permanen yang meliputi metana, hydrogen, karbon monoksida dan karbon dioksida. Proses pirolisis berlangsung dalam beberapa tahap yaitu tahap awal adalah pelepasan air disertai pelepasan gas-gas ringan seperti CO dan CO2. Pada tahap ini terjadi pada suhu 100-200oC. Tahap kedua adalah proses dekomposisi unsur-unsur penyusun biomassa seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin. Untuk mempercepat reaksi dalam proses pirolisis dibutuhkan katalis, katalis yang digunakan yaitu zeolit.Pemilihan zeolit sebagai katalis karena sifat-sifatnya antara lain: mudah melepas dan menggikat air, biasa digunakan dalam zeolit juga mudah melepas kation dan diganti dengan kation lainnya, misal zeolit melepas natrium dan digantikan dengan mengikat kalsium atau magnesium. Kayu jati merupakan salah satu biomassa yang mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Dimana biomassa dapat diolah dengan metode pirolisis. Selain dengan pirolisis, biomassa juga dapat diproses dengan pembakaran langsung dan gasifikasi.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
78
Tetapi jika dibandingkan dengan pembakaran langsung dan gasifikasi, produk yang banyak dihasilkan dari pirolisis.
Tabel 1. Perbandingan Produk dari Konversi Biomassa secara Termokimia Proses Pirolisis Pembakaran Langsung Gasifikasi
Liquid 75% 30% 5%
Arang 12% 35% 10%
Gas 13% 35% 85%
Asap cair merupakan salah satu bahan bakar cair berwarna kehitaman yang berasal dari biomassa seperti kayu, kulit kayu dan limbah industri biomassa lainnya melalui teknologi pirolisis, yaitu teknologi degradasi termal pembuatan arang (karbonisasi), tanpa kehadiran udara (oksigen)dalam proses pembuatannya,berlangsung padasuhu 400-600C. Proses pirolisis dapat dilakukan dengan cara lambat (slow pyrolysis), cepat (fast pyrolysis), sangat cepat (flash pyrolysis), dan pencairan biomassa (hydrotermal liquifaction). Selain asap cair dihasilkan juga arang dan gas. Dalam produksi asap cair tidak dihasilkan limbah (zero waste). Seluruh bahan baku dengan proses ini dikonversi menjadi asap cair dan arang, Sementara gas yang tidak dapat dikondensasi dikembalikan ke dalam proses sebagai sumber energi.
Tabel 2. Karakteristik Asap cair Penampilan/rupa Bau Kandungan air
Cairan biru tua, coklat kemerahan dan kehijauan, atau hitam. Berbau khas, berbau asap tajam 15–30% berat, tergantung perlakuan selama proses produksi.
Menurut [4], lebih dari 400 senyawa kimia telah dapat diidentifikasi dalam asap cair. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam-asam (asetat, propionat, butirat dan valerat), karbonil, dan fenol. Komposisi asap dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya jenis kayu, kadar air kayu dan suhu pembakaran yang digunakan [5]. Jenis kayu yang digunakan pada pirolisis menentukan komposisi asap cair. Kadar air kayu juga memberikan variasi terhadap komposisi asap. Jumlah kadar air yang meningkat menyebabkan kadar fenol yang rendah dan meningkatkan kadar senyawa karbonil. Suhu pembakaran kayu juga memberikan pengaruh terhadap komposisi asap. [6] mengidentifikasi kelompok senyawa hasil pirolisis serbuk kayu jati menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Pengelompokan senyawa penyusun biofuel ke dalam 4 kelompok utama; kelompok senyawa yang spesifik hasil pirolisis
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
79
(antara lain p-guaiakol, 2- metoksi-4-propenil- penol, 2- metoksi-4 metil-penol, 3,4,5trimetoksi toluene, dan 1,3 dimetoksi siringol), kelompok senyawa yang cenderung mengalami perengkahan pada kenaikan laju pemanasan ( antara lain 1,4 dimetoksi, 4 metil -penol dan 1,4-dimetoksi-2 metil benzena serta kelompok senyawa hasil perengkahan (antara lain 1-heptakosanal, sikloheksimetil-sikloheksana, dan 1-metil-2 pentil-sikloheksana. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [7], komposisi yang terkandung dalam asap cair serbuk gergaji kayu jati pada suhu 450C dapat diketahui dengan pengujian melalui GC-MS
Tabel 3. Komposisi Asap Cair Serbuk Gergaji Kayu Jati Pada Suhu 450C No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Senyawa Asam asetat Hidroksiaseton 2-Furancarbaxaldehyde Isobutil alcohol Siklopentanon Asam propanoat 2,3-Pentanedion Phenol,2-methoxy 1,4-Butanadiol 2-Metil-2-siklopentenon Trans-metil propenil keton Propilen karbonat Propilen oksida Asam butanoat Butirolakton Methyl etil keton Ethanone,1-(2-furanyl)Benzene,1,4-dimethoxy2-Furanmethanol, tetrahydroAsam butanoat,2-propenil ester
% Relatif 22,17 8,70 7,94 2,85 1,72 1,69 1,69 1,44 1,15 1,10 0,93 0,71 0,66 0,63 0,62 0,61 0,40 0,38 0,37 0,03
Untuk memperoleh sifat fungsional dari asap cair, maka asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dapat difraksinasi dengan beberapa metode. Salah satu metode fraksinasi asap cair yaitu dengan distilasi asap cair. Distilasi asap cair merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair, yaitu proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi asap cair dapat dilakukan pada suhu
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
80
100C hingga 150C [8]. Menurut Gorbatov, dkk (1971) dalam [8], proses distilasi asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan yaitu senyawa tar dan hidrokarbon polisikis aromatik. Redistilasi asap cair dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan berbahaya seperti poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan tar, dengan cara pengaturan suhu didih sehingga diharapkan didapat asap cairyang jernih, bebas tar dan benzopiren. Mekanisme pada proses distilasi yaitu campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap dididinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dulu. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai distilat dan bagian cairan yang tidak menguap disebut residu. Produk distilat yang jatuh pertama kali tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan dengan distilat yang lain. Metode distilasi ini merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya [9]. Sedangkan menurut [8], pemurnian asap cair dengan cara redistilasi dilakukan dengan cara sebagai berikut : Asap cair dimasukkan dalam labu distilasi, dipanaskan menggunakan pemanas listrik dengan media pemanas oli. Suhu yang ditera adalah suhu asap cair dalam labu distilasi.
METODOLOGI PENELITIAN Bahan baku yang digunakan adalah serbuk gergaji kayu jati yang diperoleh dari pengrajin kayu di daerah Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Rangkaian alat utama yang digunakan adalah pirolisis dan destilasi. Kayu jati dihaluskan dan dilakukan proses screening pada diameter 40 mesh. Satu kg serbuk gergaji kayu dan 250 gram katalis zeolit dipirolisis pada suhu 450C. Asap yang dihasilkan akan terkondensasi membentuk asap cair. Asap cair dari proses pirolisis sebanyak 500 mL selanjutnya didistilasi untuk memisahkan asam asetat dengan pada suhu 118C. Variabel yang digunakan yaitu variasi waktu (130, 140, 150, 160, dan 170 menit) dengan kecepatan pengadukan tetap 800 rpm dan kecepatan putaran pengadukan (400, 600, 800, 1000, 1200 rpm) selama 170 menit. Hasil distilat yang diperoleh diuji berat jenis, pH, warna, kadar asam, dan yield.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
81
HASIL PENELITIAN Proses pirolisis limbah serbuk gergaji kayu jati dijalankan pada sebuah reaktor secara batch pada suhu 450C. Umpan masuk reaktor sebanyak 1 kg bahan kering dan membutuhkan waktu selama ± 2 jam agar proses dekomposisi bahan berlangsung sempurna. Untuk mempercepat reaksi pirolisis, digunakan katalis zeolit sebanyak 250 gram. Dalam sekali proses pirolisis menghasilkan asap cair sekitar 250 – 350 mL per 1 kg umpan.
Gambar 1. Asap Cair Hasil Pirolisis Serbuk Gergaji Kayu Jati Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh [7], komposisi senyawa yang paling besar dalam asap cair adalah asam asetat. Sehingga proses distilasi ini bertujuan untuk memisahkan kandungan asam asetat dalam asap cair serta untuk mendapatkan asap cair yang memiliki warna lebih jernih dan bebas dari kandungan zat berbahaya seperti tar dan benzopiren. Untuk mendapatkan asam asetat yang terkandung dalam asap cair, suhu yang diatur pada thermocouple adalah 118C. Dimana suhu tersebut merupakan titik didih dari asam asetat. Hasil distilasi asap cair dengan umpan sebanyak 500 mL pada variasi waktu distilasi dan kecepatan putaran pengadukan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Distilasi Asap Cair dengan Variasi Waktu No. Waktu (menit) Volum Asam Asetat (mL) 1
130
3
2
140
5
3
150
4
4
160
5
5
170
7
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
82
Pada variasi waktu distilasi dijalankan ketika suhu pada thermocouple menunjukkan angka 118C dimana suhu tersebut merupakan titik didih asam asetat. Asam asetat yang diperoleh bernilai fluktuasi. Penyebab dari naik-turunnya hasil destilasi asam asetat dipengaruhi oleh kadar tar yang terdapat dalam asam asetat dan asam yang telah teroksidasi karena waktu. Tabel. 5. Karakterisitik Asam Asetat Hasil Distilasi Asap Cair Variasi Waktu Waktu (menit) 130 140 150 160 170
Yield (%)
Warna
pH
Densitas (g/mL)
0,701 1,168 0,934 1,168 1,635
Coklat keruh Coklat keruh Coklat keruh Coklat kehitaman Coklat kehitaman
2 2 2 1 1
-
Konsentrasi Asam Asetat (N) 8,81 13,34 14,41 16,63 11,96
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa semakin lama waktu destilasi maka asap cair yang dihasilkan berwarna semakin coklat kehitaman.Warna coklat ini berasal dari senyawa tar yang masih ikut teruapkan pada proses destilasi. Tar bersifat tidak larut dalam asap cair, sehingga tar akan membentuk lapisan di bagian atas asap cair dan apabila teroksidasi oleh udara sekitar akan mengakibatkan warna asap cair berubah menjadi kecoklatan. Sedangkan nilai pH asap cair pada variasi waktu distilasi menunjukkan range pH 1,0-2,0. Hal ini menunjukkan bahwa asap cair hasil distilasi mengandung banyak senyawa asam terutama asam asetat. Pada variasi waktu, pH asap cair akan meningkat dengan semakin lamanya waktu destilasi. Hal tersebut dimungkinkan masih adanya air yang terikut pada pemisahan asam asetat dengan distilasi tersebut, sehingga menyebabkan nilai derajat keasaman juga meningkat. Konsentrasi asam asetat pada Tabel 5 merupakan konsentrasi asam asetat sebelum dilakukan pengenceran. Terlihat bahwa konsentrasi asam asetat yang optimum dihasilkan pada waktu 160 menit dengan konsentrasi asam asetat sebesar 16,63 N.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
83
Tabel 6. Hasil Distilasi Asap Cair dengan Variasi Kecepatan Putaran Pengadukan No. 1 2 3 4 5
Kecepatan Putaran Pengadukan (rpm) 400 600 800 1000 1200
Volum Asam Asetat (mL) 3 3,5 7 9 15
Proses distilasi asap cair dengan variasi kecepatan putaran pengadukan dilakukan dengan memvariasikan kecepatan putaran dan waktu distilasi 170 menit. Waktu tersebut dipilih karena pada variasi sebelumnya menghasilkan asam asetat yang paling banyak. Berdasarkan Tabel 6 dengan semakin lama kecepatan putaran pengadukan volum asam asetat yang diperoleh semakin meningkat. Namun, terdapat ketidaksesuaian pada percobaan pertama hal ini dipengaruhi karena pretreatment bahan baku, lama penyimpanan, dan kandungan tar dalam asam asetat. Tabel. 7. Karakteristik Asam Asetat Hasil Ditilasi Asap Cair Variasi Kecepatan Putaran Pengadukan Kecepatan Yield Konsentrasi Putaran (%) Densitas Warna pH Asam Asetat Pengadukan (g/mL) (N) (rpm) 400 0,701 Coklat jernih 1 6,36 600 0,818 Coklat jernih 1 18,01 800 1,635 Coklat keruh 1 26,60 1000 2,102 Coklat keruh 1 18,78 1200 3,504 Coklat keruh 1 1,4962 11,57
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kecepatan putaran pengadukan mempengaruhi warna distilat. Semakin tinggi putaran pengadukan, distilat yang diperoleh berwarna semakin coklat keruh. Sedangkan nilai pH asap cair hasil distilasi pada variasi kecepatan putaran pengadukan menunjukkan pH 1. Hal ini menunjukkan bahwa asap cair hasil distilasi mengandung banyak senyawa asam terutama asam asetat. Konsentrasi asam asetat hasil distilasi variasi kecepatan pengadukan diperoleh kondisi optimum yaitu 800 rpm dengan konsentrasi asam asetat sebesar 26,60 N.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
84
Gambar 2 Pengaruh Variasi Waktu (a) Kecepatan Putaran Pengadukan(b) terhadap Yield Asam Asetat Dari Gambar 2.a, dapat dilihat bahwa yield asam asetat mengalami kenaikan dengan semakin lamanya waktu distilasi. Sehingga dengan semakin lamanya waktu distilasi, massa produk yang terdistilasi akan semakin banyak karena waktu untuk bahan tersebut menguap menjadi lebih lama dan zat terdistilasi akan lebih banyak. Dari gambar tersebut menunjukkan waktu optimum untuk menghasilkan yield asam asetat yang tinggi yaitu selama 170 menit yaitu sebesar 1,635 %. Artinya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai suhu didih asam asetat dan 50 menit waktu penguapan asam asetat itu sendiri. Sedangkan dari Gambar 2.b dapat dilihat bahwa dengan semakin cepatnya putaran pengadukan pada distilasi asap cair tersebut menyebabkan yield asam asetat yang diperoleh meningkat hal ini sesuai dengan jurnal penelitian [10].
Gambar 3 Pengaruh Variasi Waktu (a) Kecepatan Putaran Pengadukan (b) terhadap Konsentrasi Asam Asetat
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
85
Dari Gambar 3 (a) dan 3 (b) menunjukkan bahwa konsentrasi asam asetat pada variasi waktu distilasi
dan variasi kecepatan pengadukan mengalami kenaikan dan
penurunan. Waktu distilasi untuk menghasilkan konsentrasi asam asetat yang optimum yaitu 160 menit dengan konsentrasi asam asetat sebesar 16,63 N. Sedangkan pada variasi kecepatan putaran pengadukan, dipilih waktu distilasi 170 menit karena pada waktu tersebut menghasilkan volum asam asetat yang paling banyak dari variasi sebelumnya.
Gambar 4. Asam Asetat Hasil Distilasi pada Variasi Waktu (a) dan Variasi Kecepatan Putaran Pengadukan (b) KESIMPULAN 1. Waktu distilasi yang optimum untuk menghasilkan yield asam asetat hasil distilasi asap cair adalah 170 menit, dengan yield asam asetat yang dihasilkan sebesar 1,635 % 2. Kecepatan putaran pengadukan yang optimum untuk menghasilkan yield asam asetat hasil distilasi asap cair adalah 1200 rpm dengan yield asam asetat sebesar 3,504%. 3. Nilai dari derajat keasaman (pH) dari asam asetat pada variasi waktu distilasi semakin meningkat dengan lamanya waktu distilasi. Sedangkan, pada variasi kecpatan pengadukan pH asam asetat cenderung sama yaitu 1. 4. Nilai konsentrasi asam asetat yang tinggi yaitu 16,63 N pada waktu distilasi 160 menit dan konsentrasi 26,60 N pada kecepatan putaran pengadukan 800 rpm. SARAN Supaya mendapatkan hasil yang lebih baik, gunakan sampel yang masih baru untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi jika sampel disimpan.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
86
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah membiayai penelitian ini sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Tahun 2015 Program Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi Nomor 135.52/A.3-III/LPPM/IV/2015 tanggal 21 April 2015. Prof. Ir. Wahyudi Budi Sediawan, S.U., Ph.D. dan Prof. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. sebagai peneliti mitra pada program Hibah Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (Hibah Pekerti) dan Muhammad Syahab yang membantu dalam penelitian di laboratorium. DAFTAR PUSTAKA
[1] Yulistiani, R., 2008,“Monograf Asap Cair Sebagai Bahan Pengawet Alami Pada Produk Daging dan Ikan”, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya. [2] Hambali E., Mujdalifah S., Tambunan A.H, Pattiwiri A.W., Hendroko R., 2007, Teknologi Bioenergi, Agro Media Pustaka, Jakarta. [3] Suryawan, B. 2013, Pemadatan Char Serbuk Kayu Mahoni Terhadap Thermal Conductivity. Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang. [4] Pszczola, D.E., 1995, Tour Highlights Production and Uses of Smoke-Based Flavors, Vol 49, Ed 1, Food Tech. [5] Girard, J.P., 1992, Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horwood, NewYork. [6] Fatimah I., Jaka N., 2005, Identifikasi Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Jati Menggunakan Principal Component Analysis, Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 6, No. 1, hal 41-47. [7] Kurniawan, W., 2014, Pengaruh Suhu dan Perbandingan Katalis Zeolit Terhadap Karakteristik Produk Hasil Pirolisis Serbuk Gergaji Kayu Jati, Laporan Penelitian, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. [9] Darmadji, P, 2002, Optimasi Pemurnian Asap Cair dengan Metode Redistilasi, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol XIII, No 3, hal 267-271 [10] Fachraniah, Fona, Z., dan Rahmi, Z., 2009, Peningkatan Kualitas Asap Cair dengan Distilasi, Jurnal Reaksi, Vol 7, No.14.
SNaTKII II – 10 Oktober 2015
87