PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km. 32-Indralaya Ogan Ilir 30662 Email:
[email protected] ABSTRAK Kandungan asam sitrat dan asam askorbat yang terkandung didalam asam gelugur sangat berguna sebagai bahan penggumpal.Pada penelitian ini koagulasi lateks menggunakan ekstrak asam gelugur. Metode penelitian ini adalah melakukan pencampuran antara koagulan (ekstrak asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan) dengan lateks yang akan memecah emulsi dan membentuk gumpalan karet. Analisa yang dilakukan meliputi analisa berat karet basah, berat crepe karet kering dan kadar karet kering. Studi variabel yang dilakukan meliputi variasi volume koagulan (5ml, 10ml, 15ml, 20ml, 25ml, dan 30ml), temperatur koagulasi (250C, 350C ,450C, 550C, 650C, dan 750C ) dan waktu kontak koagulasi (1 jam, 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam, 40 jam, dan 48 jam).Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa variasi volume koagulasi, berat karet terbesar didapatkan pada 15 ml volume koagulan dengan perbandingan 1: ¾ antara lateks dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan sedangkan buah asam gelugur didapatkan pada 10 ml volume koagulan dengan perbandingan 1:1/2antara lateks dan koagulan asam gelugur. Pada variasi temperatur, didapatkan berat karet terbesar pada suhu 350C dan waktu kontak optimal koagulasi adalah 24 jam. Kata kunci:asam gelugur, karet,koagulasi, lateks
ABSTRACK The content of citric acid and ascorbic acid contained in gelugur acid is very useful as a coagulant.In research, the coagulation latex used gelugur acid extract. This research method is to mixing of the coagulant (gelugur acid extract and sour dried gelugur) with latex that will break the emulsion and form a wad of gum. Analysis was conducted on the analysis of rubber wet weight, dry weight of crepe rubber and dry rubber content. Study variables were conducted on the variation of the volume of coagulant (5ml, 10ml, 15ml, 20ml, 25ml and 30ml), the temperature of coagulation (250C, 350C, 450C, 550C, 650C, and 750C) and the contact time of coagulation (1 hour, 8 hours, 16 hours, 24 hours, 32 hours, 40 hours, and 48 hours). Research results obtained show that the variations in the volume of coagulation, the weight of the largest rubber obtained in 15 ml volume of coagulant in the ratio 1: ¾ between latex and coagulant acid gelugur dried while acid gelugur obtained in 10 ml volume coagulant with a ratio of 1:1/2between latex and coagulant gelugur acid. In a variation of temperature, obtained the largest rubber weight at a temperature of 350C and coagulation optimal contact time is 24 hours. Keywords: coagulation, gelugur acid, latex,rubber
1.
PENDAHULUAN Pada umumnya yang biasa dipakai sebagai penggumpal lateks merupakan bahan yang mampu menetralkan muatan negatif dari lateks dan yang mampu mengikat air dari fasa karet, zat-zat seperti asam, alkohol, dan elektrolit yang mengandung ion logam dapat digunakan menggumpalkan lateks. Bahan penggumpal lateks yang selama ini dianjurkan adalah asam formiat dan asam asetat, akan tetapi karena kedua asam tersebut mahal sehingga sulit bagi petani karet untuk membelinya, sehingga perlu dicari alternatif lain untuk memecah emulsi pada lateks. Akan
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
tetapi tidak hanya senyawa kimia saja yang bisa dijadikan zat penggumpal lateks, namun kita juga dapat menggunakan senyawa alamiah yang dapat dibuat dari ekstrak nanas, ekstrak gadung dan bahan bahan alami yang lainnya yang dapat mengemulsi lateks. Salah satu jenis buah yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan koagulan lateks adalah asam gelugur. Asam gelugur mengandung asambuah seperti asam sitrat, asam tartrat, asammalat, dan asam askorbat dan mempunyaikemampuan sebagai antioksidan. Selainasam-asam tersebut, buah asam gelugurjuga mengandung asam hidroksi sitrat,
Page 20
yang juga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba dan antioksidan, karena mengandung alphatocoperol. Dalam penggunaan untuk keperluan pangan, asam gelugur tua, berwarna kuning oranye, dapat dibuat manisan, dengan cara dipotong kecilkecil dan diberi campuran gula, dijemur sampai kering, siap dikonsumsi. Selain itu asam gelugur juga dimanfaatkan untuk memberi rasa asam pada masakan sayur asam. Di masyarakat buah asam gelugur lebih banyak dikenal dalam bentuk kering dan dijual dipasaran. Sedangkan buah asam gelugur asli dari pohonnya hanya terdapat pada beberapa daerah tertentu. Kandungan asam sitrat dan asam askorbat yang terkandung didalam asam gelugur sangat berguna sebagai bahan penggumpal dimana asam askorbat dan asam sitrat mampu mengikat ion-ion logam yang terdapat pada lateks dengan kemampuan yang sangat cepat. Berdasarkan kandungan asam organik tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan bahan tersebut sebagai koagulan lateks. Dan dikarenakan ketersediaan buah asam gelugur yang terdapat dalam dua bentuk, maka kita akan membandingkan bagaimana penggunaan buah asam gelugur asli dengan asam gelugur yang telah dikeringkan untuk dijadikan sebagai koagulan. Dimana tujuan penelitian ini untuk memperoleh koagulan yang terbaik dengan asam gelugur serta dapat mengetahui bagaimana karakteristik karet yang dihasilkan. a. Lateks Lateks karet alam yang berasal dari lateks Hevea Brasiliensis ini adalah cairan seperti susu yang diperoleh dari proses penorehan batang pohon karet. Cairan ini terdiri dari 30-40% partikel hidrokarbon yang terkandung di dalam serum, juga mengandung protein, karbohidrat dan komposisi-komposisi organik serta bukan organik. Karet merupakan bahan polimer yang elastis dan sangat berguna dalam menghasilkan berbagai macam produk seperti kasur karet, bahan-bahan otomotif, bahan-bahan rumah tangga dan sebagainya. Sebelum produk ini dapat dihasilkan, karet mentah yang digunakan perlu diproses mengikuti prosedur tertentu agar karet mempunyai bentuk fisik dan sifat-sifat yang diperlukan dalam menghasilkan produk yang diinginkan (Spilane, 1989). Lateks yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh 2. Tidak terdapat kotoran atau benda lain seperti daun atau kayu
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
3. 4. 5.
No . 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak bercampur dengan bubur lateks, air ataupun serum lateks Warna putih dan berbau lateks segar Lateks kebun bermutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun bermutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%. Tabel 1. Komposisi Lateks Segar Kandungan Kadar(%) Karet 25 – 40 Karbohidrat 1,0 - 2,0 Protein dan senyawa 1,0 – 1,5 nitrogen Lipid 1,0 – 1,5 Senyawaanorganik 0,1 – 1,5 Air 60 – 75 (sumber: Purbaya, 2011)
Sifat Fisik Lateks Berikut beberapa sifat fisik dari lateks (Soewarno, 2007): 1. Berwarna putih dan berbau segar atau menyengat. Warna putih pada lateks ini disebabkan adanya fraksi putih di dalamnya. Fraksi putih ini akan lebih nyata bila dilakukan pemusingan (centrifuge) lateks pada kecepatan 2000 rpm. 2. Lateks kurang stabil. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh partikel lutoid bulat dengan diameter 2 - 10 mikrometer. Dengan adanya membran tipis yang dimiliki oleh partikel lutoid ini dapat membantu mencegah aliran lateks yang tidak stabil karena gerak mekanis, perbedaan tekanan osmosis, senyawa kimia, enzim atau bakteri (Acetobacter sp) pada lateks yang dapat menyebabkan membran pelapis lateks penuh dan cairan di dalam keluar. Lutoid berperan dalam penghentian aliran lateks beberapa jam setelah penyadapan, karena tersumbatnya pembuluh lateks. 3. Memiliki Kadar Karet Kering antara 25 40%. Kadar karet dalam lateks bervariasi menurut jenis-jenis karet, intensitas sadap, iklim, dan pemupukan. 4. Terdiri dari dua fraksi, yaitu fraksi karet dan non karet. 5. Memiliki berat molekul yang relatif besar. Berat molekul sebesar ini disebabkan karena lateks merupakan polimer yang tersusun dari monomer isepern (2-metil butadiena) C5H8. CH3 CH2 = C – CH = CH2 Gambar 1.Struktur monomer Isoprena
Page 21
Sifat Kimia Lateks Partikel karet di dalam lateks tidak dapat saling berdekatan, karena masing-masing partikel mempunyai muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak brown yang dapat dilihat di bawah mikroskop. Lateks isoprena dilapisi oleh lapisan protein, sehingga partikel karet bermuatan listrik. Protein merupakan gabungan dari asam-asam amino yang bersifat dipolar (dalam keadaan netral mempunyai dua muatan listrik) dan amphoter (dapat bereaksi dengan asam atau basa) (De Boer, 1952). Lateks memiliki pH sekitar 6,4 sampai 6,9. Dapat terjadi proses koagulasi dengan penambahan asam. Peka terhadap ion tertentu, terutama Mg2+ dan Ca2+. Ion – ion logam Ca dan Mg menyebabkan terjadinya penggumpalan lateks sehingga aliran lateks akan terhenti, beberapa jam kemudian lateks akan menggumpal secara alamiah dan dapat teroksidasi. Reaksi oksidasi ini menunjukkan adanya atom oksigen yang bereaksi dengan rantai poly isoprene membentuk peroksida poly isoprene yang semakin lama semakin panjang. Penggumpalan Lateks Penggumpalan lateks atau prakoagulasi adalah suatu proses pembekuan awal sehingga lateks cair berubah bentuk menjadi gumpalan. Prakoagulasi terjadi karena berkurangnya kemantapan koloidal yang terdapat di dalam lateks sehingga akan menyebabkan proses pengumpalan. Lateks akan menggumpal satu sama lainnya hingga akhirnya akan membeku secara keseluruhan. Hasil sadapan lateksyang mengalami prakoagulasi dapat diolah langsung menjadi karet namun akan menghasilkan karet bermutu rendah. Untuk mencegah proses prakoagulasi dapat dilakukan dengan proses pengawetan lateks. Penggumpalan lateks dapat terjadi secara sendirinya atau alamiah dan juga bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari luar seperti gaya mekanis, panas, elektrolit, enzim, asam, ataupun zat penarik air dan penambahan zat penggumpal. Penggumpalan lateks akibat pengaruh luar ini dilakukan untuk mempercepat proses penggumpalan dari lateks cair itu sendiri dengan cara yang lebih efisien dan murah agar diperoleh karet yang bermutu tinggi. Penggumpalan secara alami dapat terjadi karena aktivitas bakteri pengurai yang terdapat di udara dan masuk ke dalam bahan lateks. Lateks segar yang baru disadap dari pohon karet merupakan salah satu media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri ini terjadi dalam media pembuluh kulit pohon
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
lateks. Bakteri mulai masuk ke dalam lateks sejak lateks mengalir disepanjang irisan sadap dan berkembang biak di sepanjang media. Zat makanan utama bagi bakteri tersebut adalah karbohidrat yang terdapat di dalam fraksi serum lateks. Dengan adanya oksigen dalam udara, karbohidrat dapat di ubah bakteri menjadi asam asetat dan asam format. Proses tersebut dapat mengakibatkan lateks mengumpal akibat hasil dari proses yang berupa asam dan sumber asam lain yang dapat menggumpalkan lateks adalah protein yang terhidrolisa menjadi asam amino. b.
Asam Gelugur Asam gelugur adalah pohon yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 20 m dan memiliki batang panjang, warna abu-abu, memiliki kulit kayu yang halus dan memiliki ciri adanya getah yang berwarna kuning putih atau transparan. Klasifikasi tanaman asam gelugur adalah: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Guttiferae Genus : Garcinia Spesies : Garcinia atroviridis Grift Buah berbentuk bulat besar dengan diameter 7-10 cm dan buah bergelombang dan memiliki alur sebanyak 12-16 alur (Antony, 2009) Garcinia tergolong dikotiledon tetapi bijinya tidak memiliki kotiledon. Ini merupakan salah satu ciri khas tanaman ini. Embrionya merupakan massa yang padat dan pada setiap biji terdapat lebih dari satu embrio (poliembrionik). Bijinya terbentuk secara apomiksis, yaitu bersal dari jaringan nusellus. Tanaman jenis Garcinia dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dengan ketinggian 600 m di atas permukaan laut dan suhu antara 22-32° C. Daerah dengan curah hujan tinggi, antara 1.500-2.500 mm, dan merata sepanjang tahun merupakan tempat tumbuh yang disukainya. Suhu optimal antara siang dan malam hari adalah antara 300-200°C. Tanaman ini dapat berbunga pada daerah yang memiliki hutan hujan tropis. Buah asam gelugur mengandung asam buah seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat dan asam askorbat yang memiliki aktivitas antioksidan. Asam hidroksi juga ditemukan dalam buah-buahan dan dalam kulit buah asam gelugur.Senyawa atroviridin terdapat dalam kulit batang. Senyawa troviridin ini adalah polyhydroxylated xanthone tetracyclic
Page 22
yang baru-baru diisolasi dari kulit batang asam gelugur.
5.
Tabel 2. Komposisi Kimia dalam Asam Gelugur No.
Senyawa Kimia
Komposisi
1
Air
35 mg/gr
2
Kalium
104 mg/gr
3
Natrium
0.31 mg/gr
4
Kalsium
24 mg/gr
5
Magnesium
12.8 mg/gr
6
Phospor
23.4 mg/gr
Asam Organik 1 Asam Sitrat
10.6 mg/gr
2
Asam Malat
28 mg/gr
3
Asam Tartrat
35 mg/gr
4
Asam Askorbat 51 mg/gr (sumber: Tiurlan dan Eddy, 2014)
Asam Askorbat Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Asam askorbat merupakan vitamin esensial yang larut dalam air, berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat antioksidan. Kristal atau serbuk putih atau agak kuning tersebut bila terpapar udara, warnanya perlahan-lahan menjadi lebih gelap. Dalam keadaaan kering, stabil di udara, tetapi dalam larutan akan teroksidasi dengancepat. Larut 1 bagian dalam 3 bagian air dan 1 bagian dalam 40 bagian alkohol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena. Berikut ini sifat-sifat dari asam askorbat atau yang biasa di kenal dengan vitamin C: 1. Pada asam askorbat ini akan menunjukkan suatu metallo-enzim yang akan larut jika berada di dalam garam dan akan memiliki berat molekul kurang lebih 150.000. 2. Suatu ko-enzim akan mengandung enam atom tembaga pada setiap molekul proteinnya. 3. Dengan naiknya suatu kadar tembaga maka elemen ini akan membentuk bagian dari enzim. 4. Dengan sebuah kenaikan suatu suhu 10 drajat celcius maka jumlah dari vitamin akan mengalami dioksidasi 2 hingga mencapai 2,5 setiap kali naiknya. Aktivitas akan optimal akan di dapat apa bila suhu mencapai 38 derajat celcius.
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Asam askorbat ini memiliki peran yang cukup luas yaitu dari pH 4 hingga 7 dan akan berpengaruh secara maksimal apabila pH mencapai 5,6 hingga 6,00 dan apabila pH di turunkan maka sebuah enzim akan menjadi inaktif.
2.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian koagulasi lateks dengan menggunakan koagulan alami berupa ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan. Variasi yang digunakan dalam penelitian ini yaituvariasi volume antara ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkankoagulan dengan lateks, waktu kontak antara ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan dengan lateks,serta temperatur pengumpalan, untuk menghasilkan berat karet dan kadar karet kering (KKK) yang maksimal dan efektif berdasarkan variasi penelitian. Bahanbakuyang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan dan lateks kebun.Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahapan: a. Persiapan bahan Pada tahap awal meliputi persiapan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan sebagai koagulan alami dan persiapan lateks kebun. Limbah kayu karet dan buah asam gelugur dibersihkan dari pengotornya. Dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil agar mudah untuk diblender. Untuk buah asam gelugur, setelah diblender ekstrak sari dari buahnya dipisahkan dengan vacuum agar proses pemisahannya lebih cepat. Sedangkan untuk asam gelugur dikeringkan, diblender dengan perbandingan asam gelugur yang dikeringkan dan air adalah 250 gram kulit kayu dengan 1000 ml air. Didapatkan 2 jenis koagulan: ekstrak sari buah asam gelugur dan larutan asam gelugur. Diukur pH yang telah masing-masing larutan. Sedangkan untuk lateks, disiapkan lateks segar yang masih belum mengalami prakoagulasi serta bebas dari pengotor. b. Pencampuran Bahan Dalam tahap pencampuran bahan antara ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkandenganlateks segar menggunakan perlakuan sebagai berikut: Variasi volume koagulan (ekstrak kayu karet dan kulit kayu karet) yang digunakan 5, 10, 15, 20,25, dan 30 ml. Untuk variasi waktu kontak digunakan: 1, 8, 16, 24, 32, 40, dan 48 jam.Sedangkan untuk variasi temperatur
Page 23
digunakan: 25, 35, 45, 55, 65 dan 75oC. Masing-masing terhadap volume lateks 20 ml. c.Pengamatan Hasil Penelitian Dalam tahapan ini dilakukan analisa terhadap masing-masing koagulan, yakni koagulan ekstrak buah asam gelugur dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Analisa dilakukan pada variasi volume koagulan, waktu kontak, dan temperatur penggumpalan dengan berat karet yang dihasilkan dan kadar karet kering (KKK). Untuk uji berat karet yang dihasilkan, di timbang berat karet basah dan berat karet kering yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan neraca analitik yang memiliki akurasi tinggi. Sedangkan untuk uji kadar karet kering (KKK) dilakukan dengan metode laboratorium dengan rumus sebagai berikut: KKK =
x 100%
Pencucian asam gelugur
Pemotongan asam gelugur kering, lalu diblender
Pemotongan buah asam gelugur, lalu diblender
Direndam selama 24 jam
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian pemanfaatan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkansebagai bahan koagulan lateks, didapatkan hasil pengamatan berupa variasi berat karet yang dihasilkan dari berbagai variasi antara lain variasi volume koagulan, variasi waktu kontak dan variasi temperatur. Data hasil pengamatan secara lengkap diuraikan dibawah ini: 1. Proses Koagulasi Lateks dengan Beberapa VariasiPerlakuan Sebelum dilakukan pengujian lateks dengan beberapa variasi perlakuan penelitian di atas, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH dari masing-masing bahan baik lateks maupun ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan. Dari pengukuran pH secara rutin selama 24 jam waktu fermentasi atau pemeraman ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan dapatlah pH yang sesuai untuk proses koagulasi. Berdasarkan hasil pengujian pH yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut: Tabel 3. pH masing-masing bahan
Pengukuran pH
Pengambilan lateks kebun
Pemisahan air ekstrak dengan ampas asam gelugur
Pemisahan lateks kebun dengan kotoran
Pencampuran
Penggumpalan
Penggilingan
Penimbangan Pengovenan
Berat Karet Basah
Bahan Lateks Ekstrak Buah Asam Gelugur Ekstrak Asam Gelugur yang Dikeringkan
pH 6,45 1,4 1,8
Tabel 4. Data hasil pengamatan pengaruh variasivolume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yangdihasilkan Volume koagulan (ml)
Berat Awal Lateks (gr)
5 10 15 20 25 30
20.6602 20.6602 20.6602 20.6602 20.6602 20.6602
Berat Karet Basah yang Dihasilkan (gr) Koagulan Koagulan A B 21.7471 26.6489 31.3680 37.8925 43.1690 46.0511
22.7960 28.5766 30.3048 36.5283 40.4284 40.4595
Berat Karet Kering
Gambar 2. Blok Diagram Prosedur Penelitian
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Page 24
Tabel 5. Data hasil pengamatan pengaruh variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yangdihasilkan
Temperatur (°C)
Berat Awal Lateks (gr)
Koagulan A
Koagulan B
25
20.6602
24.0840
20.5127
35
20.6602
24.6758
22.2753
45
20.6602
24.3618
22.7590
55
20.6602
20.1178
23.2190
65
20.6602
22.1614
23.5146
75
20.6602
19.3765
21.5900
Berat Basah (gr)
Tabel 6. Data hasil pengamatan pengaruh variasiwaktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yangdihasilkan
selanjutnya ditimbang untuk mengetahui berat crepe karet kering. Berat crepe kering dari berbagai variasi volum, waktu kontak dan temperatur dapat dianalisa persen kadar karet kering nya dengan membandingkan berat crepe kering ini dengan berat awal lateks dikalikan dengan 100%. Dilakukan perhitungan untuk kedua jenis koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan. Tabel 7. Data hasil pengamatan uji Kadar Karet Kering (%KKK) variasivolum koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Volume koagulan (ml)
Berat Crepe Kering yang Dihasilkan (gr)
Kadar Kering Karet (%)
Koagulan A (KA)
Koagulan B (KB)
KA
KB
5
10.552
11.699
51.0
56.6
10
12.246
13.139
59.2
63.6
15
11.246
13.843
54.4
67.0
20
11.146
12.154
53.9
58.8
25
10.497
11.828
50.8
57.2
30
9.568
10.966
46.3
53.0
Waktu Kontak (Jam)
Berat Awal Lateks (gr)
1
20.6602
Koagulan Koagulan A B 27.3392 33.9117
8
20.6602
22.3680
26.5845
16
20.6602
21.6201
25.5955
24
20.6602
17.7806
24.9282
32
20.6602
19.6487
25.4145
25
13.4309
11.3545
65.01
54.96
40
20.6602
19.7231
24.3452
35
15.0193
12.5183
72.70
60.59
48
20.6602
16.804
16.6482
45
13.6344
11.7501
65.99
56.87
55
12.4284
11.3652
60.16
55.01
65
12.2143
11.0552
59.12
53.51
75
11.1758
9.7671
54.09
47.27
Berat Karet Basah
2. Hasil Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Setelah dilakukan penimbangan untuk menentukan berat karet yang dihasilkan dari proses koagulasi lateks, dimana berat karet pada tahapan ini masih berupa berat karet basah, kemudian dikeringkan untuk mengurangi kadar air dan dihitung kadar karet kering (KKK). Pengurangan kadar air ini dapat dilakukan dengan tahapan karet digiling beberapa kali hingga menjadi crepe dan dikeringkan di dalam oven dengan temperatur 110 – 120oC selama 3 - 4 jam. Setelah dingin
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Tabel 8. Data hasil pengamatan uji Kadar Karet Kering (%KKK) variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan
Temperatur (°C)
Berat Crepe Kering yang Dihasilkan (gr) Koagulan Koagulan A B
Kadar Kering Karet (%) Koagulan Koagulan A B
Tabel 9. Data hasil pengamatan uji Kadar Karet Kering (%KKK) variasiwaktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Berat Basah Berat Kering Waktu (gr) (gr) Kontak (Jam) KA KB KA KB 1
27.3
33.91
12.9
16.26
8
22.3
26.58
9.25
11.74
Page 25
Waktu Kontak (Jam) 16
Berat Basah (gr)
Berat Kering (gr)
Berat Basah (gr)
Temperatur (C)
Berat Kering (gr)
KA
KB
KA
KB
21.62
25.59
9.02
11.19
25
24.08
20.51
13.43
11.35
24
17.78
24.93
8.19
10.08
35
24.67
22.27
15.01
12.51
32
19.64
26.02
10.02
11.26
45
24.36
22.75
13.63
11.75
40
19.72
25.54
9.84
11.03
55
20.11
23.22
12.42
11.36
48
16.80
25.01
9.477
10.11
65
22.16
23.52
12.21
11.05
75
19.37
21.59
11.17
9.76
35
24.67
22.27
15.01
12.51
KA
3.
Perbandingan Berat Karet yang dihasilkan Berat karet yang dihitung dalam penelitian ini ada 2 jenis berat, yang pertama berat karet basah dan berat karet kering untuk kedua jenis koagulan yang digunakan yaitu ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan Perbandingan antara kedua jenis berat yang dihasilkan ini akan dibandingkan dengan berat awal lateks murni yaitu 20,6602 gram. Perbandingan dilakukan untuk variasi volum koagulan, waktu kontak dan temperatur. Berikut data perbandingan berat dari berat karet basah serta berat karet kering yang dihasilkan:
Waktu Kontak (Jam)
Berat Kering (gr)
Berat Basah (gr) KB
KA
KB
5 10
21.75 26.64
22.79 28.57
10.55 12.24
11.69 13.13
15
31.36
30.30
11.24
13.84
20
37.89
36.52
11.14
12.15
25
43.16
40.42
10.49
11.82
30
46.05
40.45
9.56
10.96
Berat Basah (gr) KA
25
24.08
KB 20.51
12.90
16.26
62.4
78.7
8
11.74
44.8
58.8
16
9.26 9.02
11.19
43.6
54.2
24
8.19
10.08
39.6
48.8
32
11.02
11.26
53.3
54.5
40 48
11.99 9.84
11.03 10.11
58.0 45.8
53.3 48.9
Pengaruh Penambahan Volume Koagulan Ekstrak Buah Asam Gelugur dan Asam Gelugur yang Dikeringkan Terhadap Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering yang Dihasilkan
50,0000 40,0000 30,0000 20,0000 10,0000 0,0000
Tabel 11. Data perbandingan berat karet basah dan berat karet kering yang terbentuk antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan pada variasi temperatur Temperatur (C)
Kadar Kering Karet (%) KA KB
1
Berat Basah yang dihasilkan (gr)
KA
Berat Crepe Kering yang Dihasilkan (gr) KA KB
b. Pembahasan 1.
(ml)
KA
Tabel 12. Data perbandingan berat karet basah dan berat karet kering yang terbentuk antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan pada variasi waktu kontak
Tabel 10. Data perbandingan berat karet basah dan berat karet kering yang terbentuk antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan pada variasi volume koagulan Volume koagulan
KB
5 Koagulan A Koagulan B
10 15 20 25 30
Volume (ml)
Berat Kering (gr) KA 13.43
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Gambar 3. Pengaruh variasi penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur 11.35 dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yang dihasilkan
KB
Page 26
KB
15,0000
2.
10,0000 5,0000 0,0000 5
10
15
20
25
30
Volume Koagulan (ml) Koagulan A Koagulan B
Gambar
terganggu disebabkan volume koagulan yang berlebih.Untuk koagulan B (ekstrak asam gelugur yang dikeringkan), berat crepe karet kering paling besar didapat pada penambahan 15 ml koagulan dengan berat crepe sebesar 13,8431 gram, dengan batas maksimum penambahan volume koagulan adalah dengan perbandingan 1: ¾ antara volume lateks dan koagulan buah asam gelugur yang dikeringkan. hingga 30 ml. Berat crepe karet kering yang dihasilkan mengalami penurunan yang signifikan terhadap berat karet basahnya, dikarenakan kandungan air pada crepe karet kering lebih sedikit atau bisa dikatakan tidak ada, jika dibandingkan dengan berat karet setelah penggumpalan. Untuk Kadar Karet Kering (KKK), besarnya kadar karet kering yang paling besar didapatkan pada penambahan 10 ml koagulan yaitu sebesar 59,27% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan 67,00% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan.
4.Pengaruh variasi penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat crepe kering yang dihasilkan
Dari data grafik dapat terlihat berat crepe karet kering yang dihasilkan berbanding lurus dengan penambahan volumekoagulan, serta terdapat batas maksimum. Untuk koagulan A (ekstrak buah asam gelugur), berat crepe karet kering paling besar didapat pada penambahan 10 ml koagulan dengan berat crepe yang dihasilkan 12,2463 gram. Volume lateks yang kita gunakan adalah sebesar 20 ml, maka dapat dinyatakan batas maksimum penambahan volume koagulan adalah dengan perbandingan 1: ½antara volume lateks dan koagulan A (ekstrak buah asam gelugur). Setelah penambahan volume dengan perbandingan 1: ½,terjadi penurunan berat pada penambahan volume koagulan 15 ml hingga 30 ml. Hal ini terjadi dikarenakan pembentukan gumpalan
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Pengaruh Temperatur Koagulan Ekstrak Buah Asam Gelugur dan Asam Gelugur yang Dikeringkan Terhadap Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering yang Dihasilkan Berat Basah yang dihasilkan (gr)
Berat Crepe Kering yg dihasilkan (gr)
Dari data grafik, dapat diketahui bahwa seiring dengan penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terjadi peningkatan berat karet basah yang dihasilkan, karena akan semakin banyak lateks yang tergumpal. Hal ini disebabkan karena semakin banyak koagulan yang ditambahkan akan semakin luas kontak antara lateks dan koagulan dan lapisan film pelindung emulsi akan mudah dan cepat terpecah. Berat karet basah paling besar didapat pada penambahan 30 ml koagulan dengan berat karet basah yang dihasilkan sebesar 46,0511 gram untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur dan 40,4595 gram untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan. Jelas terlihat perbedaan berat karet basah yang dihasilkan dari kedua koagulan tersebut, dikarenakan pH dari ekstrak buah asam gelugur lebih asam dibandingan buah asam gelugur yang telah dikeringkan.
30,0000 25,0000 20,0000 15,0000 10,0000 5,0000 0,0000 25 Koagulan A Koagulan B
Gambar
35
45
55
Temperatur (°C)
65
75
5.Pengaruh variasi penambahan volume koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yang dihasilkan
Dari gambar grafik tersebutdapat dilihat untuk koagulan A (koagulan ekstrak buah asam gelugur), berat karet paling besar dihasilkan pada temperature 35oC dengan berat karet basah sebesar 24,6758 gram. Sedangkan untuk koagulan B (koagulan asam gelugur yang dikeringkan), berat karet paling besar dihasilkan pada temperatur 65oC dengan berat karet basah sebesar 23,5146 gram. Berdasarkan referensi yang didapat, pada temperatur yang lebih besar akan terjadi penurunan berat, yang disebabkan adanya
Page 27
20,0000
Berat Crepe Kering yg dihasilkan (gr)
disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur semakin berkurang berat karet yang dihasilkan atau dengan kata lain kenaikan temperatur akan berbanding terbalik dengan berat karet yang dihasilkan. Kenaikan temperatur koagulasi hanya akan mempercepat proses koagulasi (pembentukan karet). 3.
Pengaruh Waktu Kontak Koagulan Ekstrak Buah Asam Gelugur dan Asam Gelugur yang Dikeringkan Terhadap Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering yang Dihasilkan Berat Karet Basah yang dihasilkan (gr)
peningkatan pelepasan air yang terkandung di dalam lateks dari karet yang menggumpal. Namun dari hasil yang diperoleh untuk koagulan B tidak sejalan dengan teori yang ada. Hal ini mungkin disebabkan ada beberapa bagian yang kurang maksimal dalam proses pengerjaannya, seperti ketelitian membaca termometer ataupun waktu untuk proses penggumpalan itu sendiri, dan penggurangan serum pada saat penimbangan berat basahnya. Sedangkan untuk koagulan A, hasil yang diperoleh sejalan dengan teori yang ada. Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan temperatur akan berbanding terbalik dengan berat karet yang dihasilkan.
15,0000 10,0000 5,0000
40 30 20 10 0 1
8
16
24
32
40
48
Waktu Kontak (Jam) Koagulan A Koagulan B
0,0000 25
35
45
55
65
Temperatur (°C)
75
Koagulan A Koagulan B
Gambar 6. Pengaruh variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat crepe kering yang dihasilkan Pada koagulan ekstrak buah asam gelugur berat crepe yang dihasilkan sebesar 15,0193 gram sedangkan untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan berat crepe yang dihasilkan sebesar 12,5183 gram. Namun pada temperatur 450C terjadi penurunan berat crepe kering pada kedua koagulan tersebut. Dimana pada temperatur tersebut berat crepe kering yang dihasilkan pada keduanya yaitu 13,6344 gram dan 11,7501 gram. Dapat dilihat pada gambar bahwa semakin tinggi temperatur maka akan terjadi penurunan berat, dikarenakan semakin tinggi temperatur koagulasi maka akan mempercepat proses terjadinya pemecahan lapisan pelindung pada lateks yang akan mempercepat penggumpalan karet, namun tidak akan berpengaruh terhadap penambahan berat karet yang dihasilkan dari koagulasi. Maka dapat
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Gambar7.
Pengaruh variasi waktu kontakkoagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat karet basah yang dihasilkan
Darigambar diatas dapat dilihat, dalam waktu 1 sampai 48 jam berat karet basah yang terbentuk mengalami kenaikan dan penurunan. Pada jam ke-1, berat karet masih besar, dikarenakan pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak. Pada jam ke-8 berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, dikarenakan air yang ada didalam molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-16 penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya hampir stabil. Pada jam ke-24 berat karet yang dihasilkan sudah optimum. Penyusutan berat karet tiap jam dikarenakan bila suatu asam dimasukkan ke dalam sistem emulsi lateks, maka akan menyebabkan partikel-partikel koloid menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan struktur protein pada lateks akan terganggu. Pada kondisi ini semua emulgator telah pecah, sehingga untuk waktu pencampuran yang lebih lama jumlah karet yang dihasilkan cenderung menurun. Pecahnya lapisan pelindung akan mengakibatkan terbentuknya gumpalan karet dan terpisahnya air dari gumpalan karet.
Page 28
Berat Crepe Kering (gr)
Sehingga semakin lama waktu kontak koagulasi maka akan semakin banyak air yang akan terpisah dan pada akhirnya berat karet yang dihasilkan akan menurun. Pada kondisi ini dapat ditentukan bahwa waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan mencapai titik maksimal pencampuran selama 24 jam yang menghasilkan berat karet basah sebesar 17,7806 gram, dan untuk koagulan ekstrak asam gelugur yang dikeringkan menghasilkan berat karet basah sebesar 24,9282 gram.Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu kontak antara partikel koloid pada lateks dan koagulan maka akan semakin banyak gumpalan yang akan terbentuk dan akan menyebabkan semakin banyak pula air yang akan terpisah dan pada akhirnya berat karet basah yang dihasilkan akan menurun. Untuk perbandingan berat karet basah antara koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan, koagulan ekstrak buah asam gelugur memiliki berat yang lebih besar. 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
mengalami penurunan. Dimana pada koagulan ekstrak buah asam gelugur waktu kontak maksimum dicapai pada waktu 24 jam dengan menghasilkan berat crepe kering sebesar 8,1912 gram, dan pada koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan waktu kontak maksimum juga didapat pada waktu kontak 24 jam dengan menghasilkan berat crepe kering sebesar 10,0875 gram. Kadar karet kering (KKK) yang paling tinggi juga didapat pada 1 jam pertama waktu kontak yaitu sebesar 62,45% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan sebesar 78,71% untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Untuk lama waktu kontak selanjutnya terjadi penurunan kadar karet kering (KKK) yang dihasilkan. Namun untuk kadar karet kering (KKK) paling paling rendah terjadi pada 24 jam waktu kontak, yaitu sebesar 39,65% untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan sebesar 48,83% untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Berdasarkan hal tersebut analisa sementara bahwa pada 24 jam waktu kontak untuk koagulan A, dan koagulan B adalah waktu maksimum terjadinya pemecahan lapisan pelindung, sehingga air yang dapat terpisahkan akan lebih banyak pada waktu ini. Sehingga berat karet akan semakin berkurang dan berbanding lurus terhadap berat crepe kering yang akan didapat, berpengaruh juga terhadap kadar karet kering (KKK). 4.
1
8
16
24
32
40
Waktu Kontak (Jam)
48
Perbandingan Berat Karet Basah dan Berat Karet Kering terhadap Masingmasing Koagulan
Koagulan A Koagulan B
Gambar 8. Pengaruh variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur dan asam gelugur yang dikeringkan terhadap berat crepe kering yang dihasilkan Volume Koagulan (ml)
Berdasarkan data grafik waktu kontak antara koagulan dan lateksvariasi waktu kontak untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur dan koagulan asam gelugur yang dikeringkan, berat crepe karet kering juga berbanding lurus dengan hasil yang didapat untuk berat karet basah. Berat crepe karet kering yang terbentuk paling besar didapat pada 1 jam pertama proses koagulasi berlangsung yaitu sebesar 12,902 gram untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur, dan sebesar 16,2622 gram untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan. Untuk selanjutnya berat karet yang terbentuk
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Gambar 9. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi volume koagulan ekstrak buah asam gelugur
Page 29
Berat Karet yang dihasilkna (gr)
30,0000 20,0000 10,0000 0,0000 25
35
45
55
65
75
Temperatur (°C)
Temperatur (oC) Berat Crepe Karet Kering Berat Karet Basah
Gambar 13. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi temperature koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan
30 25 20 15 10 5 0 1
8
16
24
32
40
48
Waktu Kontak (Jam) Berat Crepe Kering Berat Karet Basah
Gambar 11. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur
Volume Koagulan (ml)
Gambar 12. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi volume koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Berat Karet Yang Dihasilkan (gr)
Berat Karet Yang Dihasilkan (gr)
Gambar 10. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi temperatur koagulan ekstrak buah asam gelugur
40 35 30 25 20 15 10 5 0 1
8
16
24
32
40
48
Waktu Kontak (Jam) Berat Crepe Kering Berat Karet Basah
Gambar 14. Perbandingan berat karet basah dan berat karet kering terhadap variasi waktu kontak koagulan ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan Darigambar 9-14 menunjukan perbandingan berat karet basah dengan berat karet kering yang terbentuk terhadap masingmasing koagulan dengan variasi penambahan volume koagulan, lama waktu kontak koagulasi maupun perbedaan temperatur koagulasi dengan menggunakan ekstrak asam gelugur dan ekstrak asam gelugur yang dikeringkan memiliki hasil yang berbeda. Pada variasi volume koagulan (gambar 9 untuk ekstrak asam gelugur dan gambar 12 untuk ekstrak asam gelugur yang dikeringkan) dengan volume awal lateks 20 ml, terjadi peningkatan kadar berat karet basah seiring dengan bertambahnya volume koagulan (5 ml, 10 ml, 15 ml) hingga berat tertinggi yang mampu dicapai terjadi pada penambahan 30 ml koagulan. Sedangkan pada berat crepe karet
Page 30
kering yang dihasilkan, pada koagulan ekstrak asam gelugur mencapai berat crepe kering optimum pada penambahan 10 ml koagulan, dan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan mencapai berat crepe kering optimum pada penambahan 15 ml koagulan. Dengan perbandingan masing-masing 1:1/2 dan 1: ¾ antara lateks dan koagulan. Pada variasi temperatur (gambar 10 untuk ekstrak asam gelugur dan gambar 13 untuk ekstrak asam gelugur yang dikeringkan, berat karet basah yang paling tinggi pada temperatur 45oCdan karet kering yang paling tinggi terjadi pada temperatur lingkungan 35oC pada koagulan asam gelugur, sedangkan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan berat karet basah yang paling tinggi pada 65oC dan berat karet keringnya yang paling tinggi pada temperature 35oCdan mengalami penurunan pada temperatur (45oC, 55oC, 65oC) dengan penurunan berat yang signifikan. Pada variasi waktu kontak (gambar 11 untuk ekstrak asam gelugur dan 14 untuk ekstrak asam gelugur yang dikeringkan), terdapat perbedaan antara berat karet basah dan karet kering pada kedua koagulan tersebut. Dari data yang diperoleh, dapat ditentukan bahwa waktu kontak maksimum didapat dalam waktu 24 jam untuk masing-masing koagulan. Berat basah yang diperoleh untuk koagulan ekstrak buah asam gelugur sebesar 17,7806 gram, sedangkan untuk koagulan asam gelugur yang dikeringkan berat basah yang diperoleh sebesar 24.9282 gram.Untuk berat crepe kering, waktu kontak yang optimum yang diperoleh berbanding lurus dengan berat karet basah yang dihasilkan. Pada koagulan ekstrak buah asam gelugur, berat crepe karet kering yang dihasilkan sebesar 8.1912 gram, dan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan berat crepe kering sebesar 10.0875 gram dengan waktu kontak yang maksimum 24 jam. Berat karet kering didapatkan dari hasil proses lebih lanjut berat karet basah yang telah melalui proses penggilingan dan pemanasan menggunakan oven sehingga kandungan air dalam karet dapat dihilangkan. Berdasarkan teori, kandungan air dalam lateks rata-rata memiliki persentase yang sama yaitu 60-75 %. Maka berat karet basah dengan berat karet kering yang dihasilkan terhadap masing-masing variasi perlakuan akan berbanding lurus. ditunjukkan dengan terbentuknya pola grafik. Berdasarkan analisa dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perubahan perbandingan berat adalah proses penggilingan dan pengovenan karet basah yang kurang sempurna.
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
4. KESIMPULAN 1) Ekstrak buah asam gelugur yang dikeringkan ataupun tidak dikeringkan dapat digunakan sebagai koagulan alami untuk proses koagulasi lateks 2) Untuk variasi volum koagulan, berat karet optimal didapat pada penambahan 10 ml koagulan dengan berat karet basah 26,6489 gram dan kadar karet kering 59,27% untuk ekstrak asam gelugur dan pada penambahan volume 15 ml koagulan ekstrak asam gelugur yang dikeringkan sehingga dihasilkan berat karet basah 30,3048gram dan kadar karet kering 67,00%. 3) Untuk variasi waktu kontak, berat karet optimal didapat pada 24 jam waktu kontak dengan berat karet basah 17,7806 gram dan kadar karet kering 39,65%untuk ekstrak asam gelugur dan pada koagulan asam gelugur yang dikeringkan didapatkan berat karet basah 24,9282 gram dan kadar karet kering 48,83%. 4) Untuk variasi temperatur, berat karet terbesar didapat pada temperatur 35oC dengan berat karet basah 24,6758 gram dan kadar karet kering 72,70% untuk ekstrak asam gelugur dan berat karet basah 22,2753 gram dan kadar karet kering 60,59%. DAFTAR PUSTAKA Ali, Farida. Didin Suwardin, Mili Purbaya Eis Sri Hartati dan Syntia Rahutami.2009.Koagulasi Lateks dengan Ekstrak Jeruk Nipis. Jurnal jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas sriwijaya. Birliansyah,Birman dan Kurniawan, Ahmad.2014.Pemanfaatan Nira Aren Sebagai Koagulan Alami Lateks.Jurnal jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Farida, Tiurlan Hutajulu dan Eddy Sapto Hartanto. 2014. Ekstraksi dan Identifikasi Oleoresin Asam Gelugur. Jurnal Hasil Penelitian Industri. Herdyanti,Riska dan Suheri,Ade Heri.2013. Pemanfaatan Sari Mengkudu sebagai Bahan Penggumpal Lateks. Jurnal jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Laoli, Septriani. Imelda Magdalena S dan Farida Ali. 2013. Pengaruh Asam Askorbat Dari Ekstrak Nanas Terhadap Koagulasi Lateks (Studi Volume dan
Page 31
Waktu Pencampuran). Jurnal jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya: Palembang. Purbaya, Mili., Tuti Indah Sari, Chessa Ayu Saputri, dan Mutia Tama Fajriaty. 2011. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Penggumpal Lateks dan Hubungannya dengan Susut Bobot, Kadar Karet Kering dan Plastisitas. Universitas Sriwijaya: Palembang. Saputera, Maria A, Yudha A. 2011. Uji Penggunaan Berbagai Jenis Koagulan Terhadap Kualitas Bahan Olah Karet (Hevea brasiliensis). From : http://jurnalagriepat.wordpress.com/2012 /05/11/uji-penggunaan-berbagai-jeniskoagulan-h-saputera-maria-a-yudha-a3/.Diakses : 14 Desember 2015. Tribawati, Restu Yulia. 2009. Depolimerisasi Lateks Karet Alam Secara Kimia Menggunakan Senyawa Hidrogen Peroksida – Natrium Nitrit – Asam Askorbat. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor. Triwijoso, Sri Utami dan Oerip, Siswantoro. 1989. Pedoman Teknis Pengawetan Dan Pemekatan Lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor. From:http://id.wikipedia.org/wiki/Lateks. Diakses: 4 Desember 2015.
Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol.22, April 2016
Page 32