PENGARUH VARIASI SUDUT PENEMBAKAN SHOT PEENING TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKASARAN PERMUKAAN, DAN WETTABILITY PADA STAINLESS STEEL AISI-304 Adi sulaiman 1,a, Aris Widyo Nugroho1,b, Sunardi 1,c Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Teknik Mesin, Yogyakarta 55183, Indonesia
[email protected]
INTISARI Dalam bidang kedokteran peralatan medis menggunakan stainlees steel AISI-304, karena bersifat tahan korosi. Akan tetapi pada material jenis ini permukaanya masih rentan terhadap retak, sehingga perlu adanya perbaikan dari permukaan material stainlees steel AISI-304, yaitu dengan perlakuan shot peening. Tujuan dari proses shot peening pada stainless steel AISI 304 untuk mengetahui pengaruh terhadap struktur mikro, kekasaran permukaan, kekerasan dan wettability. Spesimen plat SS-304 dipotong dengan dimensi 15 mm x 20 mm x tebal 4 mm. Proses shot peening dilakukan dengan variasi sudut 30°, 60°, dan 90° dengan jarak nozzle terhadap permukaan sampel 100 mm, tekanan penyeprotan kompresor 6 bar, dan waktu perlakuan shot peening selama 10 menit. Kemudian hasil dari perlakuan shot peening dikarterisasi struktur mikro,kekasaran permukaan, kekerasan dan wettabilitynya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa shot peening meningkatkan kekasaran permukaan, dari kekasaran awal (raw material) hingga sudut 60° yaitu 0,894 µm menjadi 2,416 µm dan mengalami penurunan pada sudut 90° yaitu sebesar 2,026 µm. Hasil uji distribusi kekerasan menjadikan permukaan lebih meningkat, dari kekerasan awal (raw material) hingga sudut 90° yaitu sebesar 291,0 kg/mm² menjadi 441,0 kg/mm². Akan tetapi mengurangi ketebalan plat sampel stainlees steel AISI 304 dari ketebalan plat awal (raw material) hingga sudut 90° yaitu 3,98 mm menjadi 3,656 mm. pada hasil wettability sudut contact angle plat SS-304 mengalami kenaikan dari permukaan (raw material) hingga sudut 90° yaitu sebesar 50,92° menjadi sudut contact angle 58,48°. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa proses shot peening dengan sudut 60° terhadap permukaan stainless steel AISI-304 adalah yang terbaik, menjadikan permukaan plat AISI-304 lebih kasar, keras dan dan bersifat hidrophilic.
Kata Kunci : Shot peening, stainless steel AISI 304, kekasaran permukaan, kekerasan,wettability. 1. PENDAHULUAN Pada zaman sekarang perkembangan teknologi sudah
umum digunakan untuk mengatasi patah tulang adalah
berkembang sangat pesat, mulai dari bidang sains hingga
Titanium, paduan titanium dan keramik (bio-keramik) yang
medis. Di bidang medis telah dikembangkan implan untuk
kemudian secara bertahap menjadi bahan utama biomedis
memperbaiki organ tubuh manusia yang sudah tidak bisa
yang digunakan saat ini dalam aplikasi orthopedik (Ganesh
bekerja dengan semestinya. Salah satu logam yang
dkk, 2005).
stainless
steel,
paduan
kobal-kromium-molibdenum,
dipergunakan sebagai alat bantu penyambung tulang yang
Pada material stainless steel AISI 304 termasuk
patah adalah stainless steel AISI 304. Peningkatan mekanik
material yang bersifat tidak dapat diberi perlakuan panas
dan kualitas permukaan pada bahan plat penyambung
sehingga cara meningkatkan sifat mekanisnya dengan
tulang ini masih terus dilakukan pengembangkan untuk
perlakuan mekanik (Dieter, 1988). Perlakuan mekanik pada
memperoleh material yang lebih baik.
permukaan material antara lain: shot peening, sandblasting,
Implan adalah merupakan alat medis yang dibuat
sliding wear, dan high pressure torsion. Proses shot
untuk mengganti struktur tulang yang patah atau rusak,
peening merupakan metode perlakuan permukaan dengan
yang dikarenakan kecelakaan kendaraan transportasi.
menembakan butiran material steel ball dengan tekanan
Sebagian
tinggi
besar
mengakibatkan
penderita
tersebut
mengalami patah tulang. Semenjak abad 19 material yang
pada
berulang-ulang
permukaan dan
konstan
material atau
logam stabil,
secara sehingga [1]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
mendapatkan permukaan logam yang menjadi lebih kasar dan rata, deformasi plastis, pengerasan regangan, menutup porositas, meningkatkan ketahanan terhadap freeting dan
2.
METODE PENELITIAN Tahapan proses penelitian ini berdasarkan diagram alir
penelitian yang terdapat didalam Gambar 1.
tegangan sisa tekan pada permukaan material yang akan meningkatkan sifat mekanik pada material (Sunardi dkk 2013). Pada perlakuan penumbukan steel ball akan menjadikan permukaan lebih kasar dan hydrophilic karena tabrakan
yang
berulang
dari
material
steel
ball
menimbulkan deformasi. Serta menguntungkan dalam penyerapan protein dalam membentuk rangkaian sel-sel tulang yang menempel pada implan (Azar dkk, 2010 dan Wilson dkk, 2015). Dimana pada permukaan hydrophilic dikatakan dapat menyerap air atau suka air, dikarena permukaan yang memiliki tingkat kekasaran justru akan berefek kepada semakin kecilnya sudut kontak sehingga membuat permukaan semakin menarik air. Sedangkan permukaan semakin membesarnya sudut kontak sehingga membuat permukaan semakin menolak air disebut permukaan hydrophobic (Gusrita dkk, 2014). Penelitian
sebelumnya
yang
menggunakan
pengujian dengan variasi sudut penembakan seperti yang dilakukan oleh widiyarta I Made,dkk (2015) dengan menggunaka parameter jarak nosel terhadap permukaan material 60 mm, diameter nosel 5 mm, dan menggunaka variasi sudut penembakan terhadap permukaan sampel yaitu 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Pada
penelitian-penelitian
yang
melakukan
penelitian yang berfokuskan pada pengaruh terhadap sudut
Proses pembuatan sampel uji SS-304 ini dari plat
penembakan masih jarang. Sehingga pada penelitian ini
SS-304 dengan dipotong dan dibentuk dengan dimensi 15
penulis mencoba melakukan penelitian tentang pengaruh
mm x 20 mm dan tebal 4 mm sebanyak 11 buah sampel.
parameter jarak penembakan dengan variasi sudut 30°,
Selanjutnya permukaan sampel tersebut dihaluskan dengan
60°, dan 90° terhadap struktur makro, struktur mikro,
amplas dengan nomor mesh 600, 1000, 1500, 2000 dan
kekasaran, ketebalan plat, wettability, kekerasan mikro
dipoles dengan autosol. Tujuan dari pengampelasan dan
pada stainlees steel AISI-304.
autosol plat sampel tersebut adalah untuk memastikan
Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui pengaruh variasi sudut penyemprotan pada
bahwa setiap plat sampel benar-benar rata dan memiliki kondisi awal yang sama.
perlakuan shot peening terhadap kekasaran permukaan dan
Setelah
semua
sampel
telah
melalui
tahapan
wettability permukaan plat SS-304. Perlakuan shot peening
pemolesan, dari 11 sampel tersebut hanya 9 sampel yang
terhadap plat SS-304 ini bertujuan dapat menjadi alternatif
dilakukan proses shot peening. Pada proses shot peening
yang baik dalam mendapatkan plat penyambungan tulang
posisi sampel diletakan pada holder tegak lurus dengan
yang lebih ekonomis, tetapi dengan kualitas yang lebih
spray gun serta menggunakan variasi sudut 30°, 60°, 90°,
baik.
dan jarak nozzle dengan sampel 100 mm. Besar tekanan kerja
pada
kompresor
saat
proses
shot
peening
dipertahankan sebesar 6 bar dengan waktu 10 menit dan [2] Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
menggunakan steel ball ukuran 0.4 mm.
didapatkan, kemudian foto tersebut dimasukkan kedalam
Tabel 1 Spesifikasi Steel Ball
%
software Corel Draw X4 untuk mengetahui besarnya sudut
C
Mg
Si
S
P
Kekerasan
0,10
1,15
0,15
0,015
0,015
40 - 46 HRC
M i n M a x
C
Si
0,02
0,53
2
0
0,07
0,75
0
0
Mn
Ni
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Proses Shot Peening Pada (Gambar 3. a) kondisi awal permukaan plat
Tabel 2 Spesifikasi Stainless Steel AISI 304 %
yang dihasilkan oleh cekungan air tersebut.
N
sampel terlihat rata dan bersih serta dengan adanya
P
S
Cr
0,04
0,00
18,3
3
3
4
0,04
0,03
19,5
10,5
0,10
tetapi memiliki pori-pori kekasarannya lebih kecil.
5
0
0
0
0
kemudian pada (Gambar 3. c), sampel shot peening sudut
goresan-goresan halus hasil dari proses pengampelasan. 1,03
8,01
0,05 4
Kemudian
pada (Gambar3.b), merupakan permukaan
sampel yang telah dilakukan proses shot peening dengan sudut penyemprotan 30°, permukaan tersebut terlihat kasar
2,00
Setelah itu, semua sampel uji baik yang raw material (tanpa perlakuan shot peening) dan sampel dengan perlakuan shot peening dengan variasi sudut
30°, 60°,
90° dilakukan pengukuran nilai kekasaran permukaan, foto makro, struktur mikro, kekerasan distribusi yang dilakukan di Laboratorium Material dan Bahan Jurusan D3 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada dengan alat Surfcorder SE 1700 standart ANSI sehingga akan diperoleh nilai kekasaran permukaan sampel yakni kekasaran permukaan rata-rata (Ra) dalam satuan µm, di peroleh foto permukaan sampel setelah proses shot peening, di peroleh foto struktur permukaan melintang pada permukaan sampel setelah shot peening, di peroleh nilai kekerasan permukaan melintang pada sampel sebelum dan sesudah perlakukan shot peening
60° terlihat permukaannya paling kasar dibandingkan dengan sampel uji yang lain, jika dilihat permukaannya memiliki pori-pori yang sangat dalam, besar, dan merata. Pada (Gambar 3.d), permukaan sampel shot peening pada sudut penyemprotan 90° permukaan sampel terlihat kasar tetapi tumbukan steel ball terlihat tidak terlalu dalam yang diakibatkan oleh tumbukan yang terus-menerus membuat bukit-bukit hasil shot peening merata kembali. Jika dilihat pada gambar 3. permukaan sampel yang mempunyai tingkat kekasaran paling tinggi setelah proes perlakuan shot peening terlihat pada sudut 60° atau pada (gambar 3.c) pada sampel ini kekasaran permukaan terlihat lebih kasar serta pori-pori sisa hasil tumbukan steel ball terlihat lebih besar dan merata.
yaitu nilai rata-rata kekerasan. Kemudian, dilakukan pengujian tebal plat sebelum dan sesudah perlakuan shot peening untuk mengetahui perubahan atau penyusutan pada tebal plat SS-304 yang dilakukan di lab. Teknik mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian,
dilakukan
pengujian
wettability.
Parameter yang digunakan adalah jika sudut kontak 𝜃 < 90º berarti permukaan tersebut bersifat hydrophilic (suka air) dan jika sudut kontak 𝜃 > 90º, maka permukaan tersebut bersifat hydrophobic (tidak suka air) (Yuliwati dan Desi, 2014). Proses
pengujian
wettability
dilakukan
dengan
meneteskan air biasa sebanyak 1-2 tetes pada permukaan sampel, kemudian permukaan sampel tersebut difoto dari samping agar terlihat bentuk visual dari air yang diteteskan di permukaan sampel tersebut. Setelah foto visual
Gambar 2. Foto sampel [a] tanpa perlakuan shot peening dan dengan perlakuan shot peening diameter steel ball [b] 30°, [c] 60°, [d] 90°. Hasil Uji foto makro Pada pengujian foto makro Pada gambar 3 berikut menunjukkan adanya perubahan butiran halus dan butiran [3]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
kasar yang merata pada permukaan plat sampel setelah
shot peening yaitu sudut 30°, 60°, dan 90°. pada gambar 4
dilakukan proses shot peening. pada gambar 3.(a)
dibawah merupakan foto struktur mikro permukaan SS-304
merupakan permukaan setelah shot peening plat sampel
sebelum dan sesudah perlakuan shot peening dengan
sudut 30°, terlihat permukaan sampel masih terlihat
bembesaran 200 kalli. Sebelum pengamatan permukaan
butiran-butiran halus dan butiran kasar akibat dari
sampel diberi cairan etsa terlebih dahuli yaitu campuran
tumbukan bola-bola baja. kemudian pada gambar 3.(b)
nitrid acid (NHO3) dan hidrocloric acid (HCL). Dengan
merupakan permukaan sudut 60° pada permukaan sampel
menggunakan perbandingan 50% banding 50 %. Setelah
setelah perlakuan shot peeing, terlihat permukaa sampel
sampel dilakukan etsa kemudian permukaan dilihat
terlihat lebih kasar serta pada permukaan sampel tersebut
butiran-butiran struktur mikro dengan menggunakan
yang membuat nilai kekasaran dan kekerasan mengalami
mikroskop. Gambar 4.(a) foto struktur mikro permukaan
kenaikan paling tinggi. Pada gambar 3.(c) permukaan sudut
Raw material atau tanpa perlakuan shot peening, dimana
90° setelah perlakuan shot peening, terlihat pada
terlihat permukaan yang halus dengan goresan-goresan sisa
permukaan tersebut terlihat lebih halus merata. Karena pada
pengamplasan serta belum terlihat dengan jelas batas
sudut penyemprotan 90°
butiran pada permukaannya.
cekungan sisa shot peening
kembali merata akibat tumbukan yang berulang-ulang yang
Gambar 4.(b) merupakan permukaan sampel setelah
membuat pada sudut 90° nilai kekasaran dan kekerasan
perlakuan tumbukan shot peening dengan variasi sudut 30°,
mengalami sedikit penurunan.
terlihat batas pada permukaan lebih kecil serta alur goreasan
pada
pengamplasan
masih
terlihat
jelas.
Permukaan plat sampel terlihat jauh lebih kasar jika dibandingkan dengan permukaan Raw material. Pada permukaan terlihat timbulnya cekungan-cekungan yang menyerupai kawah. Haal tersebut kemungkinan efek dari tumbukan bola-bola baja pada permkaan sampel. steel ball ini menumbuk permukaan sampel dengan kecepat tinggi dan
mengalami
deformasi
plastis
pada
sehingga
menyebabkan timbulnya cekungan pada permukaan sampel. cekungan ini yang membuat permukaan material menjadi kasar. Jejak sisa penumbukan bola-bola baja membuat kontur permukaan sampel seamakin tidak rata Gambar 4.(c) menunjukan struktur mikro sampel variasi penyemprotan sudut 60° dengan waktu 10 menit dan tekanan 6 bar. Pada variasi ini, butiran-butiran terlihat lebih dalam dan pipih pada permukaan sampel. hal ini mungkin terjadi karena tumbukan bola-bola baja yang sangat keras dan menumbuk hingga dalam pada permukaan tersebut akibat sudut penembakan shot peening. Karena pada sudut 60° penumbukan bola-bola baja menyongkel lebih dalam Gambar 3. foto makro (a) sudut 30° (b) sudut 60° (c) sudut
serta membuat lebih pipih pada permukaan. Hal tersebut
90°.
yang membuat kekasaran dan kekerasan pada permukaan
Hasil Uji struktur mikro Pada gambar 4. merupakan hasil foto struktur mikro
sampel lebih meningkat.
permukaan sampel, dimana pada gambar 4.(a) merupakan permukaan foto struktur mikro sebelum perlakuan shot
mikro sampel dengan menggunakan variasi sudut penyemprotan 90°, waktu penumbukan 10 menit, dan
peening. Kemudian pada
tekanan 6 bar. Pada variasi ini terlihat pipih merata pada
gambar 4.(b, c, dan d)
permukaan sampel foto struktur mikro sesudah perlakuan
Kemudian pada gambar 4.(d) merupakan struktur
permukaan sampel. hal tersebut kemungkinan
pada [4]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
penumbukan sudut 90° menbuat permukaan plat sampel
kekasaran meningkat yaitu sebesar 2,026 µm. Dari gambar 5 nilai kekasaran rata-rata permukaan
yang membuat nilai kekasaran dan kekerasan permukaan
sampel cenderung fluktuatif. Nilai kekasaran pada
sampel mengalami penurunan. Pada penelitian sebelumnya
penyemprotan sudut 30° meningkat yaitu mencapai
(Arifvianto, 2012), dimana hasil struktur mikro dari
1,903µm, selanjutnnya pada penyemprotan sudut 60° nilai
penelitian tersebut menunjukan adanya perubahan struktur
kekasaran mengalami peningkatan sebesar 2,416 µm, dan
mikro, sifat, dan properti bahan dari proses perlakuan shot
pada sudut penyemprotan 90° nilai kekasaran cenderung
peening.
mengalami penurunan sebesar 2,026 µm. Kekasaran Permukaan, Ra (µm)
hanya memadatkan dan tidak membentuk kawah, itulah
3.000
2,416
2.500
2,026
1,903
2.000 1.500 1.000
0,894
0.500 0.000
RM
30 60 Sudut Penembakan (°)
90
Gambar 5. Grafik nilai rata-rata hasil uji kekasaran. Seperti
penelitian
Widayarta,
dkk
(2015),
menunjukkan grafik nilai kekasaran pada permukaan sampel akibat proses sand-blasting tersebut mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya pembesaran variasi sudut penyemprotan terhadap permukaan sampel. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perubahan penyemprotan
sudut
nosel
terhadap
sampel
yang
mengakibatkan perubahan besar gaya tumbukan steel ball terhadap permukaan sampel uji. Gambar 4. Grafik struktur mikro Hasil uji kekasaran permukaan Pada Gambar 5 menunjukkan grafik kekasaran
Hasil uji ketebalan plat Pada gambar 6
menunjukan
plat SS-304
bahwasannya sebelum perlakuan shot peening (raw
permukaan akibat proses perlakuan shot peening dengan
material) memiliki ketebalan rata-rata sebesar 3,982 mm,
sudut penembakan (30°, 60°, dan 90°), dengan tekanan
kemudian pada sudut 30° ketebalan rata-rata sebesar 3,94
penyemprotan 6 bar, dengan jarak nosel 100 mm dan
mm, selanjutnya mengalami penurunan ketebalan rata-rata
dengan
menit
pada material penembakan sudut 60° sebesar 3,674 mm
dipertahankan. Dari grafik diatas dapat dilihat, nilai
yang dikarenaka seiring dengan semakin meningkat sudut
rata-rata kekasaran permukaan tanpa perlakuan shot
penembakan shor peening pada material uji. Selanjutnya
peening/raw material yaitu sebesar 0,894 µm. Kemudian
ketebalan plat sampel mengalami penurun kembali atau
setelah perlakuan shot peening permukaan sampel
ketebalan plat sampel yang terkecil pada penyemprotan
mengalami peningkatan nilai kekasaran. Pada perlakuan
sudut 90° yaitu sebesar 3.656 mm. itu artinya, jika
shot peening sudut penyemprotan 30 nilai kekasaran
ketebalan plat sampel setelah proses shot peening semakin
meningkat mencapai 1,903µm, selanjutnya pada sudut
kecil maka permukaan sampel tersebut akan semakin padat
penyemprotan 60° nilai kekasaran permukaan meningkat
dan keras. Pada penelitian Saputra (2016) bahwa perlakuan
sampai 2,416 µm, dan pada sudut penyemprotan 90° nilai
shot peening mengurangi ketebalan plat sampel SS-316L.
waktu
penyemprotan
selama
10
[5] Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
Ketebalan plat banding terbalik dengan besarnya tekanan udara yang disemprotkan. Artinya, semakin tinggi tekanan penyemprotannya maka akan menghasilkan ketebalan plat yang semakin berkurang.
Gambar 6. Grafik ketebalan plat Hasil uji wettability Pengukuran ini berdasarkan parameter penting dari tegangan muka dimana jumlahnya akan menentukan
Gambar 7. Hasil uji wetability dari sampel stainless steel
besar sudut yang dihasilkan. Jika dilihat pada tabel 4.3.
AISI 304.
hasil nilai rata-rata sudut contact angle raw material yaitu sebesar 50.920°, untuk sudut 30° dengan 60° meliliki besaran sudut contact angle yaitu 56.243° dengan 62.740°, kemudian untuk sudut 90° besar sudut contact angle yaitu sebesar 58.487°. Dapat di simpulkan bahwasannya semua sampel stainless steel AISI 304 tersebut memiliki karakter terhadap permukaan bersifat hidrophilic yang dikarenakan besar sudut contact angle dari tiap sampel semuanya kurang dari 90º.Itu, artinya pada material steel ball bertabrakan secara terus-menerus yang menimbulkan deformasi serta membuat material tersebut kasar dan material tersebut bersifat suka air/hydrophilic. Kemudian pada penembakan sudut 60° karakter permukaan contact angle memiliki nilai wettability tertinggi, karena pada sudut 60° nilai kekasaran
Gambar 8. grafik Hasil uji wetability dari sampel stainless
permukaan sampel sangat meningkat, yang membuat nilai
steel AISI 304
sudut contact angle permukaan material tersebut ikut mengalami peningkatan. Seperti pada penelitian Zamhari (2106) bahwa menunjukan nilai wettability mengalami
Hasil uji kekerasan permukaan menunjukan bahwa pada permukaan Raw material
kenaikan terus. Artinya, jika suatu sampel sudut kontak
nilai kekerasan pada permukaan relative hampir sama,
yang tejadi semakin kecil, maka semakin menurun tingkat
hanya saja pada titik pertama sedikit lebih besar nilai
ketahanan korosi pada permukaan sampel tersebut.
kekerasanya yaitu sebesar 256.8 kg/mm², hal tersebut kemungkinan disebabkan dari materialnya.
[6] Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
perlakuan
penembakan sudut 60° yaitu sebesar 2,416 µm.
penumbukan bola-bola baja dengan variasi sudut 30° nilai
Kemudian
setelah
dilakukan
Dimana nilai kekasaran permukaan sampel raw
kekerasan permukaan mengalami peningkatan yaitu sebesar
material yaitu sebesar 0,894 µm.
340.6 kg/mm². Pada titik selanjutnya
nilai kekerasan
4.
Hasil dari pengujian ketebalan plat dengan variasi
mengalami penurunan pada kedalaman yang menjauhi
sudut shot peening mengakibatkan ketebalan plat
permukaan. Hal tersebut terjadi karena nilai kekerasan yang
sampel menalami penurunan tingkat ketebalanya.
menjauhi permukaan akan lebih lunak dibandingkan
Dari ketebalan awal (Raw Maerial) sampai sudut 90° yaitu sebesar 3.982 mm turun hingga menjadi
dengan kekerasan permukaannya. Selanjutnya pada sudut 60° dan 90° nilai kekerasan permukaan sama pada titik pertama yaitu sebesar 441.0 kg/mm². Tetapi jika dilihat
3.656 mm. 5.
Hasil dari pengujian wettability dengan variasi
pada gambar 4.13 grafik nilai kekerasan dari titik ke tiga
sudut shot peening mengakibatkan permukaan
hingga titik ke tujuh yang tertinggi pada sudut 90° yaitu
sampel kasar serta membuat permukaan bersifat
sebesar 263.7 kg/mm² hingga 226.1 kg/mm².
hydrophilic. Dimana besar sudut contact angle raw material sampai sudut 90° dari 50,92° menjadi
500.0 Raw Material
58,48°.
Kekerasan (kg/mm²)
450.0
6.
sudut 30
400.0 350.0 300.0
Hasil dari pengujian distribusi kekerasan variasi sudut shot peening mengakibatkan nilai kekerasan
sudut 60
pada permukaan menjadi lebih keras. Dimana
sudut 90
sampel yang kekerasan paling tinggi yaitu pada sudut 90°.
250.0
4. DAFTAR PUSTAKA Arifvianto,B., Suyitno, Wibisono ,K.A., Mahardika, M.
200.0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
(mm)
Gambar 9. grafik Hasil uji kekerasan mikro.
2012. Influence of grit Blasting treatment using steel slag balls on the subsurface microhardness, surface characteristics and chemical composition of medical grade 316L Stainless steel. Surface and
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Coatings Technology. Vol. 210, PP 176–182. Azar, V., Hashemi, B., Yazdi, M.R. 2010. The Effect of
terkait dengan pengaruh variasi sudut penembakan shot
Dieter,
peening terhadap foto makro, struktur mikro, kekasaran,
Mc.Graw-Hill Book Company, S1 Metric Edition,
tebal plat, wettability, dan kekerasan mikro plat stainless
London, United Kingdom.
steel AISI-304, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Mechanical
Metallurgy,
Dieter, G.E., 1988, Mechanical Metallurgy, Mc.Graw-Hill Book Company, S1 Metric Edition, London, United
sudut shot peening mengakibatkan butiran-butira
Kingdom. Ganesh, V.K., Ramakrisna, K., dan Ghista D.N.
sampel uji.
2005. Biomechanics of Bone Fracture Fixation by
Hasil pengujian struktur mikro dengan variasi
Stiffness-Graded
sudut shot peening menghasilkan butiran-butiran
Stainless Steel Plates. Biomedical Engineering
struktur mikro pada material SS-304 terlihat lebih
Online. Vol 4, no 46, pp 1-15.
pipih pada permukaan sampel uji. 3.
1988,
Hasil dari pengujian struktur makro dengan variasi halus dan terlihat kawah-kawah pada permukaan
2.
G.E.,
Gusrita, D.,
Plates
Ratnawulan.,
in
Comparison
with
Gusnedi. 2014. Pengaruh
Hasil dari pengujian kekasaran permukaan dengan
Viskositas Fluida Terhadap Sifat Hydrophobic Dari
variasi sudut shot peening dapat meningkatkan
Berbagai Macam Daun. Pillar of Physics, Vol. 1.
nilai kekasaran permukaan sampel stainless steel
09-16.
AISI 304 tersebut, kekasaran yang tertinggi pada
Mukhsen,
M.I.
2012.
Pengaruh Sandblasting dan [7]
Jurnal Teknik Mesin UMY 2016
Electropolishing terhadap Kekasaran Permukaan, Struktur Mikro, dan Kekerasan, Sekrup Implan Baja Tahan karat AISI 316L. Tesis. Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Multigner, J.A.,
M., Frutos, E., Gonzáles-Carrasco,
J.L.,
Marín, P., dan Ibáñez, J. 2009. Influence of
the Sand blasting on the Subsurface Microstructure of 316L VM Stainless steel: Implications on the Magnetic and Mechanical Properties. Materials Science and Engineering. Vol. 29, PP 1357-1360. Sunardi., Iswanto, P.T., Mudjijana. 2013. Pengaruh Waktu Shot Peening Terhadap Kekerasan dan Kekasaran Permukaan Stainless Steel AISI 304. Seminar Nasional ke-8 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. Yogyakarta. Wilson, C.J., Clegg, R.E., Leavensley, D.I., Pearcy, M.J. 2005. Mediation of Biomaterial-Cell Interactions by
Adsorbed
Proteins:
A
Review.
Tissue
Engineering. Vol 11, PP 1-18. Yuliwati, E., Desi, C.K. 2014. Pengaruh
Hidrophilicity
Membran Ultrafiltrasi Untuk Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI. Palembang.
[8] Jurnal Teknik Mesin UMY 2016