i
PENGARUH TINGKAT PENGGENANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.) PADA UMUR YANG BERBEDA DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE ANGKE KAPUK, JAKARTA UTARA
HIRENG AMBARAJI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
PENGARUH TINGKAT PENGGENANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI BAKAU (Rhizophora mucronata Lamk.) PADA UMUR YANG BERBEDA DI KAWASAN EKOWISATA MANGROVE ANGKE KAPUK, JAKARTA UTARA
HIRENG AMBARAJI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
iii
RINGKASAN Hireng Ambaraji. E34070059. Pengaruh Tingkat Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada Umur yang Berbeda di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara. Dibawah Bimbingan Nyoto Santoso dan Cecep Kusmana Komunitas mangrove memiliki toleransi tinggi terhadap pasang surut air laut dengan tipe tumbuhan yang toleran terhadap garam (Tomlinson 1986). Rhizophora mucronata merupakan jenis tanaman mangrove yang memiliki kemampuan tumbuh di daerah pasang surut tinggi daripada Avicennia sp. dan Bruguiera sp. (Kusmana et al. 2005). Menurut Triswanto (2000), kedalaman air dan umur tanaman berpengaruh nyata terhadap daya toleransi pertumbuhan R. mucronata. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penggenangan terhadap respon pertumbuhan dan menentukan tingkat penggenangan optimal yang mendukung pertumbuhan semai R. mucronata. Penelitian berlangsung pada bulan Maret-Juni 2011 di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara. Metode yang digunakan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga replikasi (semai berumur 28 minggu, 12 minggu, dan 8 minggu) dan tiga treatment (tingkat penggenangan sampai batas leher akar, 50% batas batang semai, dan sampai batas tinggi bebas cabang). Data primer berupa respon pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, jumlah buku, panjang buku, dan biomassa, sedangkan data sekunder berupa data klimatologi dan kondisi lingkungan mangrove Tol Sedyatmo. Pengolahan data menggunakan analisis statistik SAS 9.1.3 Portable. Berdasarkan hasil analisis statistik, semai R. mucronata (bakau) berumur 28 minggu yang tergenang oleh air masin setinggi setengah dari batang semai menunjukkan respon pertumbuhan yang optimum dibandingkan dengan tingkat penggenangan dan umur semai lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan, semai bakau tersebut menunjukkan pertumbuhan rata-rata sekitar 7,75 mm diameter batang, 454,21 mm tinggi batang, 7 daun, 5,33 mm panjang buku, 8 buku, 6,18 gram biomassa batang, 9,59 gram biomassa daun, dan riap tinggi mingguan berjalan sekitar 13,48 mm/minggu. Kata kunci : Pertumbuhan, R. mucronata, tingkat penggenangan, umur semai
iv
SUMMARY Hireng Ambaraji. E34070059. Effect of Inundation Degree on the Growth of Rhizophora mucronata Lamk. to Different Seedling Age at the Mangrove Ecotourism Area, Angke Kapuk, North Jakarta. Under Supervision of Nyoto Santoso and Cecep Kusmana Mangroves have high tolerance to the sea water having high salinity (Tomlinson 1986). Rhizophora mucronata represents the type of mangrove plant that has an ability to grow at a higher tidal area than Avicennia sp. and Bruguiera sp. (Kusmana et al. 2005). According to Triswanto (2000), the depth of inundation and age of seedling significantly affected growth response. Therefore, this research was aimed at identifying the effect of degree of inundation on the growth of R. mucronata. Research was conducted on March to June 2011 at the Mangrove Ecotourism area of Angke Kapuk, North Jakarta. The research employed randomized block design with three replicase (blocks of 28 week-old, 12 weekold and 28 week-old seedlings) and three treatments (inundation of up to: 50% of stem length, below canopy and root neck). Primary data consisted of height, diameter, quantity of leaves, quantity of internodes, length of internodes and biomass, while secondary data consisted of climatology data and literature on environmental condition. The data were analized using SAS 9.1.3 Portable. Duncan test showed that blocks significantly affected the growth of R. mucronata on 0.05 degree of freedom. The optimum growth shown by 28 weeksold seedlings inundated up to 50% of the stem length. The average growth off those seedlings were 7.75 mm in stem diameter, 454.21 in stem height, 7 leaves, 5.33 mm length of internodes, 6.18 gram in stem biomass, 9.59 gram in leaves biomass, 13.48 mm per weeks in stem height increment, and 0.23 mm per weeks in stem diameter increment. Key words: Growth, R. mucronata, degree of inundation, seedling age
v
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada Umur yang Berbeda di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara” adalah hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai Karya Ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
November 2011
Hireng Ambaraji NIM E34070059
vi
Judul Penelitian
: Pengaruh Tingkat Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada Umur yang Berbeda di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara
Nama
: Hireng Ambaraji
NIM
: E34070059
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Nyoto Santoso, MS
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 19620315 198603 1 002
NIP. 19610212 198501 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Prof.Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
vii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi berjudul “Pengaruh Umur dan Tingkat Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara”. Penulisan ini dilatarbelakangi oleh level pasang surut air laut yang semakin tinggi akibat pemanasan global yang berdampak negatif terhadap kawasan mangrove, terutama pada kegagalan tumbuh anakan mangrove. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai tingkat penggenangan dan kelas umur yang mendukung pertumbuhan mangrove secara optimal. Karya tulis ini merupakan hasil pemikiran yang belum
pernah
dipublikasikan sebelumnya dan dapat dijadikan rujukan atau acuan untuk menentukan tingkat penggenangan dan umur semai yang sesuai dalam mendukung pertumbuhan mangrove yang optimal sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan mangrove di Indonesia. Disamping itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan dalam upaya penanaman dan penghijauan mangrove di area yang tergenang dengan respon pertumbuhan yang positif. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum sempurna, sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata dalam pengelolaan mangrove.
Bogor ,
November 2011
Penulis
viii
RIWAYAT HIDUP Hireng Ambaraji, lahir di Pati, 10 Februari 1989 dari ayah Sang Hadji, SH (Alm) dan ibu Endang Mujiah (Almh), Hj. Indanah (Wali) sebagai putri ke-enam dari enam bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu Pendidikan Taman Kanakkanak Dharma Wanita Pangkalan (lulus tahun 1995), Sekolah Dasar Negeri 1 Pangkalan (lulus tahun 2001), Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Juwana (lulus tahun 2004), Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tayu (lulus tahun 2007), dan tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Sarjana di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama
masa
kemahasiswaan, yaitu
perkuliahan,
penulis
aktif
diberbagai
organisasi
pengurus dan bendahara II Unit Kegiatan Mahasiswa
Merpati Putih (2007-2009), Ketua Divisi Inventarisasi Fauna Goa (KPG ‘Hira’) Himakova (2009-2011), anggota IKMP dan Himakova (2007-2011), dan lain-lain. Prestasi-prestasi yang pernah penulis dapatkan dalam masa studi diantaranya Juara II Lomba Cerpen tingkat Fakultas (2009), lolos seleksi PKM-P yang dibiayai DIKTI (2010), finalist oral presents in International Conference of INAFOR Programe 2011 dan beberapa kejuaraan dalam cabang olahraga (team). Praktek lapang profesi yang telah dilakukan penulis diantaranya Group Project di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar (2008), Studi Konservasi Lingkungan di Taman Nasional (TN) Manupeu Tana Daru NTT (2009) dan TN Sebangau KalTeng (2010), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Gunung Sawal-Pangandaran (2009), Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) – Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Sukabumi, Bandung (2010), Praktek Kerja Lapang Profesi di TN Bantimurung Bulusaraung SulSel (2011), dan lain-lain. Dalam perolehan gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) pada Umur yang Berbeda di Kawasan Ekowisata Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara”, dibawah bimbingan Ir. Nyoto Santoso, MS dan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.
ix
UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan hasil penelitian (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. sebagai dosen pembimbing dan telah memberikan bantuan material berupa dana penelitian,
2.
Ir. Nyoto Santoso, MS. sebagai dosen pembimbing dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini,
3.
Pengelola Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove tol Sedyatmo atas ijinnya menggunakan fasilitas, properti, dan lokasi penelitian,
4.
Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta atas bantuan data sekunder,
5.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanjung Priok atas bantuan data sekunder,
6.
Program beasiswa PPA tahun 2007-2008, SUPERSEMAR tahun 20082009, ASTAGA tahun 2007, KSE tahun 2009-2011, dan beasiswa khusus dari Prof. Dr. Purwiyatno tahun 2007-2009 berupa bantuan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB,
7.
Seluruh
staf
dan
karyawan
Fakultas
Kehutanan,
Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Departemen Silvikultur yang telah membantu dalam proses peminjaman fasilitas laboratorium dan administrasi. 8.
Keluarga di Klaten dan Pati yang telah memberidukungan moral spiritual,
9.
Sahabat Koak 44, KPG ’Hira’ Himakova, teman-teman Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, serta Departemen Silvikultur, serta seluruh pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam pelaksanaan yang tidak sempat disebutkan satu-persatu.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL.........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi I.
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1.2 Perumusan Permasalahan...................................................................... 1.3 Tujuan .................................................................................................. 1.4 Hipotesis............................................................................................... 1.5 Manfaat ................................................................................................
1 1 2 2 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3 2.1 Hutan Mangrove ................................................................................... 3 2.1.1 Pengertian ................................................................................... 3 2.2.2 Fungsi dan manfaat mangrove..................................................... 3 2.2 Bakau (R. mucronata Lamk.) ................................................................ 4 2.2.1 Taksonomi R. mucronata ............................................................ 4 2.2.2 Nama daerah R. mucronata ......................................................... 4 2.2.3 Karakteristik morfologi dan fisiologi R.mucronata...................... 5 2.2.4 Interaksi R.mucronata dengan lingkungan................................... 6 2.3 Biomassa .............................................................................................. 10 2.4 Riap ...................................................................................................... 10 III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 11 3.1 Waktu dan Tempat................................................................................ 11 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 11 3.3 Rancangan Percobaan ........................................................................... 12 3.4 Tahapan Pelaksanaan ............................................................................ 13 3.4.1 Persiapan sandaran dan peletakan semai...................................... 13 3.4.2 Penanaman.................................................................................. 14 3.4.3 Pengukuran pertumbuhan............................................................ 14 3.4.4 Pengukuran biomassa.................................................................. 16 3.5 Analisis Data ........................................................................................ 17 3.5.1 Respon pertumbuhan R.mucronata.............................................. 17 3.5.2 Penentuan biomassa.................................................................... 19 3.6 Sintesis Data ......................................................................................... 20 IV. KONDISI UMUM DAN LOKASI PENELITIAN .................................. 21 4.1 Sejarah Kawasan................................................................................... 21 4.2 Kondisi Tanah ...................................................................................... 21
xi
4.3 Flora dan Fauna .................................................................................... 21 4.4 Pemanfaatan Kawasan .......................................................................... 22 4.5 Peluang dan Kendala............................................................................. 22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 23 5.1 Hasil ................................................................................................... 23 5.1.1 Kinerja pertumbuhan semai R. mucronata................................... 23 5.1.2 Kinerja riap pertumbuhan semai R. muconata ............................. 40 5.1 Pembahasan ........................................................................................ 51 5.2.1 Kinerja pertumbuhan semai R. mucronata .................................. 51 5.2.2 Kinerja riap semai R. mucronata................................................. 55 5.2.3 Keragaman respon dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan semai R. mucronata .................................................................... 57 5.2.4 Kondisi semai R. mucronata........................................................ 62 VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 65 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 65 6.2 Saran ................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66 LAMPIRAN.................................................................................................... 69
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Penyebaran mangrove berdasarkan tingkat penggenangan ........................... 6
2.
Interaksi faktor lingkungan terhadap penyebaran mangrove secara alami..... 7
3.
Skema peletakan data penelitian ................................................................. 13
4.
Struktur tabel sidik ragam Anova model RAK ............................................ 18
5.
Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan diameter batang ........................... 23
6.
Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan dan blok penggenangan terhadap pertumbuhan diameter batang semai R. mucronata ..................................... 24
7.
Pengaruh model terhadap keragaman respon tinggi batang semai R. mucronata .................................................................................................. 25
8.
Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan tinggi batang ............................... 26
9.
Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan tinggi batang............................... 26
10. Pengaruh model terhadap keragaman respon tinggi semai R.mucronata...... 27 11. Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan jumlah daun................................. 29 12. Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan jumlah daun................................ 29 13. Pengaruh model terhadap keragaman respon jumlah daun........................... 30 14. Hasil uji Anova dan terhadap pertumbuhan panjang buku........................... 32 15. Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan panjang buku .............................. 32 16. Pengaruh model terhadap keragaman respon panjang buku......................... 33 17. Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan jumlah buku ................................ 35 18. Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan jumlah huku semai R.mucronata. 35 19. Pengaruh model terhadap keragaman respon jumlah buku .......................... 36 20. Hasil uji Anova pada pertumbuhan biomassa.............................................. 38 21. Hasil uji t terhadap model pertumbuhan biomassa ...................................... 38 22. Uji lanjut Duncan terhadap biomassa .......................................................... 39 23. Pengaruh model terhadap keragaman respon biomassa ............................... 40 24. Uji Anova dan uji t pada riap mingguan berjalan (CWI) diameter ............... 40 25. Uji lanjut Duncan terhadap riap CWI diameter ........................................... 40 26. Pengaruh model terhadap keragaman riap CWI diameter ............................ 41 27. Hasil uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan (MWI) diameter........... 43 28. Uji lanjut Duncan terhadap riap rata-rata mingguan (MWI) diameter.......... 43
xiii
29. Uji Anova dan t pada riap mingguan berjalan tinggi ................................... 44 30. Uji lanjut Duncan terhadap riap mingguan berjalan tinggi........................... 45 31. Pengaruh model terhadap keragaman riap CWI tinggi ................................ 45 32. Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan tinggi ................................... 47 33. Uji lanjut Duncan terhadap riap rata-rata mingguan tinggi .......................... 47 34. Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan biomassa akar ...................... 48 35. Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan biomassa daun ..................... 49 36. Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan biomassa batang................... 49 37. Uji lanjut Duncan terhadap riap biomassa akar, batang, dan daun ............... 49 38. Pengaruh model terhadap nilai keragaman riap biomassa............................ 50
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Denah lokasi penelitian............................................................................... 11
2.
Desain perlakuan penggenangan terhadap semai pada setiap blok ............... 12
3.
Ilustrasi semai R. mucronata yang diletakkan di sandaran (a) dan peletakan semai R. mucronata di lapangan (b) ........................................... 14
4.
Batas pengukuran tinggi dan diameter R.mucronata ................................... 15
5.
Pengaruh interaksi perlakuan pada blok penggenangan ke 1 (a), 2 (b), dan 3 (c) terhadap pertambahan diameter semai R. mucronata........................... 25
6.
Pengaruh interaksi model penggenangan terhadap pertumbuhan tinggi semai R. mucronata pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c). .................................. 28
7.
Pengaruh interaksi model penggenangan air terhadap pertumbuhan jumlah daun semai R. mucronata pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c) ............... 31
8.
Pengaruh interaksi perlakuan dan blok penggenangan air terhadap pertambahan panjang buku pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c) ........................ 34
9.
Pengaruh interaksi perlakuan dan blok penggenangan air terhadap pertambahan jumlah buku pada blok 1 (a), 2 (b) dan 3 (c)........................... 37
10. Pengaruh model terhadap respon biomassa semai R. mucronata ................. 39 11. Pertambahan riap mingguan berjalan semai R. mucronata pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c)...................................................................................... 42 12. Diagram riap rata-rata mingguan diameter semai R. mucronata .................. 44 13. Pengaruh model terhadap riap mingguan berjalan respon tinggi semai R. mucronata .................................................................................................. 46 14. Pengaruh penggenangan dan blok terhadap riap rata-rata mingguan tinggi semai R. mucronata .................................................................................... 48 15. Riap biomassa akar, batang, dan daun semai R. mucronata ......................... 50 16. Pertumbuhan daun baru mulai dari kuncup (a), pembentukan daun dan buku baru (b), dan bekas sarung kuncup mongering (c)............................... 51 17. Persen pengaruh tingkat penggenangan pada umur berbeda terhadap pertumbuhan semai R. mucronata.............................................................. 53 18. Persen keragaman pengaruh tingkat penggenangan pada umur berbeda terhadap pertumbuhan semai R. mucronata................................................ 57 19. Grafik kecepatan angin pada bulan Maret-Juni 2011................................... 51 20. Curah hujan bulan Maret-Juni 2011 .............................................................60 21. Suhu bulan Maret-Juni 2011 ...................................................................... 61 22. Persen kelembaban udara bulan Maret-Juni 2011....................................... 61
xv
23. Tekanan udara pada bulan Maret-Juni 2011 ............................................... 62 24. Kondisi daun mongering (a), daun sehat (b), dan daun terdapat bercakbercak coklat terserang hama (c)................................................................. 63 25. Hama dan penyakit yang menyerang daun semai R. mucronata meliputi telur hitam di bagian bawah daun (a), telur hitam menyebar di bagian permukaan daun (b), telur putih bersarang di bagian bawah daun (c), ulat (Pila ampulaceae) (d), pucuk daun mengerut bekas sarang ulat (e), dan laba-laba (f) ................................................................................................ 63 26. Keong (Telescopium telescopium) yang menyebabkan pembusukan pada akar (a), menyebar melalui polibag (b), dan pengurangan kulit batang (c)... 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Rata-rata diameter (mm) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi - akhir penelitian)................................ 70
2.
Rata-rata tinggi (mm/minggu) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi - akhir penelitian) ..................... 70
3.
Jumlah buku (buku) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi - akhir penelitian)..................................... 70
4.
Pertambahan panjang buku (mm/minggu) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi - akhir penelitian)................................................................................................... 71
5.
Jumlah daun (helai) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi - akhir penelitian)..................................... 72
6.
Biomassa R. mucronata .............................................................................. 72
7.
Riap CWI diameter (mm/minggu) R. mucronata......................................... 73
8.
Riap MWI diameter (mm/minggu) R. mucronata........................................ 73
9.
Riap CWI tinggi (mm/minggu) R. mucronata ............................................. 73
10. Riap MWI tinggi (mm/minggu) R. mucronata ............................................ 73 11. Riap biomassa ............................................................................................ 74 12. Data klimatologi selama bulan Maret-Juni .................................................. 75
1
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama di pantai yang terlindung, laguna, dan muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut dengan komunitas tumbuhan yang toleran terhadap garam (Kusmana et al. 2003). Pola pasang surut memberi pengaruh terhadap distribusi jenis mangrove, jenis satwa, struktur tegakan, dan komponen ekosistem di setiap zonasi yang ditemukan pada ekosistem mangrove. Faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi mangrove adalah perubahan salinitas air, pertukaran massa air tawar dan air asin, pasang surut air laut, dan kondisi tanah. Lama periode pasang surut air laut akan mempengaruhi distribusi jenis, struktur vegetatif, dan fungsi ekosistem mangrove. Menurut Watson (1926) dalam Triswanto (2000), komposisi jenis dan distribusi mangrove di area yang terendam berbeda menurut lama periode pasang surut dan frekuensi penggenangan air pasang. Perbedaan lama penggenangan dan tingkat kedalaman air merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove. Pertumbuhan tersebut meliputi pertumbuhan tinggi, diameter, perpanjangan akar, daun, dan lain-lain. Misalnya pertumbuhan pada sistem perakaran, akar penahan Rhizophora spp. di areal mangrove dengan kondisi genangan yang tinggi akan menunjukkan posisi akar yang berada jauh di bawah permukaan tanah, sebaliknya apabila genangan semakin dangkal maka posisi akar akan berada dekat dengan permukaan tanah (Triswanto 2000). Hal ini menunjukkan bahwa Rhizophora spp. memiliki kemampuan tumbuh optimal pada kondisi genangan yang tinggi. Bakau (R. mucronata) merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang memiliki kemampuan tumbuh di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ketinggian genangan pasang surut air laut yang berbeda dapat mempengaruhi proses fisiologi dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas air, penyerapan air, hara, dan pengikatan N oleh akar tanaman. Menurut Triswanto (2000), kedalaman air pasang dan umur tanaman Rhizophora spp. berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per pohon, jumlah ruas per pohon,
2
jumlah cabang per pohon, dan akar nafas. Perbedaan pola pertumbuhan bakau akibat penggenangan air akan mempengaruhi kadar biomassa. Tingkat
respon
tanaman
dalam
pertumbuhan
tanaman merupakan
representasi pengaruh kolektif dari kondisi lingkungan. Kemampuan tumbuh R. mucronata secara signifikan dipengaruhi oleh perbedaan umur dan kondisi lingkungan seperti variasi kedalaman penggenangan (Verheyden et al. 2004). Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui tinggi daya toleransi pertumbuhan R. mucronata terhadap tingkat penggenangan air. 1.2
Perumusan Permasalahan Perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
penggenangan terhadap pertumbuhan dan riap semai R. mucronata?. 1.3
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi pengaruh penggenangan terhadap pertumbuhan dan riap R. mucronata.
2.
Menentukan tingkat penggenangan yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan R. mucronata yang optimal.
1.4
Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Pertumbuhan
R.
mucronata
dipengaruhi
oleh
tingkat
kedalaman
penggenangan air dan umur semai pada awal penanaman. 2.
Penggenangan air setinggi batas akar pada kelas umur 28 minggu akan memberi pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan bakau.
1.5
Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Memberikan informasi mengenai pengaruh kedalaman air dan kelas umur semai terhadap pertumbuhan R. mucronata.
2.
Sebagai dasar pertimbangan dalam penanaman dan pengelolaan mangrove untuk mencapai keberhasilan pertumbuhan yang optimal.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Hutan Mangrove
2.1.1 Pengertian Kusmana (2005) menyatakan bahwa hutan mangrove didefinisikan sebagai suatu tingkat hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung laguna dan muara sungai) dan komunitas tumbuhnya bertoleransi terhadap garam. Menurut Irwan (2007), hutan mangrove merupakan ekosistem yang khas dengan sebaran vegetasi yang seragam, tajuk rata, tidal mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang khas, selalu hijau, dan mampu tumbuh di lingkungan yang ekstrem (air asin, berlumpur, dan selalu tergenang). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloed bossehan, dan hutan payau. 2.1.2 Fungsi dan manfaat mangrove Fungsi mangrove dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis), dan fungsi ekonomis (Kusmana 2005). Fungsi fisik dari mangrove, yaitu dapat menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, mengendalikan intrusi air laut, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang. Fungsi biologis/ekologis mangrove, yaitu tempat mencari makan, memijah, berkembang biak berbagai jenis biota laut, tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung dan sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis mangrove, yaitu memproduksi berbagai jenis hasil hutan (kayu) maupun hasil hutan bukan kayu dan sebagai lahan untuk kegiatan produksi pakan lainnya. Sumberdaya mangrove dalam tingkat primary biotic component berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Manfaat mangrove dalam tingkat ekosistem secara keseluruhan, yaitu sebagai lahan tambak, pertanian, kolam garam dan lahan pariwisata. Manfaat mangrove sebagai primary biotic component adalah peningkatan skala komersial berbagai jenis flora mangrove sebagai chips, polywood, scalfold, kayu bakar, arang, dan berbagai jenis biota laut (ikan, udang, kepiting, burung) yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, budidaya, dan sumber pangan serta bahan obat-obatan tradisional. Contoh jenis dan bagian
4
tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah kulit batang dan daun R. mucronata yang diyakini dapat mengatasi penyakit astrigen, anti muntah, antidiare, hoemostatic, dan antiseptik (Kusmana 2005). Menurut Rohini et al. (2010), kandungan polysaccharide dalam kulit R. mucronata dapat menjadi obat anti HIV. 2.2
Bakau (R. mucronata Lamk.)
2.2.1 Taksonomi R. mucronata Taksonomi bakau (R. mucronata Lamk.) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas
: Rosidae
Ordo
: Mytales
Famili
: Rhizophooraceae
Genus
: Rhizophora
Spesies
: R. mucronata Lamk. (Tomlinson 1986).
2.2.2 Nama daerah R. mucronata Nama daerah R. mucronata Lamk. adalah bakau, bakau gundul, bakau genjah, bakau bandul, bakau hitam, tancang lanang, tokke-tokke, bakao, bakau laki, blukap, tongke besar, lului, bakau-bakau, wako, bako, dan bangko (Baehaqie dan Indrawan 1993). R. mucronata merupakan jenis pohon dari anggota Genus Rhizophora famili Rhizophoraceae. Berdasarkan kunci genus yang didasarkan pada ciri vegetatifnya, selain genus Rhizophora, terdapat genus Bruguira, Ceriops, dan Kandelia (Tomlinson 1986). Sistem perakaran R. mucronata berupa akar tunjang. Berdasarkan identifikasi Kusmana et al. (2003) di Teluk Bintuni, Irian jaya, R. mucronata mampu tumbuh hingga mencapai diameter 35 cm dengan tinggi 30 m. Batang berdiri tegak, tidak berlekuk, tidak berpilin, dan tidak berbenjol. Kulit luar
5
berwarna abu-abu terang, retak-retak membentuk persegi empat dengan tepi terangkat, bersisik, dan mengelupas. Jenis ini mempunyai daun tunggal dengan susunan opposite. Bentuk daun elliptical membesar sampai oblong dengan ukuran panjang 16-22 cm, lebar 8-11 cm, dan panjang 3-4,5 cm. Septa ujung daun acute dan pangkal daun cunute. Ujung daun memiliki mucro (jarum). Permukaan atas daun bewarna hijau, sedang permukaan bawah hijau kekuningan dan berbintik-bintik hitam. Bunga tersusun menggarpu dengan 2-3 bunga. Calyx bewarna krem sampai kuning dan petal bewarna krem sampai putih (Kusmana et al. 2003). Buah bewarna coklat dengan ukuran panjang 3-5 cm dan lebar kurang lebih 2 cm. Hipokotil bewarna hijau dengan lentisel jelas, banyak, dan menyebar. Panjang hipokotil ± 60 cm dan diameter ± 2 cm (Kusmana et al. 2003). 2.2.3 Karakteristik morfologi dan fisiologi R. mucronata Mangrove adalah istilah umum bagi komunitas tumbuhan yang tumbuh pada zona peralihan yang dipengaruhi air laut pada daerah pesisir atau mulut sungai di kawasan tropis dan sub tropis. Komunitas tumbuhan mangrove tahan terhadap kondisi lingkungan yang asin (salt-resistant) sehingga memiliki karakter yang unik (Ewuisie 1980). Para ahli ekologi mengklasifikan tumbuhan yang mampu tumbuh dalam kondisi kadar garam yang tinggi ini sebagai halofit (Kusmana et al. 2003) dari jenis yang sudah dikenal sebanyak 90 jenis utama, yaitu srict, sub, dan minor mangrove (Tomlinson 1986). Tomlinson (1986) mengelompokkan jenis mangrove ke dalam tiga kelompok, yaitu komponen mayor,
komponen
minor,
dan
mangrove
associates.
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, mangrove dikelompokkan ke dalam jenis mangrove cepat tumbuh dan lambat tumbuh (Karsten 1983 dalam Chapman 1976). R. mucronata merupakan salah satu jenis yang termasuk ke dalam kelompok strict mangrove (Kato 1976), mangrove major (Tomlinson 1986) termasuk jenis lambat tumbuh, jenis ini banyak tumbuh di daerah pesisir. Perakaran R. mucronata berbentuk melengkung (still root), tumbuh pada bagian bawah batang utama berfungsi sebagai akar nafas dan tumbuh dari batang utama ke arah samping dan masuk ke dalam tanah. Sistem perakaran ini
6
merupakan adaptasi morfologi dalam kondisi anaerobik tanah mangrove. Akar muda mengandung klorofil sehingga mampu melakukan proses fotosintesis. Secara fisiologis pada beberapa jenis mangrove memiliki sistem yang cocok untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tingkat salinitas tinggi, yaitu berupa organ khusus untuk proses skresi (kelenjar garam). Bakau (R. mucronata) dapat
mengendalikan
keseimbangan
kandungan
garam
dengan
cara
menggugurkan daun tua yang berisi akumulasi garam. 2.2.4 Interaksi R. mucronata dengan lingkungan Saenger dan Hutching (1987) menyatakan bahwa faktor-faktor fisik kimia lingkungan merupakan penentu utama terhadap pertumbuhan dan perkembangan mangrove. Struktur, fungsi, komposisi, distribusi spesies, dan pola pertumbuhan mangrove sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan (Kusmana 2005). Keterkaitan antara faktor lingkungan dengan penyebaran beberapa jenis mangrove yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1 Penyebaran mangrove berdasarkan tingkat penggenangan. No
1
2
3
4
5
Tipe pasang Watson (1928)
Kelas penggenangan, Watson (1928)
Kelas penggenangan (salinitas dan frekuensi pasang), De Haan (1931) All high 0-8 kaki dari garis A. Payau sampai tides pantai atau asin, salinitas 1056-62 kali/bulan 30 ppt, selalu tergenang A1. 1-2 kali/hari, minimal 20 hari/bulan Medium 8-11 kaki dari A2. 10-19 high tides garis pantai atau hari/bulan 45-59 kali/bulan Normal 11-13 kaki dari A3. 9 hari/bulan high tides garis pantai atau 20-45 kali/bulan Spring 13-15 kaki dari A4. Beberapa tides only garis pantai atau hari/bulan 2-20 kali/bulan
Frekuensi penggenangan, Chapman (1944)
Jenis mangrove dominan
530-700 + kali
Avicennia spp. Sonneratia spp.
400-530 kali/hari
Strom high tides only
4-100 kali/tahun
Rhizophora spp. Bruguiera spp. Xylocarpus spp. Heritiera spp. Lumnitzera spp. Bruguiera spp. Scyphyphora spp. Jenis marginal halophyta Nypa fruticans, Oncosperma, Cerbera
15 kaki dari garis pantai atau 2 kali/bulan (abnormal/ equinoctial tides)
Sumber: Tomlinson (1986)
B. Air tawar sampai payau B1. Jarang tergenang pasang
-
150-250 kali/tahun
-
7
Tabel 2 Interaksi faktor lingkungan terhadap penyebaran mangrove secara alami. Zonasi
Pola pasang
Pinggir pantai
Harian
Frekuensi Salinitas penggenangan (hari/bulan) 20 + 10 – 30
Tipe tanah
Jenis-jenis mangrove
Koral, berpasir, lempung berpasir Berdebu sampai liat berdebu
Avicenia marina, Sonneratia caseolaris, R. stylosa, R.apiculata
Tengah
Harian
10 – 19
10 – 30
Pedalaman
Tergenang hanya saat pasang purnama
4–9
0 – 10
Berdebu, liat berdebu sampai liat
Pinggir sungai (Reveriae)
Jarang tergenang: air tawarpayau
2
0 – 10
Berpasir sampai liat berdebu
A.alba, A. officinalis, R.mucronata, Aegiceras corniculatum, A. floridum, Bruguiera gymnorrhiza, B. sexangula, Ceriops tagal, C. decandra, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racernosa, Xylocarpus granatum A.alba, B. sexangula, C. tagal, E. agallocha, Heritiera littoralis, Scyphiphora hydrophylaceae, X. granatum, X. mekongensis, Nypa fruticans Muara sungai: A.marina, A. officinalis, Aegiceras corniculatum, A. floridum, Carnptosternon philipinensis, R. apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Hulu sungai: A.alba, A. officinalis, Aegiceras corniculatum, A. floridum, B. cylindrical, B. gymnorrhiza, B. parviflora, Camtostemon philippinensis, E. agallocha, Heritiera littoralis, Nypa fruticans, R. mucronata, R. apiculata, X. granatum, X. mekongensis
Sumber: Kusmana (2005)
Jenis mangrove umumnya menyebar di pantai yang terlindung dalam komposisi jenis yang berbeda sesuai kondisi habitatnya. R. mucronata memiliki kemampuan tumbuh pada habitat dari yang tergenang dalam hingga daerah muara. Adapun beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan R. mucronata meliputi topografi pantai, salinitas, tanah, iklim, dan faktor lainnya seperti kondisi genangan, pasang surut air laut, jenis media yang digunakan, asalusul mangrove.
8
2.2.4.1 Topografi pantai Topografi
pantai
merupakan
faktor
penting
yang
mempengaruhi
karakteristik struktur mangrove, khususnya komposisi dan distribusi R. mucronata, serta luas hutan mangrove. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut air laut maka semakin lebar hutan mangrove yang akan tumbuh (Kusmana 2005). 2.2.4.2 Salinitas Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Menurut Kusmana (2005), tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt, sedangkan kadar salinitas jenis tegakan Rhizophora spp. berkisar antara 32-36 ppt (Tomlinson 1986), pada saat keadaan air laut tidak pasang surut. Kadar salinitas Rhizophora spp. tersebut menunjukkan bahwa Rhizophora spp. dapat tumbuh di daerah dengan salinitas tinggi (>30 ppt). Menurut Kusmana (2005) melalui perhitungan Anova, salinitas terbesar yang dapat mempengaruhi distribusi mangrove adalah kondisi salinitas dibawah 0,5 ppt (p<0,0005) dan untuk mengatasi perubahan salinitas, jenis R. mucronata secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya hanya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Anwar dan Gunawan 2007). 2.2.4.3 Tanah Jenis mangrove mampu tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia, substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata (Sianipar et al. 1989). Karakteristik tanah mangrove yang selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen, dan kaya akan bahan organik, biasanya berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove. Bahan organik
tersebut berupa
serasah yang dihancurkan oleh mikroorgaisme, seperti bakteri dan jamur, sedimen halus, partikel pasir, bahan kasar, potongan batu, koral, pecahan kulit kerang, dan siput. Tanah mangrove yang berlempung menentukan warna yang bervariasi dari abu-abu muda dan hitam (Sianipar et al. 1989). Jenis tanah yang mendekomposisi
9
kawasan mengrove biasanya adalah fraksi lempung berdebu. Akibat rapatnya bentuk perakaran yang ada, fraksi lempung berpasir hanya terdapat di bagian depan ke arah pantai. Nilai pH tanah di kawasan mangrove berbeda-beda. Tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh di kawasan tersebut. Jika kerapatan tanah rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, antara 4,6-6, di bawah tegakan Rhizophora spp. (Arief 2003). 2.2.4.4 Iklim Iklim merupakan bagian dari lingkungan mangrove yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan mangrove. Adapun jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut: a.
Cahaya Cahaya adalah salah satu faktor terpenting dalam proses fotosintesis untuk
mendukung performance pertumbuhan jenis tumbuhan hijau seperti R. mucronata. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi, dan struktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya di dalam kualitas dan lama penyinaran merupakan salah satu faktor yang penting untuk tumbuhan di ekosistem mangrove yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi (MacNae 1968). b.
Curah hujan Menurut Aksornkoae (1993) dalam Rismunandar (2000), jumlah dan lama
pada distribusi curah hujan merupakan faktor yang mengatur perkembangan dan penyebaran tumbuhan. Curah hujan sangat mempengaruhi faktor lingkungan yang lain, misalnya suhu udara dan air, kadar garam air tanah yang ada pada gilirannya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup spesies-spesies di mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh dengan baik pada daerah curah hujan dengan kisaran 15003000 mm/tahun, tetapi tumbuhan mangrove juga dapat ditemukan dengan curah hujan 4000 mm/tahun berkisar antara 8-10 bulan dalam satu tahun. c.
Suhu Pada Rizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp., dan Lumnitzera spp.,
laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28oC, untuk Bruguiera spp. pada suhu 27oC, dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 1820oC (Saenger dan Hutchings 1987).
10
2.3
Biomassa Pendugaan biomassa R. mucronata bagian di atas maupun di bawah tanah
berperan penting untuk mengetahui aspek fungsional hutan seperti produktiitas primer, siklus nutrient, dan aliran energi serta dapat membandingkan diantara ekosistem seperti evaluasi produktiitas (Morikawa 2002). Cintron et al. (1978) menyatakan bahwa biomassa di atas tanah adalah jumlah bahan organik per unit area pada waktu tertentu, yang berhubungan dengan fungsi sistem produktiitas, umur tegakan, alokasi bahan organik, dan strategi pemindahan. Menurut Robert et al. (1993) dalam Bulan (2010), biomassa tanaman adalah berat bahan tanaman hidup yang terdiri bagian atas dan bawah area permukaan tanah pada waktu tertentu. Biomassa semai R. mucronata dapat diduga oleh peubah-peubah bebas seperti diameter yang berhubungan dengan biomassa total pohon. Chapman (1976) membagi dua kelompok metode pendugaan biomassa di atas tanah, yaitu: 1.
Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar ratarata.
2.
Metode pendugaan tidak langsung yang terdiri dari metode alometik dan metode crop meter.
2.4
Riap Menurut Arief (2003), riap adalah pertambahan volume pohon atau tegakan
per satuan waktu tertentu. Riap dapat digunakan untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan atau pertambahan diameter atau tinggi tanaman setiap satuan waktu tertentu. Riap dibentuk oleh tanaman yang masih hidup yang membentuk pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi yang secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid (bentuk seperti huruf S) yang terdiri dari empat fase, yaitu fase eksponensial, fase linier meningkat, fase linier menurun, dan fase mantap (pematangan fisiologis) (Undaharta et al. 2008). Riap dibedakan menjadi tiga, yaitu riap tahunan berjalan (current annual increaement, CWI), riap periodik (periodic increament, PI), dan riap rata-rata tahunan (mean annual increment, MWI). CWI adalah riap dalam satu tahun berjalan, PI adalah riap dalam satu waktu periode tertentu, sedangkan MWI adalah riap rata-rata (per tahun) yang terjadi sampai periode tertentu (Hendromono et al. 2003).
11
III. 3.1
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai bulan Maret sampai Juni 2011.
Lokasi penelitian, yaitu di Kawasan Ekowisata Mangrove (Mangrove Education Center) Jalur hijau Tol Sedyatmo KM 22 sampai 23, Angke Kapuk, Jakarta Utara (Gambar 1). U
Keterangan:
: Lokasi penelitian
Gambar 1 Denah lokasi penelitian. 3.2
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital, buku
catatan lapang, meteran panjang, mistar, spidol permanen, tali rafia, jangka sorong, alat tulis, meteran jahit, gunting, pisau, timbangan digital, dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media lumpur, polibag, semai bakau (R. mucronata Lamk.), bambu, dan plastik. Mengingat bahwa
12
persediaan semai yang terdapat di areal penelitian terbatas, maka bakau yang digunakan hanya terdiri dari tiga kelas umur. Ketiga kelas umur bakau tersebut adalah umur dua bulan, tiga bulan, dan tujuh bulan yang terhitung mulai bulan Maret 2011. Bambu yang digunakan masing-masing berukuran lima meter sebanyak 15 buluh bambu. 3.3
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dalam rancangan ini perlakuan yang diamati adalah tinggi penggenangan sebagai taraf percobaan, umur sebagai kelompok dengan replikation (r) tiga kali pada masing-masing replikasi terdiri dari tujuh individu semai disetiap perlakuan pada masing-masing kelompok. Perlakuan dalam penelitian ini merupakan treatment (t) RAK yang terdiri dari tiga macam (Gambar 2), yaitu: a.
Penggenangan sampai batas leher akar semai R. mucronata (a)
b.
Penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam (t)
c.
Penggenangan sampai batas bawah tajuk bebas cabang/kanopi (b)
Gambar 2 Desain perlakuan penggenangan terhadap semai pada setiap blok. Semai yang diberi perlakuan tersebut diletakkan di tiga blok (kelompok) berdasarkan umur semai masa awal aplikasi penelitian, yaitu dua bulan, tiga bulan, dan tujuh bulan. Dengan demikian, dalam setiap kelompok terdapat 21 semai atau total seluruhnya 63 semai sebagai unit percobaan. Adapun skema peletakan data penelitian RAK secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.
13
Tabel 3 Skema peletakan data penelitian Kelas umur semai /blok (bulan)
Perlakuan penggenangan
a t 1a1 1t1 1a2 1t2 1a3 1t3 1a4 1t4 1a5 1t5 1a6 1t6 1a7 1t7 3 bulan (blok 2) 2a1 2t1 2a2 2t2 2a3 2t3 2a4 2t4 2a5 2t5 2a6 2t6 2a7 2t7 2 bulan (blok 3) 3a1 3t1 3a2 3t2 3a3 3t3 3a4 3t4 3a5 3t5 3a6 3t6 3a7 3t7 Keterangan: a = penggenangan sampai batas leher akar semai t = penggenangan sampai batas 50% tinggi batang semai b = penggenangan sampai batas bawah tajuk bebas cabang 7 bulan (blok 1)
3.4
b 1b1 1b2 1b3 1b4 1b5 1b6 1b7 2b1 2b2 2b3 2b4 2b5 2b6 2b7 3b1 3b2 3b3 3b4 3b5 3b6 3b7
Tahapan Pelaksanaan
3.4.1 Persiapan sandaran dan peletakan semai Kegiatan prapenanaman setelah pemilihan jenis semai adalah persiapan sandaran semai R. mucronata. Persiapan tersebut meliputi: a.
Pengukuran kedalaman air di lokasi peletakan sandaran dengan mengatur tingkat kedalaman penggenangan.
b.
Pengukuran perencanaan panjang dan lebar maksimal sandaran yang mampu menampung kapasitas 63 semai (7 semai x 3 perlakuan x 3 blok).
c.
Penentuan lokasi peletakan sandaran, yaitu lokasi di area yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari tinggi. Pembuatan sandaran disesuaikan dengan lokasi dan bentuk guludan sebagai tempat peletakan sandaran semai R. mucronata. Adapun pembagian blok didasarkan pada umur semai. Blok satu untuk semai berumur tujuh 28 minggu, blok dua untuk semai berumur 12 minggu, dan blok tiga untuk semai berumur 8 minggu (Gambar 3).
14
(a)
(b)
Gambar 3 Ilustrasi semai R. mucronata yang diletakkan di sandaran (a) dan peletakan semai R. mucronata di lapangan (b). 3.4.2 Penanaman Penanaman dilakukan setelah sandaran telah siap digunakan. Proses penanaman tersebut meliputi: a.
Persiapan media tanam (lumpur)
b.
Pengangkutan semai dari sumber semai (tempat pertama kali semai ditanam) ke area penelitian/penanaman
c.
Penanaman semai ke dalam media tanam yang telah disediakan (polibag)
d.
Peletakan semai yang siap ditanam ke sandaran
e.
Pemeliharaan tanaman
3.4.3 Pengukuran pertumbuhan Pengukuran respon pertumbuhan semai R. mucronata bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penggenangan pada kelas umur semai yang berbeda terhadap pertumbuhan pertumbuhan semai R. mucronata. Adapun respon pertumbuhan yang diamati dalam penelitian ini adalah: a.
Diameter Diameter diukur diatas batas antara propagul dengan batang semai R. mucronata. Kekonsistenan pengukuran diameter ditandai dengan goresan spidol water prove pada batas pengukuran diameter yang telah ditentukan (Gambar 4).
15
b.
Tinggi Tinggi batang R. mucronata diukur dari batas antara propagul sampai batas tajuk paling atas dibawah bakal buku (Gambar 4).
Gambar 4 Batas pengukuran tinggi dan diameter R. mucronata. c.
Panjang buku Panjang buku diukur dari bagian bawah buku pertama sampai batas buku ke dua. Buku adalah bagian batang tempat tumbuhnya daun.
d.
Jumlah daun Setiap pertumbuhan daun dihitung jumlahnya dan mengamati kondisi daun. Kondisi daun tersebut meliputi warna daun yang kekuningan, layu, dan berpenyakit.
e.
Jumlah percabangan Percabangan muncul pada pangkal tumbuhnya daun di bagian atas buku batang R. mucronata. Setiap pertumbuhan cabang dihitung.
f.
Kondisi perakaran Kondisi perakaran yang diteliti adalah saat akar tersebut muncul atau mencuat dari polibag, sehingga dapat dilihat secara visual. Kondisi kesehatan akar juga diamati disetiap penelitian meliputi kebusukan karena hama/penyakit dan kematian.
16
g.
Biomassa Biomassa dihitung di akhir penelitian pada pengamatan ke 12 dengan mengambil 3 sampel dari setiap perlakuan untuk dihitung biomasaanya.
h.
Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran data di BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Stasiun Maritim Tanjung Priok, Jakarta Utara. Data BMKG yang diambil, meliputi curah hujan, suhu, dan kelembaban. Pengambilan data ini dikhususkan untuk wilayah Jakarta Utara Kawasan Ekowisata Mangrove Jl. Tol Sedyatmo. Selain itu, data ini dapat diperoleh melalui penelusuran dokumen di Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta.
3.4.4 Pengukuran biomassa Pengukuran
biomassa
tanaman
dilaksanakan
pada
minggu
ke-12.
Pengukuran biomassa semai R. mucronata dilakukan dengan mengambil beberapa sampel uji. Pemilihan sampel semai dilakukan secara acak terpilih (purposive random) yang dianggap mewakili kondisi ekosistem. Jenis sampel yang dipilih, yaitu sampel yang memiliki diameter tertinggi, diameter rata-rata, dan diameter terendah untuk setiap perlakuan penggenangan. Jadi, total pengambilan sampel sebanyak 3 semai dari 7 semai R. mucronata di setiap penggenangan untuk 3 blok pengamatan adalah 27 anakan. Dalam pengukuran biomassa setiap individu semai contoh dipisahkan ke dalam komponen daun, batang dan cabang, serta akar dan propagul. Sehingga dapat diketahui biomassa dari masing-masing komponen dan biomassa totalnya. Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar biomassa dalam setiap sampel contoh. Sampel semai yang dibawa ke laboratorium dianalisis untuk mengukur kadar air dan berat kering tanur yang dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2ºC selama 24 jam sampai mencapai berat konstan. Penurunan kadar air yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur adalah kadar air uji contoh. Sedangkan berat kering tanur merupakan konversi hasil dari kadar air yang ditemukan.
17
3.5
Analisis Data
3.5.1 Respon pertumbuhan R. mucronata Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (randomize block design) lengkap. Model Rancangan Acak Kelompok (RAK) digunakan dengan pertimbangan keheterogenan unit percobaan yang berasal dari satu sumber keragaman, yaitu percobaan yang melibatkan umur semai sebagai blok keragaman dengan perbedaan tinggi penggenangan sebagai ulangan percobaan. Respon yang diukur adalah tinggi, diameter, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah buku, dan biomassa. Respon pertumbuhan dihitung untuk mengukur rata-rata dan riap pertumbuhan mangrove, yaitu sebagai berikut: a.
Rata-rata ukuran respon pertumbuhan R. mucronata ̅=
∑
............................................................................................................ (1)
Keterangan: ̅ = rata-rata ukuran respon pertumbuhan (diameter (mm)/tinggi (mm)/jumlah buku (buku)/jumlah daun (helai)/panjang buku (mm)/biomassa (gram)) semai R. mucronata, ∑
=
jumlah rata-rata respon pertumbuhan (diameter (mm)/tinggi
(mm)/jumlah
buku
(buku)/jumlah
daun
(helai)/panjang
buku
(mm)/biomassa (gram)) semai individu ke-i pada respon pertumbuhan (khusus untuk panjang buku/biomassa ke-j), n = jumlah individu semai. b.
Riap respon pertumbuhan R. mucronata 1. Riap mingguan berjalan (current weekly increament, CWI) Δx =
.................................................................................................. (2)
Keterangan: Δx = riap diameter (mm/minggu); tinggi (mm/minggu), xn-1= ukuran diameter (mm); tinggi (mm) sebelum minggu ke n, xn = ukuran diameter (mm); tinggi (mm) pada minggu ke n, t
= minggu pengukuran (minggu).
18
2. Riap rata-rata mingguan (mean weekly increament, MWI) Δx =
........................................................................................................... (3)
Keterangan : Δx = Riap diameter (mm/minggu); tinggi (mm/minggu); biomassa (gram/minggu), xn = ukuran diameter (mm); tinggi (mm) pada minggu ke n, = umur semai (minggu ke-n). c.
Kondisi semai Kondisi semai secara keseluruhan akan dikemukakan secara deskriptif baik kondisi akar, percabangan, daun, dan pengaruh gangguan luar terhadap pertumbuhan semai. Pengaruh luar ini dapat berupa iklim dan hama. Uraian secara deskriptif didukung oleh studi literatur dan data sekunder. Prosedur penggunaan model RAK dimulai dengan menguraikan keragaman
jenis ulangan (tingkat penggenangan) dalam waktu. Pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali (dari total 12 minggu), maka model Anova sebagai sumbersumber keragaman dalam tabel sidik Ragam (Tabel 4). Tabel 4 Struktur tabel sidik ragam Anova model RAK lengkap Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-hitung (SK) (Db) (JK) (KT) Perlakuan (P) Blok (B) Galat (G)
t-1 r-1 (t-1)(r-1)
JKP JKB JKG
KTP KTB KTG
F-tabel
KTP/KTG KTB/KTG
Total (T) tr-1 JKT Keterangan : t : treatment tingkat penggenangan sebayak 3 ulangan r : blok sebanyak 3 blok berdasarkan kelas umur Sumber: (Matjik dan Sumertajaya 2006)
Berdasarkan
perlakuan
yang
ditentukan
untuk
mengukur
Taraf nyata 0,05 dan 0,01
tingkat
pertumbuhan sesuai respon yang diamati, maka ANOVA model RAK sesuai rancangan lingkungan yang telah ditentukan dapat dituliskan sebagai berikut: Yij = μ + τi + βj + εij..................................................................................................... (4) Keterangan:
Yij µ
τi βj εij i j
: : : : : : :
Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Rataan umum Pengaruh perlakuan ke-i pengaruh kelompok ke-j pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j 1,2,3 1,2,3
19
Beberapa hipotesis yang di uji dari RAK lengkap yaitu pengaruh perlakuan (tingkat penggenangan air) dan pengelompokan (blok) pada pertumbuhan R. mucronata adalah: a.
Pengaruh perlakuan terhadap respon pertumbuhan R. mucronata H0 : τi =..... = τi = 0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati) ...................................................................................................... (5) H1 : paling sedikit ada satu i dimana τi ≠ 0 ....................................................... (6)
b.
Pengaruh pengelompokan terhadap respon pertumbuhan R. mucronata H0 : βj = ... = βj = 0 (Kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati) ....................................................................................................... (7) H1 : βj ≠ 0 paling sedikit ada satu j dimana βj ≠ 0 ........................................... (8)
Pengujian dilakukan pada α=0,05 dan α=0,01. Apabila Fhitung>Ftabel maka akan dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan (duncan’s multiple range test/DMRT) atau uji wilayah bergandan Duncan. Wilayah nyata terpendek dalam DMRT dari berbagai nilai tengah dapat ditentukan dengan rumus: =
, ,
=
̅ ................................................................................................................... (9)
, ,
....................................................................................................... (10)
Kriteria pengujian DMRT: Jika │µ i - µ j│
> Rp tolak H0 (berbeda nyata ≤ Rp terima H0 (tidak berbeda nyata)
3.5.2 Penentuan biomassa
Penentuan kadar biomassa dihitung melalui tiga tahap, yaitu penimbangan prapengeringan untuk mengetahui berat basah, pengeringan dalam oven dengan suhu 103±2ºC selama 24 jam, dan penimbangan pasca pengeringan untuk mengetahui berat kering setiap bagian semai R. mucronata. Penentuan kadar biomassa dapat dihitung melalui pengukuran persen kadar air dan berat kering tanur: a.
Persen kadar air Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) perhitungan kadar air menggunakan
rumus:
20
% KA =
x 100% ....................................................................................... (11)
Keterangan: % KA
b.
= persen kadar air
BBc
= Berat basah contoh (gram)
BKTc
= Berat kering tanur contoh (gram)
Berat Kering Tanur (BKT) Berat kering masing-masing sampel uji dihitung dengan menggunakan rumus
(Heygreen dan Bowyer 1989): BKT =
%
............................................................................................................. (12)
Keterangan: BKT
3.6
= berat kering tanur (gram)
BB
= berat basah (gram)
% KA
= persen kadar air
Sintesis Data Sintesis data ditujukan untuk menganalisis data secara deskriptif terhadap
data keseluruhan baik data primer yang sudah diolah maupun data sekunder sebagai data tambahan. Dalam sintesis data, hasil dari pengukuran pertumbuhan, biomassa, dan riap semai R. mucronata dapat diakumulasikan untuk menguji kebenaran dari hipotesis.
21
IV. 4.1
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Kawasan Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 220/Kpts-I/2000
tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan, luas Mangrove Tol Sedyatmo mencapai 95,5 ha dari 108.475,45 ha luas total kawasan hutan dan perairan di DKI Jakarta. Kawasan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Panjaringan, Kota Madya Jakarta Utara (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010). Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo mulai dijadikan sebagai lokasi pembibitan api-api, bakau, tancang, dan Sonneratia pada tahun 1997 hingga mencapai tinggi 4-15 m, tetapi pada tahun 2002 tanaman sebagian besar mati (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010). Tahun 2005 mulai dilaksanakan sistem penanaman mangrove dengan sistem guludan hingga sekarang (Antara 2010) dengan presentase tumbuh <50% tanpa penyulaman. Adapun batasan kawasan ekwisata Mangrove Tol Sedyatmo, yaitu: Sebelah Selatan
: Jalan Tol Soekarno Hatta
Sebelah Utara
: Perumahan
Sebelah Barat
: Pantai Indah Kapuk
Sebelah Timur
: Perumahan Pantai Indah Kapuk
4.2
Kondisi Tanah Ekosistem mangrove Tol Sedyatmo didominasi oleh substrat tanah yang
berlumpur lunak dan keras (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010). Tingkat kematangan tanah berlumpur (n=3) dan keras/matang (n=0,7) dipengaruhi oleh proses fisika dan kimiawi tanah yang selalu terendam oleh air. 4.3
Flora dan Fauna Jenis flora di Kawasan Ekowisata Mangrove DKI Jakarta didominasi oleh
jenis bakau (R. mucronata), sedangkan jenis tumbuhan mangrove yang tumbuh alami di pematang-pematang tambak, berupa jenis api-api (Avicennia marina), tancang (Brugruiera sp.), pedada (Sonneratia caseolaris), Nypha fruticans, warakas/paku laut (Acrostichum aureum), seruni (Wadelia sp.), dan rotan (Calamus sp.). Jenis fauna yang sering ditemukan di kawasan ini adalah jenis
22
burung air, reptil, mamalia, ikan dan serangga. Jenis burung berupa burung pecuk padi (Phalacrocorax niger), pecuk ular (asia Anhinga melanogaster), cangak laut (Ardea sumatrana), bambangan merah (Ixobrychus cinnamomeus), raja udang meninting (Alcedo meninting), raja udang biru (Alcedo coerulescens), kuntul kecil (Agretta garzetta), ibis rook (Plegadis falcinellus), dan dara laut kumis (Chilidinoas hybridus). Jenis reptil berupa kadal, biawak, ular, tokek, cecak, katak, dan kura-kura. Jenis ikan berupa ikan nila, bandeng, mujair, sepat, gabus, bulan-bulan, dan belanak (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010). 4.4
Pemanfaatan Kawasan Larangan dari pemerintah daerah
DKI Jakarta untuk melakukan
penebangan atau pengambilan ranting atau bagian tanaman lainnya di sepanjang kawasan hutan Tol Sedyatmo telah mengurangi kegiatan pemanfaatan tanaman mangrove secara langsung oleh masyarakat. Pemanfaatan secara langsung berupa pengambilan kayu sebagai kayu bakar. Kawasan mangrove Tol Sedyatmo sebagai kawasan ekowisata diperuntukkan untuk kegiatan penunjang ekowisata, tempat rekreasi, praweding, penelitian, dan kegiatan penghijauan/penanaman. 4.5
Peluang dan Kendala Pengelolaan Mangrove Tol Sedyatmo memberi peluang dari segi ekonomi,
ekologi, dan ekowisata. Menurut Dinas Kehutanan dan Pertanian (2010), kendala dalam pengelolaan Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo adalah tingkat pasang surut tidak lancar, pencemaran limbah cair, dan kepastian tanaman kurang terjamin karena adanya kemungkinan jalan tol diperlebar.
23
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
5.1.1
Kinerja pertumbuhan semai R. mucronata
5.1.1.1 Diameter Pertambahan diameter semai R. mucronata merupakan salah satu indikator pertumbuhan yang digunakan untuk mengukur pengaruh penggenangan. Hasil analisis sidik ragam (analisis of variace/Anova) menunjukkan bahwa tingkat penggenangan dan umur semai R. mucronta berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,01 (Pr<α (0,01)) sehingga H0 ditolak. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t yang menunjukkan bahwa perlakuan penggenangan tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,01 sehingga tolak H0, sedangkan blok berpengaruh nyata terhadap respon pertambahan diameter sehingga terima H0 (Tabel 5). Tabel 5 Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan diameter batang Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F value Pr > F 39,86 9,96 20,23** <,0001 28,57 0,49 68,43 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 0,82 0,41 0,84tn 0,44 Blok 2 39,04 19,52 39,62** <,0001 Keterangan: tn =tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Derajat bebas Model 4 Galat 58 Total 62
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa tingkat penggenangan tidak berpengaruh nyata terhadap respon pertumbuhan diameter batang semai R. mucronata, tetapi perlakuan pada tingkat penggenangan ±50% dari batas tinggi batang semai tergenang memiliki nilai rataan tertinggi sebesar 7,16 mm. Umur semai sebagai replikasi blok penggenangan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap respon pertumbuhan diameter semai R. mucronata, yaitu diameter pada blok 3 (5,93 mm), tetapi nilai rataan tertinggi ditunjukkan pada blok 1 (7,75 mm) dan blok 2 (7,39 mm) (Tabel 6).
24
Tabel 6 Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan dan blok penggenangan terhadap pertumbuhan diameter batang semai R. mucronata Perlakuan Rataan (mm) t 7,16aa* b 7,02aa* a 6,88aa* Blok Rataan (mm) 1 7,75aa* 2 7,39a 3 5,93b Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Nilai r>1 (0,5825) mempengaruhi bentuk kurva regresi yang menunjukkan hubungan linier (Gambar 5). Berdasarkan persamaan matematis, blok 1 memiliki deretan koefisien tertinggi, sedangkan tingkat penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam (t) memiliki nilai peubah x terbesar. Oleh karena itu, persamaan matematis yang sesuai adalah y=0,28x+6,51 dengan keragaman respon sebesar 9,8% (Tabel 7). Tabel 7
Pengaruh model terhadap keragaman respon diameter batang semai R. mucronata
Perlakuan penggenangan Persamaan matematis R2 R2 a y=0,19x+6,70 0,97 0,58* t y= 0,28x+6,51 0,98 b y=0,17x+6,17 0,96 2 a y=0,23x+5,61 0,99 t y=0,27x+5,76 0,98 b y=0,39x+5,45 0,99 3 a y=0,25x+4,26 0,98 t y=0,23x+4,56 0,98 b y=0,30x+4,29 0,99 Keterangan = * : beda nyata pada taraf 0,05; y: diameter ; x: nilai peubah variabel y (diameter) Blok 1
Kurva pertumbuhan (Gambar 5) menunjukkan bahwa pertambahan diameter berbanding lurus dengan pertambahan masa aplikasi yang selalu meningkat. Peningkatan rata-rata-rata pertumbuhan pada blok 1 terjadi pada tingkat penggenangan 50% batang semai terendam (t) 6,80-8,90 mm, sedangkan blok 2 sebesar 6,21-8,41 mm dan blok 3 sebesar 4,91-6,79 mm terjadi pada penggenangan sampai batas bebas cabang terendam (b) (Lampiran 1).
25
Blok 1 1a
Diameter (mm)
12
1t
1b
10 8 6 4 2 0 0
2
4 6 8 waktu pengukuran (minggu)
10
12
10
12
(a) Blok 2 2a
Diameter (mm)
12
2t
2b
10 8 6 4 2 0 0
2
4 6 8 Waktu pengukuran (minggu) (b) Blok 3 3a
Diameter (mm)
10
3t
3b
8 6 4 2 0 0
2
4 6 8 Waktu pengukuran (minggu) (c)
10
12
Gambar 5 Pengaruh interaksi perlakuan pada blok penggenangan ke 1 (a), 2 (b), dan 3 (c) terhadap pertambahan diameter semai R. mucronata.
26
5.1.1.2 Tinggi batang Analisis sidik ragam pertambahan tinggi semai R. mucronata terhadap model (perlakuan dan blok penggenangan) memiliki pengaruh nyata pada taraf Anova 0,01. Berdasarkan hasil uji t, perlakuan
tingkat penggenangan tidak
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, sedangkan blok umur semai memiliki pengaruh yang sangat nyata (Tabel 8). Tabel 8 Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan tinggi semai R. mucronata Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F value Pr > F 1310750,68 327687,67 364,12** <,0001 52196,86 899,95 1362947,54 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 2569,09 1284,54 1,43tn 0,25 Blok 2 1308181,59 654090,79 726,81** <,0001 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; ** =berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 58 62
Uji lajut Duncan diperoleh perlakuan tingkat penggenangan tidak berpengaruh terhadap respon pertumbuhan tinggi, sedangkan blok umur semai memberi pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi semai R. mucronata. Tingkat penggenangan 50% batang semai terendam (t) memiliki nilai rataan terbesar (262,51 mm). Blok 1 (kelas umur 28 minggu) memiliki nilai rataan tertinggi 45,42 mm (Tabel 9). Tabel 9 Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan tinggi batang semai R. mucronata Perlakuan Rataan (mm) t 262,51aa* a 255,64aa* b 246,90aa* Blok Rataan (mm) 1 454,21a 2 192,68b 3 118,16c Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Perbedaan pengaruh blok terhadap masing-masing respon pertumbuhan tinggi didukung oleh hasil pengujian koefisien korelasi dengan nilai r<1 (0,96) dengan pengaruh keragaman model 96,17% sehingga membentuk hubungan korelasi secara linier (Gambar 6). Berdasarkan analisis keragaman model, persamaan
matematis
yang
mendukung
pertambahan
tinggi
adalah
27
y=2,47x+454,20 dengan pengaruh keragaman model mencapai 99% (Tabel 10). Hal ini dikarenakan blok 1 memiliki deretan nilai konstanta terbesar dan tingkat penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam (t) memiliki nilai konstanta terbesar dengan selisih 44 mm dari penggenangan b (sampai batas tajuk bebas cabang terendam) dan 14,90 mm dari penggenangan a (sampai leher akar terendam), sehingga selisih peubah x yang terlalu kecil dapat diabalikan. Tabel 10 Pengaruh model terhadap keragaman respon tinggi semai R. mucronata Perlakuan penggenangan Persamaan matematis R2 R2 a y=3,45x+439,30 0,78 0,96* t y=2,47x+454,20 0,99 b y=3,89x+410,20 0,74 2 a y=4,69x+169,20 0,87 t y=4,17x+171,60 0,92 b y=6,94x+142,30 0,91 3 a y=6,21x+72,30 0,98 t y=5,97x+85,96 0,91 b y=8,58x+71,61 0,99 Keterangan = * : beda nyata pada taraf 0,05; y: tinggi; x: nilai peubah variabel y (tinggi) Blok 1 1
Hasil analisis kurva pertumbuhan menunjukkan bahwa blok 1 memiliki nilai rataan tertinggi daripada blok 2 dan 3, sedangkan tingkat penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam menunjukkan respon yang signifikan sehingga perlakuan dan blok ini mempengaruhi respon pertumbuhan tinggi (Gambar 6). Peningkatan rata-rata pertumbuhan pada blok 1 terjadi pada tingkat penggenangan sampai 50% batang semai terendam (t) sebesar 409,23-559,08 mm, blok 2 terjadi pada tingkat penggenangan sampai batas leher akar (a) sebesar 149,38-251,17 mm, dan blok 3 terjadi pada tingkat penggenangan sampai batas tinggi bebas cabang (b) sebesar 49,92-52,77 (Lampiran 2).
28
Blok 1 a
Tinggi (mm)
500
t
b
480 460 440 420 400 0
2
4
6
8
10
12
Waktu pengukuran (minggu) (a) Blok 2 a
250
t
b
Tinggi (mm)
200 150 100 50 0 0
2
4 6 8 Waktu pengukuran (minggu)
10
12
10
12
(b) Blok 3 a
Tinggi (mm)
200
t
b
150 100 50 0 0
2
4
6
8
Waktu pengukuran (minggu) (c)
Gambar 6 Pengaruh interaksi model penggenangan terhadap pertumbuhan tinggi semai R. mucronata pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c).
29
5.1.1.3 Jumlah daun Hasil uji Anova diperoleh model berpengaruh sangat nyata terhadap respon pertumbuhan jumlah daun semai R. mucronata pada taraf 0,01% sehingga tolak H0 (Tabel 11). Hasil uji t menunjukkan bahwa baik perlakuan maupun blok penggenangan memberi pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun sehingga tolak H0. Tabel 11 Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan jumlah daun Uji Anova Jumlah kuadrat 70,92 79,29 150,21 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Perlakuan 2 22,71 Blok 2 47,24 Keterangan : **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 57 61
Kuadrat tengah 17,73 1,39
F Value 12,75**
Pr > F <,0001
Kuadrat tengah 11,36 23,62
t value 8,16** 16,98**
Pr > t 0,0008 <,0001
Uji lanjut Duncan diperoleh pengaruh perlakuan penggenangan sampai batas leher akar terendam (a) berpengaruh nyata dengan rataan jumlah daun sebanyak 7 helai. Blok 1 dan 2 yang memiliki rataan 7 helai daun lebih banyak daripada blok 3 yang memiliki pengaruh nyata dengan rataan 5 helai daun selama 12 minggu masa aplikasi (Tabel 12). Tabel 12 Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan jumlah daun Perlakuan Rataan (helai daun) a 7a t 6bb b 6b Blok Rataan (helai daun) 1 7aa 2 7a 3 5b Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 0,05
Hasil analisis kurva pertumbuhan menunjukkan bahwa ada pengaruh lain terhadap pertumbuhan jumlah daun semai R. mucronata yang tidak stabil. Hal ini didukung oleh hasil uji korelasi regresi (R2) dengan nilai 47,22%, artinya keragaman model hanya berpengaruh sebesar 47,22% sehingga nilai r<0,5 mempengaruhi bentuk kurva. Kurva yang sesuai dengan pertumbuhan jumlah daun adalah jenis kurva polinomial. Berdasarkan persamaan matematis dari kurva polinomial, persamaan yang sesuai untuk pertumbuhan jumlah daun adalah y=0,06x2-0,84x+8,44 dengan pengaruh keragaman model mencapai 91,1% (Tabel
30
13). Hal ini dikarenakan blok 1 umur semai 28 minggu memiliki deretan konstanta tertinggi sebesar 7,77-9,70 helai daun dan tingkat penggenangan 50% batang semai terendam (t) memiliki nilai keragaman terbesar 91,1%. Tabel 13 Pengaruh model terhadap keragaman respon jumlah daun Perlakuan penggenangan Persamaan matematis R2 a y=0,06x2-0,68x+9,70 0,75 t y=0,06x2-0,84x+8,44 0,91 b y=0,04x2-0,70x+7,77 0,91 2 a y=0,05x2-0,32x+6,14 0,89 t y=0,02x2-0,06x+5,92 0,86 b y=0,03x2-0,19x+5,72 0,69 3 a y=0,03x2+0,12x+2,88 0,85 t y=0,33x+2,44 0,93 b y=-0,03x2+0,64x+2,35 0,87 Keterangan = * : beda nyata pada taraf 0.05; y: jumlah daun; x:nilai peubah y Blok 1
R2 0,47*
Analisis kurva pertumbuhan blok 1 umur semai 28 minggu dengan tingkat penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuha jumlah daun. Pengaruh awal dari penggenangan yang ditandai dengan pengurangan daun/pengguguran daun yang sebagian besar ditemukan pada tingkat penggenangan 50% batang semai terendam (t) dan sampai batas bebas cabang (b) pada blok 1 berdampak positif dalam regerasi daun setelah minggu ke 11, sehingga kenaikan jumlah daun lebih stabil dari pada blok 2 dan 3 (Gambar 7). Pada kurva pertumbuhan (Gambar 7) diperoleh tingkat penggenangan sampai batas leher akar terendam (a) memiliki peningkatan pertumbuhan dominan dengan nilai rataan jumlah daun pada blok 1 sebesar 5-14 helai, blok 2 sebesar 5-8 helai, dan blok 3 sebesar 4-6 helai (Lampiran 5). Hal ini terjadi karena tingkat penggenangan atas tidak dipengaruhi oleh penggenangan secara langsung sehingga pertumbuhannya normal.
31
Blok 1 1a 1t
Jumlah daun (helai)
12
1b
10 8 6 4 2 0 0
2
4
6
8
10
12
Waktu pengukuran (minggu) (a)
Jumlah daun (helai)
Blok 2 2a
12
2t
2b
10 8 6 4 2 0 0
2
4
6
8
10
12
Waktu pengukuran (minggu) (b) Blok 3 3a
Jumlah daun (helai)
12
3t
3b
10 8 6 4 2 0 0
2
4
6
8
10
12
Waktu pengukuran (minggu) (c)
Gambar 7 Pengaruh interaksi model penggenangan air terhadap pertumbuhan jumlah daun semai R. mucronata pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c)
32
5.1.1.4 Panjang buku/internoda Pengamatan pertumbuhan panjang buku dilakukan dengan menggunakan dua sampel semai R. murconata di masing-masing tingkat penggenangan sehingga total ada 18 sampel semai. Berdasarkan hasil Uji Anova yang didukung oleh hasil uji t menunjukkan bahwa model tidak berpengaruh nyata terhadap respon pertumbuhan panjang buku semai R. mucronata (Tabel 14). Tabel 14 Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan panjang buku Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah 31,81 7,95 773,65 7,89 805,46 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Blok 2 23,24 11,62 Perlakuan 2 7,16 3,58 tn Keterangan : = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0.05 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 98 102
F value 1,01tn
Pr > F 0,41
t value 1,47tn 0,45tn
Pr > t 0,23 0,64
Uji lanjut Duncan diperoleh model RAK tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang buku. Rataan panjang buku terbesar ditemukan pada perlakuan penggenangan 50% batang semai terendam (5,31 mm) blok 1 umur semai 28 minggu (5,33 mm) Tabel 15. Hal ini terjadi karena analisis perhitungan waktu pertumbuhan pada R. mucronata yang singkat dan dalam jangka waktu yang pendek mengakibatkan pertumbuhan panjang buku tidak terlihat secara jelas dan menurut Kusmana (2005), Rhizophora sp. merupakan jenis tumbuhan mangrove yang lambat tumbuh. Tabel 15 Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan panjang buku Perlakuan Rataan(mm) t 5,31aa* a 4,78aa* b 4,62aa* Blok Rataan (mm) 1 5,33aa* 2 4,62aa* 3 4,14aa* Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Nilai r yang mendekati 0 (0,0395) telah mempengaruhi bentuk kurva yang berhubungan secara non linier atau eksponensial. Hasil persamaan matematis dari kurva eksponensial, persamaan y=54,07e0.006x dengan pengaruh keragaman model 98,1% (Tabel 16). Hal ini dikarenakan blok 1 memiliki deretan konstanta terbesar dan penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam (t) dengan selisih
33
nilai keragaman tertinggi 11,18 mm dari penggenangan sampai batas leher akar (a) dan 2,45 dari penggenangan sampai batas tajuk bebas cabang terendam (b). Tabel 16 Pengaruh model terhadap keragaman respon panjang buku Perlakuan penggenangan Persamaan matematis R2 R2 0,017x a y=42,89e 0,54 0,04tn t y=54,07e0,006x 0,98 b y=51,62e0,006x 0,96 2 a y=30,79e0,028x 0,91 t y=38,78e0,024x 0,94 b y=29,32e0,037x 0,94 3 a y=21,37e0,051x 0,97 t y=29,33e0,052x 0,92 b y=22.48e0.063x 0.94 Keterangan: tn= tidak berbeda nyata pada taraf 0.05; y= panjang buku; x= nilai peubah panjang buku Blok 1
Kurva pertumbuhan pada masing-masing perlakuan dan blok memberi gambaran sebagai kurva yang terpisah sehingga pada masing-masing perlakuan tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan panjang buku (Gambar 8). Tingkat penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam (t) memiliki pengaruh dominan di masing-masing blok penggenangan. Nilai rataan perpanjangan buku pada blok 1 antara 0,39-95,77 mm/10 buku, blok 2 antara 9,77-124,39 mm/5 buku, blok 3 antara 0,17-82,62/4 buku (Lampiran 4).
34
Blok 1 a
Panjang buku (mm)
70
t
b
60 50 40 30 20 10 0 0
2
4
6
8
10
12
Waktu pengukuran (minggu) (a) Blok 2 a
Panjang buku (mm)
60
t
b
50 40 30 20 10 0 0
2
4 6 Waktu pengukuran (minggu)
8
10
12
8
10
12
(b)
Panjang buku (mm)
Blok 3 a
60
t
b
50 40 30 20 10 0 0
2
4
6
Waktu pengukuran (minggu) (c)
Gambar 8 Pengaruh interaksi perlakuan dan blok penggenangan air terhadap pertambahan panjang buku pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c).
35
5.1.1.4 Jumlah buku Hasil uji Anova diperoleh model berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah buku semai R. mucronata sebesar α>Pr>F=0,0001<0,01. Hasil uji t diperoleh tingkat penggenangan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, sedangkan blok penggenangaan memberi pengaruh sangat nyata pada uji t taraf 0,01 (Tabel 17). Tabel 17 Hasil uji Anova dan t pada pertumbuhan jumlah buku Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F value Pr > F 341,25 85,32 409,42** <,0001 11,67 0,21 352,92 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 0,12 0,06 0,28tn 0,76 Blok 2 341,02 170,51 818,30** <,0001 Keterangan : tn: tidak berbeda nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Derajat bebas Model 4 Galat 56 Total 60
Uji lanjut Duncan diperoleh perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, sedangkan antara blok 1, 2, dan 3 menunjukkan pengaruh nyata pada taraf DMRT 0,05. Nilai rataan tertinggi ditunjukkan oleh tingkat penggenangan sampai batas 50% batang semai terendam (4,65 mm) dan blok 1 kelas umur 28 minggu (7,90 mm), Hasil Uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18
Uji lanjut Duncan terhadap pertumbuhan jumlah buku semai R. mucronata
Perlakuan penggenangan Rataan (mm) a 4,65aa* t 4,57aa* b 4,50aa* Blok Rataan (mm) 1 7,95a 2 3,15b 3 2,71c Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Tingkat keragaman yang dominan dipengaruhi blok penggengan sebesar 96,69% (Tabel 19). Nilai r yang mendekati 1 mempengaruhi bentuk kurva pertumbuhan sehingga kurva berbuhungan secara linier. Semakin tinggi nilai koefisien statis dan variabel peubah x dalam suatu persamaan maka semakin baik kualitas persamaan. Persamaan yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan jumlah buku adalah y=0,13x+7,15 dengan keragaman 95%. Blok 1 memiliki nilai
36
koefisien tertinggi dan selisih yang kecil antara 0,11-0,29 mm sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai y dan nilai peubah x yang besar akan mempengaruhi jumlah buku. Tabel 19 Pengaruh model terhadap keragaman respon jumlah buku Perlakuan penggenangan Persamaan matematis R2 R2 a y=0,09x+7,44 0,69 0,97* t y=0,13x+7,15 0,95 b y=0,12x+7,26 0,93 2 a y=0,14x+2,63 0,75 t y=0,12x+2,70 0,79 b y=0,12x+2,708 0,82 3 a y=0,15x+1,61 0,82 t y=0,17x+1,43 0,93 b y=0,18x+1,39 0,89 Keterangan = * : beda nyata pada taraf 0,05; y: jumlah buku; x:nilai peubah jumlah buku Blok 1 1
Hasil analisis kurva tumbuhan diperoleh perlakuan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun R. mucronata karena masingmasing antar kurva pertumbuhan tidak menunjukkan selisih yang nyata dan saling berhimpit (Gambar 9). Nilai rataan jumlah buku pada blok 1 sebanyak 8-10 buku, blok 2 sebanyak 4 buku, dan blok 3 sebanyak 2-3 buku (Lampiran 3).
37
1a
Jumlah buku (buku)
10
Blok 1 1t
1b
9 8 7 6 5 4 0
2
4 6 8 waktu pengukuran (minggu)
10
12
10
12
10
12
(a) Blok 2 a
jumlah buku (buku)
6
t
b
5 4 3 2 1 0 0
2
4 6 8 Waktu pengukuran (minggu) (b) Blok 3
Jumlah buku (buku)
3a
3t
3b
5 4 3 2 1 0 0
2
4
6
8
Waktu pengukuran (minggu) (c)
Gambar 9 Pengaruh interaksi perlakuan dan blok penggenangan air terhadap pertambahan jumlah buku pada blok 1 (a), 2 (b) dan 3 (c).
38
5.1.1.5 Biomassa Data pengukuran biomassa semai R. mucronata dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu biomassa akar, batang, dan daun. Total sampel biomassa yang di teliti sebanyak 27 sampel. Berdasarkan Uji Anova, biomassa akar berpengaruh nyata pada taraf Anova 0,05, sedangkan biomassa batang dan daun berpengaruh sangat nyata pada taraf Anova 0,01 (Tabel 20). Uji t diperoleh tingkat perlakuan penggenangan tidak mempengaruhi ketiga sampel biomassa yang diukur karena Pr>t>α (0,05) sehingga terima H0, sedangkan blok berpengaruh sangat nyata terhadap ketiga biomassa dengan nilai Pr>t<α (0,01) (Tabel 21). Tabel 20 Hasil uji Anova pada pertumbuhan biomassa Sumber keragaman Derajad bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah Biomassa akar Model 4 2159,62 539,90 Galat 22 1903,92 86,54 Total 26 4063,54 Biomassa batang Model 4 132,35 33,09 Galat 22 28,71 1,305 Total 26 161,06 Biomassa daun Model 4 265,28 66,32 Galat 22 71,70 3,26 Total 26 336,98 Keterangan : **=berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,01
F Value
Pr > F
6,24**
0,0016
25,35**
<,0001
20,35**
<,0001
Tabel 21 Hasil uji t terhadap model pertumbuhan biomassa Sumber keragaman Derajad bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Biomassa akar Perlakuan 2 134,78 67,39 0,78tn 0,47 Blok 2 2024,84 1012,42 11,70** 0,0003 Biomassa batang Perlakuan 2 0,54 0,27 0,21tn 0,81 Blok 2 131,81 65,90 50,50** <,0001 Biomassa daun Perlakuan 2 18,04 9,02 2,77tn* 0,08 Blok 2 247,24 123,62 37,93** <,0001 Keterangan : tn=tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01
Hasil uji lanjut Duncan diperoleh tingkat penggenangan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan biomassa akar, batang, dan daun pada taraf DMRT 0,05, sedangkan blok penggenangan berpengaruh nyata pada biomassa akar, batang, dan daun pada taraf DMRT 0,05 (Tabel 22). Rataan biomassa akar (19,03 gram) lebih besar nilainya daripada biomassa daun (9,59 gram) dan biomassa batang (6,18 gram) dengan pengaruh model yang signifikan pada blok 1 tingkat penggenangan sampai batas leher akar (a).
39
Tabel 22 Uji lanjut Duncan terhadap biomassa Model Biomassa akar (gram)
Mean and Duncan Grouping Biomassa batang (gram) Biomassa daun (gram)
Perlakuan a 25,32aa* 3,33aa* 6,52a t 23,91aa* 3,27aa* 5,04ab b 20,03aa* 3,01aa* 4,61b Blok 1 19,03b 6,18a 9,59a 2 35,12a 2,54b 4,00b 3 15,12b 0,89c 2,56b Keterangan : *= angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Analisis kurva pertumbuhan biomassa akar, batang, dan daun menunjukkan bahwa biomassa pada masing-masing blok bervariasi dengan pengaruh yang nyata. Biomassa akar memiliki nilai rataan tertinggi, sedangkan biomassa batang memiliki rataan terendah (Gambar 10). Model yang berpengaruh signifikan terhadap biomassa akar adalah blok 2 penggenangan sampai 50% batas batang terendam (t) sebesar 25,20-53,15 gram. Model yang berpengaruh signifikan terhadap biomassa batang adalah blok 1 penggenangan sampai batas leher akar (a) sebesar 5,50-7,60 gram. Model yang berpengaruh signifikan terhadap biomassa daun adalah blok 2 penggenangan sampai betas leher akar (a) sebesar 9,55-10,73 gram (Lampiran 6).
Biomassa (gram)
45 40
1a
35
1t
30
1b
25
2a
20
2t
15
2b
10
3a
5
3t
0
3b Akar
Batang
Daun
Gambar 10 Pengaruh model terhadap respon biomassa semai R. mucronata Keragaman yang ditunjukkan oleh kurva pertumbuhan ditentukan dengan uji korelasi regresi. Hasil uji korelasi menunjukkan keanekaragaman model (R2) tertinggi ditunjukkan oleh biomassa batang 82,17%, sedangkan pengaruh terkecil ditunjukkan oleh biomassa akar 53,15% (Tabel 23).
40
Tabel 23 Pengaruh model terhadap keragaman respon biomassa Biomassa Akar Batang Daun
Persen R2 53,15% 82,18% 78,72%
R2 0,53 0,82 0,79
Nilai keragaman 40,29 35,68 33,50
MSE 9,30 1,14 1,80
Rataan 23,09 3,20 5,39
5.1.2 Kinerja riap pertumbuhan semai R. mucronata 5.1.2.1 Diameter 5.1.2.1.1 Riap mingguan berjalan (Current Weekly Increament/CWI) Riap diameter merupakan salah satu parameter pertumbuhan semai R. mucronata yang diukur secara berkala dalam satuan minggu. Hasil uji Anova pada perhitungan riap mingguan diameter semai R. mucronata menunjukkan nilai Pr>F=<0,0001=<α (0,01), artinya tolak H0. Hasil uji t menunjukkan bahwa blok umur semai berpengaruh sangat nyata terhadap riap mingguan diameter, sedangkan tingkat penggenangan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap respon riap mingguan berjalan tinggi (Tabel 24). Tabel 24 Uji Anova dan uji t pada riap mingguan berjalan (CWI) diameter Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F value Pr > F 0,55 0,14 163,20** <,0001 0,05 0,001 0,59 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 0,002 0,001 1,34tn 0,27 Blok 2 0,55 0,27 325,05** <,0001 Keterangan : tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **= berpengaruh sangat nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 58 62
Hasil uji Duncan diperoleh pengaruh perlakuan penggenangan terhadap CWI diameter tidak berpengaruh nyata pada taraf DMRT 0,05 dengan rataan riap pertumbuhan 0,35-0,36 mm. Blok penggenangan memiliki pengaruh nyata pada taraf DMRT 0,05 dengan rataan riap pada blok 3 sebesar 0,43 mm (Tabel 25). Tabel 25 Uji lanjut Duncan terhadap riap CWI diameter Perlakuan Rataan (mm/minggu) b 0,36aa* t 0,36 aa* a 0,35aa* Blok Rataan (mm/minggu) 3 0,43 a 2 0,42b 1 0,23c Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
41
Nilai keragaman (r) 0,92<1 mempengaruhi bentuk kurva yang berhubungan secara linier (Gambar 11). Persamaan matematis yang sesuai adalah persamaan blok 3 umur semai 28 minggu yang memiliki deretan koefisien tertinggi dan tingkat penggenangan sampai 50% batang semai terendam (t) yang memiliki nilai keragaman tertinggi 0,98%, yaitu y=-0,02x+0,66 (Tabel 26). Tabel 26 Pengaruh model terhadap keragaman riap CWI diameter Perlakuan Persamaan Matematis R2 R2 a y=-0,001x+0,27 0,47 0,92* t y=0,001x+0,53 0,53 b y=-0,001x+0,26 0,63 2 a y=-0,009x+0,56 0,98 t y=-0,008x+0,56 0,95 b y=-0,002x+0,48 0,53 3 a y=-0,01x+0,61 0,92 t y=-0,02x+0,66 0,98 b y=-0,01x+0,61 0,82 Keterangan: *=beda nyata pada taraf 0,05; y: riap mingguan berjalan diameter; x: nilai peubah y Blok 1
Hasil analisis kurva riap mingguan menunjukkan semakin besar tingkat umur semai, maka semakin turun tingkat pertumbuhan riap. Blok penggenangan 1 dengan umur semai 28-40 minggu (blok 1) menunjukkan pertumbuhan riap yang lebih stabil dibandingkan kelas umur 8-24 minggu (blok 2 dan 3). Pada blok 1 penggenangan 50% batang semai terendam (t) memiliki tingkat nilai riap mingguan berjalan diameter yang tinggi, sedangkan pada blok 2 dan 3 tingkat penggenangan sampai batas tajuk bebas cabang (b) memiliki pengaruh yang signifikan (Gambar 11). Nilai rataan pada blok 1 sebesar 0,26-0,29 mm/minggu, blok 2 sebesar 0,43-0,46 mm/minggu, dan blok 3 sebesar 0,48-0,49 mm/minggu (Lampiran 7).
42
Riap MWI Diameter (mm/minggu)
Blok 1 1a
0.27
1t
1b
0.25 0.23 0.21 0.19 0.17 0.15 28
30
32
34
36
38
40
Umur semai (minggu) (a)
Riap MWI Diameter (mm/minggu)
Blok 2 2a
12
Riap MWI Diameter (mm/minggu)
2t
2b
0.48 0.46 0.44 0.42 0.4 0.38 0.36 0.34 0.32 0.3 14
16 18 Umur semai (minggu) (b)
20
Blok 3 3t
3a
22
24
3b
0.6 0.55 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 8
10
12
14
16
18
20
Umur semai (minggu) (c)
Gambar 11 Pertambahan riap mingguan berjalan semai R.mucronata pada blok 1 (a), 2 (b), dan 3 (c).
43
4.1.2.1.2 Riap rata-rata mingguan (Mean Weekly Increament/MWI) Perhitungan riap mingguan berjalan (mean weekly increament, MWI) dihitung seminggu sekali. Hasil uji Anova diperoleh pengaruh yang nyata terhadap riap rata-rata mingguan karena Pr>F>α (0,05). Hasil uji t diperoleh respon pengaruh tingkat penggenangan yang tidak nyata dan respon pengaruh blok penggenangan yang nyata pada taraf 0,05 sehingga tolak H0 (Tabel 27). Tabel 27 Hasil uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan (MWI) diameter Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Value Pr > F 0,33 0,08 2,45* 0,05 1,95 0,03 2,28 Uji t Sumber keragaman Derajad bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > F Perlakuan 2 0,10 0,05 1,50tn 0,23 Blok 2 0,23 0,11 3,39* 0,04 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; *=berpengaruh nyata pada taraf 0,05 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajad bebas 4 58 62
Hasil Uji Duncan diperoleh perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap riap rata-rata mingguan dan blok berpengaruh nyata pada taraf 0,05. Pengaruh pertambahan riap pada blok 2 berbeda nyata dengan blok 1 dengan rataan 0,54 mm/minggu, sedangkan tingkat penggenangan sampai batas leher akar memiliki nilai rataan tertinggi sebesar 0,51 mm/minggu (Tabel 28). Tabel 28 Uji lanjut Duncan terhadap riap rata-rata mingguan (MWI) diameter Perlakuan Rataan (mm/minggu) b 0,51aa* t 0,46aa* a 0,41aa* Blok Rataan (mm/minggu) 2 0,54aa* 3 0,44ab 1 0,39bb* Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Diagram batang pada gambar di bawah ini menunjukkan bahwa pertumbuhan riap mingguan terbesar ditemukan pada blok 2 dengan tingkat penggenangan sampai batas tajuk bebas cabang (b) dengan rataan pertumbuhan riap 0,43 mm/minggu. Diagram tersebut dapat dilihat pada Gambar 12. Berdasarkan nilai keragaman, pengaruh keragaman model sebesar 14,44% (Lampiran 12 ) tidak signifikan dan sebesar 85% dipengaruhi oleh faktor lain.
44
0,43
0.45
Riap CWI diemeter (mm/minggu)
0.40 0.35
0,29
0.25
0,29
0,29
0.30
0,26
0,24
0,23
0,24
0,18
0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 1a
1t
1b
2a
2t
2b
3a
3t
3b
Model perlakuan
Gambar 12 Diagram riap rata-rata mingguan diameter semai R. mucronata. 5.1.2.2 Tinggi 5.1.2.2.1 Riap mingguan berjalan (Current Weekly Increament/CWI) Riap mingguan berjalan (CWI) respon tinggi semai R. mucronata pada uji Anova memiliki pengaruh yang nyata dengan nilai Pr>F<α= 0,01<0,0001 sehingga tolak H0. Hasil uji t diperoleh perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan CWI tinggi, sedangkan blok memberi pengaruh nyata (Tabel 29 ). Tabel 29 Uji Anova dan t pada riap mingguan berjalan tinggi Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Value Pr > F 260,28 65,07 24,5** <,0001 153,59 2,65 413,87 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 4,88 2,44 0,92tn 0,40 Blok 2 255,39 127,69 48,22** <,0001 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 58 62
Nilai rataan riap mingguan berjalan tertinggi pada tingkat penggenangan tengah 11,36 mm/minggu, blok penggenangan pertama 13,48 mm/minggu. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf DMRT 0,05 sehingga terima H0, sedangkan masingmasing blok penggenangan memiliki pengaruh yang nyata pada taraf DMRT 0,05 sehingga tolak H0 (Tabel 30).
45
Tabel 30 Uji lanjut Duncan terhadap riap mingguan berjalan tinggi Perlakuan Rataan (mm/minggu) t 11,36aa* a 10,96aa* b 10,68aa* Blok Rataan (mm/minggu) 1 13,48a 2 10,97b 3 8,55c Keterangan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Nilai r mendekati 1 (0,63/63%) mempengaruhi bentuk kurva yang berhubungan secara linier (Gambar 13). Berdasarkan persamaan matematis, nilai peubah varibel x yang berpengaruh pada nilai pertambahan riap mingguan berjalan (y) menunjukkan tanda negatif, artinya pertambahan riap dari minggu awal ke minggu selanjutnya semakin lamban. Persamaan matematis yang berpengaruh signifikan terhadap respon riap CWI tinggi batang adalah y=0,34x+25,52 karena persamaan yang terdapat pada blok 1 memiliki deretan koefisien tertinggi dan tingkat penggenangan tengah (t) yang diikuti oleh nilai keragaman respon yang tinggi 98,70% (Tabel 31). Tabel 31 Pengaruh model terhadap keragaman riap CWI tinggi Pelakuan penggenangan Persamaan matematis R2 a y=-0,29x+23,84 0,97 t y=-0,34x+25,52 0,99 b y=-0,27x+22,01 0,93 2 a y=-0,39x+18,40 0,84 t y=-0,42x+18,78 0,89 b y=-0,22x+14,32 0,65 3 a y=-0,12x+9,859 0,78 T y=-0,20x+11,70 0,83 B y=-0,001x+8,82 0,00 Keterangan: *= beda nyata pada taraf 0,05; y:riap CWI diameter; x: nilai peubah y Blok 1
R2 0,63*
Analisis kurva pada Gambar 13 menunjukkan pertumbuhan riap bernilai negatif, artinya semakin bertambah waktu, semakin turun tingkat pertambahan riap dalam satu minggu. Kurva tersebut memiliki hubungan linier karena nilai keragaman mendekati 1. Nilai rataan CWI pada blok 1 antara 12,15-16,59 mm/minggu, blok 2 antara 8,33-13,12 mm/minggu, dan blok 3 antara 2,91-10,92 mm/minggu (Lampiran 9).
46
Riap Tinggi CWI (mm/minggu)
Blok 1 1a
17
1t
1b
16 15 14 13 12 11 10 28
30
32
34 36 Umur semai (minggu) (a)
38
40
22
24
Blok 2
Riap CWI tinggi (mm/minggu)
2a
2b
15 14 13 12 11 10 9 8 12
Riap CWI Tinggi (mm/minggu)
2t
16
14
16
18 20 Umur semai (minggu) (b)
3a
10.5 10 9.5 9 8.5 8 7.5 7 6.5 6 8
10
12
Blok 3 3t
3b
14 16 Umur semai (minggu) (c)
18
20
Gambar 13 Pengaruh model terhadap riap mingguan berjalan respon tinggi semai R. mucronata.
47
5.1.2.2.2 Riap rata-rata mingguan (Mean Weekly Increament/CWI) Berdasarkan analisis sidik ragam diperoleh pengaruh yang sangat nyata pada taraf uji Anova 0,01, karena nilai Pr>F<α (0,002<0,01) sehingga H0 ditolak. Uji t menunjukkan hal yang sama, yaitu pengaruh perlakuan yang nyata pada taraf t 0,05 (Pr>F<α=0,04<0,05) dan pengaruh blok yang sangat nyata pada taraf t 001 (Pr>F<α=0,004<0,01). Hasil uji Anova dan t dapat ditunjukkan pada Tabel 32. Tabel 32 Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan tinggi Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F value Pr > F 193,06 48,27 4,77** 0,002 587,34 10,13 780,39 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 70,79 35,39 3,50* 0,04 Blok 2 122,27 61,13 6,04** 0,004 Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 58 62
Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai rataan pertambahan rata-rata riap mingguan terbesar adalah pada blok 3 (7,80 mm/minggu) tingkat penggenangan samapi batas tatuk bebas cabang terendam (7,29 mm/minggu). Pengaruh yang nyata ditunjukkan antara tingkat penggenangan sampai batas tajuk bebas cabang dan 50% batang semai terendam, sedangkan blok 3 umur semai 8 minggu berpengaruh nyata terhadap dengan blok 2 umur semai 12 minggu dan blok 1 umur semai 28 minggu (Tabel 33). Tabel 33 Uji lanjut Duncan terhadap riap rata-rata mingguan tinggi Perlakuan Rataan b 7,29aa* a 5,65ab t 4,72bb* Blok Rataan 3 7,80aa* 2 5,32bb* 1 4,53bb* Keteragan : * = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
Diagram batang Gambar 14 di bawah ini menunjukkan hasil yang sama dengan uji Duncan, yaitu blok 3 tingkat penggenangan sampai batas tajuk bebas cabang yang memiliki nilai rataan MWI tinggi tertinggi sebesar 9 mm/minggu. Nilai keragaman model termasuk kecil, yaitu 24,73%, sehingga ada faktor luar sebesar 75,67% yang mempengaruhi pertambahan riap tinggi semai R. mucronata.
48
Riap rata-rata mingguan tinggi (mm/minggu)
9 9 8 7 7 6
7
6 6 5
5
5
4
4 3
2
2 1 0 1a
1t
1b 2a 2t 2b 3a Model perlakuan dan blok penggenangan
3t
3b
Gambar 14 Pengaruh penggenangan dan blok terhadap riap rata-rata mingguan tinggi semai R. mucronata 5.1.2.3 Biomassa Pengambilan data biomassa dilakukan pada akhir penelitian hanya dilakukan satu tahapan perhitungan riap, yaitu riap rata-rata mingguan. Berdasarkan analisis sidik ragam pada riap rata-rata mingguan diperoleh model berpengaruh sangat nyata terhadap biomassa akar (Tabel 34), biomassa daun (Tabel 35), dan biomassa batang (Tabel 36) pada taraf anova 0,01. Hasil uji t diperoleh bahwa perlakuan penggenangan tidak berpengaruh nyata terhadap biomassa semai R. mucronata pada taraf 0,05, sedangkan blok memiliki pengaruh sangat nyata terhadap riap biomassa akar (Pr>t<α=0,0003<0,01), batang (Pr>t<α=0,0001<0,01) dan daun (Pr>t<α=0,0001<0,01) . Tabel 34 Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan biomassa akar Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F value Pr > F 14,99 3,75 6,24** 0,002 13,22 0,60 28,22 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 0,94 0,47 0,78tn 0,47 Blok 2 14,06 7,03 11,70** 0,0003 Keterangan:tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 22 26
49
Tabel 35 Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan biomassa daun Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Value Pr > F 1,84 0,46 20,35** <,0001 0,49 0,02 2,34 Uji t Sumber keragamanDerajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 0,12 0,06 2,76tn 0,09 Blok 2 1,72 0,86 37,94** <,0001 Keterangan:tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01
Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 22 26
Tabel 36 Uji Anova dan t pada riap rata-rata mingguan biomassa batang Uji Anova Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Value Pr > F 0,92 0,23 25,38** <,0001 0,19 0,01 1,12 Uji t Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah t value Pr > t Perlakuan 2 0,004 0,002 0,21TN 0,82 Blok 2 0,91 0,46 50,56** <,0001 Keterangan:tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 0,05; **=berpengaruh nyata pada taraf 0,01 Sumber keragaman Model Galat Total
Derajat bebas 4 22 26
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 37) diperoleh nilai rataan tertinggi dari tingkat perlakuan yang dominan mempengaruhi riap biomassa akar (2,11 gram/minggu), batang (0,28 gram/minggu), dan daun (0,54 gram/minggu) adalah tingkat penggenangan atas. Blok penggenangan yang mempengaruhi riap biomassa akar (2,93 gram/minggu) dan daun (0,79 gram/minggu) adalah blok penggenangan 2, sedangkan blok 1 mempengaruhi riap biomassa batang sebesar 0,51 gram/minggu. Dari tiga komponen penyusun biomassa semai R. mucronata, biomassa akar yang memiliki riap rataan tertinggi karena akar merupakan komponen terpenting dari tumbuhan untuk bertahan dalam kondisi ekstrim dan mempertahankan posisinya sehingga akar memiliki kandungan air terbesar. Tabel 37 Uji lanjut Duncan terhadap riap biomassa akar, batang dan daun Akar Batang Daun Perlakuan Rataan Perlakuan Rataan Perlakuan Rataan a 2,11aa* a 0,28aa* a 0,54aa* t 1,99aa* t 0,27aa* t 0,42ab b 1,67aa* b 0,25aa* b 0,38bb* Blok Rataan Blok Rataan Blok Rataan 2 2,93a 1 0,51a 2 0,791a 1 1,59bb* 2 0,21b 1 0,33bb* 3 1,26b 3 0,07c 3 0,21b Keterangan :* = angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,05
50
Diagram batang (Gambar 15) menunjukkan bahwa nilai rataan riap akar memiliki nilai yang tinggi terutama riap akar pada blok 2 penggenangan tengah (>1,60 gram/minggu). Riap batang memiliki nilai yang tergolong rendah <0,20 gram/minggu. Riap daun memiliki rataan riap biomassa <0,40 gram/minggu, kecuali riap pada blok 2 penggenangan atas (>0,40 gram/minggu).
1.80
1.60
1.40
Riap biomassa (gram/minggu)
1a 1.20
1t 1b
1.00
2a 2t
0.80
2b 3a 3t
0.60
3b 0.40
0.20
0.00 Akar
Batang
Daun
Gambar 15 Riap biomassa akar, batang dan daun semai R. mucronata Perbedaan pengaruh penggenangan dan blok penggenanga yang kurang signifikan dapat diakibatkan oleh faktor luar. Berdasarkan Tabel 38, keragaman pengaruh model terbesar sampai terkecil yang berdampak signifikan adalah riap biomassa batang (82%), daun (78,70%) dan akar (53%). Tabel 38 Pengaruh model terhadap nilai keragaman riap biomassa Riap biomassa Akar Batang Daun
Persen R2 53,15% 82,19% 78,72%
R2 0,53 0,82 0,79
Nilai keragaman 40,29 35,63 33,49
MSE 0,78 0,09 0,15
Rataan 1,92 0,27 0,45
51
5.2
Pembahasan
5.2.1 Kinerja pertumbuhan semai R. mucronata Pertumbuhan
semai
R.
mucronata
secara
fisik
ditunjukkan
oleh
pertambahan tinggi, diameter, panjang buku, jumlah buku, dan jumlah daun yang dimulai dari kuncup. Pembentukan kuncup bunga R. mucronata identik dengan proses penyerbukan antara mahkota bunga dan benangsari yang selesai dalam jangka waktu 4 minggu setelah athesis (Ismail et al. 2010).
(a) (b) (c) Gambar 16 Pertumbuhan daun baru mulai dari kuncup (a), pembentukan daun dan buku baru (b), dan bekas sarung kuncup mengering (c). Pertumbuhan akar sampai ujung daun dipengaruhi oleh pergerakan air di seluruh bagian tanaman. Jenis tanaman yang bertranspiras bebas, air dievaporasi dari dinding-dinding sel epidermis dan mesophyl yang lembab dibagian dalam daun dan hilang ke atmosfir melalui stomata (Fitter dan May 1999), sehingga air cenderung mengalir dari tanah ke daun (Sosrodarsono 1978). Pertumbuhan semai R. mucronata dengan kontinuitas cairan air antara daun dan tanah melalui xilem, pergerakan air ke atas tidak dapat terjadi dengan cepat karena terdapat suatu tahanan pada aliran hidrolik di dalam organ tanaman (Fitter dan May 1999). Alur pergerakan air menurut Anderson (1976) dalam Fitter dan May (1999), air mengalir secara radial menembus mengikuti pergerakan apoplas ke dinding sel dan ruang interseluler dari epidermis akar dan korteks ke endodermis, kemudian masuk ke lumina saluran xilem batang melewati apoplast parenchyma steler ke dalam daun, dimana sarung pembungkus dan jeringan urat daun (Gambar 16) yang bercabang-cabang menyampaikan air ke apoplas di dalam beberapa sel dari tempat evaporasinya alur pergerakan air akan terlihat jelas pada tanaman berakar muda dan permeabel yang direpresentasikan melalui kemampuan pertumbuhan seperti tingkat semai R. mucronata yang berumur 8-40 minggu. Menurut
52
Indrayanto (2006), spesies tumbuhan tingkat semai yang tingginya <4 m tergolong pohon yang masih muda dalam fase anakan (seedling) atau fase pertumbuhan. Oleh karena itu, Durasi pasang surut air laut dengan pergerakan air yang tidak stabil akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan semai R. mucronata. Kusmana et al. (2005) pada areal yang selalu tergenang, hanya R. mucronata yang dapat tumbuh baik daripada Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp. Berdasarkan hasil penelitian selama bulan Maret-Juni di kawasan mangrove Jalan Tol Prof. Sedyatmo diperoleh bahwa blok umur semai 28 minggu, 12 minggu, dan 8 minggu yang diaplikasikan pada pertumbuhan semai R. mucronata memberi pengaruh dominan daripada tingkat penggenangan (a, t, dan b). Blok penggenangan merupakan aplikasi dari variasi kelas umur yang dikenakan pada setiap penggenangan. Kelas umur pada awal penanaman semai R. mucronata perlu dipertimbangkan karena pertumbuhan tanaman sangat resisten terhadap tekanan faktor lingkungan. Menurut Fitler dan May (1999), tekanan faktor lingkungan seperti kondisi penggenangan yang ekstrem pada tanaman masa pertumbuhan dapat menyebabkan respon fisiologis yang berbalik dalam aktifitas fotosintetik pada tanaman berkayu, tetapi tidak menimbulkan respon morfologis yang bersifat adaptif terhadap lingkungan yang normal yang memerlukan fleksibilitas fenotipe. Resistensi pertumbuhan semai R. mucronata terhadap pola penggenangan yang diaplikasikan dalam penelitian ini lebih dipengaruhi oleh variabel berdasarkan kelas umur tanaman daripada tingkat penggenangan. Variasi kelas umur sebagai perlakuan pada masing-masing tingkat penggenangan telah mempengaruhi pertumbuhan diameter, tinggi batang, jumlah daun, jumlah buku, dan biomassa semai R. mucronata. Variasi tingkat penggenangan hanya mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun
53
3b 11% 2b 11%
1a 22%
2a 11% 1t 45%
Gambar 17 Persen pengaruh tingkat penggenangan pada umur berbeda terhadap pertumbuhan semai R. mucronata. Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 17) treatment 50% batang semai R. mucronata tergenang pada umur semai 28 minggu (1t) berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan R. mucronata sebesar 45 %. Hal ini menunjukkan adanya hubungan korelasi antara jenis tegakan dengan pasang surut dan lamanya genangan air karena semakin ke atas daratan arus pasang surut semakin kecil dan kandungan lumpur dengan bahan organik tanah semakin tinggi (Marsono dan Setyono 1993). Menurut aziz and Khan (2001), R. mucronata memiliki kemampuan berintroduksi pada kondisi lingkungan dengan salinitas tinggi dan mampu tumbuh pada simulasi penggenangan air laut 50% dari batas tinggi batang anakan. Menurut Arief (2003), R.
mucronata L. mampu mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sebesar 83% dalam suasana lingkungan dengan salinitas sebesar 5,10%, sedimentasi setebal 11,50 cm dan tinggi genangan 29 cm. Tegakan R. mucronata menunjukkan pertumbuhan pucuk akar yang lebih baik daripada Micronesia (Duke 2006), ukuran pohon yang moderate hingga mencapai tinggi 10 meter, dan didukung oleh adventitious prop roots (Ghafoor 1984). Bakau (R. mucronata) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah air masin dan memiliki kemampuan tumbuh dalam kondisi tingkat penggenangan tinggi full strength seawater, serta toleransi terhadap salinitas tinggi. Toleransi terhadap tingkat penggenangan, perbedaan tipe tanah, dan mentuk fisik lainnya merupakan salah salah satu faktor adaptasi R. mucronata terhadap bentuk fisik (Duke 2006). Oleh karena itu, tingkat penggenangan sebatas 50% batang semai
54
terendam pada umur 28 minggu menunjukkan pengaruh pertumbuhan yang signifikan positif. 5.2.1.1 Blok penggenangan Hasil rataan pertumbuhan berdasarkan Uji Duncan menunjukkan bahwa blok 1 mempengaruhi respon rataan pertumbuhan diameter (7,75 mm), tinggi (454,21 mm), daun (7 helai), jumlah buku/internode (8 buku), panjang buku (5,33 mm), biomassa (batang 6,18 gram, daun 9,59 gram), riap mingguan berjalan tinggi (13,48 mm/minggu), riap biomassa batang (0,52 gram).
Hal ini
menunjukkan bahwa kelas umur penggenangan pada awal aplikasi 7 bulan atau 28 minggu hingga 13 hari masa aplikasi memberi pengaruh dominan terhadap pertumbuhan semai R. mucronata secara fisik. Verhayden et al. (2004) mengatakan bahwa faktor lingkungan dan umur R. mucronata mempengaruhi pertambahan lingkar tumbuh batang, semakin tua umur tanaman semakin stabil pertambahan tumbuh lingkar batang, dan semakin tua maka semakin besar kemampuan tanaman untuk bertahan pada lingkungan yang ekstrem. Blok 2 kelas umur semai 12 minggu berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan rataan biomassa akar (19,03 gram), riap rata-rata minguan diameter (0,54 mm/minggu), riap biomassa (akar 2,93 gram/minggu, daun 0,79 gram/minggu). Bok 3 kelas umur semai 8 minggu berpengaruh signifikan terhadap riap mingguan berjalan diamater (0,44 mm/minggu), riap rata-rata minggguan tinggi (7,80 mm/minggu). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan semai yang dipengaruhi oleh kondisi penggenangan yang ekstrem pada masa pertumbuhan (tanaman muda dengan umur 8-12 minggu) akan memperlambat pertambahan tumbuh. Menurut Fitler dan May (1992) pengaruh kondisi lingkungan yang ekstrem akan menyebabkan reduksi pertumbuhan baik secara fisik maupun kimiawi sehingga metabolisme menjadi lamban karena defisiensi ion-ion nutrien cahaya. 5.2.1.2 Tingkat penggenangan Kondisi penggenangan sebatas leher akar yang terendam oleh air memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan jumlah daun (7 helai daun), jumlah buku (5 buku), biomassa (akar 25,32 gram, batang 3,33 gram, daun 6,52
55
gram), dan riap biomassa (akar 2,11 gram/minggu, batang 0,28 gram/minggu, daun 0,54 gram/minggu). Tingkat penggenangan sebatas 50% batang semai R. mucronata memberi pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan rata-rata diameter (7,16 mm),
tinggi (262,51 mm),
panjang buku (5,31 mm), riap mingguan
berjalan tinggi (11,36 mm/minggu). Tingkat penggenangan sampai batas tajuk batang semai terendam berpengaruh signifikan terhadap riap mingguan berjalan diameter (0,37 mm/minggu), riap rata-rata mingguan diameter (0,51 mm/minggu), riap rata-rata mingguan tinggi (7,29 mm/minggu). Menurut Aziz dan Khan (2001), pertumbuhan optimum masa pertumbuhan R. mucronata umur 6-12 bulan di perairan Pakistan ditunjukkan oleh penggenangan pada 50% batas batang dan akan menurun seiring dengan peningkatan penggenangan. 5.2.2 Kinerja riap semai R. mucronata Riap merupakan pertambahan ukuran pohon atau nilai tinggi/nilai diameter/volume dalam satuan waktu tertentu (Latifah 2004). Dalam penelitian ini jenis riap yang dihitung adalah riap diameter, riap tinggi, dan riap biomassa pada tingkat semai jenis R. mucronata dalam satuan waktu minggu. Pengukuran nilai riap ini ditentukan oleh pengaruhnya terhadap model penggenangan yang diberikan, baik itu tingkat penggenangan dan blok yang didasarkan pada kelas umur semai. 5.2.2.1 Riap diameter Pertambahan
riap
diameter
berpengaruh
nyata
terhadap
model
penggenangan yang diberikan terutama pada perbedaan blok penggenangan. Blok penggenangan yang berpengaruh nyata adalah blok penggenangan pada kelas umur 8-20 minggu dengan pertambahan riap diameter sebesar 0,44 mm/minggu yang didukung oleh tingkat penggenangan bawah dengan diameter rata-rata 0,37 mm/minggu dan tengah 0,36 mm/minggu. Riap rata-rata mingguan berjalan pada respon diameter dipengaruhi secara nyata
oleh
model
penggenangan
terutama
blok
penggenangan.
Blok
penggenangan 2/kelas umur semai 12 minggu (0,54 mm/minggu) pada tingkat penggenangan sampai batas tajuk batang/bawah (0,51 mm/minggu) memiliki nilai rataan tertinggi pada pertambahan riap diameter sebesar 0,43 mm/minggu. Hal ini
56
dipengaruhi oleh pertambahana riap diameter semai R. mucronata yang selalu naik dan kemampuan tumbuh semai R. mucronata yang mampu tumbuh di area tergenang dalam. 5.2.2.2 Riap tinggi Riap tinggi mingguan berjalan dipengaruhi secara nyata oleh model penggenangan terutama blok penggenangan. Jenis blok penggenangan dan tingkat penggenangan yang berpengaruh signifikan terhadap pertambahan riap tinggi adalah blok 1 (13,48 mm/minggu) tingkat penggenangan 50% batang semai terndam (11,36 mm/minggu). Riap rata-rata mingguan tinggi semai R. mucronata dipengaruhi oleh model penggenangan terutama kedua jenis model penggenangan. Jenis blok penggenangan yang berpengaruh signifikan terhadap riap mingguan tinggi adalah blok 3 (7,80 mm/minggu) tingkat penggenangan sampai batas tajuk bebas cabang (7,29 mm/minggu). Pertambahan riap pertumbuhan tanaman di daerah musim tergenang air pada musim semi/kering diameter akan berkurang dari 104 mm menjadi 28 mm, pada tingkat penggenangan yang tinggi lebih dari 70% batas batang petumbuhan semakin lambat dari 36 mm menjadi 8 mm (Kozlowski 1968). 5.2.2.3 Riap Biomassa Riap biomassa rata-rata mingguan dipengaruhi secara nyata oleh model penggenangan terutama blok penggenangan. Pada biomassa akar dan daun dipengaruhi oleh blok 2 umur semai 12 minggu, sedangkan biomassa batang dipengaruhi oleh blok 1 umur semai 28 minggu. Tingkat penggenangan yang memberi pengaruh signifikan terhadap pertambahan biomassa akar (2,11 gram/minggu), batang (0,28 gram/minggu), daun (0,54 gram/minggu) adalah penggenangan sampai batas leher akar. Kandungan biomassa semai dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang terkandung di dalam organ-organ tertentu pada semai R. mucronata. Organ-organ penyimpan karbohidrat dengan proporsi besar berada di organ di bawah permukaan tanah (Bliss 1975 dalam Fitter dan May 1999). Pengaruh penggenangan dalam penyerapan air yang berlebihan mempengaruhi komposisi/kadar air yang lebih besar pada organ bagian bawah yang berinteraksi langsung dengan air. Translokasi karbohidrat pada awal musim, mendukung laju
57
pertumbuhan daun dan batang yang cepat pada saat temperatur rendah akan mengurangi kecepatan fotosintesis di bawah optimum (Fitter dan May 1999). Oleh karena itu, riap biomassa akar lebih besar dari pada batang dan daun. 5.2.3 Keragaman respon dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan semai R. mucronata Keragaman respon mempengaruhi persamaan matematis dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan pertambahan riap respon semai R. mucronata. Nilai keragaman respon dipengaruhi oleh model penggenangan yang diterapkan, semakin tinggi nilai keragaman maka semakin besar pengaruh model terhadap respon pertumbuhan dan riap semai R. mucronata. Nilai keragaman juga mempengaruhi bentuk kurva pertumbuhan dan pertambahan riap. Walpole (1992) dan Gujarati (2006), nilai R2 (nilai keragaman respon/koefisian korelasi) yang menentukan ukuran hubungan peubah x (waktu pengukuran) dan y (respon pertumbuhan/pertambahan riap) memiliki hubungan korelasi linier yang tinggi apabila mendekati 100% (±1) dan memiliki hubungan eksponensial apabila r mendekati 0.
MWI diameter (mm) 3%
MWI tinggi CWI tinggi (mm/minggu) Diameter (mm) 4% (mm/minggu) 10% 11% Tinggi(mm) 17%
CWI diameter (mm) 16% Biomassa (gram) 13%
Jumlah daun 8% Jumlah internoda17% Panjang internoda (mm) 1%
Gambar 18 Persen keragaman pengaruh tingkat penggenangan pada umur berbeda terhadap pertumbuhan semai R. mucronata. Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 18), pengaruh model penggenangan terhadap keragaman respon memiliki nilai yang bervariasi. Keragaman respon diameter sebesar 5,25% dipengaruhi oleh penggenangan, sedangkan 41,75% dipengaruhi faktor lain. Keragaman respon tinggi semai R. mucronata 96,17%
58
dipengaruhi model penggenangan hanya 3,83% dipengaruhi faktor lain. Keragaman respon jumlah daun 47,23%, sebesar 52,77% dipengaruhi oleh faktor lain. Keragaman respon biomassa akar (53,15%), batang (82,17%), dan daun (53,15%) dipengaruhi oleh model. Keragaman respon riap mingguan berjalan pada diameter (91,84%) dan tinggi (62,89%) sebagian besar dipengaruhi oleh model penggenangan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan untuk riap rata-rata mingguan baik diameter (14,44%) maupun tinggi (24,47) sangat kecil pengaruh penggenangannya. Keragaman respon riap biomassa akar (53,15%), batang (82,19%) dan daun (78,72%), sebesar >50% dipengaruhi oleh model. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman respon pertumbuhan dan pertambahan riap. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi keragaman respon, yaitu: 5.2.3.1 Salinitas Salinitas adalah kadar garam dari air di ekosistem mangrove (Kusmana et al. 2003). Air di ekosistem mangrove ini merupakan air yang menggenang diatas permukaan tanah atau air yang berada disela-sela butir tanah yang biasanya memiliki fluktuasi yang lebih tinggi daripada air diatas permukaan tanah. Menurut Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta (2011), salinitas air di Jalan Tol Prof. Sedyatmo berkisar antara 22-24%, sedangkan menurut Kusmana (2005) didaerah estuaria ini memiliki kadar salinitas 10-30 ppt. Tingkat kadar salinitas ini sangat mempengaruhi pertumbuhan semai R. mucronata sebagai tanaman jenis salt toleran. 5.2.3.2 Kecepatan dan arah mata angin Berdasarkan pengamatan selama 12 minggu pada pertengahan bulan Maret hingga Juni menunjukkan bahwa kecepatan angin tertinggi pada bulan Maret (>5 knot) dan kecepatan menurun pada bulan Mei (>3 knot). Kecepatan angin dipengaruhi oleh waktu, pada pukul 06.00-15.00 WIB kecepatan akan meningkat 3-9 knot dan pukul 16.00-05.00 WIB kecepatan angin akan menurun hingga 3 knot (Gambar 19). Kecepatan angin yang tinggi akan menyebabkan konveksi air
59
yang semakin meningkat hingga mempengaruhi pada luas permukaan daun yang
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Maret April Mei Juni
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00
Kecepatan angin (knot)
semakin menyempit (Fitter dan May 1999).
Waktu (WIB)
Gambar 19 Grafik kecepatan angin pada bulan Maret – Juni 2011 Arah angin pada lampiran 12 , menunjukkan bahwa arah angin bervariasi menurut waktu. Pada pagi hari angin mengarah ke barat, selatan, tenggara dan barat daya. Pada siang hari angin mengarah ke barat laut, utara, timur laut, dan timur. Pada malam hari angin mengarah ke utara, tenggara, timur, timur laut, dan selatan. Waktu merupakan skala fluktuasi yang berkaitan dengan siklus hidup semai R. mucronata yang ditunjukka oleh perbedaan arah angin di setiap perubahan waktu yang mempengaruhi proses fotosintesis. Kecepatan angin yang tinggi akan memaksa pembentukan jaringan penunjang dimana bahan-bahan fotosintesis diubah menjadi jaringa-jaringan struktural. Spesies mangrove merupakan spesies yang tumbuh di zona depan dengan intensitas kecepatan angin tinggi, sehingga pengaruh angin yang ekstrim membentuk struktur mangrove yang unik untuk menghindari kerusakan (Saenger 2002). Tinggimya gelombang air yang diikuti dengan kecepatan angin yang tinggi sehingga Saenger (2002) mengklasifikasikan 4 pengaruh angin terhadap pertumbuhan mangrove, yaitu windthow, crown damage, bole damage, dan standing dead. 5.2.3.3 Curah hujan Ekosistem mangrove seperti di kawasan Tol Sedyatmo masih memerlukan air tawar, kebutuhan air tawar datang bersama air hujan, luapan banjir, dan air
60
sungai (Murdiyanto 2003). Dalam penelitian ini, curah hujan yang berlebihan sering mempengaruhi pola penggenangan yang dikenakan pada semai R. mucronata. Menurut data klimatologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, curah hujan selama 12 minggu penelitian dari bulan Maret hingga Juni curah hujan yang cukup tinggi yaitu 1,31 mm/jam (Gambar 20). Nilai curah hujan tertinggi pada minggu ke 8 yang mencapai 2,49 mm/jam. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan jumlah daun yang semakin menurun dan kematian pada 2 semai R. mucronata yang hanyut/hilang akibat curah hujan yang tinggi pada minggu ke 8-9. Menurut Suryanarayaan et al. (1998), dari 20 individu yang diteliti saat curah hujan tinggi (Juni-November) terdapat 10-8 individu R. apiculata dan 6-9 individu R. mucronata mati. Hal ini membuktikan bahwa R. mucronata memiliki ketahanan
Curah hujan (mm/minggu)
terhadap curah hujan yang tinggi. 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
1.31
0
1
2
3
4 5 Waktu (minggu)
6
7
8
Gambar 20 Curah hujan bulan Maret-Juni 2011 5.2.3.4 Suhu Suhu memiliki peranan yang penting dalam proses fotosintesis dan respirasi suatu tanaman. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim tanjung Priok pada bulan Maret-Juni, suhu maksimal di daerah perairan Muara Angke mencapai 32oC, suhu minimal 26oC dengan fluktuasi rata-rata suhu mencapai 28oC (Gambar 21). Kisaran suhu tersebut tidak jauh dari prakiraan Jagtap dan Nagle (2007) bahwa tanaman mangrove dapat tumbuh baik pada temperatur 19oC sampai 40oC dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari 10oC. Peningkatan temperatur udara mempunyai efek langsung terhadap pertumbuhan mangrove, tetapi apabila temperatur melebihi
61
35oC akan memberikan pengaruh negatif terhadap struktur akar, pertumbuhan dan
Suhu pada bulan Maret-Juni 2011 (oC)
fotosintesis semai (Kathiresan dan Bingham 2001). 34 32 30,48 maksimal 30 27,5 rata-rata
28 26
26,66 minimal
24 22 20 0
2
4 6 Waktu penelitian (minggu)
8
10
12
Gambar 21 Suhu bulan Maret-Juni 2011 5.2.3.5 Kelembaban dan tekanan udara Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim tanjung Priok pada bulan Maret-Juni, kawasan mangrove jalan Tol Prof. Sedyatmo memiliki kelembaban udara mencapai 75,39% (Gambar 22) dengan tekanan udara mencapai 1009,05 knot (Gambar 23) yang mempengaruhi pasang surut air di daerah estuaria ini. Menurut Dinas Kelautan dan Pertanian (2011), kawasan ini memiliki frekuensi pasang surut dalam sehari hanya satu kali, yaitu pasang pukul 08.00-14.00 WIB dan surut 14.00-08.00 WIB.
% kelembaban udara
75,39 79 77 75 73 71 69 67 65 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Waktu (minggu)
Gambar 22 Persen kelembaban udara bulan Maret-Juni 2011
11
12
62
1009.05
Tekanan udara (mb)
1010.5 1010 1009.5 1009 1008.5 1008 1007.5 1007 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Waktu (minggu)
Gambar 23 Tekanan udara pada bulan Maret-Juni 2011 5.2.4 Kondisi semai R. mucronata Keberhasilan massa pertumbuhan selama 12 minggu pengukuran selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan juga dipengaruhi oleh kemampuan tanaman itu sendiri untuk bertahan terhadap pengaruh faktor luar, sehingga yang tidak memiliki ketahanan tinggi akan timbul kerusakan-kerusakan pada bagian tertentu. Bentuk kerusakan saat pengamatan dapat dilihat secara langsung dari perubahan fisik daun, akar, batang, dan hama yang menyerangnya. Kondisi kerusakan dominan yang dapat diamati secara langsung adalah pada daun Gambar 24 menunjukkan bahwa pertumbuhan daun cenderung kurang sehat yang ditandai dengan warna kuning. Hal ini dikarenakan pada minggu pertama setelah pengukuran dan pengangkutan semai dari tempat pembibitan sampai menuju lokasi penelitian yang dipengaruhi oleh kedalaman air, telah menunjukkan jumlah dan warna yang berbeda, yaitu menguning dan jumlah semakin sedikit khususnya jumlah daun pada blok 1. Menurut Saenger (2002), warna daun, panjang daun, ketebalan daun, dan massa daun dipengaruhi oleh oleh kandungan stomata/helai daun dan tanin dibagian bawah dan atas hypodermis. Penghambatan proses fotosintesis dan keberhasilan hidup bakau dipengaruhi oleh lamanya translokasi bibit, perbedaan temperatur dari lokasi awal ke lokasi penanaman, kondisi lingkungan, dan naungan (Saenger 2002).
63
(a)
(b)
(c)
Gambar 24 Kondisi daun mongering (a), daun sehat (b), dan daun terdapat bercak-bercaak coklat/terserang hama (c). Dalam penelitian ini berlubangnya daun diakibatkan oleh jenis ulat yang menyerang pada minggu ke 3 sampai 5. Yang didukung oleh temperatur dan musim penghujan di bulan Maret-Juni.
(a)
(b)
(c)
(d) (e) (f) Gambar 25 Hama dan penyakit yang menyerang daun semai R. mucronata meliputi telur hitam di bagian bawah daun (a), telur hitam menyebar di bagian permukaan daun (b), telur putih bersarang di bagian bawah daun (c), ulat (Pila ampulaceae) (d), pucuk daun mengerut bekas sarang ulat (e), dan laba-laba (f).
64
Akar dan batang semai R.mucronata selama pengamatan sering diserang oleh jenis
keong yang mengakibatkan lubang-lubang pada batang dan
pembusukan pada akar. Hal ini dapat berakibat pada penurunan kadar biomassa, baik pada batang maupun daun emai R. mucronata.
(a) (b) (c) Gambar 26 Keong ( Telescopium telescopium) yang menyebabkan pembusukan pada akar (a), menyebar melalui polibag (b), dan pengurangan kulit batang (c).
65
VI. 6.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dalam periode waktu selama 12 minggu
(Maret-Juni 2011) telah membuktikan bahwa hipotesis pertama berlaku yaitu pertumbuhan R.mucronata dipengaruhi oleh tingkat kedalaman penggenangan air dan umur semai awal penelitian. Sebaliknya, hipotesis kedua tidak berlaku karena semai Rhizophora mucronata (bakau) berumur 28 minggu yang tergenang oleh air masin setinggi setengah dari batang semai tersebut lebih menunjukkan respon pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan umur semai lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Semai bakau yang 50% batang tergenang pada umur 28 minggu menunjukkan pertumbuhan rata-rata sekitar 7,75 mm diameter batang, 454,21 mm tinggi batang, 7 daun, 5,33 mm panjang buku, 8 buku, biomassa (6,18 gram batang, 9,59 gram daun), dan riap tinggi mingguan berjalan sekitar 13,48 mm/minggu. 6.2 Saran Pemilihan tanaman mangrove tingkat semai dalam penanaman mangrove secara langsung perlu diperhatikan kelas umur dan kondisi kedalaman air. Kelas umur tanaman mangrove yang dapat secara langsung ditanam di area terbuka minimal berumur 7 bulan dengan kondisi kedalaman penanaman mangrove maksimal 50% dari tinggi batang semai yang akan ditanam. Selain itu, perlu adanya sosialisasi dan pemahaman tentang ilmu penanaman mangrove terhadap para penanam dan pengelola mangrove agar hasil dari penanaman mencapai 99% tumbuh optimal, sehingga dapat mencegah dampak global climate change dan melindungi daratan dibelakang mangrove.
66
DAFTAR PUSTAKA Anwar C, Gunawan H.2007. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Prosiding Ekspose Hasilhasil Penelitian Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan Padang, 20 September 2008: 23-34. Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Arief A. 2003. Hutan Mangrove. Jakarta: Kanisius. Aziz I, Khan MA. 2001. Effect of Seawater on the Growth, Ion Content and Water Potential of Rhizophora mucronata Lam. J. Plant Res 114: 369-373. Baehaqie A, Indrawan. 1993. Hutan Mangrove, Lahan Basah yang Kaya Raya. Warta Konservasi Lahan Basah 2 (1). Bulan R. 2010. Kajian Potensi Jasa Lingkungan (Biomassa dan Karbon) Hutan Mangrove di Tanjung Bara, Sangatta Utara, Kalimantan Timur [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Chapman VJ. 1976. Mangrove Vegetation. Valduz: Cramer. Cintron G, Lugo AE, Pool DJ, Morris G. 1978. Mangroves of Arid Environments in Puerto Rico and Adjacent Island. Biotropica 10:110-21. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. 2011. Profil Bidang Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Duke NC. 2006. Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R x annamalai, R. lamarckii, (Indo-West Pacific Stilt Mangrove). www.traditionaltree.org. [November 17, 2011]. Ewuisie JY. 1980. Specialized Eco-system Within the Tropical Forest and Along the Coast. Element of Tropical Ecology: 155-166. Fitter AH, May RKM. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ghafoor A. 1984. Rhizophoraceae: In Flora of Pakistan. Edited by Nasir E and Karachi SI, Pakistan. Gujarati D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga. Hendromono, Nina M, Djokowahyono. 2003. Status IPTEK yang Mendukung Pembangunan Hutan Tanaman. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konversi Alam. Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Hadikusumo, penerjemah; Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari Forest Product and Wood Science, An Introduction.
67
Indrayanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. Irwan
ZD. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Ekosistem
Lingkungan
dan
Ismail FA, Nitsch LMC, Arts MMCW, Mariani C, Derksen JWM. 2010. Semiviviparous Embryo Development and Dehydrin Expression in the Mangrove Rhizophora mucronata Lam. Sex Plant Reprod 23: 95-103. Jagtap TG, Nagle VL. 2007. Response and Adaptability of Mangrove Habitats from the Indian Subcontinent to Changing Climate. Ambion: 36: 328-334. Kathiresan, K. & B.L. Bingham. 2001. Biology of Mangroves and Mangrove Ecosystem. Adv. Mar. Biol. 40: 81-251. Kozlowski TT. 1968. Water Deficits and Plant Growth Volume II. Academic Press. New York and London. Kusmana C, Onrizal, Sudarmadji. 2003. Jenis-jenis Pohon Mangrove di Teluk Bintuni, Papua. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB dan PT Bintuni Utama Murni Wood Industri. Kusmana C. 2005. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Latifah S. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan Tanaman Industri [skripsi]. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. MacNae W. 1968. A General Account of Fauna and Flora of Mangrove Swamps and Forest in the Indowest-pasific Region. Advanced Marine Biology 36: 328-334. Marsono D, Setyono. 1993. Approach of Ecology Mangrove Rehabilitation area. Study Case in Pemalang beach. Bulletin Instiper. 4 (2) : 57-68 Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. Bogor: IPB Press. Morikawa Y. 2002. Biomass Measurement in Planted Forest in ad Around Benakat. Fiscal Report of Assessment on the Potentiality of Reforestation and Afforestation Activities in Mitigating the Climate Change 2001, 58-63, Tokyo, Japan. JIFPRO. Rismunandar. 2000. Laju Dekomposisi Serasah Daun Avicenia marina pada Berbagai Tingkat Salinitas (Studi kasus mangrove blaakan, RPH Tegal Tangkil, BKPH Ciasem-Pamanukan, KPH Purwakarta, Perum perhutani Unit III Jawa Barat. Saenger P, Hutching P. 1987. Ecology of Mangrove. St. Lucia Australia: University of Queensland Press.
68
Saenger P. 2002. Mangrove Ecology, Silviculture and Conservation. London: Kluwer Academic Publishers. Sianipar. 1989. Telaah Beberapa Faktor Ekologi Tambak Muara Angke Jakarta Utara, DKI Jaya. Prosiding Temu Karya Ilmiah Dukungan Penelitian bagi Program Nasional Pengembang Udang 16-17 Januari 231-236. Jakarta: Pusat Penelitian Pengembangan Pertanian Badan Penelitian pengembangan pertanian Departemen Pertanian. Sosrodarsono S. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Suryanarayanan TS, Kumaresan V, Johnson JA. 1998. Foliar Fungal Endophytes from Two Species of the Mangrove Rhizophora. Canadian Journal of Microbiology 44: 1003-1006. Tomlinson PB. 1986. The Botani of Mangrove. New York: Cambridge University Press. Triswanto A. 2000. Pengaruh Kedalaman Air Pasang dan Umur Tanaman terhadap Keberhasilan Penanaman Rhizophora mucronata Lamk. (Studi kasus rehabilitasi pulau-pulau kecil di Gili petagan, Nusa Tenggara Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Undaharta NKE, Nugroho BTA, Siregar M. 2008. Riap Pertumbuhan Rata-rata Jenis Pysoxylum Parasitium Osbeck Kosterm di Kebun Raya Eka Raya Bali. Biodiversitas 9 (4): 280-283. Verheyden A, Kairo JG, Beeckman H, Koedam N. 2004. Growth Rings, Growth Ring Formation and Age Determination in the Mangrove Rhizophora mucronata. Annals of Botany 94: 59-66. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1 Rata-rata diameter (mm) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi – akhir penelitian) Perlakuan
Ulangan 1 2 3 4 5 a1 7,41 7,32 7,56 8,82 8,14 a2 7,29 6,21 7,17 7,27 7,02 a3 6,22 5,54 5,34 5,73 5,07 t1 8,49 6,87 8,59 7,95 8,02 t2 7,09 7,82 7,36 6,89 8,12 t3 6,40 6,03 5,99 5,82 4,91 b1 7,82 7,24 7,46 7,86 8,41 b2 7,82 7,24 7,46 7,86 8,41 b3 6,07 6,05 5,99 5,89 6,08 Keterangan : 1 ulangan adalah satu tanaman dalam satu polibag
6 7,85 6,79 6,59 9,99 7,09 6,23 7,55 7,55 6,79
7 8,91 6,97 5,99 7,38 7,44 5,95 8,18 8,18 5,86
Lampiran 2 Rata-rata tinggi (mm) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi – akhir penelitian) Perlakuan
Ulangan 1 2 3 4 5 1a 463,85 501,31 452,46 437,23 462,00 1t 202,15 166,62 228,85 194,23 204,62 1b 127,15 109,77 108,31 113,46 74,077 2a 559,08 450,54 417,77 453,39 421,62 2t 165,08 196,54 199,69 207,46 193,15 2b 105,08 118,69 121,15 95,769 149,08 3a 413,62 445,92 433,39 443,08 450,15 3t 149,39 184,62 129,62 212,77 231,77 3b 131,85 138,39 120,46 144,92 152,77 Keterangan : 1 ulangan adalah satu tanaman dalam satu polibag
6 450,54 161,54 86,54 487,46 251,62 122,92 409,23 182,23 45,92
7 452,62 223,31 147,77 493,62 163,23 121,77 439,54 197,77 128,31
Lampiran 3 Jumlah buku (buku) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi – akhir penelitian) Perlakuan
Ulangan 1 2 3 4 5 1a 8 9 8 9 9 1t 4 4 4 4 4 1b 3 3 3 3 3 2a 9 8 8 8 8 2t 4 4 4 4 4 2b 3 3 3 3 2 3a 9 8 10 8 8 3t 4 4 4 4 4 3b 3 3 3 3 3 Keterangan : 1 ulangan adalah satu tanaman dalam satu polibag
6 9 4 3 9 4 3 9 4 2
7 9 4 3 9 4 3 8 4 3
71
Lampiran 4 Pertambahan panjang buku (mm/minggu) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret-23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi – akhir penelitian) Perlakuan a1a a1b a1c a1d a1e a1f a1g a1h a1j a2a a2b a2c a2d a2e a3a a3b a3c a3d t1a t1b t1c t1d t1e t1f t1g t1h t1i t1j t2a t2b t2c t2d t3a t3b t3c b1a b1b b1c b1d b1e b1f b1g b1h b1j b2a b2b b2c b2d b2e b3a b3b b3c b3d
Ulangan 1 55,62 25,00 62,54 76,15 60,00 75,77 87,00 21,15 0,62 124,37 47,69 22,15 6,39 1,54 81,08 35,62 9,31 1,15 95,77 42,31 47,54 82,61 69,00 45,00 90,62 78,39 7,46 0,39 101,62 34,69 16,46 12,31 65,62 27,92 11,54 38,15 35,31 65,23 53,23 62,69 54,23 72,77 30,46 1,54 63,54 34,00 26,69 21,85 3,31 80,85 35,62 12,92 2,54
2 84,69 32,77 62,92 81,62 88,00 40,00 76,92 32,77 1,77 36,46 63,69 47,92 16,77 1,77 71,39 25,00 11,85 1,54 55,08 31,31 61,85 96,00 61,69 70,00 70,92 3,69 107,92 55,15 23,69 9,77 78,31 32,62 7,77 91,62 19,39 47,23 81,23 60,62 81,31 49,85 14,15 0,5 116,00 40,62 19,92 8,08 82,62 42,08 13,08 0,62
Keterangan : 1 ulangan adalah satu tanaman dalam satu polibag
72
Lampiran 5 Jumlah daun (helai) semai R. mucronata pada eksperimen 30 Maret23 Juni 2011 (masa setelah aplikasi – akhir penelitian) Perlakuan 1 7 7 5 6 6 5 5 7 5
a1 a2 a3 t1 t2 t3 b1 b2 b3
2 7 7 5 5 7 5 6 6 5
3 7 7 5 7 7 6 7 6 5
Ulangan 4 14 7 6 7 7 5 6 8 6
5 9 8 5 5 7 4 5 6 5
6 9 7 6 7 8 5 6 6 5
7 9 7 6 7 7 5 7 7 5
Keterangan : 1 ulangan adalah satu tanaman dalam satu polibag
Lampiran 6 Biomassa R. mucronata Perlakuan Sampel
1a1 1a2 1a3 1t1 1t2 1t3 1b1 1b2 1b3 2a1 2a2 2a3 2t1 2t2 2t3 2b1 2b2 2b3 3a1 3a2 3a3 3t1 3t2 3t3 3b1 3b2 3b3
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
BB (g) 114,75 76,70 68,55 75,50 49,85 32,50 82,00 34,20 24,90 101,40 137,65 85,65 145,40 126,45 84,30 126,05 44,25 94,25 40,35 50,85 42,70 29,90 55,25 45,00 69,20 31,80 49,95
Akar BK KA (g) (%) 35,45 223,70 23,30 229,18 20,15 240,20 25,45 196,66 14,70 239,12 10,80 200,93 22,90 258,08 10,70 219,63 7,85 217,20 33,60 201,79 45,80 200,55 27,70 209,21 53,15 173,57 42,80 195,44 25,20 234,52 42,70 195,20 11,90 271,85 33,25 183,46 12,70 217,72 15,10 236,75 14,05 203,91 10,05 197,51 18,95 191,56 14,10 219,15 24,50 182,45 10,50 202,86 16,00 212,19
BKT (g) 35,45 23,30 20,15 25,45 14,70 10,80 22,90 10,70 7,85 33,60 45,80 27,70 53,15 42,80 25,20 42,70 11,90 33,25 12,70 15,10 14,05 10,05 18,95 14,10 24,50 10,50 16,00
BB (g) 19,25 16,20 15,15 25,70 16,85 11,80 20,20 14,35 10,50 8,15 6,90 9,15 10,60 6,70 6,55 10,70 7,70 7,50 2,90 3,50 3,15 3,75 2,15 3,45 2,40 4,40 3,75
Batang/cabang BK KA BKT (g) (%) (g) 7,60 153,29 7,60 6,25 159,20 6,25 5,50 175,45 5,50 9,55 169,11 9,55 6,00 180,83 60 4,35 171,26 4,35 7,15 182,52 7,15 5,40 165,74 5,40 3,80 176,32 3,80 2,30 254,35 2,30 2,05 236,59 2,05 2,65 245,28 2,65 3,35 216,42 3,35 2,00 235,00 2,00 1,95 235,90 1,95 3,55 201,41 3,55 2,35 227,66 2,35 2,65 183,02 2,65 2,05 41,46 2,05 0,85 311,76 0,85 0,75 320,00 0,75 1,00 275,00 1,00 0,40 437,50 0,40 0,80 331,25 0,80 0,45 433,33 0,45 1,25 252,00 1,25 0,45 733,33 0,45
BB (g) 29,80 19,90 16,30 14,95 9,15 7,80 13,25 8,10 3,10 22,00 23,20 20,30 22,90 20,05 16,55 24,05 16,95 11,60 8,95 11,05 9,85 3,15 8,20 8,05 13,25 7,45 5,60
BK (g) 8,150 5,50 4,85 4,60 3,10 2,35 4,05 2,55 0,85 11,25 11,20 10,55 5,80 10,70 9,55 11,75 7,05 8,45 2,15 2,65 2,35 0,95 2,30 2,05 3,35 2,00 1,40
Daun KA (%) 265,64 261,82 236,08 225,00 195,16 231,91 227,16 217,65 264,71 95,56 107,14 92,42 294,83 87,38 73,30 104,68 140,43 37,28 316,28 316,98 319,15 231,58 256,52 292,68 295,52 272,50 300
BKT (g) 8,15 5,50 4,85 4,60 3,10 2,35 4,05 2,55 0,85 11,25 11,20 10,55 5,82 10,73 9,55 11,75 7,05 8,45 2,15 2,65 2,35 0,95 2,30 2,05 3,35 2,00 1,40
73
Lampiran 7 Riap CWI diameter (mm/minggu) R. mucronata Perlakuan a1 a2 a3 t1 t2 t3 b1 b2 b3
1 0,22 0,42 0,46 0,25 0,39 0,47 0,24 0,44 0,44
2 0,22 0,35 0,41 0,20 0,44 0,40 0,21 0,41 0,45
3 0,22 0,40 0,39 0,25 0,42 0,44 0,23 0,42 0,45
Ulangan 4 0,26 0,41 0,42 0,23 0,39 0,43 0,19 0,44 0,43
5 0,24 0,39 0,38 0,24 0,46 0,37 0,17 0,46 0,44
6 0,23 0,39 0,48 0,29 0,40 0,45 0,27 0,42 0,49
7 0,24 0,39 0,45 0,22 0,42 0,45 0,19 0,46 0,43
6 0,34 0,41 0,55 0,76 0,41 0,62 0,59 0,48 0,72
7 0,24 0,24 0,37 0,32 0,42 0,27 0,45 0,80 0,49
6 13,34 9,21 6,31 14,49 14,44 10,92 12,15 10,38 2,91
7 13,45 12,85 10,69 14,68 9,29 8,88 13,05 11,24 9,29
Lampiran 8 Riap MWI diameter (mm/minggu) R. mucronata Perlakuan a1 a2 a3 t1 t2 t3 b1 b2 b3
1 0,29 0,37 0,47 0,56 0,49 0,39 0,13 0,69 0,65
2 0,29 0,38 0,34 0,25 0,44 0,20 0,27 0,58 0,35
3 0,25 0,56 0,68 0,78 0,55 0,56 0,35 0,58 0,32
Ulangan 4 0,42 0,37 0,38 0,41 0,48 0,44 0,18 0,85 0,47
5 0,86 0,51 0,29 0,44 0,71 0,19 0,14 1,06 0,52
Lampiran 9 Riap CWI tinggi (mm/minggu) R. mucronata Perlakuan a1 a2 a3 t1 t2 t3 b1 b2 b3
1 13,78 11,56 9,35 16,59 9,37 7,44 12,19 8,33 9,61
2 14,89 9,39 7,99 13,39 11,26 9,39 13,22 10,52 9,92
3 13,43 13,12 7,92 12,41 11,45 10,23 12,88 7,29 8,78
Ulangan 4 12,96 11,13 8,06 13,47 11,94 8,63 13,17 11,98 10,17
5 13,73 11,64 5,41 12,53 11,02 6,81 13,38 13,01 10,91
Lampiran 10 Riap MWI tinggi (mm/minggu) R. mucronata Perlakuan a1 a2 a3 t1 t2 t3 b1 b2 b3
1 4,08 5,75 6,25 4,42 5,08 7,67 24,08 8,83 7,50
2 3,33 7,25 6,75 2,08 3,50 4,83 5,92 5,50 8,67
3 4,17 4,00 5,75 2,33 3,50 7,00 2,67 5,00 6,42
Ulangan 4 5,58 4,00 9,17 2,25 2,92 9,25 1,67 8,33 12,25
5 4,17 7,08 3,75 2,25 4,50 7,17 2,08 10,00 11,25
Keterangan : 1 ulangan adalah satu tanaman dalam satu polibag
6 11,25 3,83 5,83 2,00 4,58 9,08 3,50 5,17 8,75
7 2,92 2,92 10,75 1,25 5,00 8,50 3,17 5,00 7,25
74
Lampiran 11 Riap biomassa Perlakuan 1a1 1a2 1a3 1t1 1t2 1t3 1b1 1b2 1b3 2a1 2a2 2a3 2t1 2t2 2t3 2b1 2b2 2b3 3a1 3a2 3a3 3t1 3t2 3t3 3b1 3b2 3b3
Sampel 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Akar
Batang
Daun
2,95 1,94 1,68 2,12 1,23 0,90 1,91 0,89 0,65 2,80 3,82 2,31 4,43 3,57 2,10 3,56 0,99 2,77 1,06 1,26 1,17 0,84 1,58 1,18 2,04 0,88 1,33
0,63 0,52 0,46 0,79 0,50 0,36 0,59 0,45 0,32 0,19 0,17 0,22 0,28 0,17 0,16 0,29 0,19 0,22 0,17 0,07 0,06 0,08 0,03 0,07 0,04 0,10 0,04
0,68 0,46 0,40 0,38 0,26 0,19 0,34 0,21 0,07 0,94 0,93 0,88 0,48 0,89 0,79 0,98 0,59 0,70 0,18 0,22 0,19 0,08 0,53 0,17 0,28 0,17 0,12
Lampiran 12 Data klimatologi selama bulan Maret-Juni 2011 Mata angin
6:00 Arah Kec (º) (knot) Maret 241 B 5 April
218 B
4
Mei
207 S
3
Juni
174 Tg
4
Mata angin Maret April Mei Juni
18:00 Arah (º) 251 B 194 B 162 U 117 T
Kec (knot) 7 6 5 6
7:00 Arah Kec (º) (knot) 257 6 B 202 5 B 185 4 Tg 169 4 S
8:00 Arah Kec (º) (knot) 260 7 B 199 5 B 166 5 Tg 148 5 Tg
9:00 Arah Kec (º) (knot) 267 7 B 193 6 Tl 141 6 T 139 6 Tg
19:00
20:00
21:00
Arah (º) 236 B 214 B 155 Tl 136 T
Kec (knot) 7 6 4 5
Arah (º) 256 B 198 B 159 T 119 Tg
Kec (knot) 7 5 4 5
Arah (º) 249 B 220 B 181 Tg 131 Tg
Arah (º) 290 B 194 Tl 112 Tl 121 T
10:00 Kec (knot) 8 7 6 7
22:00
Kec (knot) 7 5 4 5
Arah (º) 244 B 224 B 185 S
Kec (knot) 6
143 Tg
4
5 4
11:00 Arah Kec (º) (knot) 284 8 Bl 170 8 Tl 109 7 Tl 108 8 Tl
12:00 Arah Kec (º) (knot) 277 9 U 191 8 U 117 7 Tl 101 8 Tl
13:00 Arah Kec (º) (knot) 281 9 Bl 179 8 U 118 7 Tl 93 8 Tl
14:00 Arah Kec (º) (knot) 265 9 Bl 168 8 U 131 8 Tl 105 8 Tl
15:00 Arah Kec (º) (knot) 270 8 Bl 203 7 U 120 7 Tl 112 8 Tl
16:00 Arah (º) 250 B 215 Bl 118 Tl 106 Tl
23:00
0:00:00
1:00
2:00
3:00
4:00
Arah (º) 240 B 220 B 183 S 144 Tg
Kec (knot) 5 5 3 4
Arah (º) 248 B 224 B 191 S 155 Tg
Kec (knot) 5 5 4 4
Arah (º) 251 B 221 B 189 S 173 Tg
Kec (knot) 6 4 4 4
Arah (º) 255 B 218 B 186 S 175 Tg
Kec (knot) 5 4 3 4
Arah (º) 254 B 213 B 208 S 174 Tg
Kec (knot) 6 4 3 3
Arah (º) 259 B 214 B 214 Bd 167 Tg
Kec (knot) 8 7 6 7
17:00 Arah (º) 251 B 225 U 131 Tl 100 T
Kec (knot) 7 6 6 7
5:00 Kec (knot) 6 4 3 4
Arah (º) 240 B 206 S 215 S 177 S
Kec (knot) 5 4 3 4
Keterangan : Kec : Kecepatan angin
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok 2011
75
Lampiran 13 Lanjutan Klimatologi Maksimal Minimal Rata-rata Kelembaban udara (%) Curah Hujan (mm/jam) Tekanan udara (mb)
Suhu(0C)
Maret 0 31,40 25,80 28,02 75,90 0,33 1008,18
1 26,63 28,80 28,023 72,214 2,433 1009,20
April 2 3 4 32,14 31,19 32,34 26,04 25,60 26,16 28,30 28,60 28,70 76,05 75,82 76,35 1,17 0,60 0,41 1009,80 1008,88 1007,70
5 32,16 25,94 25,63 75,60 3,44 1008,34
Mei Juni 6 7 8 9 10 11 12 32,64 32,49 31,80 32,36 32,54 32,40 32,00 26,28 26,34 26,24 26,20 26,40 25,91 25,45 25,66 25,91 25,17 28,95 29,24 28,92 28,34 74,10 74,50 75,60 77,96 72,02 66,51 74,52 0,17 0,71 2,49 1009,19 1010,19 1008,89 1009,03 1009,67 1009,28 1009,28
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Tanjung Priok 2011
76