MECHATRONIC AT-AUB Volume 10, Desember 2016
ISSN : 1907-3321
Pengaruh Tinggi Tungku Gasifikasi Model “CASTLE” Terhadap Performa Tungku Eko Surjadi Teknik Mesin Universitas Surakarta Jl. Raya Palur Km. 5 Surakarta 57772 Email:
[email protected]
ABSTRACT Technological developments move along with the need for increased energy, especially fossil energy, which is still unreliable while the dwindling availability of fossil energy. The main activities that absorb a lot of energy for cooking is about 95% and 5% illumination. So that the procurement of renewable energy needs to be immediately implemented. One of them is the use of biomass residues namely paddy rice husk as renewable energy gasification technology. The purpose of this study was to produce a prototype stove to cook with high furnaces that produce the best performance with rice husk as bait. Experiments were performed using rice crop residue biomass (husk) as bait and dimensional variations in biomass gasification furnace-type down-draft. With Boilling Water Test data obtained start-up time, operating time and total operating time of the use of biomass gasification furnace-type down-draft, so getting the data dimensions furnace with efficiency. The results of the study concluded that the operation time is directly proportional to the high gas furnaces and hearths best performance resulting in the use of high feed 3/4 of the furnace, the feed is recommended to use rice husk rice husk with a little bit of rice husk, the number and diameter of the hole or secondary air affects the heights fire gasification. Keywords: Gasification, Dimensions, efficiency, Furnaces 1. PENDAHULUAN Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan dirasa semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin menipis, sehingga membawa Indonesia menjadi net oil importer, substitusi ke energi non fosil dengan memanfaatkan sumber energi alternatif secara lebih efisien dan menggunakan teknologi yang lebih modern merupakan salah satu langkah yang bisa dilaksanakan, salah satunya adalah dengan memanfaatkan energi terbarukan dari limbah pertanian yang banyak dimiliki oleh negara agraris seperti Indonesia. Selain itu, dari segi lingkungan, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar dapat mendaur ulang CO2, sehingga emisi CO2 ke atmosfir berjumlah nol secara netto dan sebagai sarana mengatasi masalah limbah pertanian. Dari segi biaya, biomassa tersedia secara melimpah sehingga harganya jauh lebih murah dibanding minyak dan penggunaan listrik PLN melalui kabel, hal tersebut akan menambah biaya jika ada
penggunaan sarana transportasi sebagai pendukung, terutama didaerah terpencil dalam hal ini daerah pedesaan. Teknologi ini merupakan teknologi yang relatif sederhana dan mudah pengoperasiannya serta secara teknik maupun ekonomi adalah layak untuk dikembangkan. Dengan demikian teknologi gasifikasi biomassa sangat potensial menjadi teknologi yang sepadan untuk diterapkan di berbagai tempat di Indonesia. Namun masih diperlukan penelitian mendasar untuk menjadikannya teknologi ini siap sebar. Gasifikasi merupakan konversi biomassa menjadi bahan bakar gas melalui pemanasan dalam media gasifikasi, seperti udara, oksigen atau uap. Tidak seperti dalam pembakaran, oksidasi sempurna dalam satu kali proses, gasifikasi mengubah energi kimiawi intrinsik karbon dalam biomassa menjadi gas mampu terbakar dalam dua tahap. Gas yang dihasilkan dapat distandardisasi dalam kualitas dan lebih mudah serta beragam dalam penggunaannya daripada biomassa dalam bentuk baku.
Eko Surjadi: Pengaruh Tinggi Tungku Gasifikasi Model........................
MECHATRONIC AT-AUB Volume 10, Desember 2016
Berdasarkan Statistik Energi Indonesia (DESDM, 2004) diketahui bahwa potensi energi biomassa di Indonesia cukup besar, yaitu mencapai 434,08 GWh. Dari tabel diatass dapat dilihat limbah
ISSN : 1907-3321
pertanian, dalam hal ini padi memiliki total potensial energi 138,568 GWh sehingga penggunaan limbah padi sebagai sumber energi biomassa cukup menjanjikan.
Tabel 1.1 Potensi energi biomassa di beberapa dae daerah rah di Indonesia Energi (GWh) Limbah Limbah Limbah Limbah Limbah Padi Jagung Cassava Kayu Kelapa Jawa 65.652 26.534 16.216 5.053 1.532 Sumatera 36.292 8.103 7.062 41.785 2.243 Kalimantan 13.298 715 1.007 68.649 381 Bali, Nusa Tenggara 7.486 5.039 2.311 3.309 399 Sulawesi 15.304 7.705 2.086 19.275 1.613 Maluku 323 474 434 7.789 558 Papua 213 59 78 59.721 32 Total Potensial (GWh) 138.568 48.629 29.194 205.581 6.758 Sumber: Diolah dari INDONESIA ENERGI Outlook & Statistics 2000, PSE-UI UI dalam Statistik Energi Indonesia, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Wilayah
Di Indonesia terdapat banyak wilayah pedesaan atau perkebunan sehingga lebih memudahkan untuk mensosialisasikan da dan mewujudkan penggunaan energi biomassa, dalam hal ini limbah pertanian sebagai pengganti energi fosil, yang sebetulnya telah dilakukan oleh masyarakat dipedesaan secara tradisional, berikut beberapa informasi pemakaian energi di pedesaan menurut Suyitno (2009) dalam Seminar Nasional Energi Terbarukan : rata konsumsi energi perkapita harian 1. Rata-rata dalam rumah tangga pedesaan adalah sekitar 25 MJ. 2. Kegiatan utama yang menyerap banyak energi adalah untuk memasak sekitar 95% dan penerangan yaitu sekitar 5%. in kebutuhan energi untuk memasak dan 3. Selain penerangan, energi pedesaan diperlukan untuk kegiatan ekonomi. Listrik dan bahan bakar minyak utamanya untuk menggerakkan peralatan pertanian, pertukangan, penggergajian. Dengan asumsi nilai kalor biomasa terendah adalah ah 15 MJ/kg, maka per hari per kapita penduduk desa memerlukan biomassa minimal sebanyak 1,7 kg. Jumlah biomasa ini akan bertambah banyak jika teknologi pengolahan energinya tidak efisien. Sehingga perlu adanya pengembangan teknologi agar penggunaan biomassa sa lebih efisien dan emisi CO2 atau gas buang hasil pemanfaatan biomassa tersebut bisa ditekan jumlahnya.
Dengan kenaikan harga bensin dan solar akhir-akhir akhir ini, maka pemanfaatan biomassa menjadi lebih menarik secara ekonomi. Hal ini menjadi semakin lebih menarik, karena pemerintah mencabut subsidi minyak tanah, maka kebutuhan untuk pemanfaatan biomassa di sektor rumah tangga akan meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan prototipe tungku untuk memasak dengan tinggi tungku yang menghasilkan performa terbaik dengan sekam padi sebagai umpan. umpan
Gambar 1. Sketsa tungku gasifikasi Tipe Down-draft Down
adi: Pengaruh Tinggi Tungku Gasifikasi Model........................ Eko Surjadi:
MECHATRONIC AT-AUB Volume 10, Desember 2016
Reed dkk (1999) telah melakukan penelitian propertis pembakaran dan gasifikasi biomassa dengan tungku ” Turbo Stove ”. Tungku ini sederhana dan mudah dibuat serta dapat beroperasi dengan daya blower sebesar 3 W menghasilkan 1 – 3 KWthermal untuk memasak. Suvarnakuta (2006) meneliti efisiensi penggunaan tungku masak dengan umpan sekam padi. Disimpulkan bahwa tungku ini memiliki kualitas sama dengan tungku LPG, dengan efisiensi termal mencapai 21,86 %, bahkan memiliki keuntungan dalam hal biaya operasi yang rendah dan ramah lingkungan. Wander dkk (2004) melakukan penelitian bahwa teknologi gasifikasi kayu dapat menghasilkan gas dapat dibakar dalam mesin pembakaran dalam, dengan syarat dibersihkan dulu. 2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian menggunakan tungku model menara atau kastel dengan tipe down draft. Tungku dibuat dengan material plat besi dengan ketinggian 400 mm, 500 mm dan 600 mm serta diameter 200 mm. Umpan yang digunakan sekam padi dengan jumlah bervariasi
ISSN : 1907-3321
2.
Biomasa umpan dalam kondisi kering dan telah dilakukan pengukuran nilai kalor dan analisis proximate, 3. Peralatan uji dalam kondisi ready for use, 4. Mengukur berat umpan yang akan dimuat reaktor dengan neraca digital dan dicatat, 5. Membakar umpan dan mencatat waktu starting time (waktu saat burner ditutupkan sampai gas keluar dari burner) dengan stop watch, 6. Menyalakan gas yang dipancarkan burner dan mencatat dengan stop watch waktu operasi tungku dari mulai menghasilkan gas mampu bakar sampai mulai tidak dihasilkan gas mampu bakar, 7. Panci dengan air didalamnya diukur dan dicatat beratnya dan diletakkan diatas burner, 8. Temperatur awal air diukur dan dicatat, demikian pula kenaikan temperatur per menit sampai mencapai titik didih hingga gas terbakar habis. 9. Setelah seluruh bahan bakar yang disuplai terbakar habis, air pada panci diukur dan dicatat beratnya, 10. Char yang dihasilkan reaktor diukur dan dicatat beratnya. 11. Kecepatan udara dijaga konstan sesuai kondisi yang diinginkan dengan mengamati Anemometer.
Gambar 2. Water boilling test tungku gasifikasi Gambar 2. Tiga tungku gasifikasi model ”Castle” dengan ketinggian berbeda Pengujian Prosedur Pengujian Water Boilling Test Secara rinci pengujian dengan Water Boilling Test seperti dibawah ini, 1. Tungku dalam kondisi ready for use,
Skenario pengujian Karena pengujian yang harus dilakukan banyak maka dibuat skenario atau urutan supaya runut, 1. Pengujian terhadap tinggi gasifier (tiga ukuran) dengan jumlah umpan bervariasi (1, ¾, ½ dan ¼ bagian tinggi gasifier)
Eko Surjadi: Pengaruh Tinggi Tungku Gasifikasi Model........................
MECHATRONIC AT-AUB Volume 10, Desember 2016
ISSN : 1907-3321
2. Pengujian menggunakan sekam padi sebagai umpan 3. Pengujian menggunakan fan AC kecil sebagai pemberi udara primer (lebih ekonomis) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian berupa data performa tungku dengan perlakuan perubahan ketinggian tunku sebagai berikut, 1. Tinggi tungku 400 mm Gasifier Performance Umpan sekam (1 kg) Stove efficiency (%) Power input (kW) Power output (kW)
Hasil pengolahan data pengujian 1
3/4
1/2
1/4
8,88
9,72
9,21
-0,36
10,43
9,38
8,34
6,26
0,93
0,91
0,77
-0,02
4.
2. Tinggi tungku 500 mm Gasifier Performance Umpan sekam (1,20 kg) Stove efficiency (%) Power input (kW) Power output (kW)
Hasil pengolahan data pengujian 1
3/4
1/2
1/4
8,82
9,90
10,93
-3,79
10,3
10,7
8,83
9,38
0,91
1,06
0,97
-0,36
3. Tinggi tungku 600 mm Gasifier Performance Umpan sekam (1,44 kg) Stove efficiency (%) Power input (kW) Power output (kW)
tungku. Zona pembakaran umpan bergerak ke bawah bukan ke samping sepanjang penampang sehingga semakin tinggi tungku maka semakin panjang operasi gas. Hasil lain dari penelitian ini adalah bahwa untuk umpan sekam padi dianjurkan menggunakan sekam padi dengan sedikit kulit ari padi, jumlah dan atau diameter lubang udara sekunder mempengaruhi ketinggian api gasifikasi. Semakin kecil ruang antara umpan dengan umpan maka semakin besar tekanan yang harus diberikan, kulit ari padi dan serpihan kecil kulit padi (dedak atau katul dalam bahasa jawa) akibat proses penggilingan yang tercampur dalam umpan sekam adalah penyebab semakin kecilnya ruang antar sekam padi. Ketika tekanan besar maka dibutuhkan udara primer dengan kecepatan lebih tinggi agar gasifikasi dapat terjadi.
Hasil pengolahan data pengujian 1
3/4
1/2
1/4
10,3
11,4
10,30
16,8
10,6
8,76
9,48
6,93
1,09
1,00
0,98
1,17
Pengujian terhadap tinggi gasifier (tiga ukuran) dengan jumlah umpan bervariasi (1, ¾, ½ dan ¼ bagian tinggi gasifier), didapat kesimpulan bahwa waktu operasi gas berbanding lurus dengan tinggi tungku dan performa tungku terbaik dihasilkan pada penggunaan umpan 3/4 dari tinggi
KESIMPULAN Dari hasil yang dicapai di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Waktu operasi gas berbanding lurus dengan tinggi tungku dan performa tungku terbaik dihasilkan pada penggunaan umpan 3/4 dari tinggi tungku. 2. Umpan sekam padi dianjurkan menggunakan sekam padi dengan sedikit kulit ari padi, jumlah dan atau diameter lubang udara sekunder mempengaruhi ketinggian api gasifikasi. 5.
REFERENSI
Belonio, Alexis T., “ Rice Husk Gas Stove Handbook “, Appropriate Technology Center, Central Philippine University, Philippine, 2005. Higman, Christopher, and Burgt, Maarten Van Der, “ Gasification “, Second Edition, Gulf Professional Publishing, 2007. Littlewood, Kenneth, “ Gasification : Theory and Aplication ”, Prog. Energy Combust. Sci., Vol. 3. Pp. 35-71, Pergamon Press, 1977. McKendry, P., “ Energy Production from Biomass (part 1): Overview of Biomass “, Bioresource Technology 83(1), 37-46, 2002. McKendry, P., “ Energy Production from Biomass (part 2): Conversion Technologies “, Bioresource Technology 83(2), 47-54, 2002.
Eko Surjadi: Pengaruh Tinggi Tungku Gasifikasi Model........................
MECHATRONIC AT-AUB Volume 10, Desember 2016
McKendry, P., “ Energy Production from Biomass (part 3): Gasification Technologies “, Bioresource Technology 83(3), 55-63, 2002. Reed, T. B. and Larson, R., “ A Wood-Gas Stove for Developing Countries”, in Developments in Thermochemical Biomass Conversion, Ed. A. V. Bridgwater, Blackie Academic Press, 1996. Reed, T. B., Walt, R., Ellis, S., Das, A. and Deutch, S., “ Superficial Velocity – the Key to Downdraft Gasification, in the 4th Biomass Conference of the Americas, Oakland, CA, Sept. 8, 1999. Suvarnakuta, Pitaksa, and Suwannakuta, Prapaporn, “ Biomass Cooking Stove for Sustainable Energy and Environment “, in the 2nd Joint International Conference on “ Sustainable Energy and Environ-ment (SEE 2006) “, Bangkok, Thailand, Nov. 21-23, 2006. Suyitno, “Energi dari Biomasa: Potensi, Teknologi dan Strategi”, Teknik Mesin UNS, Solo, Indonesia, 10 Maret 2009.
Eko Surjadi: Pengaruh Tinggi Tungku Gasifikasi Model........................
ISSN : 1907-3321