UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT PERSEPSI NYERI PADA PASIEN INFARK MIOKARD DI RUMAH SAKIT Dr. M. DJAMIL PADANG
Tesis
Oleh
SILA DEWI ANGGRENI NPM 0606027316
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA Depok, 2008
1 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN Tesis ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan tim penguji tesis pada Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Depok, 17 Juli 2008
Pembimbing I
Dewi Irawaty, M.A., PhD
Pembimbing II
Prof. Drg. Heriandi Sutadi, SpKGA (K).,PhD
2 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA Tesis, Juli 2008 Sila Dewi Anggreni Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Infark Miokard di RS Dr. M. Djamil Padang
xii + 102 + 13 tabel + 6 skema + 1 gambar + 6 lampiran
ABSTRAK Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke otot jantung yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penyakit ini akan mempengaruhi arteri koroner yang memberi suplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot miokardium. Infark miokard merupakan nekrosis dari miokard yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah lewat koroner tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen. Untuk mencapai proses penyembuhan dan pemulihan yang baik pada pasien infark miokard perlu adanya manajemen nyeri yang tepat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri pada pasien infark miokar di RS. Dr. M. Djamil Padang. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment, khususnya non-equivalent control group dengan pre dan post test. Sampel berjumlah 30 orang (15 orang kelompok intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik yang diberikan selama 3 hari dan 15 orang kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri, yang diambil dengan metode non probability sampling jenis consecutive sampling. Evaluasi tingkat nyeri dilakukan setiap hari baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Hasil penelitian diperoleh adanya penurunan tingkat nyeri setiap harinya, baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Penurunan yang lebih besar terjadi pada kelompok intervensi (p=0,000), artinya terapi musik pada pasien infark miokard dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri. Pada penelitian ini karakteristik umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pasien infark miokard. Rekomendasi hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam menangani nyeri pada pasien infark miokardan perlu adanya penelitian lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu penelitian yang lebih lama agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik Kata Kunci: Pasien infark miokard; terapi musik; terapi penurun nyeri; tingkat nyeri. Daftar Pustaka: 43 (1997-2007)
i Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
POST GRADUATE PROGRAM OF NURSING FACULTY UNIVERSITY OF INDONESIA Thesis, July 2008 Sila Dewi Anggreni Effect of Music Therapy on The Level of Pain Perception of Patient with Infark Miokard at Dr. M. Djamil Hospital in Padang xii + 103 pages + 13 tables + 3 schemes + 6 appendices ABSTRACT Coroner heart diseases is a heart sickness which is caused by decreasing blood of supply to cardiac muscle that happening of imbalance between supplies and oxygen needs. This disease will effect the artery coronary which provide blood supply, oxygen and nutrition to myocardium muscle. Infark miokard is necrosis from miokard that happened because of insufficiency blood stream through coroner can not fulfill oxygen needs. To reach good curative process and curing at patient with infark miokard, it needs good pain management. The research a purpose is to identifying the effect of music therapy on the level of pain perception with infark miokard at Dr. M. Djamil Hospital in Padang. This research used a quasi experiment design by control group approach with pre and post tested. Research has been done at Dr. M. Djamil Hospital Padang. 30 samples of patient with infark miokard divided into 2 groups, 15 people of intervention group which were given by pain degradation therapy and music therapy and 15 people of control group which were only given by pain degradation therapy, taking sample by non probability sampling type of consecutive sampling. Statistic test result of dependent t-test indicated that there was meaning difference between pain degradation at group which was given by music therapy and pain degradation at group which was not given by music therapy before and after intervention. This research of age characteristic, gender and pain experience don't have an effect on pain level degradation of patient with infark miokard. The research concluded that degradation on pain perception level of patient with infark miokard was higher at group which was given by music therapy Recommendation of this research result, music therapy has to be applied as one of nursing intervention on handling pain of patient with infark miokard and it is important to be done a continue research which has more specific sample criterion and longer research to get better research result. Key words: patient with infark miokard; music therapy; pain degradation therapy, pain level References: 45 (1997-2007)
ii Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Infark Miokard di RS Dr. M. Djamil Padang”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan kekhususan Medikal Bedah pada
Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan hasil penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah
penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1.
Ibu Dewi Irawaty, M.A., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan saran, masukan, dukungan moril yang begitu berharga, meskipun dengan segala kesibukan beliau tetap meluangkan waktu dan fikiran dalam memberikan bimbingan dan dukungan hingga selesainya penyusunan tesis ini
2.
Ibu Krisna Yetti, S.Kp, M.App.Sc, selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang sering memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini
3.
Bapak Prof. Drg. Heriandi Sutadi, SpKGA (K)., PhD selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, masukan, dukungan moril dan bimbingan dalam penulisan tesis
ini dengan penuh ketelitian, telah
iii Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 4.
Direktur Poltekes Padang, Ketua Jurusan Keperawatan, Ketua Program Studi Keperawatan Padang beserta Seluruh staf yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5.
Direktur Utama, Direktur SDM, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Bidang Diklit beserta staf RS Dr. M. Djamil Padang yang telah memberikan izin dan memfasilitasi untuk pelaksanaan penelitian
6.
Kepala ruangan CVCU dan kepala ruangan rawat jantung beserta seluruh perawat yang telah membantu dalam penelitian, juga ucapan terima kasih kepada pasien yang sudah bersedia menjadi responden penelitian
7.
Ibu Yulia, S.Kp, MN sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta sering memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini
8.
Seluruh dosen dan staf pada Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia terutama dosen dan staf akademik kekhususan Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dalam proses belajar mengajar
9.
Ibunda Yulinar tercinta dan papa Sabiran dan keluarga besar Jaho yang selalu memberikan perhatian, dukungan moril dan
materil, serta
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
iv Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
10.
Ibunda Sudarmi beserta seluruh keluarga besar Silaing yang juga telah memberikan perhatian, dukungan moril dan materil serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
11.
Spesial terima kasih yang tidak terhingga kepada belahan jiwa uda Arwendi tercinta dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang selalu memberikan perhatian, semangat , dukungan moril dan materil sehingga memberikan ketenangan jiwa kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan
12.
Ananda Velia dan Harikh tersayang. Buah hati mama yang selalu sabar, tulus, memberikan doa buat mama, yang selalu hadir dihati mama dan sebagai pemicu semangat mama dalam menyelesaikan pendidikan
13.
Kakak dan adikku Silvi Yusi, Silhida Yeni, Silva Firdaus, Susi Febrianti, Ismail dan Ardis yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan
14.
Adinda Yeye Diana yang selalu sabar dan setia menjaga dan mendampingi Velia dan Harikh sehingga memberikan ketenangan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan
15.
Teman-teman satu angkatan Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah angkatan 2006, atas kebersamaan kita selama perkulia khususnya buat Ninik dan Iin yang telah memberikan motivasi dan membantu dalam menyelesaikan tesis
16.
Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan
v Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT. Amien. Akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi profesi keperawatan khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Depok, Juli 2008
Penulis
vi Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................................
v
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... vii DAFTAR TABEL ......................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 12 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 14 A. Infark Miokard ........................................................................... 14 B. Asuhan Keperawatan pada Pasien Infark Miokard ..................... 21 C. Nyeri ........................................................................................... 27 D. Terapi Musik .............................................................................. 38
vii Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB III: KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL ..................................................... 55 A. Kerangka Konsep ...................................................................... 55 B. Hipotesis......................................................................................
57
C. Defenisi Operasional ................................................................... 57 BAB IV : METODOLOGI ....................................................................... 59 A. Desain Penelitian ........................................................................ 59 B. Populasi dan Sampel .................................................................. 61 C. Tempat Penelitian ....................................................................... 64 D. Waktu Penelitian ......................................................................... 64 E. Etika Penelitian …………………………………………………. 64 F. Alat Pengumpul Data …………………………………………… 66 G. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………… 67 H. Pengolahan Data ……………………………………………….. 69 BAB V : HASIL PENELITIAN ............................................................... 72 A. Analisa Univariat ....................................................................... 72 B. Analisa Bivaria ............................................................................ 76
viii Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB VI : PEMBAHASAN ........................................................................ 87 A. Interpretasi dan Diskusi Hasil .................................................... 87 B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 99 C. Implikasi Hasil Penelitian .......................................................... 100 BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 101 A. Kesimpulan ................................................................................ 101 B. Saran ........................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA
ix Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1
Kerangka Teori ..................................................................... 49
Skema 3.1
Kerangka Konsep ................................................................ 51
Skema 4.1
Desain Penelitian ................................................................. 55
x Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ....................... 53
Tabel 4.1
Analisa Bivariat ..................................................................... 65
xi Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jantung merupakan organ vital yang sangat penting bagi tubuh. Gangguan pada jantung dapat menyebabkan gangguan pada seluruh sistem seperti gangguan vaskularisasi darah, gangguan pmenuhan oksigen dan gangguan metabolisme tubuh yang berdampak sangat fatal apabila tidak segera diatasi. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan istilah yang merujuk pada penyakit jantung yang diakibatkan oleh menurunnya suplai darah ke otot jantung (Black &Hawks, 2005 hal 1627). Penurunan suplai darah ke otot jantung menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Diklat Pusat Kesehatan Jantung Harapan Kita, 2001 hal 99). Pada akhirnya ketidakseimbangan ini akan menimbulkan gangguan pompa jantung dan mempengaruhi tubuh secara sitemik.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang paling mempengaruhi populasi orang dewasa, Penyakit ini menyebabkan kematian, kecacatan dan kerugian ekonomi disektor industri dibandingkan penyalit lainnya. (Gersh et al, 1997 dan Finkelmeier, 2000 hal 5). Badan Kesehatan dunia WHO mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002 dan angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2010 (Tjang, 2006, Alternatif terapi penyakit jantung koroner, http://www.gizi.net diperoleh tanggal 4 Desember 2007.
1 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
2
Saat ini PJK merupakan penyebab utama kematian di Amerika serikat. Diperkirakan 400.000 kasus baru terjadi setap tahunnya (Black & Hawks, 2005, hal 1701). Hal tersebut menjadikan penyakit ini cukup dikenal dan menjadi bahan diskusi kalangan profesional kesehatan juga menjadi pembicaraan sehari-hari di masyarakat.
Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN) Tahun 2000 di Indonesia menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991 angka kematian akibat PJK adalah 16 % kemudian tahun 2001 menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 pendudk di Indonesia. Tingginya angka tersebut menyebabkan penyakit ini menjadi penyebab kematian no 1 di Indonesia ( Nurmartono, 2007, Aplikasi Telemetri dalam asuhan keperawatan penyakit jantung koroner, http ://www.inna-ppni.or.id diperoleh tanggak 10 Januari 2008).
Sebagai salah satu penyakit degeneratif Penyakit Jantung Koroner merupakan ancaman serius bagi kehidupan seseorang karena sifat penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini mempengaruhi arteri koroner yang member suplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot miokardium. Pada saat darah mengalir ke arteri koroner yang mengalami sumbatan komplit maupun partial maka iskemi dan infark dapat terjadi pada otot miokardium (Ignatavicius, Workman dan Misshler, 1999 miokardium, hal 901.) Gangguan penyempitan arteri koroner menyebabkan berkurangnya aliran darah dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
3
oksigen yang menuju sehingga mangarah pada timbulnya sindroma angina, miokardiak infark akut, serangan jantung mendadak yang menimbulkan kematian (Black & Hawks, 2005. hal 1701.)
Insidensi kematian mendadak akibat dari gangguan jantung sangat tinggi, lebih dari separoh kematian akibat Miokard Infark terjadi dalam beberapa jam setelah adanya gejala dan sebelum pasien sampai di rumah sakit, kebanyakan dari pasien yang meninggal adalah pria usia pertengahan (Anderson, M, 1995. Hal 5).
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ade Priyanto pada Weekend Course on Cardiology Jakarta tahun 2001 Infark Miokard merupakan nekrosis dari miokard yang terjadi akibat insufisiensi aliran darah lewat koroner sehingga aliran darah koroner tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen.Penyebab infark miokard adalah atherosklerotik, vasokonstriksi dan thrombosis arteri koroner yang memberikan gambaran klinis yang khas berupa nyeri dada, kelainan EKG dan kenaikan serum enzim. Nyeri dada biasanya dirasakan dibawah sternum (sub sternal) yang menjalar ke leher dan bahu. Sensasi terasa di visceral dan dapat digambarkan oleh pasien sebagai rasa terbakar, tertekan atau rasa tidak enak atau tertumpu didada. Nyeri bahkan sering timbul saat klien istirahat bahkan saat klien tidur.
Nyeri dada yang terjadi pada miokard infark merupakan suatu keadaan yang perlu mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Keluhan nyeri dada ini
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
4
mengidentifikasi proses ischemia miokard masih berlangsung, dan apabila proses iskhemia berlanjut atau tidak diintervensi dengan baik akan terjadi kematian otot jantung atau nekrosis miokard yang sifatnya irreversible. Penyebab nyeri dada adalah ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen miokard. Hal ini dapat terjadi jika suplai oksigen berkurang atau kebutuhan oksigen yang meningkat.
Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen antara lain peningkatan frekwensi nadi, kontraktilitas, beban jantung dan pembesaran jantung atau hipertropi jantung. Sedangkan hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke miokard adalah karena menurunnya aliran darah ke miokard yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Untuk memastikan bahwa nyeri dada disebabkan oleh infark miokard maka pengetahuan tentang riwayat nyeri dada sangat penting karena keluhan nyeri dada pada pasien infark miokard mempunyai karakteristik nyeri dada yang khas. Karakteristik nyeri dada yang khas pada infark miokard berupa nyeri dada pada daerah retrosternal kiri seperti ditindih beban berat atau ditekan, diremas-remas, terasa panas dan dapat menjalar ke lengan kiri, bahu, leher, rahang bahkan sampai ke punggung dan epigastrium. Nyeri dada terjadi saat klien istirahat atau dengan aktivitas yang ringan. ( Susan L,Woods (2000) dalam Supami, Sri,(2001).
Menurut Smeltzer & Bare, 2002 yang dimaksud dengan nyeri adalah pengalaman sensori dan emosionl yang tidak menyenangkan akibat dari
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
5
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri juga menjadi alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawat. Selanjutnya Smeltzer, 2002 menyebutkan nyeri dalam keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya yang ada kapanpun individu mengatakannya. Oleh karena itu keberadan nyeri adalah berdasarkan pada laporan pasien secara subjektif. Hal ini senada dengan pendapat Price dan Wilson, 2006 yang menyatakan nyeri bersifat subjektif dan merupakan suatu sensasi sekaligus emosi. Bagi dokter dan perawat nyeri merupakan sesuatu yang membingungkan. Dalam hal pengukuran intensitas nyeri pasien mengandalkan penjelasan dari keluhan pasien.
Asosiasi Nyeri Internasional (1997) menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan tubuh. Selanjutnya Potter & Perry (1993) dalam Supami, Sri,(2001) menyatakan bahwa nyeri seringkali merupakan tanda yang menyatakan ada sesuatu yang secara fisiologis terganggu yang menyebabkan seseorang meminta pertolongan. Nyeri juga merupakan masalah yang serius yang harus direspons dan di intervensi dengan memberikan rasa nyaman, aman dan bahkan membebaskan nyeri tersebut.
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dengan menjalani salah satu dari beberapa
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
6
rute syaraf. Terdapat pesan nyeri berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulasi nyeri sehingga tidak mencapai otk atau ditransmisikan tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral maka otak akan menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses imformasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam mempersepsikan nyeri (Perry & Potter, 2006)
Intervensi medis nyeri dada pada infark miokard meliputi pemberian obat nitroglycerin sublingual, oral atau injeksi, terapi golongan narkotik yaitu morphin sulfat atau petidin, oksigen therapy, obat penghambat betaadrenergik dan kemungkinan dilakukan tindakan reperfusi terapi sesuai indikasi seperti Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty PTCA). Pada waktu nyeri dada obat yang paling tepat adalah narkotik dan nitroglycerin intravena. Efek nitrogliserin terhadap hemodinamik adalah pasodilatasi perifer sehingga mengurangi beban jantung dan mengurangi konsumsi oksigen miokard, disamping itu nitroglycerin juga bekerja vasodilator koroner sehingga aliran darah ke koroner juga bertambah. Efek samping dari obat ini adalah hipotensi sehingga penting memonitor tandatanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian obat tersebut. (Manurung, 2006)
Obat golongan penghambat beta adrenergik diberikan untuk mencegah timbulnya nyeri dada. Golongan obat ini bekerja menghalangi reseptor beta adrenergik terhadap perangsangan syaraf adrenergik dan mempunyai efek
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
7
hemodinamik yang memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah, mengurangi kontrktilitas otot jantung, menurunkan curah jantung, mengurangi konsumsi oksigen. (Manurung, 2006)
Pada kondisi Miokard Infark intervensi keperawatan yang dilakukan adalah menurunkan nyeri dan tanda gejala lain iskemia, selain itu memperbaiki fungsi respirasi, meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan, menurunkan cemas, memonitor dan menangani potensial terjadinya komplikasi dan meningkatkan perawatan dirumah. Salah satu intervensi keperawatan sebagai perawat professional pemberi pelayanan keperawatan pada klien dengan Infark Miokard perawat dapat memberikan terapi non farmakologis yang dikenal dengan terapi non farmakolgis yang merupakan pelengkap bagi terapi konvensional yang telah terbukti bermanfaat. Terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri diantaranya kompres hangat, kompres dingin, hidroterapi, acupressure, akupunktur, stimulasi syaraf elektronik per transcutan (TENS), hypnosis, yoga, biofeedback, relaksasi dengan bantuan musik, imajinasi, visualisasi, aroma terapi (Simkin,P dan Anchaeta, R, 2005)
Musik sebagai terapi telah dikenal sejak abad ke 4 Masehi dan terus dkembangkan hingga sekarng. Di Amerika dan Jerman dengan metoda yang lebih modern sekelompok peneliti secara intensif mengamati music yang mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan dan menenangkan (intisari 2007, http://intisari.com, diperoleh tanggal 28 Desember 2007)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
8
Menurut Kemper dan Denhauer (2005) musik juga dapat memberikan efek bagi peningkatan kesehatan, mengurangi stress dan mengurangi nyeri. Musik juga efektif untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan mood pada pasien medical dan bedah. Musik berpengaruh terhadap mekanisme kerja sisem syaraf otonom dan hormonal sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kecemasan dan nyeri. Pasien yang diterapi dengan menggunakan musik akan tampak lebih rileks dan tenang. Efek relaksasi yang didapat melalui terapi musik tersebut akan berpengaruh terhadap stabilitas, menurunkan tekanan darah, nadi dan pernafasan.
Hasil penelitian Guzzetta (1999) musik efektif menimbulkan efek relaksasi dan menurunkan tingkat stress pada pasien yang dirawat di ruang Coronary Care Unit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penuruan apical heart rate, peningkatan suhu kulit bagian perifer. Pada studi yang dilakukan oleh Raymond Bahr seorang dokter ahli jantung USA dan kepala bagian Intensif Cardiac Care Unit selalu menggunakan music di ruang perawatan. Telah membuktikan bahwa pada kasus-kasus serangan jantung dimana pasiennya membutuhkan perawatan yang intensif dalam waktu satu setengah jam mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg (Ucup, 2006, dalam Tory(2007)
Menurut Campbell (2001) jenis musik impresionis seperti Debussy, faure dan ravel yang diberikan selama seperempat jam yang diikuti dengan beberapa
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
9
menit peregangan dapat membuat impuls-impulss kreatif dan membuat kita bersentuhan dengan alam tak sadar.
Penelitian tentang manfaat terapi musik tersebut dalam menurunkan nyeri masih belum banyak dikembangkan oleh perawat dirumh sakit, Hasil observasi lapangan yang peneliti lakukan perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kardiovaskular yang mengalami nyeri umumnya memberikan terapi farmakologi dengan berkolaborasi dengan dokter dan hampir tidak pernah melakukan terapi komplementer seperti terapi relaksasi dengan menggunakan musik yang dapat menurunkan nyeri yang dialami oleh klien
Rumah sakit Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan jantung untuk wilayah regional Sumatera yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Siti Fadilah Supari pada tanggal 29 Januari 2005.Rumah sakit ini ditunjang oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia/ketenagaan yang cukup memadai, rumah sakit ini merupakan rumah sakit Tipe B yang terus dikembangkan sebagai rumah sakit pendidikan seiring dengan berkembangnya profesi di bidang keehatan. Rumah sakit ni memiliki berbagai instalasi vital dan penting, salah satunya CVCU
Berdasarkan survei pendahuluan dari buku laporan registrsi ruang CVCU. RS Dr. M. Djamil Padang dari bulan Januari sampai Desember 2007, jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner yang dirawat di CVCU sebanyak 2300 orang yang termasuk penyakit 5 besar terbanyak. Dari 2300 pasien tersebut
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
10
sebanyak 377 pasien adalah pasien MCI. Dengan demikian jumlah pasien MCI yang dirawat di CVCU . Dr. M. Djamil Padang cukup banyak.
Pentingnya riset ini terhadap masa rawat, proses rehabilitasi dan stabilisasi status hemodinamik pada pasien dengan gangguan kardiovaskular, telah menginspirasi peneliti untuk mengembangkan riset tentang terapi musik ini dalam menurunkan nyeri pada pasien dengan MCI. Dari literatur yang ada belum didapatkan informasi yang jelas tentang pengaruh terapi musik terhadap penurunan nyeri pada pasien dengan MCI sementara saat ini banyak dirawat klien dengan MCI. Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “ Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Miokard Infark di RS Dr. M. Djamil Padang”.
B.
Rumusan Masalah Penelitian tentang manfaat terapi musik dalam menurunkan nyeri masih belum banyak dikembangkan oleh perawat dirumh sakit, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh terapi musik terhadap nyeri pada pasien miokard infark yang belum pernah dilakukan di RS Dr. M. Djamil Padang. Berdasarkan hal ini maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu : “Bagaimana pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri pada klien miokard infark di ruang rawat CVCU RS Dr. M. Djamil Padang?”
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
11
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengidentifikasi pengaruh terapi musik terhadap tingkat persepsi nyeri pada pasien miokard infark di ruang rawat CVCU RS Dr. M.Djamil Padang 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik (umur, jenis kelamin, jenis infark miokard) pasien dengan nyeri infark miokard b. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark sebelum mendapat kombinasi terapi analgetik ditambah terapi musik pada kelompok intervensi c. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark sebelum mendapat terapi analgetik pada kelompok kontrol d. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark setelah mendapat kombinasi terapi analgetik ditambah terapi musik pada kelompok intervensi e. Mengidentifikasi tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark setelah mendapat terapi analgetik pada kelompok control f. Mengidentifikasi perbedaan tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark yang mendapat terapi analgetik pada kelompok kontrol dengan pasien yang mendapat kombinasi terapi analgetik dan music terapi pada kelompok intervensi
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
12
g. Mengidentifikasi hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
D. Manfaat penelitian 1. Pelayanan Keperawatan Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi institusi rumah sakit khususnya ruang CVCU RS. Dr. M.Djamil Padang dalam rangka perencanaan mengembangkan dan menerapkan tindakan keperawatan terutama yang berhubungan denbgan terapi non farmakologis khususnya terapi musik pada klien dengan MCI. Dengan demikian keberhasilan tindakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan proses penyembuhan sehingga menurunkan angka kematian pasien MCI dan mengurangi waktu rawat serta biaya perawatan pasien. 2. Ilmu Keperawatan Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan, terutama yang berhubungan dengan perawatan pada pasien miokard infark. Diharapkan hasil penelitian ini akan menambah khasanah teori tentang terapi musik dan perawatan klien MCI
3. Penelitian keperawatan Penelitian ini memberikan landasan bagi pengembangan penelitian tentang terapi musik. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
13
kerangka acuan bagi penelitian selanjutnya serta memberikan informasi awal bagi pengembangan penelitian serupa dimasa mendatang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Infark Miokard 1. Pengertian Infark miokard adalah nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner (Marulam, M.P, 1997. hal. 13). Infark miokard adalah kematian atau nekrosis jaringan miokardium akibat oklusi (penyumbatan) pembuluh darah koroner (Hanun, 2002, hal 1095)
Adapun faktor resiko terjadinya infark miokard adalah merokok, kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi, hipertensi, DM, usia lanjut, aktivitas yang berlebih pada pasien yang pernah mengalami serangan jantung (Lewis, 2000)
2. Patofisiologi Iskemia yang berlangsung lama akan meyebabkan kerusakan seluler yang irreversible dan kematian otot atu nekrosis miokardium dimana akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang memungkinkan masih dapat terjadi perbaikan, terjadinya infark yang meluas tergantung dari besar kecilnya iskemia yang mengelilinginya. Apabila daerah iskemiknya besar dan mengalami nekrosis dimana artinya tidak ada perbaikan maka infark
14 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
15
akan bertambah besar, namun apabila daerah iskemik mengalami perbaikan dan tidak terjadi nekrosis maka perluasan infark tidak terjadi (Hanun, 2002). Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam waktu 24 jam timbul udema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi proses degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan daya konsentrasi. Secara fungsional infark miokrdium akan menyebabkan perubahan-perubahan : daya kontraksi menurun, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel, pengurangan curah sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel, peningkatan akhir diastolik ventrikel kiri.
Secara ringkas terdapat serangkaian reflek yang dapat mencegah memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan miokardium dengan meningkatnya kebutuhan miokardium akan oksigen (Hudak dan Gallo, 1997). Infark miokardium klasik disertai gambaran klinis yang terdiri dari
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
16
nyeri dada yang berlangsung lama dan hebat, disertai mual, keringat dingin, muntah dan perasaan seakan-akan sedang menghadapi ajal. Tetapi 20 % sampai dengan 60 % kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi atau asimtomatik. Sekitar setengah dari kasus ini benar-benar tersembunyi dan tidak ditemukan kelainan dan didiagnosa melalui pemeriksaan EKG yang rutin (Shepherd, 2002, hal 14)
Dalam keadaan normal suplai O2 ke jaringan sesuai dengan kebutuhannya, dengan adanya penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah maka perfusi jaringan terhambat sehingga suplai oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan jaringan akibatnya jaringan menjadi iskemik dan terjadi metabolism anaerob. Metabolisme tersebut menghasilkan asam laktat yang menimbulkan nyeri, jika pembuluh darah yang tersumbat adalah arteri koronaria maka nyeri dirasakan pada dada sebelah kiri. Seharusnya pada kondisi seperti ini jaringan diistirahatkan, tetapi selama manusia masih hidup tentu tidak mungkin jantung diistirahatkan. Oleh karena jantung yang mengalami iskemik terus menerus dipergunakan maka suatu saat akan mengalami nekrosis/ infark
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi anaerob. Hasil akhir metabolism anaerob adalah asam laktat yang akan tertimbun sehingga menurunkan PH sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia serta asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
17
kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang, serabutserabutnya memendek dan daya serta kecepatannnya berkurang, selain itu gerakan dinding segmen yng mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan keluar setiap kali ventrikel berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamik. Perubahan hemodinamik bervariasi sesuai ukuran segmen yang mngalami iskemia. Dan derajat respon refleks kompensasi sistem syaraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikl kiri dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya curah sekuncup. Berkurangnya pengosongan ventrikel saat sistole akan memperbesar volume ventrikel, akibatnya tekanan jantung kiri akan meningkat, tekanan diastolik ventrikel kiri dan tekanan kapiler paru akan meningkat, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan kapiler paru akan meningkat. Peningkatan tekanan diperbesar oleh perubahan daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding yang kurang lentur semakin memperberat peningkatan tekanan pada volume ventrikel tertentu. Hal-hal yang disebutkan diatas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung sehingga daerah iskemia tidak mengalami perbaikan tetapi mengalami nekrosis ( Price dan Wilson, 1995).
Pada iskemia manifestasi hemodinamik yang sering terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri. Dengan timbulnya nyeri sering terjadi perangsangan lebih lanjut oleh katekolamin. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa miokrdium yang terserang iskemia cukup luas. Sedangkan EKG
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
18
dapatmenangkap kelaianan miokard yang disebabkan oleh terganggunya aliran koroner. Iskemia miokardium secara khas disertai oleh dua perubahan gambaran EKG yaitu gelombang T terbalik akibat perubahan elektrofisiologi selular dan depresi gelombang ST, tetapi pada infark miokard akan didapatkan gambaran EKG dimana gelombang ST elevasi. ( Price dan Wilson, 2000). Serangan iskemia biasanya mereda dalam beberapa menit, apabila ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki, perubahan metabolik hemodinamik dan elektrokardiografik yang terjadi semuanya bersifat reversible ( Hanun. 2002)
3. Gejala Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal seperti diremas-remas, ditekan, di tusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan umumnya, ke lengan kiri, bahu, leher, rahang bahkan ke pungung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lama dan tidak responsif terhadap nitrogliserin, Nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Kadangkala nyeri ini dirasakan di daerah epigastrium sehingga sering disalahartikan sebagai gastritis. Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik cenderung normal. Hanya pada bunyi janung kedua pecah paradoksal, irama gallop. takhikardi, kulit pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat. (Hudak dan Gallo, 1995)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
19
4. Komplikasi Komplikasi miokard infark menurut Hanun (2002) adalah : a. Aritmia Ditemukan pada fase akut miokard infark. Dapat menyebabkan gangguan hemodinamik, meningkatkan kebutuhan oksigen yang dapat memperluas infark bila tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan kematian
b. Sinus bradikardi Sering menyertai miokard infark inferior atau posterior. Umumnya disebakan oleh vagotonia c. Disfungsi ventrikel kiri Sering pada miokard infark inferior, gangguan hemodinamik berat sering terjadi, kematian umumnya disebabkan karena gagal jantung berat d. Syok kardiogenik Dikarenakan penurunan curah janung menyebabkan gangguan dalam hemodinamik e. Kematian Bila penanganan miokard infark tidak adekuat
5. Etiologi Etiologi dari miokard infark disebabkan oleh hal-hal berikut :
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
20
a. Riwayat keluarga sakit jantung b. Kadar LDL kolesterol yang tinggi dan trigliserida, kadar HDL kolesterol yang rendah c. Tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi d. Merokok e. Kurang berolah raga f. Makan makanan yang mengandung kadar lemak tinggi g. Obesitas, kelebihan berat badan h. Tidak terkontrolnya gula darah i. Stres dan depresi yang berkepanjangn. (Price dan Wilson, 2000).
6. Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan pada pasien infark miokard adalah : a. Mengurangi tingkat kolesterol, trigliserida dan penggunaan lemak serta minyak. Mengurangi konsumsi lemak, mengatur intake total energi dan mempertahankan berat badan ideal, melaksanakan aktivitas secara terstruktur dan olah raga teratur, meningkatkan sejumlah karbohidrat dan protein nabati dalam diet. b. Mengatur gaya hidup Meningkatkan kesadaran terhadap perilaku yang merugikan kesehatan, mengganti pola kebiasaan yang buruk, hindari stres, sediakan waktu 20 menit untuk beraktivitas sesuai toleransi, susun jadwal tidur dan istirahat secara adekuat c. Menghentikan kebiasaan merokok
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
21
Mengatur program untuk berhenti merokok, mengubah aktivitas seharihari yang dapat merangsang keinginan untuk merokok, support dari keluarga atau orang terdekat d. Menjaga tekanan darah Cek tekanan darah secar teratur, latihan dan olah raga yang teratur, mengontrol dan mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam e. Mengatur gula darah Ikuti diet yang direkomendasikan, mengontrol diet dan mengurangi kelebihan berat badan, mengurangi kadar gula darah secara bertahap
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien Miokard Infark Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien, pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut perawat harus mengidentifikasi proses pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah antara lain pengkajian, diagnose keperawatan, perencaanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 1999) 1. Pengkajian Menurut Doenges, Moorhouse dan Geissler, 1999 pengkajian pasien miokard infark antara lain : a. Aktivitas/istirahat 1) Gejala
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
22
Kelemahan, keletihan, nafas pendek, tidak dapat tidur, pola hidup yang monoton,jadwal olah raga yang tidak teratur 2) Tanda Tachikardi, dispnea pada istirahat dan beraktifitas b. Sirkulasi 1) Gejala Riwayat miokard infark sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung koroner, masalah tekanan darah, diabetes melitus. 2) Tanda Tekanan darah dapat normal, penuh/tidak kuat, lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, disritmia mungkin terjadi, bunyi jantung tambahan S3 atau S4 disebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel., bunyi mur-mur bisa muncul karena insufisiensi katup dan disfungsi otot papiler : Fiction karena adanya perikarditis, irama janung regular/irregular, edema, mukosa bibir pucat atau sianosis, kuku datar c. Integritas ego 1) Gejala Denial, takut mati, kecemasan 2) Tanda Ansietas, denial, kurang kontak mata, gelisah, focus pada diri sendiri, marah
d. Eliminasi Tanda : bunyi usus normal/menurun
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
23
e. Makanan/cairan 1) Gejala Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati, terasa terbakar 2) Tanda Turgor kulit menurun, kulit kering/ berkeringat, muntah, perubahan berat badan
f. Hygiene Gejala/tanda : Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari g. Pernafasan 1) Gejala Dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
2) Tanda Peningkatan frekwensi pernafasan, nafas sesak/kuat, pucat atau sianosis, bunyi nafas bersih atau krekels/mengi, sputum bersih, merah muda kental h. Neurosensori 1) Gejala Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat) 2) Tanda Perubahan mental, kelemahan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
24
i. Nyeri/ketidaknyamanan 1) Gejala Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktivitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi pada umumnya pada dada anterior, sub sternal, prekordium dan menjalar ke lengan sampai rahang dan punggung serta epigastrium, kualitas menetap seperti ditindih, diremas dengan skala nyeri 10 (1-10) 2) Tanda Wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri, kontak mata negatif, respon otomatik ditandai dengan perubahan frekwensi/irama jntung, tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban dan kesadaran j. Interaksi sosial 1) Gejala Ketidakmampuan untuk mekanisme koping dengan stress yang ada
2) Tanda Kesulitan untuk beristirahat dengan tenang, respon emosi lebih kearah marah, menarik diri dari keluarga k. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Riwayat keluarga penyakit jantung/miokard infark, diabetes, stroke, hipertensi, penyakit vaskuler perifer, pengkonsumsi rokok. l. Pemeriksaan diagnostic
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
25
1) EKG Dapat menunjukkan iskemia, hipertropi, blok konduksi disritmia. Peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead. Depresi PR, gelombang T datar dan cekung, pencitraan voltase rendah umum terjadi 2) Echokardiogram Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertropi jantung, disfungsi katup, dilatasi ruang 3) Enzim jantung CPK mungkin tinggi tetapi isoenzim MB tidak ada 4) Angiografi Dapat menunjukkan stenosis katub dan regurgitasi dan penurunan gerak dinding jantung 5) Sinar X Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pulmonal 6) LED Umumnya meningkat
2.
Diagnosa Keperawatan Menurut Doenges, Morhouse dan Geissler ( 1999), Hudak dan gallo (1997) diagnose keperawatan pada klien miokard infark antara lain : a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dada akut berhubungan dengan hipoksia miokard akibat adanya iskemia jaringan karena penyempitan arteri koroner
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
26
b. Keterbatan aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard c. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan hospitalisasi, perubahan status kesehatan dan takut akan kematian d. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam irama, frekwensi dan konduksi elektrikal, penurunan preload, peningkatan tahanan vaskuler sistemik e. Resiko tinggi gangguan perfusi jringan sehubungan dengan penurunan aliran darah akibat adanya iskemik jaringan f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penanganannya
3. Rencana dan Implementasi keperawatan Menurut Doenges, Morhouse dan Geissler ( 1999), Hudak dan gallo (1997) intevensi keperawatan pada klien miokard infark antara lain : a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dada akut berhubungan dengan hipoksia miokard akibat adanya iskemia jaringan karena penyempitan arteri koroner 1) Catat karakteristik nyeri, respon verbal dan non verbal serta respon hemodinamik seperti meringis, diaphoresis,nafas cepat, perubahan nadi dan tekanan darah 2) Kaji lokasi nyeri, intensitas, kualitas dan radiasi nyeri 3) Kaji riwayat nyeri sebelumnya 4) Anjurkan pasien untuk mlaporkan nyeri sesegera mungkin 5) Pertahankan lingkungan yang tenang dan suasana yang nyamn
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
27
6) Bantu dan ajarkan pasien untuk latihan relaksasi dengan nafas dalam, retraksi 7) Observasi tanda vital sebelum/sesudah pemberian narkose 8) Berikan O2 sesuai program terapi 9) Kolaborasi pemberian obat-obatan jantung
b. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard 1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas 2) Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi dini intensitas rendah disertai dengan itirahat 3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap 4) Jelaskan pada pasien tanda dan gejala kekambuhan ulang 5) Bantu pasien dalam pelaksanaan personal hygiene
c. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan hospitalisasi, perubahan status
kesehatan dan takut akan kematian
1) Identifikasi persepsi pasien tentang status kesehatannya 2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannnya 3) Observasi perilaku menarik diri, berontak dn menolak kooperatif 4) Observasi tanda-tanda kecemasan verbal dan non verbal, temani pasien 5) Orientasikan pasien pada prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan 6) Anjurkan pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga perawat dan dokter serta tenaga kesehatan lainnya
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
28
7) Berikan privaci pasien 8) Dorong pasien untuk melakukan perawatan diri sendiri dan membuat keputusan dalam pengobatannnya.
d.
Resiko tinggi penurunan curah jantung sehubungan dengan perubahan dalam irama,
frekwensi dan konduksi elektrikal, penurunan preload,
peningkatan tahanan vaskuler sistemik 1) Kaji tanda vital, bandingkan nilai tekanan darah antara kedua tangan saat berbaring, duduk dan berdiri 2) Evaluasi kesamaan dan kualitas nadi serta iramanya, catat bila ada disritmia 3) Auskultasi bunyi jantung terhadap bunyi tambahan S3-S4 dan murmur 4) Auskultasi bunyi nafas 5) Observsi respon terhadap aktivitas dan tingkatkan istiraht 6) Monitor hasil pemeriksaan rontgen, EKG, analisa gas darah, enzim jantung dan elektrolit 7) Kolaborasi pemberian terapi antidisritmia
e.
Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan sehubungn dengan penurunan aliran darah akibat adanya iskemik jaringan 1) Kaji perubahan kesadaran seperti cemas, bingung, stupor 2) Observasi keadaan kulit dari sianosis, keringat dingin, akral dingin/lembab
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
29
3) Dorong pasien untuk melakukan mobilisasi dini intensitas rendah, catat kekuatan nadi perifer 4) Kaji adanya tanda human. Eritema, edema 5) Monitor pernafasan pasien 6) Monitor intake dan output
f. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan penanganannnya 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keinginan untuk mengetahuinya 2) Waspadai tanda menghindar seperti merubah subjek pembicaraan 3) Berikan penjelasan tentang penyakit pasien, hal-hal yang harus dihindari dan cara penanganannya 4) Beri kesempatan pasien untuk bertanya hal-hal yang kurang jelas 5) Beri kesempatan pasien untuk mengulangi penjelasan yang diberikan 6) Anjurkan pasien untuk segera ke dokter atau rumah sakit terdekat bila dirasa tanda dan gejala berulang
4. Evaluasi/hasil Evaluasi keperawatan yangdiharapkan antara lain : a. Gangguan rasa nyaman nyeri dapat diatasi atau berkurang b. Peningkatan aktivitas fisik yang terstruktur dan sesuai program c. Kecemasan/ketakutan berkurang atau hilang d. Mempertahankan curah jantung normal e. Mempertahankan perfusi jaringan tetap adekut f. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit miokard infark
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
30
B. Nyeri 1. Defenisi Terdapat beberapa defenisi nyeri yang cukup popular yang diungkapkan oleh Strenbach (1968), Mc Cafferi 1979, Association for the studi of pain (1979), Ignatavicius, Workman&Mishler 1999. Sternbach pada tahun 1968 menggambarkan nyeri sebagai konsep abstrak yang berkaitan dengan sensasi yang bersifat individual, stimulus yang membahayakan sebagai pertanda adanya kerusakan jaribngan dan pola respon perlindungan organism dari ancaman bahaya.
Mc Caffery pada tahun 1979 membuat defenisi yang lebih bersifat individual. Nyeri adalah pengalaman apapun yang dirasakan seseorang dan tetap ada kapanpun seseorang tersebut mengatakannya. Defenisi ini memandang bahwa seseorang memiliki otoritas terhadap nyeri yang dirasakan dn hanya dia yang dapat menentukan rasa itu. Sedangkan International Association for the Studi of pain IASP mendefenisikan nyeri sebagai sensori yang tidak menyebnangkan dan pengalaman emosional karena adanya kerusakan jaringan actual maupun potensial. (Merskey & Bogduk, 1994 dalam Strong, et al, 2002 hal 4)
2. Fisiologi nyeri. Nyeri bersifat kompleks, perpaduan antara reaksi fisik, emosi dan tingkah laku seseorang yang mengalaminya. Untuk lebih memahami hal tersebut
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
31
akan dijelaskan 3 komponen yang terkait fisiologi nyeri yaitu resepsi, persepsi dan reaksi (Potter &Perry, 1997 hal 1155) a. Resepsi Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas, mekanik, kimia mupun listrik akan merangsang pelepasan zat yang menimbulkan nyeri. Terpajan terhadap panas, dingin, tekanan, gesekan dan kimia akan membuat tubuh melepaskan zat yang disebut histamine, bradikinin dan kalium yang berkombinasi dengan tempat reseptor pada nociceptor (reseptor yang berspon terhadap stimulus yang membahayakan. Untuk memulai transmisi syaraf yang berkaitan dengan nyeri. Tidak semua reseptor jaringan tubuh dapat meneruskan sinyal nyeri. Otak dan paru sebagai contohnya. Beberapa reseptor tubuh hanya akan akan memberi respon hanya kepada satu rangsangan nyeri (Potter &Perry, 1997 hal 1155 Impuls syaraf timbul dari stimulus nyeri yang berjalan disepanjang serabut syaraf aferen.
Terdapat 2 jenis serabut saraf perifer yang menghantarkan stimulus nyeri. Yang bekerja cepat yaitu serabut A-delta bermyelin dan yang bekerja lambat sangat kecil yaitu serabut C tak bermyelin. Serabut A mengirimkan sensasi tajam dan terlokalisir yang menentukan sumber nyeri dan untuk mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menghubungkan impuls yang kurang terlokalisir bersifat visceral dan persisiten. Sebagai contoh saat tertusuk paku seseorang akan merasa
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
32
nyeri yang tajam ,terlokalisir sebagai akibat transmisi serabut A. Dalam beberapa detik kemudian nyeri menyebar ke seluruh kaki akibat transmisi serabut C. Saat serabut A-Delta dan serabut C menyampaikan impuls dari serabut syaraf, mediator kimia dilepaskan untuk mengaktifkan respon nyeri dilepaskan.sebagai contoh kalium dan prostaglandin dilepaskan saat sel-sel mengalami kerusakan.
Transmisi stimulus nyeri berlanjut sepanjang serabut aferen dan berakhir di dorsal horn Medula spinalis. Dalam dorsal horn, neurotransmitter seperti substansi-P dilepaskan yang menyebabkan transmisi sinaptik dari syaraf eferen./sensori menuju traktus syaraf spinothalamik. Hal ini menyebabkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam system syaraf pusat. Stimulus nyeri berjalan melalui serabut syaraf dalam traktus Spinothalamik yang melintas berlawanan dari medulla spinalis. Impils nyeri kemudian berjalan sepanjang medulla spinalis. Selanjutnya Impuls ini diinformasikan secara cepat ke pusat yang lebih tinggi pada otak, termasuk formasio retikularis, system limbic, thalamus dan korteks serebri
b. Persepsi Persepsi merupakan pengalaman tentang perasaan, interpretasi dan pemahaman terhadap dunia yang bersifat personal dan internal (Wilson & Kneisl, 1988) Sehingga menurut defenisi ini, setiap orang akan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
33
memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa atau fenomena
Persepsi adalah hal penting dimana seseorang sadar terhadap nyeri yang dialami, saat menyadarinya reaksi beragam akan muncul. Interaksi faktor psikologis dan kognitif dengan neuropsikologis seseorang dalam mempersepsikan nyeri menggambarkan tiga sistem interaksi terhadap persepsi nyeri yaitu sensori diskriminatif, motivational-affektif dan cognitif-evaluatif. Persepsi memberi kesadaran dan makna nyeri sehingga seseorang akan memberikan reaksi (Potter & Perry, 1997 hal 1158)
Persepsi digunakan oleh individu untuk menyampaikan perasaan tertentu mengenai suatu objek atau peristiwa yang dialami. Karena bersifat personal setiap individu akan memberikan pandangan yang berbeda terhadap suatu objek atau peristwa. Hal ini dipengaruhi oleh harapan dan pengalaman masa lalu. Karena nyeri bersifat kompleks sejumlah faktor m,empengaruhi persepsi nyeri individu. Perawat tidak perlu merasa frustasi saat gagal menurunkan sensasi nyeri tersebut. Perawat harus menurunkan persepsi pasien terhadap nyeri yang dialami. Faktor-faktor yang mempegaruhi nyeri yaitu usia, gender, budaya, makna nyeri, atensi, kecemasan, rasa lelah, pengalaman sebelumnya, mekanisme koping dan dukungan social (Potter & Perry, 1997 1161.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
34
c. Reaksi terhadap nyeri Respon fisiologis dan tingkah laku akan dialami oleh seseorang yang mengalami nyeri (Craven & Hirnle, 2000, 1149. Respon yang timbul sebagai dampak adanya nyeri terjadi pada respon fisiologis, tingkah laku dan aktivitas sehari-hari (P&P, 1168). Respon fisiologis yang dapat diamati pada nyeri akut adalh peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, peningkatan laju pernafasan dan respon neuroendokrin dan metabolik
Peningkatan tekanan darah terjadi karena overaktivitas saraf simpatis. Vasokonstriksi perifer merupakan respon adaptif saat darah berpindah dari perifer menuju jantung dan paru. Peningkatan tekanan darah akan meningkatkan kerja jantung. Sehingga mengarah terjadinya vasokonstriksi arteri koronari.
Peningkatan laju pernafasan sebagai usaha untuk meningkatkan ketersediaan oksigen ke jantung dan sirkulasi. Sedangkan respon metabolik yang tampak akibat nyeri adalah katabolisme. Manifestasi yang timbul adalah peningkatan metabolism dan konsumsi oksigen yang ditandai oleh peningkatan kadar gula darah, asam lemak bebas, asam laktat dan benda keton (Craven dan Hirnle, 2000 hal 1149). Dampak nyeri pada perilaku dapat diamati dari ungkapan verbal pasien, respon vocal, gerakan muka dan tubuh dan interaksi sosial. Ungkapan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
35
verbal dari pasien adalah hal yang paling penting meskipun bagi sebagian pasien lain sulit untuk mengungkapkannya. Merintih, mengerang dan menangis adalah contoh respon vokal ungkapan nyeri. Sedangkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh juga mencerminkan adanya nyeri (Potter & Perry, 1997, hal 1169)
Nyeri yang tidak diatasi akan menurunkan energyiyang akhirnya mempengaruhi aspek kehidupan. Pasien yang merasakan nyeri sering kali kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari aktivitas mandi, berpakaian dan makan akan terpengaruh dari tingkat ringan ke tingkat parah tergantung dari lokasi dan intensitas nyeri. Nyeri yang menetap juga akan mengganggu konsentrasii pasien. Dilain pihak aktivitas fisik dapat meningkatkan nyeri selain itu kebutuhan tidur juga akan terganggu akibat nyeri (Craven dan Himle, 2000, hal 1151) d. Pengkajian keperawatan terhadap nyeri Pengkajian terhadap nyeri yang akurat dilakukan untuk menetapkan diagnosa keperawatan, memutuskan intervensi yang tepat dan Pengkajian terhadap nyeri menurut Crisp & Taylor (2001) meliputi : a. Lokasi dengan menanyakan dimana pasien merasa nyeri b. Intensitas dengan menanyakan seberapa berat nyeri dirasakan dengan menggunakan skala pengukuran nyeri
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
36
c. Kualitas dengan menanyakan kepada pasien seperti apa nyeri yang dirasakannya d. Pola dengan menanyakan apakah nyeri telah berubah, apa yang membuat nyeri berkurang atau bertambah buruk e. Ukuran berkurangnya nyeri, dengan menanyakan kepada pasien apa yang dilakukan untuk mengontrol nyeri apakah dengan menggunakan obat-obatan
Alat ukur yang digunakan untuk mengkaji nyeri adalah VDS (Verbal Descriptor Scale), NRS (Numerical Rating Scale) dan VAS (Visual Analog Scale) dan Faces Pain Scale (Crisp & Taylor, 2001;Ching & Burns dalam Chulay & Burns, 2006) VDS terdiri dari suatu garis dengan 3-5 kata yang memiliki jarak yang sama disepanjang garis sebagai descriptor. VDS mampu membuat pasien untuk memilih kategori untuk menggambarkan nyeri yang dirasakannya. NRS memungkinkan pasien untuk memilih nyeri dari skala 0 sampai 10. Skala ini sangat baik untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. VAS terdiri dari garis lurus yang menggambarkan intensitas nyeri yang terus menerus dan pada akhir garis terdapat kalimat
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
37
Skala nyeri yang biasa digunakan untuk mengukur nyeri menurut Lewis Heitkemper & Dirksen, 2004; Crisp & Taylor, 2001 adalah : a. Simple descriptive pain intensity scale
No pain
Mid pain
Moderate Severe Very Worst pain pain severe pain possible pain
b. 0-10 numeric pain intensity scale 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
c. Visual analog scale No pain could
Pain as bad as it Possible be
C. Terapi Musik 1. Pengertian Musik telah digunakan sebagai alat terapi sejak 550 tahun sebelum masehi, dan ini telah dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani (Ucup, 2006 dalam Tory). Florence Nighttingale telah menggunakan terapi musik sebagai bagian dari proses penyembuhan pada tentara-tentara yang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
38
mengalami cidera pada perang krim. Musik bagian dari lingkungan, untuk itu Florence Nightingale merasa bahwa tanggung jawab perawat untuk mengontrol lingkungan sebagai bagian dari proses penyembuhan klien. (Mc.Caffrey & Locsin, 2002)
Selanjutnya terapi musik moderen berkembang pada akhir tahun 1940-an, tumbuh dan dimanfaatkannya musik untuk mengobati kelelahan perang yang diderita para prajurit setelah akhir perang dunia ke II (Campbell, 2001). Perkembangan terapi musik dalam dunia kesehatan terus diupayakan semaksimal mungkin untuk memperoleh efek terapi terhadap berbagai penyakit baik fisik maupun mental. Bahkan fenomena yang berkembang saat ini yang mulanya muncul di Amerika Serikat pada tahun 1993 dan terus berkembang sampai ke seluruh dunia termasuk Indonesia.hingga saat ini ayang dikenal dengan efek Mozart. Efek Mozart umumnya dapat dijelaskan sebagai kondisi/efek akibat pemaparan terhadap musik tertentu khususnya musik Mozart dalam waktu singkat dan berefek positif terhadap kognisi dan perilaku. Terapi musik dengan memperdengarkan alunan musik Mozart inilah yang dewasa ini terus berkembang dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit tetentu seperti penyakit jantung, stroke, alzheimer dan lain-lain ( Halim, 2006)
Musik merupakan salah satu bentuk rangsangan suara yang merupakan stimulus khas untuk indera pendengaran. Musik lebih dari sekedar bunyi. Bunyi dihasilkan oleh adanya benda yang bergetar atau adanya benturan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
39
benda yang menggetarkan udara disekelilingnya. Lebih dari sekedar bunyi, musik merupakan bunyi yang dibentuk secara harmonis. Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran dan melalui syaraf didalam tubuh dan disampikan ke susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri seseorang yang mendengarkannnya.Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukan tangan pada meja atau membayangkan iramanya didalam diri kita sendiri ( Satiadarma, 2005)
Penggunaan istilah terapi musik dewasa ini berkembang. Ada beberapa pendapat ahli tentang terapi musik, salah satu diantaranya yang dikemukakan oleh Linberg dan Katherine (1997) yang menyatakan bahwa terapi musik adalah tindakan menentukan penggunaan musik dan intervensi musikal sebagai rencana tindakan untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan emosional, fisik, psikologis dn spiritual serta untuk proses penyembuhan (Dossey, Guzzetta dan Kenner, 2002). Dengan demikian istilah terapi musik dapat diartikan sebagai tindakan terapi alternatif dengan memperdengarkan musik yang dilakukan oleh ahli terapi musik dengan tujuan untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional maupun spiritual sebagai terapi penunjang dalam proses penyembuhan klien.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
40
2. Bunyi dalam terapi musik Bunyi mengalir dalam bentuk gelombang elektromagnetik melalui udara dan dapat di ukur berdasarkan frekwensi bunyi dan intensitas bunyi. Frekwensi bunyi mengacu pada tinggi dan rendahnya nada serta tinggi dan rendahnya kualitas suara yang diukur dalam hertz yaitu jumlah daur perdetik dimana gelombang bergetar ( Campbell, 2001). Telinga normal manusia dapat mendengarkan bunyi-bunyian dalam frekwensi antara 16 sampai dengan 20.000 hertz (Campbell,2001).
Tomatis (1996) berpendapat bahwa bunyi-bunyi dengan frekwensi tinggi (3000 hingga 8000 hertz atau lebih) lazimnya bergetar diotak dan mempengaruhi fungsi-fungsi kognitif seperti berfikir, persepsi spasial dan ingtan. Bunyi-bunyi dengan frekwensi sedang 750 hingga 3000 hertz cenderung merangsang jantung, paru dan emosi sedangkan bunyi-bunyi dengan frekwensi rendah 125 hingga 750 hertz akan mempengaruhi gearakan-gerakan fisik. Bunyi yang keluar dari alat musik yang diminkan oleh orang yang menguasai alat musik memiliki nada-nada yanga beraturan dan irama-irama tertentu. Bunyi tersebut dikenal dengan musik. Alunan suara musik yang terdngar oleh telinga manusia ternyta mampu memberikan stimulus yang positif bagi manusia. Musik mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, bahkan musik dapat berpengaruh terhadap irama pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah manusia (Campbell, 2001).
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
41
3. Manfaat musik dalam kehidupan manusia Kegiatan mendengarkan musik merupakan kegiatan yang sangat mengenakkan dan mengasyikkan bagi sebagian orang. Hasil penelitian tentang musik ternyata telah membuktikan bahwa musik bukan hanya sekedar nikmat untuk didengarkan tetapi ternyata musik mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan dan dapat dijadikan sebagai terapi alternatif dalam upaya meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan status kesehatan.
Manfaat musik yang demikian besar dan dalam perkembangannya telah dijadikan salah satu bentuk terapi alternatif telah banyak dirasakan dalam kehidupan manusia. Secara umum manfaat musik dalam kehidupan manusia menurut Anthony (2003) antara lain sebagai berikut : a. Efek Mozart Efek Mozart adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensi seseorang. Telah terbukti bila seseorang anak sejak sedini mungkin diperkenalkan dengan musik maka tingkat inteligeninya rata-rata akan lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan dengan musik. Dengan cara tertentu otak akan distimulasi untuk belajar segala sesuatu lewat nada-nada musik. Hasil penelitian menunjukkan musik-musik klasik seperti musik Mozart mempunyai manfaat yang sangat baik untuk ibu hamil dan bayi dalam kandungannya yaitu dapat
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
42
mencerdaskan bayi dan juga memberikan ketenangan kepada ibu yang sedang hamil. b. Penyegaran (refreshing) Dalam kehidupan manusia sering mengalami kebosanan, kejenuhan, bahkan mengalami situasi dimana kita tidak tahu harus melakukkan apa. Mendengarkan musik walaupun cuma sebentar ternyata dapat mengembalikan kesegaran dalam berfikir dan melakukan tindakan, sehingga kita menjadi lebih bersemangat dalam bekerja. Jadi musik secara langsung dapat dijadikan sarana penyegaran yang murah dan efektif untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan c. Motivasi Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan feeling tertentu. Apabila ada motivasi semangatpun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik-musik dengan suara mars dapat meningkatkan semangat dan motivasi seseorang d. Kepribadian seseorang Perkembangan kepribadian seseorang juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang didengar. Jika diwaktu kecil kita suka mendengarkan lagu anak-anak maka setelah dewasa kita akan memilih sendiri jenis musik yang kita sukai. Pemilihan jenis musik yang kita sukai dapat membantu kita memberikan nuansa hidup yang dibutuhkan, misalnya agar tenang kita mendengarkan musik jazz, agar bersemangat kita bisa mendengarkan musik rock atau mars dan agar
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
43
kita santai kita bisa mendengarkan musik blues atau reggae. Kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh jenis musik yang didengarkannya. Orang yang gemar mendengarkan musik-musik keras juga membentuk kepribadian yang kuat dan keras sedangkan orang yang gemar mendengarkan musik lembut juga akan membentuk kepribadian yang tenang dan lembut. e. Terapi Berbagai literature dan hasil penelitian telah menerangkan manfaat terapi musik dalam dunia kesehatan. Terapi musik telah banyak digunakan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit, baik yang bersifat fisik maupun psikologis. f. Komunikasi Musik sebagai bahasa yang universal mampu menyampaikan berbagai pesan ke seluruh manusia tanpa harus membeda-bedakan latar belakangnya. Musik dapat menyuarakan pesan perdamaian, protes sosial, mengutarakan isi hati, mengungkapkan rasa cinta, kesedihan, putus asa dan sebagainya.
4. Terapi Musik dalam dunia kesehatan Suara-suara lingkungan yang terdengar dan tidak dikontrol volume dan durasinya akan berdampak terhadap timbulnya kebisingan. Efek dari kebisingan berhubungan dengan kerusakan pendengaran, kelelahan, hiperalerting, insomnia dan penurunan selera makan. Kebisingan juga dapat menimbulkan stress fisiologis yang dimanifestasikan dengan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
44
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan peningkatan reaktivitas jalan nafas dan peningkatan reaksi alergi (Joachim, Quarcoo & Arek , 2003). Musik merupakan suatu stimulasi pendengaran yang intensional dengan mengorganisasikan unsur-unsur melodi, irama, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Pengulangan stimulasi musik akan memberikan efek klinik yang positif. (Standley, 2002). Mendengarkan musik yang sesuai dapat memberikan dampak yang positif bagi pendengarnya. Musik instrumentalia yang lembut akan memberikan efek tenang dan menurunkan stress dan kecemasan dengan sangat luar biasa. (Mucci & Mucci, 2002). Untuk itu penggunaan stimulasi suara dengan terapi musik dalam dunia pengobatan dan kesehatan telah dikembangkan sejak berabadabad yang lalu hingga sekarang.
Terapi musik merupakan bentuk pelayanan yang terus berkembang dan dapat diberikan sampai akhir hayat. Terapi musik merupakan bagian dari bentuk pelayanan profesi kesehatan termasuk prawat dalam memberikan perawatan pada pasien-pasien di rumah sakit (Hilliard, 2005). Musik juga menjadi bagian penting dalam intervensi keperawatan dalam rangka meningkatkan respon relaksasi dan status imaginary yang positif ( Guzzetta, 1999)
Musik sebagai pelengkap dari berbagai macam praktek holistik yang tersebar di seluruh dunia, mulai terjadi perubahan di beberapa rumah sakit yang para pengelolanya dengan keberanian dan pikiran yang maju telah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
45
melihat manfaat penggunaan musik sebagai terapi. Di beberapa rumah sakit untuk meminimalkan dampak dari suara-suara yang negatif maka diperdengarkan suara musik instrumentalia yang lembut dan menenangkan di beberapa ruangan cancer, ICU dan pusat-pusat terapi. Dampaknya membuat para pasien menjadi lebih nyaman, rileks dan lebih bahagia. Hal ini juga membuat tubuh mereka mengeluarkan getaran pada tingkat yang lebih sehat ( Mucci & Mucci, 2002)
Berbicara tentang getaran musik, seorang peneliti klinis Baroody.Jr dalam bukunya “Alakalze or Die” menemukan bahwa suara yang tidak beraturan (bersifat asam) merusak fungsi organ-ogan pokok tubuh kita dan menyebabkan meluapnya enzim dan hormone. Hal ini mnyebabkan terjadinya perusakan sel yang melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuka pintu masuk bagi berbagai bentuk penyakit. Sementara musik sendiri tidak menghasilkan gelombang elektromagnetik yang bersifat merusak. Oleh karena itu music dapat dijadikan pilihan untuk melawan bunyi-bunyian baik yang terdengar maupun yang tidak bisa merusak kekebalan tubuh (Mucci & Mucci, 2002)
Selanjutnya Baroody menyatakan bahwa ada musik asam dan basa. Musik yang menghasilkan asama diantaranya adalah hardrock dan rap yang dapat membuat kita merasa marah, bingung, mudah terkejut atau tidak bisa memusatkan pikiran. Musik yang menghasilkan basa dintaranya adalah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
46
music klasik yang lembut, musik instrumentalia, meditative yang akan membuat kita merasa rileks, puas dan bahagia ( Mucci dan Mucci, 2002)
Suara yang harmonis termasuk musik bisa mengendorkan dan mensinkronkan system syaraf, organ tubuh dari cara jenis musik yang tepat menguatkan system dan kelenjar kita. Efek yang murni fisik ini hanyalah sebagian dari cara jenis musik yang tepat menguatkan system kekebalan tubuh kita. Musik dapat menguatkan kita secara fisik maupun emosional. Musik member kita kedamaian dan harapan serta cinta dan lebih dari pada yang lain, kita memerlukan sifat-sifat itu untuk menjaga kesehatan system kekebalan tubuh kita ( Mucci dan Mucci, 2002)
Musik juga mempunyai efek positif pada pasien dengan gangguan system kardiovaskular khususnya jantung. Ada bukti yang kuat bahwa music yang tepat seperti musik harpa mampu mengurangi stress. Stress merupakan faktor utama yang dapat menjadi penyebab penyakit kardiovaskuler khususnya jantung. Bahkan seorang perawat bagian penyakit kritis dari Dallas, Texas, Cathie Guzzetta memutukan untuk menggunakan music dan teknik relaksasi pada pasien penyakit kritis dan ternyata sangat berhasil. Kemudian ia juga menemukan bahwa terapi music dan teknik relaksasi bisa memperlambat detak jantung dan mengurangi tekanan darah. Jenis music yang tepat dapat mencegah terjadinya stress sebagai salah satu penyebab terjadinya tekanan darah tinggi (Mucci&Mucci, 2002)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
47
5. Jenis dan lama waktu terapi musik a. Jenis terapi musik Pembagian jenis terapi musik biasanya senantiasa merujuk kepada jenis musik yang akan diperdengarkan. Pada umumnya bila kita ingin membagi jenis musik berdasarkan efek terapinya maka kita akan mendapati dua kelompok besar musik. Kelompok yang pertama adalah kelompok musik dengan dampak terapi membuat kita merasa bersemangat, bertenaga dan termotivasi, bergairah seperti musik rock, rap, heavy metal, mars. Sedangkan kelompok yang kedua adalah jenis musik yang memberikan dampak menenangkan, relaksasi, membahagiakan, menghilangkan tekanan dan keteganagan seperti musik jazz, instrumentalia, klasik ( Campbell, 2001) Pembagian jenis musik sebagai terapi secara lebih jelas digambarkan Campbell sebagai berikut : 1. Lagu-lagu Gregorian. menggunakan ritme pernafasan alamiah untuk menciptakan perasaan lapang dan santai. Lagu-lagu tersebut amat cocok untuk mengiringi belajar dan meditasi dan dapat mengurangi stress 2. Musik Barok yang lambat seperti bach, hendel,Vivaldi dan corelli memberikan perasaan mantap teratur, dapat diramalkan dan keamanan serta menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam belajar atau bekerja.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
48
3. Musik klasik misalnya Haydn dan Mozart memiliki kejernihan, keanggunan dan kebeningan. Musik ini mampu memperbaiki konsentrasi, ingatan dan persepsi spasial. 4. Musik romantik layaknya Schubert, schumann, Tchaikovsky, chopin dan liszt menkan ekspresi dan perasaan, seringkali memunculkan
tema-tema
individualism,
nasionalisme
atau
mistisisme. Musik semacam ini paling baik digunakan untuk meningkatkan simpati rasa sependeritaan dan kasih sayang 5. Musik impressionis sepertti Debussy, faure dan ravel didasarkan pada kesan-kesan dan suasana hati musical yang mengalir bebas dana menimbulkan imaji-imaji seperti mimpi. Sepereempat jam lamunan musical diikuti beberapa menit peregangan dapat membuka impuls-impuls kreatif dan membuat kita bersentuhan dengan alam tak sadar 6. Jazz, blues, Dixieland, soul,calypso, reggae dan bentuk-bentuk musik maupun dansa lain yang muncul dri daratan Afrika yang ekspresif dapat membawa kegembiraan dan member ilham, melepaskan rasa gembira maupun kesedihan mendalam, membawa kecerdasan dan ironi dan menegakkan kemanusiaan bersama 7. Salsa, rhumba, maranga, Macarena dan bentuk-bentuyk lain dari music Amerika selatan mempunyai ketukan dan ritme yang hidup dan dapat membuat jantung makin cepat, meningkatkan pernafasan dan membuat seluruh tubuh bergerak. Namun samba mempunyai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
49
kemampuan langka yaitu mampu menentrramkan sekaligus menggugah 8. Band besar, pop dan top-40, country-western dapat mengilhami gerakan
ringan
hingga
moderat,
menggugah
emosi
dan
menciptakan rasa sejahtera. 9.
Musik rock dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif, melepaskan ketegangan, menutup rasa sakit, merangsang gerakan aktif, melepaskan ketegangan, menutup rasa sakit dan mengurangi efek bunyi-bunyian keras lain yang tidak menyenangkan. Musik tersebut juga dapat meningkatkan ketegangan, disonansi, stress dan rasa sakit di dalam tubuh apabila kita tidak dalam suasnaa bathin untuk dihibur secara energetik
10. Musik ambient, titudinal atau new age dengan ritme yang dominan misalnya musik selven helpren atau brian eno memperpanjang perasaan akan ruang dan waktu dan dapat menimbulkan keadaan waspada dan santai 11. Heavy metal, punk, tap, hip hop dan grunge dapat menggugah system
syaraf
menjurus
pada
prilaku
dinamis
maupun
pengungkapan diri,. Musik ini dapat member isyarat kepada orang lain, kedalaman maupun intensitas gejolak bathin generasi muda maupun kebutuhan akan pelampisn 12. Musik rohani dan suci termasuk gendering shaman, himne=himne di gereja, musik-musik gospel dan lagu-lagu rohani dapat membuat kita berpijak ke tanah dan membimbing kea rah perasaan damai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
50
yang mendalam serta kesadaran rohani. Musik tersebut dapat sangat bermanfaat untuk membantu kita mengatasi dan melepaskan rasa sakit.
b.
Waktu terapi musik Terapi musik yang diberikan dalam kurun waktu yang berbeda-beda akan memberikan efek yang berbeda-beda pula. Lama waktu untuk memperdengarkan terapi musik sangat tergantung dari keadaan pasien yang akan dilakukan terapi musik. Pada beberapa pasien terapi musik yang hanya sebentar sudah dapat memberikan efek positif bagi pasiennya, sebaliknya ada juga terapi musik yang diberikan dalam waktu yang lama baru memberikan efek positif yang sedikit kepada pasiennya. Dengan demikian tidak ada patokan baku lama waktu pelaksanaan terapi musik. Prinsip dasar yang harus dipegang dalam pemberian terapi musik adalah bahwa terapi musik yang tepat untuk pasien yang tepat tidak akan memberikan dampak yang membahayakan walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama (Mucci & Mucci, 2002)
Pada studi yang dilakukan oleh Raymond Bahr dalam waktu satu setengah jam mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi yang sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg (Ucup, 2006 dalam Tory, 2007). Menurut Campbell (2001) jenis musik impresionis seperti Debussy, faure dan ravel yang diberikan selama
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
51
seperempat jam yang diikuti dengan beberapa menit peregangan dapat membuat impuls-impulss kreatif dan membuat kita bersentuhan dengan alam tak sadar
6. Peran perawat medikal bedah 1. Peran perawat medikal bedah dalam terapi musik Pada permulaan sejarah keperawatan, Florence Nightingale telah menggunakan musik sebagai intervensi keperawatan, Florence Nightingale telah menggunakan musik sebagai bagian dari proses penyembuhan pada tentara-tentara yang mengalami cidera pada tentara-tentara yang mengalami cidera pada perang krim dan dijelaskan juga bagaimana dia menggunakan voice dan melodi flute yang memberikan efek menguntungkan bagi tentara-tentara yang mengalami nyeri.
Musik telah dipikirkan sebagai bagian dari lingkungan. Florence Nightingale merasa bahwa tanggung jawab perawat untuk mengontrol lingkungan sebagai bagian dari proses penyembuhan pasien ( Mc Caffrey dan Locsin, 2002). Selanjutnya Peterson dan Zderat (1998) juga menjelaskan bahwa seni (musik, lukis, poetry) merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan dalam meningkatkan proses penyembuhan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
52
Kemampuan seorang perawat dalam menggunakan terapi musik sebagai suatu intervensi tidak akan menimbulkan konflik dengan profesi lain. Ahli terapi musik akan menggunakan musik sebagai aplikasi sistematik dalam membantu treatmen pada aspek fisiologis dan psikologis pada orang yang sakit (Mc Caffrey, 2000). Selain itu seorang ahli terapi musik harus dilatih untuk meningkatkan keterampilan dalam mengkomposisikan dan mengidentifikasi musik untuk tujuan terapi yang lebih spesifik.Dan perawat dalam interaksi kesehariannnya dengan pasien dapat menggunakan terapi musik untuk menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan proses penyembuhan dan kesejahteraan
Terdapat 7 prinsip yang dapat membantu perawat dalam menggunakan musik sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan penyembuhan dan kesehatan. Prinsip-prinsip tersebut adalah intent, authentic presence, wholeness, preference, entrainment and situting the client. Perawat diharapkan untuk dapat menggunakan terapi musik dalam praktik perawatan personalnya dengan berpedoman kepada tujuh prinsip tersebut ( Watson & Drury, 1999)
Dengan demikian telah tergambar jelas bahwa terapi musik merupakan bagian dari intervensi keperawatan yang dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai masalah kesehatan. Menjadi tugas perawatlah untuk dapat menerapkan sekaligus
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
53
mengembangkan terapi musik dalam aplikasi nyata praktik keperawatan tanpa ragu-ragu. Perawat medikal bedah sebagai bagian dari komunitas perawat secara menyeluruh mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mnerapkan dan mengembangkan terapi musik sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan terhadap pasien.
Peran perawat yang dapat diaplikasikan dalam konteks pelayanan keperawatan antara lain adalah peran sebagai pelaksana keperawatan, pendidik/konselor dan peneliti. Dimana dengan ketiga peran tersebut perawat diharapkan dapat menerapkan intervensi keperawatan terapi musik dalam asuhan keperawatan. Selanjutnya perawat juga diharapkan dapat memberikan informasi sekaligus konsultasi bagi pasien dan keluarga tentang terapi musik. Selain itu perawat diminta untuk mampu mengembangkan trapi musik ini melalui penelitian yang intensif.
Penerapan terapi musik dalam lingkup keperawatan medikal bedah sangat terbuka luas dan akan memberikan kontribusi dalam proses penyembuhan dan peningkatan kesejahteran pasien. Untuk itu perlu pemahaman sekaligus peningkatan keterampilan bagi perawat medikal bedah dalam penerapan terapi musik sebagai intervensi keperawatan.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
54
Skema 2.1 Kerangka Teori Faktor yang e Mempengaruhi nyeri :
Miocard Infark *Akut *Kronik *Kronik *Nyeri Miokard infark
• • • • • • • •
Nyeri
•
Usia Jenis kelamin Budaya Makna nyeri Atensi Kecemasan Kelelahan Pengalaman hidup Mekanisme koping
Penatalaksanaan
Farmakologi
Non Farmakologi
Terapi dan modalitas Strategi kognitif Fisik : pijat, stimulasi syaraf dengan listrik Transkuitis / TENS Akupunktur
Strategi kognitif Perilaku : relaksasi imaginary, hypnosis dan biofeedback
Biological based therapy : aroma therapy
Intervensi Keperawatan : Terapi Musik
(Sumber : Dikembangkan dari Price dan Wilson, 2006; Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2004; Crisp & Taylor, 2001)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL
Bab ini akan menguraikan kerangka konsep, hipotesis dan defenisi operasional penelitian
A. Kerangka Konsep Kerangka
konsep
adalah
abstraksi
dari
suatu
realita
agar
dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (variabel yang ditelti maupun yang tidak diteliti, Nursalam 2003). Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan ada tidaknya pengaruh terapi music terhadap nyeri pasien miokard infark. Variabel independent adalah pemberian terapi analgetik ditambah dengan terapi musik (variable bebas), yang akan menentukan variabel lainnya yaitu variabel terikat yaitu persepsi nyeri pada klien miokard infark. Kerangka kerja penelitian yang dirumuskan dalam penelitian adalah :
55 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
56
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Kelompok Intervensi ( Terapy analgetik + terapy musik)
Pasien dengan nyeri myocard infark
Perubahan Persepsi nyeri pada pasien dengan myocard infark
Kelompok kontrol (Terapy analgetik )
Variabel konfonding : 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Jenis nyeri myocard Infark
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
57
B. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Rumusan yang akan diuji dalam penelitia ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan persepsi nyeri antara kelompok intervensi yang mendapatkan kombinasi terapi analgetik ditambah dengan terapi music dengan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi analgetik 2. Penurunan tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark pada kelompok intervensi setelah diberikan kombinasi terapi analgetik ditambah dengan terapi music lebih besar dari pada kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi analgetik.
C. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian
Variabel
Defenisi Operasional
Alat dan Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Variabel Independent : Terapi Musik
Pemberian terapi tambahan dengan menggunakan musik klasik
Intervensi dan observasi
1. Analgetik 2. Analgetik tambah terapi musik
Nominal
Analgetik
Suatu jenis obat untuk menurunkan tingkat nyeri pasien miokard infark
Intervensi dan observasi
Analgetik
Nominal
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
58
Variabel Dependen : Tingkat persepsi nyeri pasien miokard infark
Suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah karena adanya sumbatan pada arteri koroner
Visual Analog Dinyatakan Scale yang dalam rentang dikombinasikan angka 0 - 10 dengan Numerik Rating Scale, skala yang digunakan adalah 0-10
Interval
Umur pasien yang dihitung sejak ulang tahun terakhir dengan pembulatan
Pengamatan dokumentasi/ catatan perawatan
1. 20-35 tahun 2. 36-65 tahun
Ordinal
Jenis kelamin
Penggolongan pasien yang terdiri dariperempuan dan laki-laki
Pengamatan dokumentasi/ catatan perawatan
1.Perempuan 2.Laki-laki
Nominal
Jenis nyeri miokard infark
Jenis nyeri yang dialami pasien miokard infark berupa nyeri akut dan nyeri kronis
Pengamatan dokumentasi/ catatan perawatan
1. Nyeri akut 2. Nyeri kronis
Ordinal
Variabel Konfonding : Umur
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB IV METODOLOGI
Uraian dalam metodologi ini mencakup desain penelitian, populasi dan sampe, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisa data
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment dengan pendekatan desain kontrol group pretest-posttes, terdiri dari 1 perlakuan (kelompok intervensi) yaitu responden yang diberikan kombinasi terapi analgetik dan terapi musik dan kelompok kontrol yaitu responden yang diberikan terapi analgetik saja. Prosedur yang dilakukan dengan memilih unit percobaan yaitu pasien miokard infark yang dirawat di ruang rawat inap CVCU RS Dr. M. Djamil Padang
59 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
60
Skema 4.1 Desain Penelitian
Pre Test
TNPMI (K)
Test
Subyek terpilih
Terapi analgetik (kelompok kontrol)
Post TNPMI K’:;Y1
Consecutive sampling
TNPMI (I)
Terapi analgetik tambah terapi musik TNP
TNPMI I’ ;Y2
Keterangan : TNPM K K’ I
: Tingkat Nyeri Pasien Miokard Infark : Tingkat nyeri sebelum diberikan terapi analgetik : Tingkat nyeri setelah diberikan terapi analgetik : Tingkat nyeri sebelum diberikan kombinasi terapi analgetik dan musik terapi I’ : Tingkat nyeri sesudah diberikan kombinasi terapi analgetik dan musik terapi K-K’ = P1 : Perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi analgetik I-I’ = P2 : Perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan kombinasi terapi analgetik dan terapi musik K-K1= P3 : Perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi analgetik dan kombinasi analgetik dan terapi musik P2 – P1 : Perbedaan tingkat nyeri antara pasien yang diberikan terapi analgetik
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
61
dan kombinasi analgetik dengan terapi musik : Proporsi tingkat nyeri sesudah diberikan terapi musik : Proporsi tingkat nyeri sesudah diberikan kombinasi terapi analgetik dan terapi musik
Y1 Y2
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Notoadmojo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien miokard infark yang dirawat diruang rawat inap CVCU RS Dr. M. Djamil Padang
2. Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan cara non probability sampling jenis consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2002). Rincian pelaksanaan penelitian ini nantinya adalah jika pada suatu waktu terdapat 2 orang pasien yang memenuhi kriteria inklusi, maka peneliti langsung menetapkan 1 orang sebagai kelompok intervensi dan 1 orang lagi sebagai kelompok kontrol. Begitu seterusnya yang dilakukan secara berurutan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
62
Jika diperkirakan kombinasi terapi analgetik dan musik terapi dapat mengurangi nyeri pada 80 % pasien miokard infark dan terapi analgetik sebagai terapi tunggal dapat segera menghilangkan nyeri pada 50 % pasien miokard infark serta jika peneliti menginginkan derajat kemaknaan 5 % dan kekuatan uji (power) 80 % pada uji hipotesis satu sisi maka jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 15 pasien (Ariawan, 1998). Rumus penghitungan sampel adalah sebagai berikut
n = 15
Keterangan : P1 : Proporsi pasien dengan nyeri miokard infark yang mengalami penurunan tingkat nyeri setelah diberikan kombinasi terapi analgetik dan terapi musik (0,8) P2 : Proporsi pasien dengan nyeri miokard infark yang mengalami enurunan tingkat nyeri setelah diberikan terapi analgetik sebagai terapi tunggal (0,5) P : Dihitung dengan (0,8 + 0,5) / 2 = 0,55
Jadi peneliti memerlukan 15 responden sebagai sampel dengan rincian 15 responden untuk kelompok kontrol dan 15 responden untuk kelompok
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
63
intervensi. Untuk menghindari adanya sampel yang drop out maka dilakukan koreksi sebesar 10 % sehingga diperlukan 17 responden untuk kelompok kontrol dan 17 responden untuk kelompok intervensi
Pada penelitian pasien yang menderita miokard infark diidentifikasi oleh rekan-rekan perawat ruangan di rumah sakit yang dipakai sebagai tempat penelitian dan pengkajian dilakukan oleh peneliti. Pasien kemudian diberikan penjelasan tentang penelitian, tujuan, kegunaan dan untung ruginya mengikuti penelitian. Setelah pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien mengerti dan setuju maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien menandatangani lembar persetujuan dan peneliti akan mulai melakukan penelitian
Pengambilan data awal pada kelompok kontrol mupun intervensi meliputi data demografi, penentuan skala nyeri berdasarkan Visual Analog Scale yang dikombinasikan dengan Numerik Rating Scale, pemeriksaan fisik dan tidak ada kontraindikasi untuk diberikan terapi music. Sampel dipilih dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Bersedia menjadi responden 2. Pasien yang dirawat di ruang rawat inap CVCU dengan diagnosa miokard infark baik serangan pertama, kedua dan seterusnya 3. Tidak dalam serangan akut 4. Umur antara 20 – 65 tahun 5. Kesadaran compos mentis
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
64
Sedangkan kriteria eksklusi sampel adalah sebagai berikut : 1. Tidak bersedia menjadi responden 2. Sedang dalam serangan akut 3. Mengalami penyakit komplikasi lain
C. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di RS Dr. M. Djamil Padang. Pertimbangan pengambilan tempat di RS tersebut adalah untuk mengembangkan daerah sendiri. Selain itu RS. Dr. M. Djamil merupakan rumah sakit tipe B juga merupakan rumah sakit pendidikan dengan jumlah pasien yang cukup banyak. Disamping itu penelitian sejenis belum pernah dilakukan di rumah sakit ini. Sangatlah mungkin untuk dilakukan pengembangan dan penelitian di RS Dr. M.Djamil Padang
D. Waktu Penelitian 1. Penyusunan proposal penelitian dilakukan pada bulan Februari – minggu ke-4 bulan April 2008 2. Ujian seminar proposal dilakukan pada minggu ke-4 bulan april 2008 3. Persiapan administrasi dan sosialisasi intervensi (Training perawat asisten peneliti ) dilakukan pada bulan minggu pertama bulan Mei 2008 4. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei – minggu ke-2 Juni 2008 5. Pengolahan data dan penyusunan laporan dilakukan selama bulan Juni-2008 6. Ujian hasil penelitian dilakukan pada bulan Juli 2008
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
65
7. Pelaksanaan siding akhir tesis dilakukan bulan Juli 2008 8. Perbaikan hasil laporan dilakukn bulan Juli 2008 9. Penyerahan laporan penelitian dan publikasi dilaksanakan bulan Juli 2008
E. Etika Penelitian Sebagai pertimbnagan etika penelitian peneliti meyakini bahwa responden dilindungi dengan memperhatikan aspek-aspek : self determination, privasi, anonymity, informed consent dan protection from discomfort ( Polit & Hungler, 2005)
a. Self determination Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela b. Privacy/confidentiality Responden dijaga ketat yaitu dengan cara merahasiakan informasi-informasi yang didapat dari mereka hanya uintuk kepentingan penelitian c. Ananomitty Selama kegiatan penelitian nama dari responden tidak digunakan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden d. Informed consent Seluruh responden bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi subyek penelitian setel;ah peneliti menjelskan tujuan, manfaat dan harapan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
66
peneliti terhadap responden juga setelah responden memahami semua penjelasan peneliti. e. Protection from discomfort Responden bebas dari rasa tidak nyaman. Peeliti menekankan bahwa apabila responden merasa tidak aman dan tidak nyaman selama penelitian sehingga menimbulkan gejala/masalah psikologis maka kepada responden diajukan untuk memilih yaitu menghentikan partisipasinya atau terus melanjutkan dengan disertai intervensi psikologis dari seorang konselor keperawatan
F. Prosedur Pengumpulan data Langkah-langkah prosedur pengumpulan data untuk kelompok intervensi 1. Memastikan bahwa pasen mengalami penyakit miokard infrk 2. Mencocokkan pasien sesuai criteria yang masuk dalam penelitian 3. Menyampaikan tujuan penelitian kepada responden 4. Menberikan kesempatan keopada responden untuk mengajukan pertanyaan 5. Membuat inform consent dan meminta tanda tangannya bila bersedia mengikuti penelitian 6. Mencatat data responsden sesuai tujuan penelitian 7. Memberikan terapi musik dengan menggunakan musik klasik 8. Mencatat pada formulir
Langkah-langkah prosedur pengumpulan data untuk kelompok kontrol : 1. Memastikan bahwa pasien mengalami miokardiak infark 2. Mencocokkan pasien sesuai criteria yang masuk dalam penelitian
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
67
3. Mencatat data responden sesuai tujuan penelitian 4. Mencatat pada formulir
G. Pengolahan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan data mentah yang harus diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga mudah dinalisis dan ditarik kesimpulan. Analisis data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitin, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses analisis data adalah sebagai berikut
1. Editing Data Editing data adalah proses memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Kegiatan yang dilakukan pada memeriksa data adalah memeriksa kelengkapan data pada instrument penelitian, memeriksa kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data baik pada kelompok intrvensi maupun pada kelompok kontrol
2. Koding data Memberikan symbol-simbol tertentu ( dalam bentuk angka) untuk setiap jawabn ( Azwar dan Prihartono, 2003, hal 87-101.Untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua variable diberi kode terutama data klasifikasi, pada penelitian ini kelompok intervensi diberi kode 0 dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
68
kelompok kontrol diberi kode 1, ada faktor resiko diberi kode 1 dan yang tidak ada faktor resiko 0. Meskipun kode dapat mempermudah pengolahan data namun harus dilkukan dengan teliti karena dapat menimbulkan kesalahan dalam memberi kode atau dalam memasukkan data. 3.
Entry data Entry data dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam computer dengan mempergunakan perngkat lunak dan fasilitas yang ada pada komputer
H. Analisis data 1. Analisa univariat Analisis univariat dilakukan untuk member gambaran dan penjelasan terhadap mean, standar deviasi dan lain-lain dari variable numeric yaitu variable umur, untuk variable katagorik tentunya hanya dapat menjelskan angka atau nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok yaitu jenis infark, pekerjaan, pengobatan, faktor resiko 2. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan kedua variable (independent dan dependent) ( Hastono, 2001). Adapun uji yang digunakan antara lain : a. Uji independent t- Test Melakukan analisis bivariat untuk variabel independent berjenis numerik antara umur dengan kelompok subjek penelitian b. Uji Chi Square
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
69
Melakukan analisis bivariat untuk variabel independent berjenis kategorik dua men tidak berpasangn, terapi music. Jenis infark, pengobatan, pekerjaan, faktor resiko dengan penurunan nyeri. Pengukut=ran pre test dan post test kelompok control, pengukuran sebelum dan sesudah terapi muik ( kelompok intervensi) dan uji homogenitas.Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis pengaruh terapi musik terhadap penurunan nyeri. Adapun tingkat kepercayan sebesar 0,05 ( 95 %) c. Uji homogenitas Tujuan uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesetaraan varian antara kelompok control dan kelompok intervensi ((Sabri dan Hastono, 1999).Pada penelitian ini yang diuji homogenitasnya adalah varian karakteristik responden (usia, jenis infark, pengobatan, faktor resiko, jenis kelamin, pekerjaan antara kelompok intervensi dan kontrol d. Analisis multivariat Uji ini dilakukan untuk mngetahui variabel independen yang paling dominan hubungannya dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini akan digunakan uji regresi logistik karena variabel dependennya lebih dari satu yang berjenis katagorik atau numerik (Hastono, 2001, hal 143) Tujuan analisis regresi logistic ini adalah untuk menemukan model regresi yang paling sesuai menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel dependen. Dimana variabel-variabel ada yang paling dominn berpengaruh dengan meliht OR
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB V HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik terhadap penurunan persepsi nyeri pada pasien dengan infark miokard di RS Dr. M. Djamil Padang. Berdasarkan data yang diperoleh pada tanggal 07 sampai dengan 29 Juni 2008 didapatkan 30 responden dengan jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 15 orang untuk kelompok intervensi yaitu kelompok responden yang mendapatkan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik dan sebanyak 15 orang untuk kelompok kontrol yaitu kelompok responden yang hanya mendapatkan terapi penurun nyeri.
Responden yang dipilih adalah pasien yang dirawat di ruang Cardiac Centre dengan diagnosa infark miokard yang tidak dalam serangan akut dimana pasien masih mengalami nyeri dada. Pasien berumur 30 – 70 tahun. Intervensi dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan melakukan pretest dan posttest kemudian dilakukan perbandingan hasil dari pretest dan posttes tersebut. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Analisa Univariat Hasil analisis univariat menggambarkan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pengalaman nyeri sebelumnya serta menggambarkan rata-rata, median, standar deviasi, nilai terendah dan nilai tertinggi pada tingkat nyeri kelompok intervensi dan kelompok kontrol
70 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
71
Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Kategori Umur Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Umur Responden
Kelompok Intervensi (n=15) F %
Kelompok Kontrol (n=15) F %
Total
%
Dewasa muda
5
33,3
3
20,0
8
26,7
Dewasa tua
10
66,7
12
80,0
22
73,3
Total
15
100
15
100
30
100
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat digambarkan bahwa distribusi umur responden antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang dewasa muda dan dewasa tua jumlahnya hamper sama. Responden dewasa muda yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi adalah 5 orang (33,3 %), yang dewasa tua 10 orang (66,7 %). Sedangkan responden dewasa muda yang hanya mendapatkan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol adalah 3 orang (20,0 %), yang dewasa tua adalah 12 orang (80,0 %).
Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Jenis Kelamin Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Jenis Kelamin Responden
Kelompok Intervensi (n=15) F %
Kelompok Kontrol (n=15) F %
Total
%
Laki-laki
11
73,3
11
73,3
22
73,3
Perempuan
4
26,7
4
26,7
8
26,7
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
72
Total
15
100
15
100
30
100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat digambarkan bahwa distribusi jenis kelamin responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya sama. Responden yang berjenis kelamin laki-laki yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi adalah 11 orang (73,3 %), yang berjenis kelamin perempuan 4 orang (26,7%). Sedangkan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri yang berjenis kelamin laki-laki juga 11 orang (73,3%) dan yang berjenis kelamin perempuan juga 4 0rang (26,7 %)
Tabel 5.3 Distribusi Frekwensi Responden Menurut Pengalaman Nyeri Sebelumnya Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Pengalaman Nyeri
Kelompok Intervensi (n=15) F %
Kelompok Kontrol (n=15) F %
Total
%
Pernah
7
46,7
10
66,7
17
56,7
Tidak Pernah
8
53,3
5
33,3
13
43,3
Total
15
100
15
100
30
100
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat pengalaman nyeri responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya dan tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol berbeda. Responden pada kelompok intervensi responden yang pernah mengalami nyeri yang sama sebelumnya, diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi adalah 7 orang (46,7 %), yang tidak pernah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
73
mengalami nyeri sebelumnya 8 orang (53,3 %). Sedangkan responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 10 orang (66,7 %), yang tidak pernah 5 orang (33,3 %).
Tabel 5.4 Analisa Tingkat Nyeri Responden Sebelum Dilakukan Intervensi Pada Hari Pertama Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008 Tingkat Nyeri
Mean
Median
SD
Min-Max
95 % CI
Kelompok Intervensi
8,00
8,00
0,93
6,00-9,00
7,49-8,51
Kelompok Kontrol
7,93
8,00
0,96
6,00-9,00
7,40-8,47
Hasil analisa diperoleh rata-rata tingkat nyeri responden pada kelompok intervensi sebelum diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik adalah 8,00 (95 % CI 7,49-8,51) dengan median 8,00 dan standar deviasi 0,93. Tingkat nyeri terendah adalah 6,00 dan tertinggi adalah 9,00. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri responden pada kelompok kontrol sebelum diberikan terapi penurun nyeri adalah 7,93 (95 % CI 7,40-8,47) dengan median 8,00 dan standar deviasi 0,96. Tingkat nyeri terendah 6,00 dan tertinggi adalah 9,00. Dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata tingkat nyeri responden sebelum dilakukan intervensi tidak berbeda antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
74
Tabel 5.5 Analisa Tingkat Nyeri Responden Setelah Dilakukan Intervensi Pada Hari Ketiga Di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Tingkat Nyeri
Mean
Median
SD
Min-Max
95 % CI
Kelompok Intervensi
0,80
1,00
0,94
0,00-3,00
0,28-1,32
Kelompok Kontrol
1,93
2,00
0,88
0,00-4,00
1,44-2,42
Hasil analisa diperoleh rata-rata tingkat nyeri responden pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik adalah 0,80 (95 % CI 0,28-1,32) dengan median 1,00 dan standar deviasi 0,94. Tingkat nyeri terendah adalah 0,00 dan tertinggi adalah 3,00. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri responden pada kelompok kontrol setelah diberikan terapi penurun nyeri adalah 1,93 (95 % CI 1,44-2,42) dengan median 2,00 dan standar deviasi 0,88. Tingkat nyeri terendah 0,00 dan tertinggi adalah 4,00. Dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi berbeda antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
B. Analisa Bivariat Analisa bivariat menggambarkan kesetaraan pada variabel umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri sebelumnya, antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan uji yang digunakan adalah uji Chi Square. Sedangkan untuk menggambarkan perkembangan antara variabel tingkat nyeri sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi selama 3 hari pada responden
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
75
yang diberikan terapi penurun nyeri dan ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dan responden yang hanya diberikan obat penurun nyeri pada kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan uji dependent sample t-test (Paired t-test).
Untuk menggambarkan perbedaan tingkat nyeri sebelum dilakukan intervensi pada hari pertama dan sesudah dilakukan intervensi pada hari ketiga pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji statistik independent sample t-test (Pooled t-test). Jenis uji tersebut digunakan setelah dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan uji Skewness pada variabel tingkat nyeri yang artinya data variabel tersebut berdistribusi normal yang merupakan salah satu syarat uji statistik parametrik.
1. Analisa kesetaraan berdasarkan umur dan pengalaman nyeri responden
Tabel 5.6 Analisa Kesetaraan Berdasarkan Umur Responden di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
Umur Responden Dewasa muda
Kelompok Responden Intervensi Kontrol N % N % 5 33,3 3 20,0
Total N 8
% 26,7
Dewasa tua
10
66,7
12
80,0
22
73,3
Jumlah
15
100
15
100
30
100
P Value
0,682
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
76
Hasil analisa didapatkan responden yang dewasa muda yang diberikan obat penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi adalah 5 orang (33,3 %), yang dewasa tua adalah 10 orang (66,7 %). Sedangkan responden yang dewasa muda yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol adalah 3 orang (20,0 %), yang dewasa tua adalah 12 orang (80,0 %). Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan terapit penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol mempunyai kesetaraan umur yang sama atau homogen (p=0,682, α =0,05)
Tabel 5.7 Analisa Kesetaraan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
Jenis Kelamin Responden Laki-laki
Kelompok Responden Intervensi Kontrol N % N % 11 73,3 11 73,3
Total N 22
P Value
% 73,3 1,000
Perempuan
4
26,7
4
267
8
26,7
Jumlah
15
100
15
100
30
100
Hasil analisa didapatkan responden yang laki-laki yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi adalah 11 orang (73,3 %), yang perempuan adalah 4 orang (26,7 %). Jumlah ini sama dengan responden yang yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol yaitu laki-laki 11 orang (73,3%), yang perempuan adalah 4 orang (26,7 %). Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan terapi
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
77
penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol mempunyai kesetaraan jenis kelamin yang sama atau homogen (p=1,000, α =0,05) Tabel 5.8 Analisa Kesetaraan Berdasarkan Pengalaman Nyeri Responden di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
Pengalaman Nyeri Pernah
Kelompok Responden Intervensi Kontrol N % N % 10 66,7 7 46,7
Total N 17
% 56,7
Tidak pernah
5
33,3
8
53,3
13
43,3
Jumlah
15
100
15
100
30
100
P Value
0,461
Hasil analisa didapatkan responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi adalah 10 orang (66,7 %), yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya adalah 5 orang (33,3 %). Sedangkan responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya yang hanya diberikan obat penurun nyeri pada kelompok kontrol adalah 7 orang (46,7 %), yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya adalah 8 orang (53,3 %). Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol mempunyai kesetaraan pengalaman nyeri yang sama atau homogen (p=0,461, α =0,05)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
78
2. Hubungan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri dengan selisih penurunan tingkat nyeri hari ketiga
Tabel 5.9 Analisa Hubungan Umur Responden dengan Selisih Penurunan Tingkat Nyeri Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No 1
Variabel
N
Mean
SD
- Dewasa Muda
8
6,88
1,81
- Dewasa tua
22
6,50
1,10
P Value
Umur Responden
0,495
Hasil analisa tabel 5.9 diatas adalah rata-rata selisih tingkat nyeri responden dewasa muda adalah 6,88 dengan standar deviasi 1,81, sedangkan rata-rata selisih tingkat nyeri responden dewasa tua adalah 6,50 dengan standar devisi 1,10. Dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan selisih tingkat nyeri antara responden dewasa muda dengan responden dewasa tua (p=0,495)
Tabel 5.10 Analisa Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Selisih Penurunan Tingkat Nyeri Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No
Variabel
N
Mean
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
SD
P Value
79
1
Jenis Kelamin Responden - Laki-laki
22
6,36
1,14
- Perempuan
8
7,25
1,58
0,100
Hasil analisa tabel 5.10 diatas yaitu rata-rata selisih tingkat nyeri responden dewasa muda adalah 6,36 dengan standar deviasi 1,14, sedangkan rata-rata selisih tingkat nyeri responden perempuan adalah 7,25 dengan standar devisi 1,58. Dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan selisih tingkat nyeri antara responden laki-laki dengan responden perempuan (p=0,100).
Tabel 5.11 Analisa Hubungan Pengalaman Nyeri Responden dengan Selisih Penurunan Tingkat Nyeri Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008 No
Variabel
1
Pengalaman nyeri sebelumnya - Pernah
N
Mean
SD
17
6,41
1,58
p Value
0,375 - Tidak pernah
13
6,85
0,80
Hasil analisa tabel 5.11 yaitu rata-rata selisih tingkat nyeri responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya adalah 6,41 dengan standar deviasi 1,58, sedangkan rata-rata selisih tingkat nyeri responden yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya adalah 6,85 dengan standar deviasi 0,80. Dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan selisih tingkat
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
80
nyeri antara responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya dengan responden yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya (p=0,375)
3. Perubahan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dari hari pertama sampai hari ketiga dengan uji yang digunakan dependent sample t-test (Paired t-test)
Tabel 5.12 Perbedaan Rata-rata Tingkat Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Hari Pertama Sampai Hari Ketiga di RS Dr. M. Djamil Padang Juni 2008
No
Kelompok
1
Intervensi
Tingkat Nyeri
N
Mean
15
8,00
0,93
Hari Pertama
5,46
0,93
0,000
Hari Kedua
3,40
0,94
0,000
Hari Ketiga
0,80
1,01
0,000
1. Sebelum dilakukan intervensi hari pertama
7,93
0,96
1. Sebelum dilakukan intervensi hari pertama
SD
P.Value
2. Sesudah dilakukan intervensi :
2
Kontrol
2. Sesudah dilakukan intervensi :
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
81
Hari Pertama 6,40
0,73
0,000
4,80
0,77
0,000
1,93
0,88
0,000
Hari Kedua Hari Ketiga
Berdasarkan tabel 5.12 diatas, rata-rata tingkat nyeri sebelum diberikan intervensi obat penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 dengan standar deviasi 0,93. Setelah intervensi yang dilakukan selama 3 hari, rata-rata tingkat nyeri menjadi 0,80 dengan standar deviasi 1,0. Berarti mengalami penurunan tingkat nyeri sebesar 7,20, sedangkan kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri rata-rata tingkat nyeri sebelum intervensi adalah 7,93 dengan standar deviasi 0,96 dan sesudah intervensi yang dilakukan selama 3 hari rata-rata tingkat nyeri menjadi 1,93 dengan standar deviasi 0,88. Berarti mengalami penurunan tingkat nyeri sebesar 6,00. Hasil uji beda 2 mean berpasangan (paired t-test) didapatkan adanya perbedaan yang bermakna penurunan tingkat nyeri sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan intervensi, baik pada responden yang diberikan obat penurun nyeri ditambah dengan terapi musik pada kelompok intervensi (p=0,000, α=0,05) maupun pada responden yang hanya diberikan obat penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,000, α=0,05. Dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkat nyeri responden baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sama-sama mengalami penurunan yang bermakna setiap harinya
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
82
Gambar 5.1 Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Hari Pertama Sampai Hari Ketiga di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008
Gambar 5.1 menjelaskan rata-rata penurunan tingkat nyeri pada kelompok yang diberikan obat penurun nyeri ditambah terapi musik mengalami penurunan setiap harinya. Pada hari pertama sebelum intervensi rata-rata tingkat nyeri 8,00 turun sebesar 2,54 menjadi 5,46 setelah intervensi. Pada hari kedua turun sebesar sebesar 2,06 menjadi 3,40 dan pada hari ketiga terjadi penurunan yang sangat baik sebesar 2,60 menjadi tingkat nyeri skala 0,80. Sedangkan pada kelompok yang hanya diberikan obat penurun nyeri , rata-rata penurunan tingkat nyeri dari hari pertama sebelum intervensi rata-rata tingkat nyeri 7,93 turun sebesar 1,53 menjadi 6,40. Pada hari kedua turun sebesar 1,60 tingkat nyeri menjadi 4,80 dan pada hari ketiga setelah intervensi mengalami penurunan yang baik sampai menjadi tingkat nyeri 1,93. Tapi jika dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, penurunan terjadi lebih besar dan agak merata pada kelompok intervensi
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
83
Tabel 5.13 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Serta Selisih pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Hari Pertama dan Ketiga di RS Dr. M.Djamil Padang Juni 2008 No
Variabel
Kelompok
N
Mean
SD
1
Sebelum dilakukan intervensi
1. Intervensi
15
8,00
0,93
2. Kontrol
15
7,93
0,96
1. Intervensi
15
O,80
0,94
2. Kontrol
15
1,93
0,88
1. Intervensi
15
7,20
1,01
2. Kontrol
15
6,00
1,31
2
3
Sesudah dilakukan Intervensi
Selisih penurunan Tingkat nyeri
p Value
0,848
0,002
0,009
Hasil analisa pada tabel 5.13 diatas, rata-rata tingkat nyeri responden sebelum dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 dengan standar deviasi 0,93. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 7,93 dengan standar deviasi 0,96. Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat nyeri responden sebelum diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,848, α=0,05)
Rata-rata tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 menjadi o,80 dengan standar deviasi 0,94. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
84
7,93 menjadi 1,93 dengan standar deviasi 0,88. Dapat disimpulkan adanya perbedaan yang bermakna rata-rata tingkat nyeri responden sesudah diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,002, α=0,05)
Rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi adalah 7,20 dengan standar deviasi 1,01. Sedangkan rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 6,00 dengan standar deviasi 1,31. Dapat disimpulkan adanya perbedaan yang bermakna penurunan selisih tingkat nyeri responden sesudah diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,009, α= 0,05), Artinya kelompok intervensi mempunyai rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri lebih besar dari pada kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang meliputi interpretasi dan diskusi hasil seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Selain itu juga akan menjelaskan tentang berbagai keterbatasan penelitian dan implikasi penelitian untuk keperawatan
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil Tujuan penelitian ini meliputi mengidentifikasi gambaran karakteristik responden, perubahan tingkat nyeri pasien sebelum dan sesudah intervensi baik pada responden yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi maupun pada responden yang hanya mendapat terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol. Pembahasan secara lengkap adalah sebagai berikut :
1. Kesetaraan kelompok responden yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
Pada penelitian ini ditemukan adanya kesetaraan umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri sebelumnya pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil ini mendukung validitas hasil penelitian dengan metode kuasi eksperimen, dimana hasil penelitian dikatakan valid apabila tidak ada
85 Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
86
perbedaan yang signifikan umur (p=0,595) dan jenis kelamin (p=0,177) serta pengalaman nyeri (p=0,337). Umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebanding (homogen).
2. Hubungan karakteristik responden dengan selisih tingkat nyeri
a. Umur Rentang umur pada penelitian ini adalah 30-70 tahun (N=30) yang dikategorikan menjadi dewasa muda yaitu responden yang berumur 3045 tahun dan dewasa tua yang berumur 46-70 tahun. Berdasarkan tabel 5.9 responden yang dewasa muda adalah 8 orang (26,7%) sedangkan yang dewasa tua adalah 22 orang (73,3 %). Dapat disimpulkan bahwa dewasa tua lebih banyak menderita infark miokard jika dibandingkan yang dewasa muda. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa infark miokard lebih sering menyerang usia dewasa tua karena pada usia dewasa tua memiliki faktor resiko yang lebih besar seperti adanya riwayat merokok,kadar kolesterol total dan LDL yang tinggi, hipertensi, DM dan faktor usia sendiri (Lewis, 2000)
Hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dan selisih tingkat nyeri responden (p=0,495). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa umur mempunyai hubungan dengan ambang nyeri seseorang (Smeltzer dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
87
Bare, 2004). Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini perubahan tingkat nyeri pasien tidak dipengaruhi oleh umur responden.Sedangkan pada penelitian ini sebagian besar responden (73,3%) berusia dewasa tua. Menurut Perry dan Potter (2006) pasien dewasa tua menganggap bahwa nyeri merupakan komponen alamiah yang harus mereka terima dari proses penuaaan sehingga keluhan sering diabaikan. Dilain pihak normalnya kondisi nyeri hebat pada dewasa muda dapat dirasakan sebagai keluhan ringan pada dewasa tua. Orang dewasa tua mengalami perubahan neorofisiologis dan mungkin mengalami penurunan persepsi sensorik stimulus serta peningkatan ambang nyeri.
Diperkirakan lebih dari 85 % dewasa tua mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Orang dewasa tua cenderung mengabaikan sebelum melaporkan atau mencari perawatan kesehatan karena sebagian dari mereka menganggap nyeri menjadi bagian dari penuaan normal dan sebagian orang dewasa tua lainnya tidak mencari perawatan kesehatan karena mereka takut nyeri tersebut menandakan penyakit yang serius (Smeltzer & Bare, 2004 dalam http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/nyeri, diperoleh tanggal 9 Juni 2008.
Penjelasan diatas memberikan gambaran dalam penelitian ini dan dapat diasumsikan bahwa ekspresi nyeri terkait dengan umur lebih disebabkan oleh hambatan psikologis sehingga individu menutupi sensasi nyeri
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
88
yang sebenarnya dirasakan. Menurut Smeltzer & Bare (2004) menyatakan bahwa penilaian tntang nyeri dan ketepatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien ketimbang didasarkan pada usia pasien.
b. Jenis kelamin Berdasarkan tabel 5.10 jenis kelamin responden pada penelitian ini (N=30) terdiri dari 22 orang(73,3%) laki-laki dan 8 orang (26,7%) orang perempuan. Dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita infark miokard jika dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa infark miokard lebih sering menyerang laki-laki dibandingkan perempuan karena laki-laki memiliki faktor resiko yang lebih besar karena life style laki-laki sering menjadi faktor presipitasi seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak (Hanun, S, 2002).
Hasil uji independent t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan selisih tingkat nyeri responden (p=0,100). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan dengan ambang nyeri seseorang (Hanun, 2002). Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini perubahan tingkat nyeri pasien tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin responden. Sedangkan pada penelitian ini sebagian besar responden (73,3%) berjenis kelamin laki-laki. Menurut Perry dan Potter (2006) pasien laki-
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
89
laki menganggap bahwa nyeri merupakan komponen alamiah yang harus mereka terima dari proses penyakit yang dialaminya dan laki-laki cenderung dapat mudah beradaptasi dengan nyerinya dibandingkan dengan perempuan. Menurut Smeltzer & Bare (2004) menyatakan bahwa penilaian tntang nyeri dan ketepatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien ketimbang didasarkan pada usia pasien.
c. Pengalaman nyeri sebelumnya Responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya pada kelompok intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik adalah 7 orang (46,7%) dan yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya 8 orang (53,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurun nyeri sebanyak 10 orang (66,7%) pernah mengalami nyeri sebelumnya dan 4 orang (26,7%) responden tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya.
Berdasarkan tabel 5.11 pengalaman nyeri responden pada penelitian ini (N=30) terdiri dari 22 orang(73,3%) pernah mengalami nyeri sebelumnya dan 8 orang (26,7%) tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa responden lebih banyak pernah mengalami nyeri sebelumnya jika dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa serangan infark miokard yang terjadi pada
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
90
pasien dapat merupakan serangan yang kedua, ketiga dan seterusnya (Lewis, 2000).
Hasil analisa dengan uji independent sample t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara responden yang pernah mengalami nyeri sebelumnya dengan responden yang tidak pernah mengalami nyeri sebelumnya terhadap perubahan tingkat nyeri (p=0,375). Dapat disimpulkan pada penelitian ini perubahan tingkat nyeri tidak dipengaruhi oleh pengalaman nyeri pasien sebelumnya.
Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi pada saat melakukan pengkajian pengalaman nyeri sebelumnya, pasien mengatakan pernah mengalami rasa nyeri sebelumnya tetapi sulit untuk menggmbarkan apakah dia pernah mengalami nyeri yang sama seperti nyeri yang di rasakan saat serngan infark miokard
Literatur menyatakan bahwa setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka kecemasan dapat muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut berhasil dihilangkan maka akan lebih mudah bagi individu untuk
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
91
menginterpretasikan sensasi nyeri. Dampaknya klien akan siap untuk melakukan tindakan-tindakan untuk menghilangkan nyeri. Apabila seseorang tidak pernah merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri (Perry & Potter, 2006)
Beberapa pasien yang tidak pernah mengalami nyeri hebat, tidak menyadari seberapa hebatnya nyeri yang akan dirasakan nanti. Umumnya orang yang sering mengalami nyeri dalam hidupnya cenderung mengantisipasi terjadinya nyeri yang lebih hebat (Taylor & Le Mone dalam http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/nyeri, diperoleh 9 Juni 2008). Hal ini dapat terjadi karena adanya proses pengontrolan pusat pada neocortek dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau. Ketika aktivitas tersebut sering mempengaruhi maka dapat dijelaskan mengapa rangsangan ringan menimbulkan reaksi yang hebat. Sebaliknya bila ada rangsangan yang hebat tetapi bersamaan dengan itu ada pengontrolan pusat yang kuat karena pengalaman masa lalu sehingga reaksi hamper tidak ada (Melzack & Casay dalam http:medlinux.blogspot.com/2007, diperoleh 10 Januari 2008).
3. Perubahan dan perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada pasien yang mendapatkan terapi penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi dan pasien yang hanya mendapat terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
92
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penurunan tingkat nyeri pada kelompok intervensi yang diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik mengalami penurunan yang baik setiap harinya rata-rata tingkat nyeri responden sebelum dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 dengan standar deviasi 0,93. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 7,93 dengan standar deviasi 0,96. Dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat nyeri responden sebelum diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,848, α=0,05)
Rata-rata tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik adalah 8,00 menjadi o,80 dengan standar deviasi 0,94. Sedangkan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok yang hanya diberikan terapi penurun nyeri adalah 7,93 menjadi 1,93 dengan standar deviasi 0,88. Dapat disimpulkan adanya perbedaan yang bermakna rata-rata tingkat nyeri responden sesudah diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,002, α=0,05)
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
93
Rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri responden setelah dilakukan intervensi selama 3 hari pada kelompok yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik pada kelompok intervensi adalah 7,20 dengan standar deviasi 1,01. Sedangkan rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi penurunan nyeri adalah 6,00 dengan standar deviasi 1,31. Dapat disimpulkan adanya perbedaan yang bermakna penurunan selisih tingkat nyeri responden sesudah diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan responden yang hanya diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol (p=0,009, α= 0,05), Artinya kelompok intervensi mempunyai rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri lebih besar dari pada kelompok kontrol
Keyakinan ini semakin jelas dengan melihat rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri pada kelompok intervensi menunjukkan penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rata-rata selisih penurunan tingkat nyeri pada kelompok intervensi adalah 7,20 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 6,00. Perbedaan selisih penurunan tingkat nyeri 1,20. Perbedaan selisih penurunan nyeri ini sangat berarti bagi pasien yang sedang mengalami nyeri
Hasil penelitian menunjukkan metode penggunaan musik untuk menurunkan nyeri telah lama dikembangkan di Amerika dan Jerman dengan metoda yang lebih modern sekelompok peneliti secara intensif
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
94
mengamati musik yang mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan dan menenangkan pasien (Intisari, 2007, diperoleh tanggal 28 Desember 2007). Pernyataan senada juga dikemukakan oleh Djohan (2006) di negara-negara maju khususnya Amerika Serikat terapi musik telah menjadi bagian dari profesi kesehatan dimana terapi musik memanfaatkan kekuaran musik untuk membantu klien mencari jalan keluar untuk mengalami perubahan dalam menurunkan tingkat nyerinya. Menurut Kemper dan Denhauer (2005) musik juga dapat memberikan efek bagi peningkatan kesehatan, mengurangi stress dan menguranngi nyeri. Musik berpengaruh terhadap mekanisme kerja sistem syaraf otonom dan hormonal sehingga dapat berpengaruh terhadap penurunan kecemasan dan tingkat nyeri. Pasien yang diterapi dengan menggunakan musik akan tampak rileks dan tenang. Efek relaksasi yang didapat tersebut akan berpengaruh terhadap stabilitas, menurunkan tekanan darah, nadi dan pernafasan.
Hasil penelitian Guzzetta (1999) musik efektif menimbulkan efek relaksasi dan menurunkan tingkat stress pada pasien yang dirawat di ruang coronary care unit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penuruan apical heart rate, peningkatan suhu kulit bagian perifer. Pada studi yang dilakukan oleh Raymond Bahr seorang dokter ahli jantung USA dan kepala bagian Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) selalu menggunakan musik di ruang perawatan. Telah membuktikan bahwa pada kasus-kasus serangan jantung dimana pasiennya membutuhkan perawatan yang intensif dalam waktu satu setengah jam mendengarkan musik yang lembut memiliki efek terapi yang
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
95
sama seperti dengan menggunakan obat penenang Valium 10 mg (Ucup, 2006, dalam Rihiantoro, 2007)
Selama setengah abad lebih, berbagai penelitian menunjukkan bahwa terapi musik terbukti efektif dalam membantu rehabilitasi gangguan fisik, peningkatan motivasi dalam menjalani perawatan, memberikan dorongan emosional untuk klien dan keluarga, mengekspresikan perasaan dan dalam berbagai proses psikoterapi. Karena itu terapi musik terus berkembang, baik dirumah sakit, klinik, lembaga kesehatan, sekolah-sekolah, pusat kesehatan mental dan lembaga rehabilitasi ketergantungan obat serta tempat-tempat perawatan lainnya (Djohan, 2006).
Hal ini dapat di jelaskan bahwa faktor-faktor yang diketahui dapat memodulasikan nyeri antara lain dengan melakukan teknik relaksasi melalui terapi musik yang membuat otot-otot menjadi relaksasi sehingga akan menurunkan tingkat nyeri. Terapi musik dapat menjadi intervensi yang aman dan memungkinkan memiliki efek positif dalam memperbaiki gejalagejala yang terkait dengan penatalaksanaan pasien dengan infark miokard. Strategi ini dapat dijadikan suatu intervensi perawatan yang rutin
Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rihiantoro, (2007) di ruang Intensif Care Unit (ICU) RS Dr. Abdul Moeloek Lampung bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terapi musik terhadap
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
96
status hemodinamik pasien. Pengaruh itu dapat dilihat dengan adanya perbedaan yang bermakna antara heart rate dan frekwensi pernafasan sesudah dilakukan terapi musik
Dengan demikian berarti bahwa pemberian terapi musik pada pasien dengan infark miokard dengan menggunakan musik instrumentalia sound healing selama 30-45 menit telah mampu memberikan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tingkat persepsi nyeri pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik sangat bermanfaat sebagai salah satu intervensi keperawatan terhadap pasien infark miokard dalam rangka menurunkan tingkat nyeri pasien. Seperti kita ketahui bersama bahwa musik sebagai salah satu terapi keperawatan telah banyak dikembangkan dalam dunia kesehatan. Ada banyak teori dan hasil penelitian yang telah membahas hal tersebut. Hasil penelitian ini telah memberikan dukungan yang kuat terhadap eksistensi terapi musik dalam dunia kesehatan terutama bidang keperawatan pasien gangguan kardiovaskular. Hasil penelitian sekaligus memperkuat argumentasi-argumentasi teoritis beberapa hasil studi tentang terapi musik terdahulu
Musik instrumentalia yang lembut dan menenangkan di beberapa ruangan, dampaknya membuat para pasien menjadi lebih nyaman, rileks dan lebih bahagia. Hal itu juga membuat tubuh mereka mengeluarkan getaran yang lebih sehat (Mucci & Mucci, 2000). Seseorang yang mendengarkan musik yang sesuai maka denyut nadi dan tekanan darahnya dapat menurun dan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
97
stabil, gelombang otak melambat dan otot-otot menjadi rileks (Anonim, 2004, http://mycuran.com dalam Rihiantoro, 2007)
Menurut Kemper dan Danhauer, (2005) musik juga dapat mengurangi stress dan mengurangi nyeri. Musik berpengaruh terhadap mekanisme kerja syaraf otonom dan hormonal sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kecemasan dan nyeri. Pasien yang diterapi dengan menggunakan musik akan tampak rileks dan tenang. Efek relaksasi yang didapat melalui terapi musik tersebut akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pasien. Seorang perawat dari Dallas,Texas Cathie Guzzeta juga menemukan bahwa terapi musik sebagai teknik relaksasi dapat mempengaruhi detak jantung dan mengurangi tekanan darah (Mucci & Mucci, 2002). Hasil penelitian Guzzeta (1999) juga efektif menimbulkan efek relaksasi dan menurunkan tingkat stress pada pasien yang dirawat di ruang coronary care unit
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi musik sangat baik digunakan pada klien dengan infark miokard. Terapi musik mampu untuk meningkatkan relaksasi dan menurunkan tingkt nyeri sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif intervensi keperawatan dalam upaya menurunkan tingkat nyeri khususnya pada klien dengan infark miokard
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
98
B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang ditemui oleh peneliti selama penelitian ini berlangsung adalah : 1. Sampel Tidak seluruh pasien yang dirawat dengan infark miokard dapat langsung dijadikan sampel penelitian karena banyak klien yang masuk dengan status hemodinamik yang tidak stabil 2. Waktu Karena penelitian ini dibatasi oleh waktu peneliti merasa tidak cukup waktu untuk penelitian karena untuk melakukan penelitian di RS Dr. M. Djamil Padang juga harus menjalani prosedur administrasi terlebih dahulu namun berkat bantuan bagian Diklit rumah sakit maka penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancer dengan jumlah sampel yang cukup
C.
Implikasi Hasil Penelitian 1. Bagi pelayanan keperawatan Terkait dengan penelitian ini dimana terapi musik untuk penurunan nyeri pada pasien infark miokard sangat penting di lakukan ditatanan pelayanan keperawatan. Terapi musik dapat dilakukan dengan mudah dan praktis dan tidak memerlukan biaya yang mahal karena alat musik yang digunakan dapat digunakan oleh klien secara bergantian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi praktek keperawatan profesional sehingga dapat dijadikan sebagai
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
99
salah satu intervensi keperawatan untuk menangani nyeri pada klien dengan infark miokard baik selama dirawat di rumah sakit maupun perawatan di rumah.
2. Bagi pengambil kebijakan dan keputusan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi manejer keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan, untuk dimasukkan dalam Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan dapat dijadikan sebagai Standar Operasional Prosedur manajemen nyeri dengan memasukkan terapi musik sebagai salah satu metode untuk menurunkan tingkat nyeri klien khususnya pasien dengan infark miokard
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
100
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesmpulan Berdasarkan penelitian dapat dibuat kesimpulan secara umum sebagai berikut : 1.
Penelitian ini telah mengidentifikasi karakteristik umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri sebelumnya, pada pasien infark miokard yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah dengan terapi musik dengan pasien infark miokard yang hanya diberikan terapi musik tidak berbeda.
2.
Rata-rata tingkat nyeri pasien infark miokard sebelum diberikan terapi penurun nyeri
ditambah terapi musik dan sesudah diberikan terapi
penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi adalah bermakna (p=0,000, α= 0,05) 3.
Rata-rata tingkat nyeri pasien infark miokard sebelum diberikan terapi penurun nyeri
ditambah terapi musik dan sesudah diberikan terapi
penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok kontrol adalah bermakna (p=0,009, α= 0,05) 4.
Rata-rata penurunan tingkat nyeri setelah diberikan intervensi antara pasien infark miokard yang diberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik dengan pasien infark miokard yang hanya diberikan terapi penurun nyeri diperoleh hasil yang bermakna. Penurunan tingkat nyeri pada kelompok intervensi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, dimana pada kelompok intervensi selisih penurunan
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
101
tingkat nyeri sebesar 7,20 sedangkan pada kelompok kontrol selisih penurunan tingkat nyeri 6,00. 5.
Pada penelitian ini karakteristik umur, jenis kelamin dan pengalaman nyeri tidak berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri pasien infark miokard
6.
Dapat disimpulkan bahwa terapi musik berpengaruh terhadap penurunan tingkat persepsi nyeri pada pasien dengan infark miokard
B. Saran Beberapa rekomendasi dari hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut : 1. Bagi pelayanan keperawatan Terapi musik terbukti sangat efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien infark miokard maka disarankan agar terapi musik dapat menjadi salah satu intervensi yang dapat dilakukan perawat dalam melakukan perawatan pada pasien infark miokard dalam menangani atau dalam manajemen nyeri, dan menjadi salah satu SOP, SAK dalam perawatan pasien dengan infark miokard.
2. Bagi institusi rumah sakit Agar terapi musik dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam menurunkan nyeri pada pasien infark miokard. Diharapkan kepada pimpinan RS Dr. M. Djamil Padang dapat menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan terapi musik
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
102
agar pelaksanaan terapi musik pada pasien infark miokard di ruangan cardiac centre dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
3. Bagi dunia pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat yang lebih luas tentang terapi musik dalam penanganan nyeri pada pasien infark miokard yang dapat dijadikan sebagai salah satu materi ajar pada terapi komplementer pasien infark miokard.
4. Bagi penelitian selanjutnya Direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh terapi musik pada pasien infark miokard dengan jumlah responden yang lebih banyak, kriteria yang lebih spesifik dan waktu yang lebih panjang serta jenis music yang sesuai dengan budaya
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
103
DAFTAR PUSTAKA
Anthony (2003). Music Therapy : Effects of Music. Music Today Journal Ariawan, I, 91998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jakarta : FKM UI Black & Hawks, (2005). Medikal Surgical Nursing ; Clinical Management for Positive Outcomes. Volume 1. USA : Health Sciences Rights Departement in Philadelphia Campbell, D, (2001). Efek Mozart : Manfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Crisp, J, & Taylor, C, (2001). Potter dan Perry’s Fundamentals of Nursing. Australia : Harcour Health Sciences Doenges, Moorhouse & Geissler, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasient. Jakarta : EGC Dossey, B.M, Guzzette, G.E & Kenner, CV, (2002). Critical Care Nursing : Body, Mind and Spirit. Philadelpia : J.B. Lippincott Company Djohan, (2006). Terapi Musik ; Teori dan Aplikasi. Jakarta : Galangpress Guzzetta, C. E, (1999). Effects of Relaxation and Music Therapy on Patient in Coronary Care Unit With Presumtive Acute Myocardial Infarction. Heart Lung Journal Halim, S, (2006). Efek Mozart dan Terapi Musik dalam Dunia Kesehatan. Jakarta : FKUI Hanun, S, (2002). Penyakit Jantung Koroner : Miokard Infark Akut. Jakarta : Balai Penerbit FK UI Harnawatiaj, (2008). Nyeri, http://www.painspecialist.com.sg/ink/index.htm, diperoleh 10 Juni 2008 Hastono, S.P, (2003). Analisa Data. Jakarta : FKM UI Hiliard, R.E, (2005). Music Therapy in Hospice and Palliative Care : A Review of the Empirical Data Advance Acces Publication
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
104
Hudak, C.M & Gallo, B.M, (1997). Critical Care Nursing A. Holistik Approach. Penerjemah Monica, E.D, Made, K, Made, S, Efi, A. Philadelpia : JB Lippincott Company Ignatavicius, D & Workman, M.L, (2006). Medikal Surgical Nursing Critical Thinking for Collaborative Care, 5th edition, St Louis Missouri Intisari, (2007).Terapi Musik, http://intisari.com, diperoleh tanggal 28 Desember 2007 Joachim, R.A, Quarcoo, D, & Arek, P.C, (2003). Stress Enhances Airway Reactivity and Airway Inflammation of Allergic Bronchial Asthma. Psychosom. Med Journal Kemper, K.J, & Denhauer, S.C, (2005). Music as Therapi.Southern Medical Journal Lewis, S.M, Heitkemper, M.M & Dirksen, S.R. (2000). Medical Surgical Nursing. 5 th edition. St. Louis Missori : Mosby – Year Book. Inc Linberg & Katherine, A, (1997). What is Music Therapy. Academic Research Library Manurung, (2006). Terapi pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI Marulam, M.P, (1997). Buku Saku Kardiologi. Jakarta : EGC Mc. Caffery, R, (2000). The Lived Experience of Listening to Music While Recovering from Surgery. J. Holistic Nurse Mc. Caffery, R, & Colsin, R.C (2002). Music Listening as a Nursing Intervention ; a Symphony of Practice. Academic Research Lybrary Medlinux, (2007). Nyeri, http.blogspot.com/2007, diperoleh 10 Januari 2008 Mucci, K & Mucci, R. (2002). The Healing Sound of Music : Manfaat Musik untuk Kesembuhan, Kesehatan dan Kebahagiaan Anda. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Nurmartono, (2007). Aplikasi Telemetri dalam asuhan keperawatan penyakit jantung koroner, http ://www.inna-ppni.or.id, diperoleh tanggal 10 Januari 2008 Peterson, J.G, & Zderad, L.T, (1998). Humanistic Nursing. New York : National League for Nursing Polit, D.F, & Hungler, b.P, (1999). Nursing Research, Principles & Methods. Philadelphia : Lippincott
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
105
Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1, Edisi 4. Alih Bahasa : Komalasari, R, Evriyani, D, Noviestari, E. dkk. Jakarta : EGC Price, S.A & Wilson, L.M, (2006). Pathophysiology. Clinical Concepts of Disease Processes. Mosby Year Book, Inc Priyanto, Ade, (2001). Recognition of Acut Miocardial Infarction : Reducing Delay. Jakarta : Weekend Course on Cardiology Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan kita, (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Bidang Diklat Course on Cardiology Rihiantoro, T, (2007). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Status Hemodinamik pada Pasien Koma di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RS Dr.H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung Sabri, L, & Hastono, S. P, (1999). Biostatistik dan Statistik Kesehatan ( Biostatistik Dasar. Jakarta : FKM UI Sastroasmoro, S & Ismael, S, (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : CV Sagung Seto Setiadarma, M.P (2005). Terapi Alternatif : Terapi Musik. Jakarta : Spiritia Shepperd, J, (2002). Myocard Infarct and Epidemiologi. http://www. Yahoo.com//ephidemiology, diperoleh tanggal 20 Desember 2007 Smeltzer, C & Bare, G. (2007). Textbook of Medical Surgical Nursing, 11th edition. Philadelpia : J.B. Lippincoott Stanley, J.M, (2002). A Meta Analysis Efficacy of Music Therapy for Premature Infants. Journal of Pedeatric Nursing Supami, Sri, (2001). Manajemen Pain pada Akut Miokard Infark. Jakarta : Weekend Tambunan, R. (2007). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Penyembuhan Klien dengan MCI. Tjang, (2006). Alternatif Terapi Penyakit Jantung Koroner, http: //www.gizi.net, diperoleh tanggal 4 Desember 2007 Watson, A, Drury, N, (2002). Healing Music : The Harmonik Path to Inner Wholeness. Dorset, England : Prism Press
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
106
Lampiran 1 PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian
: Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Persepsi Nyeri pada pasien Infark Miokard di RS. Dr. M. Djamil Padang
Peneliti
: Sila Dewi Anggreni
Hp
: 085263755349
Saya Sila Dewi Anggreni (mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia), bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui
Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Tingkat Persepsi Nyeri pada Pasien Infark Miokard di RS. Dr. M. Djamil Padang. Hasil penelitian ini direkomendasikan sebagai masukan untuk
meningkatkan
pelayanan Keperawatan Medikal Bedah, khususnya keperawatan kardiovaskular Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam proses pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data hasil penelitian. Peneliti juga menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi bapak/ibu untuk menjadi responden penelitian. Terima kasih atas kesediaan dan partisipasinya. Peneliti Sila Dewi Anggreni
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
107
Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini. Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dalam penelitian ini
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya, dan saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan Keperawatan Medikal Bedah khususnya Keperawatan Kardiovaskular.
Demikian kiranya secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun, saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Padang, Juni 2008
Responden
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
108
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode Responden
:
Umur Responden
:
Jenis Kelamin
:
Tanda-tanda vital
: TD = RR =
mmhg
Nadi =
x/mt
x/mn
Suhu =
°C
1. Jenis obat untuk menurunkan nyeri yang didapatkan oleh pasien : a. ……… b. ……… c. ………
2. Apakah pasien pernah mengalami nyeri sebelumnya ? a. Pernah b. Tidak pernah
Peneliti
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
109
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1. Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ………………… 83
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
110
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Penjelasan tentang penelitian
Lampiran 2
: Lembar persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 3
: Instrumen Penelitian
Lampiran 4
: Pengukuran skala nyeri Visual Analog Scale (VAS)
Lampiran 5
: Skala nyeri Visual Analog Scale (VAS)
Lampiran 6
: Protokol Intervensi Terapi Musik
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
111
Lampiran 6 PROTOKOL INTERVENSI TERAPI MUSIK
A. Persiapan
1. Persiapan pasien a. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang terapi musik yang akan dilakukan meliputi tujuan, manfaat, jenis musik yang akan diberikan. b.
Pastikan pasien dalam kondisi baik dan berikan klien posisi senyaman mungkin dan siap untuk melakukan intervensi yang akan diberikan.
c. Cek tanda vital klien seperti tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu tubuh.
2. Persiapan alat a. MP3 b.
Head set
c. Dengan menggunakan musik instrumentalia sound healing
B. Pelaksanaan
1.
Melakukan pengkajian tingkat persepsi nyeri pasien
2.
Mengkaji skala nyeri sebelum diberikan terapi penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi
3.
Mengkaji skala nyeri sebelum diberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016
112
4.
Menjelaskan dan mendemonstrasikan terapi musik kepada kelompok intervensi
5.
Memberikan terapi penurun nyeri ditambah terapi musik selama 45 menit kepada kelompok intervensi setelah 3 jam klien mendapatkan terapi penurun nyeri
6.
Memberikan terapi penurun nyeri pada kelompok kontrol
7.
Saat melakukan intervensi tetap diobservasi kondisi pasien, jika ada keluhan yang dapat memperberat kondisi pasien, terapi musik dihentikan
8.
Terapi musik dilakukan sesuai dengan toleransi pasien
9.
Kaji kembali tingkat nyeri pasien , dan minta pasien untuk menyampaikan rentang nyeri yang dialami, baik pada kelompok intervensi mauupun kelompok kontrol
10. Lakukan pendokumentasian
C. Evaluasi
1. Evaluasi dilakukan setiap selesai melakukan pemberian terapi penurun nyeri dan terapi musik pada kelompok intervensi setelah 45 menit setiap hari selama 3 hari 2. Evaluasi pada kelompok kontrol dilakukan setelah pemberian terapi penurun nyeri
Pengaruh terapi..., Sila Dewi Anggreni, FIK UI, 2016