Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Subagyo
[email protected] Fakultas Ekonomi UKRIDA ABSTRACT This study aimed to examine the effect of corporate governance practices (CG) and Intellectual Capotal on Corporate Perfromance. Corporate Performance in this study is proxied by profitability, Productivity and Market Valuation. This study measured the CG practices by using institutional ownership, managerial ownership, the proportion of independent board and audit committee. The Intellectual Capital measured by VAICTM. Sample to be used in this study is banking sector firm that listed in Indonesia. Result indicated that: (i) Value added intellectual capital efficiency VAICTM and managerial ownership had positive significant impact to corporate performance (ROA); (ii) Institutional ownership had the negative significant impact to corporate performance (ROA); and (iii) Proportion of Board Independence and Audit Committee had no significant impact to corporate performance. Futhermore, while corporate performance was measured by ATO and MB, the model is not valid for prediction. Keywords: Corporate governance, Intellectual Capital, and Corporate Performance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh praktik tata kelola perusahaa dan modal intelektual terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan profitabilitas, Produktivitas dan Penilaian Pasar. Penelitian ini mengukur tata kelola perusahaan dengan proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen serta komite audit. Modal intelektual diukur dengan Value Added Intelectual Capital. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa: (i) Value added intellectual capital efficiency VAICTM dan kepemilikan manajerial signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (ROA); (ii) Kepemilikan Institusional signifikan berpengaruh negative terhadap kinerja perusahaanand (iii) Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya, apabila kinerja perusahaan diukur dengan Produktivitas (ATO) dan Penilaian Pasar (MB), model tidak valid untuk dilakukan prediksi. Kata kunci: Tata Kelola Perusahaan, Modal Intelektual, dan Kinerja Perusahaan PENDAHULUAN Dalam menjalankan sebuah perusahaan, kinerja perusahaan sangat penting untuk diukur dan diketahui bagaimana perkembangannya dari tahun ke tahun. Informasi tentang kinerja perusahaan ini berguna salah satunya untuk menetapkan kebijakan selanjutnya yang ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 100
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
akan diambil oleh pihak manajemen. Dalam beberapa wacana tentang kinerja perusahaan, modal intelektual (intellectual capital) dan tata kelola perusahaan (corporate governance) sebagai unsur-unsur yang perlu diungkapkan dan diterapkan untuk menilai suatu perusahaan menjadi hal yang makin dipertimbangkan. Munculnya “new economy” yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga telah memicu tumbuhnya minat dalam pengungkapan modal intelektual (Petty & Guthrie, 2000). Kekayaan dan daya saing perusahaan pada masa lalu selalu didasarkan pada kepemilikan sumber daya yang bersifat fisik (tangible asset). Perkembangan ekonomi baru yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan, mengubah strategi bisnis suatu industri. Industri yang sebelumnya bertumpu pada asset wujud fisik, yaitu produksi barang dan jasa serta penciptaan nilai menjadi tergantung pada aset tidak berwujud (intangible assets). Guthrie (2001) menduga perusahaan yang sukses tidak memperoleh manfaat hanya dari aset berwujud dan mereka terutama mengandalkan untuk mengakses informasi intangible dan knowledge creation sebagai sumber daya utama untuk sukses. Konsep tradisional dalam mengevaluasi nilai perusahaan dan kinerja dengan aset berwujud secara gradual memberikan cara untuk fokus pada intangible knowledge development dan integration ability. Intangible knowledge development dan integration ability adalah serangkaian dari seluruh keahlian manajemen yang dapat mengembangkan dan merestrukturisasi human capital, structural capital, dan customer capital dari suatu organisasi. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran asset tidak berwujud adalah modal intelktual. Modal Intelektual merupakan aset tidak berwujud yang terdapat di dalam laporan keuangan. Selama ini pengungkapan Modal Intelektual sudah banyak dilakukan dalam menentukan value perusahaan. Masuknya perusahaan-perusahaan asing ke pasar Indonesia menuntut perusahaan dalam negeri untuk semakin memperbaiki nilai (value) dan kinerja (performance) perusahaannya guna menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dalam proses perbaikan tersebut, perusahaan membutuhkan informasi yang lebih relevan tentang elemen yang diukur tidak hanya aset berwujud (tangiable asset) namun juga aset tidak berwujud (intangiable asset) guna mengungkapkan nilai dan kinerja perusahaan. Selain memperbaiki pengungkapan laporan keuangan berupa pengungkapan modal intektual sebuah perusahaan juga dirasa perlu melakukan penerapan dan pengelolaan tata kelola perusahaan yang baik. Tuntutan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) semakin menguat setelah runtuhnya beberapa raksasa bisnis dunia seperti Enron dan Worldcom di AS, serta tragedi jatuhnya HIH dan One-tel di Australia. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan laporan dari Bank Dunia bahwa keruntuhan perusahaan-perusahaan besar dunia disebabkan oleh karena buruknya pelaksanaan praktikpraktik tata kelola perusahaan yang baik. Newel dan Wilson (2002) menyatakan bahwa secara teoritis praktik corporate governance yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja keuangan dan mengurangi risiko yang diakibatkan oleh tindakan manajemen yang cenderung menguntungkan diri mereka sendiri. Penyebab utama berkembangnya kebutuhan akan praktik-praktik corporate governance yang baik adalah sebagai akibat dari kebangkrutan perusahaan-perusahaan ternama, baik di sektor keuangan maupun non keuangan seperti WordCom di Amerika Serikat dan HIH dan One-tel di Australia. Penelitian yang dilakukan Subagyo (2014) menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance dalam hal ini kepemilikan manajerial dan komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun demikian, penelitian tersebut belum mengkaitkan pengaruh intelektual capital terhadap nilai peusahaan. Karena itu, penelitian ini ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 101
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
hendak menguji pengaruh dari praktik corporate governance dan Intellectual Capital terhadap corporate performance : studi empiris pada perusahaan sektor perbankan yang listed di BEI. Penelitian ini akan menguji pengaruh dari modal intektual terhadap kinerja perusahaan dan juga akan menguji pengaruh mekanisme tata kelola perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Kinerja Perusahaan (Corporate performance) dalam penelitian diproksikan dengan tingkat profitabilitas, produktivitas dan penilaian pasar. Mekanisme tata kelola perusahaan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit. Studi terdahulu (Bontis, 1998; Bontis et al., 2000) mengungkap bahwa intellectual capital berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja organisasi. Dalam konteks ini dimensi dari intellectual capital adalah interaktif, dapat ditransformasikan dan aktivitas pelengkap, yang berarti bahwa produktivitas sumber daya dapat ditingkatkan melalui investasi dalam sumber daya lainnya. Intellectual capital merupakan sumber daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Chen, dkk (2005). Intellectual capital diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Firer dan Williams (2003) telah membuktikan bahwa intellectual capital (VAIC™) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Ulum (2008) juga menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Jika perusahaan dapat mengelola, memanfaatkan serta mengembangkan intellectual capital yang dimiliki, maka ROA akan meningkat pula. Dalam penelitian Ulum (2008) intellectual capital digunakan sebagai alat untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang. Dalam konteks ini, intellectual capital diuji terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan lag 1 tahun. Peningkatan ROA inilah yang mengindikasikan peningkatan kinerja keuangan, sehingga menghasilkan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Dengan menggunakan VAIC™ yang diformulasikan oleh Pulic (1998) sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan (corporate intellectual ability), maka diajukan hipotesis sebagai berikut : Modal Intektual berpengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan tata kelola perusahaa (corporate governance) sebagai suatu sistem tata kelola yang menjelaskan hubungan berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. tata kelola perusahaa adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholders. Corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Manfaat dari penerapan corporate governance dapat diketahui dari harga saham perusahaan yang bersedia dibayar oleh investor. Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit. Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh manajemen maka akan memperkuat motivasi manajemen dalam bekerja sehingga meningkatkan nilai saham perusahaan di masa yang akan datang. Nilai saham menggambarkan nilai yang diberikan para investor terhadap perusahaan. Perusahaan dengan nilai saham tinggi berarti nilai perusahaan tersebut baik dimata para calon investor sehingga permintaan akan sahamnya juga tinggi. Nilai perusahaan tersebut akan meningkat seiring dengan kinerja perusahaan yang semakin meningkat pula. Penelitian Subagyo (2014) menunjukkan hasil yang positif dan signifikan atas pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti sejalan dengan temuan Jensen & Meckling. Berdasarkan hal ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 102
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif CG dan kinerja perusahaan. Penerapan CG akan lebih berarti apabila dilakukan di negara berkembang daripada di negara maju. Penelitian Black et al. (2003) membuktikan bahwa CG index menjadi salah satu faktor yang dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan. Hasil penelitian Xu dan Wang (1997), Pizarro et al. (2008), dan Bjuggren et al. (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka, hipotesis pada penelitian ini adalah : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian oleh (Yermack, 1996;) yang menguji pengaruh proporsi komisaris independen terhadap kinerja menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Penelitian lain menguji hubungan antara proporsi dewan komisaris dengan kecurangan pelaporan keuangan (Beasley, 1996). Dengan membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecuarangan, ditemukan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Berkurangnya presentase kecurangan ini otomatis meningkatkan kualitas laba sedangkan banyaknya laba merupakan patokan kinerja suatu perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan suatu perusahaan semakin dianggap baik kinerjanya. Dengan demikian diharapkan kinerja perusahaan akan semakin meningkat di masa depan dengan adanya komisaris independen di dalam suatu perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka, hipotesis pada penelitian ini adalah : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Keberadaan komite audit juga berpengaruh pada nilai perusahaan (Black et al. 2003; Siallagan dan Machfoedz, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Anderson et al. (2004) menemukan bahwa komite audit yang seluruh anggotanya independen berhubungan signifikan dengan cost of debt yang lebih rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa pelaporan keuangan pada perusahaan yang memiliki komite audit yang seluruhnya independen, lebih dipercaya. Dengan demikian, keberadaan komite audit diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka, hipotesis pada penelitian ini adalah : Keberadaan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN Model (1) digunakan untuk menguji pengaruh intellectual capital dan mekanisme corporate governance terhadap corporate performance. Model penelitian ini diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Firer and William (2003). Perbedaan dengan model penelitian ini dengan model Firer and William (2003) adalah model penelitian ini memasukkan variabel tata kelola perusahaan .Hal ini dilakukan karena penelitian ini selain akan menguji dampak modal intelektual terhadap kinerja perusahaan, juga akan menguji dampak mekanisme tata kelola perusahaan terhadap kinerja perusahaan. KP = α0+α1VAICTMit +α2KIit+ α3KMit + α4PDKIit + α5KAit + α6Sizeit+α7Leverageit+ + εit (1) Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan listed BEI pada periode 2013-2014. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini perusahaan listed BEI khusus sektor perbankan karena industry ini merupakan Intellectual Capital intencive industry sector (Firer ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 103
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
& Williams, 2003;353). Selain itu, dari aspek intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo dan Saka, 2002;265). Kinerja Perusahaan dalam penelitian menggunakan pengukuran yang digunakan oleh (Firer and William, 2003). Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, produktivitas dan market valuation. Profitability (ROA) adalah rasio dari laba bersih terhadap nilai buku dari total asset (ratio of the net income (less preference dividends) divided by book value of total assets), Productivity (ATO) adalah rasio dari total pendapatan terhadap total aset (ratio of the total revenue to total book value of assets), dan Market valuation (MB) adalah rasio dari total market capitalization (harga saham x jumlah lembar saham beredar) terhadap total aset. The VAICTM (Pulic, 1998) membentuk pengukuran dasar yang mendasari untuk tiga variabel independen utama dalam penelitian ini. VAICTM merupakan prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya untuk secara efektif memantau dan mengevaluasi efisiensi value added (VA) dengan total sumber daya perusahaan dan setiap komponen sumber daya utama. Intellectual capital dihitung berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital/capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Value Added (VA) dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Praktik corporate governance pada penelitian ini diukur dengan menggunakan (1) Kepemilikan institusional yaitu saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar, (2) Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar, (3) Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali sertabebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Proporsi dewan komisaris independent diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan, (4) Komite audit adalah auditor internal yang dibentuk dewan komisaris, yang bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan pengendalianintern perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur komite audit adalah jumlah anggota komite audit pada perusahaan sampel. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good corporate governance, jumlah anggota komite audit minimal 3 orang. Seluruh hipotesis pada penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Sedangkan untuk menunjang analisis data dipergunakan alat bantu software PASW Statistics versi 20. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi apakah ada unsur multikolinearitas, heterokedastisitas, atau autokorelasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan uji asumsi dan hasil tidak menunjukkan adanya masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi maka pengujian hipotesis dilakukan. ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 104
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
Banyak penelitian menggunakan ROA sebagai proksi dari kinerja perusahaan. Nora Riyanti Ningrum (2012) menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel dependen yang di proksikan dengan profitabilitas return on assets (ROA). ROA lebih dipilih daripada return on equity (ROE) karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah salah satu komponen dari VACA. Wahyuni Agustina (2015) dalam penelitiannya menggunakan proksi ROA sebagai ukuran kinerja perusahaan tetapi tetapi tidak disebutkan alasan secara mendalam mengapa menggunakan ROA sebagai proksi untuk kinerja keuangan. Model regresi berganda dengan dengan ROA sebagai variabel dependen, dapat dijelaskan dengan persamaan sebagai berikut : CP = 0.052559 + 0.003428VAICTMit - 0.007007KIit + 0.032296KMit + 0.001755PDKIit 0.000820KAit + 0.000962Sizeit - 0.074949Levit+ + εit Tabel 3 menyajikan hasil pengujian model yang bertujuan untuk menguji apakah modal intelektual dan mekanisme tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Tabel 3. Hasil Regresi Linier Berganda
N R-squared F-Statistic Prob (F-Statistic)
Intercept VAIC KI KM PDKI KA Lev Size
Profitabilitas (model 1) (ROA) 39 0.85601 26.32756 0.000000 t-stat 1.966335 4.670585 -2.883413 4.203257 0.333891 -1.362861 -3.258861 2.21733
Prob 0.0583 0.0001 0.0071 0.0002 0.7407 0.1827 0.0027 0.0341
KINERJA PERUSAHAAN Productivity (model 2) (ATO) 39 0.093639 0.457529 0.857334 t-stat 1.627132 -0.925835 -2.429001 0.960211 -0.103075 -0.428488 -0.538937 -0.292935
Prob 0.1138 0.3617 0.0211 0.3444 0.9186 0.6713 0.5938 0.7715
Market Valuation (model 3) (MB) 39 0.292421 1.830193 0.116604 t-stat 1.194457 1.155803 -0.21246 1.070999 0.783522 -1.529759 -1.760215 0.67094
Prob 0.2414 0.2566 0.8331 0.2924 0.4393 0.1362 0.0882 0.5072
Pada table 3 diatas dapat dilihat hasil Uji F untuk masing-masing model dengan nilai Prob(F-statistic) berturut-turut, 0.00000 ; 0.857334 ; 0.11664. Berdasarkan tabel 3 diatas maka dapat dijelaskan bahwa model 2 dan model 3 tidak valid untuk digunakan sebagai peramalan, karena itu pembahasan selanjutnya hanya membahas model 1 yang mempunyai nilai Prob(F-satistic) 0.00000 dan nilai ini lebih kecil dari 0.05 yang memberi arti bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan berdasarkan variablevariabel bebas yaitu VAICTM, KM, KI, PDKI dan KA serta variable kontrol leverage dan size. Dari table 3 diatas juga dapat dilihat hasil pengujian keofisien korelasi menghasilkan nilai R-squared sebesar 0.85601. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel independen yang ada dalam model penelitian (yaitu value added intellectual capital efficiency, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris) mampu menjelaskan ROA sebesar 85,601%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Uji hipótesis dilakukan untuk mendapatkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan tingkat keyakinan 95% atau tingkat signifikansi sebesar 5%. Dasar ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 105
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
pengambilan keputusan adalah apabila hasil pengujian menunjukkan tingkat signifikansi > 0.05 maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah menerima hipótesis awal (Ho diterima), yang berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila hasil pengujian menunjukkan tingkat signifikansi < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa hipótesis awal tidak diterima (Ho ditolak), yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian hipótesis secara partial dilakukan terhadap value added intelectual capital efficiency, kepemilikan institusional, kepemilikian manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan variabel control leverage dan size. Pada table 3 hasil pengujian hipotesis di atas, pada kolom t-statistic dan kolom Prob. dapat dilihat nilai t untuk masingmasing variable penelitian dan dapat disimpulkan bahwa Value Added Intellectual Capital efficiency(VAICTM), Kepemilikan Manajerial (KM) dan Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Nilai koefisien untuk Value Added Intellectual Capital efficiency(VAICTM), Kepemilikan Manajerial (KM) dan Kepemilikan Institusional masing-masing adalah lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0001, 0.0002 dan 0.0071. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai Value Added Intellectual Capital efficiency(VAICTM), Kepemilikan Manajerial (KM) dan Kepemilikan Institusional, maka semakin tinggi corporate performance yang diproksikan dengan return on asset (ROA). Temuan ini mengindikasikan bahwa besarnya Value Added Intellectual Capital efficiency(VAICTM), Kepemilikan Manajerial (KM) dan Kepemilikan Institusional dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan untuk variable proporsi dewan komisaris independen (PDKI), dan komite audit (KA) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Untuk variable kontrol yaitu tingkat leverage perusahaan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil dapat dilihat pada tabel 2 dimana nilai koefisien untuk kedua variable tersebut masing-masing 0.0027 dan 0.0341 yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hutang perusahaan dan ukuran perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan tingkat hutang yang besar maka perusahaan dapat memaksimalkan nilai hutang tersebut dalam mendorong peningkatan kinerja perusahaan. Demikian juga untuk ukuran perusahaan, semakin besar sebuah perusahaan maka semakin mempunyai sumber daya yang dapat digerakkan untuk memaksimalkan kinerja, sehingga kinerja sebuah perusahaan akan semakin meningkat dengan adanya sumberdaya yang besar yang dimiliki perusahaan tersebut. Pengaruh VAICTM terhadap kinerja perusahaan Berdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulkan bahwa value added intellectual capital efficiency mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan profitabilitas yaitu ROA. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Value added intellectual capital dalam penelitian ini adalah gabungan dari value added dari capital employee, human capital, dan structural capital, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan sumberdaya perusahaan, personal skill dari setiap pegawai dan penggunaan teknologi informasi secara efisien yang akan menciptakan value added dan meningkatkan corporate performance. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirmizi, et al (2011), menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Firer dan Williams (2003) telah ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 106
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
membuktikan bahwa intellectual capital (VAIC™) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Ulum (2008) juga menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Jika perusahaan dapat mengelola, memanfaatkan serta mengembangkan intellectual capital yang dimiliki, maka ROA akan meningkat pula. Pengaruh kepemilikan institusioanl terhadap kinerja perusahaan Berdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Xu dan Wang (1997), Pizarro et al. (2006), dan Bjuggren et al. (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat meningkat jika lembaga institusi mampu menjadi alat pemonitoran yang efektif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Klapper dan Love (2002) bahwa terdapat hubungan positif corporate governance dan kinerja perusahaan. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan Apabila dilihat dari aspek kepemilikan manajerial, maka dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial maka akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial maka manajemen akan lebih bertanggungjawab terhadap hasil operasi perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan semakin meningkat. Kepemilikan oleh manajeman dapat digunakan sebagai alat kontrol dalam menjalan operasi perusahaan yang lebih baik. Manajemen akan lebih peduli terhadap perusahaan karena mereka juga sebagai pemilik perusahaan tersebut. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa probabilitas variable DKI adalah sebesar 0.7407 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen dengan kinerja perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa fungsi kontrol yang seharusnya dilakukan oleh komisaris mungkin tidak berjalan efektif. Keberadaan dewan komisaris independen tidak efektif dan belum mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yermack, 1996), dan Tri SN, et al, 2010 yang menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif pada kinerja. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen belum dapat mengurangi perilaku opportunis manajemen sehingga kinerja perusahaan belum dapat ditingkatkan. Pengaruh komite audit terhadap kinerja perusahaan Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa probabilitas variable KA adalah sebesar 0.1827 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara keberadaan komite audit dengan kinerja perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit belum dapat meningkatkan corporate performance. Keberadaan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat formalitas dan memenuhi persyaratan undang-undang. KESIMPULAN Penelitian ini didesain untuk menguji secara empiris pengaruh antara efisiensi value added intellectual capital, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 107
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja perusahaan. Dari pengujian yang dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Value added intellectual capital efficiency mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan profitabilitas yaitu ROA. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan intellectual capital yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Value added intellectual capital dalam penelitian ini adalah gabungan dari value added dari capital employee, human capital, dan structural capital, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan sumberdaya perusahaan, personal skill dari setiap pegawai dan penggunaan teknologi informasi secara efisien yang akan menciptakan value added dan meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat meningkat jika lembaga institusi mampu menjadi alat pemonitoran yang efektif. Dengan adanya kepemilikan institusional maka akan dapat mengurangi konflik kepentingan diantara manajemen dengan pemilik perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate performance. Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial maka akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan semakin tingginya kepemilikan manajerial maka manajemen akan lebih bertanggungjawab terhadap hasil operasi perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga akan semakin meningkat. 3. Tidak terdapat pengaruh antara proporsi dewan komisaris independen dengan kinerja perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa fungsi kontrol yang seharusnya dilakukan oleh komisaris mungkin tidak berjalan efektif. Keberadaan dewan komisaris independen tidak efektif dan belum mampu meningkatkan corporate performance. 4. Tidak terdapat pengaruh antara keberadaan komite audit dengan kinerja perusahaan Hasil ini mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit belum dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Keberadaan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat formalitas dan memenuhi persyaratan undang-undang. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan literature review tentang tidak validnya ATO dan MB sebagi proksi dari kinerja perusahaan. Banyak penelitian menggunakan ROA sebagai proksi dari kinerja perusahaan. Nora Riyanti Ningrum (2012) menggunakan kinerja keuangan sebagai variabel dependen yang di proksikan dengan profitabilitas return on assets (ROA). ROA lebih dipilih daripada return on equity (ROE) karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah salah satu komponen dari VACA. Wahyuni Agustina (2015) dalam penelitiannya menggunakan proksi ROA sebagai ukuran kinerja perusahaan tetapi tetapi tidak disebutkan alasan secara mendalam mengapa menggunakan ROA sebagai proksi untuk kinerja keuangan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji tentang kinerja perusahaan yang diproksikan selain dengan ROA. Selain itu, disarankan juga untuk menambah jumlah sampel penelitian dan memperluas periode pengamatan agar dapat lebih menggambarkan kondisi factor-faktor yang berpengaruh terhadap corporate performance misalnya tidak hanya perusahaan sector perbankan tetapi perusahaan sector keuangan . Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan untuk menambah variable lainnya seperti
ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 108
Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta Invesment Challenges And Opportunities In Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community
Surakarta, 27 September 2016
pengungkapan CSR, ROE dan Karakteristik komite audit sebagai variable yang mempengaruhi kinerja perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Anderson, R.C., Mansi, S.A., Reeb, D.M., 2004. “Board characteristics, accounting report integrity, and the cost of debt”. Journal of Accounting and Economics 37, 315–342 Bontis, N. (1998). Intellectual Capital: An Exploratory Study That Develops Measures and Models. Management Decision, 36(2), 63-76. Bontis, N. Keow, W. C. C. and Richardson, S. (2000). Intellectual Capital and Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital, 1(1), 85-100. Bernard S. Black, Hasung Jang, Woochan Kim. 2003. Does Corporate Governance Affect Firm Value? Evidence From Korea Bjuggren at al,. 2007. Institutional Ownership and Returns on Investment. The Ratio Institute, P.O. Box 3203, SE-103 64 Stockholm, Sweden and Department of Economics, School of Technology and Business Studies, Dalarna University, SE-781 88 Borlänge, Sweden. Beasley., Mark. S, 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between the Board od Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review Vol.71 No.4 October 1996, pp. 443-465. Chen, M.-C., S.-J. Cheng, & Y. Hwang. (2005). An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firms’ market value and financial performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176. Forum for Corporate Governance in Indonesia. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid 11. Firer, S., & S. M. Williams. (2003). Intellectual capital and traditional measures of corporate performance. Journal of Intellectual Capital, 4(3), 348-360 Guthrie, J. (2001), “The management, measurement and reporting of intellectual capital”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 2 No. 1, pp. 27-41. Ghozali, I. 2005. Multivariate dengan program SPSS. Semarang. Badan Peneliti Universitas Diponegoro. Irham Fahmi. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,Agency Costs And Ownership Structure”. Jurnal of Financial Economics Vol.3No. 4. Klapper, Leora F. and Inessa Love (2002), “Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Markets,” World Bank Working Paper. Kubo, I., and A. Saka. 2002. “An inquairy into the motivations of knowledge workers in the Japanese financial industry”. Journal of Knowledge Management. Vol. 6 No. 3. pp. 262-271. Low, J., and Kalafut. (2002). Invisible Advantage – How Intangibles are Driving Business Performance.. Perseus Publishing, Cambridge. Nora Riyanti Ningrum & Shiddiq Nur Rahardjo (2012) DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-15 http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting
ISBN : 978‐979‐1230‐36‐0 | Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta 109