Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 177
Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi Vs Bermain Peran dan Sikap Siswa terhadap Pengetahuan dan Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam
Muhammad Zulfikar Syuaib Teknologi Pembelajaran-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Email:
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian untuk mendapatkan temuan secara empirik tentang: 1) keefektifan bentuk pengajaran pada siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam; 2) bentuk pengajaran antara siswa bersikap positif dan bersikap negatif terhadap bencana alam, dengan hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam; 3) interaksi antara sikap siswa dengan siswa yang belajar strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam. Jenis penelitian ini adalah desain eksperimen kuasi versi faktorial 2 x 2 Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design dengan populasi penelitian siswa kelas V SD, untuk matapelajaran IPA, di Kota Bima, Provinsi NTB. Instrumen yang digunakan adalah instrumen sikap siswa terhadap bencana alam, instrumen pengetahuan tentang bencana alam, dan instrumen kesiapsiagaan tentang bencana alam. Instrumen tersebut telah diujicoba dan divalidasi. Data hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan inferential. Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan signifikan pengaruh sikap siswa berbeda terhadap hasil belajar pengetahuan tentang bencana alam, dengan siswa bersikap negatif lebih akomodatif daripada siswa bersikap positif. Ada perbedaan signifikan pengaruh strategi pembelajaran berbeda terhadap hasil belajar kesiapsiagaan tentang bencana alam, dengan siswa yang belajar dengan strategi bermain peran lebih akomodatif daripada pembelajaran simulasi. Kata kunci: strategi pembelajaran simulasi, strategi pembelajaran bermain peran, sikap siswa terhadap bencana alam, pengetahuan mitigasi bencana alam dan kesiapsiagaan mitigasi bencana alam
Letak geografis Negara Republik Indonesia yang dilalui oleh dua lempeng benua yaitu lempeng Eurasian dan lempeng Indo-Australia, sehingga dapat dikatakan negara Republik Indonesia berada di wilayah rawan bencana alam. Jika aliran konveksi panas pada mantel bumi meningkat, maka lempang bumi akan bergerak. Pergerakan dua lempang tersebut dapat saling bertumbukan atau saling menjauhi. Akibat pergeseran tersebut dapat menyebabkan terjadinya bencana alam gempabumi yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa. Undangundang nomor 24 tahun 2007. Pengalaman dari beberapa peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia, berdampak pada kerugian bagi kehidupan masyarakat seperti rusaknya rumah, rusaknya fasilitas umum, hilangnya harta benda dan bahkan sampai menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak, seperti pada peristiwa bencana alam di Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004.
Dampak lain dari peristiwa bencana alam khususnya di bidang pendidikan adalah rusaknya sarana dan prasana belajar yang ada, seperti gedung sekolah. Pemerintah dan masyarakat telah bekerja keras melakukan upaya-upaya pengurangan resiko (mitigasi) namun terbukti upaya-upaya ini belum mampu untuk mengatasi dampak bencana alam secara holistik. Pada pembelajaran di sekolah-sekolah tentang kebencanaan yang melibatkan siswa dengan sikap terhadap bencana alam yang berbeda, memberikan pengaruh yang sangat bergantung pada kepedulian atau ketidaksukaan siswa terhadap objek psikologi bencana alam tersebut. Evaluasi yang dilakukan individu terhadap berbagai objek yang diamati ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aiken, (2008) bahwa sikap adalah a learned predisposition to respond in a consistently favorable or un favorable manner with respect to a given object. 177
178
JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 177-189
Materi kebencanaan dapat disampaikan di sekolah-sekolah yang rentan terhadap bencana alam, dengan beberapa strategi pembelajaran sosial yaitu: strategi pembelajaran simulasi, bermain peran, kooperatif, inquiry, discovery, terpadu dan sebagainya. Dari beberapa strategi pembelajaran tersebut, strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran ini menjadi pilihan peneliti untuk diterapkan pada pembelajaran kebencanaan di sekolah daerah rawan bencana alam. Pendekatan model pembelajaran sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain, (Uno, 2007). Pada dimensi konstruktivis pembelajaran lebih banyak menekankan pada proses dan diarahkan meladeni pertanyaan atau pandangan siswa sehingga aktivitas belajar lebih didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif, dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis seperti analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi dan menghipotesis (Degeng, 2008), Gerlach dan Ely (1980) mengatakan strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik. Dick dan Carey (2001) menjelaskan pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan penelitian adalah: (1) mendapatkan temuan secara empirik tentang keefektifan bentuk pengajaran pada siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam; (2) mendapatkan temuan secara empirik tentang bentuk pengajaran antara siswa bersikap positif dan bersikap negatif, terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam; (3) mendapatkan temuan secara empirik interaksi antara sikap siswa dengan siswa yang belajar strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam. Pengaruh strategi pembelajaran terhadap pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam, (Miarso, 2005) memberikan pengertian pembelajaran adalah proses intraksi antara siswa dengan guru, sumber belajar, lingkungan, dan sarana pendidikan untuk mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif. Situasi-situasi dapat menstimulasi kemampuan individu melalui pengalaman belajar sedemikian rupa
sehingga siswa dapat mengubah perilakunya. Prosesproses yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam perilaku dan kemampuan-kemampuan tertentu disebut belajar. Pada situasi yang menentukan dampak terhadap proses ini disebut situasi belajar. Situasi belajar meliputi situasi yang berada di luar dan dari dalam diri siswa. Situasi yang terdapat di luar diri si belajar disebut situasi eksternal, yang terdapat dalam diri si belajar dikatakan sebagai situasi internal. Siswa yang memiliki kemampuan atau kapabilitas internal dan distimulasi atau disajikan dengan informasi tentang peristiwa atau bencana alam, secara potensial mereka berada dalam situasi belajar dan memungkinkan mempelajari informasi tersebut. Sebaliknya jika siswa memperoleh informasi tersebut sebagai bagian dari situasi belajar eksternal, tetapi tidak memiliki akses internal, maka siswa tidak akan mempelajari apa yang dipresentasikan. Siswa akan mudah mempelajari sesuatu, jika ia mempelajari sesuatu itu secara berhubungan, berulang, dan mendapatkan penguatan (Setyosari, 2001). Von Gatserfeld (dalam Paul, 1996) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan, yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengataman yang satu dari pada lainnya. Dari beberapa strategi pembelajaran tersebut dan berdasarkan kriteria pembelajaran untuk mengkonstruk pengetahuan, maka strategi pembelajaran sosial menjadi pilihan sebagai pembelajaran di daerah rawan bencana alam. Dengan pendekatan pembelajaran yang tergolong strategi ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Strategi-strategi ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokrasi dan bekerja secara produktif dalam masyarakat dalam belajar. Pengaruh sikap siswa terhadap pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam, sikap sosial terbentuk dengan adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial lainnya. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Inter-
Volume 1, Nomor 2, Juni 2013
Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 179
aksi sosial dalam kegiatan pembelajaran adalah individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapi dalam pembelajaran. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu itu sendiri. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam pembelajaran tentang kebencanaan adalah pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan siswa terhadap stimulus lingkungan sosial misalnya, peristiwa bencana alam, respon yang terjadi pada dirinya menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap untuk dapat mempunyai tanggapan, dan penghayatan seseorang yang mempunyai pengalaman berkaitan dengan bencana alam atau objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif, itu akan tergantung pada berbagai faktor lain. Pada penelitian ini batasan pengertian siswa bersikap positif dan bersikap negatif terhadap bencana alam dibedakan atas kesukaan dan kepedulian siswa terhadap bencana alam khususnya gempabumi. Pengertian sikap ini mengandung komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif, dan sikap merupakan kecendrungan siswa bertindak kearah atau menolak suatu faktor lingkungan. Middlebrook, (1974) tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu bencana alam atau objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek bencana alam merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan (simultan) dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersipat permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar diuraikan oleh Slamento (1987). Perubahan perilaku pada siswa, dalam konteks pengajaran merupakan produk dan usaha guru melalui pembelajaran. Dapat dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing siswa memperoleh perubahan dan pengembangan skill (ke-
terampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge (pengetahuan). METODE
Pada penelitian ini variabel yang diamati hubungan dan interaksinya adalah: (1) strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, sebagai variabel bebas; (2) sikap siswa terhadap bencana alam, sebagai variabel moderator; (3) sedangkan pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam, masing-masing variabel terikat. Bentuk desain eksperimen ini adalah pretest-postest non equivalent control group (Tuckman, 1999), (Sukardi, 2003), (Ary, 2002) dan (Setyosari, 2010) ini merupakan modifikasi dari desain true experimental. Paradigma hubungan antar variabel dikenal dengan ganda dua variabel terikat dan dua variabel bebas, juga terdapat variabel moderator, hubungan antar variabel-variabel selanjutnya dianalisis dengan MANOVA. Rancangan eksperimen faktorial merupakan metode untuk menyelidiki secara serempak pengaruh dua atau lebih variabel perlakuan terhadap kelompok subjek yang diteliti (Setyosari, 2010). Dengan menggunakan rancangan eksperimen faktorial 2 x 2 ini semua hipotesis seperti pada bagian pendahuluan dapat diuji satu persatu (Ary, 2002). Variabel penelitian, pada penelitian ini ada tiga variabel yaitu: (1) variabel bebas strategi pembelajaran simulasi dan strategi pembelajaran bermain peran; (2) Variabel terikat pengetahuan tentang bencana alam dan kesiapsiagan tentang bencana alam; (3) Variabel moderator sikap positif siswa dan sikap negatif siswa terhadap bencana alam. Subjek Penelitian, pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah dengan memilih siswa sekolah dasar negeri di Kota Mataram sebagai tempat uji coba instrumen dan di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat sebagai lokasi penelitian. Jumlah kelas yang dijadikan subjek penelitian yaitu: kelas V (Lima) sekolah dasar, dengan masing-masing empat kelas, dari sekolah yang berbeda. Pengumpulan data, pada tahapan ini pengumpulan data di berbagai lokasi penelitian yang telah ditentukan yaitu, di sekolah dasar di propinsi Nusa Tengara Barat. Pada pengumpulan data ini dibantu beberapa Guru-IPA dan Guru-Penjaskes yang mengajar di sekolah tersebut, mereka membantu melaksanakan pengambilan data. Analisis Data, semua data hasil pengukuran kemudian dilakukan uji prasyarat analisis, diantaranya: uji normalitas dan uji homogenitas varians. Selain uji prasyarat analisis, juga dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis multivariant
180
JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 177-189
(MANOVA) dua faktor. Semua data dari lapangan diolah dengan batuan perhitungan analisis dan diproses dengan program komputer, menggunakan software analisis statistik SPSS for Windows. HASIL & PEMBAHASAN
Deskripsi Umum Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisa data, dilakukan penskoran hasil pengukuran untuk setiap variabel antara lain: sikap siswa terhadap bencana alam, pretes-postes pengetahuan tentang bencana alam, pretes-postes kesiapsiagaan tentang bencana alam. Hasil tes sikap siswa diujikan pada dua kelompok siswa sebelum perlakuan, yaitu: kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran simulasi dan kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran bermain peran. Pembelajaran itu berlangsung pada dua sekolah tersebut. Selanjutnya memilih kelas sebagai sampel dalam penelitian ini, setiap sekolah terdiri dari 2 kelas untuk dua kelompok strategi pembelajaran berbeda. Penentuan kelompok siswa bersikap positif dan bersikap negatif pada sampel didasarkan pada ratarata skor (mean) hasil tes, yaitu: Skor subjek e” skor rata-rata mean dinyatakan siswa bersikap positif dan skor rata-rata mean > skor subjek dinyatakan siswa bersikap negatif. Dari data rata-rata skor sikap siswa dari dua kelompok strategi pembelajaran relatif sama dan dapat disimpulkan sama. Deskripsi Pengetahuan tentang Bencana Alam Data hasil pretes pengetahuan tentang bencana alam sebelum perlakuan, berdasarkan kelompok strategi pembelajaran, dan berdasarkan kelompok sikap siswa. Data hasil rata-rata pretes pengetahuan tentang bencana alam pada kelompok strategi pembelajaran relatif sama. Selisih terbesar (9.1064)(10.5102). Sedangkan untuk pengelompokkan menurut sikap siswa terdapat selisih (8.5778)-(10.9216). Dari data hasil rata-rata postes pengetahuan tentang bencana alam menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan dengan strategi pembelajaran yang berbeda yakni: (16.0000) - (15.9592). Secara berturut-turut dari kelompok simulasi dan bermain peran. Selisih rata-rata sikap positif dan negatif siswa adalah. (15.2667) (16.6078). Demikian pula menurut sikap siswa terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok negatif dan positif. Visualisasi rata-rata skor pretes-postes penge-
tahuan tentang bencana alam siswa di setiap kelompok strategi pembelajaran seperti pada Gambar 1. Hasil rata-rata skor pengetahuan tentang bencana alam dari pretes ke postes meningkat pada strategi pembelajaran simulasi adalah 6.894 dan strategi pembelajaran bermain peran adalah 5.449. Visualisasi skor rata-rata pretes-postes pengetahuan tentang bencana alam, dengan kelompok siswa bersikap positif dan negatif disajikan pada Gambar 2. Deskripsi Kesiapsiagaan Bencana Alam Hasil pretes kesiapsiagaan bencana alam sebelum perlakuan dengan pengelompokan berdasarkan strategi pembelajaran, hasil rata-rata pretes kesiapsiagaan tentang bencana alam kedua kelompok perlakuan strategi pembelajaran tidak terdapat perbedaan (37.000)-(37.000) antara kelompok simulasi dan bermain peran. Sedangkan data hasil rata-rata pretes kesiapsiagaan tentang bencana alam berdasarkan sikap siswa, selisih rata-rata antara kelompok positif dan negatif adalah (37.3333)-(36.0526). Data hasil rata-rata postes kesiapsiagaan tentang bencana alam pengelompokan berdasarkan strategi pembelajaran terlihat perbedaan yang cukup signifikan: perbedaan antara simulasi dan bermain peran sebesar (40.0426)( 45.0000). Untuk pengelompokan berdasarkan tingkat sikap siswa, perbedaan rata-rata skor antara kelompok sikap siswa positif dan negatif sebesar (42.4000)-( 42.7255). Visualisasi pretes-postes ratarata skor kesiapsiagaan tentang bencana alam siswa disetiap strategi pembelajaran, disajikan pada Gambar 3. Skor rata-rata kesiapsiagaan bencana alam, dari pretes ke postes pada setiap strategi pembelajaran mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor kesiapsiagaan bencana alam adalah (37.0000) dan (42.5729). Visualisasi skor rata-rata pretes-postes kesiapsiagaan tentang bencana alam siswa pada setiap kelompok sikap siswa, disajikan pada Gambar 4. Hasil rata-rata skor kesiapsiagaan bencana alam siswa pada kelompok sikap siswa positif (42.4000) sedikit lebih rendah dibanding pada kelompok sikap negatif siswa (42.7277). Sebelum dilakukan analisis dengan MANOVA, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yang meliputi: uji normalitas data dan uji homogenitas varian antar kelompok. Uji normalitas dan homogenitas tersebut dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS for Windows. Uji Normalitas Data Postes, Uij normalitas data postes dilakukan terhadap data pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam. Pengujian dilakukan menggunakan tes Kolmogorov-Smimova dan
Volume 1, Nomor 2, Juni 2013
Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 181
Gambar 1, 2. Rata-Rata Skor Pretes-Postes Pengetahuan tentang Bencana Alam berdasarkan kelompok Strategi Pembelajaran dan Sikap Siswa terhadap Bencana Alam
Gambar 3, 4. Visualisasi Skor Rata-Rata Pretes-Postes Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam Berdasarkan kelompok Strategi Pembelajaran dan Sikap Siswa terhadap Bencana Alam
Gambar 5, 6. Skor Rata-Rata Pengetahuan dan Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam Berdasarkan Kelompok Strategi Pembelajaran dan Sikap Siswa terhadap Bencana Alam tes Shapiro-WiIk. Santoso, (2010) dasar pengambilan keputusan dengan kriteria pengujian atau adalah: bila nilai probabilitas (sig.) < 0.05 maka distribusi data tidak normal, bila nilai probabilitas (sig.) > 0.05 maka distribusi data normal. Hasil tes Kolmogorov_ Semirnova dan tes Shapiro-WiIk untuk data pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam dengan pengelompokan berdasarkan strategi pembelajaran menunjukkan P (sig.) > 0.05 (H0 diterima) berarti terdistibusi normal. Untuk data pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam dengan kelompok
berdasarkan sikap siswa, yang diolah dengan uji normalitas dua sample nonprametrik, hasil postes menunjukkan bahwa data pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam terdistribusi normal. Uji Homogenitas Varian Data Postes. Uji homogenitas varian antar kelompok ini bertujuan untuk memeriksa kesamaan varian antar kelompok berdasarkan strategi pembelajaran dan antar kelompok berdasarkan sikap siswa. Hasil uji homogenitas variabel terikat dengan pengelompokan berdasarkan strategi pembelajaran. Pengujian homogenitas varian an-
182
JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 177-189
tar kelompok menggunakan statistik levene,s test of equality of error variance. Tes Levene adalah tes hipotesis nol (kesamaan) varian error antar kelompok. Hipotesis (H0) diterima jika P(sig.) > 0.05 maka disimpulkan data variabel terikat berasal dari kelompok berdasarkan strategi pembelajaran dan berdasarkan sikap siswa adalah homogen. Berdasarkan hasil uji homogenitas perkelompok dan per variabel menunjukkan signifikansi P(sig.) > 0.05. Oleh karena itu disimpulkan bahwa homogen varian antar kelompok adalah homogen untuk kedua variabel terikat. Dengan demikian data dapat dianalisis lebih lanjut dengan Manova. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk pembuktian secara statistik, apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau ditolak. Dengan menggunakan uji hipotesis Manova, variabel yang dibandingkan lebih dari satu variabel terikat. Hasil analisis MANOVA hasil uji analisis multivariat seperti pada Tabel 1, dan test of between-effects subjects pada Tabel 2. Pengelompokkan berdasarkan strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, Berdasarkan hasil analisis multivariat yang disajikan pada Tabel 1 memperlihatkan Hasil uji dengan prosedur Pillai’s Trace, Wilks’ Lamda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root, semua menunjukkan angka signifikan P(sig) = 0.000 < 0.05. Dengan demikian H0 ditolak, ini berarti variabel pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada strategi pembelajaran yang berbeda. Pada Tabel 2 yang memperlihatkan data strategi pembelajaran terhadap variabel terikat pengetahuan tentang bencana alam, diperoleh (Fhitung = 0.842) < (FTabel =3.965) dengan (P (sig.) = 0.361 > 0.05) berarti H0 diterima. Hasil ini menguatkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan tentang bencana alam untuk strategi pembelajaran yang berbeda (simulasi dan bermain peran) tidak sesuai dengan hipotesis penelitian (Hipotesis 1). Untuk variabel terikat kesiapsiagaan tentang bencana alam, diperoleh (Fhitung =111.717) > (FTabel = 3.965) dengan (P (sig.) = 0.000 < 0.05) berarti H0 ditolak. Hasil ini menguatkan perbedaan yang signifikan pada kesiapsiagaan bencana alam untuk strategi pembelajaran yang berbeda (simulasi dan bermain peran) sesuai dengan hipotesis penelitian.
Pengelompokan Berdasarkan Siswa Bersikap Negatif dan Positif Tabel 1 memperlihatkan hasil uji dengan prosedur Pillais Trace, Wilks Lamda, Hotelling’s Trace, Dan Roy’s Largest Root, semua menunjukkan angka signifikan P(sig) = 0.002 < 0.05, ini berarti H0 ditolak. ini berarti variabel pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada sikap siswa yang berbeda. Pada Tabel 2, yang memperlihatkan source strategi pembelajaran terhadap variabel terikat pengetahuan tentang bencana alam, diperoleh (Fhitung = 12.971) > (FTabel =3.965) dengan P (sig.) = 0.001 < 0.05 berarti H0 ditolak. Hasil ini menguatkan adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan tentang bencana alam untuk strategi pembelajaran yang berbeda (simulasi dan bermain peran) sesuai dengan hipotesis penelitian. Untuk variabel terikat kesiapsiagaan bencana alam, diperoleh (Fhitung = 2.302) < (FTabel = 3.965) dengan (P (sig.) =0.133 > 0.05) berarti H0 diterima. Hasil ini menguatkan tidak adanya perbedaan signifikan pada kesiapsiagaan tentang bencana alam untuk strategi pembelajaran yang berbeda. Profil pencapaian rata-rata skor pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam antara kelompok berdasarkan strategi pembelajaran seperti pada Gambar 5 dan antar kelompok berdasarkan sikap siswa seperti pada Gambar 6. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Sikap Siswa Tabel 1 memperlihatkan hasil uji dengan prosedur PiIIai’s Trace, Wilks Lamda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root, pada effect (Strategi_Pembelajaran*Sikap) dengan (p(sig.)) = 0.224 >0.05) ini berarti H0 diterima ini berarti variabel pengetahuan dan kesiapsiagaan bencana alam menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada strategi pembelajaran yang berbeda dan sikap siswa yang berbeda. Tabel 2 yang memperlihatkan source sikap siswa dan strategi pembelajaran terhadap variabel terikat pengetahuan tentang bencana alam, diperoleh (Fhitung = 1.396 < 3.965) dengan (p(sig.) = 0.249 > 0.05) H0 diterima. Hasil ini berarti tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran (simulasi dan bermain peran) dan siswa bersikap (positif atau negatif) terhadap pencapaian pengetahuan. Untuk variabel terikat
Volume 1, Nomor 2, Juni 2013
Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 183
Tabel 1. Hasil Uji Analisis Multivariat Multivariate Testsb Effect
Value
Intercept
Pillai's Trace Wilks' Lambda
Strategi_ Pembelajaran
Sikap_ Siswa
Hypothesis df
Error df
Sig.
22711.487a
2.000
91.000
.000
.002
22711.487
a
2.000
91.000
.000
a
Hotelling's Trace
499.154
22711.487
2.000
91.000
.000
Roy's Largest Root
499.154
22711.487a
2.000
91.000
.000
Pillai's Trace
.553
56.398
a
2.000
91.000
.000
Wilks' Lambda
.447
56.398a
2.000
91.000
.000
Hotelling's Trace
1.240
56.398
a
2.000
91.000
.000
Roy's Largest Root
1.240
56.398a
2.000
91.000
.000
.128
6.670
a
2.000
91.000
.002
a
Pillai's Trace
Strategi_ Pembelajaran * Sikap_Siswa
F .998
Wilks' Lambda
.872
6.670
2.000
91.000
.002
Hotelling's Trace
.147
6.670a
2.000
91.000
.002
Roy's Largest Root
.147
6.670
a
2.000
91.000
.002
Pillai's Trace
.032
1.521a
2.000
91.000
.224
.968
1.521
a
2.000
91.000
.224
a
2.000
91.000
.224
2.000
91.000
.224
Wilks' Lambda Hotelling's Trace
.033
1.521
Roy's Largest Root
.033
1.521a
a. Exact statistic b. Design: Intercept + Strategi_Pembelajaran + Sikap_Siswa + Strategi_Pembelajaran * Sikap_Siswa
Tabel 2. Tests of Between - Subjects Effects Tests of Between-Subjects Effects Source
Dependent Variable Corrected Model Intercept
Strategi_Pembelajaran Sikap_Siswa
Type III Sum of Squares df
Mean Square
Postes_Pengetahuan
50.282
3
16.761
4.764
.004
614.955b
3
204.985
37.677
.000
Postes_Pengetahuan
23108.731
1
23108.731
6568.299
.000
Postes_Kesiapsiagaan
166224.628
1
166224.628
30552.651
.000
Postes_Pengetahuan
2.962
1
2.962
.842
.361
Postes_Kesiapsiagaan
607.810
1
607.810
111.717
.000
Postes_Pengetahuan
45.636
1
45.636
12.971
.001
Postes_Kesiapsiagaan
12.525
1
12.525
2.302
.133
Postes_Pengetahuan
4.736
1
4.736
1.346
.249
2.384
.126
Postes_Kesiapsiagaan
12.968
1
12.968
Error
Postes_Pengetahuan
323.676
92
3.518
Postes_Kesiapsiagaan
500.535
92
5.441
Postes_Pengetahuan
24886.000
96
Postes_Kesiapsiagaan
175111.000
96
Postes_Pengetahuan
373.958
95
Postes_Kesiapsiagaan
1115.490
95
Corrected Total
Sig.
Postes_Kesiapsiagaan
Strategi_Pembelajaran * Sikap_Siswa
Total
F
a
a. R Squared = .134 (Adjusted R Squared = .106) b. R Squared = .551 (Adjusted R Squared = .537)
184
JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 177-189
kesiapsiagaan bencana alam, diperoleh (F hitung = 2.384 < FTabel =3.965) dengan (p (sig.) = 0.126> 0.05) H0 diterima. Hasil ini berarti tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran (simulasi dan bermain peran) dan siswa bersikap (positif atau negatif) terhadap pencapaian pengetahuan dan kesiapsiagaan. Interaksi antara strategi pembelajaran dengan sikap siswa dapat dilihat pada plot estimasi marginal means postes pengetahuan tentang bencana alam yang disajikan Gambar 7 dan interaksi antara strategi pembelajaran dengan sikap siswa dapat dilihat pada plot estimasi marginal means postes kesiapsiagaan pada Gambar 8. Data diperoleh dari hasil analisis multivariate untuk interaksi strategi pembelajaran dan sikap siswa. Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran terhadap Pengetahuan tentang Bencana Alam Menunjukkan bahwa hasil belajar pengetahuan tentang bencana alam siswa antara kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran adalah tidak ada perbedaan pengaruh secara signifikan. Berdasarkan analisis deskripsi postes hasil belajar pengetahuan tentang bencana alam. Pemilihan strategi pembelajaran sosial (simulasi dan bermain peran) dalam kegiatan belajar dan selama proses pembelajaran, dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang dihadapi. Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran dan perumusan tujuan kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai strategi yang re-
levan selama proses pembelajaran berlangsung. Strategi pembelajaran sosial dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang menekankan hubungan individu dengan individu atau individu dengan masyarakat. Strategistrategi ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan individu lainnya, yang terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Beberapa strategi pembelajaran sosial adalah strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran. Pada penelitian ini peneliti lebih menekankan perspektif kognitif ini tentang bagaimana siswa mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir, seperti pada kesiapsiagaan bencana alam. Strategi pembelajaran pengolahan informasi merupakan salah satu strategi pembelajaran dari teori perspektif belajar yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer. Kerja memori manusia berfungsi sebagai sistem penyimpanan ingatan: memori sensori; memori kerja dan memori jangka panjang. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan; mengutamakan proses; menanamkan pembelajaan dalam konteks pengalaman sosial; pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman. Hakikat pembelajaran konstruktivistik (Brooks & Brooks dalam Degeng, 2007) mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman nyata, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakterturan. Atas dasar ini maka siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda
Gambar 7, 8. Profil Plot Estimasi Marginal Interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Sikap Siswa, terhadap Hasil Belajar Pengetahuan dan Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam Volume 1, Nomor 2, Juni 2013
Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 185
terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya masalah tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap pengetahuan tentang bencana alam antara kelompok siswa yang diajar strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, tidak ada perbedaan secara signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa kedua strategi pembelajaran memberikan peluang yang sama bagi siswa untuk mengeksplorasi dan meningkatkan pengetahuan tentang bencana alam. Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran terhadap Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam Menunjukkan bahwa hasil belajar kesiapsiagaan tentang bencana alam siswa antara kelompok strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran adalah memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan. Berdasarkan deskripsi postes hasil belajar kesiapsiagaan tentang bencana alam antara kelompok strategi pembelajaran simulasi pengaruh lebih rendah dibandingkan kelompok strategi pembelajaran bermain peran. Pada strategi pembelajaran simulasi terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan penggunaan simulasi sebagai strategi mengajar. Kelebihan strategi pembelajaran ini di antaranya adalah simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam tentang pengetahuan bencana alam yang sesuai dengan situasi sebenarnya, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan dunia kerja, simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan; simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa, memperkaya pengetahuan tentang berbagai situasi sosial yang problematis; simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran. Sedangkan kelemahan strategi pembelajaran ini, di antaranya adalah: pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan, pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan dan faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi (Sanjaya, 2007). Dalam kehidupan nyata, setiap orang mempunyai cara yang unik dalam
berhubungan dengan orang lain. Masing-masing dalam kehidupan memainkan sesuatu yang dinamakan peran. Untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain sangatlah penting bagi kita untuk menyadari peran dan bagaimana peran tersebut dalam pembelajaran. Untuk kebutuhan ini, guru sebagai fasilitator mampu menempatkan siswa dalam posisi atau situasi (orang) lain dan mengalami/mendalami sebanyak mungkin pikiran dan perasaan orang lain tersebut. Kemampuan ini adalah kunci bagi setiap individu untuk dapat memahami dirinya dan orang lain yang pada akhirnya dapat berhubungan dengan orang lain. Hal yang banyak bermanfaat bagi siswa pada saat peristiwa yang sebenarnya terjadi, misalnya bencana alam atau peristiwa lain yang melibatkan orang lain. Siswa akan mendapatkan diri dalam suatu situasi dengan begitu banyak peran terjadi terutama dalam lingkungan keluarganya (tempat tinggal), dan lingkungan sekolahnya. Pada penerapan bermain peran ini, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengenal perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Siswa memperoleh cara berperilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah. Dalam penelitian ini ingin mengetahui kesiapsiagaan siswa tentang bencana alam atau (preparedness). Kesiapsiagaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam paradigma ini, setiap individu, masyarakat di daerah diperkenalkan dengan berbagai ancaman yang ada di wilayahnya, bagaimana cara mengurangi ancaman (hazards) dan kerentanan (vulnerability) yang dimiliki, serta meningkatkan kemampuan (capacity) masyarakat dalam tentang setiap ancaman. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap kesiapsiagaan tentang bencana alam antara kelompok siswa yang diajar strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, ada perbedaan secara signifikan. Namun bila dilihat pada deskripsi data kedua kelompok tersebut, terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara keduanya, dengan hasil belajar kesiapsiagaan kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran bermain peran lebih berpengaruh daripada strategi pembelajaran simulasi. Hal ini menggambarkan bahwa bermain peran memberikan peluang siswa untuk mengeksplorasi kesiapsiagaanya lebih baik.
186
JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 177-189
Pengaruh Sikap Siswa terhadap Pengetahuan dan Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam Hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam dalam penelitian ini, sebagai objek evaluasi tidak hanya bidang kognitif, tetapi juga hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Untuk melengkapi penilaian hasil belajar kognitif, berikut ini dijelaskan tipe hasil belajar afektif dan psikomotoris. Pada ranah afektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan terjadi perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif mendapat perhatian masih kurang dari kalangan guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata untuk hasil belajar saja. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif saja seharus menjadi bagian integral dari pengetahuan dan kesiapsiagaan bencana alam tersebut. Nampak dalam pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa, seperti pada hasil belajar siswa dengan sikap siswa yang berbeda. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar siswa. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang yang kompleks (Bloom,1976). Pembentukan dan perubahan sikap timbul karena ada stimulus (dalam pembelajaran di kelas atau peristiwa alam yang pernah terjadi dan mempengaruhi hidupnya). Terbentuknya suatu sikap positif atau negatif itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial baik itu lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Dalam hal ini keluarga dan guru mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap siswa tersebut. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap ini bukan berarti orang tidak bersikap. Siswa yang diam merupakan bentuk dari bersikap. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan atau kelompoknya. Hal ini mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia dari guru dan orang tua, terhadap objek tertentu atau ligkungannya. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah (1) faktor
intern dari manusia itu sendiri; (2) faktor ekstern dari manusia dan lingkungannya. Beberapa penelitian memberikan jawaban terhadap pembentukan dan perubahan sikap yang lebih berpengaruh setelah belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam. Bencana alam adalah sebagai objek yang dihadapi siswa terhadap lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada diri siswa tidak terlepas dari faktor intern siswa dan dari diri siswa itu sendiri setelah mendapatkan pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar pengetahuan antara kelompok siswa yang bersikap negatif lebih tinggi daripada kelompok siswa bersikap positif terhadap bencana alam. Sedangkan untuk hasil belajar kesiapsiagaan tentang bencana alam tidak terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok siswa yang bersikap positif dan kelompok siswa bersikap negatif, Hal ini membuktikan bahwa kajian penilaian hasil belajar siswa, tidak hanya dari unsur atau rana kognitif saja tapi perlunya penilain dari ranah afetif dan psikomotorik juga. Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dan Sikap Siswa terhadap Pengetahuan dan Kesiapsiagaan tentang Bencana Alam Horward kingsley, (1946) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan citacita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne, (1985) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom (1976) secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan per-
Volume 1, Nomor 2, Juni 2013
Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 187
septual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pada penelitian ini ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam. Untuk ranah kognitif peneliti banyak menekankan pada hasil belajar aplikasi. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk teknis, dengan menerapkan beberapa abstraksi ke dalam situasi baru. Selain itu mengulangulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Penilaian pada ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Peneliti melihat bahwa bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif belum mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku selama pembelajaran, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Sekalipun pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam ini berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut. Ini tampak jelas dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Seperti pada sikap siswa terhadap bencana alam. Pada hasil belajar ranah psikomotiris juga tampak jelas dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak secara individu dan berkelompok dalam melakukan kesiapsiagaan tentang bencana alam dan melakukan latihan kebencanaan. Tingkatan keterampilan yang tampak yakni: (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; (3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif; (4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan; (5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya
dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Carl Rogers, (1987) berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan. Dalam pembelajaran kebencanaan gempabumi di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penilaian. Persoalan hasil belajar ialah bagaimana menjabarkan tipe hasil belajar tersebut sehingga jelas apa yang seharusnya dinilai. Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan perasaan, minat dan perhatian, keinginan, penghargaan, manakala seseorang dihadapkan kepada objek tertentu. Unsur-unsur yang menjadi perhatian peneliti selama pembelajaran adalah bagaimana sikap siswa pada waktu belajar di sekolah, terutama pada waktu guru mengajar. Sikap tersebut dapat dilihat dalam hal seperti: (1) kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru-guru; (2) perhatiannya terhadap penjelasan guru; (3) keinginannya untuk mendengarkan dan mencaat uraian guru; (4) penghargaannya terhadap guru itu sendiri; dan (5) hasratnya untuk bertanya kepada guru. Sedangkan sikap siswa setelah pembelajaran selesai dapat dilihat dalam hal seperti: (1) kemauannya mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut; (2) kemauannya untuk menerapkan hasil pelajaran dalam latihan kehidupannya sesuai dengan tujuan dan isi yang terdapat dalam mata pelajaran tersebut; (2) senang terhadap guru dan materi kebencanaan yang diberikannya. Kondisi dan karakteristik siswa di atas merupakan ciri dari hasil belajar ranah afektif. Pada penelitian ini diperoleh suatu perubahan hasil belajar pada siswa yang bersikap negatif lebih besar daripada siswa dengan bersikap positif, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh strategi pembelajaran yang sesuai dengan objek pembelajaran bencana alam tersebut, secara tidak langsung dapat merubah sikap siswa. Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai (1) program atau objek yang menjadi sasaran penilaian; (2) objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan pembelajaran, dengan menunjukkan isi rumusan dari tujuan instruksional untuk menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai oleh siswa, berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya dengan strategi pembelajaran tertentu; (3) objek penilaian dapat dibedakan dalam beberapa kategori, antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Perubahan sikap yang terjadi pada siswa
188
JURNAL PENDIDIKAN HUMANIORA, HAL 177-189
dapat mempengaruhi sikap terhadap objek tertentu antara lain: (1) pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional; (2) pengaruh orang lain, yang dianggap penting; (3) pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah; (4) media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya; (5) lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, yang dapat meyakinkan tentang fenomena alam yang dapat mempengaruhi diri dan lingkungannya. Sehingga tidaklah mengherankan jika konsep kebencanaan tersebut dapat mempengaruhi sikap siswa. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan sikap siswa terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan bencana alam. Pengaruh strategi pembelajaran dan sikap siswa terhadap bencana alam ini pada hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan memiliki pengaruh yang sama secara signifikan. Hasil lain menunjukkan perbedaan hasil belajar untuk pengetahuan dipengaruhi oleh sikap siswa, dan hasil belajar untuk kesiapsiagaan dipengaruhi strategi pembelajaran. SIMPULAN & SARAN
Simpulan Hasil penelitian disimpulan sebagai berikut. (1) Tidak ada perbedaan signifikan pengaruh kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, terhadap hasil belajar pengetahuan tentang bencana alam. (2) Ada perbedaan signifikan pengaruh kelompok siswa yang memiliki sikap positif dan sikap negatif terhadap bencana alam, terhadap hasil belajar pengetahuan tentang bencana alam. (3) Tidak ada perbedaan signifikan pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan sikap siswa, terhadap hasil belajar pengetahuan tentang bencana alam. (4) Ada perbedaan signifikan pengaruh kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran simulasi dan bermain peran, terhadap hasil belajar kesiapsiagaan tentang bencana alam. (5) Tidak ada perbedaan signifikan pengaruh kelompok siswa yang memiliki sikap positif dan sikap negatif terhadap bencana alam, dengan hasil belajar kesiapsia-
gaan tentang bencana alam. (6) Tidak ada perbedaan signifikan pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan sikap siswa, terhadap hasil belajar kesiapsiagaan tentang bencana alam. Saran Saran untuk pemanfaatan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Bagi guru pembina di sekolah dasar adalah (a) dapat mempertimbangkan strategi pembelajaran bermain peran, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap tentang bencana alam; (b) memperhatikan sikap siswa terhadap suatu objek psikologis pembelajaran; (c) siswa perlu juga mendapatkan bekal (pengetahuan awal) dari materi untuk menghadapi bencana alam yang sebenarnya. (2) Bagi kepala sekolah, dan komunitas sekolah agar (a) dapat memfasilitasi, mengakomodasi hasil penelitian ini dalam penyusunan kurikulum di sekolah khususnya pontensi bencana alam di lingkungan sekolah; (b) memperhatikan sikap siswa terhadap objek psikologi. (3) Bagi guru pembina matapelajaran IPA yang membahas kebencanaan pada pokok bahasan “bumi dan antariksa”, memiliki karaktersitik yang identik dengan beberapa matapelajaran lainnya. Pengetahuan dan kesiapsiagaan terhadap bencana alam dapat diterapkan dalam mendesain standard operational procedure (SOP) sekolah. Saran untuk peneliti adalah sebagai berikut. (1) Diharapkan melakukan penelitian selanjutnya dengan menggabungkan strategi pembelajaran simulasi dengan pembelajaran bermain peran dan atau membandingkan dengan strategi pembelajaran lainnya dan menentukan materi sebaiknya berdasarkan potensi bencana yang lebih dekat dengan di lingkungan sekolah dan atau lingkungan tempat tinggal siswa. (2) Disarankan melakukan penelitian dengan menentukan sikap siswa yang lebih spesifik terhadap objek lainnya, seperti: sikap siswa terhadap bencana alam tanah longsor, banjir, tsunami dan atau lainnya. (3) Terkait hasil temuan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan sikap siswa terhadap hasil belajar pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang bencana alam. Menurut Degeng (2013) variabel pembelajaran, dan kondisi pembelajaran pada tingkat yang umum dapat diamati melalui keefektifan, efisiensi dan daya tarik. Agar diadakan penelitian yang berkaitan dengan keefektifan, efisiensi dan daya tarik pembelajaran seperti manajemen bencana alam di tingkat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Volume 1, Nomor 2, Juni 2013
Syuaib, Pengaruh Strategi Pembelajaran Simulasi vs Bermain Peran ... 189
DAFTAR RUJUKAN Aiken, Lewis., & Marnat, Gary. 2008. Psychological Testing and Assessment. Jakarta: Index. Ary D., Jacobs, L.C., & Razavieh, A. 2002. Introduction to Research in Education. United States: Wadsworth Thomson Learning. Uno, Hamzah B. 2007. Model pembelajaran (mencipta proses belajar Menagajar yang kreatif dan efektif). Jakarta: Bumi Aksara. Bloom, B. S. 1976. Human Characteristics and School Learning. New York: McGraw Hill Book Company. Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993. In Search of Understanding: The Case for Constructivist Classrooms. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Degeng, I.N.S. 2008. Desain Pembelajaran Menuju Pribadi Unggul Lewat Perbaikan Kualitas Belajar Mengajar. PPS-TP. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana. Degeng, I.N.S. 2013. Ilmu Pembelajaran, Klasifikasi Variabel untuk Pengembangan Teori dan Penelitian. Bandung:Aras Media. Dick, W. & Carey, L., Carey, J.O. 2001. The Systematic Design of Instruction (5th ed.), New York: Longman. Gagne, R.M. and Merril, M.D. 1990. Integrative Goals for Instructional Design. Educational Technology
Research and Development. New York: Holt, Rinehart and Winston. 38(1), 23-30. Gerlach, V.S., & Ely, D.P. 1980. Teaching & Media: A Systematic Approach (2nd Ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Incorporated. Greenwald, A. G. 1968. Cognitive learning, cognitive response to persuasion, and attitude change. In A. G. Greenwald, T. C. Brock, and T. M. Ostrom (Eds.), Psychological foundations of attitudes (pp. 147170). New York: Academic Press. Merril, M.D. 2007. A Task-Centered Instructional Strategy. Journal of Research on Technology in Education. 40(1), 5-22. Miarso, Y. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Middlebrook, P.N., 1974. Social Psychology and Modern Life, New York: Alfred A. Knopf, Inc. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Gramedia. Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenada Media Group. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.