P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pengaruh Sirup Ekstrak Daun dan Batang Kajajahi (Leucosyke capitellata Wedd.) terhadap Diare pada Mencit (The Effect of Extract Syrup of Kajajahi (Leucosyke capitellata Wedd.) Leaves and Stems to Diarrhea in Mice) Noor Cahaya, Hayatun Izma, Destria Indah Sari Program Studi Farmasi, FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan 70714 Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Ekstrak daun dan batang kajajahi mengandung senyawa tanin dan flavonoid yang beraktivitas sebagai antidiare. Diare umumnya diderita anak pada usia balita, maka diperlukan pengembangan sirup ekstrak daun dan batang kajajahi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh sirup ekstrak daun dan batang kajajahi terhadap konsistensi feses, frekuensi defekasi dan motilitas usus pada dosis 400 mg/kg, 500 mg/kg, 600 mg/kg. Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit galur Balb/C. Induksi menggunakan oleum ricini p.o. Konsistensi feses diamati dengan melihat bentuk feses. Frekuensi diare ditentukan dengan cara menghitung jumlah defekasi mencit selama 4 jam. Uji motilitas usus dilakukan dengan mengukur panjang perpindahan norit terhadap panjang usus keseluruhan. Data scoring konsistensi feses dan hasil uji motilitas usus dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney, untuk data frekuensi defekasi menggunakan uji one-way ANOVA dan uji Post Hoc LSD. Hasil penelitian, konsistensi feses kelompok kontrol negatif tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,1) dengan kelompok sirup ekstrak pada semua dosis, sedangkan hasil frekuensi defekasi dan uji motilitas usus semua kelompok – terkecuali kelompok basis sirup – menunjukkan perbedaan bermakna dengan kontrol negatif (p<0,05). Oleh karena itu, sirup ekstrak daun dan batang kajajahi tidak berpengaruh terhadap profil feses, dan dapat berpengaruh terhadap frekuensi defekasi dan motilitas usus pada dosis 500 mg/kg dan 600 mg/kg. Kata Kunci: Leucosyke capitellata Wedd., konsistensi feses, frekuensi defekasi, motilitas usus. PENDAHULUAN
juga dapat menyebabkan diare. Iritasi pada usus
Diare adalah penyebab kematian utama
akan merangsang peningkatan motilitas usus,
kedua pada anak umur dibawah 5 tahun. Setiap
yang akan mempercepat waktu lintas khim
tahunnya sekitar 760.000 anak pada umur
dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek
dibawah 5 tahun meninggal karena diare (WHO,
waktu sentuhan khim dengan selaput lendir
2013). Diare merupakan kondisi dimana terjadi
usus, sehingga penyerapan air dan elektrolit
peningkatan frekuensi buang air besar dan
akan mengalami gangguan (Shiferie & Shibeshi,
penurunan konsistensi feses yang dikeluarkan
2013).
dibandingkan dengan pola usus individu normal (Wells, et al., 2009). Peningkatan motilitas usus
Tumbuhan
kajajahi
(Leucosyke
capitellata Wedd.) digunakan oleh masyarakat
252
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Loksado - Kalimantan Selatan sebagai obat
Metode
antidiare. Dekokta dari batang dan daun kajajahi
Preparasi ekstrak
dapat digunakan sebagai obat sakit perut dan diare
(Quattrocchi,
dilakukan
dengan
cara
Berdasarkan
soxhletasi menggunakan 50 gram serbuk dan
penelitian sebelumnya diketahui bahwa daun
750 ml etanol 70% pada temperatur 90oC.
kajajahi mengandung senyawa fenolik, dan pada
Soxhletasi dilakukan hingga cairan penyari yang
bagian batang diketahui mengandung senyawa
merendam selongsong berisi serbuk dalam sifon
fenolik, flavonoid dan tannin (Sundang, et al.,
terlihat bening tidak berwarna. Kemudian
2012). Pengembangan bentuk sediaan obat
ekstrak cair diuapkan hingga diperoleh ekstrak
antidiare dari kajajahi perlu dilakukan untuk
kental (Al Owaisi, et al., 2014; Rais, 2014).
memudahkan
penggunaannya.
Karakterisasi Ekstrak. Karakterisasi ekstrak
Berdasarkan data dari WHO yang menyatakan
meliputi uji organoleptis, kelarutan, pH dan
bahwa diare umumnya lebih banyak menyerang
berat jenis.
anak
pada
2012).
Ekstraksi
dalam
usia
balita,
maka
dipilihlah
Pemeriksaan
organoleptis
meliputi
pengembangan dalam bentuk sediaan sirup.
konsistensi, warna, rasa dan bau menggunakan
Sirup memiliki rasa yang manis sehingga akan
panca indera langsung (DepKes RI,2000).
lebih disukai oleh anak-anak, dan sediaan dalam
Uji
kelarutan
dilakukan
dengan
bentuk larutan akan mengalami proses absorpsi
melarutkan 0,2 gram sampel dilarutkan dalam
yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk
10 ml etanol 96% atau dalam akuades sambil
padat (Ansel,2005).
diaduk.
Kondisi diare ditandai dengan perubahan
Kemudian,
menggunakan
sampel
kertas
saring
disaring yang
konsistensi feses yang menjadi lebih cair dan
ditimbang sebelumnya.
meningkatnya
akibat
dikeringkan dan dihitung kelarutannya dengan
peningkatan dari motilitas usus. Sehingga, efek
menghitung selisih berat kertas saring sebelum
sirup ekstrak daun dan batang kajajahi terhadap
dan sesudah (Septiana & Asnani, 2012).
kondisi
frekuensi
diare
dapat
defekasi
ditentukan
dengan
Pengukuran
pH
Kertas
telah
saring
esktrak
lalu
dilakukan
mengamati konsistensi feses, frekuensi defekasi
dengan melarutkan l gram ekstrak kental dalam
dan motilitas usus dari hewan uji.
100 ml akuades, kemudian pH ekstrak diukur menggunakan pH meter.
METODE PENELITIAN
Berat
jenis
ditentukan
dengan
Bahan
menggunakan pengukuran densitas kamba.
Akuades, etanol 70% (Onemed), kertas saring,
Prinsip dari pengukuran densitas kamba yaitu
sukrosa (Brataco), propilen glikol (Brataco),
membandingkan berat sampel dengan selisih
oleum ricini (Brataco), Imodium®, Diapet®
tinggi air sebelum sampel dimasukkan dan
sirup, Na-CMC (Brataco).
setelah sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur
Hewan Uji yang digunakan adalah mencit jantan
(Rissantis,2013).
galur Balb/C berumur 16-20 minggu dengan bobot 25-40 gram.
Pembuatan Sirup Sirup
dibuat
dengan
melarutkan
sukrosa ke dalam akuades yang dipanaskan 253
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
pada suhu 45-500 °C. Sirup ditambahkan ke
berair dan tidak membentuk massa. Frekuensi
dalam ekstrak daun dan batang kajajahi yang
diare ditentukan dengan cara menghitung
telah dilarutkan sebelumnya dalam akuades dan
berapa kali terjadi defekasi mencit dalam waktu
kosolven, lalu diaduk hingga homogen. Terakhir
30 menit selama 4 jam (Enda, 2009).
tambahkan akuades hingga 60 ml. Uji Motilitas Usus Uji Efek Antidiare dengan Induksi Oleum Ricini
Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit.
Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok,
Mencit diinduksi dengan oleum ricini 0,76 ml.
yang setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit.
Satu jam kemudian masing-masing kelompok
Kelompok I dan II sebagai kelompok kontrol
diberikan perlakuan secara oral. Kelompok I dan
negatif yang diberikan suspensi Na-CMC 1% 0,2
II sebagai kelompok kontrol negatif diberikan
ml/20gBB dan basis sirup. Kelompok III dan IV
suspensi Na-CMC 1% 0,2 ml/20gBB dan basis
sebagai kelompok kontrol positif 1 (Imodium®
sirup. Kelompok III dan IV sebagai kelompok
0,0052 mg/20gBB) dan kontrol positif 2
kontrol positif 1 (Imodium® 0,0052 mg/20gBB)
(Diapet® sirup 0,026 ml/20gBB). Kelompok V-
dan kontrol positif 2 (Diapet® sirup 0,026
VII diberikan sirup ekstrak daun dan batang
ml/20gBB). Kelompok V-VII diberikan sirup
kajajahi dengan dosis 400 mg/kg, 500 mg/kg
ekstrak daun dan batang kajajahi dengan dosis
dan 600 mg/kg. Sebelum dilakukan pengujian,
400 mg/kg, 500 mg/kg dan 600 mg/kg. Satu jam
terlebih dahulu hewan uji dipuasakan selama 18
setelah perlakuan, mencit diberikan 0,2 ml
jam. Mencit diberikan 0,76 ml oleum ricini
suspensi norit (10% norit dalam Na-CMC 1%)
secara oral untuk menginduksi diare. Satu jam
secara oral. Tiga puluh menit kemudian mencit
setelah pemberian oleum ricini, masing-masing
di matikan dengan pemberian anastesia eter
kelompok mencit diberikan berbagai perlakuan
berlebih. Selanjutnya, mencit dibedah dan
secara oral. Setiap mencit ditempatkan terpisah
bagian usus dipisahkan. Panjang usus diukur
dan tempat masing-masing mencit dilapisi
dari bagian pylorus hingga bagian sekum, dan
dengan kertas saring. Proses pengamatan
juga diukur jarak perpindahan norit pada usus.
dilakukan setiap 30 menit selama 4 jam,
Transit usus dihitung sebagai persentase jarak
meliputi
frekuensi
perpindahan norit terhadap panjang total usus
defekasi (Ezenwali, et al., 2010; Saha, et al.,
(Ezenwali, et al., 2010; Saha, et al., 2012; Rajput,
2012).
2011; Shiramane, 2011).
konsistensi
Konsistensi
feses
feses
dan
diamati
dengan
melihat apakah feses normal (padat), padat
Analisis Hasil
basah, berair tapi masih membentuk massa
Pengolahan analisis data menggunakan
feses, serta berair dan tidak membentuk massa
software SPSS. Data diuji normalitasnya dengan
feses.
konsistensi feses
uji Saphiro-Wilk dan uji homogenitas dengan
disajikan dalam bentuk scoring. Nilai 1 untuk
Varians Levene. Jika data terdistribusi normal
feses padat (normal), nilai 2 untuk feses padat
dan homogen maka analisis dilakukan dengan
berair, nilai 3 untuk feses berair dan masih
uji One-way ANOVA. Namun jika data tidak
membentuk massa feses, dan nilai 4 untuk feses
terdistribusi normal atau tidak homogen maka
Hasil
pengamatan
254
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
analisis dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis.
berikatan dengan protein dan menghasilkan
Jika
efek antidiare (Nurhalimah, et al., 2014).
terdapat
perbedaan
bermakna
antar
perlakuan, maka uji One-way ANOVA akan
Pengukuran berat jenis ekstrak kental
dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD, namun jika
dilakukan untuk mengetahui volume tertentu
menggunakan
yang di tempati ekstrak di dalam sediaan. Hasil
uji
Kruskal-Wallis
maka
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
yang diperoleh yaitu berat jenis ekstrak kental
Konsistensi feses merupakan uji yang
daun dan batang kajajahi sebesar 1,25 g/ml,
bersifat kualitatif sehingga menggunakan taraf
yang berarti bahwa sebanyak 1,25 gram ekstrak
kepercayaan 90%, sedangkan untuk frekuensi
kental akan menempati volume sebesar 1 ml.
defekasi dan persen transit usus bersifat kuantitatif
sehingga
diuji
dengan
taraf
Pembuatan Sirup
kepercayaan 95%.
Sirup pemanasan
dibuat untuk
dengan
bantuan
mempercepat
proses
HASIL DAN DISKUSI
pelarutan. Pembuatan sirup dilakukan pada
Karakterisasi Ekstrak
suhu 40-50˚C untuk menghindari terjadinya
Organoleptis ekstrak kental daun dan batang kajajahi yaitu
ekstrak berkonsistensi
inversi pada sukrosa. Sukrosa dapat mengalami inversi pada
suhu
110-145˚C
membentuk
kental, berwarna coklat kehitaman, berbau khas
dekstrosa dan fruktosa (Rowe, et al., 2009).
dengan rasa pahit.
Kecepatan inversi dapat meningkat saat sediaan
Uji
kelarutan
dilakukan
untuk
memiliki pH asam karena kehadiran ion
mengetahui kemampuan ekstrak terlarut dalam
hidrogen
suatu pelarut tertentu. Hasil yang diperoleh
katalisator (Ansel, 2005). Berdasarkan nilai dari
yaitu 1 bagian ekstrak kental terlarut dalam
pH ekstrak, sediaan sirup daun dan batang
66,67 bagian etanol (96%), sedangkan kelarutan
kajajahi
ekstrak kental di dalam air yaitu 1 bagian
sehingga tidak digunakan suhu pemanasan yang
ekstrak
lebih tinggi.
terlarut
dalam 75,19
bagian air.
yang
dapat
diperkirakan
bertindak
memiliki
pH
sebagai
asam
Berdasarkan hasil ini, maka ekstrak kental daun dan batang kajajahi tergolong ekstrak yang
Uji Efek Antidiare dengan Induksi Oleum
memiliki kelarutan agak sukar larut di dalam
Ricini
etanol (96%) dan air (DepKes RI, 1979). Pengujian
dilakukan
diare
ditandai
dengan
untuk
terjadinya penurunan konsistensi feses dan
mengetahui kondisi pH optimum suatu senyawa
peningkatan frekuensi defekasi dibandingkan
dapat
keadaan normal (Wells, et al., 2009). Induksi
menimbulkan
pH
Keadaan
efek
antidiare.
Tanin
terkondensasi diketahui dapat berefek sebagai
menggunakan
antidiare dengan cara berikatan dengan protein
dimetabolisme dalam saluran cerna menjadi
pada pH 3,5-7,5. pH ekstrak daun dan batang
senyawa aktif - asam risinoleat yang akan
kajajahi yang diperoleh sebesar 5,85. Hasil
mengiritasi dan menyebabkan peradangan pada
tersebut telah memenuhi kondisi dimana tanin
mukosa
terkondensasi
yang
terkandung
ekstrak
dan
batang
daun
oleum
usus
ricini,
sehingga
yang
akan
melepaskan
di
dalam
prostaglandin yang akan menginduksi kontraksi
kajajahi
dapat
otot usus halus dan meningkatkan motilitas 255
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
usus (Shiferie & Shibeshi, 2013). Selain itu, asam
masuk ke dalam lumen saluran pencernaan
risinoleat
perubahan
(Lullmann, et al., 2005; Defrin, et al., 2010).
permeabilitas Na+ dan Cl- akibat aktivasi enzim
Tanin terikat dengan protein melalui ikatan
adenil siklase dan peningkatan produksi cAMP,
hidrogen akibat adanya gugus OH pada tanin
serta dapat menghambat penyerapan air dan
yang
elektrolit (Shiferie & Shibeshi, 2013; Rahman, et
Senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai
al., 2013; Nasrin & Nahar, 2014).
antidiare yang bekerja sebagai antimotilitas
juga
menyebabkan
Kelompok
turunan
fenol.
dengan menghambat transport Ca2+ melalui
yang
penghambatan kanal kalsium (Han, et al., 2014).
mengandung loperamid, yaitu obat golongan
Hasil yang diperoleh menunjukkan
antimotilitas yang bekerja dengan mengaktifkan
bahwa dengan peningkatan dosis ekstrak yang
reseptor opioid presinaptik di dalam sistem
terkandung di dalam sirup diiringi dengan
saraf enterik untuk menghambat pelepasan
semakin
asetilkolin
meningkatkan konsistensi feses. Berdasarkan
obat
yang
penghambatan
positif
senyawa
1
menggunakan
kontrol
merupakan
Imodium®
dapat
motilitas
menyebabkan kolon,
besar
kemampuan
sirup
untuk
serta
hasil analisisi statistik menggunakan Kruskal-
mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit
Wallis dan Mann-Whitne diperoleh hasil bahwa
melalui usus (Anderson, 2001; Mycek, 2001).
kelompok kontrol negatif yang memperoleh Na-
Selain itu, obat ini juga dapat menghambat kanal
CMC 1% hanya berbeda bermakna (p<0,1)
kalsium untuk mencegah terjadinya kontraksi
dengan kelompok kontrol positif 1, sedangkan
(Annahazi, et al., 2014). Penutupan kanal
untuk
kalsium akan menghalangi Ca2+ ekstraseluler
kelompok kontrol positif 2 ataupun dengan
untuk masuk ke dalam sel. Penurunan ion Ca2+
kelompok yang memperoleh sirup ekstrak daun
di dalam intrasel akan menyebabkan tidak
dan batang kajajahi, tidak menunjukkan hasil
adanya ion Ca2+ yang akan berikatan dengan
yang berbeda bermakna (p>0,1).
kelompok
kontrol
negatif
dengan
kalmodulin, sehingga akan menghentikan siklus
Hasil pengamatan terhadap rata-rata
kontraksi dan terjadi relaksasi (Tarannita, et al.,
frekuensi defekasi (kali) menunjukkan bahwa
2006).
kelompok uji yang memperoleh perlakuan sirup Kelompok
kontrol
positif
kedua
dengan
kandungan
ekstrak
mampu
memperoleh obat Diapet® sirup. Obat ini
menurunkan frekuensi defekasi dibandingkan
mengandung ekstrak daun jambu biji dan
dengan kelompok kontrol negatif, yang diiringi
ekstrak
utama.
dengan semakin meningkatnya dosis ekstrak
Ekstrak daun jambu biji memiliki kandungan
yang terkandung maka semakin besar pula
utama senyawa tannin (Sukardi, et al., 2007),
kemampuan sirup untuk menurunkan frekuensi
dan pada ekstrak kunyit diketahui terkandung
defekasi. Berdasarkan hasil analisis sattistik
banyak senyawa flavonoid (Sahu & Saxena,
menggunakan uji One-way ANOVA dan Post Hoc
2013). Senyawa tanin dapat bertindak sebagai
LSD diperoleh hasil bahwa kelompok kontrol
antidiare
cara
negatif berbeda bermakna (p<0,05) dengan
mengendapkan protein pada mukosa usus, yang
semua kelompok, terkecuali kelompok basis
akan membentuk pembatas dan melindungi
sirup,
mukosa, sehingga dapat mengurangi cairan yang
menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan
kunyit
yang
sebagai
komposisi
bekerja
dengan
dan
kelompok
basis
sirup
tidak
256
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
kelompok yang memperoleh sirup ekstrak daun
batang
kajajahi
dan batang kajajahi dengan dosis 400 mg/kg
terhadap profil diare (frekuensi defekasi) pada
(p>0,05). Sehingga, sirup ekstrak daun dan
dosis
500
yang
mg/kg
dapat dan
berpengaruh 600
mg/kg.
Tabel 1. Pengaruh Sirup Ekstrak Daun dan Batang Kajajahi Terhadap Diare yang Diinduksi Oleum Ricini Kelompok
Scoring Konsistensi Feses
Frekuensi Defekasi (kali)
28,8 ± 3,20a
11,0 ± 1,39b,c
21,0 ± 2,72a
13,0 ± 1,02b,c
23,0 ± 2,14 a
14,6 ± 0,55b,c
25,6 ± 2,71 a 25,2 ± 2,78 a 24,0 ± 3,36 a 22,2 ± 2,76 a
15,8 ± 0,97 b,c 12,0 ± 0,93b 10,2 ± 0,89b,c 18,2 ± 0,89b,c
Kontrol negatif (Na-CMC 1% 0,2 ml/20gBB) Kontrol positif 1 (Imodium® 0,0052 mg/20gBB) Kontrol positif 2 (Diapet® sirup 0,026 ml/20gBB) Basis sirup Sirup ekstrak 400 mg/kg Sirup ekstrak 500 mg/kg Sirup ekstrak 600 mg/kg
Data disajikan dalam bentuk mean ± SEM (n=5). a p<0,1, b p<0,05 ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, c p<0,05 ketika dibandingkan dengan kelompok basis sirup.
Uji Motilitas Usus
Whitney
diperoleh
hasil
bahwa
kelompok
Salah satu penyebab terjadiya diare
kontrol negatif menunjukkan hasil berbeda
yaitu akibat peningkatan dari motilitas usus
bermakna (p<0,05) dengan kelompok kontrol
(Wijoyo,
menggambarkan
positif 1, kelompok kontrol positif 2, serta
kontraksi otot polos pada saluran pencernaan.
kelompok yang memperoleh sirup dengan
Pengujian menggunakan norit sebagai marker
kandungan ekstrak 400 mg/kg, 500 mg/kg dan
untuk mengetahui pengaruh obat terhadap
600
motilitas usus (Shamkuwar & Shahi, 2012), yang
memperoleh basis sirup tidak menunjukkan
ditentukan dengan menghitung panjang usus
perbedaan bermakna dengan kelompok sirup
yang dilalui norit terhadap panjang usus
ekstrak 400 mg/kg. sehingga, sirup ekstrak
keseluruhan (Viswanatha, et al., 2007). Motilitas
daun
usus yang semakin meningkat akan diiringi
berpengaruh terhadap penurunan motilitas
dengan semakin panjangnya jarak perpindahan
usus yaitu sirup dengan kandungan ekstrak 500
norit pada usus, yang akan diiringi dengan nilai
mg/kg dan 600 mg/kg. Hasil yang diperoleh
persentase transit yang akan semakin besar,
menunjukkan pada dosis 500 mg/kg dan 600
yang menunjukkan bahwa semakin lemah efek
mg/kg dapat menurunkan frekuensi defekasi
antidiare dari obat atau senyawa (Rahman, et
dan motilitas usus.
2013).
Motilitas
al., 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mg/kg.
dan
Namun,
batang
Senyawa
kelompok
kajajahi
yang
yang
berperan
yang
dapat
dalam
kelompok yang memperoleh sirup ekstrak daun
menunjukkan efek tersebut yaitu senyawa tanin
dan batang kajajahi memiliki nilai persen transit
dan flavonoid yang terkandung di dalam
usus haslus yang lebih tinggi dibandingkan
ekstrak. Tanin dapat bertindak sebagai antidiare
dengan kelompok kontrol negatif ataupun
dengan cara berikatan dengan protein usus
kelompok basis sirup. Berdasarkan hasil analisis
sehingga akan mengendapkan protein dan
statistic menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann-
menciutkan mukosa usus (Nurhalimah, et al.,
257
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
2014), dengan begitu maka jumlah cairan yang
akan menghentikan siklus kontraksi dan terjadi
masuk ke dalam lumen usus akan berkurang.
relaksasi (Tarnnita, et al., 2006). Penurunan
Flavonoid dapat berperan sebagai antimotilitas
kecepatan
dengan cara memblok kanal kalsium untuk
frekuensi defekasi dan memperpanjang waktu
menghambat Ca2+ masuk ke dalam (Han, et al.,
sentuhan khim dengan usus sehingga akan
2014). Penurunan ion Ca2+ di dalam intrasel
memperbaiki
proses
akan menyebabkan tidak adanya ion Ca2+ yang
elektrolit
pada
motilitas
akan
menurunkan
penyerapan
air
mukosa
dan usus.
akan berikatan dengan kalmodulin, sehingga Tabel 2. Pengaruh Sirup Ekstrak Daun dan Batang Kajajahi Terhadap Motilitas Usus Kelompok Kontrol negatif (Na-CMC 1% 0,2 ml/20gBB) Kontrol positif 1 (Imodium® 0,0052 mg/20gBB) Kontrol positif 2 (Diapet® sirup 0,026 ml/20gBB) Basis sirup Sirup ekstrak 400 mg/kg Sirup ekstrak 500 mg/kg Sirup ekstrak 600 mg/kg
Panjang total usus halus (cm)
Panjang perpindahan norit (cm)
Transit usus halus (%)
44,650 ± 0,9731
28,575 ± 1,3423
64,250a,b
45,050 ± 0,7766
17,400 ± 0,6661
38,605a,b
47,775 ± 1,8521
20,875 ± 1,3492
43,675a,b
46,450 ± 1,0329 45,450 ± 0,6675 43,925 ± 1,5994 46,625 ± 1,7159
27,625 ± 1,5749 24,650 ± 0,9169 21,125 ± 0,9902 19,925 ± 0,9310
59,745a,b 54,260ab 48,112a,b 42,687a,b
Data disajikan dalam bentuk mean ± SEM (n=4). a p<0,05 ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, b p<0,05 ketika dibandingkan dengan kelompok basis sirup.
KESIMPULAN
berpengaruh terhadap frekuensi defekasi dan
Sediaan sirup ekstrak daun dan batang kajajahi (Leucosyke capitellata Wedd.) tidak
motilitas usus pada dosis 500 mg/kg dan 600 mg/kg.
berpengaruh terhadap konsistensi feses, namun DAFTAR PUSTAKA Annahazi, A., R. Roka., A. Rosztoczy. & T. Wittman. (2014). Role of Antispasmodics in The Treatment of Irritable Bowel Syndrome. World Journal of Gastroenterology. 20(20) : 6031-43. Anderson, P.O., J.E. Knoben. & W.G. Troutman. (2001). Handbook of Clinical Drug Data. New York: McGraw-Hill; p. 567. Ansel, H. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. p. 305-36. Al-Owaisi, M., N. Al-Hadiwi. & S.A. Khan. (2014). GC-MS Analysis, Determination of Total Phenolics, Flavonoid Content and Free Radical Scavenging Activities of Various CRUDE extracts of Moringa
peregrina (Forssk.) Fiori Leaves. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 4(12): 964-70. Dahlan, M.S. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika Jakarta:; p. 11-95. Defrin, D.P., S.B. Rahimah. & L.Yuniarti. (2010). Efek Anti Diare Ekstrak Air Umbi Sarang Semut (Myrmecodia pendens) pada Mencit Putih (Mus musculus). Prosiding SNaPP. Edisi Eksakta, Bandung, 54-71. Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi III.(1979). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; p. XXXI. Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat Tradisional. p. 31.
258
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Enda, W. G. (2009). Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Mencit Jantan. Skripsi. Program Sarjana Farmasi, Universitas Sumatera Utara; hal. 41. Ezenwali, M.O., O.U. Njoku. & C.O. Okoli. (2010). Studies on The Anti-diarrheal Properties of Seed Extract of Monodora tenuifolia. International Journal of Applied Research in Natural Products. 2(4) : 206. Han, X., Y. Pang., S. Liu., Z. Tan., S. Tang., C. Zhou., M. Wang. & W. Xiao. (2014). Antidiarrhea and Antioxidant Activities of Honokiol Extract from Magnoliae officinalis cortex in Mice. Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 13(10) : 1643-51. Lüllmann, H., K. Mohr., L. Hein. & D. Bieger. (2005). Color Atlas of Pharmacology. Third Edition. New York: Thieme; . p. 181. Mycek, M.J., R.A. Harvey. & P. Champe. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi ke-2, diterjemahkan oleh Azwar Agoes. Jakarta: Widya Medika; p. 248. Nasrin, F. & L. Nahar. (2014). Antidiarhoeal Activity of Cucumis sativus Leaves. International Journal of Pharmacetics and Drug Analysis. 2 : 106-10. Nurhalimah, H., N. Wijayanti. & T.D. Widyaningsih. (2014). Efek Antidiare Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica l.) Terhadap Mencit Jantan yang Diinduksi Bakteri Salmonella Thypimurium. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3) : 1083-94. Quattrocchi, U. (2012). CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plants: Common Names, Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Etymology. Boca Raton: CRC Press. p. 2271. Rais, I.R. (2014). Ekstraksi Andrografolid dari Androgrphis paniculata (Burm.f.) Nees Menggunakan Ekstraktor Soxhlet. Pharmaciana. 4(1) : 85-92. Rahman, Md.K., S. Barua., Md.F. Islam., M.A. Sayeed., Mst.S. Parvin. & Md.E. Islam.(2013). Studies on the anti-diarrheal properties of Leaf Extract of Desmodium puchellum. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 3(8) : 639-43. Rajput, M.S., V. Nair., A. Chauban., H. Jawanjal. & V. Dange. (2011). Evaluation of Antidiarrheal Activity of Aerial Parts of Vinca major in Experimental Animals. Middle-East Journal of Scientific Research. 7(5) : 784-88. Rissantis, V. A. (2013). Evaluasi dan Profil Pelepasan Sediaan Emulsi Topikal M/A Kurkumin menggunakan Kombinasi PEG 400 dan Gum Xanthan sebagai Emulgator. Skripsi. Program Sarjana, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. (tidak dipublikasikan). Rowe, R.C., P.J. Sheskey. & M. E. Quinn. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press; p. 704. Saha, S., Md.K. Islam., Md. Anisuzzman., Md.M. Hasan., F. Hossain. & C. Talukder. (2012). Evaluation of Antioxidant, Analgesic and Antidiarrheal Activity of
Phoenix paludosa roxb Leaves. International Journal of Basic Medical Sciences and Pharmacy. 2(2) : 46-52. Sahu, R. & J. Saxena. (2013). Screening of Total Phenolic and Flavonoid Content in Conventional and Non-Conventional Species of Curcuma. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 2(1) : 17679. Septiana, A. T. & A. Asnani. (2012). Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut Coklat Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut dan Metode Ekstraksi. AGROINTEK. 6(1) : 22-8. Shamkuwar, P.B. & S.R. Shahi. (2012). Study of Antidiarrhoeal Activity of Piperine. Scholars Research Library. 4(1) : 217-21. Shiferie, F. & W. Shibeshi. (2013). In-vivo Antidiarrheal and Ex-vivo Spasmolytic Activities of The Aqueous Extract of The Roots of Echinops kebericho Mesfin (asteraceae) in Rodents and Isolated Guinea-pig Ileum. International Journal of Pharmacy and Pharmacology. 2(7) : 110-16. Shiramane, R.S., K.V. Biradar. & B.V. Chivde. (2011). Invivo Antidiarrhoeal Activity of Ethanolic Extract of Delonix Regia Flowers in Experimental Induced Diarrhoea in Wistar Albino Rats. International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry. 1(3) : 442-47. Sukardi., A.R. Mulyarto. & W. Safera. (2007). Optimasi Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Tanin pada Bubuk Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidii folium) serta Biaya Produksinya. Jurnal Teknologi Pertanian. 8(2) : 88-94. Sundang, M., S.N.S. Nasir., C.S. Sipaut & H. Othman. (2012). Antioxidant Activity, Phenolic, Flavonoid and Tannin Content of Piper betle and Leucosyke capitella. Malaysian Journal of Fundamental & Applied Sciences. 8(1) : 1-6. Tarannita, C., N. Permatasari. & Sudiarto. (2006). Efek Hambatan Ekstrak Daun Ceplukan (Physalis minima L) terhadap Kontraktilitas Otot Polos Usus Halus Terpisah Marmut dengan Stimulasi Metakolin Eksogen. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(1) : 1823. Viswanatha, G.I., R. Srinath., K. Nandakumar., H. Shylaja. & K. Lakshman. (2007). Antidiarrheal Activity of Alcoholic and Aqueous Extracts of Stem Bark of Thespesia Populnea in Rodents. Pharmacologyonline. 3 : 222-30. Wells, B.G., J.T. Dipiro., T.L. Schwinghammer. & C.V. Dipiro. (2009). Pharmacotherapy Handbook. New York: McGraw-Hill Companies. p. 256 WHO. Diarrhoeal Disease. (2013). diambil dari:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs33 0/en/, diakses tanggal 24 Juli 2014. Wijoyo, Y. (2013). Diare : Pahami Penyakit & Obatnya. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pratama; p. 18-9
259