JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
PENGARUH PERUBAHAN KURIKULUM 2013 TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Yuna Mumpuni Rahayu (Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon) ABSTRACT This study aims to investigate how Kurikulum 2013 influences students’ development in learning English in Kelas IX in SMP Negeri 14 Cirebon. The focus of this study is to findout how the implementation of Scientific approach can improve students’ participation and learning outcome in learning Narrative text. This collaborative classroom action research did in three cycles and the participants of this study were 20 students from the target class, the researcher herself as an observer, and one of English teacher from the target school as a teacher (collaborator). This is a descriptive-qualitative study because this study investigated the value of teaching text and the finding from the classroom observation, the vidio recorded, the field notes and the students’text were analyzed and then described according to the relevant theorists. The findings are as follows. Kurikulum 2013 that proposes Scientific approach as a focuses methodology in teaching significants to improve students’ participation and learning outcome in Kelas IX di SMP Negeri 14 Cirebon. Students’ ability in collaborative work influences by heteregonism of the member of group work, and also the maximal participation of students and teacher. The impelmentation of Scientific approach contributes on students’ self-esteem in asking and answer quaestion, give oppinion, investigating for information and in doing presentation. The approach also creates a joyful and meaningful process of learning because it facilitates students to give maximal participation during a learning process. However, Scientific approach consumes time and collaborative work tents to create inconducive classroom. In implementing this method teacher needs to encourages students to be maximal in doing their task. Thus, a bigger study with sufficient time and broaden cycle still suggested for it might contribute on more significant finding regarding the primary issues. Keywords: Students’ participation and learning outcome, Kurikulum 2013, A Scientific approach, Descriptive-qualitative-study, Collaborative classroom action research, Junior high school level
22
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kurikulum 2013 berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pelajaran Bahasa Inggris di Kelas IX di SMP Negeri 14 Cirebon. Pembelajaran Saintifik sebagai metode pembelajaran yang disarankan oleh Kurikulum 2013 merupakan salah satu instrumen dalam penelitian ini, selain pembelajaran teks Narrative sebagai teks fokus. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kolaboratif yang diselenggarakan dalam tiga siklus penelitian dan melibatkan 20 siswa, serta peneliti sendiri sebagai partisipan dan salah seorang guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah target sebagai pelaksana tindakan (kolaborator). Penelitian ini bersifat deskriftif-kualitatif sebab berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa, dimana hasil temuan dari observasi, hasil rekaman vidio, catatan lapangan dan hasil tulisan siswa ditelaah secara deskriptif kualitatif berdasarkan teori-teori yang dimunculkan dalam telaah ini. Hasil telaah ini adalah sebagai berikut. Kurikulum 2013 yang memfokuskan kegiatan belajar dengan pendekatan Saintifik mampu meningkatkan partisipasi dan hasil belajar Bahasa Inggris siswa di Kelas IX di SMP Negeri 14 Cirebon. Kemampuan siswa dalam kerjasama kelompok sangat dipengaruhi heteregonisme anggota kelompok, partisipasi maksimal dari guru dan siswa. Implementasi pendekatan Saintifik mampu mempengaruhi hasil pembelajaran siswa, rasa percaya diri dalam bertanya, mengemukakan pendapat, mencari informasi, melakukan presentasi dan sekaligus mampu menciptakan suatu kegiatan belajar yang menyenangkan dan berkesan bagi siswa. Akan tetapi, kegiatan belajar dengan pendekatan Saintifik yang disarankan Kurikulum 2013 tersebut cukup memakan waktu. Kerja kelompok dan kegiatan presentasi cenderung menciptakan suasana kelas yang tidak kondusif, sehingga guru harus bekerja keras dalam memanajemen kelas dan memerlukan persiapan yang matang sebelum melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, penelitian yang lebih jauh sehubungan dengan tema-tema di atas masih perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Kata Kunci : Partisipasi dan Hasil Belajar, Bahasa Inggris, Pendekatan Saintifik, Penelitian deskriptif-kualitatif, PTK Kolaboratif, Sekolah Menengah Pertama.
23
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
antara pengembangan sikap spiritual dan
PENDAHULUAN dengan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
implementasi pendekatan Saintifik adalah
sama dengan kemampuan intelektual dan
proses pembelajaran yang disarankan
psikomotorik
dalam
(Depdiknas,
Pembelajaran
Kurikulum
2013
(Depdiknas,
dalam 2013).
diri
Dalam
siswa hal
ini,
2013). Pendekatan Saintifik dirancang
sekolah dianggap sebagai bagian dari
sedemikian rupa agar peserta didik secara
masyarakat dan diyakini akan mampu
aktif
memfasilitasi
mampu
mengonstruksi
konsep,
pengalaman
belajar
hukum atau prinsip pengetahuan melalui
terencana yang berkesan bagi siswa,
tahapan-tahapan
sehingga
mengamati
mengidentifikasi masalah),
atau
(untuk
menerapkan
menemukan
merumuskan
siswa apa
masyarakat
masalah,
kelak yang
dan
akan
mampu
dipelajari
di
memanfaatkan
mengajukan atau merumuskan hipotesis,
pengetahuan tersebut sebagai bekal di
mengumpulkan data dengan berbagai
kehidupan nyata.
menarik
Selanjutnya, hasil suatu studi
mengomunikasikan
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
konsep (Depdiknas, 2013). Pendekatan
di Kelas IX di SMP Negeri 14 Cirebon
saintifik dimaksudkan untuk memberikan
terkait pengaruh perubahan kurikulum
pemahaman kepada peserta didik dalam
terhadap perkembangan peserta didik
mengenal, memahami berbagai materi
dalam
dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Inggris, akan dijelaskan sebagai berikut.
Hal itu akan mengajarkan kepada siswa
Berdasarkan hasil wawancara singkat
bahwa informasi bisa berasal dari mana
antara peneliti dengan beberapa guru
saja, kapan saja dan tidak melulu
bahasa Inggris di SMP Negeri 14
bergantung pada informasi searah dari
Cirebon, ditemukan kesimpulan bahwa
guru.
kecenderungan Kurikulum 2013 yang
teknik,
menganalisis
kesimpulan
dan
Relevan Kurikulum
data,
dengan
2013
hal
mengarahkan
tersebut,
dirancang
mengikuti
kelompok
dengan
siswa
pelajaran
Bahasa
belajar
mengakibatkan
secara
partisipasi
akan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mampu mengembangkan keseimbangan
cukup meningkat. Kemudian, kesimpulan
karakteristik
yang
diharapkan
24
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
lain dari wawancara tersebut adalah telah
diselenggarakan
terjadi pergeseran pembelajaran yang
penelitian dan berfokus pada bagaimana
semula didominasi guru menjadi suatu
pengaruh pembelajaran Saintifik terhadap
kegiatan yang mampu melibatkan siswa
perkembangan peserta didik, khususnya
dalam
pembelajaran.
dalam berpartisipasi menyelesaikan tugas
Selanjutnya, dari observasi singkat di
Bahasa Inggris di Kelas IX di SMP
beberapa kelas IX di sekolah sasaran,
Negeri 14 Cirebon. Partisipan dalam
peneliti menemukan bahwa meskipun
penelitian ini adalah peneliti sendiri
siswa tampak cukup berpartisipasi dalam
sebagai obeserver dan salah seorang guru
kegiatan belajaran, minat siswa dan hasil
mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai
belajar siswa dalam mata pelajaran
pelaksana tindakan/kolaborator (Sugiono,
Bahasa Inggris belum sesuai dengan
2008). Selain peneliti dan kolaborator,
harapan. Guru yang mengajar masih
maka partisipan lain dalam telaah ini
cenderung mengimplementasikan metode
adalah siswa-siswi di Kelas IX di SMP
ceramah
belajar
Negeri 14 Cirebon, yang berjumlah 20
selanjutnya adalah guru meminta siswa
siswa dengan perincian 10 siswa laki-laki
mendiskusikan tugas tanpa bimbingan
dan
maksimal.
mengadakan kajian ini di SMP Negeri 14
kegiatan
dimana
kegiatan
10
Cirebon
Demikianlah, berdasarkan temuan
dalam
siswa
tiga
perempuan.
disebabkan
peneliti
siklus
Peneliti
pernah
dari studi pendahuluan tersebut, peneliti
menjadi tenaga pengajar di sekolah
selanjutnya berniat mengadakan telaah
sasaran,
yang lebih jauh untuk mencari tahu
memperoleh akses yang baik untuk
bagaimana
menyelenggarakan penelitian di sekolah
pengaruh
perubahan
didik
peneliti
Selanjutnya, telaah ini bersifat
(KTSP) ke Kurikulum 2013 terhadap peserta
menyebabkan
tersebut.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
perkembangan
yang
kualitatif-deskriptif
dalam
dimana
teknik
Bahasa
pengumpulan data dilakukan dengan
Inggris di Kelas IX di SMP Negeri 14
observasi dan dokumentasi. Analisis data
Cirebon. Penelitian ini merupakan suatu
yang dilakukan dalam penelitian ini
Penelititan
adalah dengan analisis deskriptif dengan
mengikuti
kegiatan
belajar
Kolaboratif,
yang
25
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id mengklasifikasi,
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
secara efektif dalam kurun waktu tertentu
memaparkan,
(Warijan, 1990).
menjabarkan dan menyimpulkan data
Selanjutnya, perubahan seseorang dari
yang diperoleh dan kemudian dikaji dengan teori-teori yang relevan yang
tidak
dikemukakan
ini
merupakan hasil belajar, namun demikian
(Sugiono, 2008). Prosedur penelitian
yang terpenting sebenarnya dalam belajar
yang dilakukan dalam kajian ini adalah
adalah
model
dalam proses tersebutlah siswa akan
dalam
PTK Arikunto
penelitian
(2006),
yang
tahu
menjadi
proses
tahu
adalah
pembelajarnya
karena
perencanaan
mendapatkan
(planning), tindakan (acting), observasi
pengetahuan
(obseving) dan refleksi (reflecting).
Berkaitan dengan hal tersebut, John
menyangkut
kegiatan
Dewey
pengalaman
dan
(Depdiknas,
(Warijan,
1990)
2004).
menyatakan
bahwa siswa seharusnya berpartisipasi
KAJIAN PUSTAKA
dalam belajar untuk merumuskan dan Waridjan bahwa
(1990)
belajar
adalah
memecahkan
mengemukakan
yang
tertunjukkan
problematik)
adanya
(memberi
respon/tanggapan terhadap rangsangan
permodifikasi
tingkah laku melalui pengalaman. Belajar oleh
masalah
perubahan
menggambarkan dengan
situasi
menggunakan
tingkah laku sebagai hasil mengalami
peraturan yang dikuasainya. Menurutnya,
sesuatu. Belajar adalah proses perolehan
siswa yang mencapai tingkatan belajar di
gaya-gaya atau pola-pola baru tingkah
sekolah,
laku.
perubahan
mengidentifikasi permasalahannya yang
tingkah laku yang relatif permanen
dihadapinya, dimana permasalahannya itu
sebagai hasil penerapan kondisi-kondisi
akan dicari solusi mengatasinya.
lingkungan. Dengan demikian, secara
Dengan
umum belajar dapat diartikan kegiatan
belajar Bahasa Inggris diartikan sebagai
yang menghasilkan perubahan tingkah
pengambilan
laku, yang merupakan pencapaian suatu
peran
tujuan
menjadi
Belajar
mencakup
belajar melalui
suatu
proses
harus
demikian,
serta
mampu
partisipasi
bagian, dan
peserta
dalam
dalam
keikut-sertaan,
penggabungan pembelajar
diri
Bahasa
Inggris (Partono, 2008). Partisipasi sangat
kegiatan yang disadari dan dapat diuji
26
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
kelompok
banyak mempengaruhi keputusan dan
(Partanto, 2004). Eka Ningsih (2007)
berpotensi untuk memberikan sumbangan
kemudian
yang berarti dan positif serta diakui
diperlukan
dalam
kerja
mengemukakan
beberapa
dalam derajat yang lebih tinggi.
aspek yang dapat dikaji dalam partisipasi belajar siswa yakni menyelesaikan tugas
Berkenaan dengan tujuan penelitian
rumah secara tuntas, berpartisipasi dalam
ini, siswa sekolah menengah pertama (13-
diskusi,
guru,
15 tahun) adalah merupakan siswa masa
tulis,
pubertas yang merupakan suatu periode
mengerjakan soal tes secara individu dan
dimana kematangan kerangka berpikir
menyimpulkan materi pelajaran di akhir
dan
pertemuan.
terjadi
mencatat
menyelesaikan
Proses
penjelasan
soal
di
keterlibatan
pembelajaran terjadinya
akan
asimilasi
papan
siswa
seksual
secara pesat (Partono, 2008).
terjadi merupakan
akomodasi
berangsur-angsur. periode
peralihan
perbuatan serta pengalaman langsung
dengan masa remaja.
terhadap balikannya dan pembentukan
pubertas
nilai
perubahan
sikap.
Dalam
proses
antara
siswa
Pubertas
transisi
kognitif dalam pencapaian pengetahuan,
dan
mereka
Pubertas merupakan suatu proses yang
dalam
memungkinkan dan
perkembangan
masa
kanak-kanak Selama masa
mengalami
dalam
dalam
dirinya
berbagai yang
pembelajaran, seorang guru hendaknya
disebabkan oleh perubahan
dapat
proses
pubertas, kognitif, peningkatan idealisme
dapat
dan penalaran logis, perubahan sosial
terwujudnya partisipasi aktif siswa dalam
yang berfokus pada kemandirian dan
kegiatan belajar mengajar (Ekaningsih,
identitas, serta perubahan kebijaksanaan
2007). Dengan adanya partisipasi siswa
pada orang tua (Partono, 2008).
mengembangkan
pembelajaran
aktif,
sehingga
biologis
yang optimal maka pengalaman belajar
Selanjutnya,
akan tercapai secara efektif dan efisien.
mengakibatkan
Lebih jauh Burt, K. Sachlan dan Roger
semakin abstrak, logis dan idealistik dan
dalam Ekaningsih (2007) menjelaskan
lebih mampu menguji pemikiran diri
bahwa
lebih
sendiri, pemikiran orang lain, dan apa
banyak komunikasi dua arah, lebih
yang orang lain pikirkan tentang diri
partisipasi
menciptakan
27
hal
tersebut
pemikiran
remaja
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id mereka
dan
menginterpretasikan
dan
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
cenderung
seorangpun
mengerti
bagaimana
memantau
perasaan mereka sebenarnya. Relevan dengan kajian ini, selanjutnya
dunia sosial. Sebagai akibatnya remaja suka menolak hal-hal yang tidak masuk
Semiawan
akal.
sering
tiga tingkat kreativitas remaja, yang
terjadi dengan orang tua, guru, atau orang
masing-masing tingkat mempunyai ciri
dewasa lainnya jika mereka (remaja)
kognitif dan
mendapat pemaksaan untuk menerima
tingkatan
pendapat tanpa alasan rasional (Partono,
divergen, proses pemikiran dan perasaan
2008).
yang majemuk dan keterlibatan dalam
Pertentangan
pendapat
Lebih jauh lagi, perubahan-
perubahan
yang mengesankan
(1990)
mengemukakan ada
afektif. kreatif
meliputi
tantangan-tantangan
dalam
Pertama adalah
nyata.
fungsi
Semiawan
kognisi sosial juga menjadi salah satu
(1990) lebih lanjut menjelaskan belajar
ciri
kreatif dapat berlangsung secara lebih
perkembagnan
mengembangkan
remaja. Remaja suatu
lancar dalam suatu iklim yang menunjang
egosentris
khusus, yang menurut Santrock (Partono,
pendayagunaan
2008.) disebut sebagai egosentris remaja
mendorong
yang
diusahakan adanya suatu suasana terbuka
memiliki
dua
bagian
yaitu
kreativitas.
berpikir
kreatif,
perlu
penonton khayalan dan dongeng pribadi.
terhadap
Penonton
Lingkungan remaja perlu diusahakan agar
khayalan adalah keyakinan
remaja
bahwa
orang
ikut
lain
memperhatikan
dirinya
halnya dengan
dirinya sendiri, yang
gagasan-gagasan
Untuk
membantu
hambatan-hambatan
sebagaimana
baru.
menghilangkan untuk
berpikir
kreatif. Dalam iklim yang kreatif ini
mengundang
terdapat remaja dan guru, anak dan orang
perhatian, ingin tampil dan diperhatikan
tua akan saling menerima dan saling
umum
menghargai.
memunculkan
terjadi
Kemudian
perilaku
pada
Dongeng
masa
remaja.
pribadi
adalah
Terkait
bagian dari egosentrisme remaja yang
kebijakan
meliputi perasaan unik seorang anak
menyelenggarakan pendidikan di tingkat
remaja,
sekolah
rasa
unik
pribadi
remaja
pemerintah
menegah
Kurikulum sebagai
membuat mereka merasa bahwa tidak
28
dalam
pertama,
maka
perangkat
mata
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
pelajaran dan program pendidikan yang
telah mengkaji ulang kurikulum 2006
diberikan
(KTSP) yang berdasarkan hasil kajian
oleh
suatu
lembaga
penyelenggara pendidikan dirancang
tersebut menyimpulkan bahwa masih
sedemikian rupa untuk mengarahkan agar
banyak permasalahan didalam kurikulum
siswa sekolah menegah pertama sebagai
KTSP yang harus diperbaiki melalui
calon generasi masa depan memiliki
pengembangan
kemampuan
Depdiknas (2013) menyebutkan bahwa
berkomunikasi,
kurikulum
2013.
berkemampuan berpikir jernih dan kritis,
permasalahan-permasalahan
berkemampuan mempertimbangkan segi
diantaranya adalah konten kurikulum
moral
permasalahan,
masih terlalu padat, kurikulum yang
berkemampuan menjadi warga negara
belum sepenuhnya berbasis kompetensi
yang efektif, berkemampuan mencoba
sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
untuk mengerti dan toleran terhadap
pendidikan nasional, kompetensi belum
pandangan yang berbeda dan kemampuan
menggambarkan
hidup
keterampilan dan pengetahuan secara
suatu
dalam
mengglobal,
masyarakat
memiliki
yang
minat
holistik,
luas
domain
tersebut
sikap
dan
kurikulum belum peka dan
mengenai hidup, memiliki kesiapan untuk
tanggap terhadap perubahan sosial yang
bekerja dan memiliki kecerdasan sesuai
terjadi
dengan
maupun
bakat/minatnya
(Depdiknas,
pada
global,
pembelajaran
2013).
tingkat
belum
lokal,
nasional
standar
proses
menggambarkan
urutan pembelajaran yang rinci, dan
Lebih lanjut, kompetensi-kompetensi tersebut
standar penilaian belum mengarahkan
diharapkan akan mampu membatasan
pada
pengaruh
(proses dan hasil) dan remediasi belum
remaja
fenomena negatif terhadap yang
mengemuka
penilaian
berbasis
kompetensi
tegas ditentukan secara berkala.
seperti
perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarism, seperti
kecurangan mencontek
dalam dan
ujian
Demikianlah, hal-hal yang dijelaskan
gejolak
diatas merupakan latar belakang yang
masyarakat (Depdiknas, 2013). Selain
diangkat
alasan diatas, kemudian pemerintah juga
pengembangan kurikulum 2013. Pro dan
29
oleh
pemerintah
dalam
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
kontra yang muncul akibat wacana
Kurikulum
kurikulum 2013 bukan menjadi halangan
pendekatan pembelajaran Saintifik dalam
pemerintah untuk tetap melanjutkan
menyelenggarakan
kurikulum 2013 yang dianggap akan
mengajar di kelas (Depdiknas, 2013).
dapat
pendidikan
Kurikulum 2013 mengharapkan keaktifan
Indonesia menjadi jauh lebih baik serta
siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin
dapat
tahu,
memperbaiki
memberikan
solusi
terhadap
2013
yang
menyarankan
kegiatan
sangat
belajar
berperan
dalam
perkembangan pengetahuannya.
permasalahan yang muncul. Kurikulum 2013 mencoba mempersiapkan manusia
Sebagaimana Kurikulum 2013 yang
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
memfokuskan
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif
pada mengembangkan sikap spiritual,
dan afektif serta mampu berkontribusi
sikap
pada
bermasyarakat,
keterampilan peserta didik (Depdiknas,
berbangsa, bernegara dan peradaban
2013), maka dinyatakan bahwa kegiatan
dunia (Depdiknas, 2013).
belajar seharusnya mampu memfasilitasi
kehidupan
kegiatan
sosial,
pembelajaran
pengetahuan
dan
peserta didik memperoleh nilai-nilai,
Lebih lanjut, untuk mempersiapkan kehidupan
pengetahuan dan keterampilan secara
masa kini dan masa depan peserta didik,
berimbang.
Kurikulum
pembelajaran
2013
mengembangkan
Prinsip-prinsip dengan
pendekatan
pengalaman belajar yang memberikan
Saintifik
kesempatan luas bagi peserta didik untuk
selanjutnya
mengemukakan
bahwa
menguasai kompetensi yang diperlukan
pendekatan
Saintifik
mampu
bagi kehidupan di masa kini dan masa
memfasilitasi peserta didik untuk mencari
depan, dan pada waktu bersamaan tetap
tahu, belajar dari berbagai sumber belajar,
mengembangkan
mengalami
kemampuan
mereka
menurut
kegiatan
sebagai pewaris budaya bangsa dan orang
menggunakan
yang
menjalani
peduli
terhadap
permasalahan
Kurikulum
proses
pembelajaran
pendekatan pembelajaran
2013
ilmiah, berbasis
kini
kompetensi dan pembelajaran terpadu,
(Depdiknas, 2013). Oleh karena itu,
mengalami kegiatan pembelajaran yang
masyarakat
dan
bangsa
masa
30
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
menekankan pada jawaban divergen yang
bentuk/gerak,
memiliki kebenaran multi dimensi, dan
membaca sumber lain selain buku teks,
mampu
mengumpulkan data dari nara sumber
melaksanakan
pembelajaran
berbasis
kegiatan
melalui
keterampilan
melakukan
angket,
eksperimen,
wawancara
dan
aplikatif yang mampu meningkatkan
memodifikasi/
keseimbangan, kesinambungan dengan
menambahi/mengembangkan.
keterkaitan antara hard-skills dan soft-
Kemudian,
skills.
informasi,
Adapun langkah-langkah kegiatan belajar
informasi yang sudah dikumpulkan baik
dengan aplikasi pendekatan Saintifik
terbatas
hasil
kegiatan
pada
mengumpulkan/eksperimen.
Kegiatan
pembelajaran
Kurikulum
2013
mengasosiasikan/mengolah yakni
siswa
dari
mengolah
Mengamati,
mengumpulkan informasi dan mengolah
yakitu kegiatan membaca, mendengar,
informasi ini juga termasuk menganalisis
menyimak, melihat (dengan/tanpa atau
data dalam bentuk membuat kategori,
dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-
mengasosiasi
hal yang ingin diketahui. Menanya, yang
fenomena/informasi yang terkait dalam
merupakan
rangka menemukan
adalah
sebagai
berikut.
kegiatan
mengajukan
atau
menghubungkan
suatu
pola dan
pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
menyimpulkan. Yang terakhir adalah
dipahami dari apa yang diamati atau
mengkomunikasikan, dalam hal ini siswa
pertanyaan untuk mendapatkan informasi
menyampaikan
tambahan tentang apa yang diamati.
kesimpulan berdasarkan hasil analisis
Mencoba/mengumpulkan
data
secara lisan, tertulis, atau media lainnya
(informasi), berupa kegiatan melakukan
dan menyajikan laporan dalam bentuk
eksperimen, membaca sumber lain dan
bagan,
buku
mengamati
menyusun
wawancara
menyajikan laporan meliputi proses, hasil
dengan narasumber. Kegiatan mencoba
dan kesimpulan secara lisan. Dalam
juga merupakan kegiatan mengeksplorasi,
mengkomunikasikan siswa juga dapat
yakni
berdiskusi,
mencipta, yakni menginovasi, mencipta,
meniru
mendisain model, rancangan, produk
teks,
objek/kejadian/aktivitas,
mencoba,
mendemonstrasikan,
31
diagram,
hasil
atau
laporan
pengamatan,
grafik tertulis
dan dan
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
(karya) berdasarkan pengetahuan yang
partisipasi
dan
hasil
belajar bahasa
dipelajarin.
Inggris siswa di kelas sasaran. Pertemuan pertama Siklus I yang
PEMBAHASAN Penelitian ini berlangsung dalam
merupakan
empat
tahap,
yaitu
pelaksanaan
menyusun menyusun
LKS
fase tersebut, guru memberikan motivasi
lembar
menyiapkan
kepada seluruh siswa untuk mengikuti
pembelajaran,
dan
tes
kegiatan
prestasi,
observasi
perlengkapan
bahasa
untuk
pelaksanaan kegiatan dari perencanaan
tindakan
pada
bagaimana
kegiatan
belajar
dan
memastikan
kegiatan
direkam
oleh
dimana
keheterogenan
singkat peneliti dengan guru yang pernah mengajar di kelas sasaran terkait karakter masing-masing siswa.
dibuat
Di pertemuan kedua Siklus I,
siklus
yang
berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengamati
sebelumnya, serta dari hasil wawancara
memberi pemaknaan dari pelaksanaan
perencanaan
peneliti
dari hasil raport siswa di semester
tahap refleksi, yaitu menganalisis dan
dapat
dipahami,
tersebut ditentukan dari telaah prestasi
terhadap
belajar siswa di kelas sasaran. Terakhir
sehingga
kurang
heterogen,
aktivitas mengajar guru dan aktivitas
tindakan,
diharapkan
siswa ke dalam enam kelompok yang
melalui pedoman observasi, observasi observasi
Siswa
dipersiapkan. Kemudian, guru membagi
yaitu
pengamatan dari pelaksanaan tindakan
meliputi
dan
seorang rekan, yang sebelumnya telah
yang dibuat terdiri dari dua pertemuan,
disini
Inggris.
yang
tahap pelaksanaan tindakan yang meliputi
observasi,
maksimal
mengajukan pertanyaan untuk hal-hal
dengan model pembelajaran. Kemudian,
tahap
dengan
melakukan apersepsi terkait pembelajaran
dan
pelaksanaan pembelajaran yang sesuai
selanjutnya
Pelaksanaan
apersepsi dan pemberian motivasi. Dalam
tahap
perencanaan, yang meliputi menyusun rencana
dari
Tindakan, dimulai dengan pelaksanaan
tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri atas
bagian
masih
merupakan
pelaksanaan tindakan,
pelaksanaan
kegiatan
pendekatan Saintifik dapat meningkatkan
belajar
bagian
guru memulai
dengan
kegiatan
pendahuluan, yang kemudian dilanjutkan
32
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
pelajaran
Fairy tale untuk kelompok I dan II, tugas
dengan fasilitas laptop dan proyektor.
yang berkaitan dengan Fabel untuk
Guru dan peneliti telah terlebih dahulu
Kelompok III dan IV, serta tugas yang
mempersiapkan materi pelajaran yang
berkaitan
berhubungan dengan materi tentang teks
Kelompok V dan VI. Demikianlah,
Narrative, dalam hal ini mengharapkan
selama pertemuan ketiga berlangsung,
siswa mampu membaca dan menulis
masing-masing
kelompok
diharapkan
bentuk teks yang difokuskan. Peneliti dan
mengumpulkan
informasi
sebanyak-
guru
banyaknya sehubungan dengan jenis-jenis
dengan
penyajian
telah
bahan
berusaha
ajar
harapan
materi
yang
akan
mempersiapkan
sederhana
mudah
teks
dengan
dicerna
tersebut
dianggap
dan
dengan
dan
Legend
setelah
memadai,
untuk
informasi
maka
setiap
dipahami siswa. Sesi pertama pertemuan
kelompok diharapkan menulis sendiri
kedua adalah peneliti memberi penjelasan
teks Narrative sederhana, untuk kemudian
tentang materi pelajaran dan sesi kedua
dibacakan
dilanjutkan dengan tanya jawab antara
perwakilan
guru dan siswa. Selama pertemuan kedua
keempat.
dan
dipresentasikan
kelompok
di
oleh
pertemuan
berlangsung, peneliti tetap mengamati
Selama pertemuan ketiga dan
dan membuat catatan yang dianggap
keempat berlangsung, peneliti membuat
perlu ditelaah.
catatan lapangan yang lebih banyak dibandingkan dengan pengamatan di
Kemudian di pertemuan ketiga Siklus I, guru memberi tugas kepada
pertemuan
masing-masing
untuk
Dipertemuan ketiga, peneliti mengamati
didiskusikan. Masing-masing kelompok
kegiatan yang dilakukan guru dalam
diberikan
menelaah,
mengarahkan siswa untuk mengumpulkan
membaca dan memahami teks Narrative
informasi dan mengamati bagaimana
yang terdapat dalam buka paket bahasa
guru mengarahkan siswa mengajukan
Inggris. soal yaang berbeda, akan tetapi
pertanyaan,
diusaahan ada relevansinya dengan tema
menanggapinya. Di pertemuan keempat,
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti
peneliti mengamati guru memotivasi dan
memberi tugas yang berkaitan dengan
membantu siswa yang tampil di depan,
tugas
kelompok
untuk
33
pertama
serta
dan
kedua.
bagaimana
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
mengajukan dan menjawab pertanyaan.
mengasosiakan temuan sesuai dengan
Peneliti juga mengamati bagaimana siswa
kebutuhan
bekerja secara kelompok, bagaimana
mengkomunikasikannya
mereka
guru,
presentasi. Berikut ini adalah kesimpulan
mengajukan dan menjawab pertanyaan,
data observasi siswa yang merupakan
mengumpulkan
hasil dan refleksi kegiatan Siklus I.
mengamati
penjelasan
informasi,
dan
kemudian dalam
Tabel 1. Tabel Indikasi Partisipasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siklus I No
KELOMPOK I
II
III
IV
V
VI
1
Mengamati
50
70
60
60
70
70
2
Menanya
50
70
60
60
65
75
3
Mengumpulkan
60
75
65
60
65
70
informasi 4
Mengasosiasikan
60
60
60
60
65
70
5
Mengkomunikasikan
50
70
65
60
65
70
Jumlah
27
345
31
300
330
355
0
Berdasarkan
0
Rata-rata
54
69
62
60
66
71
Kriteria
K
K
K
K
K
C
atas
dianggap berkemampuan tinggi, di antara
disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil
kelompok lainnya. Meskipun hasil di atas
belajara siswa di Siklus I masih tidak
masih tidak memuaskan, namun apabila
memadai. Tabel di atas menunjukkan
dibandingkan dengan analisis hasil studi
bahwa untuk Siklus I maka kelompok I
pendahuluan, maka temuan Siklus I ini
III
sebagai
telah menunjukkan sedikit peningkatan.
rendah.
Hasil studi pendahuluan menunjukkan
dikategorikan
siswa yang pasif dan hampir tidak perduli
berkemampuan sedang dan kelompok VI
dengan hasil belajarnya, sedangkan di
dan
kelompok Kelompok
IV
tabel
dikategorikan
berkemampuan II
dan
V
di
34
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
gambaran
berpengaruh terhadap pemahaman siswa
tentang kemampuan siswa dan karakter
dan pencapain mereka. Lebih lanjut, hasil
mereka dalam mengikuti proses kegiatan
tulisan siswa terkait teks Narrtive belum
belajar.
cukup
Siklus
I
sudah
kelihatan
memuaskan.
Siswa
masih
Selain dari penampilan tabel di
mengalami kesulitan dalam menulis teks
atas, kesimpulan hasil rekaman dan
yang berkenaan dengan pemilihan kata,
catatan
penggunaan tenses, keefektifan kalimat
lapangan
menunjukkan
peneliti
bahwa
siswa
juga
dan kepaduan paragraf.
terutama
masih mengalami kesulitan dalam hal
Berdasarkan temuan Siklus I di
mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
atas peneliti selanjutnya berencana untuk
Guru juga terlihat belum begitu maksimal
membicarakan kembali langkah-langkah
dalam memotivasi dan mengarahkan
kegiatan
siswa menemukan pengetahuan melalui
spesifik, yang diharapkan akan benar-
pengalaman belajar yang mengesankan.
benar mampu membawa siswa dalam
Masih terlihat bahwa guru cenderung
kegiatan yang Saintifik. Selain itu,
masih
yang
peneliti mengharapkan agar guru juga
terbatas namun menuntut kerja kerja
memberi pengayaan materi pelajaran
siswa
yang lebih memadai di Siklus II dan
memberikan
untuk
penjelasan
menyelesaikan
tugas.
pembelajaran
lebih
Selanjutnya, kerjasama kelompok belum
sekaligus
begitu maksimal. Terlihat kecenderungan
dorongan yang lebih maksimal untuk
bahwa
dianggap
mengikuti kegiatan belajar. Berikut ini
berkemampuan baik yang diharapkan
adalah diskusi dan pembahasan Siklus II.
hanya
menyelesaikan presentasi.
siswa
tugas
Fakta
yang
dan lain
seperti
juga
yang
ditemukan dari Siklus I ini adalah
peneliti
kemampuan
(kolaborator)
guru
motivasi
dan
Untuk tahap persiapan Siklus II,
melakukan yang
memberi
yang
dalam
dijelaskan
bersama
sebelumnya
dengan
kembali
guru
membicarakan
mengintegrasikan pembelajaran secara
langkah-langkah kegiatan pembelajaran
terpadu antara membaca, menulis dan
yang lebih spesifik, yang sejalan dan
mendengarkan
lebih
masih
belum
sesuai
rinci
pembelajaran
harapan, yang dengan sendirinya akan
35
sesuai
dengan
Saintifik.
tahapan
Kemudian,
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
peneliti dan guru menyusun kembali
kelompok,
perubahan
susunan
bahan ajar yang lebih singkat namun
tersebut
bertujuan
untuk
lebih
memaksimalkan
padat
serta
penjabarannya. selanjutnya
lebih
Peneliti
sederhana dan
mempersiapkan
instrumen
dan
diperlukan
seperti
heterogenisasi
dengan acuan hasil penelitian Siklus I.
guru
Kemudian,
kembali
pertemuan
kedua
lain
yang
Siklus II kegiatan diteruskan dengan guru
persiapan
untuk
memberikan penjelasan tentang materi
hal-hal
Siklus I, kemudian melakukan apersepsi
yang
dan pemberian motivasi, sebagai awal
pembelajaran di Siklus I. Guru kembali
dari pelaksanaan tindakan.
memberikan penjelasan tentang materi
Sama
seperti
berhubungan
dengan
tema
pelajaran, peneliti mengamati kegiatan
pertemuan
pertama Siklus I, maka pertemuan
belajar
pertama Siklus II juga dilaksanakan
direkam. Di pertemuan ketiga Siklus II,
dengan
guru kembali memberi tugas kepada
memotivasi
siswa
untuk
dan
mengikuti kegiatan dengan maksimal.
masing-masing
Sesi
didiskusikan,
pertama
pertemuan
pertama
memastikan
kegiatan
kelompok dimana
untuk
masing-masing
Siklus II adalah penayangan vidio
kelompok diberikan soal yang berbeda
untuk
namun
memotivasi
siswa
dalam
relevan
dengan
tema
mengikuti kegiatan dan sesi kedua
pembelajaran. Tugas masih mirip dengan
dilanjutkan dengan penanganan vidio
tugas pertemuan ketiga Siklus I, dimana
yang
dengan
tugas yang berhubungan dengan Fairy
dengan
tale diberikan kepada kelompok I dan II,
pendekatan Saintifik. Di pertemuan
tugas yang berkaitan dengan Fabel untuk
pertama ini, guru menguji pemahaman
Kelompok III dan IV, serta tugas yang
siswa tentang pelaksanaan kegiatan
berkaitan
belajar
Kelompok V dan VI. Kemudian, selama
berhubungan
pelaksanaan
Saintifik
pembelajaran
berdasarkan
pendekatan
dengan
mengajukan
pertemuan
dengan
ketiga
Legend
berlangsung
untuk
maka
pertanyaan-pertanyaan yang relevan.
masing-masing
kelompok
diharapkan
Di akhir kegiatan pertemuan pertama,
mengumpulkan
informasi
sebanyak-
peneliti mengubah susunan anggota
banyaknya sehubungan dengan tema-
36
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
tema pelajaran yang mereka diskusikan.
pertemuan keempat. Tabel berikut adalah
Setelah informasi dianggap memadai dan
kesimpulan data observasi siswa yang
waktu yang ditargetkan cukup, maka
merupakan hasil dan refleksi kegiatan
setiap kelompok diharapkan menulis dan
Siklus II.
kemudian
mempresentasikannya
di
Tabel 2. Tabel Indikasi Partisipasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siklus II No
KELOMPOK I
II
III
IV
V
VI
1
Mengamati
60
75
70
70
80
80
2
Menanya
60
75
70
70
85
85
3
Mengumpulkan
75
80
75
80
85
90
informasi 4
Mengasosiasikan
70
80
70
70
85
80
5
Mengkomunikasikan
70
75
75
70
75
85
Jumlah
33
405
36
360
410
420
5
0
Rata-rata
67
81
72
72
82
84
Kriteria
K
B
C
C
B
B
Tabel di atas menunjukkan bahwa
dianggap
sebagai
kelompok
partisipasi dan hasil belajar siswa yang
berkemampuan sedang adalah Kelompok
semakin
perubahan
II dan V, tapi di Siklus II yang dianggap
kedudukan antara Siklus I dan II dalam
kelompok yang berkemampuan sedang
hal kategorisasi. Di Siklus I, Kelompok I,
adalah Kelompok III dan IV. Selanjutnya,
III
sebagai
apabila di Siklus I yang dikategorikan
kelompok berkemampuan rendah, dan di
berkemampuan tinggi hanya kelompok
Siklus
kelompok
VI, maka di Siklus II yang dianggap
berkemampuan rendah adalah kelompok I
berkemampuan tinggi adalah Kelompok
saja.
II, V dan VI, meskipun Kelompok VI
meningkat.
dan
II
IV
Ada
dikategorikan
yang
Kemudian,
dianggap
di
Siklus
I
yang 37
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online) Pertemuan
tetap memiliki nilai paling tinggi diantara
dilaksanakan
kelompok lainnya.
pertama dengan
memberi motivasi dan
Bagaimanapun, hasil di atas tetap
kembali melakukan
belum memuaskan terlebih disebabkan
apersepsi. Guru menayangkan vidio
oleh kesimpulan yang diambil dari telaah
lain
rekaman vidio pembelajaran dan catatan
motivasi
lapangan
bahwa
penguatan tentang pembelajaran yang
belum
mengikuti
yang
partisipasi maksimal. mampu
menunjukkan
guru
dan
siswa
kemampuan
siswa
menjawab
masih
tidak
disebabkan
keterbatasan
dan
kembali
dengan
melakukan
langkah-langkah
pertemuan kedua Siklus III, guru
presentasi,
bertanya
berhubungan
pendekatan Saintifik. Setelah itu, di
Siswa tetap tidak begitu melaksanakan
yang
menayangkan
dan
lagi
slide
materi
pelajaran dengan fasilitas laptop dan
memadai pemahaman
proyektor.
Siswa
mengamati,
mereka terkait materi pelajaran. Guru pun
kemudian
mengajukan
pertanyaan
belum mampu maksimal seperti yang
yang ditanggapi dengan guru dengan
ditargetkan. Hasil tulisan siswa juga
anstusias.
masih menunjukkan kelemahan dalam hal
ditayangkan di Siklus III ini adalah
pemilihan kata dan keefektifan.
kelanjutan materi Siklus I dan II.
Bahan
ajar
yang
(siklus
Di pertemuan ketiga kembali
terakhir) penelitian ini bertujuan untuk
diadakan diskusi kelompok, dimana
mamaksimalkan partispasi belajar siswa
siswa diarahkan secara maksimal oleh
dan
guru untuk melakukan eksplorasi dan
Pelaksanaan
Siklus
kemampuan
III
guru
dalam
mengimplementasi pendekatan Saintifik
mengumpulkan
dalam pembelajaran Bahasa Inggris di
mengasosiasikan
kelas
kebutuhan yang akan dipresentasi di
sasaran.
Setelah
melakukan dari
pertemuan
persiapan untuk Siklus I dan II, maka
pertemuan
peneliti dan guru kembali memasuki
pelaksanaan
kelas
merupakan
persiapan
yang
sasaran
lebih
untuk
matang
melaksanakan
informasi tema
keempat. keempat
38
dengan
Demikianlah, merupakan
presentasi
mengkomunikasikan
tindakan.
dan
yang kegiatan yang
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 www.jurnal.unswagati.ac.id dilaksanakan
oleh
siswa
ISSN : 1978-2560 (print) e-ISSN: 2442-5176 (online)
dengan
lapangan dan memastikan kegiatan
bimbingan guru, yang berjalan dengan
direkam. Berikut ini adalah tampilan
cukup lancar dan menarik. Selama
hasil penelitian Siklus III.
kegiatan berlangsung, peneliti tetap mengamati,
membuat
catatan
Tabel 3. Tabel Indikasi Partisipasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siklus III No
KELOMPOK I
II
III
IV
V
VI
1
Mengamati
70
85
80
80
90
90
2
Menanya
70
85
80
80
90
95
3
Mengumpulkan
75
90
85
90
90
95
informasi 4
Mengasosiasikan
80
85
80
80
90
90
5
Mengkomunikasikan
80
85
90
85
80
95
Jumlah
37
430
42
415
440
465
5
5
Rata-rata
75
86
85
83
88
93
Kriteria
C
B
B
B
B
SB
39
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 ISSN : 1978-2560 (print) www.jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN: 2442-5176 (online) Dengan demikian, di Siklus III Kemajuan siswa dalam memahami disimpulkan bahwa Kelompok VI tetap
materi pelajaran meningkat disebabkan
menduduki kriteria sebagai kelompok
karena kegiatan belajaran mengajukan
dengan kemampuan Tinggi dengan
materi-materi pelajaran yang berbeda
capaian nilai rata-rata 93 (sangat baik).
dan luas. Kegiatan yang dilakukan guru
Meskipun kelompok I tetap menduduki
juga cukup memfasilitasi siswa dalam
kategori
kelompok
melakukan
rendah
namun
berkemampuan hasil
ekplorasi,
asosiasi
dan
perolehan
komunikasi. Siswa menikmati kegiatan
kelompok tersebut di Siklus III telah
belajar sebab mereka diarahkan terlibat
mengalami peningkatan dari kriteria
maksimal dalam segala kegiatan dan
kurang menjadi cukup. Selanjutnya, di
semakin tumbuh perasaan kerja sama,
Siklus III, kelompok II, III, IV dan V
saling menghargai secara positif dalam
dikategorikan
kelopok
diri siswa. Teks Narrative hasil tulisan
berkemampuan sedang dengan nilai
siswa juga semakin baik dan dianggap
rata-rata di atas 80 (Baik).
cukup memadai.
sebagai
Lebih jauh lagi, dari rekaman vidio
pembelajaran
catatan
kegiatan ini dianggap cukup memakan
lapangan disimpulkan bahwa partisipasi
waktu. Kerja kelompok dan kegiatan
guru dan siswa telah maksimal. Siswa
presentasi cukup membuat suasana
telah
melaksanakan
kelas berisik dan agak mengganggu
presentasi dan mengajukan pertanyaan
kelas lain di sekitarnya. Selain itu,
serta menjawab pertanyaan. Selain itu,
sangat diperlukan persiapan matang
beberapa kali guru tampak berusaha
dalam menyediakan bahan ajar dan
mengajukan
yang
kemampuan memanajemen kelas yang
dengan
materi
baik, mengingat siswa tingkat sekolah
membuat
siswa
menegah pertama cenderung aktif dan
bersemangat menemukan jawaban yang
memiliki mobilitas yang tinggi. Oleh
memuaskan.
karena itu, segala keterbatasan dan
lebih
mampu
pertanyaan
menantang
terkait
pelajaran,
yang
terlihat
dan
Akan tetapi, secara keseluruhan
Kerjasama
maksimal
di
kelompok Siklus
III
kelemahan
dalam
penelitian
ini
penelitian ini, demikian juga keinginan
selanjutnya membuat peneliti sangat
untuk memperoleh nilai yang lebih
menyarankan dilaksanakannya telaah
tinggi telah membuat ada semacam
yang lebih jauh sehubungan dengan isu-
kompetisi
isu yang dimunculkan dalam penelitian
positif
antar
kelompok. 40
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 ISSN : 1978-2560 (print) www.jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN: 2442-5176 (online) ini untuk hasil yang lebih maksimal dan dalam membawakannya di kelas, memuaskan.
memerlukan persiapan yang matang dalam menyediakan bahan ajar dan juga memerlukan
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan di atas maka
kemampuan
memanajemen
kelas
yang
baik.
disajikan kesimpulan hasil penelitian
Selanjutnya, guru yang melaksanakan
sebagai
pendekatan
berikut.
pembelajaran
Pelaksanaan
Saintifik
diharapkan
dengan
aplikasi
memiliki pengetahuan dan wawasan
Saintifik
dalam
yang lusa terkait materi pelajaran yang
pembelajarann Bahasa Inggris mampu
akan diajarkannya untuk mencapai hasil
meningkatkan
hasil
belajar siswa yang maksimal. Guru
belajar siswa di Kelas IX di SMP
yang mengimplementasi pembelajaran
Negeri 14 Cirebon. Kemampuan siswa
yang berpusat kepada siswa seharusnya
dalam
sangat
selektif dan peka dalam menentukan
anggota
anggota kelompok supaya pencapaian
kelompok. Partisipasi maksimal dari
siswa memuaskan. Dalam pelaksanaan
guru dan siswa sangat mempengaruhi
kegiatan belajar Saintifik guru harus
hasil
kegiatan
maksimal dalam mengarahkan siswa
mengimplementasi
untuk berpartisipasi supaya sasaran
pendekatan
partisipasi
kerjasama
dipengaruhi
kelompok
heteregonisme
pembelajaran
belajar
yang
pendekatan Saintifik percaya
dan
dalam
Saintifik.
Pendekatan
mengarahkan diri
siswa
kegiatan tercapai dengan memuaskan.
lebih
Guru
yang
mengimplementasi
dalam
bertanya,
pendekatan Saintifik tidak seharusnya
pendapat,
mencari
bertindak sebagai pemberi informasi
informasi dan melakukan presentasi.
saja dalam kegiatan belajar, akan tetapi
Implementasi
guru juga harus mampu bertindak
mengemukakan
pendekatan
Saintifik
mampu menciptakan kegiatan belajar
sebagai
motivator,
kolaborator,
yang menyenangkan dan berkesan bagi
inspirator
dan
yang
siswa.
Pelaksanaan
Sebagaimana kelas-kelas di Indonesia
Saintifik
memakan
kelompok
dan
pendekatan waktu.
kegiatan
model
baik.
Kerja
masih memiliki jumlah siswa yang
presentasi
cukup banyak (di atas 20 orang), maka
cenderung menciptakan suasana kelas
guru
yang tidak kondusif.
pembelajaran Saintifik harus memiliki
Pembelajaran
Saintifik memerlukan kerja keras guru
yang
kemampuan 41
mengimplementasi
yang maksimal dalam
JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 (print) www.jurnal.unswagati.ac.id (online) mengelola kelas. Dengan demikian, Partono.
ISSN : 1978-2560 e-ISSN: 2442-5176 (2008). Pencegahan dan
penelitian yang lebih jauh sehubungan
Penanggulangan
Narkoba
dengan tema-tema di atas masih perlu
kalangan
dilakukan untuk memperoleh hasil yang
Yogyakarta.
lebih memuaskan.
Semiawan, Conny, A.S. Munandar,
remaja.
di
Ekonisia:
S.C.U. Munandar. (1984) Memupuk Bakat
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Suharsimi,Prof.
dan
Kreativitas
Siswa
2008.
Sekolah Menengah: Petunjuk Bagi
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.
Guru dan Orang Tua. Jakarta:
Bumi Aksara
Gramedia.
Depdiknas,
(2006).
Sugiono.
Kurikulum
(2008).
Metodologi
Bahasa Inggris 2006 untuk Sekolah
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
Menegah Pertama Dan Madrasah
R&D. Bandung: Penerbit Alpabeta.
Tsanawiyah. Jakarta: Departemen
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-
Pendidikan Nasional Jakarta.
UPI.
Depdiknas,
(2006).
2007.
Ilmu
dan
Aplikasi
Pendidikan. Bandung: PT Imperial
Permen
Depdiknas 22 Tahun 2006. Jakarta:
Bhakti Utama.
Departemen Pendidikan Nasional
Warijan. (1990). Dinamika Kelompok
Jakarta.
dalam
Depdiknas. 2014. Materi Pelatihan
Rajawali Press: Bandung.
Guru. Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014.
BPSDMP dan PMP.
Kemdikbud Depdiknas. 2014. Materi Pelatihan Guru. Bahasa
Implementasi Inggris
Kurikulum
Tahun
2014.
BPSDMP dan PMP. Kemdikbud Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Ningsih, Eka (2007). Manajemen dan sumber daya manusia. Rosda Karya: Bandung.
42
Proses
belajar
mengajar.