PENGARUH PERSEPSI PEMIMPIN RUMAH SAKIT TENTANG MUTU INSTALASI GAWAT DARURAT TERHADAP PELAKSANAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Oleh Deli Theo 077013006/IKM
»
»
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
PENGARUH PERSEPSI PEMIMPIN RUMAH SAKIT TENTANG MUTU INSTALASI GAWAT DARURAT TERHADAP PELAKSANAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh Deli Theo 077013006/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Minat Studi
: PENGARUH PERSEPSI PEMIMPIN RUMAH SAKIT TENTANG MUTU INSTALASI GAWAT DARURAT TERHADAP PELAKSANAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN 2009 : Deli Theo : 077013006 : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr.Endang Sulistya Rini,SE,MSi) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr.Drs, Surya Utama,MS)
(dr.Jules H. Hutagalung,MPH) Anggota
Dekan,
(dr.Ria Masniari Lubis,MSi)
Tanggal lulus :24 Agustus 2009
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Telah diuji pada Tanggal 24 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Dr.Endang Sulistya Rini,SE, MSi : 1. dr.Jules H. Hutagalung, MPH : 2. Drs Amru Nasution, MKes : 3. dr. Maria Christina Abiwiyanti, MARS
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
PERNYATAAN
PENGARUH PERSEPSI PEMIMPIN RUMAH SAKIT TENTANG MUTU INSTALASI GAWAT DARURAT TERHADAP PELAKSANAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 27 Juli 2009
Deli Theo
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
ABSTRAK Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin tinggi, hal itu disebabkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan artinya kesehatan.. Upaya yang telah dilaksanakan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan rumah sakit di antaranya adalah akreditasi rumah sakit. Jumlah rumah sakit di kota Medan ada sebanyak 62 rumah sakit dan yang sudah terakreditasi hanya ada 11 rumah sakit. Instalasi Gawat Darurat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka gambaran kualitas IGD mencerminkan gambaran mutu rumah sakit. Pemimpin rumah sakit memiliki peran strategis dalam hal penentuan kualitas mutu rumah sakit, perubahan persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat sebagai suatu investasi melalui akreditasi rumah sakit . Jenis penelitian ini adalah survey dengan tipe Explanatory Survey atau survey penjelasan, yang bertujuan menganalisis pengaruh persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Kota Medan tahun 2009. Populasi adalah seluruh pemimpin rumah sakit di Kota Medan dengan 51 sampel yang diambil secara keseluruhan dari populasi (total sampling). Analisa data menggunakan uji statistik regesi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah standar administrasi dan pengelolaan (p=0,001), standar falsafah dan tujuan (p=0,011), staf dan pimpinan (p=0,007), fasilitas dan peralatan (p=0,006), kebijakan dan prosedur (p=0,018), pengembangan staf dan program pendidikan (p=0,001), evaluasi dan pengendalian mutu (p=0,014), dan kontribusi terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit sebesar 50,8%. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan IGD terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit (Pvalue < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar pemimpin rumah sakit yang ada di Kota Medan untuk segera melaksanakan akreditasi sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar dan pasien merasa puas, dan perlu penelitian lebih lanjut tentang variabel – variabel lain yang memengaruhi pemimpin yang masih belum berkeinginan untuk melaksanakan akreditasi rumah sakit yang dipimpinnya.
Kata Kunci
: Persepsi, Akreditasi Rumah Sakit, Mutu Pelayanan.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
ABSTRACT
Nowadays, the awareness and need of public for the health service is increasing that Indonesian government’s initiatives to meet the public need have been intensely implemented. The quality and coverage of the service provided by the hospitals are shown through the accreditation rate they achieve. Of the 62 hospitals Medan, only 11 which have been accredited by the government. Emergency installation is the spearhead of the health service provided by a hospital, the quality of the emergency installation reflects the quality of the hospital itself. The manager of the hospital plays a strategic role in determining the quality of the hospital under his/her management. The perception of the hospital manager about a change to improve the quality of service provided through the emergency installation is an investment to achieve a better accreditation of the hospital. This purpose of this explanatory Survey study is to analyze the influence of the perception of hospital manager about the quality of service provided through the emergency installation on meeting the requirement for the accreditation implementation in the hospitals in Medan in 2009. The population of this study were all of the 51 hospitatl managers in Medan and all of them were selected to be the samples for this study through total sampling technique. Analysis of data using statistic test of double linier administration ( regresi linear ). This result of this study showed that variables influence the accreditation implementation in the hospitals in Medan were standard administration and management (p=0.001), standard philosophy and purpose (p=0.011), staff and manager (p=0.007), facilities and equipment (p=0.006), policy and procedure (p=0.018), staff development and educational program (p=0.001), quality evaluation and control (p=0.014), and contribution of the hospital accreditation implementation 50.8% Based on the result above, it is suggested that the hospital managers in Medan immediately carry out the accreditation achieved that the service provided meet the standard and satisfy the patients. Further researches on the variables influencing the hospital managers who do not wish to implement the accreditation received by the hospital they are managing need to be conducted. Key word : Perception, Accreditation, Hospital and Emergency Installation
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ’’ Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit di Kota Medan Tahun 2009’’ Dalam menyusun tesis, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi Dekan FKM Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis. 4. Dr.Endang Sulistya Rini,SE,Msi, selaku komisi pembimbing yang telah membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulisan penyusunan tesis ini. 5. dr. Jules H. Hutagalung, MPH, selaku komisi pembimbing yang telah membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran membimbing penulisan penyusunan tesis ini. 6. Drs.Amru Nasution, Mkes, sebagai pembanding yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
7. dr. Maria Christina Abiwiyanti, MARS, sebagai pembanding yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. 8. Pimpinan Rumah Sakit di Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, dukungan dan bimbingan selama melakukan penelitian. 9. Kepada Rekan – Rekan yang membantu dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan yang tak terhingga kepada orang tua penulis dan ibu mertua, istri Dewy SH dan ketiga putra dan putri tercinta Cassandra, Gracia dan Ethan yang telah memberikan motivasi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Juli 2009
Penulis
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Deli Theo yang dilahirkan di Tandam Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 26 Maret 1964, anak ketiga dari lima bersaudara, beragama Buddha dan bertempat tinggal di jalan Danau Singkarak No.2 DD Medan. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1978 di SD Methodist Binjai, tahun 1981 menamatkan SMP di SMP Methodist Binjai, kemudian tahun 1984 menamatkan SMA di SMA Methodist Binjai. Kemudian menamatkan Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan Tahun 1995. Tahun 2003 menamatkan Spesialis Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis berkerja sebagai dokter di RSU.Sari Mutiara Medan dari tahun 1991 – 2002. Sebagai Direktur RSU. Sari Mutiara sejak 2002 – 2009. Sebagai dokter di RSU Djoelham Binjai sejak 1996 – 2000. Sebagai Direktur Akademi Analis Kesehatan STIkes Mutiara sejak 2006 – 2009. Sebagai dosen di STIkes Mutiara Indonesia sejak 2003 – 2009. Sebagai dosen Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sejak 2007 sampai sekarang. Sebagai dosen Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia sejak 2006 sampai sekarang. Sebagai Direktur RSU.Bunda Thamrin sejak 2009 sampai sekarang.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... ABSTRACT............................................................................................................ KATA PENGANTAR......................................................................................... RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................ DAFTAR GAMBAR........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
i ii iii v vi viii x xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................ ...................................... 1.2. Permasalahan ................................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 1.4. Hipotesis ....................................................................................... 1.5. Manfaat Penelitian .........................................................................
1 1 9 9 9 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1. Persepsi ........................................................................................... 2.2. Kepemimpinan .............................................................................. 2.3. Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................................ 2.4. Rumah Sakit .................................................................................. 2.5. Instalasi Gawat Darurat (IGD) ...................................................... 2.6. Kualitas Pelayanan Jasa ................................................................ 2.7. Akreditasi Rumah Sakit ................................................................ 2.8. Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................
11 11 18 22 26 27 31 33 42
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 3.1. Jenis Penelitian ................................................................................. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 3.4. Metode Pengumpulan Data................................................................ 3.5. Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 3.6. Metode Pengukuran ........................................................................ 3.7. Metode Analisa Data ........................................................................
43 43 43 43 44 46 50 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 54 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 54 4.2. Analisis Univariat ........................................................................... 55
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
4.3. Analisis Bivariat ............................................................................... 68 4.4. Analisis Multivariat .......................................................................... 71
BAB V. PEMBAHASAN 5.1.Analisa Univariat................................................................................ 76 5.1.1. Variabel Independen................................................................. 77 5.1.2. Variabel Dependen................................................................... 78 5.2. Analisa Bivariat................................................................................. 79 5.2.1. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Falsafah dan Tujuan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan PelaksanaanAkreditasi............ 80 5.2.2. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Administrasi dan Pengelolaan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. 81 5.2.3. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Staf dan Pimpinan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi........... 82 5.2.4. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Fasilitas dan Peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi........... 83 5.2.5. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Kebijakan dan Prosedur Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi........... 84 5.2.6. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi.............................................................. 85 5.2.7. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Evaluasi dan Pengendalian Mutu Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi................................................................................... 86
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 91 6.2. Saran .................................................................................................. 92 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
94
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
DAFTAR TABEL Nomor 3.1.
Judul
Halaman
Aspek Pengukuran Variabel Independen (Persepsi Pemimpin Tentang Mutu Pelayanan IGD)…………………………………………………..
48
Aspek Pengukuran Tingkat Kepentingan Pemimpin Terhadap Pelaksanaan Akreditasi............................................................................
49
4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .......................................
52
4.2.
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Falsafah dan Tujuan...
53
4.3.
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Administrasi dan Pengelolaan………….........................................................................….
54
4.4.
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Staf dan Pimpinan.....
54
4.5.
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Fasilitas dan Peralatan
55
4.6.
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Kebijakan dan Prosedur 56
4.7.
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Pengembangan Staf dan Program Pendidikan ………………………………………………
57
Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Evaluasi dan Pengendalian Mutu…………………………………………………….
58
Distribusi Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Berdasarkan Self Assesment Tentang Mutu Pelayanan Instalasi GawatDarurat……………………...
59
4.10.
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Falsafah dan Tujuan
60
4.11.
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Administrasi dan Pengelolaan…………………………………………………………….
61
4.12.
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Staf dan Pimpinan...
62
4.13.
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Fasilitas dan Peralatan 63
4.14.
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Kebijakan dan Prosedur 64
3.2.
4.8. 4.9.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
4.15. 4.16. 4.17.
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Pengembangan Staf dan Program Pendidikan……………………………………………….
65
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Evaluasi dan Pengendalian Mutu……………………………………………………..
66
Distribusi Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Berdasarkan Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit....……………………………….. 67
4.18. Tabulasi Silang Persepsi Pemimpin Rumah Sakit tentang Mutu Pelayanan IGD Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi
69
4.19. Hasil Uji Regresi Variabel Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan IGD terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi……………………………………………………………….
72
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Judul
Halaman
Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................
40
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1. Kuesioner Penelitian ..................................................................................
95
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...........................................................
106
3. Hasil Analisis Univariat..............................................................................
108
4. Hasil Analisis Bivariat................................................................................
128
5. Hasil Analisis Mulivariat...........................................................................
135
6. Surat Penelitian..........................................................................................
136
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin tinggi, hal itu
disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan artinya kesehatan. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan, rumah sakit berusaha untuk selalu memenuhinya. Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui perencanaan pembangunan kesehatan. Tantangan bagi rumah sakit yang ada tersebut dijawab dengan peningkatan kemampuan dalam melakukan pelayanan jasa kesehatan. Bagi pengelola maupun pemilik rumah sakit agar kegiatannya tetap survive maka peningkatan dilakukan dengan menambah teknologi kedokteran yang ada, tenaga paramedis, tenaga ahli di bidang kesehatan, serta tenaga ahli lainnya yang menunjang operasional rumah sakit. Kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia untuk dapat hidup layak, produktif serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan berjalan dengan pesat, yang manfaatnya dapat dinikmati masyarakat luas. Namun demikian jangkauan pelayanan kesehatan ini masih terbatas sehingga masih banyak masyarakat yang belum mampu menikmati pelayanan kesehatan yang bermutu.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Layanan kesehatan yang bermutu adalah sebagai suatu layanan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan diselenggarakan 1 dengan
cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu
menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit dan layanan yang memuaskan. Di era persaingan global yang semakin maju, sudah seharusnya Rumah Sakit mengggunakan pendekatan yang brorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini berarti, kita harus mampu bersaing, khususnya dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya dengan sesama sejawat dalam negeri, namun benar-benar harus mampu bersaing dengan sejawat negara lain yang mungkin lebih maju atau bahkan sangat maju atau sangat professional. Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka adalah melalui pendekatan peningkatan mutu yang dibuktikan melalui akreditasi rumah sakit. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (UU No 23 tahun 1992). Mutu pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang sesuai dengan tingkat rata-rata penduduk yang menjadi sasaran pelayan kesehatan tersebut (Azwar, 1996). Mutu pelayanan kesehatan didukung oleh banyak faktor yang ada di rumah sakit sebagai suatu sistem. Faktor-faktor tersebut adalah manajemen rumah sakit, tenaga kesehatan, pembiayaan, sarana dan teknologi kesehatan yang digunakan, serta interaksi kegiatan yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan jasa atau pelayanan (Wasisto, 1994). Saat ini, hampir di setiap ibu kota kabupaten/kota telah memiliki rumah sakit pemerintah disamping rumah sakit swasta yang jumlahnya terus mengalami peningkatan dengan berbagai tipe dan jenis pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit yang hanya melayani pelayanan kesehatan spesialistik saja dan tarif pelayanan yang sudah di tetapkan atau paket. Masyarakat dengan mudah memilih rumah sakit dengan tarif layanan kesehatan yang tersedia. Harapan dari masyarakat adalah mendapatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau. Mutu pelayanan kesehatan merupakan masalah yang serius dan salah satu faktor penyebab meningkatnya kecendrungan masyarakat Indonesia berobat keluar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Sebagaimana di kemukakan oleh Trisnantoro
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
pada kolom editorial Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan (2005), bahwa masyarakat kota Medan banyak yang berobat ke pulau Penang, masyarakat Kalimantan Barat banyak yang berobat ke Kuching, dan masyarakat Riau ke Malaka. Analisa situasi pada Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa setiap tahunnya dilaporkan terjadi peningkatan jumlah penduduk yang berobat ke luar negeri seperti Penang/Malaysia dan Singapura. Diperkirakan bahwa rata – rata 1000 orang warga Medan berobat ke Penang setiap bulannya dan dilaporkan bahwa setiap tahunnya kedua negara tersebut mendapat devisa sekitar 400 juta dollar AS dari warga yang berobat. Dari keadaan ini dapat diasumsikan bahwa: 1) masih kurangnya kesiapan Provinsi Sumatera Utara menghadapi era globalisasi terutama bidang kesehatan; 2) besarnya devisa yang hilang; 3) adanya krisis ketidakpercayaan dari masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan disamping semakin seringnya muncul dugaan malpraktek dan salah diagnosis oleh petugas kesehatan.(Dinkes Provinsi Sumut.2005). Upaya yang telah di laksanakan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan rumah sakit di antaranya adalah akreditasi rumah sakit. Akreditasi Rumah Sakit pada saat ini telah mulai di tuntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Menurut Keputusan Dirjen Yan. Medik Depkes RI.,No.HK.00.06.3.5.00788, yang dimaksudkan dengan Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan dari Pemerintah yang diberikan kepada Rumah Sakit yang telah memenuhi standar yang ditetapkan. Tujuan dari Akreditasi Rumah Sakit adalah
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan.( Wijono, 1999 ). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 menyebutkan jumlah rumah sakit di Provinsi Sumatera Utara ada sebanyak 142, namun dari jumlah rumah sakit di atas hanya 14 rumah sakit yang sudah terakreditasi. Jumlah rumah sakit di kota Medan ada sebanyak 62 rumah sakit dan yang sudah terakreditasi ada 11 rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit yang jelek tentu diakibatkan kinerja pemimpin yang rendah. Hal tersebut terjadi karena pemimpin memiliki persepsi yang berbeda terhadap akreditasi rumah sakit dan persepsi ini di pengaruhi oleh: biaya, kebijakan, manfaat, sumber daya manusia, sarana, sifat mutu, pelayanan rumah sakit yang terakreditasi. Persepsi seseorang atas berbagai stimulus yang diterimanya dipengaruhi oleh pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan - hubungan yang diterimanya dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1988). Begitu juga dengan persepsi pemimpin terhadap pelaksanaan akreditasi di rumah sakit yang dipimpinnya. Rumah sakit yang terakreditasi berarti telah mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan, memberi jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga, dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan dan pengobatan pasien dengan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
sebaik – baiknya. Memberi jaminan dan kepuasan kepada pasien dan masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin. Rumah sakit dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan konsumen dengan meningkatkan kualitas pelayanan agar kepuasan konsumen meningkat. Pihak rumah sakit perlu secara cermat menentukan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Menjalin hubungan dan melakukan penelitian terhadap mereka perlu dilakukan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang di harapkan. Hal inilah yang disebut orientasi pada konsumen (Azis, 2005). Mutu pelayanan kesehatan dapat semata – mata dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut pandang sosial dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat – akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya. ( Wijono, 1999 ). Menurut Donabedian, mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes. Proses pelayanan kesehatan sendiri dibagi dalam dua komponen utama, pelayanan teknis (medis) dan manejemen hubungan interpersonal antara praktisioner dan klien. Dalam pelayanan kesehatan peningkatan mutu pelayanan diperlukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien, petugas profesi kesehatan, manajer kesehatan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
maupun pemilik institusi kesehatan. Arti mutu dapat di tinjau dari sudut pandang (perspektif ): Pasien, Petugas kesehatan, Manajer. Mutu merupakan fokus sentral dari tiap upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan. Untuk pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empathi, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Untuk petugas kesehatan, mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik. Untuk manajer atau administrator, mutu pelayanan tidak begitu berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari – hari, namun
tetap sama pentingnya.
Kebutuhan untuk supervisi, manajemen keuangan dan logistik, dan alokasi sumber daya yang terbatas sering memberikan tantangan yang tidak terduga. Hal ini kadang – kadang menyebabkan manajer kurang memperhatikan prioritas. Untuk manajer fokus pada mutu akan mendorongnya untuk mangatur staf, pasien dan masyarakat dengan baik. Bagi yayasan dan pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki tenaga professional yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para manajer dan pemilik institusi mengharapkan efisiensi dan kewajaran penyelenggara pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang dari berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya, waktu dan sebagainya.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Pengertian tentang mutu pemeliharaan kesehatan, sering diartikan pula sebagai mutu pelayanan kesehatan, mutu asuhan kesehatan, mutu perawatan kesehatan. Acuan dalam pelaksanaan operasional sehari – hari adalah sebagai berikut, derajat dipenuhinya standar profesi atau standar operasional prosedur dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil – hasil atau outcomes seperti yang diharapkan oleh profesi maupun pasien yang menyangkut pelayanan, diagnosa, terapi, prosedur atau tindakan pemecahan masalah klinis.(Wijono, 1999 ). Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu jenis pelayanan rumah sakit, yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan secepatnya pada kasus-kasus gawat darurat untuk mengurangi risiko kematian atau cacat. Oleh karena Instalasi Gawat Darurat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka gambaran kualitas IGD mencerminkan gambaran mutu rumah sakit. Pemimpin rumah sakit memiliki peran strategis dalam hal penentuan kualitas mutu rumah sakit karena bertanggung jawab dalam hal perencanaan dan pengorganisasian, pencapaian tujuan dan sasaran rumah sakit, kualitas pelayanan rumah sakit, alokasi sumber daya, menyelesaikan masalah atau krisis, kepatuhan pada peraturan, dan promosi rumah sakit. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maka pemimpin rumah sakit memiliki tiga peran utama yaitu monitoring (memantau), supporting (mendukung), dan intervening (intervensi).(Aditama, 2000). Berdasarkan fakta dan uraian di atas, pencapaian jumlah rumah sakit yang di akreditasi diharapkan meningkat, dengan perubahan persepsi pemimpin tentang mutu
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
pelayanan Instalasi Gawat Darurat sebagai suatu investasi melalui akreditasi rumah sakit yang memberi manfaat bagi; rumah sakit, pemerintah, perusahaan asuransi, masyarakat, pemilik dan pegawai. 1.2.
Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut; Apakah persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu Instalasi Gawat Darurat berpengaruh terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit di kota Medan.
1.3.
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu Instalasi Gawat Darurat terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit di kota Medan.
1.4.
Hipotesis Ada pengaruh persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu Instalasi Gawat Darurat terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit.
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Bagi direktur dan manajemen rumah sakit, penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam rangka pengambilan keputusan untuk
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
menentukan kebijakan dalam meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat melalui akreditasi rumah sakit. 2. Sebagai informasi dan pengembangan untuk penelitian sejenis secara berkelanjutan.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. PERSEPSI 2.1.1. Defenisi Persepsi Koentjaraningrat (1981) mengemukakan persepsi merupakan proses akal manusia yang sadar (concious) yang meliputi proses fisik, fisiologi dan psikologi yang menyebabkan berbagai macam impuls, diolah menjadi suatu penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca, sehingga persepsi sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan sesorang. Winardi (2001) mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Proses persepsi menyediakan mekanisme melalui stimuli yang diseleksi dan dikelompokkan dalam wujud yang berarti, yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara yang sama pada masing-masing individu sehingga secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda. Kusumarini (2002) mengemukakan persepsi merupakan pemberian makna hasil pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek. Pendapat ini didukung oleh Sarwono (1992) yang mendefinisikan persepsi sebagai suatu
10 Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
pengenalan objek melalui aktivitas sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi. Robbin (1991) menyatakan bahwa persepsi sebagai suatu proses individu untuk gambaran yang berarti dengan dunia sekitarnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Kusumarini (2002) yang mengutip pendapat McMahon, bahwa suatu program penyusunan informasi dipergunakan untuk membuat suatu penafsiran dan pengertian. Menurut Anderson (1986) yang mengutip pendapat Krech, persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataan yang ada. Menurut Muzaham (1995) berpendapat bahwa persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, kemampuan untuk mengfokuskan dan sebagainya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan perbedaan dalam persepsi antara lain adalah perhatian. Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, kebutuhan, sistem nilai dan ciri kepribadiannya. Gibson (1996) mengemukakan, pengertian persepsi adalah proses-proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Persepsi mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Persepsi mencakup penerimaan stimulus yang telah diorganisir dengan cara yang dapat mempengaruhi prilaku dan pembentukan sikap. Persepsi merupakan perilaku yang melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca, sehingga sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Mengenai pada berbagai pendapat tentang pengertian persepsi, penulis berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu upaya atau proses individu dalam memberikan suatu makna tertentu terhadap objek yang berdasarkan proses pengenalan dan pengorganisasian dalam otak kemudian menginterprestasikan maknanya. 2.1.2. Proses Pembentukan Persepsi Proses pembentukan persepsi antar satu individu dan yang lain berbeda-beda, hal tersebut dikemukakan oleh Thoha (1995), bahwa pembentukan persepsi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan dan faktor external yang meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang itu bertempat tinggal. Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka proses pembentukan persepsi berlangsung sangat kompleks. Menurut Kusumarini (2002) yang mengutip pendapat Atkonson dan Hilgard mengemukakan bahwa proses terbentuknya persepsi dalam diri seseorang diawali ketika stimuli kompleks masuk ke dalam otak, dan melalui proses akan menghasilkan makna serta arti atau tafsiran terhadap stimuli tersebut. Proses pembentukan melalui proses kognisi (pemikiran) terhadap suatu stimulus berupa fenomena, objek atau
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
kejadian. Taraf permulaan persepsi adalah adanya suatu stimulus dari suatu objek yang mengenai alat indera (proses fisik). Proses berikutnya adalah proses fisiologis yaitu terjadinya suatu transfer stimulus ke otak oleh syaraf sensoris. Proses terakhir adalah proses psikologi dimana individu menyadari makna yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Intensitas frekuensi, jumlah kejadian atau objek mampu menarik perhatian seseorang sehingga dapat mempunyai tanggapan, sekalipun bersifat tertutup (covert behavior) dalam bentuk persepsi. Menurut Kusumarini (2002) yang mengutip pendapat Feigl menekankan bahwa ada tiga mekanisme pembentukan persepsi yaitu (1) selectivity, (2) closure, dan (3) interpretation. Proses selectivity terjadi apabila seseorang menerima pesan, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Hal tersebut merupakan peristiwa yang saling berhubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Proses closure akan menyeleksi hasil kesimpulan, kemudian disusun suatu kesatuan kumpulan pesan atau stimuli. Rakhmat (1992) menyatakan bahwa pengorganisasian stimuli dengan cara melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima tidak lengkap dapat pula diisi dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan. Persepsi dapat terjadi dengan dimulainya proses pengamatan, sedangkan pengamatan dapat dilakukan apabila muncul suatu stimuli. Pada tahapan stimuli, maka proses seleksi dan pengorganisasian akan berinteraksi dengan interprestasi dan closure. Proses interaksi akan menghasilkan respon yang berupa permanent memory atau
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
disebut juga dengan mental representation. Pada saat seseorang/individu melakukan aktivitas interprestasi maka akan dipengaruhi oleh faktor internal maupun external. Menurut Wilopo (1993) yang mengutip pendapat Young menyatakan bahwa perbedaan persepsi terhadap sesuatu hal tergantung atau dipengaruhi oleh proses pembentukannya. Faktor pengetahuan dan pengalaman merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Berdasarkan pengertian terbentuknya persepsi, dapat dimengerti bahwa persepsi juga dapat terjadi pada diri pasien umum di rumah sakit, dimana pasien menginter-prestasikan suatu objek atau suatu aktivitas yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan yang mereka terima selama mengalami perawatan di rumah sakit. Proses itu sendiri pada takaran operasional masih sangat luas, karena dapat mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Konsepsi persepsi tampaknya masih dalam tataran kognitif sehingga memang apresiasinya masih memerlukan wujud yang nyata. Menurut Kotler (2000) persepsi terhadap kualitas mutu pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir pada persepsi pasien. Hal ini berarti, citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan persepsi pihak pemimpin rumah sakit saja, melainkan juga berdasarkan persepsi pasien. Menurut Jalaluddin (1988) yang mengutip pendapat Mc. David menyatakan bahwa faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu. Hal ini disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Psikologi sosial berpendapat ada pengaruh faktor sosial seperti pengaruh interpersonal, nilai kultural, dan harapan-harapan yang dipelajari secara sosial pada persepsi individu, bukan saja terhadap objek-objek mati, tetapi juga objek-objek sosial. Sebuah pertanyaan logikal : mengapa kita mempelajari hal-hal tertentu secara berbeda-beda dari realita konkrit dan tidak berubah, bagaimanakah kita dapat menarik kesimpulan, bahwa persepsi-persepsi tidak mungkin berbeda. Sesungguhnya keadaan realita secara aktual hanya dapat kita mengalaminya melalui stimuli yang berkaitan dengan realitas. Menurut Winardi (2001) yang mengutip pendapat Haire mengemukakan bahwa informasi, orang dan situasi-situasi senantiasa berubah di dalam lingkungan kita, hingga stimuli juga berubah, sehingga petunjuk menjadi tidak pasti tentang apa yang sesungguhnya ada disana sehingga persepsi juga akan berbeda-beda. Menurut Koentjaraningrat (1981) yang mengutip pendapat Hammer, persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, memanfaatkan, mengalami dan mengolah perbedaan atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Persepsi sering dipengaruhi oleh : 1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian dan lain-lain. 2. Field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
2.1.3. Persepsi Pemimpin tentang Mutu Pelayanan Kesehatan Persepsi biasa digunakan oleh seseorang untuk memandang ataupun menilai sesuatu objek. Pandangan masing-masing individu terhadap suatu objek akan berbeda-beda, tergantung terhadap tingkat pengetahuan orang tersebut. Persepsi adalah pengalaman seseorang terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi seorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi sejauh mana pemahamannya terhadap objek tersebut (Wirawan, 1992). Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dari kualitas perusahaan
menurut
John
Sviokla,
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta peningkatan profit perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh manajemen (Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1996). Konsekuensi atas pendekatan kualitas pelayanan suatu produk memiliki esensi penting bagi strategi perusahaan untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan. Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan kesehatan merupakan penilaian pemimpin terhadap pengalamannya (penglihatan, pendengaran atau yang dialami) dalam proses memanajemen rumah sakit, yang tergambarkan pada tingkat kualitas mutu pelayanan yang diberikan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
terhadap pasien. Persepsi pemimpin memiliki hubungan yang linear dengan pendekatan strategi mutu pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit. 2.2. Kepemimpinan 2.2.1. Defenisi Kepemimpinan/manajemen berkewajiban menggerakkan dan mengarahkan semua personil atau kelompok agar mewujudkan agar mewujudkan tujuan organisasi. Kepemimpinan adalah tindakan/perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan, baik seorang maupun kelompok bergerak ke arah tujuan tertentu. Kepemimpinan tampak dalam proses dimana seorang pemimpin mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau mengawasi fikiran-fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Menurut Hicks, seorang manajer memilih bentuk atau corak kepemimpinan untuk maksud penggunaannya agar menghasilkan efektifitas sebagai seorang pemimpin. Menurut Hicks (1996) menyatakan bahwa pilihan yang benar suatu corak kepemimpinan yang menghubungkan secara tepat dengan motivasi eksternal dapat membimbing kepada pencapaian secara sekaligus baik tujuan individu maupun organisasi. Dengan suatu corak kepemimpinan atau teknik-teknik motivasi yang tidak tepat tujuan organisasi dapat terganggu serta para pekerja dapat merasakan kebencian, keagresifan, kegelisahan serta merasakan ketidakpuasan. Tingkat gaya kepemimpinan dari otokrasi sampai pada demokrasi dan pada kebebasan berusaha, kesemuanya itu memberikan keadaan yang menguntungkan dan merugikan. Pada
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
umumnya manajer menggunakan semua corak ini pada suatu waktu atau lainnya, akan tetapi corak kepemimpinan yang demikian sering tersusun, mengolongkan seorang manajer sebagai seorang otokrat, demokrat atau pemimpin yang bebas dalam kegiatannya (liberal). Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak masalah-masalah yang dihadapi, baik masalah pribadi ataupun masalah sosial yang menyangkut orang banyak. Oleh karena itu diperlukan seorang yang mampu untuk memimpin, membimbing dan sekaligus mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Orang yang mampu untuk memimpin, membimbing dan sekaligus mampu untuk memecahkan masalah disebut pemimpin. Dalam kehidupan berorganisasi, pemimpin memegang peranan yang sangat penting, bahkan sangat menentukan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimipin dalam melakukan aktivitasnya memerlukan sekelompok orang lain yang disebut bawahan. Merekalah yang dikendalikan, dipengaruhi, dan digerakkan agar mampu bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan keinginan pemimpin. Selain bawahan, pemimpin juga membutuhkan saranan dan prasarana dalam rangka untuk memperlancar tugasnya sebagai pemimpin. Pemimpin juga dituntut untuk membina hubungan baik dan menyenangkan dengan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi tertentu, mampu membaca keadaan bawahannya dan lingkungannya. Faktor yang harus diketahui dari bawahannya adalah kematangan mereka, sebab ada kaitannya dengan tepat menerapkan pengaruhnya pada bawahan sehingga pemimpin memperoleh ketaatan yang memadai. Keberadaan pemimpin yang efektif dan dinamis dalam struktur organisasi sangat strategis. Karena dengan adanya komitmen yang tinggi dari seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas bawahannya, maka diharapkan akan meningkat pula kualitas bawahannya. Pemimpin yang efektif dan dinamis akan mampu mengendalikan, mengarahkan dan memotivasi bawahannya ke arah tercapainya kinerja karyawan, seperti yang diharapkan oleh pemimpin dalam suatu organisasi. Perilaku kepemimpinan seorang manajer dipengaruhi oleh motivasi internalnya sejajar dengan perilaku seorang karyawan yang dipengaruhi oleh kepentingan khususnya sendiri, keinginan dan harapannya. Tambahan pula, perilaku seorang manajer akan dipengaruhi oleh latihan dan pengalamannya. Termasuk diantara kekuatan dalam diri manajer yang mempengaruhi corak kepemimpinan yang mana yang akan dipilihnya, yaitu (1) sistem penilainnya, (2) kepercayaannya terhadap bawahannya, (3) kecendrungan kepemimpinannya sendiri, dan (4) perasaan aman dalam suatu situasi yang tidak menentu. Keempat variabel ini akan menempatkan manajer melakukan penilaiannya sendiri meliputi perasaan dalam pengambilan tanggung jawab, pembuatan keputusan dengan yang lain-lainnya dan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
pada kedudukan yang penting atas kemanfaatan, efisiensi, dan pelaksanaan serta pemenuhan oleh para karyawan itu sendiri. Kepercayaannya terhadap para bawahan tersebut menyangkut kepercayaan yang dimilikinya dalam diri para bawahan serta praduga yang dibuatnya yang menyangkut tabiat/sifat-sifat manusia. Kepemimpinan dinyatakan sebagai proses, artinya kepemimpinan itu dalam kurun waktu cukup yang dimulai dari membuat perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pembimbingan (directing), pengawasan (controlling) dan kembali lagi kepada pembuatan perencanaan untuk kegiatan selanjutnya. Secara umum dapat dikatakan, bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan mempengaruhi prilaku orang lain, dalam hal ini para anggota kelompok, sedemikian rupa sehingga prilaku tersebut diwujudkan dalam pola tindak orang yang bersangkutan yang memungkinkannya memberikan yang terbaik pada dirinya dalam penyelesaian tugas bersama, (Siagian, 1998). Defenisi tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan yang dapat dipelajari dan ditumbuh kembangkan; misalnya melalui pendidikan dan pelatihan. Artinya kepemimpinan seseorang bukan hanya bisa tumbuh dan berkembang lantaran adanya bakat dari seseorang yang dibawa sejak lahir tetapi bisa dididik dan dilatih. Dalam
pengertian
yang
paling
mendasar,
menurut
Drake
(1993)
mengemukakan bahwa kepemimpinan positif berada di barisan paling depan; menggunakan badan, gerakan maju dan ketrampilan komunikasi anda untuk memberi
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
arahan kepada yang lain jalan mana yang harus ditempuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa pemimpin perusahaan yang berhasil paling sedikit memiliki delapan sifat, yaitu : (1) kemampuan untuk memusatkan perhatian, (2) penekanan pada nilai yang sederhana, (3) selalu bergaul dengan orang, (4) menghindari profesionalisme tiruan, (5) mengelola perubahan, (6) memilih orang, (7) hindari “mengerjakan semua sendiri”, dan (8) menghadapi kegagalan. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, dapat disintesiskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang (pemimpin) unuk mempengaruhi orang lain (bawahan) dalam rangka untuk mencapai tujuan oraganisasi. Dalam hal ini kepemimpinan mengandung unsur-unsur: (1) orang yang mempengaruhi,
(2)
orang
yang
dipengaruhi,
(3)
adanya
tindakan
untuk
mempengaruhi, (4) adanya maksud dan tujuan. Selanjutnya berdasarkan sistesis ini, dapat dirumuskan indikator dari persepsi pemimpin dalam penelitian ini, yaitu (1) nilai investasi mutu, (2) kemampuan SDM, (3) Biaya untuk mutu. 2.3 Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu adalah faktor keputusan mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalamam nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan,
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
operasional teknik atau subjektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif. Tiap orang mempunyai pendapat tentang apa yang dimaksud dengan mutu. Konsep mutu yang berarti bagus, lux, atau paling bagus tidaklah sama secara professional. Misalnya, peralatan kedokteran yang bermutu menurut dokter tentulah bermacam-macam sesuai pendapatnya. Menurut Donabedian (1988), mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes. Proses pelayanan kesehatan sendiri dibagi dalam dua komponen utama, pelayanan teknis (medis) dan manajemen hubungan interpersonal antara praktisioner dan klien. Dalam pelayanan kesehatan peningkatan mutu pelayanan diperlukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien, petugas profesi kesehatan, manajer kesehatan maupun pemilik institusi kesehatan. Arti mutu dapat di tinjau dari sudut pandang (perspektif): Pasien, Petugas kesehatan, Manajer. Mutu merupakan fokus sentral dari tiap upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan. Untuk pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu empathi, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Untuk petugas kesehatan, mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik. Untuk manajer atau administrator, mutu pelayanan tidak begitu berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari – hari, namun
tetap sama pentingnya.
Kebutuhan untuk supervisi, manajemen keuangan dan logistik, dan alokasi sumber daya yang terbatas sering memberikan tantangan yang tidak terduga. Hal ini kadang – kadang menyebabkan manjer kurang memperhatikan prioritas. Untuk manajer fokus pada mutu akan mendorongnya untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat dengan baik. Bagi yayasan dan pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki tenaga professional yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para manajer dan pemilik institusi mengharapkan efisiensi dan kewajaran penyelenggara pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang dari berbagai aspek seperti tiadanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya, waktu dan sebagainya. Pengertian tentang mutu pemeliharaan kesehatan, sering diartikan pula sebagai mutu pelayanan kesehatan, mutu asuhan kesehatan, mutu perawatan kesehatan, yang menjadi acuan dalam pelaksanaan operasional sehari – hari adalah sebagai berikut, derajat dipenuhinya standar profesi atau standar operasional prosedur dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil – hasil atau outcomes seperti yang diharapkan oleh profesi maupun pasien yang menyangkut pelayanan, diagnosa, terapi, prosedur atau tindakan pemecahan masalah klinis. (Wijono, 1999 ).
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Kualitas pelayanan mencangkup empat dimensi yaitu : aspek profesi, efektifitas, efisiensi, keamanan dan kepuasan pasien Menurut Wijono (1999), aspek mutu pelayanan secara keseluruhan dapat dilihat pada: 1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis Aspek ini mencangkup Sumber Daya Manusia (tenaga medis, para medis, dan non medis) 2. Efektivitas dan efisiensi Hal ini menyangkut pemanfaatan sumber daya yang ada. 3. Keselamatan pasien Dalam hal ini menyangkut keamanan dan keselamatan pasien, perlindungan dari resiko yang sekecil-kecilnya terhadap pasien. 4. Kepuasan pasien Aspek ini menyangkut kepuasan pasien terhadap tampilan fisik, mental, social pasien serta kebersihan lingkungan, kemampuan keramahan, kecepatan pelayanan, dan perhatian luas petugas terhadap pasien, (Jacobalis, 1989) Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar layanan dengan menggunakan potensi sumber
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta memuaskan (Depkes RI, 1994). Keberhasilan pelayanan di
rumah sakit sangat ditentukan oleh mutu
pelayanan. Peningkatan mutu pelayanan merupakan faktor yang sangat penting, karena dengan mutu pelayanan yang baik bisa memberikan kepuasan kepada pasien, sehingga mutu pelayanan yang baik adalah sarana pelayan penting untuk menarik pasien (Adikoesoemo, 1994)
2.4. Rumah Sakit Rumah sakit sebagai lembaga pelayan kesehatan masyarakat mulai dari kelas sosial ekonomi rendah sampai kelas ekonomi yang paling tinggi harus mampu menjalankan fungsi-fungsinya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Menurut SK Menkes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman rumah sakit pasal 5, rumah sakit mempunyai fungsi : a.
Menyelenggarakan pelayanan medis
b.
Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
c.
Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan
d.
Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e.
Menyelenggarakan pendidikan dan latihan di bidang kedokteran dan kesehatan
f.
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan
g.
Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
2.5. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Unit Gawat Darurat adalah unit pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya pada kasus-kasus gawat darurat untuk mengurangi risiko kematian atau cacat. 2.4.1. Standar Pelayanan IGD (Menurut Depkes RI, 2007),untuk kepentingan akreditasi, standar merupakan salah satu syarat pelaksanaan akreditasi, karena standar inilah yang akan dipakai untuk mengukur sejauh mana rumah sakit mampu memenuhinya. Bilamana rumah sakit mampu memenuhi standar, maka rumah sakit tersebut mendapat akreditasi (diakui). Semua kriteria penilaian pada setiap pelayanan di rumah sakit termasuk pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD), di kelompokan kedalam 7 standar yaitu: 1.
Falsafah dan tujuan Instalasi Gawat darurat dapat memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan yang mengalami kecelakaan sesuai dengan standar. Adapun kriteria dari falsafah dan tujuan adalah; (1) Rumah sakit menyelenggarakan peleyanan gawat darurat selama 24 jam terus menerus; (2) IGD yang terpisah secara fungsional dari unit – unit pelayanan lainnya; (3) Ada kebijakan dan prosedur tentang pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang berobat ke IGD
2. Administrasi dan Pengelolaan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
IGD harus diatur, dipimpin dan diintegrasikan dengan bagian lain dan instalasi rumah sakit lainnya. Adapun kriteria untuk standar administrasi dan pengelolaan adalah (1) IGD dilengkapi dengan bagan organisasi disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit; (2) Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan petugas pendukung lain yang bertugas di IGD; (3) Ada petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di IGD.
3. Staf dan Pimpinan Instalasi gawat darurat dipimpin oleh dokter yang telah mendapat pelatihan gawat darurat, dibantu oleh tenaga medis, para medis perawatan, para medis non perawatan dan tenaga non medis yang terampil. Adapun kriteria untuk standar staff dan pimpinan adalah (1) Ada dokter sebagai kepala IGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di IGD; (2) Ada perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD; (3) Adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pasien; (4) Semua dokter dan tenaga keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar ( Basic Life Support ); (5) Adanya informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
4. Fasilitas dan Peralatan Fasilitas yang diberikan harus menjamin efektivitas bagi pelayanan pasien gawat darurat dalam waktu 24 jam terus menerus. Adapun kriteria untuk Fasilitas dan Pelayanan adalah (1) Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi IGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke IGD dari arah dalam RS; (2) Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya; (3) Pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infuse dilakukan sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat; (4) Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara IGD dengan unit lain didalam dan di luar rumah sakit terkait, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya, pelayanan ambulance, unit pemadam kebakaran, konsulen SMF IGD; (5) Ada ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala. 5. Kebijakan dan Prosedur Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu disempurnakan dan mudah dilihat oleh seluruh petugas. Adapun kriteria untuk kebijakan dan prosedur adalah
(1) Ditetapkan kebijakan tentang TRIASE; 2)
Ditetapkan kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain; (3) Ditetapkan kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan untuk life saving; (4) Ditetapkan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana (Disaster Plan) yang mungkin terjadi didalam atau diluar rumah sakit.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
6. Pengembangan staf dan program pendidikan Instalasi gawat darurat dapat dimanfaatkan untuk pelatihan (in service training) dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas. Adapun kriteria untuk pengembangan staf dan program pendidikan adalah (1) Ada program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang berkerja di IGD; (2) Setiap tahun ditetapkan program pelatihan dan pengembangan pegawai yang menyeluruh untuk meningkatkan tenaga yang bertugas di IGD. Program pelatihan dan pengembangan ini telah sesuai dengan kebutuhan perseorangan dan organisasi; (3) Ditetapkan program pelatihan secara teratur bagi petugas IGD untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam bencana (disaster); (4) Setiap tahun ditetapkan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi pegawai rumah sakit dan masyarakat; (5) Pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil; (6) Pelayanan keperawatan di IGD diberikan oleh perawat mahir 7. Evaluasi dan pengendalian mutu Adanya upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan instalasi gawat darurat secara terus-menerus. Adapun kriteria untuk Evaluasi dan pengendalian mutu adalah (1) Harus tersedia data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta analisisnya disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang terkait; (2) Dilakukan evaluasi mengenai penanganan kasus kecelakaan dan kasus medis paling sedikit setahun sekali; (3) Ketentuan tentang Informed Consent (IC) telah dilaksanakan oleh staf medis dan perawat; (4) Indikator klinis dikumpulkan, diolah
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dan dianalisis untuk digunakan melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan; (5) Dilakukan evaluasi terhadap kejadian kematian di IGD.
2.6. Kualitas Pelayanan Jasa 2.6.1. Defenisi Kualitas Pelayan Jasa (Service Quality/Servqual) Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dari kualitas perusahaan menurut John Sviokla, adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta peningkatan profit perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1996). Konsekuensi atas pendekatan kualitas pelayanan suatu produk memiliki esensi penting bagi strategi perusahaan untuk mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan. Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model SERVQUAL yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam serangkaian penelitian mereka terhadap beberapa sektor jasa. Servqual dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi atas layanan yang nyata yang telah diterima konsumen (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan/diinginkan (expected service).
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Dan apabila kenyataan sama dengan harapan, maka layanan disebut memuaskan. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima/ peroleh. Parasuraman et.all (1998). 2.6.2. Dimensi Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) Terdapat lima dimensi Servqual sebagai berikut. Parasuraman et al (1998): 1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dari kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. 2. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. 3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan,
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibialitas (credibiality), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy). 5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
2.7.
Akreditasi Rumah Sakit Istilah akreditasi dan sertifikasi sering saling dipertukarkan. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan resmi yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan. Akreditasi merupakan pengakuan resmi yang biasanya diberikan oleh pemerintah terhadap lembaga sertifikasi yang memenuhi standar EN-45012, yaitu persyaratan Internasional bagi sebuah lembaga sertifikasi.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Sertifikasi merupakan pengakuan resmi terhadap keberhasilan penerapan sistem mutu di perusahaan berdasarkan pada sistem mutu ( misalnya ISO 9000 ). Lembaga sertifikasi dapat merupakan lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Di Indonesia, lembaga yang berwenang memberikan akreditasi kepada lembaga sertifikasi adalah Komite Akreditasi Nasional – Dewan Standar Nasional ( KAN – DSN ). Pada dasarnya, tujuan utama akreditasi rumah sakit adalah agar KUALITAS diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit. 2.7.1. Maksud akreditasi rumah sakit 1. Memberikan standar – standar operasional rumah sakit dan fasilitas kesehatan dan pelayanan lain yang berhubungan. 2. Untuk menghubungkan program survey dan akreditasi yang akan menjadi anggota dari profesi kesehatan, rumah sakit, fasilitas kesehatan lain yang berhubungan secara sukarela a. Meningkatkan mutu tinggi dari pelayanan dalam semua aspek dengan maksud untuk memberikan pasien manfaat yang optimal dengan ilmu kedokteran. b.
Untuk menggunakan prinsip dasar dari rencana keselamatan, pemeliharaan fisik, organisasi dan administrasi. Bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari pelayanan pasien yang efisien
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
c.
Untuk menjaga pelayanan esensial dalam fasilitas – fasilitas melalui usaha – usaha koordinasi dari staf yang terorganisir dan badan – badan pemerintah dari fasilitas – fasilitas.
3.
Untuk menghubungkan program – program pendidikan dan riset dan menerbitkan hasil dari itu, yang akan lebih lanjut maksud lain dari organisasi, dan untuk menerima bantuan, pemberian dan warisan dan perlengkapan – perlengkapan, dan mendukung organisasi.
4.
Untuk memberikan tanggung jawab dan menghubungkan kegiatan – kegiatan lain menyesuaikan dengan operasional dari penyusunan standar, survey dan program akreditasi Standar pada umumnya mempunyai ciri-ciri tertentu: a. Berhubungan dengan mutu pemeliharaan atau pelayanan yang disediakan b. Berhubungan dengan optimalisasi sumber daya yang ada c. Kepatuhannya dapat diukur
Akreditasi rumah sakit berkaitan dengan penilaian kepatuhan terhadap standar – standar yang mencakup seluruh fungsi dan kegiatan rumah sakit. Sumber daya atau sarana dan prasarana, manajemen, pelayanan medik, perawatan, fungsi penunjang umum, diagnostic, rekam medis, hak pasien dan sebagainya. Dengan akreditasi diharapkan hasil pelayanan kesehatan (output) yang bermutu.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Pada umumnya dokter dan tenaga medis, menganggap bahwa mutu pelayanan akan dijamin bagus dengan peningkatan kualitas keahlian dokter dengan pendidikan dan praktek yang terus – menerus, serta peralatan yang canggih. Namun masyarakat pengguna jasa ( pasien ), pengelola rumah sakit, pemilik rumah sakit, dan yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung dengan pelayanana rumah sakit dapat berpendapat lain. Peningkatan mutu adalah seharusnya dimulai dari keinginan diri sendiri (rumah sakit ) secara keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan penampilan atas citra dirinya dengan kesadaran, bahwa semakin bermutu rumah sakitnya akan semakin banyak memperoleh keuntungan dalam arti luas. Oleh karenanya sebelum di akreditasi, dinilai oleh komite akreditasi, dia akan menilai dirinya sendiri dulu ( Self assessment ) 2.7.2. Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan RI,No.159a/MENKES/PER/II/1988 tentang rumah sakit disebutkan bahwa; Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan bahwa Rumah Sakit memenuhi standar minimal yang ditentukan. Standar pelayanan Rumah Sakit dan standar pelayanan medis telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI.,No.436/MENKES/SK/VI/1993. Standar yang digunakan untuk akreditasi mengacu pada standar dalam surat keputusan Menteri tersebut dan pertimbangan lain yang ditetapkan.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Menurut Keputusan Dirjen Yan. Medik Depkes RI, No.HK.00.06.3.5.00788, yang dimaksudkan dengan Akreditasi Rumah Sakit adalah suatu pengakuan dari Pemerintah yang diberikan kepada Rumah Sakit yang telah memenuhi standar yang ditetapkan. Sedangkan yang berwenang melakukan akreditasi rumah sakit, baik milik pemerintah pusat, pemrintah daerah, BUMN maupun swasta adalah “ Komisi Gabungan Akreditasi Rumah Sakit “, suatu tim yang bersifat non struktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, yang anggotanya terdiri dari unsur – unsur; ( PERSI, Organisasi profesi bidang kesehatan, Ahli perumah sakitan, Departemen Kesehatan, Instansi / Unit terkait ).(Wijono,1999). Akreditasi Rumah Sakit mencakup penilaian terhadap fisik bangunan, pelayanan kesehatan, perlengkapan, obat-obatan, ketenagaan, dan administrasi. Mengacu
pada
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI,
No,
436/MENKES/SK/IV/1993, mengingat kemampuan rumah sakit, penerapan standarstandar tersebut dapat secara bertahap, namun minimal sudah harus dapat memenuhi 5 (lima) kegiatan pelayanan pokok, yaitu : a. Administrasi dan manajemen b. Pelayanan medis c. Pelayanan gawat darurat d. Pelayanan keperawatan e. Rekam medis
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
2.7.3.
Tujuan Dan Manfaat Akreditasi Rumah Sakit
2.7.3.1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit-rumah sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan ruamah sakit dapat dipertanggungjawabkan. 2.7.3.2. Tujuan Khusus a. Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan. b. Memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga, dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaikbaiknya. c. Memberikan jaminan dan kepuasan kepada “customers” dan masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin. 2.7.4. Manfaat Akreditasi a. Bagi Rumah Sakit 1. Akreditasi merupakan forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dan badan akreditasi yang akan memberikan saran perbaikan atau
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
rekomendasi untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui pencapaian standar yang ditentukan. 2. Dengan adanya metode self-evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada di bawah standar atau perlu ditingkatkan. Dengan demikian, hal ini akan meningkatkan kesadaran rumah sakit akan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. 3. Penting untuk rekrutmen dan membatasi “turn over” staf rumah sakit (tenaga medis/para medis/ non medis), Karena para pegawai akan lebih senang, tenang dan aman bekerja di rumah sakit yang telah diakreditasi. 4. Dengan perkembangan asuransi kesehatan, akan semakin banyak perusahaan asuransi yang mempersyaratkan pesertanya untuk berobat di rumah sakit yang memiliki status akreditasi. Sehingga suatu saat nanti rumah sakit yang telah diakreditasi sajalah yang mendapat penggantian biaya pengobatan/perawatan dari pihak ketiga tersebut. 5. Status akreditasi juga menjadi alat untuk negoisasi dengan perusahaan asuransi kesehatan 6. Status akreditasi dapat dijadikan alat untuk memasarkan (marketing) pada masyarakat 7. Suatu saat pemerintah akan mempersyaratkan akreditasi sebagai kriteria untuk memberi izin rumah sakit yang menjadi tempat pendidikan tenaga medis/para medis
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
8. Status akreditasi merupakan status simbol bagi rumah sakit dan dapat meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat atas rumah sakit 9. Dengan diketahuinya kekurangan dibandingkan dengan standar yang ada, rumah sakit dapat menggunakannya untuk kepentingan pengajuan anggaran dan perencanaan/pengembangan rumah sakit kepada pemilik (pemberi bantuan) b. Bagi Pemerintah 1.
Akreditasi merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan dan membudayakan konsep mutu pelayanan rumah sakit melalui pembinaan yang terarah dan berkesinambungan
2.
Akreditasi dapat memberikan gambaran keadaan rumah sakit di Indonesia dalam pemenuhan standar yang ditentukan sehingga menjadi bahan masukan untuk rencana pengembangan pembangunan kesehatan pada masa yang akan datang
c. Bagi Perusahaan Asuransi 1.
Akreditasi penting untuk negoisasi klaim asuransi kesehatan dengan rumah sakit
2.
Akreditasi member gambaran rumah sakit mana yang dapat dijadikan mitra kerja
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
d. Bagi Masyarakat 1.
Masyarakat dapat mengenal (secara formal) dengan melihat sertifikat akreditasi yang biasanya dipajang di rumah-rumah sakit yang pelayanannya telah memenuhi standar, sehingga dapat membantu mereka memilih rumah sakit yang dianggap baik pelayanannya.
2.
Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayan rumah sakit yang sudah diakreditasi daripada yang belum diakreditasi.
e. Bagi Pemilik 1.
Memiliki rasa kebanggaan bila rumah sakitnya diakreditasi
2.
Pemilik dapat menilai seberapa baik pengelolaan sumber daya (efisiensi) rumah sakit ini dilakukan oleh manajemen dan seluruh tenaga yang ada, sehingga misi dan program rumah sakit dapat lebih mudah tercapai (efektifitas)
f. Bagi Pegawai/Petugas (medis, para medis, dan non medis) 1.
Petugas merasa lebih senang dan aman serta terjamin bekerja pada rumah sakit yang terakrediatasi
2.
Umumnya pegawai pada unit pelayanan yang mendapat nilai baik sekali akan mendapat imbalan (materi/non materi) dari manajemen atas usahanya selama ini dalam memenuhi standar
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3.
Self-assesment
akan
menambah
kesadaran
akan
pentingnya
pemenuhan standard peningkatan mutu sehingga dapat memotivasi pegawai tersebut untuk bekerja lebih baik 2.8. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori, dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen
PERSEPSI PEMIMPIN TERHADAP MUTU IGD
Variabel Dependen
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Falsafah dan Tujuan Administrasi dan Pengelolaan Staf dan Pimpinan Fasilitas dan Peralatan Kebijakan dan Prosedur Pengembangan Staf dan program pendidikan 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
PELAKSANAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) melalui aspek Falsafah dan Tujuan, Administrasi dan Pengelolaan, Staf dan Pimpinan, Fasilitas dan Peralatan, Kebijakan dan Prosedur, Pengembangan Staf dan program pendidikan, serta Evaluasi dan Pengendalian Mutu akan mempengaruhi pemimpin rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Explanatory Survey yang menjelaskan
pengaruh variabel bebas (persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat) terhadap variabel terikat (kebutuhan pelaksanaan akreditasi) dan bertujuan mencari hubungan sebab akibat dari variabel – variabel yang diteliti. Penelitian survei dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan (Sugiyono, 2005).
3.2.
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah sakit yang memiliki Instalasi Gawat Darurat
di kota Medan, penelitian dimulai April 2009 sampai Agustus 2009 dengan pertimbangan: 1. Jumlah rumah sakit yang memiliki Instalasi Gawat Darurat yang belum terakreditasi ada sebanyak 51 rumah sakit di kota Medan. 2. Banyak warga kota Medan yang berobat ke luar negeri
3.3.
Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemimpin rumah sakit di kota
Medan yaitu 51 orang. Karena jumlah populasi relatif kecil, maka seluruh populasi dijadikan sampel (total populasi) yaitu 51 orang. 41 Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3.4.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan kuesioner sebagai pedoman untuk melakukan wawancara. Untuk melengkapi hasil wawancara langsung peneliti juga mengumpulkan data sekunder yaitu data-data yang telah tersedia seperti; jumlah dokter dan jumlah rumah sakit dari PERSI dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan. 3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Ada dua hal yang dilakukan untuk menganalisis instrument penelitian sehingga didapatkan instrumen yang valid dan handal, yaitu: 1. Uji kesahihan instrumen (validitas) Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara skor tiap butir dengan skor totalnya. Uji validitas yang akan dipakai menggunakan teknik korelasi Product Moment oleh Pearson dengan taraf signifikansi yang digunakan sebesar 95% (α = 0,05). 2. Uji keterhandalan instrument (reliabilitas) Reliabilitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Tingkat reliabilitas menunjukan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
Uji validitas instrument penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis realibilitas yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Ridwan, 2005).
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument itu sudah baik. Teknik yang diapakai untuk menguji kuisioner penelitian adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrument kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran pada taraf 95% (Ridwan, 2005. Reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai alpha lebih besar dari (r-Tabel) 0,60. Berdasarkan hasil pengujian keseluruhan variabel dikatakan valid, karena nilai corrected item-total Correlation menunjukkan r-Hitung diatas nilai korelasi (rTabel) 0,281. Keseluruhan variabel dikatakan reliabel karena nilai Alpha Cronbach yang diperoleh lebih besar dari (r-Tabel) 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan dinyatakan valid dan reliable (terlampir).
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Bebas 1. Persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat didefenisikan sebagai penilaian atau tanggapan pemimpin (responden) berdasarkan hasil evaluasi tim manajemen rumah sakit terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan selama ini kepada pasien yang ditinjau dari aspek Falsafah dan Tujuan, Administrasi dan Pengelolaan, Staf dan Pimpinan, Fasilitas dan Peralatan, Kebijakan dan Prosedur, Pengembangan Staf dan program pendidikan, serta Evaluasi dan Pengendalian Mutu dan dipersepsikan dengan sangat baik, baik, tidak baik. 2. Persepsi pemimpin tentang falsafah dan tujuan adalah penilaian atau tanggapan pemimpin (responden) terhadap standar pelayanan Instalasi Gawat Darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan yang mengalami kecelakaan sesuai standar. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik. 3. Persepsi pemimpin tentang administrasi dan pengelolaan adalah penilaian atau tanggapan pemimpin (responden) terhadap kesesuaian pelayanan IGD dengan kebutuhan masyarakat dan harus diatur, dipimpin dan diintegrasikan dengan bagian lain dan instalasi rumah sakit lainnya. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik. 4. Persepsi pemimpin tentang Staf dan Pimpinan adalah penilaian atau tanggapan pemimpin (responden) yang menggambarkan tentang struktur IGD dipimpin oleh
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dokter yang telah mendapat pelatihan gawat darurat, dibantu oleh tenaga medis, para medis perawatan, para medis non perawatan dan tenaga non medis yang terampil. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik. 5. Persepsi pemimpin tentang Fasilitas dan Peralatan adalah penilaian atau tanggapan pemimpin (responden) yang menggambarkan Fasilitas yang disediakan harus menjamin efektivitas bagi pelayanan pasien gawat darurat dalam waktu 24 jam terus menerus. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik. 6. Persepsi pemimpin tentang Kebijakan dan Prosedur adalah penilaian atau tanggapan pemimpin (responden) yang menggambarkan adanya kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan dan mudah dilihat oleh seluruh petugas. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik. 7. Persepsi pemimpin tentang Pengembangan dan Program Pendidikan adalah penilaian
atau
tanggapan
pemimpin
(responden)
yang
menggambarkan
pemanfaatan IGD untuk pendidikan dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik. 8. Persepsi pemimpin tentang Evaluasi dan Pengendalian Mutu adalah penilaian atau tanggapan pemimpin terhadap adanya upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan instalasi gawat darurat secara terus-menerus. Dengan tiga kategori pengukuran yaitu; sangat baik, baik, dan tidak baik.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
9. Sangat baik diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian pemimpin yang mengambarkan mutu pelayanan kesehatan sepenuhnya sangat baik dan cenderung melebihi kebutuhan atau keinginan pasien. Hal ini menggambarkan tingkat mutu pelayanan IGD yang tinggi menurut evaluasi pemimpin. 10. Baik diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian pemimpin yang mengambarkan mutu pelayan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini menggambarkan tingkat mutu pelayanan IGD yang sedang menurut evaluasi pemimpin. 11. Tidak baik diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian pemimpin yang mengambarkan mutu pelayan kesehatan sepenuhnya tidak
sesuai dengan
kebutuhan atau keinginan pasien. Hal ini menggambarkan tingkat mutu pelayanan IGD yang rendah menurut evaluasi pemimpin.
3.5.2. Variabel Terikat 1. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit didefenisikan sebagai penilaian pemimpin rumah sakit terhadap tingkat kepentingan kebutuhan akan pelaksanaan akreditasi yang dapat dinilai dengan sangat penting, penting, dan tidak penting. a. Sangat penting diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian pemimpin yang menggambarkan mutu pelayanan sepenuhnya atau sebagian besar sangat sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini menggambarkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi yang paling tinggi menurut evaluasi pemimpin (nilai > 80 % dari total indikator).
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
b. Penting diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian pemimpin yang menggambarkan mutu pelayanan cukup sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini menggambarkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi dengan kategori sedang
menurut evaluasi pemimpin (nilai 60 - 80 % dari total
indikator). c. Tidak penting diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian pemimpin yang menggambarkan mutu pelayanan tidak sesuai dengan kebutuhan pasien. Hal ini menggambarkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi yang paling rendah menurut evaluasi pemimpin (nilai < 60 % dari total indikator).
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3.6. Metode Pengukuran a. Variabel Bebas ( Persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan IGD). Tipe data diasumsikan memiliki skala interval pada bobot nilainya, setiap kategori akan diberikan nilai. Aspek pengukuran variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen (Persepsi Pemimpin Tentang Mutu Pelayanan IGD) Skala Interval Variabel Bebas Jumlah N (Persepsi pemimpin Bobot nilai 1 indikator Bobot nilai total Indika o tentang mutu Sangat Tidak Sangat Tidak Tor Baik Baik Baik Baik Baik Baik pelayanan IGD 1 Falsafah dan Tujuan 3 3 2 1 9 6 3 Adminisrasi dan 2 3 3 2 1 9 6 3 Pengelolaan 3 Staf dan Pimpinan 5 3 2 1 15 10 5 4 Fasilitas dan Peralatan 9 3 2 1 27 18 9 5 Kebijakan dan Prosedur 4 3 2 1 12 8 4 Pengembangan Staf dan 6 6 3 2 1 18 12 6 Program Pendidikan Evaluasi dan 7 5 3 2 1 15 10 5 Pengendalian Mutu Jumlah 35 21 14 7 105 70 35 Aspek penentuan nilai variabel bebas (Persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan IGD pada penelitian ini menggunakan skala interval, dengan variabel yang diukur dan dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur dalam bentuk item pertanyaan.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
b. Variabel Terikat ( Tingkat Kepentingan Pemimpin terhadap Pelaksanaan Akreditasi) Aspek pengukuran tingkat kepentingan pemimpin terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Tingkat Kepentingan Pemimpin Terhadap Pelaksanaan Akreditasi N o
1 2 3 4 5 6 7
Skala Interval Bobot nilai 1 indikator Bobot nilai total Sangat Tidak Sangat Tidak Penting Penting Penting Penting Penting Penting
Variabel Terikat (Tingkat Kepentingan)
Jumlah Indika tor
Falsafah dan Tujuan Adminisrasi dan Pengelolaan Staf dan Pimpinan Fasilitas dan Peralatan Kebijakan dan Prosedur Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Evaluasi dan Pengendalian Mutu Jumlah
3
3
2
1
9
6
3
3
3
2
1
9
6
3
5
3
2
1
15
10
5
9
3
2
1
27
18
9
4
3
2
1
12
8
4
6
3
2
1
18
12
6
5
3
2
1
15
10
5
35
21
14
7
105
70
35
Aspek penentuan nilai variabel terikat (Tingkat Kepentingan pemimpin terhadap pelaksanaan akreditasi pada penelitian ini menggunakan skala interval, dengan variabel yang diukur dan dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur dalam bentuk item pertanyaan.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3.7. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses yang digunakan untuk menganalisis data
yang
dikumpulkan secara sistematis, berstruktur untuk menghasilkan interpretasi masalah yang diteliti. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Analisis Univariat, yaitu analisa yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang masing-masing vaiabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi 2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik cross tab ( tabulasi silang). 3. Analisis Multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Uji statistik yang digunakan pada tahap ini adalah uji regresi linear berganda dengan model: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + e Keterangan : Y
= Persepsi pemimpin terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi
a
= Konstanta
X1 = Persepsi pemimpin tentang falsafah dan tujuan X2 = Persepsi pemimpin tentang administrasi dan pengelolaan X3 = Persepsi pemimpin tentang staf dan pemimpin X4 = Persepsi pemimpin tentang fasilitas dan peralatan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
X5 = Persepsi pemimpin tentang kebijakan dan prosedur X6 = Persepsi pemimpin tentang pengembangan staf dan program pendidikan X7 = Persepsi pemimpin tentang evaluasi dan pengendalian mutu e
= error (galat)
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 = Koefisien estimasi mode.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Kota Medan, dengan pertimbangan (menurut data PERSI) jumlah rumah sakit yang terdapat di kota Medan yang belum terakreditasi masih banyak, yaitu 51 rumah sakit dari 62 rumah sakit yang memiliki Instalasi Gawat Darurat di kota Medan dan banyak warga kota Medan yang berobat ke luar negeri Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis kelamin terbanyak laki-laki sebesar 68,6%, golongan umur terbanyak berusia antara 50-60 tahun sebesar 47,1%, tingkat pendidikan terbanyak adalah lulusan S1 sebesar 64,7%. Distribusi karakteristik pemimpin rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Jumlah No Karakteristik Responden ( N) 1 Jenis Kelamin a. Laki-laki 35 b. Perempuan 16 Total 51 2 Umur a. 28-38 7 b. 39-49 20 c. 50-60 24 Total 51 3 Pendidikan a. Lulus SMA 5 b. Lulus S1 33 c. Lulus S2 9 d. Lulus S3 4 Total 51
Presentase (%) 68,6 31,4 100 13,7 39,2 47,1 100 9,8 64,7 17,6 7,8 100
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
52
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengukuran
persepsi pemimpinan
rumah sakit tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap pelaksanaan akreditasi.
4.2.1. Variabel Independen Analisis univariat yang dilihat dalam variabel independen adalah distribusi frekuensi falsafah dan tujuan, adminisrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu seperti yang tertera pada Tabel 4.2. berikut ini: Tabel 4.2. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Falsafah dan Tujuan No Pertanyaan
Sangat Baik
%
Baik
%
Tidak Baik
%
Total
1
42
82,4
8
15,7
1
2
51 (100%)
2 3
2 2
3,9 3,9
33 32
64,7 62,7
16 17
31,4 33,3
51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.2. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel falsafah dan tujuan sebesar 82,4 % menilai dengan kategori sangat baik tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya petunjuk penyelenggaraan pelayanan selama 24 jam secara terus menerus. Persepsi pemimpin sebesar 64,7% baik tentang adanya pelayanan IGD yang terpisah secara fungsional
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dari unit – unit pelayanan lainnya. Persepsi pemimpin sebesar 62,7% baik tentang adanya kebijakan dan prosedur terhadap pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang berobat ke IGD. Tabel 4.3. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Administrasi dan Pengelolaan No Pertanyaan 1 2 3
Sangat Baik 1 31 24
%
Baik
%
2 60,8 47,1
20 20 27
39,2 39,2 52,9
Tidak Baik 30 0 0
%
Total
58,8 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.3. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel Administrasi dan Pengelolaan 60,8% menilai dengan kategori sangat Baik mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan petugas pendukung lain yang bertugas di IGD. Persepsi pemimpin 58,8% tidak baik adanya struktur organisasi IGD disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit. Persepsi pemimpin 52,9% baik adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di IGD.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.4. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Staf dan Pimpinan No Sangat Pertanyan Baik 33 1 17 2 17 3 21 4 12 5 Tabel 4.4. menjelaskan
% 64,7 33,3 33,3 41,2 23,5 bahwa
Tidak % Total Baik 18 35,3 0 0 51 (100%) 32 62,7 2 3,9 51 (100%) 34 66,7 0 0 51(100%) 29 56,9 1 2 51 (100%) 38 74,5 1 2 51(100%) menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk Baik
%
variabel staf dan pimpinan 64,7% sangat baik adanya dokter sebagai kepala IGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di IGD. Persepsi pemimpin 62,7% baik adanya perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD. Persepsi pemimpin 66,7% baik adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pasien. Persepsi pemimpin 56,9% baik terhadap kemampuan semua dokter dan tenaga keperawatan melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support). Persepsi pemimpin 74,5 % menilai dengan kategori Baik mutu pelayanan Instalasi Gawat darurat terhadap adanya informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai di IGD.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.5. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Fasilitas dan Peralatan No Sangat Pertayaan Baik 17 1 12 2 21 3 22 4 14 5 27 6 10 7 13 8 13 9
%
Baik
%
33,33 23,5 41,2 43,1 27,5 52,9 19,6 25,2 25,5
33 37 28 29 35 23 37 36 37
64,7 72,5 54,9 56,9 68,6 45,1 72,5 70,6 72,5
Tidak Baik 1 2 2 0 2 1 4 2 1
%
Total
2 3,9 3,9 0 3,9 2 7,8 3,9 2
51 (100%) 51 (100%) 51(100%) 51 (100%) 51 (100%) 51(100%) 51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.5. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel fasilitas dan peralatan sebesar 64,7% baik adanya kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi IGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke IGD dari arah dalam RS. Persepsi pemimpin 72,5 % menilai dengan kategori Baik mutu pelayanan Instalasi Gawat darurat terhadap adanya pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya. Persepsi pemimpin 54,9% baik adanya pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infuse dilakukan sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat. Persepsi pemimpin 56,9% baik adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan unit lain didalam dan diluar rumah sakit. Persepsi pemimpin 68,6% baik adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan
rumah sakit lainnya. Persepsi pemimpin 52,9%
sangat baik adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan ambulance. Persepsi pemimpin 72,5% baik adanya kelancaran hubungan komunikasi
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
antara IGD dengan pelayanan unit pemadam kebakaran. Persepsi pemimpin 70,6% baik adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan konsulen SMF IGD. Persepsi pemimpin 72,5% baik adanya ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala. Tabel 4.6. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Kebijakan dan Prosedur No Sangat Pertayaan Baik 15 1 15 2 20 3 12 4
%
Baik
%
29,4 29,4 39,2 23,5
35 36 31 33
68,6 70,6 60,8 64,7
Tidak Baik 1 0 0 6
%
Total
2 0 0 11,8
51 (100%) 51 (100%) 51(100%) 51 (100%)
Tabel 4.6. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel kebijakan dan prosedur 68,6 % baik adanya kebijakan tentang TRIASE . Persepsi pemimpin 70,6 % menilai dengan kategori Baik mutu pelayanan Instalasi Gawat darurat terhadap adanya kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain. Persepsi pemimpin 60,8 % baik adanya kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan untuk life saving. Persepsi pemimpin 64,7 % baik adanya penetapan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana (Disaster Plan) yang mungkin terjadi didalam atau diluar rumah sakit.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.7. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Pengembangan Staf dan Program Pendidikan No Pertayaan 1 2 3 4 5 6
Sangat Baik 23 17 8 11 20 12
%
Baik
%
45,1 33,3 15,7 21,6 39,2 23,5
27 31 34 32 31 39
52,9 60,8 66,7 62,7 60,8 76,5
Tidak Baik 1 3 9 8 0 0
%
Total
2 5,9 17,6 15,7 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51(100%) 51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.7. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel pengembangan staf dan program pendidikan 52,9 % baik adanya program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang berkerja di IGD. Persepsi pemimpin 60,8 % baik adanya program pelatihan dan pengembangan pegawai yang menyeluruh untuk meningkatkan tenaga yang bertugas di IGD setiap tahunnya. Persepsi pemimpin 66,7 % baik adanya program pelatihan secara teratur bagi petugas IGD untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam bencana (disaster). Persepsi pemimpin 62,7 % baik adanya program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi pegawai rumah sakit dan masyarakat setiap tahunnya. Persepsi pemimpin 60,8 % baik adanya pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil. Persepsi pemimpin 76,5 % menilai dengan kategori Baik mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya pelayanan keperawatan di IGD yang diberikan oleh perawat mahir dan terampil.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.8. Distribusi Persepsi Pemimpin Tentang Variabel Evaluasi dan Pengendalian Mutu No Pertanyaan 1 2 3 4 5
Sangat Baik 14 21 16 18 15
%
Baik
%
27,5 41,2 31,4 35,3 29,4
36 28 35 33 34
70,6 54,9 68,6 64,7 66,7
Tidak Baik 1 2 0 0 2
%
Total
2 3,9 0 0 3,9
51 (100%) 51 (100%) 51(100%) 51 (100%) 51 (100%)
Tabel 4.8. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel evaluasi dan pengendalian mutu sebesar 70,6 % menilai dengan kategori Baik mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya ketersediaan data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta analisisnya disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang terkait. Persepsi pemimpin 54,9 % baik adanya evaluasi mengenai penanganan kasus kecelakaan dan kasus medis yang dilakukan paling sedikit setahun sekali. Persepsi pemimpin 68,6 % baik adnya Ketentuan tentang Informed Consent (IC) yang telah dilaksanakan oleh staf medis dan perawat. Persepsi pemimpin 64,7 % baik adanya penilaian hasil pelayanan medis yang dilakukan. Persepsi pemimpin 66,7 % baik adanya evaluasi yang dilakukan terhadap kejadian kematian di IGD.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.9. No 1
2
3
4
5
6
7
Distribusi Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Berdasarkan Self Assesment Tentang Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Variabel
Jumlah ( N)
Falsafah dan Tujuan Sangat Baik 17 Baik 31 Tidak Baik 3 51 Total Administrasi dan Pengelolaan Sangat Baik 27 Baik 23 Tidak Baik 1 51 Total Staf dan Pimpinan Sangat Baik 19 Baik 32 Tidak Baik 0 51 Total Fasilitas dan Peralatan Sangat Baik 18 Baik 31 Tidak Baik 2 51 Total Kebijakan dan prosedur Sangat Baik 19 Baik 29 Tidak Baik 3 51 Total Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Sangat Baik 12 Baik 34 Tidak Baik 5 51 Total Evaluasi dan Pengendalian Mutu Sangat Baik 14 Baik 35 Tidak Baik 2 51 Total
Presentase (%) 33,3 60,8 5,9 100 52,9 45,1 2 100 37,3 62,7 0 100 35,3 60,8 3,9 100 37,3 56,9 5,9 100 23,5 66,7 9,8 100 3,9 68,6 27,5 100
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.9. menjelaskan bahwa 60,8 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel falsafah dan tujuan, 52,9 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel adminnistrasi dan pengelolaan, 62,7 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel staf dan pimpinan, 60,8 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel fasilitas dan peralatan, 56,9 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel kebijakan dan prosedur, 66,7 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel pengembangan staf dan program pendidikan, 68,6 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori Baik untuk mutu pelayanan tentang variabel evaluasi dan pengendalian mutu.
4.2.2. Variabel Dependen Analisis univariat yang dilihat dalam variabel dependen adalah distribusi frekuensi falsafah dan tujuan, adminisrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.10. Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Falsafah dan Tujuan No Pertanyaan 1 2 3
Sangat Penting 47 41 32
%
Penting
%
92,2 80,4 62,7
4 10 19
7,8 19,6 37,3
Tidak Penting 0 0 0
%
Total
0 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.10. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel falsafah dan tujuan sebesar 92,2% menilai dengan kategori sangat penting tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya petunjuk penyelenggaraan pelayanan selama 24 jam secara terus menerus. Persepsi pemimpin sebesar 80,4 % sangat penting tentang adanya pelayanan IGD yang terpisah secara fungsional dari unit – unit pelayanan lainnya. Persepsi pemimpin sebesar 62,7% sangat penting tentang adanya kebijakan dan prosedur terhadap pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang berobat ke IGD. Tabel 4.11. Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Administrasi dan Pengelolaan No Pertanyaan 1 2 3
Sangat Penting 38 41 36
%
Penting
%
74,5 80,4 70,6
13 10 15
25,5 19,6 29,4
Tidak Penting 0 0 0
%
Total
0 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.11. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel Administrasi dan Pengelolaan 74,5 % menilai dengan kategori sangat penting mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan petugas pendukung lain yang bertugas di IGD.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Persepsi pemimpin 80,4 % sangat penting adanya struktur organisasi IGD disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit. Persepsi pemimpin 70,6 % sangat penting adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di IGD.
Tabel 4.12. No Pertanyaan 1 2 3 4 5
Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Staf dan Pimpinan Sangat Penting 48 34 37 41 30
%
Penting
%
94,1 66,7 72,5 80,4 58,8
3 15 14 10 21
5,9 29,4 27,5 19,6 41,2
Tidak Penting 0 2 0 0 0
%
Total
0 3,9 0 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.12. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel staf dan pimpinan 94,1 % sangat penting adanya dokter sebagai kepala IGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di IGD. Persepsi pemimpin 66,7 % sangat penting adanya perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD. Persepsi pemimpin 72,5 % sangat penting adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pasien. Persepsi pemimpin 80,4 % sangat penting terhadap kemampuan semua dokter dan tenaga keperawatan melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support). Persepsi pemimpin 58,8 % menilai dengan kategori sangat penting mutu pelayanan Instalasi Gawat darurat
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
terhadap
adanya
informasi
tentang
pelayanan
yang
diperlukan
sudah
dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai di IGD. Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Fasilitas dan Peralatan No Sangat % Pertanyaan Penting 33 64,7 1 31 60,8 2 34 66,7 3 35 68,6 4 27 52,9 5 40 78,4 6 27 52,9 7 34 66,7 8 36 70,6 9
Penting
%
16 20 17 16 23 11 23 17 15
31,4 39,2 33,3 31,4 45,1 21,6 45,1 33,3 29,4
Tidak Penting 2 0 0 0 1 0 1 0 0
%
Total
3,9 0 0 0 2 0 2 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51(100%)
Tabel 4.13. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel fasilitas dan peralatan sebesar 64,7% sangat penting adanya kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi IGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke IGD dari arah dalam RS. Persepsi pemimpin 60,8 % % menilai dengan kategori Instalasi Gawat darurat terhadap
sangat penting mutu pelayanan
adanya pemisahan tempat pemeriksaan dan
tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya. Persepsi pemimpin 66,7 % sangat penting adanya pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infuse dilakukan sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat. Persepsi pemimpin 68,6 % sangat penting adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan unit lain didalam dan diluar rumah sakit. Persepsi pemimpin 52,9 % sangat penting adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
rumah sakit lainnya. Persepsi pemimpin 78,4 % sangat penting adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan ambulance. Persepsi pemimpin 52,9 % sangat penting adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan
unit pemadam kebakaran. Persepsi pemimpin 66,7 % sangat penting
adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan konsulen SMF IGD. Persepsi pemimpin 70,6 % sangat penting adanya ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala. Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Kebijakan dan Prosedur No Sangat Pertanyan Penting 37 1 33 2 39 3 25 4
%
Penting
%
72,5 64,7 76,5 49
14 18 12 24
27,5 35,3 23,5 47,1
Tidak % Penting 0 0 0 0 0 0 2 3,9
Total 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%)
Tabel 4.14. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel kebijakan dan prosedur 72,5 % sangat penting adanya kebijakan tentang TRIASE . Persepsi pemimpin 64,7 % menilai dengan kategori sangat penting mutu pelayanan Instalasi Gawat darurat terhadap adanya kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain. Persepsi pemimpin 76,5 % sangat penting adanya kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan untuk life saving. Persepsi pemimpin 47,1 % penting adanya penetapan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana (Disaster Plan) yang mungkin terjadi didalam atau diluar rumah sakit.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.15. Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Pengembangan Staf dan Program Pendidikan No Sangat % Penting % Pertanyaan Penting 45 88,2 6 11,8 1 37 72,5 14 27,5 2 26 51 19 37,3 3 31 60,8 17 33,3 4 37 72,5 14 27,5 5 29 56,9 20 39,2 6
Tidak Penting 0 0 6 3 0 2
%
Total
0 0 11,8 5,9 0 3,9
51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%)
Tabel 4.15. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel pengembangan staf dan program pendidikan 88,2 % sangat penting adanya program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang berkerja di IGD. Persepsi pemimpin 72,5 % sangat penting adanya program pelatihan dan pengembangan pegawai yang menyeluruh untuk meningkatkan tenaga yang bertugas di IGD setiap tahunnya. Persepsi pemimpin 51 % sangat penting adanya program pelatihan secara teratur bagi petugas IGD untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam bencana (disaster). Persepsi pemimpin 60,8 % sangat penting adanya program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi pegawai rumah sakit dan masyarakat setiap tahunnya. Persepsi pemimpin 72,5 % sangat penting adanya pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil. Persepsi pemimpin 56,9 % menilai dengan kategori sangat penting mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya pelayanan keperawatan di IGD yang diberikan oleh perawat mahir dan terampil.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.16. Distribusi Tingkat Kepentingan Tentang Variabel Evaluasi dan Pengendalian Mutu No Pertanyaan 1 2 3 4 5
Sangat Penting 34 38 37 39 42
%
Penting
%
66,7 74,5 72,5 76,5 82,4
17 13 14 12 9
33,3 25,5 27,5 23,5 17,6
Tidak Penting 0 0 0 0 0
%
Total
0 0 0 0 0
51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%) 51 (100%)
Tabel 4.16. menjelaskan bahwa menurut persepsi pemimpin penilaian terbesar untuk variabel evaluasi dan pengendalian mutu sebesar 66,7 % menilai dengan kategori sangat penting mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap adanya ketersediaan data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta analisisnya disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang terkait. Persepsi pemimpin 74,5 % sangat penting adanya evaluasi mengenai penanganan kasus kecelakaan dan kasus medis yang dilakukan paling sedikit setahun sekali. Persepsi pemimpin 72,5 % sangat penting adnya Ketentuan tentang Informed Consent (IC) yang telah dilaksanakan oleh staf medis dan perawat. Persepsi pemimpin 76,5 % sangat penting adanya penilaian hasil pelayanan medis yang dilakukan. Persepsi pemimpin 82,4 % sangat penting adanya evaluasi yang dilakukan terhadap kejadian kematian di IGD.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.17. Distribusi Persepsi Pemimipin Rumah Sakit Berdasarkan Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit No 1
2
3
4
5
6
7
Variabel
Jumlah ( N)
Falsafah dan Tujuan Sangat Penting 40 Penting 11 Tidak Penting 0 Total 51 Administrasi dan Pengelolaan Sangat Penting 40 Penting 11 Tidak Penting 0 Total 51 Staf dan Pimpinan Sangat Penting 41 Penting 10 Tidak Penting 0 Total 51 Fasilitas dan Peralatan Sangat Penting 41 Penting 10 Tidak Penting 0 Total 51 Kebijakan dan prosedur Sangat Penting 38 Penting 13 Tidak Penting 0 Total 51 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Sangat Penting 38 Penting 12 Tidak Penting 1 Total 51 Evaluasi dan Pengendalian Mutu Sangat Penting 38 Penting 13 Tidak Penting 0 Total 51
Presentase (%) 78,4 21,6 0 100 78,4 21,6 0 100 80,4 19,6 0 100 80,4 19,6 0 100 74,5 25,5 0 100 74,5 23,5 2 100 74,5 25,5 0 100
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4.17. menjelaskan bahwa 78,4 % pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat penting untuk mutu pelayanan tentang variabel falsafah dan tujuan, 78,4% pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat penting untuk mutu pelayanan tentang variabel adminnistrasi dan pengelolaan, 80,4% pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat penting untuk mutu pelayanan tentang variabel staf dan pimpinan, 80,4% pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat penting untuk mutu pelayanan tentang variabel fasilitas dan peralatan, 74,5% pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat penting untuk mutu pelayanan tentang variabel kebijakan dan prosedur, 74,5 % pemimpin rumah sakit menilai dengan
kategori
sangat
penting
untuk
mutu
pelayanan
tentang
variabel
pengembangan staf dan program pendidikan, 74,5% pemimpin rumah sakit menilai dengan kategori sangat penting untuk mutu pelayanan tentang variabel evaluasi dan pengendalian mutu.
4.3. Analisis Bivariat Analisis Bivariat bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen di 51 rumah sakit di Kota Madya Medan Tahun 2009. Pengujian analisis Bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Crosstabs (tabulasi silang)
untuk menunjukan suatu distribusi
bersama dan uji Chi Square dengan alasan variabel independennya kategorik dan variabel dependennya juga kategorik. Analisis ini dikatakan bermakna (signifikan)
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
apabila hasil anlisis menunjukan nilai P value < 0,05. Variabel independen yang dianalisis bisa dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18.
Tabulasi Silang Persepsi Pemimpin Rumah Sakit tentang Mutu Pelayanan IGD Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Tingkat Kepentingan terhadap Pelaksanaan Akreditasi Sangat Tidak Penting Total Penting Penting N % N % N % N % Kepentingan Terhadap Falsafah dan Tujuan
Persepsi Pemimpin
Falsafah dan Tujuan Sangat Baik Baik Tidak Baik
P
0,011
Total Administrasi dan Pengelolaan Sangat Baik Baik Tidak Baik Total
17 20 3 40
33,3 39,2 5,9
0 0 0 0 17 33,3 11 21,6 0 0 31 60,8 0 0 0 0 3 5,9 11 0 51 100 Kepentingan Terhadap Administrasi dan Pengelolaan 0,001
24 15 1 40
47,1 15,7 2
52,9 45,1 2 100
37,3 43,1 0
Total
19 22 0 41
37,3 62,7 0 100
Fasilitas dan Peralatan Sangat Baik Baik Tidak Baik Total
17 22 0 39
33,3 43,1 0
35,3 60,8 3,9 100
Kebijakan dan Prosedur Sangat Baik Baik Tidak Baik Total
18 19 1 38
35,3 37,3 2
Staf dan Pimpinan Sangat Baik Baik Tidak Baik
3 5,9 0 0 27 8 29,4 0 0 23 0 0 0 0 1 11 0 51 Kepentingan Terhadap Staf dan Pimpinan
0,007
Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Sangat Baik Baik Tidak Baik Total Evaluasi dan Pengendalian Mutu
0 0 0 0 19 10 19,6 0 0 32 0 0 0 0 0 10 0 51 Kepentingan Terhadap Fasilitas dan Peralatan
0,006 1 2 0 0 18 9 17,6 0 0 31 2 3,9 0 0 2 12 0 51 Kepentingan Terhadap Kebijakan dan Prosedur
0,018 1 2 0 0 19 37,3 10 19,6 0 0 29 56,9 2 3,9 0 0 3 5,9 13 0 51 100 Kepentingan Pengembangan Staf dan Program Pendidikan 0,001 12 25 1 38
23,5 49 2
0 0 0 0 12 23,5 9 17,6 0 0 34 66,7 3 5,9 1 2 5 9,8 12 1 51 100 Kepentingan Terhadap Evaluasi dan Pengendalian Mutu 0,014
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Sangat Baik Baik Tidak Baik Total
13 25 0 38
25,5 49 0
1 10 2 13
2 19,6 3,9
0 0 0 0
0 0 0
14 35 2 51
27,5 68,6 3,9 100
Tabulasi silang antara persepsi pemimpin Rumah Sakit tentang Mutu Pelayanan IGD
(falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan
pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu) terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit di Kota Medan menunjukan bahwa sebanyak 39,2% persepsi pemimpin Baik tentang falsafah dan tujuan dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting. Sedangkan sebanyak 47,1% persepsi pemimpin sangat Baik tentang administrasi dan pengelolaan dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting, 43,1% persepsi pemimpin Baik tentang staf dan pimpinan dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting, 43,1% persepsi pemimpin Baik tentang fasilitas dan peralatan dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting, 37,3% persepsi pemimpin Baik tentang kebijakan dan prosedur dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting, 49% persepsi pemimpin Baik tentang pengembangan staf dan program pendidikan dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting, 49% persepsi pemimpin Baik tentang evaluasi dan pengendalian mutu dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Tabel 4. 18. juga menunjukan bahwa variabel falsafah dan tujuan memperoleh nilai Pvalue = 0,011, variabel administrasi dan pengelolaan memperoleh nilai Pvalue = 0,001, variabel staf dan pimpinan memperoleh nilai Pvalue = 0,007, variabel fasilitas dan peralatan memperoleh nilai Pvalue = 0,006, variabel kebijakan dan prosedur memperoleh nilai Pvalue = 0,018, variabel pengembangan staf dan program pendidikan memperoleh nilai Pvalue = 0,001, serta variabel evaluasi dan pengendalian mutu memperoleh nilai Pvalue = 0,014. Hal ini menunjukan secara statistic bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara Variabel persepsi pemimpin terhadap mutu pelayanan IGD (falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit (Pvalue < 0,05).
4.4. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan IGD) terhadap varibel dependen (tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi). Dalam uji ini, semua variabel yang berhubungan (signifikan) pada uji bivariat α = 95% (0,05) akan dimasukan secara bersama-sama kedalam uji multivariat. Uji yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah Uji Regresi Linear Ganda. Alasan pemilihan analisis Regresi
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Linear Ganda, disebabkan variabel independennya kategorik dan variabel dependennya kategorik. Tabel berikut merupakan hasil analisis regresi linier.
Tabel. 4.19. Hasil Uji Regresi Variabel Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan IGD terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Model Summary Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R R Square .713(a) .508 .428 .227 a Predictors: (Constant), Evaluasi & Pengendalian Mutu, Falsafah & Tujuan , Fasilitas & Peralatan, Administrasi & Pengelolaan , Pengembangan Staf & Program Pendidikan, Kebijakan & Prosedur, Staf & Pimpinan Model 1
ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 2.290
Residual
2.220
df 7
Mean Square .327
43
.052
F 6.336
Sig. .000(a)
Total
4.510 50 a Predictors: (Constant), Evaluasi & Pengendalian Mutu, Falsafah & Tujuan , Fasilitas & Peralatan, Administrasi & Pengelolaan , Pengembangan Staf & Program Pendidikan, Kebijakan & Prosedur, Staf & Pimpinan b Dependent Variable: Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi
Independen (Constant) Falsafah & Tujuan Administrasi & Pengelolaan Staf & Pimpinan Fasilitas & Peralatan Kebijakan &
Unstandardized Coefficients Std. B Error 1.964 .265 .110 .076
Standardized Coefficients
t
Sig.
.182
B 7.406 1.440
Std. Error .000 .157
Beta
.013
.078
.020
.161
.872
-.064
.088
-.108
.469
-.032
.012
-.315
.176
.074
.338
-.731 2.669 2.363
.011 .023
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Prosedur Pengembangan Staf & Program Pendidikan Evaluasi & Pengendalian Mutu
-.042
.070
-.081
-.607
.547
.209
.079
.368
2.635
.012
Analisa: 1.
Angka R Square dari uji regresi sebesar 0,508 (50,8%), dengan demikian dapat dijelaskan bahwa variabel persepsi pemimpin rumah sakit akan mutu pelayanan IGD mampu menjelaskan tingkat kepentingan pelaksanaan akteditasi sebesar 50,8% sedangkan 49,2% lagi dijelaskan (dipengaruhi) oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2.
Dari uji Anova didapat F hitung adalah 6,336 dengan tingkat signifikasi 0,000. Karena Probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi.
3.
Persamaan regresi terbentuk: Y = 1,964 (K) + 0,11 X1 + 0,013 X2 - 0,064 X3 - 0,032 X4 + 0,176 X5 -0,042 X6 + 0,209 X7 + e Keterangan : Y = Persepsi pemimpin terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi K = Konstanta X1 = Persepsi pemimpin tentang falsafah dan tujuan X2 = Persepsi pemimpin tentang administrasi dan pengelolaan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
X3 = Persepsi pemimpin tentang staf dan pemimpin X4 = Persepsi pemimpin tentang fasilitas dan peralatan X5 = Persepsi pemimpin tentang kebijakan dan prosedur X6 = Persepsi pemimpin tentang pengembangan staf dan program pendidikan X7 = Persepsi pemimpin tentang evaluasi dan pengendalian mutu e = error (galat) Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa : a.
Kostanta sebesar 1,964 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel persepsi pemimpin rumah sakit tentang pelayanan IGD maka nilai tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 1,964 point.
b.
Koefisien regresi 0,11 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan falsafah dan tujuan
akan
meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,11 point. c.
Koefisien regresi 0,013 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan administrasi dan pengelolaan akan meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,013 point.
d.
Koefisien regresi -0,064 menyatakan bahwa setiap pengurangan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan staf dan pimpinan akan menurunkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,064 point.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
e.
Koefisien regresi -0,032 menyatakan bahwa setiap pengurangan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan fasilitas dan peralatan
akan
menurunkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,032 point. f.
Koefisien regresi 0,176 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan kebijakan dan prosedur
akan
meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,176 point. g.
Koefisien regresi -0,042 menyatakan bahwa setiap pengurangan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan pengembangan staf dan program pendidikan
akan menurunkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi
sebesar 0,042 point. h.
Koefisien regresi 0,209 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 point variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan evaluasi pengendalian mutu akan meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,209 point.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di 51 (lima puluh satu) rumah sakit yang ada di kota Medan. Karakteristik rumah sakit yang menjadi objek penelitian adalah rumah sakit yang belum akreditasi dan memiliki Instalasi Gawat Darurat. Penilaian Persepsi Pemimpin Tentang Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (meliputi tujuh sub variabel, yaitu Falsafah & Tujuan, Administrasi & Pengelolaan, Staf & Pimpinan, Fasilitas & Peralatan, Kebijakan & Prosedur, Pengembangan Staf & Program Pendidikan, serta Evaluasi & Pengendalian Mutu) adalah persepsi pemimpin rumah sakit berdasarkan self assessment dengan tiga kategori penilaian yaitu Sangat Baik, Baik, dan Tidak Baik. Penilaian Persepsi Pemimpin Tentang Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit (meliputi tujuh sub variabel, yaitu Falsafah & Tujuan, Administrasi & Pengelolaan, Staf & Pimpinan, Fasilitas & Peralatan, Kebijakan & Prosedur, Pengembangan Staf & Program Pendidikan, serta Evaluasi & Pengendalian Mutu) adalah persepsi pemimpin rumah sakit berdasarkan action plan dengan tiga kategori penilaian yaitu Sangat Penting, Penting dan Tidak Penting.
76 Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5.1. Analisa Univariat 5.1.1. Variabel Independen Tabel 4.9 menjelaskan distribusi persepsi pemimpin rumah sakit berdasarkan Self Assesment tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat. Persentase penilaian tertinggi dengan kategori penilaian Sangat Baik dari ketujuh sub variabel yang diteliti, adalah variabel Administrasi dan Pengelolaan sebesar 52,9%. Hasil penilaian ini menjelaskan bahwa (1) Secara administrasi IGD dilengkapi dengan bagan organisasi disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit namun secara pengelolaan sering terjadi overlapping tugas yang terkosentrasi pada beberapa petugas, terutama perawat. Realitas di lapangan menunjukkan banyak perawat merangkap tugas selain melayani pasien IGD mereka juga merawat pasien rawat inap dan kadang kala sebagai resepsionis rumah sakit; (2) Secara administrasi IGD ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan petugas pendukung lain yang bertugas di IGD namun secara pengelolaan dokter yang bertugas di IGD tidak standby 24 jam di ruang IGD; (3) Secara administrasi IGD ada petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di IGD namun secara pengelolaan masyarakat sering kesulitan mendapatkan informasi pelayanan dikarenakan petugas resepsionis sering tidak stand by di pos jaga.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5.1.2. Variabel Dependen Tabel 4.17 menjelaskan distribusi persepsi pemimpin Rumah Sakit berdasarkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Persentase penilaian tertinggi dengan kategori penilaian Sangat Penting dari ketujuh sub variabel yang diteliti adalah sub variabel Staf dan Pimpinan serta sub variabel Fasilitas dan Peralatan sebesar 80,4%. Dua sub variabel ini dinilai sama tingkat kepentingan pelaksanaannya oleh pemimpin rumah sakit. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa menurut pemimpin rumah sakit pelaksanaan kedua sub variabel sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Adapun kriteria untuk standar staff dan pimpinan adalah (1) Ada dokter sebagai kepala IGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di IGD; (2) Ada perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD; (3) Adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pasien; (4) Semua dokter dan tenaga keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support); (5) Adanya informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai. Sedangkan kriteria untuk Fasilitas dan Pelayanan adalah (1) Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi IGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke IGD dari arah dalam RS; (2) Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya; (3) Pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infus dilakukan sesuai
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat; (4) Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara IGD dengan unit lain didalam dan di luar rumah sakit terkait, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya, pelayanan ambulance, unit pemadam kebakaran, konsulen SMF IGD; (5) Ada ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala.
5.2. Analisis Bivariat Hasil analisa statistik tabulasi silang pada Tabel 4.18 memberikan penilaian tertinggi sebesar 52,9% untuk sub variabel administrasi dan pengelolaan. Hasil ini menjelaskan bahwa sebanyak 52,9% pemimpin menilai dengan kategori sangat Baik tentang administrasi dan pengelolaan dengan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sangat penting. Artinya, Intalasi Gawat Darurat harus diatur, dipimpin dan diintegrasikan dengan bagian lain dan instalasi rumah sakit lainnya. Tabel 4.18 juga menunjukan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara Variabel persepsi pemimpin terhadap mutu pelayanan IGD (falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian mutu) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit (Pvalue < 0,05).
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5.2.1. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Falsafah dan Tujuan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan falsafah dan tujuan IGD memiliki pengaruh yang bermakna (hubungan yang signifikan) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit Kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,011 < α = 0,05. Persepsi pemimpin rumah sakit tentang falsafah dan tujuan Instalasi Gawat Darurat adalah harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan standar. Agar mutu pelayanan sesuai dengan standar maka pelayanan gawat darurat harus terpisah dari pelayanan lain, tersedia dalam waktu 24 jam, ada dokter dan perawat jaga on site, ada dokter konsulen jaga on call, ada petugas dari pelayanan radiologi dan laboratorium on site.Instalasi Gawat Darurat harus terpisah secara fungsional dari unit - unit pelayanan lainnya. Ada kebijakan dan prosedur tentang pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang berobat di Instalasi Gawat Darurat.
5.2.2. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Administrasi dan Pengelolaan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. Dari hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan administrasi dan pengelolaan IGD memiliki pengaruh yang
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
bermakna (signifikan )terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit Kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,001 < α = 0,05. Persepsi pemimpin rumah sakit pada variabel administrasi dan pengelolaan yaitu; (1) Harus ada bagan organisasi lengkap disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit. Bagan organisasi harus terisi pegawai lengkap yang dibutuhkan sesuai pola ketenagaan yang ditetapkan tetapi masih banyak IGD rumah sakit tidak memiliki bagan organisasi dan belum terisi lengkap pola ketenagaan. (2) Disamping itu harus ada jadwal jaga dokter, perawat, petugas pendukung dan konsulen disertai prosedur kerja dan evaluasi terhadap prosedur yang ada. Mengatur dan melaksanakan tugas jaga di IGD harus sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasi). Selain petugas perawat, IGD harus mempunyai
petugas
pendukung
misalnya;
pegawai administrasi, radiologi,
laboratorium, teknik dan ambulans yang datang sesuai dengan jadwal dan tepat waktu. (3) Ada petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di instalasi gawat darurat. Petunjuk yang dimaksud adalah tanda, rambu, papan pemberitahuan yang menunjuk arah ke lokasi IGD. Informasi yang lengkap memuat penjelasan tentang pelayanan yang tersedia, tarif, tata tertib yang dibutuhkan pasien/keluarganya dalam bentuk brosur dan leaflet.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5.2.3. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Staf dan Pimpinan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat
Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. Dari hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan staf dan pimpinan IGD memiliki pengaruh yang bermakna ( hubungan yang signifikan ) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,007 < α = 0,05. Persepsi pemimpin pada variabel Staf dan Pimpinan Instalasi Gawat Darurat yang baik yaitu; (1) Harus dipimpin oleh dokter yang berkerja purna waktu serta pernah mengikuti
pelatihan
penanggulangan
kegawatdaruratan
dengan
memperolah
sertifikat. (2) Ada perawat sebagai penanggung jawab, berkerja purna waktu dan pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan dengan sertifikat. Tenaga perawat, dokter dan konsulen cukup jumlahnya serta tersedia konsulen jaga lebih dari 4 (empat) jenis spesialisasi. (3) Ada pelatihan teratur untuk semua dokter dan perawat tentang pertolongan hidup dasar. Informasi tentang kemampuan pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis untuk penanganan pasien gawat darurat harus jelas di sampaikan kepada pasien atau keluarga pasien termasuk pelayanan untuk bencana alam.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5.2.4
Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Fasilitas dan Peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. Dari hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit
tentang mutu pelayanan fasilitas dan peralatan IGD memiliki pengaruh yang bermakna ( hubungan yang signifikan ) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,006 < α = 0,05. Persepsi pemimpin pada variabel Fasilitas dan Peralatan Instalasi Gawat Darurat yang baik yaitu; (1) Harus bisa di akses langsung, mudah dicapai dari luar dan dalam serta memiliki lahan parkir bagi ambulans. (2) Pemeriksaan dan tindakan kasus medikal dan kasus bedah harus terpisah, memiliki ruangan lengkap serta berfungsi baik. Obat – obatan dan peralatan lengkap sesuai dengan standar yang tercantum dalam Pedoman Pelayanan Gawat Darurat. (3) Komunikasi untuk kelancaran hubungan antara unit harus memiliki sarana komunikasi yang cukup baik misalnya telepon intern dan extern. (4) Ada prosedur operasional lengkap serta berfungsi baik Semua peralatan di Instalasi Gawat Darurat harus dibuat jadwal pemeriksaan / pemeliharaan peralatan, kalibrasi, perbaikan jika rusak serta penggantian peralatan.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5.2.5. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Kebijakan dan Prosedur Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. Dari hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan kebijakan dan prosedur IGD memiliki pengaruh yang bermakna ( hubungan yang signifikan ) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,018 < α = 0,05. Persepsi pemimpin pada variabel Kebijakan dan Prosedur Instalasi Gawat Darurat yang baik adalah; (1) Harus ada kebijakan tertulis dari pemimpin tentang TRIASE yang lengkap dan dilaksanakan oleh dokter. TRIASE adalah seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita dalam situasi sehari – hari. Kebijakan rujukan pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostic / terapi atau pasien yang dikirim untuk alih rawat. (2) Ada kebijakan tertulis dan dilaksanakan tentang obat atau peralatan life saving. (3) Penanggulangan bencana terhadap bencana yang mungkin terjadi diluar atau di dalam rumah sakit maka harus ada kebijakan tertulis tentang program, prosedur yang lengkap dan sudah dilaksanakan latihan dengan teratur.
5.2.6. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. Dari hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan pengembangan staf dan program pendidikanr IGD memiliki
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
pengaruh yang bermakna ( hubungan yang signifikan ) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,001 < α = 0,05. Persepsi pemimpin rumah sakit pada variabel Pengembangan Staf dan Program Pendidikan yang sangat baik yaitu; (1) Ada program orientasi / pelatihan yang tertulis bagi petugas baru dan dilaksanakan dengan baik, dievaluasi secara berkala serta ditindaklanjuti. (2) Ada program pelatihan dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan perseorangan dan organisasi misalnya, pelatihan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam bencana, PPGD/ATLS/ACLS bagi perawat maupun dokter jaga IGD serta dievaluasi dan ditindaklanjuti.
5.2.7. Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Pelayanan Evaluasi dan Pengendalian Mutu Instalasi Gawat Darurat (IGD) Terhadap Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi. Dari hasil analisa statistik menunjukan bahwa persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan evaluasi dan pengendalian mutu IGD memiliki pengaruh yang bermakna ( hubungan yang signifikan ) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi di rumah sakit kota Medan karena hasil analisa menunjukan nilai P = 0,014 < α = 0,05. Persepsi pemimpin pada variabel Evaluasi dan pengendalian mutu Instalasi Gawat Darurat yang baik yaitu; (1) Tersedia data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta analisisnya dan disampaikan kepada unit lain misalnya data jumlah kunjungan, penggunaan pemeriksaan penunjang, pola
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
penyakit dan kecelakaan, kasus medico legal, death of arrival, kematian di IGD , indikator klinis. (2) Ada prosedur ketentuan Informed Consent yang dilaksanakan oleh staf medis dan perawat.
5.3. Analisis Multivariat Hasil analisa regresi linier ganda dapat dilihat pada Tabel 4.19. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji regresi linear ganda diperoleh angka R sebesar 0,713 yang bearti bahwa hubungan antara tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi dengan persepsi pemimpin rumah sakit akan pelayanan IGD adalah kuat. Santoso (2000) menyatakan bahwa hubungan variabel dikatakan kuat jika nilai R yang diperoleh diatas 0,5. Angka R Square dari uji regresi sebesar 0,508 (50,8%), dengan demikian dapat dijelaskan bahwa variabel persepsi pemimpin rumah sakit akan pelayanan IGD mampu menjelaskan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 50,8% sedangkan 49,2% lagi dijelaskan (dipengaruhi) oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan akreditasi adalah komitmen pemilik rumah sakit, sumber daya manusia, dana, sarana dan manfaat. Persamaan regresi terbentuk adalah : Y = 1,964 (K) + 0,11 X1 + 0,013 X2 - 0,064 X3 - 0,032 X4 + 0,176 X5 - 0,042 X6 + 0,209 X7 + e
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kostanta sebesar 1,964 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel persepsi pemimpin rumah sakit tentang pelayanan IGD maka nilai tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 1,964 point. Selanjutnya, koefisien regresi yang diperoleh dari setiap sub variabel yaitu falsafah dan tujuan (X1), administrasi dan pengelolaan (X2), staf dan pimpinan (X3), fasilitas dan peralatan (X4), kebijakan dan prosedur (X5), pengembangan staf dan program pendidikan (X6), evaluasi dan pengendalian mutu (X7) menunjukkan penambahan 1 (satu) poin untuk setiap sub variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan IGD sebesar koefisien regresi setiap sub variabel yang diperoleh. (e) faktor – faktor lain yang tidak diteliti yang mempengaruhi persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan IGD terhadap pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Secara garis besar, dapat dikatakan ada empat sub variabel (falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, kebijakan dan prosedur, serta evaluasi dan pengendalian mutu) yang memiliki nilai koefisien positif dan ada tiga sub variabel (staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, serta pengembangan staf dan program pendidikan) memiliki nilai koefisien negatif. Ini menunjukan bahwa pemimpin rumah sakit harus menaruh perhatian lebih pada pelaksanaan sub pada variabel yang memiliki koefisien negatif. Koefisien regresi 0,11 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan falsafah dan tujuan
akan
meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,11 point.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Koefisien regresi 0,013 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan administrasi dan pengelolaan akan meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,013 point. Koefisien regresi -0,064 menyatakan
bahwa setiap pengurangan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan staf dan pimpinan
akan
menurunkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,064 point. Koefisien regresi -0,032 menyatakan
bahwa setiap pengurangan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan fasilitas dan peralatan akan menurunkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,032 point. Koefisien regresi 0,176 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan kebijakan dan prosedur akan meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,176 point. Koefisien regresi -0,042 menyatakan
bahwa setiap pengurangan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan pengembangan staf dan program pendidikan akan menurunkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,042 point. Koefisien regresi 0,209 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 point
variabel persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan evaluasi dan pengendalian mutu akan meningkatkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi sebesar 0,209 point. Secara garis besar, dapat dikatakan ada empat sub variabel (falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, kebijakan dan prosedur, serta evaluasi dan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
pengendalian mutu) yang memiliki nilai koefisien positif dan ada tiga sub variabel (staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, serta pengembangan staf dan program pendidikan) memiliki nilai koefisien negatif. Variabel staf dan pimpinan memiliki koefisien negatif dapat disebabkan oleh; (1) Pemimpin IGD kebanyakan di pimpin oleh perawat, walaupun ada yang dipimpin oleh dokter tapi sering paruh waktu atau hanya sekedar nama saja.Begitu juga dengan perawat penanggung jawab IGD masih banyak yang belum mengikuti pelatihan kegawatdaruratan dengan sertifikat. (2) Pelatihan untuk dokter dan perawat tentang pertolongan hidup dasar masih belum teratur. (3) Informasi tentang kemampuan pelayanan gawat darurat termasuk bencana alam masih belum disampaikan secara jelas kepada pasien atau keluarga pasien. Variabel fasilitas dan peralatan memiliki koefisien negatif dapat disebabkan oleh; (1) Masih banyak IGD yang tidak bisa diakses langsung mobil ambulans. (2) Tempat pemeriksaan kasus penyakit biasa dan gawat darurat masih menjadi satu ruangan. (3) Jadwal pemeriksaan/pemeliharaan dan kalibrasi alat masih banyak tidak ada, bila ada jadwal tapi tidak dilaksanakan. Variabel pengembangan staf dan program pendidikan memiliki koefisien negatif dapat disebabkan oleh; (1) Belum ada program orientasi atau pelatihan bagi pegawai baru. (2) Program pelatihan dan pengembangan untuk perawat dan dokter belum terlaksana dengan baik.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Distribusi persepsi pemimpin rumah sakit berdasarkan Self Assesment tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat dari ketujuh sub variabel yang diteliti menunjukan sub variabel Administrasi dan Pengelolaan memiliki persentase penilaian tertinggi sebesar 52,9% dengan kategori penilaian Sangat Baik.
2.
Distribusi persepsi pemimpin Rumah Sakit berdasarkan tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit dari ketujuh sub variabel yang diteliti menunjukan ada dua sub variabel yang memiliki persentase penilaian yang sama sekaligus yang tertinggi dengan kategori penilaian Sangat Penting yaitu sub variabel Staf dan Pimpinan serta sub variabel Fasilitas dan Peralatan dengan nilai sebesar 80,4%.
3.
Hasil uji chi square menunjukan terdapat pengaruh yang bermakna antara Variabel persepsi pemimpin terhadap mutu pelayanan IGD (falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, evaluasi
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dan pengendalian mutu) terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit (Pvalue < 0,05). 4.
Angka R Square dari uji regresi sebesar 0,508 (50,8%), dengan demikian dapat dijelaskan bahwa variabel persepsi pemimpin rumah sakit tentang mutu pelayanan IGD mampu menjelaskan tingkat kepentingan pelaksanaan akteditasi sebesar 50,8% sedangkan 49,2% lagi dijelaskan (dipengaruhi) oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan akreditasi adalah komitmen pemilik rumah sakit, sumber daya manusia, dana, sarana dan manfaat.
5.
Dari persamaan regresi yang dihasilkan diketahui bahwa ada empat sub variabel (falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, kebijakan dan prosedur, serta evaluasi dan pengendalian mutu) yang memiliki nilai koefisien positif dan ada tiga sub variabel (staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, serta pengembangan staf dan program pendidikan) memiliki nilai koefisien negatif.
6.2. Saran Dengan
diketahuinya
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
persepsi
pemimpin tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat terhadap tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi rumah sakit, maka dapat disarankan kepada pemimpin rumah sakit yang memiliki Instalasi Gawat Darurat di Kota Medan yaitu:
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
1.
Hasil perhitungan statistik menunjukkan persepsi pemimpin tentang mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat berpengaruh untuk melaksanakan akreditasi, maka diharapkan agar pemimpin rumah sakit yang ada di Kota Medan untuk segera melaksanakan akreditasi sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar dan pasien merasa puas.
2.
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai variabel – variabel lain yang memengaruhi tingkat kepentingan pelaksanaan akreditasi diantaranya adalah komitmen pemilik rumah sakit, sumber daya manusia, dana, sarana dan manfaat.
3.
Pemimpin rumah sakit harus menaruh perhatian lebih pada pelaksanaan sub pada variabel yang memiliki koefisien negatif pada persamaan regresi linear ganda yaitu sub variabel staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, serta pengembangan staf dan program pendidikan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI-Press Adikoesoemo, S. 1994. Manajemen Rumah Sakit. Cetakan Pertama, Jakarta Pustaka Sinar Harapan. Aditama, Tjandra. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta : Rineke Cipta. Azwar Azrul. 1996. Pengantar Adminstrasi Kesehatan. Jakarta : Binarupa Aksara. Departemen Kesehatan RI. 1994. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RI. 2007. Laporan Survei Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Dinkes Propinsi.Kajian Perijinan dan Sertifikasi Tenaga Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Provincial Health Proct II (PHP II) North Sumatera Province, Sumatera Utara. 2005. Donabedian, 1988, Manajemen Mutu Pelayanan. Bandung : Penerbit PT.Remadja Karya. Drake, Rodman L. 1993. Kepemimpinan (Terjemahan Susanto Budidharmo). Jakarta : Gramedia. Gibson, I.Donnely. 1996. Organisasi, Perilaku, struktur, Proses. Edisi kedelapan, Jakarta : Binarupa Aksara. Hicks, Hebert G. 1996. Organisasi, Teori dan Tingkah Laku (Terjemahan). Jakarta : Bumi Aksara. Jacobalis, P. 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : PERSI Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kusumarini, 2002. Persepsi Guru terhadap Kualitas Penyuluhan Kesehatan oleh Petugas Puskesmas bagi Murid Sekolah Dasar di Kecamatan 94 Depok Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Program Pasca Sarjana. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta. Muzaham. 2007. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Rakhmat, J. 1988. Psikologi Komunikasi. Bandung : Penerbit PT.Remadja Karya. Ridwan. 2006. Panduan Penyusunan Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta Robbin. 1991. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT.Prenhallindo. Santoso, Singgih. 2003. Statistik Deskriptif. Jakarta : Penerbit Andi. Sarwono, S. 1992. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep dan Aplikasinya. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. Siagian, Sondang P. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Soedjadi. 1996. Pedoman Penilaian Kinerja Rumah Sakit. Jakarta : Kartika Bina. Thoha, M. 1995. Perilaku Organisasi. Jakarta : CV. Rajawali. Tjiptono, F. 1996. Total Quality Services. Yogyakarta : Penerbit Andi. Trisnantoro, L. Menyambut Undang – Undang Praktik Kedokteran: Apakah berjalan, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM. 2005;8(03) September:119-20. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Prilaku Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Wasisto, Broto. 1994. Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus, No. 90.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya :Airlangga University Press. Wilopo. 1993. Berbagai Faktor yang berhubungan dan pandangan Klien pada kualitas pelayanan kontrasepsi didaerah istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian Population Council. Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2001. Wirawan, S. 1992. Psikologi Pembangunan. Jakarta : Gramedia Sarana Indonesia. Wolper, F. Lawrence. 2001. Administrasi Layanan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PERSEPSI PEMIMPIN RUMAH SAKIT TENTANG MUTU INSTALASI GAWAT DARURAT TERHADAP PELAKSANAAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN 2009
I.
Data Karakteristik Responden
a.
Nomor Responden
:
Nama
:
b. Jabatan
:
c.
:
Alamat
d. Jenis Kelamin
: 1.
e.
: a. 28-39 Tahun
Umur
Laki-laki
2.
Perempuan
b. 40-49 Tahun c. 50-59 Tahun d. 60-69 Tahun f.
Pendidikan
: a. Lulus SMA b. Lulus S1 c. Lulus S2 d. Lulus S3
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
95
II. Pertanyaan Penelitian A. Variabel Bebas ( Persepsi Pemimpin Tentang Mutu Pelayanan IGD) 1. Falsafah dan Tujuan No 1
2
3
Pertanyaan
Sangat Baik Baik
Tidak Baik
Sangat Baik Baik
Tidak Baik
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin terhadap adanya petunjuk penyelenggaraan pelayanan selama 24 jam secara terus menerus? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin tentang Pelayanan IGD yang terpisah secara fungsional dari unit – unit pelayanan lainnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, tentang ada kebijakan dan prosedur terhadap pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang berobat ke IGD
2. Administrasi dan Pengelolaan No 1
2
3
Pertanyaan Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya struktur organisasi IGD disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, konsulen dan petugas pendukung lain yang bertugas di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di IGD.?
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3. Staf dan Pimpinan No 1
2
3
4
5
Pertanyaan
Sangat Baik Baik
Tidak Baik
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya dokter sebagai kepala IGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pasien? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap kemampuan semua dokter dan tenaga keperawatan melakukan teknik pertolongan hidup dasar ( Basic Life Support )? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai di IGD?
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
4. Fasilitas dan Peralatan No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertanyaan
Sangat Tidak Baik Baik Baik
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi IGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke IGD dari arah dalam RS ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya pengadaan dan penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infuse dilakukan sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan unit lain didalam dan diluar rumah sakit ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan rumah sakit lainnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan ambulance ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan unit pemadam kebakaran? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan konsulen SMF IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala?
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
5. Kebijakan dan Prosedur No 1 2
3
4
Pertanyaan
Sangat Baik Baik
Tidak Baik
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kebijakan tentang TRIASE? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan untuk life saving? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya penetapan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana (Disaster Plan) yang mungkin terjadi didalam atau diluar rumah sakit.? 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
No 1
2
3
4
Pertanyaan
Sangat Baik Baik
Tidak Baik
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang berkerja di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program pelatihan dan pengembangan pegawai yang menyeluruh untuk meningkatkan tenaga yang bertugas di IGD setiap tahunnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program pelatihan secara teratur bagi petugas IGD untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam bencana (disaster)? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi pegawai rumah sakit
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
dan masyarakat setiap tahunnya? 5
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil?
6
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya pelayanan keperawatan di IGD yang diberikan oleh perawat mahir ?
7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu No 1
2
3
4 5
Pertanyaan
Sangat Baik Baik
Tidak Baik
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya ketersediaan data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta analisisnya disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang terkait? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya evaluasi mengenai penanganan kasus kecelakaan dan kasus medis yang dilakukan paling sedikit setahun sekali? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adnya Ketentuan tentang Informed Consent (IC) yang telah dilaksanakan oleh staf medis dan perawat? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya penilaian hasil pelayanan medis yang dilakukan? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya evaluasi yang dilakukan terhadap kejadian kematian di IGD
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
B. Variabel Terikat ( Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi Rumah sakit) C. Pelayanan IGD 1. Falsafah dan Tujuan No 1
2
3
Pertanyaan
Sangat Tidak Penting Penting Penting
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin terhadap adanya petunjuk penyelenggaraan pelayanan selama 24 jam secara terus menerus? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin tentang Pelayanan IGD yang terpisah secara fungsional dari unit – unit pelayanan lainnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, tentang ada kebijakan dan prosedur terhadap pasien yang tidak tergolong akut dan gawat yang datang berobat ke IGD 2. Administrasi dan Pengelolaan
No 1
2
3
Pertanyaan
Sangat Tidak Penting Penting Penting
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap struktur organisasi IGD disertai uraian tugas, pembagian kewenangan dan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain didalam rumah sakit? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap jadwal jaga harian bagi dokter, perawat, serta petugas pendukung lain yang bertugas di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap petunjuk yang disediakan bagi masyarakat untuk menjamin kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di IGD?
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
3. Staf dan Pimpinan No 1
2
3
4
5
Pertanyaan
Sangat Tidak Penting Penting Penting
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya dokter sebagai kepala IGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pasien? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap kemampuan semua dokter dan tenaga keperawatan melakukan teknik pertolongan hidup dasar ( Basic Life Support )? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya informasi tentang pelayanan yang diperlukan sudah dikomunikasikan kepada staf yang berkepentingan sebelum pasien sampai di IGD?
4. Fasilitas dan Peralatan 3 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah Sangat Tidak No sakit yang Bapak/Ibu Pertanyaan pimpin, terhadap Penting Penting Penting adanya pengadaan dan penyediaan peralatan, 1 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah obat, infusepimpin, dilakukan sesuai sakit bahan, yang cairan Bapak/Ibu terhadap dengan standar pada Buku Pedoman adanya kemudahan bagi kendaraan roda Pelayanan Darurat ? empat dariGawat luar untuk mencapai lokasi IGD 4 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah di rumah sakit, dan kemudahan transportasi sakit yangdanBapak/Ibu terhadap pasien dari ke IGD daripimpin, arah dalam RS ? adanya kelancaran hubungan komunikasi 2 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah antara IGD dengan unit pimpin, lain didalam dan sakit yang Bapak/Ibu terhadap diluar rumah sakit? adanya pemisahan tempat pemeriksaan dan 5 Bagaimana pendapat di rumah? tindakan sesuai dengan Bapak/Ibu kondisi penyakitnya sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
6
7
8
9
kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan rumah sakit lainnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan ambulance ? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan pelayanan unit pemadam kebakaran? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dengan konsulen SMF IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya ketentuan tentang pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan secara berkala?
5. Kebijakan dan Prosedur No
Pertanyaan
1
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kebijakan tentang TRIASE?
2
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kebijakan tentang pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit
3
Sangat Tidak Penting Penting Penting
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
4
yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya kebijakan tentang penggunaan obat dan peralatan untuk life saving? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya penetapan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana (Disaster Plan) yang mungkin terjadi didalam atau diluar rumah sakit.? 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
No 1
2
3
4
5
6
Pertanyaan
Sangat Tidak Penting Penting Penting
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program orientasi/pelatihan bagi petugas baru yang berkerja di IGD? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap program pelatihan dan pengembangan pegawai yang menyeluruh untuk meningkatkan tenaga yang bertugas di IGD setiap tahunnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program pelatihan secara teratur bagi petugas IGD untuk menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai macam bencana (disaster)? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi pegawai rumah sakit dan masyarakat setiap tahunnya? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya pelayanan keperawatan di IGD yang diberikan
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
oleh perawat mahir ?
7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu No 1
2
3
4 5
Pertanyaan
Sangat Tidak Penting Penting Penting
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya ketersediaan data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta analisisnya disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang terkait? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya evaluasi mengenai penanganan kasus kecelakaan dan kasus medis yang dilakukan paling sedikit setahun sekali? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya ketentuan tentang Informed Consent (IC) yang telah dilaksanakan oleh staf medis dan perawat? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya penilaian hasil pelayanan medis yang dilakukan? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu di rumah sakit yang Bapak/Ibu pimpin, terhadap adanya evaluasi yang dilakukan terhadap kejadian kematian di IGD
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Nilai Corrected N Item Pertanyaan item-total o Correlation 1 Falsafah dan Tujuan Pertanyaan 1 0,317 Pertanyaan 2 0,511 Pertanyaan 3 0,588 Nilai Alpha Cronbach 0,617 2 Administrasi dan Pengelolaan Pertanyaan 1 0,427 Pertanyaan 2 0,516 Pertanyaan 3 0,448 Nilai Alpha Cronbach 0,652 3 Staf dan Pimpinan Pertanyaan 1 0,516 Pertanyaan 2 0,592 Pertanyaan 3 0,571 Pertanyaan 4 0,384 Pertanyaan 5 0,518 Nilai Alpha Cronbach 0,748 4 Fasilitas dan Peralatan Pertanyaan 1 0,400 Pertanyaan 2 0,410 Pertanyaan 3 0,560 Pertanyaan 4 0,388 Pertanyaan 5 0,631 Pertanyaan 6 0,607 Pertanyaan 7 0,670 Pertanyaan 8 0,780 Pertanyaan 9 0,615 Nilai Alpha Cronbach 0,845 5 Kebijakan dan Prosedur Pertanyaan 1 0,701 Pertanyaan 2 0,509 Pertanyaan 3 0,681 Pertanyaan 4 0,482 Nilai Alpha Cronbach 0,780 6 Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Keterangan Valid Valid Valid Reliabel Valid Valid Valid Reliabel Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel Valid Valid Valid Valid Reliabel
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
7
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Nilai Alpha Cronbach Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Nilai Alpha Cronbach
0,396 0,731 0,710 0,752 0,689 0,540 0,849
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel
0,650 0,658 0,671 0,660 0,719 0,856
Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat Jenis Kelamin
Valid
Frequency 35 16 51
Laki-laki Perempuan Total
Percent 68.6 31.4 100.0
Valid Percent 68.6 31.4 100.0
Cumulative Percent 68.6 100.0
Umur Pemimpin Rumah Sakit
Valid
28-38 39-49 50-60 Total
Frequency 7 20 24 51
Percent 13.7 39.2 47.1 100.0
Valid Percent 13.7 39.2 47.1 100.0
Cumulative Percent 13.7 52.9 100.0
Pendidikan Pemimpin Rumah Sakit
Valid
Lulus SMA Lulus S1 Lulus S2 Lulus S3 Total
Frequency 5 33 9 4 51
Percent 9.8 64.7 17.6 7.8 100.0
Valid Percent 9.8 64.7 17.6 7.8 100.0
Cumulative Percent 9.8 74.5 92.2 100.0
Adanya petunjuk penyelenggaraan pelayanan 24 jam secara terus-menerus
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 8 42 51
Percent 2.0 15.7 82.4 100.0
Valid Percent 2.0 15.7 82.4 100.0
Cumulative Percent 2.0 17.6 100.0
108 Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Pelayanan IGD yg terpisah scr fungsional dr unit-unit pelayanan lainnya
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 33 16 51
Percent 3.9 64.7 31.4 100.0
Valid Percent 3.9 64.7 31.4 100.0
Cumulative Percent 3.9 68.6 100.0
Kebijakan dan prosedur thdp pasien yg tdk akut & gawat
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 32 17 51
Percent 3.9 62.7 33.3 100.0
Valid Percent 3.9 62.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 3.9 66.7 100.0
Struktur organisasi & Job deskription
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 20 30 51
Percent 2.0 39.2 58.8 100.0
Valid Percent 2.0 39.2 58.8 100.0
Cumulative Percent 2.0 41.2 100.0
Jadwal jaga dokter, perawat, konsulen, & petugas pendukung lainnya
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 20 31 51
Percent 39.2 60.8 100.0
Valid Percent 39.2 60.8 100.0
Cumulative Percent 39.2 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Petunjuk & informasi utk kemudahan , kelancaran & ketertiban pelayanan
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 27 24 51
Percent 52.9 47.1 100.0
Valid Percent 52.9 47.1 100.0
Cumulative Percent 52.9 100.0
Dokter sbg kepala IGD yg bertanggung jawab atas pelayanan
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 18 33 51
Percent 35.3 64.7 100.0
Valid Percent 35.3 64.7 100.0
Cumulative Percent 35.3 100.0
Perawat sbg penanggung jawab pelayanan keperawatan
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 32 17 51
Percent 3.9 62.7 33.3 100.0
Valid Percent 3.9 62.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 3.9 66.7 100.0
Jumlah, jenis, & Kualifikasi tenaga keperawatan tenaga yg tersedia
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 34 17 51
Percent 66.7 33.3 100.0
Valid Percent 66.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 66.7 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kemampuan dokter & perawat melakukan basic life support
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 29 21 51
Percent 2.0 56.9 41.2 100.0
Valid Percent 2.0 56.9 41.2 100.0
Cumulative Percent 2.0 58.8 100.0
Informasi ttg pelayanan sdh dikomunikasikan kpd staf yg bersangkutan
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 38 12 51
Percent 2.0 74.5 23.5 100.0
Valid Percent 2.0 74.5 23.5 100.0
Cumulative Percent 2.0 76.5 100.0
Kemudahan parkir kendaraan roda empat & kemudahan transfortasi bg pasien
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 33 17 51
Percent 2.0 64.7 33.3 100.0
Valid Percent 2.0 64.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 2.0 66.7 100.0
Ada pemisahan tempat pemeriksaan & tindakan sesuai dg kondisi penyakitnya
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 37 12 51
Percent 3.9 72.5 23.5 100.0
Valid Percent 3.9 72.5 23.5 100.0
Cumulative Percent 3.9 76.5 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Pengadaan & penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infuse sesuai standar
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 28 21 51
Percent 3.9 54.9 41.2 100.0
Valid Percent 3.9 54.9 41.2 100.0
Cumulative Percent 3.9 58.8 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg unit lainnya di RS
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 29 22 51
Percent 56.9 43.1 100.0
Valid Percent 56.9 43.1 100.0
Cumulative Percent 56.9 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg RS lainnya
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 35 14 51
Percent 3.9 68.6 27.5 100.0
Valid Percent 3.9 68.6 27.5 100.0
Cumulative Percent 3.9 72.5 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg ambulance
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 23 27 51
Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Valid Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Cumulative Percent 2.0 47.1 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg pelayanan unit pemadaman kebakaran
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 4 37 10 51
Percent 7.8 72.5 19.6 100.0
Valid Percent 7.8 72.5 19.6 100.0
Cumulative Percent 7.8 80.4 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg RS konsulen SMF IGD
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 36 13 51
Percent 3.9 70.6 25.5 100.0
Valid Percent 3.9 70.6 25.5 100.0
Cumulative Percent 3.9 74.5 100.0
Ketentuan ttg pemeriksaan, pemeliharaan & perbaikan peralatan scr berkala
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 37 13 51
Percent 2.0 72.5 25.5 100.0
Valid Percent 2.0 72.5 25.5 100.0
Cumulative Percent 2.0 74.5 100.0
Kebijakan ttg TRIASE
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 35 15 51
Percent 2.0 68.6 29.4 100.0
Valid Percent 2.0 68.6 29.4 100.0
Cumulative Percent 2.0 70.6 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kebijakan ttg pasien yg perlu dirujuk ke RS lain
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 36 15 51
Percent 70.6 29.4 100.0
Valid Percent 70.6 29.4 100.0
Cumulative Percent 70.6 100.0
Kebijakan ttg penggunaan obat & peralatan u life saving
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 31 20 51
Percent 60.8 39.2 100.0
Valid Percent 60.8 39.2 100.0
Cumulative Percent 60.8 100.0
Penetapan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 6 33 12 51
Percent 11.8 64.7 23.5 100.0
Valid Percent 11.8 64.7 23.5 100.0
Cumulative Percent 11.8 76.5 100.0
Program orientasi/pelatihan bg petugas baru
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 27 23 51
Percent 2.0 52.9 45.1 100.0
Valid Percent 2.0 52.9 45.1 100.0
Cumulative Percent 2.0 54.9 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Program pelatihan & pengembangan pegawai tiap tahunnya
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 3 31 17 51
Percent 5.9 60.8 33.3 100.0
Valid Percent 5.9 60.8 33.3 100.0
Cumulative Percent 5.9 66.7 100.0
Program pelatihan scr teratur u menghadapi kemungkinan bencana
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 9 34 8 51
Percent 17.6 66.7 15.7 100.0
Valid Percent 17.6 66.7 15.7 100.0
Cumulative Percent 17.6 84.3 100.0
Program latihan u meningkatkan ketrampilan di bdg gawat darurat
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 8 32 11 51
Percent 15.7 62.7 21.6 100.0
Valid Percent 15.7 62.7 21.6 100.0
Cumulative Percent 15.7 78.4 100.0
Kualitas pelayanan medis oleh dokter trampil
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 31 20 51
Percent 60.8 39.2 100.0
Valid Percent 60.8 39.2 100.0
Cumulative Percent 60.8 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kualitas pelayanan keperawatan oleh perawat trampil
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 39 12 51
Percent 76.5 23.5 100.0
Valid Percent 76.5 23.5 100.0
Cumulative Percent 76.5 100.0
Ketersediaan data & informasi serta analisi data ttg pelayanan gawat darurat
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 36 14 51
Percent 2.0 70.6 27.5 100.0
Valid Percent 2.0 70.6 27.5 100.0
Cumulative Percent 2.0 72.5 100.0
Evaluasi penanganan kasus kecelakaan & kasus medis lainnya
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 28 21 51
Percent 3.9 54.9 41.2 100.0
Valid Percent 3.9 54.9 41.2 100.0
Cumulative Percent 3.9 58.8 100.0
Ketentuan Informed Consent yg telah dilaksanakan oleh staf medis & perawat
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 35 16 51
Percent 68.6 31.4 100.0
Valid Percent 68.6 31.4 100.0
Cumulative Percent 68.6 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Penilaian hasil pelayanan medis yg dilakukan
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 33 18 51
Percent 64.7 35.3 100.0
Valid Percent 64.7 35.3 100.0
Cumulative Percent 64.7 100.0
Evaluasi yg dilakukan thdp kejadian kematian
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 34 15 51
Percent 3.9 66.7 29.4 100.0
Valid Percent 3.9 66.7 29.4 100.0
Cumulative Percent 3.9 70.6 100.0
VARIABEL BEBAS
Falsafah & Tujuan
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 3 31 17 51
Percent 5.9 60.8 33.3 100.0
Valid Percent 5.9 60.8 33.3 100.0
Cumulative Percent 5.9 66.7 100.0
Administrasi & Pengelolaan
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 1 23 27 51
Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Valid Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Cumulative Percent 2.0 47.1 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Staf & Pimpinan
Valid
Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 32 19 51
Percent 62.7 37.3 100.0
Valid Percent 62.7 37.3 100.0
Cumulative Percent 62.7 100.0
Fasilitas & Peralatan
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 31 18 51
Percent 3.9 60.8 35.3 100.0
Valid Percent 3.9 60.8 35.3 100.0
Cumulative Percent 3.9 64.7 100.0
Kebijakan & Prosedur
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 3 29 19 51
Percent 5.9 56.9 37.3 100.0
Valid Percent 5.9 56.9 37.3 100.0
Cumulative Percent 5.9 62.7 100.0
Pengembangan Staf & Program Pendidikan
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 5 34 12 51
Percent 9.8 66.7 23.5 100.0
Valid Percent 9.8 66.7 23.5 100.0
Cumulative Percent 9.8 76.5 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Evaluasi & Pengendalian Mutu
Valid
Tidak Bagus Bagus Sangat Bagus Total
Frequency 2 35 14 51
Percent 3.9 68.6 27.5 100.0
Valid Percent 3.9 68.6 27.5 100.0
Cumulative Percent 3.9 72.5 100.0
VARIABEL TERIKAT
Adanya petunjuk penyelenggaraan pelayanan 24 jam secara terus-menerus
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 4 47 51
Percent 7.8 92.2 100.0
Valid Percent 7.8 92.2 100.0
Cumulative Percent 7.8 100.0
Pelayanan IGD yg terpisah scr fungsional dr unit-unit pelayanan lainnya
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 10 41 51
Percent 19.6 80.4 100.0
Valid Percent 19.6 80.4 100.0
Cumulative Percent 19.6 100.0
Kebijakan dan prosedur thdp pasien yg tdk akut & gawat
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 19 32 51
Percent 37.3 62.7 100.0
Valid Percent 37.3 62.7 100.0
Cumulative Percent 37.3 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Struktur organisasi & Job deskription
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 13 38 51
Percent 25.5 74.5 100.0
Valid Percent 25.5 74.5 100.0
Cumulative Percent 25.5 100.0
Jadwal jaga dokter, perawat, konsulen, & petugas pendukung lainnya
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 10 41 51
Percent 19.6 80.4 100.0
Valid Percent 19.6 80.4 100.0
Cumulative Percent 19.6 100.0
Petunjuk & informasi utk kemudahan , kelancaran & ketertiban pelayanan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 15 36 51
Percent 29.4 70.6 100.0
Valid Percent 29.4 70.6 100.0
Cumulative Percent 29.4 100.0
Dokter sbg kepala IGD yg bertanggung jawab atas pelayanan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 3 48 51
Percent 5.9 94.1 100.0
Valid Percent 5.9 94.1 100.0
Cumulative Percent 5.9 100.0
Perawat sbg penanggung jawab pelayanan keperawatan
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 2 15 34 51
Percent 3.9 29.4 66.7 100.0
Valid Percent 3.9 29.4 66.7 100.0
Cumulative Percent 3.9 33.3 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Jumlah, jenis, & Kualifikasi tenaga keperawatan tenaga yg tersedia
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 14 37 51
Percent 27.5 72.5 100.0
Valid Percent 27.5 72.5 100.0
Cumulative Percent 27.5 100.0
Kemampuan dokter & perawat melakukan basic life support
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 10 41 51
Percent 19.6 80.4 100.0
Valid Percent 19.6 80.4 100.0
Cumulative Percent 19.6 100.0
Informasi ttg pelayanan sdh dikomunikasikan kpd staf yg bersangkutan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 21 30 51
Percent 41.2 58.8 100.0
Valid Percent 41.2 58.8 100.0
Cumulative Percent 41.2 100.0
Kemudahan parkir kendaraan roda empat & kemudahan transfortasi bg pasien
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 2 16 33 51
Percent 3.9 31.4 64.7 100.0
Valid Percent 3.9 31.4 64.7 100.0
Cumulative Percent 3.9 35.3 100.0
Ada pemisahan tempat pemeriksaan & tindakan sesuai dg kondisi penyakitnya
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 20 31 51
Percent 39.2 60.8 100.0
Valid Percent 39.2 60.8 100.0
Cumulative Percent 39.2 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Pengadaan & penyediaan peralatan, obat, bahan, cairan infuse sesuai standar
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 17 34 51
Percent 33.3 66.7 100.0
Valid Percent 33.3 66.7 100.0
Cumulative Percent 33.3 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg unit lainnya di RS
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 16 35 51
Percent 31.4 68.6 100.0
Valid Percent 31.4 68.6 100.0
Cumulative Percent 31.4 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg RS lainnya
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 1 23 27 51
Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Valid Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Cumulative Percent 2.0 47.1 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg ambulance
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 11 40 51
Percent 21.6 78.4 100.0
Valid Percent 21.6 78.4 100.0
Cumulative Percent 21.6 100.0
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg pelayanan unit pemadaman kebakaran
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 1 23 27 51
Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Valid Percent 2.0 45.1 52.9 100.0
Cumulative Percent 2.0 47.1 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kelancaran hubungan komunikasi antara IGD dg RS konsulen SMF IGD
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 17 34 51
Percent 33.3 66.7 100.0
Valid Percent 33.3 66.7 100.0
Cumulative Percent 33.3 100.0
Ketentuan ttg pemeriksaan, pemeliharaan & perbaikan peralatan scr berkala
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 15 36 51
Percent 29.4 70.6 100.0
Valid Percent 29.4 70.6 100.0
Cumulative Percent 29.4 100.0
Kebijakan ttg TRIASE
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 14 37 51
Percent 27.5 72.5 100.0
Valid Percent 27.5 72.5 100.0
Cumulative Percent 27.5 100.0
Kebijakan ttg pasien yg perlu dirujuk ke RS lain
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 18 33 51
Percent 35.3 64.7 100.0
Valid Percent 35.3 64.7 100.0
Cumulative Percent 35.3 100.0
Kebijakan ttg penggunaan obat & peralatan u life saving
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 12 39 51
Percent 23.5 76.5 100.0
Valid Percent 23.5 76.5 100.0
Cumulative Percent 23.5 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Penetapan kebijakan, program, prosedur penanggulangan bencana
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 2 24 25 51
Percent 3.9 47.1 49.0 100.0
Valid Percent 3.9 47.1 49.0 100.0
Cumulative Percent 3.9 51.0 100.0
Program orientasi/pelatihan bg petugas baru
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 6 45 51
Percent 11.8 88.2 100.0
Valid Percent 11.8 88.2 100.0
Cumulative Percent 11.8 100.0
Program pelatihan & pengembangan pegawai tiap tahunnya
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 14 37 51
Percent 27.5 72.5 100.0
Valid Percent 27.5 72.5 100.0
Cumulative Percent 27.5 100.0
Program pelatihan scr teratur u menghadapi kemungkinan bencana
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 6 19 26 51
Percent 11.8 37.3 51.0 100.0
Valid Percent 11.8 37.3 51.0 100.0
Cumulative Percent 11.8 49.0 100.0
Program latihan u meningkatkan ketrampilan di bdg gawat darurat
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 3 17 31 51
Percent 5.9 33.3 60.8 100.0
Valid Percent 5.9 33.3 60.8 100.0
Cumulative Percent 5.9 39.2 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kualitas pelayanan medis oleh dokter trampil
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 14 37 51
Percent 27.5 72.5 100.0
Valid Percent 27.5 72.5 100.0
Cumulative Percent 27.5 100.0
Kualitas pelayanan keperawatan oleh perawat trampil
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 2 20 29 51
Percent 3.9 39.2 56.9 100.0
Valid Percent 3.9 39.2 56.9 100.0
Cumulative Percent 3.9 43.1 100.0
Ketersediaan data & informasi serta analisi data ttg pelayanan gawat darurat
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 17 34 51
Percent 33.3 66.7 100.0
Valid Percent 33.3 66.7 100.0
Cumulative Percent 33.3 100.0
Evaluasi penanganan kasus kecelakaan & kasus medis lainnya
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 13 38 51
Percent 25.5 74.5 100.0
Valid Percent 25.5 74.5 100.0
Cumulative Percent 25.5 100.0
Ketentuan Informed Consent yg telah dilaksanakan oleh staf medis & perawat
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 14 37 51
Percent 27.5 72.5 100.0
Valid Percent 27.5 72.5 100.0
Cumulative Percent 27.5 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Penilaian hasil pelayanan medis yg dilakukan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 12 39 51
Percent 23.5 76.5 100.0
Valid Percent 23.5 76.5 100.0
Cumulative Percent 23.5 100.0
Evaluasi yg dilakukan thdp kejadian kematian
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 9 42 51
Percent 17.6 82.4 100.0
Valid Percent 17.6 82.4 100.0
Cumulative Percent 17.6 100.0
Falsafah & Tujuan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 11 40 51
Percent 21.6 78.4 100.0
Valid Percent 21.6 78.4 100.0
Cumulative Percent 21.6 100.0
Administrasi & Pengelolaan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 11 40 51
Percent 21.6 78.4 100.0
Valid Percent 21.6 78.4 100.0
Cumulative Percent 21.6 100.0
Staf & Pimpinan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 10 41 51
Percent 19.6 80.4 100.0
Valid Percent 19.6 80.4 100.0
Cumulative Percent 19.6 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Fasilitas & Peralatan
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 10 41 51
Percent 19.6 80.4 100.0
Valid Percent 19.6 80.4 100.0
Cumulative Percent 19.6 100.0
Kebijakan & Prosedur
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 13 38 51
Percent 25.5 74.5 100.0
Valid Percent 25.5 74.5 100.0
Cumulative Percent 25.5 100.0
Pengembangan Staf & Program Pendidikan
Valid
Tidak Penting Penting Sangat Penting Total
Frequency 1 12 38 51
Percent 2.0 23.5 74.5 100.0
Valid Percent 2.0 23.5 74.5 100.0
Cumulative Percent 2.0 25.5 100.0
Evaluasi & Pengendalian Mutu
Valid
Penting Sangat Penting Total
Frequency 13 38 51
Percent 25.5 74.5 100.0
Valid Percent 25.5 74.5 100.0
Cumulative Percent 25.5 100.0
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Lampiran 4 Hasil Analisis Bivariat Falsafah & Tujuan * Falsafah & Tujuan Crosstabulation
Falsafah & Tujuan
Tidak Bagus
Bagus
Sangat Bagus
Total
Falsafah & Tujuan Sangat Penting Penting 0 3 .6 2.4
Count Expected Count % within Falsafah & Tujuan % within Falsafah & Tujuan % of Total Count Expected Count % within Falsafah & Tujuan % within Falsafah & Tujuan % of Total Count Expected Count % within Falsafah & Tujuan % within Falsafah & Tujuan % of Total Count Expected Count % within Falsafah & Tujuan % within Falsafah & Tujuan % of Total
Total 3 3.0
.0%
100.0%
100.0%
.0%
7.5%
5.9%
.0% 11 6.7
5.9% 20 24.3
5.9% 31 31.0
35.5%
64.5%
100.0%
100.0%
50.0%
60.8%
21.6% 0 3.7
39.2% 17 13.3
60.8% 17 17.0
.0%
100.0%
100.0%
.0%
42.5%
33.3%
.0% 11 11.0
33.3% 40 40.0
33.3% 51 51.0
21.6%
78.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
21.6%
78.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9.048a 12.858 3.271
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .011 .002
1
.071
df
51
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .65.
128
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Administrasi & Pengelolaan * Administrasi & Pengelolaan Crosstabulation
Administrasi & Pengelolaan
Tidak Bagus
Bagus
Sangat Bagus
Total
Administrasi & Pengelolaan Sangat Penting Penting 0 1 .2 .8
Count Expected Count % within Administrasi & Pengelolaan % within Administrasi & Pengelolaan % of Total Count Expected Count % within Administrasi & Pengelolaan % within Administrasi & Pengelolaan % of Total Count Expected Count % within Administrasi & Pengelolaan % within Administrasi & Pengelolaan % of Total Count Expected Count % within Administrasi & Pengelolaan % within Administrasi & Pengelolaan % of Total
Total 1 1.0
.0%
100.0%
100.0%
.0%
2.5%
2.0%
.0% 8 5.0
2.0% 15 18.0
2.0% 23 23.0
34.8%
65.2%
100.0%
72.7%
37.5%
45.1%
15.7% 3 5.8
29.4% 24 21.2
45.1% 27 27.0
11.1%
88.9%
100.0%
27.3%
60.0%
52.9%
5.9% 11 11.0
47.1% 40 40.0
52.9% 51 51.0
21.6%
78.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
21.6%
78.4%
100.0%
Chi-Square Tests
2
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Likelihood Ratio
4.625
2
.099
Linear-by-Linear Association
2.673
1
.102
N of Valid Cases
51
Pearson Chi-Square
Value 4.394 a
df
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Staf & Pimpinan * Staf & Pimpinan Crosstabulation
Staf & Pimpinan
Bagus
Sangat Bagus
Total
Count % within Staf & Pimpinan % of Total Count % within Staf & Pimpinan % of Total Count % within Staf & Pimpinan % of Total
Staf & Pimpinan Sangat Penting Penting 10 22 100.0% 53.7% 19.6% 43.1% 0 19 .0% 46.3% .0% 37.3% 10 41 100.0% 100.0% 19.6% 80.4%
Total 32 62.7% 62.7% 19 37.3% 37.3% 51 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 7.386b 5.536 10.732
7.241
df 1 1 1
1
Asymp. Sig. (2-sided) .007 .019 .001
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.008
.005
.007
51
a. Computed only for a 2x2 table b. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3. 73.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Fasilitas & Peralatan * Fasilitas & Peralatan Crosstabulation
Fasilitas & Peralatan
Tidak Bagus
Bagus
Sangat Bagus
Total
Count Expected Count % within Fasilitas & Peralatan % of Total Count Expected Count % within Fasilitas & Peralatan % of Total Count Expected Count % within Fasilitas & Peralatan % of Total Count Expected Count % within Fasilitas & Peralatan % of Total
Fasilitas & Peralatan Sangat Penting Penting 0 2 .4 1.6
Total 2 2.0
.0%
4.9%
3.9%
.0% 9 6.1
3.9% 22 24.9
3.9% 31 31.0
90.0%
53.7%
60.8%
17.6% 1 3.5
43.1% 17 14.5
60.8% 18 18.0
10.0%
41.5%
35.3%
2.0% 10 10.0
33.3% 41 41.0
35.3% 51 51.0
100.0%
100.0%
100.0%
19.6%
80.4%
100.0%
Chi-Square Tests
2
Asymp. Sig. (2-sided) .006
Likelihood Ratio
5.406
2
.067
Linear-by-Linear Association
1.896
1
.168
N of Valid Cases
51
Pearson Chi-Square
Value 4.489 a
df
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .39.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Kebijakan & Prosedur * Kebijakan & Prosedur Crosstabulation
Kebijakan & Prosedur
Tidak Bagus
Kebijakan & Prosedur Sangat Penting Penting 2 1 .8 2.2
Count Expected Count % within Kebijakan & Prosedur % of Total Count Expected Count % within Kebijakan & Prosedur % of Total Count Expected Count % within Kebijakan & Prosedur % of Total Count Expected Count % within Kebijakan & Prosedur % of Total
Bagus
Sangat Bagus
Total
Total 3 3.0
15.4%
2.6%
5.9%
3.9% 10 7.4
2.0% 19 21.6
5.9% 29 29.0
76.9%
50.0%
56.9%
19.6% 1 4.8
37.3% 18 14.2
56.9% 19 19.0
7.7%
47.4%
37.3%
2.0% 13 13.0
35.3% 38 38.0
37.3% 51 51.0
100.0%
100.0%
100.0%
25.5%
74.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 8.006a 8.884 7.840
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .018 .012
1
.005
df
51
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .76.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
gembangan Staf & Program Pendidikan * Pengembangan Staf & Program Pendidikan Crosstabula Pengembangan Staf & Program Pendidikan Sangat Tidak Penting Penting Penting 1 3 1 .1 1.2 3.7
Pengembangan Tidak Bagus Staf & Program Pendidikan
Total
Count Expected Count % within Pengembangan Staf & Program Pendidikan % of Total Bagus Count Expected Count % within Pengembangan Staf & Program Pendidikan % of Total Sangat Bagus Count Expected Count % within Pengembangan Staf & Program Pendidikan % of Total Count Expected Count % within Pengembangan Staf & Program Pendidikan % of Total
Total 5 5.0
100.0%
25.0%
2.6%
9.8%
2.0% 0 .7
5.9% 9 8.0
2.0% 25 25.3
9.8% 34 34.0
.0%
75.0%
65.8%
66.7%
.0% 0 .2
17.6% 0 2.8
49.0% 12 8.9
66.7% 12 12.0
.0%
.0%
31.6%
23.5%
.0% 1 1.0
.0% 12 12.0
23.5% 38 38.0
23.5% 51 51.0
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
2.0%
23.5%
74.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 18.020a 16.151 12.285
4 4
Asymp. Sig. (2-sided) .001 .003
1
.000
df
51
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Evaluasi & Pengendalian Mutu * Evaluasi & Pengendalian Mutu Crosstabulation
Evaluasi & Pengendalian Mutu
Tidak Bagus
Bagus
Sangat Bagus
Total
Evaluasi & Pengendalian Mutu Sangat Penting Penting 2 0 .5 1.5
Count Expected Count % within Evaluasi & Pengendalian Mutu % of Total Count Expected Count % within Evaluasi & Pengendalian Mutu % of Total Count Expected Count % within Evaluasi & Pengendalian Mutu % of Total Count Expected Count % within Evaluasi & Pengendalian Mutu % of Total
Total 2 2.0
15.4%
.0%
3.9%
3.9% 10 8.9
.0% 25 26.1
3.9% 35 35.0
76.9%
65.8%
68.6%
19.6% 1 3.6
49.0% 13 10.4
68.6% 14 14.0
7.7%
34.2%
27.5%
2.0% 13 13.0
25.5% 38 38.0
27.5% 51 51.0
100.0%
100.0%
100.0%
25.5%
74.5%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 8.502a 8.817 6.454
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .014 .012
1
.011
df
51
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .51.
Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009
Lampiran 5 Hasil Analisis Multivariat Model Summary Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R R Square .713(a) .508 .428 .227 a Predictors: (Constant), Evaluasi & Pengendalian Mutu, Falsafah & Tujuan , Fasilitas & Peralatan, Administrasi & Pengelolaan , Pengembangan Staf & Program Pendidikan, Kebijakan & Prosedur, Staf & Pimpinan Model 1
ANOVA(b)
Model 1
Regression
Sum of Squares 2.290
df 7
Mean Square .327 .052
Residual
2.220
43
Total
4.510
50
F 6.336
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), Evaluasi & Pengendalian Mutu, Falsafah & Tujuan , Fasilitas & Peralatan, Administrasi & Pengelolaan , Pengembangan Staf & Program Pendidikan, Kebijakan & Prosedur, Staf & Pimpinan b Dependent Variable: Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B 1.964
Std. Error .265
Falsafah & Tujuan
.110
.076
Administrasi & Pengelolaan
.013
Staf & Pimpinan Fasilitas & Peralatan Kebijakan & Prosedur Pengembangan Staf & Program Pendidikan
(Constant)
Evaluasi & Pengendalian Mutu
Beta
t
Sig.
B 7.406
Std. Error .000
.182
1.440
.157
.078
.020
.161
.872
-.064
.088
-.108
-.731
.469
-.032
.012
-.315
-2.669
.011
.176
.074
.338
2.363
.023
-.042
.070
-.081
-.607
.547
.209
.079
.368
2.635
.012
a Dependent Variable: Tingkat Kepentingan Pelaksanaan Akreditasi
135 Deli Theo : Pengaruh Persepsi Pemimpin Rumah Sakit Tentang Mutu Instalasi Gawat Darurat Terhadap Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di Kota Medan Tahun 2009, 2009