PENGARUH PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI SERTA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI PROVINSI BALI1) Oleh: Made Suyana Utama2)2 ABSTRACT Tourism sector in Bali after the Second Five Year Development, that is, during the period of 1974/1979 is confirmed as leading sector by the Local Government to make optimal use of the tourism potential possessed by Bali Province in the form of cultural uniqueness and natural beauty. Besides that it is also to accommodate tourists' visit both domestic and foreign that always increase each year. This study generally aims to know the effect of tourism development to economic performance, the change of economic structure, and community welfare in Bali. The data used were obtained from secondary source from concerning tourism development, economic performance, change of economic structure, and the community welfare for the period of 30 years, 1975-2004. The main analysis method employed in this study was path analysis with latent variables using SPSS. Based on the results of the analysis, this study concluded, tourism development has direct effect to the economic performance, having direct and indirect to the change of economic structure, but to the economic welfare, tourism development has not direct influence. Tourism development has indirect influence to the economic welfare through economic performance and the change of economic structure. Key word: tourism development, economic performance, change of economic structure, and community welfare. ABSTRAK Sektor pariwisata di Bali sejak Pembangunan Lima Tahun II, yaitu pada periode 1974/1979 ditetapkan sebagai leading sector oleh pemerintah Daerah untuk memanfaatkan secara optimal potensi pariwisata yang dimiliki Provinsi Bali berupa keunikan budaya dan keindahan alam. Di samping itu, juga untuk mengakomodasi kunjungan wisatawan, baik asing maupun domestik, yang selalu meningkat setiap tahun. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kinerja perekonomian, perubahan struktur ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali. Data yang digunakan diperoleh dari sumber sekunder mengenai perkembangan pariwisata, kinerja perekonomian, perubahan struktur ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat selama 30 tahun, yaitu dari 1975 sampai dengan tahun 2004. Metode analisis yang
1)
Tulisan ini merupakan ringkasan disertasi dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, tahun 2006. 2) Penulis adalah staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.
2
digunakan adalah metode kuantitatif dengan menerapkan analisis jalur (path analysis) dengan variable laten. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini secara umum menyimpulkan bahwa perkembangan pariwisata berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perekonomian, berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan struktur ekonomi, tetapi terhadap kesejahteraan masyarakat, perkembangan pariwisata tidak berpengaruh signifikan. Perkembangan pariwisata berpengaruh secara tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi. Kata kunci: perkembangan pariwisata, kinerja perekonomian, perubahan struktur ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memanfaatkan peluang globalilasi dan melanjutkan pembangunan nasional, GBHN 1998-2003 telah menetapkan bahwa pembangunan pariwisata di Indonesia dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumberdaya serta potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat dihandalkan. Sektor pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi memiliki mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak menampung kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya, selanjutnya menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat, dari hasil penjualan barang dan jasa melalui usaha: restoran, hotel, biro perjalanan, pramuwisata, penjualan barang-barang cendra mata dan sebagainya. Dengan makin banyaknya wisatawan yang datang, maka akan semakin banyak divisa yang diterima dan mendorong pembangunan hotel dan restoran serta prasarana lainnya seperti yang dikemukakan oleh Spillane (1989: 47). Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Bali merupakan primadona bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing dengan andil terhadap pariwisata nasional yang meningkat. Perkembangan kedatangan wisatawan ke Bali selama tahun 1975-2004 dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik ke Bali, Tahun 1975 –2004 Tahun 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2004
Wisatawan Asing Pertumbuhan (Orang) per tahun (%) 75.790 146.644 18,70 223.304 10,46 531.731 27,62 1.253.042 27,13 1.412.839 2,55 1.458.309 0,80
Wisatawan Domestik Pertumbuhan per (Orang) tahun (%) 27.484 51.667 17,60 86.086 13,32 122.206 8,39 162.311 6,56 253.120 11,19 457.190 20,16
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali 2005 (diolah)
3
Perkembangan kedatangan wisatawan mencanegara (wisman) secara langsung ke Bali dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2004 mempunyai kecendungan (trend) yang meningkat, meskipun setiap periode mengalami fluktuasi. Kunjungan wisatawan manca negara ke Bali pada beberapa tahun terakhir mengalami keterpurukan, yang diakibatkan oleh terjadinya tragedi bom di Legian Kuta pada bulan Oktober tahun 2002, dan isu penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada bulan Maret 2004. Untuk mengakomodasi meningkatnya kedatangan wisatawan telah dibangun fasilitas penunjang pariwisata seperti hotel dan retoran. Pemberian prioritas pembangunan pada sektor pariwisata juga didasari atas pertimbangan karena wilayah Provinsi Bali sangat sempit, hanya 0,29 persen dari Wilayah Republik Indonesia dan tidak memiliki potensi sumber daya alam mineral dan enerji serta kurang memungkinkannya pengembangan sektor industri pengolahan yang berskala besar. Pembangunan sektor pariwisata di Provinsi Bali telah menampakkan hasil berupa peningkatan PDRB, meningkatnya penyerapan tenaga kerja, baik secara langsung pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta secara tidak langsung dan karena tumbuhnya sektor penunjang lainnya. Perkembangan pariwisata selain dicerminkan oleh meningkatnya kunjungan wisatawan baik yang berasal dari mancanegara dan dari dalam negeri, juga oleh meningkatnya pendapatan yang dihasilkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu untuk akomodasi, konsumsi makanan, angkutan wisata atau jasa-jasa lainnya. Penelitian Cooper (1993) di Inggris menyebutkan bahwa 81,27 persen total pengeluaran wisatawan asing dialokasikan untuk akomodasi, makanan dan belanja lainnya (shopping), sedangkan wisatawan domestik mengalokasikan sekitar 74,2 untuk pengeluaran tersebut. Penelitian BPS Provinsi Bali (2000b) menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan yang berkunjung ke Bali 66,81 persen dialokasikan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran. Meningkatnya kunjungan wisatawan dan belanja wisatawan dapat berpengaruh kinerja perekonomian daerah, yaitu meningkatnya pendapatan sektorsektor ekonomi dan berkembangnya lapangan kerja. Hal ini disebabkan karena sebagai penghasil devisa sektor pariwisata dianggap sejajar dengan sektor ekspor yang dapat berperan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Seperti yang dikemukakan oleh North (1975) dengan teori export base. Sektor ekspor mempunyai peranan penting dalam pembangunan daerah karena memberikan dua sumbangan penting terhadap perekonomian daerah, yaitu secara langsung menimbulkan kenaikan pendapatan faktor-faktor produksi daerah, dan menciptakan permintaan atas produksi lokal atau recidentiary industries (Sukirno, 1976 : 130). Adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat cendrung mempercepat perubahan struktur ekonomi seperti yang dikemukakan oleh Chenery (1975) dan Tambunan (2003: 68). Pertama-tama pergeseran tersebut dapat dilihat dari pergeseran makro ekonomi, seperti perubahan permintaan, perdagangan dan penggunaan faktor-faktor produksi, selanjutnya dapat dilihat dari perubahan ekonomi sektoral, yaitu pergeseran ekonomi dan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Berkaitan dengan hal itu, selama tahun 1975-2004 perekonomian Provinsi Bali telah megalami perubahan struktur. Interaksi antara meningkatnya kinerja perekonomian dengan perubahan struktur ekonomi menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Sarwoprasodjo dan Harmini (1995) antara lain menyebutkan bahwa adanya pergeseran kontribusi output dan juga penyerapan
4
tenaga kerja dari pertanian ke non pertanian menyebabkan kesejahteraan masyarakat meningkat. Perkembangan sektor pariwisata di samping memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian, sektor ini juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap sosial ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, seperti yang dikemukakan oleh Inskeep (1991 : 86), Bull (1991 : 134), Nowak (2004) dan Pitana (2005 : 109). Berdasarkan uraian latar belakang di depan dipakai dasar untuk meneliti : ’’Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kinerja Perekonomian dan Perubahan Struktur Ekonomi serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali’’. 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan pariwisata di Provinsi Bali terhadap kinerja perekonomian, perubahan struktur ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kinerja perekonomian; (2) pengaruh perkembangan pariwisata terhadap perubahan struktur ekonomi di Bali; (3) pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali; (4) pengaruh kinerja perekonomian terhadap perubahan struktur ekonomi di Provinsi Bali; (5) pengaruh kinerja perekonomian di Bali terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali; (6) pengaruh perubahan struktur ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Kerangka Konsep Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari indikator pertumbuhan kunjungan wisatawan asing dan domestik serta pertumbuhan pendapatan dari subsektor perdagangan, hotel, dan sertoran terhadap kinerja perekonomian. Indikator kinerja perekonomian adalah pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya kunjungan wisatawan dan belanja wisatawan pertama-tama akan menciptakan dampak langsung terhadap subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Selanjutnya sesuai dengan teori basis ekonomi, teori basis ekspor, dan teori sektor pemimpin (leading sector) perkembangan pariwisata memberikan pengaruh yang berantai terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya, baik yang langsung memasok barang dan jasa untuk keperluan sektor pariwisata maupun yang tidak langsung, melalui efek pengganda sehingga PDRB dan total penyerapan tenaga kerja meningkat. Peningkatan kinerja perekonomian dapat mempengaruhi perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi dalam penelitian ini menggunakan indikator struktur produksi, yaitu penurunan rasio produksi sektor pertanian terhadap produksi sektor nonpertanian. Perubahan struktur penyerapan tenaga kerja adalah penurunan rasio total tenaga kerja sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sektor nonpertanian. Peningkatan kinerja perekonomian berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Indikator kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan pendapatan per kapita, peningkatan harapan hidup dan peningkatan penduduk melek huruf. Meningkatnya pendapatan per kapita menyebabkan akses terhadap kesehatan dan pendidikan akan meningkat. Kesejahteraan masyarakat di samping dipengaruhi oleh
5
peningkatan kinerja perekonomian juga dipengaruhi oleh perubahan struktur ekonomi. Pergeseran kontribusi sektor pertanian ke nonpertanian akan mengakibatkan akses terhadap pendidikan dan kesehatan meningkat. Hasil analisis diharapkan dapat mengevaluasi bahwa perkembangan pariwisata mempengaruhi perubahan struktur ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui kinerja perekonomian. Berdasarkan kerangka proses berpikir tersebut disusun kerangka konseptual seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian 2.2 Data Data pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pariwisata dan Kantor Bappeda Provinsi Bali berupa buku atau laporan, yaitu: 1) PDRB Provinsi Bali, dari tahun 1975 – 2004, 2) Hasil Sensus Penduduk tahun 1971, 1980, 1990 dan 2000, 3) Hasil Survey penduduk Antar Sensus (SUPAS), 4) Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 1985 – 2004, 5) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 1996, 1999 dan 2002, 6) Perkembangan kunjungan wisatawan ke Bali, dan jumlah hotel serta restoran selama tahun 1975 - 2004. 2.3 Variabel Penelitian Seperti yang dipaparkan pada kerangka konseptual, variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai sinonim dari istilah konstruk (construct) karena variabel yang dianalisis dibentuk oleh beberapa indikator. disajikan dalam Tabel 2.1.
6
Tabel 2.1 Kelompok dan Jenis Variabel Penelitian Variabel Laten Perkembangan Pariwisata (X1)
Kinerja perekonomian (X2)
Perubahan Struktur ekonomi (X3)
Kesejahteraan Masyarakat (Y)
Variabel Terukur 1.1. Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara (X11) 1.2. Pertumbuhan pendapatan subsektor perdagangan hotel dan restoran (X12) 1.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan domestik (X13)
Rujukan Marpaung (2002: 1), Spiegel (1991: 110), Cooper (1993), dan Fennel (1999: 4)
Pertumbuhan Produk Domestik regional Bruto (PDRB =X21) Pertumbuhan total penyerapan tenaga kerja (X22)
Abel dan Bernake (2001: 60), McEachern (2000: 84), Samuelson dan Nordhaus (1995: 102)
3.1. Perubahan struktur produksi, adalah penurunan ratio pendapatan kelompok sektor pertanian terhadap sektor non pertanian (X31) 3.2. Perubahan struktur tenaga kerja, adalah penurunan ratio penyerapan tenaga kerja sektor poertanian terhadap non pertanian (X32).
Chenery dan Syrquin (1975: 9), Ghatak dan Ingersent (1984: 30) serta Tambunan (2003, 68).
4.1. Peningkatan persentase pendapatan per UNDP yang dikutip oleh kapita masyarakat (Y1) Todaro (2000: 87) dan BPS 4.2. Peningkatan tingkat harapan hidup (Y2) Provinsi Bali (2002) 4.3. Peningkatan pendidikan adalah kenaikan persentase penduduk yang melek huruf = Y 3)
2.5 Metode Analisis Data 2.5.1 Analisis Deskriptif Penerapan statistik deskriptif dalam penelitian ini antara lain perhitungan rata-rata, standar deviasi, tabel-tabel, gambar-gambar dan lain sebagainya, yang dibuat atau dihitung dengan program Excel. 2.5.2 Analisis Faktor Salah satu tujuan digunakan analisis faktor untuk mendapatkan ukuran (berupa skor) dari variabel laten berdasarkan beberapa variabel terukur seperti yang dikemukakan (Sharma, 1996: 99), juga secara empirik untuk mengkonfirmasi struktur faktor yang dianalisis berdasarkan konsep atau teori (Hair, et. al., 1998: 91 dan Jogiyanto 2005: 128). Metode statistik yang digunakan untuk menguji model analisis faktor berdasarkan korelasi adalah KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) atau Bartletf’s test. Besarnya KMO minimal 0,5. Faktor yang dipertimbangkan bermakna adalah bilamana eigen value lebih besar satu (λ ≥ 1) dan atau varian komulatifnya minimal 60 persen untuk penelitian-penelitian ilmu sosial (Hair, et. al., 1998: 104). Pengolahan data dalam analisis faktor dilakukan dengan paket program SPSS. 2.5.3 Analisis Jalur Untuk menganalisis tujuan penelitian 1 sampai dengan 6 dilakukan dengan analisis jalur. Hubungan antar variabel berdasarkan uraian tersebut dapat diilustrasikan seperti Gambar 2.2.
7
Gambar 2.2 Diagram Jalur Variabel Penelitian 3. PEMBAHASAN 3.2.1 Perkembangan Pariwisata Berpengaruh Signifikan Terhadap Kinerja Perekonomian Penelitian ini menemukan bahwa perkembangan pariwisata dengan indikator pertumbuhan kunjungan wisatawan asing, domestik dan pertumbuhan produksi sektor perdagangan, hotel dan restoran menyebabkan kinerja perekonomian, yaitu meningkatnya PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Tabel 3.1 Produk Domestik Regional Bruto dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali, Tahun 1975 - 2004 Tahun 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2004
PDRB HK 1993 (Rp juta) 985.994 1.776.261 2.968.449 4.448.236 6.602.722 7.521.841 8.660.162
Pertumbuhan Pertahun (%)* 16,03 13,42 9,97 9,69 2,78 3,78
T.Kerja (orang) 785.667 950.420 1.140.915 1.352.057 1.568.686 1.712.954 1.835.165
Pertumbuhan Pertahun (%)* 4,19 4,01 3,70 3,20 1,84 1,78
Sumber : BPS Provinsi Bali dalam berbagai terbitan (diolah) Keterangan: * Pertumbuhan per tahun dari tahun sebelumnya Hasil penelitian ini mendukung pandangan teoritis maupun empiris hasil studi sebelumnya, antara lain studi yang dilakukan oleh Cohen ( 1984) yang mengelompokkan dampak pariwisata terhadap terhadap sosial ekonomi , yaitu terhadap: 1) penerimaan devisa, 2) pendapatan masyarakat, 3) kesempatan kerja, 4) harga-harga, 5) pembangunan pada umumnya, dan 6) pendapatan pemerintah. Demikian juga mendukung studi Martin at al. (2004), bahwa pertumbuhan wisatawan memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti terjadi di beberapa negara di Amerika Latin pada periode 1985 - 1998.
8
Pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kinerja perekonomian sesuai dengan economic base theory, yang mana pertumbuhan pendapatan daerah ditentukan oleh pendapatan yang diciptakan oleh sektor basis dan digandakan melalui pembelian berbagai faktor pada sektor lainnya atau sektor non basis (Bendavid, 1991: 82). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori industri pemimpin yang dikemukakan oleh Perroux (1950) seperti yang dikutip oleh Sukirno (1976: 66), yang mana sejak dilaksanakannya Rencana Pembangunan Lima Tahun II tahun 1974, sektor pariwisata dijadikan leading sector pada program pembangunan daerah di Provinsi Bali. Penelitian ini juga sesuai dengan pendapatan Hoover (1984: 314) pertumbuhan ekonomi daerah terjadi karena adanya interaksi yang komplek antar aktivitas ekonomi di dalam wilayah tersebut. Adanya keterkaitan tersebut menyebabkan suatu daerah menjadi berkembang melalui proses self-reinforcing effect. 3.2.2 Perkembangan Pariwisata Berpengaruh Signifikan terhadap Perubahan Struktur Ekonomi Dengan berkembangnya sektor pariwisata di Provinsi Bali, yaitu dengan indikator meningkatnya kunjungan wisatawan asing dan domestik serta meningkatnya pendapatan pada subsektor perdagangan hotel dan restoran, menyebabkan sektor jasa meningkat pesat melebihi sektor pertanian dan sektor industri. Dengan pesatnya pertumbuhan sektor jasa sebagai akibat dari perkembangan pariwisata, maka terjadi ketidak seimbangan pertumbuhan sektorsektor ekonomi di Provinsi Bali, yang selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan struktur produksi dan struktur penyerapan tenaga kerja dari pertanian ke jasa, seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Perubahan Struktur Produksi dan Struktur Tenaga Kerja di Provinsi Bali, Tahun 1975 - 2004 Pada tahun 1975 menyumbang sebesar 47,78 persen terhadap PDRB, tetapi pada tahun 2004 menurun mejadi 19,84 persen. Di pihak lain, sumbangan sektor nonpertanian (industri dan jasa) pada tahun 1975 sebesar 52,28 persen meningkat menjadi 80,16 persen pada tahun 2004. Perubahan struktur ekonomi di Provinsi Bali
9
juga dapat dilihat dari segi pergeseran penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian pada tahun 1975 menyerap hampir 60 persen dari total tenaga kerja di Provinsi Bali mengalami penurunan menjadi 37 persen pada tahun 2004. Di pihak lain, sektor industri dan jasa pada tahun 1975 menyerap sekitar 40 persen tenaga kerja meningkat menjadi 73 persen pada tahun 2004. Temuan ini sesuai dengan pendapat Kuznet seperti yang dikutip oleh Chenery (1975), Ghatak (1984: 49), dan Tambunan (2001) perubahan struktur ekonomi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Temuan ini juga sesuai dengan pandangan perspectif developmentalis yang dikemukakan oleh Pyae dan Lin (1983) dan tulisan Nugroho (1997) yang mengatakan bahwa selain sebagai sumber penerimaan devisa, industri pariwisata memiliki banyak elemen yang dapat ”mendorong” perubahan ekonomi, dari pertanian yang tradisional menuju masyarakat industri yang modern. 3.2.3
Perkembangan Pariwisata Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Tidak adanya pengaruh langsung dan signifikan perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat dijelaskan sebagai berikut. Seperti yang dikemukakan oleh Spillane (1989: 47) dan Ave (2006) bahwa industri pariwisata merupakan mata rantai yang sangat panjang, dan dampak langsung dari kunjungan pariwisata adalah hanya terhadap subsektor yang menerima pendapatan dari belanja wisatawan, yaitu: hotel, restoran, biro perjalanan, perdagangan. Karena masyarakat yang bekerja langsung pada sektor pariwisata relatif kecil, yaitu 14,52 persen pada tahun 1980, tahun 1990 sebanyak 15,58 persen, tahun 2000 sebanyak 24,06 persen dan tahun 2004 sebanyak 26,63 persen, sehingga perkembangan pariwisata tidak memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun demikian, pandangan perspektif developmentalist yang dikemukanan oleh Pye dan Lin (1983) menegaskan bahwa industri pariwisata telah banyak menyumbangkan kecepatan, percepatan, dan arah perkembangan di negara-negara berkembang sehingga dianggap sebagai “pintu masuk” bagi kesejahteraan masyarakat melalui pengaruh tidak langsung, seperti yang akan diuraikan pada subbahasan 3.2.7. 3.2.4
Kinerja Perekonomian Berpengaruh Signifikan terhadap Perubahan Struktur Ekonomi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur ekonomi. Dengan kata lain, dengan terjadinya pertumbuhan PDRB dan penyerapan tenaga kerja yang pesat di Provinsi Bali menyebabkan struktur ekonomi berubah dari pertanian ke non pertanian (industri dan jasa). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kuznet seperti yang dikutip oleh Chenery (1975), Ghatak (1984: 49), dan Tambunan (2003) bahwa perubahan struktur ekonomi cenderung diakibatkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan perubahan permintaan dan penawaran produk barang dan jasa dalam perekonomian. Berkaitan dengan perubahan struktur tenaga kerja, hasil penelitian ini sesuai dengan temuan dari Zagler (2000) yang ditulis dalam jurnal yang berjudul: Economic Growth, Structural Change, and Search Unemployment, menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dan adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor industri ke jasa. Penelitian ini juga
10
sesuai dengan teori Todaro (2000: 146) mengatakan bahwa tingginya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke aktivitas non pertanian dapat disebabkan oleh karena proses pertumbuhan ekonomi. Perkembangan yang pesat pada sektor non pertanian sebagai akibat dari berkembangnya sektor pariwisata juga menyebabkan perubahan setruktur tenaga kerja di Provinsi Bali, seperti yang disajikan pada Gambar 3.2. Pergeseran struktur produksi di Provinsi Bali dari pertanian ke jasa juga diikuti oleh perubahan struktur penyerapan tenaga kerja dari pertanian ke jasa yang terkait dengan sektor pariwisata. Berbeda dengan perubahan struktur produksi Indonesia yang bergerak dari pertanian industri jasa yang tidak diikuti oleh perubahan struktur tenaga kerja, sehingga penyerapan tenaga di Indonesia tetap dominan di sektor pertanian. Kondisi ini menyebabkan kesejahteraan masyarakat di Bali lebih baik dibandingkan dengan kesejahteraan rata-rata masyarakat Indonesia, seperti Tabel 3.2. Tabel 3.2. Perbandingan Beberapa Indikator Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali dengan Rata-rata Provinsi Lainnya di Indonesia Rata-rata Provinsi Lainnya 1993 1996 1999 2002
1993
Bali 1996 1999
2002
1.660
2.080
1.910
2.386
1.992
2.458
2.416
2.494
58,9
55,3
62,7
61,0
54,6
50,3
59,3
52.3
0,34
0,36
0,32
0.34
0,32
0,31
0,28
IPM
t.t.
68
64
65.8
t.t.
70
66
0.3 67,5
Angka harapan hidup
64
66
66
66.2
65
68
70
70
Angka kematian bayi
50
44
45
43.5
40
30
31
29
Indikator Pendapatan perkapita (Rp ribu, HK 1993) Konsumsi makanan (%) Koefisien Gini
Angka melek huruf
84
86
88
89.5
79
79
83
84,2
Rata-rata lama sekolah
5,8
6,3
6,7
7,1
6,1
6,3
6,8
7,6
Keterangan: t.t. = data tidak tersedia Sumber : BPS Provinsi Bali, 2000a, 2003 dan BPS-Bappenas, 2004 3.2.5
Kinerja Perekonomian Berpengaruh Signifikan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Penelitian ini mendukung penelitian Agung (1993) yang menyimpulkan bahwa semakin baik kondisi ekonomi seseorang maka semakin baik pula tingkat pencegahan orang tersebut terhadap morbiditas. Penelitian ini juga sesuai dengan Laporan Bank Dunia tahun 2000/2001 di beberapa Negara di Afrika yang berjudul Attacking Poverty yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga, maka akses terhadap pendidikan dan kesehatan akan semakin tinggi (World Bank, 2001, 27). 3.2.6 Perubahan Struktur Ekonomi Berpengaruh Signifikan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Hasil penelitian ini berhasil memperoleh bukti emperis bahwa perubahan struktur ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini berati bahwa semakin menurun ratio pendapatan yang dihasilkan oleh sektor pertanian terhadap sektor non pertanian dan semakin menurun ratio penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terhadap non pertanian, kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian empirik sebelumnya,
11
yaitu: Pertama, hasil penelitian Kuznet (1966), menemukan terjadinya hubungan positif antara penurunan persentase sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB atau penurunan ratio antara pendapatan sektor pertanian dengan non pertanian dengan tingkat pendapatan per kapita. Kedua, terhadap hasil penelitian Sarwoprasodjo (1995) yang menyimpulkan adanya hubungan antara penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin rendah ratio penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terhadap non pertanian cenderung menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Ketiga, Harmini pada tahun 1997 dalam penelitiannya dengan analisis korelasi kanonik yang berjudul “Hubungan Struktur Ekonomi Dengan Kesejahteraan Masyarakat di Indonesia” menyimpulkan bahwa semakin bersifat modern (industrial) struktur ekonomi suatu Provinsi, maka tingkat kesejahteraannya cendrung semakin tinggi. 3.2.7
Adanya Pengaruh Tidak Langsung dari Perkembangan Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Melalui Kinerja Perekonomian dan Perubahan Struktur Ekonomi Perkembangan pariwisata menyebabkan kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung meningkat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi. Melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat meningkat menjadi 0,569. Hal ini berarti bahwa pengaruh tidak langsung perkembangan pariwisata tidak langsung meningkat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi adalah sebesar 0,345 yang lebih besar dari koefisien pengaruh langsung yang hanya 0,224. Kesimpulan ini sesuai dengan pendapat Spillane (1989; 47) dan juga Ave (2006) yang mengatakan bahwa pariwisata di samping memberikan dampak langsung juga memberikan dampak tidak langsung dan dampak ikutan (induced effect) terhadap perekonomian. Dampak tidak langsung dinikmati oleh karyawan hotel, restoran, biro perjalanan wisata, objek tujuan wisata, sopir angkutan, penerimaan pajak bagi pemerintah, pengrajin cenderamata, seniman, percetakan, pedagang sayur-sayuran dan buah-buahan, pompa bensin, dan sebagainya. Dampak ikutan antara lain meningkatkan pendapatan bagi petani sayur dan buah-buahan, peternak, pemasok bahan baku untuk barang kerajinan, sektor industri, perdagangan, dan sektor agribisnis. 4. PENUTUP Bagian ini menyajikan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, serta keterbatasan dan saran yang dikaitkan dengan teori. 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian ini menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut. 1) Perkembangan pariwisata berpengaruh langsung dan signifikan terhadap kinerja perekonomian di Provinsi Bali. Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik serta meningkatnya pendapatan yang dihasilkan oleh subsektor perdagangan, hotel, dan restoran menyebabkan peningkatan kinerja
12
2)
3)
4)
5) 6) 7)
perekonomian dengan indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pertumbuhan peyerapan tenaga kerja. Perkembangan pariwisata berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan struktur ekonomi di Provinsi Bali. Meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik serta meningkatnya pendapatan yang dihasilkan oleh subsektor perdagangan, hotel, dan restoran menyebabkan struktur ekonomi berubah dari pertanian ke nonpertanian. Perkembangan pariwisata tidak memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bali. Akan tetapi, melalui peningkatan kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi perkembangan pariwisata menyebabkan secara tidak langsung kesejahteraan masyarakat meningkat. Indikator kesejahteraan masyarakat adalah pendapatan per kapita, meningkatnya pendidikan masyarakat, dan meningkatnya harapan hidup masyarakat. Kinerja perekonomian berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur ekonomi di Provinsi Bali. Meningkatnya pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pertumbuhan total penyerapan tenaga kerja menyebabkan terjadi perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke nonpertanian. Meningkatnya kinerja perekonomian dengan indikator meningkatnya pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pertumbuhan total penyerapan tenaga kerja menyebabkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Perubahan struktur ekonomi di Provinsi Bali dari pertanian ke nonpertanian menyebabkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Secara umum perkembangan pariwisata berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perekonomian, berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan struktur ekonomi, tetapi terhadap kesejahteraan masyarakat hanya berpengaruh secara tidak langsung. Perkembangan pariwisata memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi.
4.2 Saran Dengan menurunnya pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Bali sebagai akibat dari tragedi bom Kuta, disarankan kepada pemerintah dalam jangka pendek melakukan upaya pemulihan citra pariwisata Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya dengan meningkatkan kemanan dan melakukan promosi pariwisata agar industri pariwisata di Provinsi Bali berkembang secara berkelanjutan. Demikian juga dengan lebih terkonsentrasinya pengembangan pariwisata di wilayah pembangunan Bali Selatan (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan), hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan pendapatan antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bali. Oleh karena itu dalam jangka panjang dan menengah disarankan kepada pemerintah agar merubah strategi pembangunan sektoral di Provinsi Bali menuju ke arah yang lebih merata yaitu dengan mengimplementasikan konsep Pembangunan Pariwisata Kerakyatan Berkelanjutan.
13
DAFTAR PUSTAKA Abel, Andrew B and Ben S. Bernake, 2001. Macroeconomics. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Ave, Joop, 2006. „Peran Strategis Sektor Pariwisata Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional“. Makalah disampaikan pada acara Seminar dan Diskusi terfokus ISEI: Sektor Jasa sebagai Motor Penggerak Ekonomi Daerah, pada tanggal 18 Mei 2006, Denpasar. Bendavid, Avron, 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners, New York: Praeger. BPS Provinsi Bali, 2000a. Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Bali. Tahun 1999, Denpasar. ----------, 2000b. Tabel Input Output Pariwisata 2000, Kerjasama Antara Bappeda Provinsi Bali Dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. ---------,2002. Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Bali, Tahun 2002. Denpasar. BPS-Bappenas, 2004. Laporan Pembangunan Manusia Indonesia, Jakarta. Bull, Andrian, 1991. The Economics of Travel and Tourism, Melbourne: Longman Cheshire Pty Limited. Chenery, H.B and M. Syrquin, 1975. Patterns of Development 1950 – 1970, London: Oxford University Press. Cohen, Erik. 1984. “The Sosiology of Tourism”: Approach, Issues and Finding. Annal of Tourism Reserch 30: pp 336 -66. Cooper, Chris, 1993. Tourisme Princeples dan Practice. London: Pitman Publishing. Dinas Pariwisata Bali, 2005. Statistik Pariwisata Bali, 2004, Denpasar. Fennell, DA. 1999. Ecotourism: An Introduction, London an New York: Toutledge. Ghatak, Subrata dan Kent Ingersent, 1984. Agriculture and Economic Development. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. Hair, J.F., Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham, and William C. Black, 1998. Multivariate Data Analysis. Fourth Edition. New York: Macmillan Publishing Company. Hoover, E.M, 1984. An Introduction to Regional Economics. Third Edition, New York: Alfred A Knof. Inskeep, Edward, 1991. Tourism Planning, Integrated and Sustainable Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold. Jogiyanto, H.M. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
14
Kuznets, S. 1966. Modern Economic Growth: Rate, Structure, and Spread. London: Yale University Press. Mc.Eachern, William A, 2000. Ekonomi Makro: Pendekatan Kotemporer (diterjemahkan: Sigit Traiandaru). Jakarta: Salemba Empat. Marpaung, Happy, 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Martin, Juan Luis Eugenio, Noelia Martin Morales and Riccardo Scarpa, Februari 2004. “Tourism and Economic Growth in Latin American Countries: A Panel Data Approach”, Sosial Science Research Network Electronic Paper Collection. North, Douglas, C. 1975. “Location Theory and Regional Economic Growth”, dalam Regional Policy Readings in Theori and Applications, Edited by John Friedmann and William Alonso, The MIT Press, Massachusetts, pp 332 – 347. Nowak, Jean-Jaques, and Monder Sahli, 2004. “Tourism, Trade and Domestik Welfare”. FEEM Working Paper 24. 2004. Sosial Science Research Network Electronic Paper Collection. Nugroho, Heru, 1997. “Industrialisasi Sektor Pariwisata: Pintu Masuk Pembangunan atau Pelembagaan Keterbelakangan”, dalam majalah Kelola, dipublikasikan oleh Program Studi Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, No. 16/VI/1997, halaman 28 – 39,. Pitana, I Gede, 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Pye, Elwood A dan Tzong-Biau Lin , 1983. Tourism in Asia, The Economic Impact, Singapura: Singapore University Press. Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus, 1995. Makroekonomi, Edisi keempatbelas (alih bahasa: Haris Munandar, Freddy Saragih dan Rudy Tambunan). Jakarta: Erlangga. Sarwoprasodjo, S. N.W Prasodjo dan Harmini, 1995. Hubungan Tingkat Kesejahteraan Sosial dengan Struktur Ekonomi Wilayah. Penelitian Terapan : Lembaga Penelitian, IPB, Bogor. Sharma, Subah, 1996. Applied Multivariate Techniques. New York: John Wiley & Son, Inc. Spiegel, Henry William, 1991. The Growth of Economic Thought, Third Edition. London: Duke University Press. Spillane, James, J., 1989. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta: Kanisius. Sukirno, Sadono, 1976. Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
15
Tambunan, Tulus.TH, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori & Penemuan Emperis, Jakarta: Salemba Empat. …………., 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting, Jakarta: Ghalia Indonesia. Todaro, Michael P, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Buku 1 Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga. World Bank, 2001, World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. New York: Oxford University Press. Zagler, Martin, 5 April 2000. “Economic Growth, Structural Change, and Search Unemployment”. San Domenica di Fiesole (FI) Italy: European University Institute.