Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
PENGARUH PENGUNGKAPANCORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Widya Yani
[email protected]
Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of Corporate Social Responsibility disclosure to the Return on Equity and Stock Return in the manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange. Quantitative research is the type of research which is used in this research by emphasizing on the research variable test with figures and by performing data analysis with statistics procedures. Independent variable which is applied in this research is the Corporate Social Responsibility. The dependent variables apply Return on Equity and Stock Return.The samples of this research are the secondary data from the Indonesia Stock Exchange which is the annual report of manufacturing companies which are listed in 2009-2011. The samples are selected by using purposive sampling method with the determined criteria. As much as 26 companies per years or 78 per firm years are selected by using the above criteria.The simple linear regression analysis is applied in this research with statistics t test as hypothesis. Based on the result of t test between CSR and ROE variable are found to have significant value as much as 0.032 which means the first is accepted. The result of t test between CSR and Stock Return variable are found to have significant value as much as 0.038 which means the second hypothesis is accepted. The result of this research indicates that the implementation of Corporate Social Responsibility has significant positive influence to the Return on Equity and Stock Return. This condition describes the disclosure of Corporate Social Responsibility is getting better which reflects the company performance is getting better as well. Keywords: corporate social responsibility, return on equity, stock return. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Return On Equity dan Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang menekankan pada pengujian variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility. Sedangkan untuk variabel dependen menggunakan Return On Equity dan Return saham.Sampel penelitian ini adalah data sekunder dari Bursa Efek Indonesia yaitu annual report perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2009-2011. Sampel diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari kriteria di atas diperoleh sampel sebanyak 26 perusahaan per tahun atau 78 firm years.Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana, dengan uji statistik t sebagai pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil uji t antara variabel CSR dengan ROE diketahui nilai signifikansi sebesar 0,032 yang berarti hipotesis pertama diterima. Sedangkan untuk hasil uji t antara variabel CSR dengan Return Saham diketahui nilai signifikansi sebesar 0,038 yang berarti hipotesis kedua diterima. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Equity dan Return Saham. Kondisi ini menggambarkan bahwa semakin baik pengungkapan Corporate Social Responsibility mencerminkan semakin baik kinerja perusahaan. Kata kunci: corporate social responsibility, return on equity, return saham.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
2
PENDAHULUAN Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan masyarkat luas, sehingga suatu perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga kepada golongan masyarakat luas yang lain. Badan usaha yang besar merupakan lembaga masyarakat untuk bekerja sama dalam menjalankan visi misi perusahaan berskala besar. Sudah sewajarnya bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Tentunya manajemen perusahaan tersebut berusaha sekeras mungkin agar memperoleh keuntungan perusahaan sebanyak–banyaknya. Terkadang mereka tidak memperdulikan bagaimanapun caranya. Pada industri manufaktur contohnya, mereka pasti akan mencari sumber daya bahan semurah–murahnya untuk meringankan biaya tanpa memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan. Dewasa ini berbagai isu mengenai pemanasan global dengan segala musibah dan bencana alam yang terjadi seharusnya menjadi sebuah peringatan bahwa kita harus menjaga kelestarian alam. Tidak hanya mengambil manfaat namun juga memberikan perhatian yang lebih untuk kehidupan selanjutnya. Disamping itu, masyarakat sekarang juga lebih pintar dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Mereka cenderung untuk memilih produk yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan atau melaksanakan CSR. Survey yang dilakukan Booth – Harris Trust Monitor pada tahun 2001 (dalam Sutopoyudo, 2009) menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility, antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Eipstein dan Freedman (1994), (dalam Anggraini, 2006:4), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan faktor sosial memiliki pengaruh yang lebih besar dari faktor–faktor yang justru berkaitan erat dengan perusahaan dalam hal ini citra dari perusahaan dan brand image. Dalam proses pengambilan keputusan investasi, investor cenderung memilih berinvestasi pada perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik, praktek terhadap karyawan yang baik, peduli terhadap dampak lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan dengan stakeholder. Pernyataan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perusahaan dengan kriteria diatas memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan stakeholder, memiliki visi yang jauh ke depan dan mampu mengenali warning signals. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk dapat mendeteksi dan lebih peka terhadap setiap masalah dan ancaman yang terjadi dan dengan cepat mengambil peluang yang ada. Corporate Social Responsibility merupakan penerapan dari konsep sustainable development. Sustainable development dapat didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang, tanpa mengurangi kemampuan generasi selanjutnya untuk memenuhi kebutuhannya. Tujuan dari sustainable development adalah membuat keputusan dan menjalankan program dan proyek dalam sebuah tindakan yang memberikan keuntungan maksimal terhadap lingkungan alam, makhluk hidup serta budaya dan komunitas mereka sambil tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan (Hansen dan Mowen, 2005:492) Nugroho (dalam Dahlia dan Siregar, 2008:2) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
3
saham (Shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Dengan masuknya konsep CSR ini telah membuat banyak perusahaan mengubah strategi bisnisnya dari single bottom line (profit), menuju triple bottom line(profit, people, planet). Pengembangan program–program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), beasiswa dan sebagainya. Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan di dalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang–Undang Perseroan Terbatas menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan : “Barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”. Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan : “Barangsiapa yang karena kesiapannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah” Selain itu, berdasarkan UU Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 dan 34 disebutkan bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan CSR akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembatalan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, dan yang terakhir adalah pencabutan izin kegiatan. Dalam Dahlia dan Siregar (2008) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap variabel ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan. Hal ini berarti ada dampak produktif yang signifikan antara aktifitas CSR yang dilakukan perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk melihat secara empiris apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kontribusi dari penelitian ini adalah untuk memberikan pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan agar lebih meningkatkan tanggung jawab dan kepeduliannya pada lingkungan sosial, serta memberikan gambaran mengenai pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga pemerintah dapat menindaklanjuti pengesahan UU PT, dengan mewajibkan semua perusahaan lain di Indonesia untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan alasan bahwa perusahaan manufaktur banyak melibatkan proses dan integrasi komponen–komponen suatu produk. Frekuensi berhubungan dengan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur lebih banyak dari sektor usaha lainnya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
4
Banyaknya interaksi dengan masyarakat inilah yang membuat perusahaan manufaktur mempunyai pengaruh luas bagi masyarakat baik sebagai pemegang saham maupun masyarakat sekitar perusahaan. Sehingga tindakan manajemen mengenai penerapan Corporate Social Responsibility selalu menjadi perhatian. Dalam penelitian ini pengungkapan Corporate Social Responsibility akan dihubungkan dengan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Equity dan Return Saham. Kedua rasio keuangan ini dianggap mewakili kinerja perusahaan dan kinerja pasar. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Agensi (Agency Theory) Prinsip utama teori ini pada dasarnya menyatakan hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yakni pemilik atau pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yakni manajemen atau pengelola. Jensen dan Mekling (1976) menyatakan hubungan keangenan adalah suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Teori agensi mengansumsikan bahwa setiap individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri sehingga seringkali terdapat kemungkinan konflik dalam hubungan prinsipal dan agen, dimana konflik tesebut timbul sebagai akibat kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest) Pertentangan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat menimbulkan permasalahan dalam agency theory yang dikenal sebagai asymmetric Information yakni ketidakseimbangan informasi karena pihak agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dalam hal ini dapat menimbulkan kecenderungan bagi pihak agen untuk menyembunyikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Dengan adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka perusahaan harus menanggung agency cost yakni biaya monitoring (monitoring cost), biaya bonding (bonding cost) dan biaya kerugian residual (Jensen dan Meckling, 1976) Dalam kaitannya dengan pengungkapan tanggung jawab sosial terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial yakni biaya pengawasan (monitoring cost), biaya kontrak (contracting cost), dan visibilitas politis. Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di masyarakat). Kemudian sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan (Fahrizqi, 2010) Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan oleh Budimanta dkk. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
5
Istilah stakeholder dari definisi Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) menyatakan bahwa stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan lainlain. Stakeholder Theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder (shareholder, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dan stakeholdernya. Menurut The Clarkson Centre of Business Ethics (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu primary stakeholders dan secondary stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti misalnya investor, kreditor, karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah juga termasuk kedalam golongan primary stakeholders walaupun secara tidak langsung mempunyai hubungan secara ekonomi, namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat nonkontraktual. Bentuk yang kedua adalah secondary stakeholders, dimana sifat hubungan keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh secondary stakeholders adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh dan sebagainya. Perkembangan teori stakeholder membawa perubahan terhadap indikator kesuksesan perusahaan. Hal tersebut tercermin dengan munculnya paradigma Triple Bottom Line. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Menurut Deegan (dalam Gray et al., 1995) teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Haniffa et al., (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007) yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Haniffa et al., (dalamSayekti dan Wondabio, 2007) menyatakan teori legitimacy ini sangat berkaitan dengan kinerja keuangan dan tanggungjawab sosial yaitu apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari teori legitimacy adalah “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocker dan Sethi (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial yaitu “Semua institusi sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui kontrak sosial, baik eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhannya didasarkan pada hasil akhir yang secara sosial dapat diberikan kepada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
6
masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial, politik kepada kelompok sesuai dengan power yang dimiliki” Lindblom (dalam Gray et al., 2005) menyatakan bahwa teori legitimacy merupakan suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang nyata atau yang potensial ada antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi perusahaan. Corporate Social Responsibility Definisi yang dikemukakan oleh Darwin (dalam Anggraini, 2006) menyatakan bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum. Versi lain mengenai definisi CSR dinyatakan oleh World Bank (Wibisono, 2007:7) Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan dan komunitas masyarakat umum dengan cara yang baik bagi perusahaan dan juga baik bagi pembangunan. Definisi terbaru mengenai CSR dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Internasional yakni ISO 26000 yang disahkan sejak November 2010 mendefinisikan sebagai berikut: “ Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical behaviour that contributes to sustainable development, health, and the compliance with aplicable law and consistent with international norms of behaviour: and is integrated throughout the organization and practiced in its relationship” Tanggungjawab organisasi untuk dampak keputusan dan kegiatan pada masyarakat dan lingkungan, melalui transparansi dan etika pelaku yang memberikan pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memperhitungkan harapan stakeholder sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma perilaku internasional, dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam hubungannya. Dari beberapa definisi diatas dapat kita tarik suatu kesimpulan mengenai definisi CSR yaitu suatu mekanisme proses bisnis perusahaan yang mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dalam aktivitasnya sebagai salah satu upaya meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan. Dauman dan Hargreaves (dalam Fahrizqi, 2010) menyatakan bahwa tanggungjawab perusahaan (CSR) dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut: 1. Basic Responsibility (BR). Pada level pertama menghubungkan tanggungjawab yang pertama dari suatu perusahaan yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti: perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum,memenuhi standar pekerjaan dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggungjawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang serius. 2. Organization Responsibility (OR). Pada level kedua ini menunjukkan tanggungjawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholder seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Sociental Responsibility (SR). Pada level ketiga ini menunjukkan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
7
PengungkapanCorporate Social Responsibility Pertanggungjawaban sosial diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Menurut Susanto (2007:14), pengungkapanCorporate Social Responsibility memberikan berbagai manfaat yaitu: 1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktifitas yang dijalankannya. Corporate Social Responsibilityakan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala terdapat pihak–pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan perilaku serta praktik–praktik yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawanpun akan berdiri di belakang perusahaan, membela institusi tempat mereka bekerja. 2. Corporate Social Responsibility dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya. 3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya– upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktifitas. 4. Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak–pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktifitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan. 5. Meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide (2001), yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan program Corporate Social Responsibility sehingga menjadi reputasi yang baik. 6. Insentif–insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan program Corporate Social Responsibility. Di Indonesia, praktek akuntansi pengungkapan pertanggungjawaban sosial diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 Paragraf 9, yang menyatakan bahwa : “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor – faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap bahwa pegawai sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
8
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggungjawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur, sehingga untuk pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan kepada masing–masing pihak pengelola perusahaan. Dalam penelitian ini akan mengidentifikasi hal–hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus–menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). Indikator–indikator yang terdapat di dalam GRI yang digunakan dalam penelitian yaitu : 1. Indikator Kinerja Ekonomi (Economic Performance Indicator) 2. Indikator Kinerja Lingkungan (Environment Performance Indicator) 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (Labor Practices Performance Indicator) 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (Human Rights Performance Indicator) 5. Indikator Kinerja Sosial (Social Performance Indicator) 6. Indikator Kinerja Produk (Product Responsibility Performance Indicator) Tingkat pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility menggambarkan aktivitas CSR yang telah dilakukan perusahaan. Tingginya tingkat pengungkapan kinerja CSR menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian dan tanggungjawab yang tinggi terhadap lingkungan sosial. Kinerja Perusahaan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja perusahaan diukur karena dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Terdapat beberapa definisi kinerja seperti yang dijelaskan oleh Helfert (1996:97) bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai indikator dari baik buruknya implementasi suatu keputusan manajemen perusahaan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan intern maupun ekstern melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak–pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2002:2) Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban–kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha/pendapatan yang telah dicapai, beban–beban tetap yang harus dibayar, serta nilai–nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan. Menurut Helfert (1996) menyatakan bahwa kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu. Ukuran keuangan juga dilengkapi dengan ukuran–ukuran non keuangan yang menunjukkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
9
kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost efectiveness proses bisnis dan produktifitas serta komitmen dari tiap personal untuk menentukan kinerja keuangan di masa yang akan datang. Kinerja keuangan diartikan sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban.
Analisis kinerja perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri dinilai sangat relevan dalam persaingan industri. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan namun juga faktor eksternal perusahaan. Salah satu indikator penting yang digunakan dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis (Bussines Attractiveness). Indikator ini dapat diukur dengan rasio profitabilitas industri seperti Return on Equity dan kinerja pasar yang diproksikan dengan Return saham. Return On Equity Salah satu kepentingan utama pemilik perusahaan adalah ingin mengetahui bagaimana kinerja yang dicapai oleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Kinerja tersebut dapat diperoleh melalui laba bersih yang diperoleh perusahaan. Return on Equity merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur tingkat hasil investasi yang dilakukan investor dengan membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih. Artinya dengan rasio ini investor dapat mengukur tingkat keuntungan perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri. Menurut Prihadi (dalam Adhy, 2011) menyatakan bahwa ROE dapat memberikan beberapa gambaran mengenai perusahaan antara lain : 1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (Profitability) 2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola asset (Asset Management) 3. Hutang yang dipakai untuk melakukan usaha (Financial Laverage) Semakin banyaknya perusahaan dalam satu industri maka dapat berpengaruh terhadap
kecilnya pangsa pasar sehingga berdampak pada kecilnya nilai ROE sebagai indikator profitabilitas. Begitu pula sebaliknya sedikit perusahaan dalam satu industri maka dapat berpengaruh terhadap besarnya pangsa pasar sehingga berdampak pada besarnya profitabilitas. Perusahaan yang memiliki profitabilitas lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki posisi lebih kuat dimata konsumen serta memiliki efisiensi pengelolaan biaya yang lebih baik. Return Saham Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut. (Anoraga dan Pakarti, 2001:58) Arwanta dan Gantyowati (2004:29) menyatakan bahwa, harga saham adalah harga pasar (market value) saham yang berlaku dalam pasar modal pada saat itu. Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (value) dan harga (price). Nilai adalah nilai intrinsik yang merupakan nilai nyata (true value) suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien, harga-harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru. Salah satu informasi tersebut adalah informasi tentang laba perusahaan yang diterbitkan melalui laporan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
10
keuangan. Implikasinya adalah harga saham dan volume perdagangan saham perusahaan akan bereaksi terhadap informasi laba. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Dalam penelitian ini, return yang digunakan adalah return realisasi atau yang sering disebut dengan actual return.Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi yang merupakan return yang diharapkan dimasa yang akan datang oleh para investor. Pendapatan dalam investasi saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, meliputi capital gain/loss yang sering juga disebut actual return. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap ROE. Perusahaan yang melakukan pengungkapan aktivitas CSR memiliki tingkat pengungkapan lebih luas dibandingkan dengan perusahaan–perusahaan yang tidak mengungkapkan aktivitas CSR. Semakin luas informasi yang diberikan melalui pengungkapan tersebut maka semakin memberi sinyal positif kepada pihak–pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik stakeholder maupun shareholder. Mereka dapat memperoleh lebih banyak informasi mengenai perusahaan. Hal ini dapat menambah kepercayaan stakeholder dan shareholder yang ditunjukkan dengan diterimanya produk– produk perusahaan sehingga akan meningkatkan laba dan ROE perusahaan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Balbanis, Phillips dan Lyall dalam Dahlia dan Siregar (2008) menjelaskan bahwa Corporate Social Responsibility berkorelasi positif dengan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Penelitian Heal dan Gareth (dalam Adityo, 2011) menunjukkan bahwa aktifitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. CSR memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam menciptakan laba. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1:Pengungkapan aktivitas Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap ROE (Return On Equity) Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Rit. Dalam melakukan investasi di sebuah perusahaan investor menggunakan informasi– informasi yang terdapat dalam laporan tahunan selain laporan keuangan sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Laporan tahunan juga menjadi salah satu pedoman bagi investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Pengungkapan CSR yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
11
dilakukan oleh perusahaan akan semakin memperluas pengungkapan dalam laporan tahunan. Hal ini merupakan sinyal positif yang diberikan perusahaan kepada investor. Makin luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan menambah informasi yang diterima oleh investor. Semakin luasnya informasi yang diterima investor akan meningkatkan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan. Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tentunya investor akan memberikan respon yang positif terhadap perusahaan berupa pergerakan harga saham yang cenderung naik. Menurut Almilia dan Wijayanto dalam Dahlia dan Siregar (2008), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh pada pergerakan harga saham yang cenderung naik pada gilirannya juga akan mempengaruhi volume saham yang diperdagangkan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 :Pengungkapan aktivitas Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap return saham. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011, (2) Perusahaan mempublikasikan aktivitas CSR dalam annual report untuk periode 2009-2011, (3) Data perusahaan yang tersedia lengkap mengenai return on equity dan return saham.Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini adalah 26 perusahaan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Corporate Social Responsibility Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan Corporate Social Disclosure Index (CSDI)berdasarkan pengungkapan CSR yang dipublikasikan pada laporan tahunan. Informasi mengenai Corporate Social Disclosure Index (CSDI) yang akan digunakan berdasarkan Global Reporting Initiatives(GRI). Total item yang diungkapkan adalah 78. Perhitungan indeks CSDI dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian yang diungkapkan oleh perusahaan diberikan nilai 1 dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Hanifa dkk, (2005) dalam Sayekti dan Wondabio (2007). Data pengungkapan 78 item dapat dilihat pada lampiran 1. Selanjutnya skor dari keseluruhan item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan.Rumus perhitungan CSDI adalah sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
12
Dimana : CSDI j nj Xij
: Corporate Social Disclosure Index perusahaan j : Total keseluruhan item untuk perusahaan j, nj= 78 : Jumlah item yang diungkapkan perusahaan, 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan. Dengan demikian, 0 < CSDIt >1
Variabel Dependen a. Return On Equity Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha atau return on equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. (Riyanto,1998:44) Laba yang diperhitungkan untuk menghitung profitabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan modal asing dan pajak perseorangan atau income tax (EAT=earning after tax). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. Dalam penelitian ini ROE dihitung dengan menggunakan rumus net income/total equity untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rumus perhitungan ROE dengan metode net income/total equity adalah :
b. Return Saham Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan dalam investasi saham ini meliputi keuntungan/kerugian jual beli saham. Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Dalam penelitian ini akan menggunakan return realisasi dikarenakan return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Perhitungan return saham menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana : Rit Pit Pit–1
: Return saham perusahaan : Harga saham penutupan pada periode saat ini : Harga saham penutupan pada periode sebelumnya
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan dua persamaan regresi yang berbeda, yaitu : (1) ROE = α + βCSDI + ε (2) Rit = α + βCSDI + ε
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
13
dalam hal ini: ROE Rit CSDI α ε
: Return On Equity. :Return Saham. : Corporate Social Disclosure Index. : Konstanta : Error
Persamaan regresi 1 akan digunakan untuk menguji apakah mekanisme corporate social responsibility berpengaruh terhadap return on equity(H1). Persamaan regresi 2 digunakan untuk menguji apakah apakah mekanisme corporate social responsibility berpengaruh terhadap return saham (H2). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu corporate social disclosure index, return on equity dan return saham. Tabel 1 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSDI
78
.13
.47
.2188
.08261
ROE
78
-3.73
3.24
.0878
.68575
Rit
78
-7.00
.96
.0813
.97932
Valid N (listwise)
78
Tabel 1diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel penelitian dengan jangka waktu observasi selama 3 tahun adalah sebanyak 78 sampel. Variabel CSDI memiliki nilai minimum 0,13 dan nilai maksimum 0,47. Nilai rata-rata CSDI adalah 0,2188 dengan standar deviasi 0,08261. Sedangkan variabel ROE memiliki nilai minimum -3,73 dan nilai maksimum 3,24. Nilai rata-rata ROE adalah 0,0878 dengan standar deviasi 0,68575. Variabel Rit memiliki nilai minimum -7 dan nilai maksimum 0,96. Nilai rata-rata Rit adalah 0,813 dengan standar deviasi 0,97932. Uji Asumsi Klasik a.
UjiNormalitas. Nilai Kolmogorov-Smirnov untuk variabel CSDI adalah 1,141
dengan probabilitas signifikansi 0,148. Nilai K-S untuk variabel ROE adalah 1,315 dengan probabilitas signifikansi 0,063. Sedangkan nilai K-S untuk variabel Rit adalah 0,808 dengan probabilitas signifikansi 0,531. Dengan nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinearitas. Pengujian ini bertujuan menguji apakah model regresi yang diajukan ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Dikarenakan hanya terdapat satu variabel independen, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan uji multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi. Nilai statistik DW CSDI terhadap ROE sebesar 1,500 dan CSDI terhadap Rit sebesar 1,904. Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
14
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam persamaan pertama dan kedua pada penelitian ini. d.Uji Heteroskedastisitas. Dari hasil grafik scatterplot dapat dipastikan bahwa data
terhindar dari gangguan heterokedastisitas. Hal tersebut dibuktikan bahwa titik yang berada di dalamnya menyebar tidak beraturan. Dapat disimpulkan pula bahwa model regresi layak digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1 Persamaan regresi 1 digunakan untuk menjawab hipotesis 1 serta untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap return on equity. Tabel 2 Analisis Regresi 1 ROE = α + βCSDI + ε Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) CSDI
Std. Error -.264
.251
.796
.364
Coefficients Beta
t
.266
Sig.
-1.054
.296
2.187
.032
a. Dependent Variable: ROE
Dari persamaan regresi pertama pada tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dengan nilai konstanta sebesar -0,264 berarti apabila nilai dari CSDI sebesar 0 atau konstan maka besarnya variabel ROE adalah -0,264. Sedangkan nilai koefisien regresi CSDI adalah 0,796 yang berarti setiap kenaikan pengungkapan Corporate Social Responsibility akan menaikkan nilai ROE. Hal ini menunjukkan arah hubungan positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan ROE. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima yakni terdapat pengaruh positif signifikan antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Return On Equity. Hasil analisis koefisien regresi adalah 0,796 yang berarti hubungan antara CSR dan ROE searah dan positif. Sedangkan dari hasil uji t diketahui nilai signifikansi sebesar 0,032 yang berarti pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROE adalah signifikan. Nilai R² untuk persamaan pertama adalah 0,071. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen (CSR) terhadap variabel dependen (ROE) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 7,1% sisanya 92,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Karena nilai R² berada diantara 0 dan 1 maka model regresi yang dibuat sudah tepat. Kebijakan manajemen untuk mengungkapkan aktivitas CSR merupakan suatu kewajiban. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Dengan loyalitas konsumen yang cukup baik, hal ini dapat secara otomatis meningkatkan laba perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
15
Penelitian Heal dan Gareth dalam Adityo (2011) menunjukkan bahwa aktifitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan dalam strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. CSR memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam menciptakan laba. Pengujian Hipotesis 2 Persamaan regresi 2 digunakan untuk menjawab hipotesis 2 serta untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap return saham. Tabel 3 Analisis Regresi 2 Rit= α + βCSDI + ε Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.528
.309
CSDI
2.787
1.322
Coefficients Beta
t
.235
Sig.
-1.711
.091
2.109
.038
a. Dependent Variable: Rit
Dari tabelanalisis regresi keduapada tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa dengan nilai konstanta sebesar -0,528 berarti apabila nilai dari CSDI sebesar 0 atau konstan maka besarnya variabel Rit sebesar -0,528. Sedangkan nilai koefisien regresi CSDI adalah 2,787 yang berarti setiap kenaikan pengungkapan Corporate Social Responsibility akan menaikkan nilai Rit. Hal ini menunjukkan arah hubungan positif antara pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan Rit. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima yakni terdapat pengaruh positif signifikan antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Return Saham. Hasil analisis koefisien regresi adalah 2,787 yang berarti hubungan antara CSR dan Rit searah dan positif. Sedangkan dari hasil uji t diketahui nilai signifikansi sebesar 0,038 yang berarti pengaruh pengungkapan CSR terhadap Rit adalah signifikan. Nilai R² untuk persamaan kedua adalah 0,055. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen (CSR) terhadap variabel dependen (Rit) yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini adalah sebesar 5,5% sisanya 94,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Karena nilai R² berada diantara 0 dan 1 maka model regresi yang dibuat sudah tepat. Perusahaan dengan pengungkapan CSR yang baik memiliki tingkat pengungkapan yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan aktivitas CSR. Pengungkapan yang semakin luas akan memberikan sinyal positif kepada investor atau pembeli saham. Semakin luas informasi yang disampaikan manajemen maka akan semakin memperbanyak informasi yang diterima oleh investor mengenai perusahaan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan dari pasar. Menurut Almilia dan Wijayanto dalam Dahlia dan Siregar (2008), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
16
fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut. Junaedi dalam Dahlia dan Siregar (2008) menyatakan bahwa dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tentunya investor akan memberikan respon yang positif terhadap perusahaan berupa pergerakan harga saham yang cenderung naik. Dengan demikian tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh pada pergerakan harga saham yang cenderung naik pada gilirannya juga akan mempengaruhi volume saham yang diperdagangkan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity; (2) Corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan
bahwatingginya tingkat kesadaran perusahaan untuk melaksanakan aktivitas CSR dan pengungkapannya. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menikmati kinerja pasar yang baik dan pada gilirannya akan dinikmati masyarakat secara umum. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa PSAK tidak
secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggungjawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur, sehingga untuk pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan kepada masing–masing pihak pengelola perusahaan.Untuk penelitian selanjutnya, proksi corporate social responsibility sebaiknya dikembangkan menggunakan beberapa variabel moderating seperti size, leverage, dsb untuk mengetahui pengaruh pengungkapan CSR terhadap perkembangan kinerja perusahaan. DAFTAR PUSTAKA
Adhy, E. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Adityo. 2011. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Beta, Firm Size dan Book to Market Ratio Terhadap Return Saham. Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Anggraini, Fr. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor–faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan – Perusahaan yang Terdaftar di BEI),Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Anoraga, P. dan P. Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta. Arwanta, E. dan E. Gantyowati. 2006. Kemampuan Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Suatu Studi Empiris Menurut Sudut pandang Kepentingan Investor. Kajian Bisnis. Vol 12. Dahlia, L. dan Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006).Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
17
Fahrizqi, A. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi. S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Ghozali, dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi (trans: Accounting Theory). Semarang. Badan Penerbit UNDIP, ISBN 979.704.014.3. Ghozali, I. 2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ke 4. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gray, R.dan R. K. Simon. 1995. Corporate social and environmental reporting: a review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure.Accounting, Auditing & Accountability Journal.Vol. 8 Iss: 2, pp.47 – 77. Hansen, D. R. dan M. M. Mowen. 2005. Environmental Cost Management, Management Accounting. Thompson South Western. Mason OH. Helfert, E. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Edisi 8. Erlannga. Jakarta. Indonesian Capital Market Directory. Indonesian Stock Exchange’s website at http://www.idx.co.id. Diakses tanggal 10 Januari 2013. Jensen, M. dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of financial Economics, 3.pp.82-137. Lindrawati, F. Nita.dan J. Budianto. 2008.Pengaruh Corporate Social Responsibilty Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Sebagai 100 Best Corporate Citizens oleh KLD Research and Analytics. Majalah Ekonomi. Tahun XVIII, No 1 April. Munawir, S. 2002.Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Riyanto, B. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta. Yayasan Badan Penerbit & Percetakan DMP YKPN. Sayekti, Y. dan Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X. Susanto, A. B. 2007. Corporate Social Responsibility. Jakarta. The Jakarta Consulting Group. Sutopoyudo. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Sutopoyudo’s weblog at http://www.wordpress.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2012. Tsoutsoura, M. 2004. Corporate Social Responsibility and Financial performance. Haas School of Business University of California at Berkeley. Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing. Jatim ●●●
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
18 Lampiran 1 Corporate Social Disclosure Index KATEGORI LINGKUNGAN 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; Pengeluaran riset & pengembangan untuk pengurangan polusi 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi 3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam. Misalnya, reklamasi daratan atau reboisasi 5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas 6. Penggunaan material daur ulang 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah 11. Pengelolaan limbah 12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan 13. Perlindungan lingkungan hidup ENERGI 1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energy 3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi 5. Peningkatan efisiensi energi dari produk 6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 7. Kebijakan energi perusahaan KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risiko dalam lingkungan kerja 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 3. Statistik kecelakaan kerja 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 8. Pelayanan kesehatan tenaga kerja LAIN-LAIN TENAGA KERJA 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat 2. Presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial 3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 8. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11. Presentase gaji untuk pension 12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14. Tingkatan managerial yang ada 15. Disposisi staff – dimana staff ditempatkan 16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Statistik tenaga kerja, misal : penjualan per tenaga kerja 18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 20. Rencana pembagian keuntungan lain
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
19 21. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan & motivasi kerja 22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja & masa depan perusahaan 23. Laporan tenaga kerja yang terpisah 24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 25. Ganggguan dan aksi tenaga kerja 26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 27. Kondisi kerja secara umum 28. Re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29. Statistik perputaran tenaga kerja PRODUK 1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 4. Produk memenuhi standar keselamatan 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan 9. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000) KETERLIBATAN MASYARAKAT 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan & seni 2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4. Membantu riset medis 5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 6. Membiayai program beasiswa 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 8. Sposor kampanye nasional 9. Mendukung pengembangan industri local UMUM 1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan diatas