PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN STATUS PERKAWINAN DALAM MEMOTIVASI PEMBANTU RUMAH TANGGA MENGIKUTI UJI KOMPETENSI DI JAKARTA Oleh : P. Silitonga Dosen STEIN, Jakarta
Abstract This research is aimed to know whether and experience and marital status affect the motivate a housekeeper who take part the competence test. For this reason the researcher has done a survey to 200 participants by applying simple random samples. Having applied logit multinomial analysis we have four factors and two of them affect the notivation of housekeepers. The two factors are experience and marital status meanwhile the others factors like age, education and training haven’t affected them. Key words : motivations, housekeeper, competence test
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Uji kompetensi telah mulai menggeliat setelah pemerintah menetapkan kebijakan sertifikasi melalui Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Khususnya pada pasal 18 Undang-Undang ini disebutkan bahwa tenaga kerja disertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Selanjutnya Undang-Undang mengamanatkan pembentukan BNSP dengan peraturan pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2004 tentang BNSP, diatur diatur bahwa sertifikasi sebagai tugas pokok BNSP. Selain melakukan sertifikasi, tugas pokok lainnya adalah pengendalian sertifikasi dan sertifikat kompetensi. Dengan pelaksanaan proses pengendalian dapat diketahui keadaan yang sebenarnya di industri tentang perkembangan sertifikasi dan motivasi para peserta uji kompetensi tersebut. Pengendalian berfungsi memastikan kualitas pelaksanaan uji kompetensi di tempat kerja. Pengendalian sebagai penjamin mutu sangat penting perannya karena itu saya tertarik melakukan penelitian motivasi peserta uji kompetensi dan sasaran serta dampak lain atas pilihan tersebut. 2. Permasalahan Yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana pengaruh pengalaman dan status dalam memotivasi seorang pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi?
3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman dan status dalam memotivasi pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi. TINJAUAN TEORI 1. Pekerja Rumah Tangga di Indonesia Pekerjaan rumah tangga di Indonesia, dan di seluruh dunia, umumnya dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan dan seringkali dianggap sebagai perpanjangan dari tugas perempuan di masyarakat, yaitu dalam hal perawatan rumah dan keluarga. Pekerjaan tersebut berada di lingkungan pribadi, tidak diatur oleh pemerintah, dan tertutup dari amatan masyarakat. Pekerjaan tersebut umumnya dilakukan oleh perempuan, dan seringkali dipandang sebagai perpanjangan pekerjaan rumah tangga sehari-hari tanpa perlu dibayar, pekerjaan rumah tangga ini dianggap sebagai pekerjaan yang kasar dan tidak membutuhkan ketrampilan. Perlu diingat bahwa pekerja rumah tangga sering disebut sebagai “pembantu” dan bukan “pekerja” baik oleh pemerintah maupun oleh majikan mereka. Gambaran ini sangat merugikan karena dengan gambaran tersebut terdapat kesan bahwa pekerjaan rumah tangga itu tidak perlu dibayar. 2. Faktor Pendorong dan Penarik Pesatnya urbanisasi di Indonesia mengakibatkan semakin besarnya kebutuhan atas pekerja rumah tangga oleh masyarakat kelas menengah. Saat ini, ada semakin banyak
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
1
keluarga muda yang berpindah ke kota-kota, dan juga semakin banyak kaum wanita yang menjadi bagian dari angkatan kerja formal. Hal ini menyebabkan semakin bertambahnya permintaan terutama terhadap tenaga kerja perempuan untuk membantu membesarkan anak dan melakukan tugas-tugas rumah tangga. Sebuah agen penyalur tenaga kerja rumah tangga mengatakan kepada kami bahwa agennya hanya menyalurkan perempuan karena ada permintaan yang tinggi terhadap perempuan. Agen-agen penyalur tenaga kerja juga mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa majikan lebih suka mempekerjakan perempuan karena mereka “lebih murah” dan “mudah diatur .” Penelitian yang dilakukan ILO-IPEC mengenai pekerja rumah tangga di Indonesia juga menemukan bahwa pembantu rumah tangga mendapatkan gaji yang lebih kecil dibanding pekerjaan lainnya. Beberapa LSM serta seorang pejabat dari ILO-IPEC mengatakan kepada Human Rights Watch bahwa perpindahan orang ke luar negeri juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingginya permintaan terhadap tenaga anak di Indonesia. Upah di luar negeri cenderung lebih besar dan, karenanya, pekerjaanpun lebih menggiurkan. Sebagai contoh, pekerja rumah tangga Indonesia di Singapura umumnya mendapatkan 220-280 dollar Singapura (U.S.$133-170) per bulan; di Malaysia sekitar 350-450 ringgit (U.S.$98- 118) per bulan, dan di Hong Kong, upah minimum bagi pekerja rumah tangga asing adalah 3270 dolar Hong Kong (U.S.$420), meskipun banyak juga yang dibayar kurang dari setengahnya. Sebagai perbandingan, pekerja rumah tangga di Indonesia umumnya mendapatkan Rp. 300.000 (U.S.$33,33) per bulan. Indonesia merupakan salah satu penyalur besar pekerja rumah tangga migran ke negaranegara Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Menurut Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia, pada tahun 2002, 76 persen dari 480.393 pekerja Indonesia di luar negeri adalah perempuan dan 94 persen dari jumlah perempuan tersebut dipekerjakan sebagai pekerja rumah tangga di 27 negara-negara tersebut. a. Kemiskinan dan Kesehatan Donald Light JR, dalam bukunya menjelaskan bahwa semakin miskin suatu masyarakat atau orang maka akan semakin cendrung untuk sakit. Akibat lain adalah semakin stres, semakin gemuk dan cendrung mengidap penyakit kanker karena lingkungannya yang tidak sehat. Karena itu jurang kemiskinan dan jurang pendidikan perlu
dipersempit. (Sociology, Donald Light, JR halman: 288 dan 491, 3rd Edition, Alfreda Knoff, New York, 1982). b. Perubahan Pada Masyarakat Perubahan pada masyarakat dapat direncanakan dengan syarat-syarat sbb.: 1). Harus ada keinginan umum untuk mengadakan perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan sekarang dan harus ada keinginan mencapai yang lebih baik. 2). Adanya seorang pemimpin atau kelompok orang yang mampu memimpin masyarakat. 3). Pemimpin tsb. harus mampu menampung keinginan masyarakat untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah gerakan. 4).Pemimpin tersebut harus menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Konkrit dan dapat dilihat oleh masyarakat ditambah lagi tujuan abstrak yaitu ideology tertentu (Soerjono Sukanto, 1982) c.
Keinginan melakukan tindakan perbaikan hidup Keluarga baru pisah dari keluarga induk karena membentuk rumah tangga baru memerlukan rumah, perabot rumah tangga dengan cara tunai atau kredit. Dalam hal ini uang terlibat dalam aspek apapun yang kita lakukan Karena pendapatan yang sangat minim, maka keluarga memikirkan memaksimalkan pendapatan setiap anggota keluarga untuk kebutuhan ekonomi. Hal ini terjadi pada keluarga di Amerika Serikat. Kadangkala terjadi pertentangan dalam keluarga tentang siapa yang mengendalikan alokasi keuangan, siapa yang menentukan pembelian dan mengapa harus membeli.i(Marriage, The Family and Its Meaning, Halaman : 226, Frank D.Cox, 3rd Edition, West Publishing Company, New York, 1984). Dalam pemanfaatan setiap anggota keluarga mendapatkan penghasilan melalui pekerjaan, para istri lebih merasa nyaman dan aman apabila suaminya lebih ambisi dan lebih sukses walau istri juga mencari uang. Para istri merasakan sukses keuangan diukur dari pendapatan suami. (The Social Experience an Introduction to Sociology, 2nd Edition, Halaman: 377, James W.Vander Zandan Halaman : 377, McGraw Hill ). 3. Teori Motivasi a. Pengertian Motif dan Motivasi
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
2
Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sertain dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior : Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang (Purwanto, M. Ngalim, 1985). Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu (Gerungan,1966) Motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. (Lindzey, Hall dan Thompson, 1975). Motif sebagai sesuatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menunjuk ke tujuan tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan. (Atkinson, 1958). Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu. (Martaniah, Sri Mulyani, 1982). Dari definisi-definisi di atas dapat diajukan suatu definisi motif sebagai berikut : Motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu. (Ahmadi, H. Abu, 1999). Motif adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang yang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya disebut motivasi. Motif itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Disebut motif intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak ialah nilai-nilai yang terkandung dalam objek itu sendiri. Sedangkan disebut motif ekstrinsik jika yang mendorong untuk bertindak adalah nilai-nilai dari luar objek yang dimaksud. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, yang dimaksud motivasi intrinsik (intrinsic motivation) adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri, menyangkut kebutuhan, pilihan dan sikap terhadap lingkungan. Sedangkan motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang/ dari lingkungan untuk menyikapi masalah-masalah tertentu yang berkembang dilingkungan sekitar.
b. Kegunaan atau Fungsi dari Motif Guna atau fungsi motif antara lain : 1. mendorong manusia untuk berbuat/bertindak, yaitu sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. 2. menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita dan mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita. 3. menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. 4. Teori Abraham A. Maslow Abraham Maslow membagi 5 tingkatan kebutuhan manusia. Lapisan paling bawah adalah kebutuhan psiologis. Yang dimaksud dengan teori motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya berupa kebutuhan psiologis yang mencakup pemenuhan makanan, air, sandang dan pangan demi keberlanjutan hidup manusia itu sendiri. Kebutuhan lapis kedua adalah kebutuhan keamanan. Kebutuhan ini mencakup lingkungan yang aman, tidak terancam, tidak mencekan, bebas dari ancaman penyakit dan perlindungan ketika sakit. Lapisan ketiga adalah kebutuhan kepemilikan atau kebutuhan social berupa dicintai, mencintai dan interaksi dengan sesama manusia sebagai mahluk sosial. Lapisan keempat adalah kebutuhan pengakuan atas keberadaan manusia itu sendiri berupa penghargaan dari orang lain dan pengakuan atas prestasi, pekerjaan, status sosial seseorang. Kebutuhan tertinggi atau lapisan kelima adalah aktualisasi diri yang dibutuhkan manusia dalam rangka pemenuhan aktualisasi diri, hobby, atau kebutuhan lain yang merupakan kepuasan tertinggi bagi manusia itu apabila terpenuhi yang pada umumnya memberi kepuasan, tanpa lelah, tanpa menghitung besarnya biaya yang diperlukan untuk mencapainya. Seseorang dapat dimotivasi oleh beberapa lapisan kebutuhan secara simultan, namun Maslow menekankan bahwa apabila seseorang telah memenuhi kebutuhan yang lebih rendah maka kebutuhan lapisan yang lebih tinggi menjadi pendorong utama. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada metode survey. Populasi penelitian adalah para pembantu rumah tangga
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
3
yang sedang mengikuti uji kompetensi di BLK yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja. Jumlah populasi yang menjadi sampel adalah 60 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel acak sederhana, dalam hal ini seluruh populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel
Uji kebaikan suai (goodness fit) untuk model multinomial logit dapat digunakan model residu Devians, yang didefinisikan sebagai berikut:
2. Teknik Analisa Data Multinomial Logit Untuk analisis data menggunakan regresi multinomial logit, yaitu model yang dapat digunakan untuk data kategorikdengan peubah respon lebih dari dua kategori, dimana dalam hal ini variabel respon tersebut berskala nominal. Peubah respon Y dengan k kategori (Y1, . . ,Yk) memiliki sebaran multinomial dengan fungsi sebaran peluang (Zocchi and Atkinson, 1999) :
y i adalah nilai yang diobservasi untuk i=1,2,
f (Y1 = y1 = L = y k ) =
m! y y p1 1 L p k k y1! L y k !
Dengan dan p j (x) = peluang statu kejadian memiliki respon j pada level x dengan
p1 ( x) + L + p k ( x) = 1 Model multinomial logit diasumsikan sebagai peluang dari statu individual untuk memilih salah satu dari j alternatif yang ada, dengan bentuk umum sebagai berikut:
p1 ( x1 ) =
exp{β ' j ( xi )} j
∑ exp{β '
h
( xi )}
h =1
Jika
β j = 0 , maka
p j ( xi ) log = β ' j xi , j = 1, L j − 1 p j ( xi ) Untuk setiap pasangan dari alternatif a dan b, model memiliki bentuk logit :
p (x ) log a ia = β ' ( xia − xib ) pb ( xib ) Kondisi pada subjek yang dipilih antara a dan b, pengaruh dari statu variable penjelas khusus tergantung pada jarak antara nilai-nilai subjek dari variable tersebut untuk berbagai alternative. Jira nilai-nilai sama, model menegaskan bahwa variable tidak mempengaruhiantara alternatif a dan b. Uji Kesesuaian Model Pengujian kebaikan suai model dilakukan untuk menentukan seberapa baik contoh data yang di amati sesuai dengan model yang diduga.
n
D = 2∑ i =1
Dimana
J
∑ I(y j =1
i
l ( y = j) = j ) log i pˆ ij
pˆ ij adalah nilai yang diprediksi dan 2
…, n yang mengikuti sebaran x dengan derajat bebas n(k-1)-p yang berdasarkan Ho = data berasal dari sebaran multinomial lawan H1 = Data tidak berasal dari sebaran multinomial. Uji Taraf Nyata Parameter Untuk menguji taraf nyata dapat digunakan statistik uji G. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan peubah penjelas di dalam model secara bersama-sama. Hipótesis yang diuji : H0 = β i = 0 lawan H1 = Paling tidak ada minimal ada satu β i ≠ 0 untuk i = 1, …, p. Humus umum statistik uji G adalah: G=
likelihood tan pa peubah penjelas − 2 log likelihhod dengan peubah penjelas Staistik uji G mengikuti sebaran Chi Square dengan derajat kebebasan p. Penaksiran parameter dapat dilakukan secara iteratif, salah satunya dengan menggunakan metode Newton Raspón. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif Case Processing Summary Marginal Percentage
N Motivasi Ikut Uji Kompetensi
Pengalaman
Status Perkawinan
Membiayai sekolah anak Memiliki rumah Membantu orang tua Membiayai keluarga modal .00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 Menikah Gadis Janda
Valid Missing Total Subpopulation a.
11 28 9 5 7 17 3 20 6 8 2 4 39 11 10 60 0 60 14a
18.3% 46.7% 15.0% 8.3% 11.7% 28.3% 5.0% 33.3% 10.0% 13.3% 3.3% 6.7% 65.0% 18.3% 16.7% 100.0%
The dependent variable has only one value observed in 4 (28. 6%) subpopulations.
Dari 60 pembantu rumah tangga peserta uji kompetensi yang menjadi sample ditemukan bahwa motivasinya mengikuti uji kompetensi untuk membiayai sekolah anak ada 11 orang (18.3%), motivasi memiliki rumah ada 28 orang (46.7%), motivasi memantu orang tua ada sebanyak 9 orang (15%), motivasi membiayai keluarga ada sebanyak 5 orang (8.3
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
4
%) dan motivasi untuk menambah modal ada sebanyak 7 orang (11.7%). Jumlah pembantu rumah tangga (PRT) yang belum memiliki pengalaman tetapi mengikuti uji kompetensi ada 17 orang (28,3%), pengalaman 1 tahun 3 orang (5%), pengalaman 2 tahun 20 orang (33.3%), memiliki pengalaman 3 tahun 6 orang (10%), pengalaman 4 tahun 8 orang (13,3%), pengalaman 5 tahun 2 orang (3.3%) dan PRT yang telah memiliki pengalaman 6 tahun ada 4 orang (6,7%). Mengenai staus perkawinan, dari 60 PRT yang mengikuti uji kompetensi, 39 orang (65%) diantaranya sudah menikah, 11 orang (18,3%) statusnya masih gadis dan 10 orang (16,7%) statusnya janda. 2. Pengujian Hipotesis Untuk mencari apakah ada hubungan Pengalaman Kerja dan Status Perkawinan Pembantu Rumah Tangga dengan Motivasinya mengikuti uji kompetensi digunakan Regresi Multinomial Logit Berganda. Dengan menggunakan bantuan software SPSS dilakukan uji Goodness of Fit data sebagai berikut: Uji Goodness of Fit data Goodness-of-Fit Pearson Deviance
Chi-Square .148 .148
df 20 20
Sig. 1.000 1.000
lebih baik. Dari niliai Likelihood ratio test ditemukan nilai distribusi chi square sebesar 78.955 dengan derajat kebebasan 32 memiliki nilai signifikansi adalah 0.000. Dengan taraf nyata α = 0.05 diperoleh nilai sign. < 0.05 dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa model tersebut sesuai dan dapat digunakan. Table Pseudo R-Square dari data disajikan sebagai berikut: Pseudo R-Square Cox and Snell Nagelkerke McFadden
.732 .778 .467
Tabel di atas menunjukkan bahwa Nilai Nagelkerke untuk model ini sebesar 0,778 yang berarti variabilitas variable dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 77.8 %. Berdasarkan nilai Nagelkarke tersebut dapat dikatakan bahwa variabel pengalaman kerja dan status perkawinan dapat digunakan untuk memprediksi motivasi kerja seorang pembantu rumah tangga untuk mengikuti uji kompetensi. Untuk menguji apakah factor status perkawinan dan pengalaman seorang pembantu rumah tangga berpengaruh nyata dalam memotivasi dirinya untuk mengikuti uji kompetensi, dari hasil uji signifikansi koefisien parameter disajikan pada table sebagai berikut: Likelihood Ratio Tests
Dengan menggunakan distribusi Chi Square dengan derajat kebebasan 20 statistik Pearson dan Deviance memiliki nilai signifikansi 1.00 Dengan taraf nyata α = 0.05 ditemukan (1.000>0.05), sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data model tersebut cukup sesuai. Uji Kesesuaian Model Uji kesesuaian model pada multinomial logit dari data motivasi kerja pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi disajikan pada table informasi kesesuaian model model sebagai berikut: Tabel model fitting information Model Fitting Information
Model Intercept Only Final
Model Fitting Criteria -2 Log Likelihood 107.369 28.414
Likelihood Ratio Tests Chi-Square 78.955
df
Sig. 32
.000
Dari angka –2Log Likelihood pada model awal (intercept only) sebesar 107.369 dan angka – 2LL pada model final sebesar 28.414. Karena hasil ini menunjukkan adanya penurunan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model ini menunjukkan model multinomial logit yang
Effect Intercept alam status
Model Fitting Criteria -2 Log Likelihood of Reduced Model 28.414a 70.575 68.059
Likelihood Ratio Tests
Chi-Square .000 42.161 39.645
df
Sig. 0 24 8
. .012 .000
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a. This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.
Tabel di atas memberikan informasi kriteria kesesuaian model ditemukan untuk parameter pengalaman kerja seorang pembantu rumah tangga memiliki nilai likelihood ratio tests distribusi chi square 42.161, sig. 0.012 dan derajat kebebasan (dk) 4. Dengan menggunakan taraf nyata α = 0.05 (5%) diperoleh nilai sig<0.05 dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa pengalaman kerja seorang rumah tangga berpengaruh nyata dalam memotivasinya untuk mengikuti uji kompetensi. Untuk parameter status perkawinan, nilai likelihood ratio test ditemukan bahwa nilai distribusi chi square adalah 39.645 dan nilai sig. 0.000 dan derajat kebebasan adalah 8. Dengan
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
5
menggunakan taraf nyata yang sama diperoleh nilai sig.< 0.05, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa status perkawinan seorang pembantu rumah tangga juga turut mempengaruhi motivasinya untuk mengikuti uji kompetensi. Secara lengkap pendugaan parameter model regresi multinomial logit disajikan pada table sebagai berikut: Parame ter
Interce pt Pengal aman [0] Pengal aman [1] Pengal aman [2] Pengal aman [3] Pengal aman [4] Pengal aman [5] Pengal aman [6] Status [1] Status [1] Status [1]
Membiayai sekolah anak B Wald 18.48 2 18.27 3
Motivasi PRT Mengikuti Uji Kompetensi Membantu orang Memiliki rumah tua B Wald B Wald
KESIMPULAN DAN SARAN Setelah menyelesaikan tulisan ini penulis menemukan beberapa kesimpulan sebagai berikut: ada pengaruh pengalaman kerja dan status perkawinan dalam memotivasi seorang pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi di bidangnya. Dari 60 pembantu rumah tangga yang menjadi sampel ditemukan bahwa motivasi seorang pembantu Membantu rumah tangga mengikuti uji keluarga kompetensi benar-benar untuk B Wald membiayai anak sekolah ada 5 orang, 35.09 0.000 benar-benar ingin memiliki rumah ada 1 23 orang, membantu orang tua 8 17.17 0.000 orang, sedangkan benar-benar untuk 4 membiayai keluarga tidak ada dan 17.48 0.000 untuk menjadi modal ada 4 orang. 2 Disarankan supaya dilakukan 19.50 penelitian dengan jumlah sampel lebih 0.000 1 banyak dan mencari faktor lain yang memotivasi seorang pembantu rumah 7.279 0.000 tangga mengikuti uji kompetensi.
0.000
-35.776
0.000
-28.825
0.000
0.000
0.000
0.000
-0.944
0.000
32.74 7
0.000
33.843
0.000
24.800
0.000
17.53 3
0.000
35.720
0.000
11.948
0.000
8.317
0.000
23.472
0.000
12.106
0.000
31.90 9
0.000
49.529
0.000
28.497
0.000
18.30 6
0.000
17.57 9
0.000
-17.208
0.000
-17.208
0.000
34.02 5
0.000
0c
0.000
0c
0.000
0c
0.000
0c
0.000
36.01 6 3.146 0c
0.020
37.162
0.02
29.076
0.000
0.000
14.046
0.000
30.868
0.000
0.000
0c
0.000
0c
0.000
Sumber : data diolah, 2008 Dari tabel di atas ditemukan bahwa pengalaman dan status memiliki pengaruh dalam memotivasi seorang pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi, ini dilihat dari nilai statistik Wald < 0.05. Dalam kasus ini motivasi pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi untuk modal menjadi kategori yang direferensikan. Dari tabel klasifikasi diperoleh informasi bahwa motivasi seorang pembantu rumah tangga mengikuti uji kompetensi benarbenar untuk membiayai anak sekolah ada 5 orang, benar-benar ingin memiliki rumah ada 23 orang, membantu orang tua 8 orang, sedangkan benar-benar untuk membiayai keluarga tidak ada dan untuk menjadi modal ada 4 orang. Secara lengkap disajikan pada tabel berikut.
51.57 1 10.03 9 0c
0.010 0.000 0.000
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, H. Abu, Psikologi Sosial, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1999 Agresti, A., Categorical data Analysis, John Wiley & Sons, Canada, 1990 Jurnal Human Right Watch, Vol.17, No.7C
Hosmer, D.W & S. Lameshlow, Applied Logistic Regression, John Wiley & Sons, New York, 1989 Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Remadja Karya CV, Bandung, 1985 Robert Hnnemann, Course in Generalized Linear Model, Department of Sociology, University of California, Riverside, 2007 Santoso, Singgih, SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2002 Supranto, J, Statistik Teori dan Aplikasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1998
Classification
Observed Membiayai sekolah anak Memiliki rumah Membantu orang tua Membiayai keluarga modal Overall Percentage
Membiayai sekolah anak 5 0 0 1 0 10.0%
Memiliki rumah 4 23 1 4 2 56.7%
Predicted Membantu Membiayai orang tua keluarga 0 0 2 0 8 0 0 0 1 0 18.3% .0%
modal 2 3 0 0 4 15.0%
Percent Correct 45.5% 82.1% 88.9% .0% 57.1% 66.7%
Walpole, Ronald.E, Pengantar Statistik, 1995
Majalah Ilmiah Panorama Nusantara, edisi IV, Januari-Juni 2008
6