PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG 3M PLUS PADA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA NAMBUHAN KABUPATEN GROBOGAN Fitriani1, Dwi Tristiningdyah2 Staff pengajar DIII Keperawatan STIKES An Nur Purwodadi
ABSTRAK Latar Belakang – Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul, masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara dengan iklim atau musim penghujan di awal tahun seperti ini yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD), walaupun di Indonesia peluang masyarakat menderita Demam Berdarah Dengue (DBD) belum sebesar negara maju namun ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak boleh diabaikan begitu saja. Tujuan – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang 3M Plus terhadap keberadaan jentik-jentik nyamuk dalam kaitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dusun Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Metode – Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperiment Design dengan pendekatan One Shot Case Study. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random sampling dan didapatkan 152 responden yang terdapat jentik-jentik nyamuk, dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang 3M Plus kemudian selama 2 minggu kemudian diobservasi kembali Hasil – Berdasarkan hasil analisa data 1) keberadaan jentik-jentik nyamuk sebelum pemberian pendidikan kesehatan, semua keluarga terdapat jentik-jentik nyamuk sebesar 100%, 2) keberadaan jentik-jentik nyamuk setelah pemberian pendidikan kesehatan, responden yang tidak terdapat atau tidak ada jentik-jentik nyamuk sebesar 69,1%. Hasil analisa data menggunakan Uji Wilcoxon bahwa nilai Z (6,949) dan nilai p value (0,00) < (0,05). Kesimpulan – Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang 3M Plus terhadap keberadaan jentik-jentik nyamuk dalam kaitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dusun Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, 3M Plus, Jentik-jentik Nyamuk
34
Indonesia sudah mencapai 104.656 kasus
PENDAHULUAN Infeksi virus dengue terus mengalami peningkatan
prevalensi.
Menurut
dengan CFR = 1,03% dan tahun 2007
Harian
mencapai angka 140.000 kasus dengan CFR =
Kompas Tanggal 27 Januari 2010, bahwa
1%.
setiap tahun, diperkirakan terdapat 50 juta-
Kejadian
DBD
di
Jawa
Tengah
100 juta kasus demam dengue dan lebih dari
tergolong KLB selama dua tahun terakhir
500.000 kasus Demam Berdarah Dengue di
berturut-turut, tercatat tahun 2005 jumlah
dunia. Asia menempati urutan pertama dalam
penderita DBD baru 10.924 kasus dengan IR
jumlah penderita Demam Berdarah ditiap
19,51/100.000 dan CFR 2,29%. Pada tahun
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun
2006
1968 hingga tahun 2009.
33,72/100.000 dan CFR 2,01%, dan tahun
Organization
(WHO)
World Health
mencatat
negara
terjadi
20.565
kasus
dengan
IR
2007 ada 19.285 kasus DBD dengan IR
Indonesia sebagai negara dengan kasus
61,96/100.000
Demam Berdarah tertinggi di Asia Tenggara.
disimpulkan bahwa angka kesakitan DBD
Dari jumlah keseluruhan kasus tersebut,
selama 3 tahun terakhir melebihi standar yang
sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15
telah ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu IR
tahun (Sudarianto, 2010)
2/100.000 maupun CFR <1% (Depkes RI,
Berdasarkan laporan dari Departemen
dan
CFR
1,60%.
Dapat
2008).
Kesehatan Republik Indonesia dalam Sitio
Kejadian
DBD
Grobogan
2001
Berdarah
Kesehatan Kabupaten Grobogan pada tahun
Dengue (DBD) sudah menjadi masalah
2012 adalah sebesar 712 jiwa dengan angka
endemis di 122 kabupaten, 605 kecamatan
kematian sebesar 7 jiwa (0,98 %). Sedangkan
dan
Indonesia,
pada bulan Januari – Februari 2013 adalah
sehingga sering terjadi berjangkit penyakit
sebesar 236 jiwa dengan angka kematian
DBD di berbagai wilayah di Indonesia hampir
sebesar 2 jiwa (0,85 %) (Dinas Kesehatan
di sepanjang waktu dalam satu tahun. Tercatat
Kabupaten Grobogan, 2013). Berdasarkan
bahwa pada tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005
data dari Puskesmas Purwodadi II, cakupan
terjadi kasus dalam jumlah masing-masing
penderita DBD di Dusun Nambuhan Desa
40.377, 52.000, 79.462 dan 80.837. Kejadian
Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Luar Biasa (KLB) terjadi pada tahun 2005,
Grobogan pada tahun 2013 adalah sebesar 10
dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai
jiwa. Jumlah KK (Kepala Keluarga) di Dusun
1800
penyakit
Demam
desa/kelurahan
di
2%. Tahun 2006, total kasus DBD di 35
data
Kabupaten
(2008), bahwa sampai pertengahan tahun kasus
berdasarkan
di
dari
Dinas
Nambuhan Desa Nambuhan pada tahun 2013
nyamuk Ae. aegypti pembawa virus dengue
sebesar 244 KK.
penyebab penyakit DBD. Cara-cara yang
Faktor-faktor peningkatan
yang
jentik-jentik
mempengaruhi Aedes
abatisasi, memelihara ikan pemakan jentik
Aegypti adalah faktor sosiodemografi antara
nyamuk, mengusir nyamuk menggunakan anti
lain
nyamuk,
umur,
jenis
nyamuk
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
kelamin,
pendidikan,
mencegah
gigitan
nyamuk
pekerjaan, dan pendapatan. Faktor iklim
menggunakan lotion anti nyamuk, memasang
antara lain suhu dan cuaca. Faktor kondisi
kawat kasa pada jendela dan ventilasi, tidak
rumah antara lain kepadatan rumah, jenis
menggantung pakaian di dalam kamar serta
rumah,
menggunakan kelambu pada waktu tidur
luas
halaman
rumah.
Faktor
lingkungan rumah antara lain tempat-tempat
(Anisati, 2008).
penampungan air seperti bak mandi, drum air,
Menurut
Penelitian
yang
telah
tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga,
dilakukan oleh Widagdo et al (2008), dengan
botol bekas, lubang-lubang batu yang berisi
judul “Kepadatan Jentik Aedes Aegypti
air jernih (Setyobudi, 2011).
Sebagai
Kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus) di
pemberantasan
Kelurahan Srondol Wetan Semarang” dengan
penyakit DBD yang dilaksanakan langsung
hasil penelitian terdapat hubungan antara
oleh masyarakat sesuai dengan kondisi dan
karakteristik
budaya setempat (Nomitasary et al, 2012).
pekerjaan, jumlah penghuni rumah dan
Pemberantasan
Demam
pendapatan rata-rata dengan PSN 3M Plus
Berdarah Dengue dalam program kesehatan
sedangkan umur, pengetahuan dan sikap,
dikenal dengan istilah 3M. Pelaksanaannya
tidak terdapat hubungan. Terdapat pula
meliputi: pertama, menguras tempat-tempat
hubungan antara PSN 3M Plus di bak mandi,
penampungan
ember dan gentong plastik dengan kepadatan
program
merupakan
Keberhasilan
prioritas
utama
ini
Indikator
nasional
sarang
air
nyamuk
sekurang-kurangnya
seminggu sekali; kedua, menutup rapat
sosial
yakni
pendidikan,
jentik.
tempat-tempat penampungan air; dan ketiga,
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya
memusnahkan barang-barang bekas yang
adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
dapat menampung air seperti kaleng bekas
menyampaikan
dan plastik bekas (Anisati, 2008).
masyarakat, kelompok atau individu, dengan
Selain kegiatan 3M, kegiatan PSN
harapan
dapat
pesan
kesehatan
memperoleh
kepada
pengetahuan
DBD ditambah dengan tindakan plus yaitu
tentang kesehatan yang lebih baik. Menurut
memberantas jentik dan menghindari gigitan
Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan 36
juga
merupakan
suatu
proses
yang
seyogyanya dimulai sedini mungkin. Alat
mempunyai masukan ( input ) dan keluaran
bantu
peraga
yang
(output). Suatu proses pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan sangat bervariasi, ada
yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
yang
yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh
rekaman, film, televise, pameran, kunjungan
banyak salah satunya adalah metode atau
lapangan, demonstrasi,
instumen, untuk memperoleh hasil yang
tiruan, dan benda asli.selain alat peraga media
efektif, faktor intrumental ini dirancang
pendidikan kesehatan secara umum antara
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
lain booklet, Leaflet, Flyer, lembar balik,
materi dan subjek belajar. Misalnya untuk
rubric, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007) .
menggunakan
digunakan
kata-kata,
dalam
tulisan,
sandiwara, benda
belajar pengetahuan lebih baik digunakan
Dari studi pendahuluan yang telah
metode ceramah, sedangkan untuk belajar
dilakukan peneliti pada sejumlah keluarga di
sikap, tindakan, ketrampilan atau perilaku
Dusun
lebih
diskusi
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
kelompok, demonstrasi, (role play) atau
pada tanggal 7 Maret 2013. Berdasarkan hasil
metode permainan.
wawancara
baik
digunakan
metode
Selain perubahan perilaku, tujuan pendidikan
kesehatan
dan
Desa
Nambuhan
observasi
terhadap
5
keluarga, peneliti menemukan masih banyak
sebagai
keluarga yang tidak melakukan tindakan
pembinaan perilaku. Pembinaan perilaku
pemberantasan sarang nyamuk. Dari 5 orang
terutama ditujukan pada perilaku individu
keluarga tersebut ada 3 orang yang tidak
yang sudah sehat agar dipertahankan, artinya
menguras bak mandi, menutup penampungan
individu yang sudah mempunyai perilaku
air, dan mengubur barang-barang bekas serta
hidup
tetap
ada 2 keluarga yang menguras bak mandi,
dilanjutkan atau dipertahankan, misalnya:
menutup penampungan air, dan mengubur
olah raga teratur. Selain itu pendidikan
barang-barang
kesehatan
untuk
berdasarkan observasi yang peneliti lakukan
Pengembangan
dalam bak mandi dan tempat penampungan
sehat
(healthy
juga
pengembangan perilaku
adalah
Nambuhan
sehat
life
style)
bertujuan
perilaku. ini
terutama
untuk
bekas
dan
5
keluarga
air terdapat jentik-jentik nyamuk.
membiasakan hidup sehat. Perilaku sehat
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
penelitian ini adalah Pre Eksperiment Design.
One Shot Case Study. Teknik sampling yang 37
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Desa
Nambuhan
Kecamatan
Purwodadi
probability sampling. metode sampling yaitu
Kabupaten Grobogan pada bulan Mei - juni
simple random sampling. besar sampel dalam
tahun 2013). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian
penelitian ini adalah Check List. Analisis data
ini
adalah
152
responden.
Penelitian dilaksanakan di Dusun Nambuhan
menggunakan uji paired t test.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS UNIVARIAT 1. Status Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang 3M Plus Tabel 1. Distribusi Status Pemberian Pendidikan Kesehatan di Dusun Nambuhan Nambuhan
Kecamatan
Desa
Purwodadi Kabupaten Grobogan Bulan Mei 2013, n = 152
Status Pemberian Pendidikan Kesehatan
Jumlah (orang)
%
Diberikan 152 100,0 Tidak Diberikan 0 0,00 Total 152 100 Berdasarkan tabel 2 seluruh responden (100%) diberikan pendidikan kesehatan tentang 3M Plus secara menyeluruh. 2. Keberadaan Jentik-jentik Nyamuk di Dusun Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang 3M Plus Tabel 2 :
Distribusi
Frekuensi
Responden
jentik Nyamuk sebelum diberikan Pendidikan
Kesehatan
Berdasarkan Keberadaan JentikTentang
3M Plus
di Dusun
Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Bulan Mei 2013, n = 152 Jentik-jentik Nyamuk
Frekuensi (n) 99
Ada Jentik-Jentik Nyamuk Tidak Ada Jentik-jentik Nyamuk Total Berdasarkan tabel 2 diketahui
Prosentase (%) 65,1
53 34,9 152 100 tentang keberadaan jentik-jentik nyamuk,
responden sebelum diberikan pendidikan
responden yang terdapat atau ada jentik-
kesehatan tentang 3M Plus, dari sejumlah
jentik nyamuk sejumlah 99 responden
152 keluarga yang dilakukan observasi
(65,1%) dan yang tidak terdapat atau tidak 38
ada jentik-jentik nyamuk sejumlah 53
responden (34,9%).
3. Keberadaan Jentik-jentik Nyamuk di Dusun Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan setelah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang 3M Plus Tabel 3 :
Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan Keberadaan Jentik-jentik
Nyamuk setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang 3M Plus
di Dusun Nambuhan
Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Bulan Mei 2013,
Jentik-jentik Nyamuk Ada Jentik-Jentik Nyamuk Tidak Ada Jentik-jentik Nyamuk Total Berdasarkan
tabel
3
n = 152
Frekuensi (n) 47
Prosentase (%) 30,9
105 152
69,1 100
diketahui
responden yang terdapat atau ada jentik-
responden setelah diberikan pendidikan
jentik nyamuk sejumlah 47 responden
kesehatan tentang 3M Plus, dari sejumlah
(30,9%) dan yang tidak terdapat atau tidak
152 keluarga yang dilakukan observasi
ada jentik-jentik nyamuk sejumlah 105
tentang keberadaan jentik-jentik nyamuk,
responden (69,1%).
B. Analisis Bivariat 1. Uji Normalitas Sebelum
dipenuhi yaitu nilai koefisien varian > -2 hipotesa
dan < 2, dan nilai rasio kurtosis > -2 dan < 2
dilakukan, terlebih dahulu data dilakukan uji
. Sedangkan metode analitis, parameter yang
normalitas data. Uji normalitas dilakukan
digunakan yaitu uji Kolmogorov-Smirnov
karena dalam menggunakan uji T, data yang
(sampel > 50) dan Shapiro-Wilk (sampel <
akan diolah harus memiliki data yang
50). Pada penelitian ini uji normalitas
normal. Data diketahui normal atau tidak,
menggunakan
maka harus dilakukan uji normalitas. Syarat
dalam penelitian ini jumlah total sampel
Uji Normalitas menurut Dahlan (2011) ada 2
yang digunakan dalam penelitian sebesar
metode yaitu metode deskriptif dan metode
152 responden maka uji yang diunakan
analitis.
metode
untuk melihat data berdistibusi normal atau
deskriptif ada tiga parameter yang harus
tidak menunakan uji Kolmogrov Smirnov.
Dalam
pengujian
menggunakan
39
metode
analitis.
Karena
Menurut Dahlan (2011), jika mengunakan
berdistribusi nomal jika nilai sig > 0,05.
uji Kolmogrov Smirnov, data dikatakan Tabel 4 : Hasil Uji Normalitas Data Jentik-jentik Nyamuk Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang 3M Plus Variabel Nyeri Nilai Sig. Pre test
Jentik-jentik nyamuk
Post test Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
0,000 syarat
0,000 data. Jadi
kenormalan
dapat
bahwa semua data jentik-jentik nyamuk baik
disimpulkan bahwa ke dua data tersebut
pre test maupun post test berdasarkan hasil
berdistribusi tidak normal.
uji Kolmogrov Smirnov
telah memenuhi
2. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang 3M Plus Terhadap Penurunan Jentik-jentik Nyamuk di Dusun Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tabel 5
:
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang
Keberadaan Jentik-jentik Nyamuk di Dusun
Nambuhan
Purwodadi Kabupaten Grobogan Bulan Mei 2013,
Desa
3M Plus Terhadap
Nambuhan
Kecamatan
n = 152
Variabel
Z
Sebelum di berikan Pendidikan Kesehatan Tentang 3M Plus Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang 3M Plus
Sig. (2 tailed) 0.00
6,949
Analisis bivariat digunakan untuk uji
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
hipotesis, yakni dengan membandingkan
kesehatan tentang 3M Plus diketahui nilai Z
jumlah jentik-jentik nyamuk sebelum dan
(6,949) dengan p-value (0.00) < sig (0,05).
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan
tentang
bahwa terdapat perbedaan jumlah jentik-
3M
Plus.
Uji
perbandingan
menggunakan uji Wilcoxon dengan bantuan
jentik
komputerisasi. Data hasil uji Wilcoxon untuk
diberikan pendidikan kesehatan tentang 3M
membandingkan
jentik-jentik
Plus. Secara signifikansi perbedaan jumlah
nyamuk sebelum dan sesudah diberikan
jentik-jentik nyamuk sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus
diberikan pendidikan kesehatan tentang 3M
sesuai di atas.
Plus dapat dikatakan berarti. Signifikansi
jumlah
nyamuk
sebelum
dan
sesudah
Merujuk pada Tabel 5.10 didapatkan
tersebut menggambarkan bahwa terjadinya
hasil uji beda jumlah jentik-jentik nyamuk
beda jumlah jentik-jentik nyamuk bukan 40
semata-mata karena adanya faktor kebetulan
dilakukan
yaitu
berupa
pemberian
akan tetapi oleh adanya intervensi yang
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus.
C. Pembahasan Hasil Uji Univariat
Istiarti (2000) dalam Astuti (2010) pengetahuan
1. Status Pemberian Pendidikan Kesehatan
seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber misalnya media massa, media
Tentang 3M Plus Berdasarkan hasil penelitian diketahui seluruh
responden
(100%)
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,
diberikan
media, poster, kerabat dekat dan sebagainya.
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus secara menyeluruh. tersebut,
Berdasarkan
sebelum
hasil
peneliti
penelitian 2. Keberadaan Jentik-jentik Nyamuk Sebelum memberikan
Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
pendidikan kesehatan, peneliti menanyakan
3M Plus
apakah sebelumnya sudah pernah mendapatkan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus. Dari
responden
semua
berikan
kesehatan tentang 3M Plus, dari sejumlah 152
pendidikan kesehatan semua menjawab belum
keluarga yang dilakukan observasi tentang
pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
keberadaan jentik-jentik nyamuk, responden
tentang 3M Plus. Berdasarkan hal tersebut
yang terdapat atau ada jentik-jentik nyamuk
dapat disimpulkan bahwa status pemberian
sejumlah 99 responden (65,1%) dan yang tidak
pendidikan
terdapat atau tidak ada jentik-jentik nyamuk
responden
dominanisasi
yang
kesehatan perilaku
peneliti
ini
mempengaruhi
keluarga
dalam
didapatkan
bahwa
hasil pendidikan
diberikan
pendidikan
sejumlah 53 responden (34,9%). Dari hasil
pemberantasan sarang nyamuk. Berdasarkan
sebelum
penelitian diketahui sebagian besar responden wawancara
terdapat atau ada jentik-jentik nyamuk sebesar
kesehatan
(65,1%).
Sama
halnya
penelitian
yang
tentang 3M Plus. Selama ini informasi tentang
dilakukan oleh Respati (2007), dengan judul
pemberantasan sarang nyamuk hanya terbatas
“Efektifitas Pemberantasan Sarang Nyamuk
pada saat ada keluarga yang sakit dan dibawa
(3M Plus) terhadap keberadaan jentik-jentik
ke tenaga kesehatan di desa. Sedangkan untuk
nyamuk Aedes Aegypti di Desa Pacar Keling
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus belum
Kecamatan Tambaksari Kotamadya Surabaya”
mereka dapatkan. Hal tersebut dibuktikan dari
sebelum
apersepsi saat pemberian pendidikan kesehatan,
keberadaan
rata-rata responden menjawab belum pernah
responden (63%) sedangkan sisanya sebesar 37
mendengar istilah perawatan mandiri. Menurut 41
melakukan jentik
tindakan nyamuk
3M sebesar
Plus 63
responden (37%) tidak ditemukan jentik-jentik
awal tahun sampai menuju pertengahan tahun
nyamuk.
seperti ini dapat menimbulkan penyakit yang
Masih terdapatnya keberadaan jentik-
salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue
jentik nyamuk dipenampungan air keluarga
(DBD), ancaman Demam Berdarah Dengue
dapat menyebabkan berkembangnya penyakit
(DBD) tidak boleh diabaikan begitu saja,
Demam
(DBD).
karena Indonesia pernah terjadi kejadian luar
Berdasarkan data dari Puskesmas Purwodadi II,
biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD)
cakupan penderita DBD di Dusun Nambuhan
(Sudarianto, 2010).
Desa
Beradarah
Nambuhan
Dengue
Kecamatan
Purwodadi
Merujuk dari distribusi karakteristik
Kabupaten Grobogan pada tahun 2013 adalah
reponden
sebesar 10 jiwa (1,51%) dari total jumlah
responden dengan tingkat pendidikan tamat SD
penduduk Dusun Nambuhan sejumlah 662
sebanyak 19 orang (12,5%), tingkat pendidikan
jiwa. Jika masalah seperti ini tidak cepat
tamat SMP sebanyak 54 orang (36,5%), tingkat
ditanggulangi maka akan menimbulkan korban
pendidikan tamat SMA sebanyak 67 orang
yang lain.
(44,1%) dan tamat pendidikan PT sebanyak 12
Factor-faktor
tingkat
pendidikan,
mempengaruhi
orang (7,9%). Berdasarkan hal tersebut dapat
keberadaan jentik-jentik nyamuk antara lain 1)
disimpulkan bahwa responden dengan tingkat
factor iklim yaitu suhu dan cuaca, 2) factor
pendidikan
kondisi rumah yaitu kepadatan rumah, jenis
Nambuhan Kecamatan Purwodadi yang paling
rumah,
dominan
luas
lingkungan
yang
berdasarkan
halaman rumah
rumah,
yaitu
3)
factor
tempat-tempat
di
SMP
Dusun
dan
Nambuhan
SMA
Desa
mempunyai
kecenderungan untuk berperilaku buruk dalam
penampungan air : bak mandi, drum air,
mencegah terjadinya penyakit DBD.
tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, 3. Keberadaan Jentik-jentik Nyamuk Setelah botol bekas, lubang-lubang batu yang berisi air
Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
jernih, 4) factor perilaku yaitu tidak menguras
3M Plus
bak mandi, tidak menutup penampungan air,
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dan tidak mengubur barang-barang bekas, dll.
responden
setelah
diberikan
pendidikan
Faktor iklim disini sangat berperan
kesehatan tentang 3M Plus, dari sejumlah 152
penting karena kondisi alam dan masyarakat
keluarga yang dilakukan observasi tentang
saat ini sangat kompleks sehingga banyak
keberadaan jentik-jentik nyamuk, responden
masalah kesehatan yang muncul, masalah
yang terdapat atau ada jentik-jentik nyamuk
kesehatan yang cukup dominan khususnya di
sejumlah 47 responden (30,9%) dan yang tidak
negara dengan iklim atau musim penghujan di
terdapat atau tidak ada jentik-jentik nyamuk 42
sejumlah 105 responden (69,1%). Dari hasil
nyamuk bukan semata-mata karena adanya
penelitian diketahui sebagian besar responden
faktor kebetulan akan tetapi oleh adanya
tidak terdapat atau tidak ada jentik-jentik
intervensi
nyamuk
pendidikan
sebesar
(69,1%).
Sama
halnya
yang
dilakukan
kesehatan
yaitu
atau
berupa
penyuluhan
penelitian yang dilakukan oleh Respati (2007),
kesehatan tentang 3M Plus. Dari beberapa
dengan
judul
keluarga yang diberikan pendidikan kesehatan
Sarang
Nyamuk
“Efektifitas (3M
Pemberantasan Plus)
terhadap
tentang 3M Plus, ada yang langsung mengerti
keberadaan jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti
namun ada pula yang belum mengerti tentang
di Desa Pacar Keling Kecamatan Tambaksari
tentang pemberantasan sarang nyamuk dengan
melakukan
3M Plus. Bagi reponden yang belum mengerti
tindakan 3M Plus keberadaan jentik nyamuk
tentang pemberantasan sarang nyamuk dengan
sebesar 19 responden (19%) sedangkan sisanya
3M Plus diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 81 responden (81%) tidak ditemukan
kembali sampai responden dapat mengerti
jentik-jentik nyamuk.
tentang 3M Plus sehingga terbentuk perilaku
Kotamadya
setelah
Surabaya”
Berkurangnya keberadaan jentik-jentik
untuk melaksanakan 3M Plus guna mengurangi
nyamuk yang berada lingkungan keluarga akan
keberadaan jentik-jentik nyamuk.
mengakibatkan berkurangnya pula resiko tinggi
Menurut Anita (2008) informasi yang
menderita penyakit Demam Berdarah Dengue
cukup dan diterima oleh seseorang dapat
(DBD). Perilaku yang baik dalam mengurangi
menyebabkan
keberadaan
pengetahuan
jentik-jentik
nyamuk
yang
seseorang yang
tinggi
mempunyai sehingga
ditunjukkan 105 responden terjadi peningkatan
mengaplikasikan
setelah pendidikan kesehatan. Menurut Azwar
sesuai peran sertanya di masyarakat dalam
(2000) dalam Suwandi (2009) disebutkan
bentuk tindakan atau perilaku yang nyata.
bahwa
Keluarga yang mempunyai pola pikir yang baik
faktor-faktor
pembentukan
perilaku
yang
mempengaruhi
tersebut
adalah
akan mudah beradaptasi pada situasi dan
pengaruh orang lain. Pengaruh orang lain
kondisi yang ada di lingkungannya untuk
dalam
melaksanakan apa yang menjadi tanggung
penelitian
ini
diantaranya
pengetahuannya
dapat
adalah
pemberian
pendidikan kesehatan yang dilakukan peneliti. Secara
signifikansi
jawabnya, sehingga masyarakat akan cepat
perbedaan
tanggap
terhadap
perubahan
yang
akan
keberadaan jentik-jentik nyamuk sebelum dan
dilakukannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
sesudah pendidikan kesehatan dapat dikatakan
dari I.B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo
berarti. Signifikansi tersebut menggambarkan
(2003) bahwa pendidikan dapat mempengaruhi
bahwa terjadinya beda keberadaan jentik-jentik
seseorang termasuk juga perilaku seseorang 43
akan pola hidup dalam memotivasi dirinya
adanya intervensi yang dilakukan yaitu berupa
berperan aktif dalam kegiatan yang menunjang
pemberian pendidikan kesehatan tentang 3M
kesehatannya.
Plus.
pendidikan
Semakin seseorang
tinggi
tingkat
semakin
mudah
Hasil
penelitian
membuktikan
menerima informasi, sehingga makin baik pula
bahwa
perilaku yang dimiliki, sebaliknya pendidikan
terhadap keberadaan jentik-jentik nyamuk pada
yang kurang akan menghambat perkembangan
keluarga di Dusun Nambuhan Desa Nambuhan
dalam bertindak untuk mencapai kondisi
Kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan.
kesehatan yang optimal di keluarga dan
Hasil penelitian ini juga diperkuat hasil
masyarakat.
kesimpulan yang dibuat oleh penelitian yang
D. Pengaruh
Pemberian
pendidikan
ini
dilakukan
Pendidikan
oleh
kesehatan
Respati
berpengaruh
(2007)
yang
Kesehatan Tentang 3M Plus Terhadap
menyebutkan adanya perbedaan keberadaan
Keberadaan Jentik-jentik Nyamuk di
jentik-jentik nyamuk sebelum dan sesudah
Dusun
dilakukan tindakan 3M Plus.
Nambuhan
Kecamatan
Desa
Nambuhan
Purwodadi
Terdapat perbedaan keberadaan jentik-
kabupaten jentik
Grobogan
nyamuk
yang
berada
lingkungan
keluarga akan mengakibatkan berkurangnya Berdasarkan hasil penelitian diketahui hasil
pula resiko tinggi menderita penyakit Demam
uji beda jumlah jentik-jentik nyamuk sebelum
Berdarah Dengue (DBD). Perilaku yang baik
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
dalam mengurangi keberadaan jentik-jentik
tentang 3M Plus diketahui nilai Z (6,949)
nyamuk yang ditunjukkan 105 responden
dengan p-value (0.00) < sig (0,05). Dari hasil
terjadi
tersebut
bahwa
kesehatan. Menurut Azwar (2000) dalam
jentik-jentik
Suwandi (2009) disebutkan bahwa faktor-
terdapat nyamuk
dapat
ditarik
perbedaan sebelum
kesimpulan jumlah
dan
sesudah
diberikan
faktor
peningkatan
yang
setelah
mempengaruhi
pendidikan
pembentukan
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus. Secara
perilaku diantaranya adalah pengaruh orang
signifikansi perbedaan jumlah jentik-jentik
lain. Pengaruh orang lain dalam penelitian ini
nyamuk
adalah pemberian pendidikan kesehatan yang
sebelum
dan
sesudah
diberikan
pendidikan kesehatan tentang 3M Plus dapat dikatakan
berarti.
Signifikansi
dilakukan peneliti.
tersebut
Penelitian
tersebut
diperkuat
oleh
menggambarkan bahwa terjadinya beda jumlah
penelitian yang dilakukan oleh Nomitasry dkk
jentik-jentik
semata-mata
(2012), dengan judul “Perbedaan Praktek PSN
karena adanya faktor kebetulan akan tetapi oleh
3M Plus di Kelurahan Percontohan dan Non
nyamuk
bukan
44
Percontohan program pemantauan Jentik Rutin
tindakan responden terhadap pelaksanaan 3M
Kota
mayoritas termasuk kategori sedang (75,8%).
Semarang”,
diketahui
bahwa
ada
perbedaan praktik menguras, praktik menutup
Untuk bisa menerima suatu informasi
tempat penampungan air dalam rumah, praktik
dibutuhkan keterampilan pendidikan dasar
memusnahkan
dan
seperti membaca dan menulis. Masyarakat
terhadap
dengan pendidikan yang tinggi akan mampu
kebiasaan
barang-barang
menggantung
bekas,
baju
keberadaan jentik nyamuk. Menurut
Charron
menganalisa
keadaan
disekitarnya
dalam
sehingga apa yang dilakukannya sesuai dan
bukunya yang berjudul “Ecohealth Research In
tepat. Hal ini sesuai dengan teori yang
Practice”, bahwa keberadaan vector seperti
dikemukakan oleh John Dewey (1997) bahwa
jentik-jentik nyamuk dikarenakan perilaku dari
melalui pendidikan seseorang akan mempunyai
manusia itu sendiri. Karena perilaku didasari
kecakapan,
oleh
dibutuhkan
membantu seseorang untuk dapat berkembang
pengetahuan yang lebih tentang tindakan apa
mencapai tingkat kedewasaan. Semakin tinggi
yang
tinggi
pengetahuannya maka akan semakin bertambah
pengetahuan seseorang tentang 3M Plus maka
pula kecakapannya atau perilakunya, baik
semakin
jentik-jentik
secara intelektual maupun emosional serta
nyamuk dilingkungan sekitar kita. Hal ini
semakin berkembang pula pola pikir yang
diperkuat oleh pernyataan dari Department Of
dimilikinya (Mahyuliansyah, 2010). Dalam hal
Zoonotic and Vector-Borne Diseases (2010),
ini semakin tinggi pengetahuan seseorang maka
bahwa metode pengontrolan vector meliputi
semakin baik pula perilaku yang dimiliki oleh
tindakan
seseorang tersebut untuk melakukan tindakan
pengetahuan
dilakukan.
rendah
maka
Maka
memproteksi
larva diri,
semakin
keberadaan
pemberian
pengontrolan
(2012),
suatu
insectisida,
tindakan
dengan
larvasida,
fogging,
mental
pemberantasan
manajemen
dan
sarang
emosional
nyamuk
yang
untuk
mengurangi keberadaan jentik-jentik nyamuk
lingkungan, pemberian pendidikan kesehatan,
dilingkungan keluarganya.
management vector yang terintegrasi,dll.
Pelaksanaan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan
pendidikan
kesehatan
dengan sasaran umum, dalam arti tidak
oleh Ganie (2009), diketahui bahwa tingkat
membedakan
pengetahuan keluarga di Kelurahan Padang
tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka
Bulan mayoritas termasuk dalam kategori
materi
sedang (54,5%) dan sikap responden termasuk
disampaikan harus dirancang sedemikian rupa
dalam kategori sedang (56,6) dan untuk
sehingga dapat ditangkap atau diterima oleh massa 45
golongan
pendidikan
tersebut.
umur,
kesehatan
Pendekatan
pekerjaan,
yang
ini
akan
biasanya
digunakan untuk menggugah awareness atau
sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi,
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
dan belum begitu diharapkan untuk sampai
Pengetahuan tentang kesehatan akan
pada perubahan perilaku. Pada penelitian ini
memberi pengaruh terhadap perilaku sebagai
perubahan perilaku tersebut dapat mengurangi
hasil jangka menengah (intermediate impact)
keberadaan jentik-jentik nyamuk pada keluarga
dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku
di
kesehatan
Dusun
Nambuhan
Desa
Nambuhan
akan
berpengaruh
terhadap
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat
Perilaku
sebagai
yang
mengurangi
harus
dilaksanakan
jentik-jentik
untuk
(outcome)
pendidikan
adalah
kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah
menguras bak mandi, menutup penampungan
merubah perilaku kearah yang lebih baik yang
air, mengubur barang-barang bekas, pemberian
berorientasi pada norma-norma kesehatan,
bubuk abate, fogging, dll.
dimana pendidikan kesehatan pada tahap
Beberapa
ahli
mengelompokkan mempengaruhi
nyamuk
keluaran
pendidikan
faktor-faktor
proses
belajar
edukasi
yang
kedalam
bertujuan
pengetahuan,
4
untuk
mengubah
meningkatkan perilaku,
serta
mengarahkan pada perilaku yang diinginkan
kelompok besar, faktor materi (bahan belajar),
oleh
lingkungan,
instrumental
mempunyai ciri: (1) Belajar adalah kegiatan
perangkat
keras
ini
terdiri
(hardware)
dari
seperti
yang
kegiatan.
Hasil
menghasilkan
kegiatan
perubahan
belajar
pada
diri
perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan
individu, kelompok atau masyarakat yang
perangkat lunak (software) seperti fasilitator
sedang belajar, baik aktual maupun potensial.
belajar,
dan
(2) Perubahan tersebut didapatkan karena
adalah
kemampuan baru yang berlaku untuk waktu
sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara
yang relatif lama. (3) Perubahan itu terjadi
menguntungkan terhadap kebiasaan, perilaku
karena usaha dan didasari bukan karena
dan pengetahuan
kebetulan (Maulana, 2008).
metode
sebagainya.
belajar,
Pendidikan
organisasi, kesehatan
yang ada hubungannya
dengan kesehatan perseorangan, masyarakat
Untuk mengurangi keberadaan jentik-
dan bangsa. Hasil yang diharapkan dalam
jentik
penyuluhan
membentuk perilaku tidak hanya ditentukan
kesehatan
adalah
terjadinya
nyamuk
faktor
pada
perilaku
keluarga
perubahan perilaku dan perilaku dari individu,
oleh
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
(pendidikan
untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup
ditunjang oleh faktor-faktor lain baik internal
kesehatan)
dan
Dalam
tetapi
pengetahuan juga
harus
(individu) maupun eksternal (lingkungan). 46
Menurut New Comb (1978) dalam Tri Rusmi 1. Penggunaan media pembelajaran yang terbatas, Widiyatun (1999) dorongan perilaku terbentuk
hanya menggunakan leaflet dan lembar balik
dari kognisi, afeksi, konasi, dan psikomorik.
tanpa ada sarana penunjang seperti LCD atau
Penggunaan media leaflet dan lembar balik
OHP.
(tulisan) yang berdasarkan kerucut Edgar Dale 2. Observasi keberadaan jentik-jentik nyamuk hanya mempunyai intensitas 2 dari 11 lapisan
dilakukan tiap rumah responden sehingga
diduga mempengaruhi rendahnya pengaruh
membutuhkan waktu yang lama.
pemberian
pendidikan
kesehatan
dalam 3. Keberadaan jentik-jentik cenderung meningkat
mengurangi keberadaan jentik-jentik nyamuk.
pada musim penghujan di awal sampai pertengahan tahun ini.
Keterbatasan Peneliti
3. Ada perbedaan rata-rata pre dan post
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Keberadaan
di
pemberian pendidikan kesehatan tentang
Nambuhan
3M Plus terhadap keberadaan jentik-
Kabupaten
jentik nyamuk dengan nilai Z (6,949)
Grobogan sebelum diberikan pendidikan
dengan p-value (0.00) < sig (0,05),
kesehatan, responden yang terdapat atau
dengan demikian terdapat perbedaan
ada jentik-jentik nyamuk sejumlah 99
yang bermakn
Dusun
jentik-jentik
nambuhan
Kecamatan
Desa
Purwodadi
responden
(65,1%)
dan
nyamuk
yang
tidak
Perlu diadakannya penyuluhan kesehatan
terdapat atau tidak ada jentik-jentik
kembali
nyamuk sejumlah 53 responden (34,9%).
Nyamuk
2. Keberadaan
khususnya
pendidikan
kesehatan tentang 3M Plus di Wilayah Kerja
Nambuhan
Puskesmas Purwodadi II terutama Di Dusun
Kabupaten
Nambuhan Desa Nambuhan Kecamatan
Grobogan setelah diberikan pendidikan
Purwodadi yang dilakukan melalui media
kesehatan, responden yang terdapat atau
informasi yang praktis dan mudah dijangkau
ada jentik-jentik nyamuk sejumlah 47
dan dapat dengan mudah diterima oleh
responden
masyarakat.
nambuhan
Kecamatan
Desa
Purwodadi
(30,9%)
dan
nyamuk
(PSN)
di
Dusun
jentik-jentik
tentang Pemberantasan Sarang
yang
tidak
Selain
itu
diharapkan
terdapat atau tidak ada jentik-jentik
Puskesmas juga memberikan fasilitas untuk
nyamuk
mengurangi jentik-jentik nyamuk dengan
sejumlah
105
responden
(69,1%).
memberikan bubuk abate secara gratis kepada masyarakat. Perlu adanya peran dari 47
masyarakat untuk mengurangi keberadaan
nyamuk sehingga penyakit seperti DBD
jentik-jentik nyamuk di lingkungan keluarga
dilingkungan masyarakat Dusun Nambuhan
dan masyarakat dengan cara melakukan 3M
Desa Nambuhan Kecamatan Purwodadi
Plus secara rutin dan berkesinambungan
dapat berkurang.
untuk mengurangi keberadaan jentik-jentik
REFERENCE
dengue (PSN-DBD) di Kabuaten/Kota.
Anisati. 2008. Peran media massa terhadap perilaku
Jakarta: Ditjen P2 M dan PL
ibu dalam upaya pencegahan demam
Desa Nambuhan. 2013. Data Jumlah Kepala
berdarah dengue pada rumah tangga di
Keluarga di Desa Nambuhan Tahun
kota
2013. Tidak Dipublikasikan
Yogyakarta.
Jurnal
Ekologi
Kesehatan 6:210-215.
Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan. 2013.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:
Prevalensi Penderita Demam Berdarah
Suatu Pendekatan Praktik.
Dengue (DBD) tahun 2013. Tidak
Aryatmo, T. (2005). Naskah Lengkap Demam Berdarah
Dengue,
bagi
Djunaedi, Djon. Demam Berdarah. Epidemiologi,
Dokter Spesialis Anak dan dokter
Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis
Spesialis
dan
Penyakit
Pelatihan
Dipublikasikan
Dalam
dalam
Tatalaksana kasus DBD. Jakarta: FKUI.
Keluarga
Suryapranata.
Harian Kompas. 2010. Kasus DBD Di Jateng
editor
Yogyakarta:
Unmuh,
Malang, 2006.
Balion, Salvicion & Aracelis Meglaya. (2003). Kesehatan
Penatalaksanaannya.
Tahun 2010 Naik Hampir 100 %.
CV.
Media Kompas
Anugerah Jaya
Harnawatiaj. (2008). Askep DHF. Retrieved 20,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
Januari
2011,
from
Petunjuk teknis pemberantasan sarang
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/
nyamuk
03/27/askep-dhf/
demam
berdarah
dengue.
Jakarta: Ditjen P2 M dan PL Departemen
kesehatan
Republik
Kecamatan Purwodadi. 2013. Data Jumlah Kepala Indonesia.
Keluarga di Kecamatan Purwodadi.
(2008). Pedoman Keluarga. Jakarta:
Tidak Dipublikasikan
Direktorat Pembinaan Keluarga
Mohammad, S. A. (2006). Penyakit Demam
Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Berdarah. Retrieved 13, Januari 2011,
Program Peningkatan Peran Serta
from
Masyarakat
http://alfredsaleh.wordpress.com/2006/1
Sarang
dalam
Nyamuk
Pemberantasan
Demam
Berdarah
0/10/penyakit-demam-berdarah/
48
Mubin, A. H. (2005). Ilmu Penyakit dalam
DBD Di Jawa Tengah. FKM-UNSIL
Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC.
2011
Nomitasari, Dessy, Lintang Dian Saraswati, Praba
Sitio, A. (2008). Hubungan Perilaku tentang
Ginandjar. 2012. Perbedaan praktik
Pemberantasan Sarang Nyamuk dan
PSN
Kelurahan
Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian
Percontohan dan Non Percontohan
Demam Berdarah Denguedi Kecamatan
Program Pemantauan Jentik Rutin Kota
Medan
Semarang.
Retrieved 10, Februari 2011, from
3M
Plus
di
Jurnal
Entomologi
Indonesia, April 2012, Vol 9 No. 1, 32
Medan.
Soedarmo. 2010. Demam Berdarah Dengue pada
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi penelitian
Anak. Jakarta: UI
kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Stevens, Paul et all. 2005. Pengantar Riset:
Notoatmojo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu
Pendekatan
perilaku. Jakarta: PT. Rhineka Cipta,
2003.
Kota
http://eprints.undip.ac.id/16497/
– 37
Nursalam.
Perjuangan
Konsep
dan
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta:
untuk
Profesi
Kesehatan. Jakarta: EGC, hal 146
penerapan
Metodologi
Ilmah
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.
Ilmu
Bandung: CV Alfabeta, hal 47-54, 79
Salemba
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis: untuk
Medika.
Profesi Perawat. Jakarta: EGC, hal
Purnamawati. 2008. Demam Dengue Dan Demam
44-45
Berdarah Dengue. retrieved, 16 Januari, 2011.
Widagdo, Laksmono, Besar Tirto Husodo, dan
From
Bhinuri. 2008. Kepadatan Jentik Aedes
http://www.sehatgroup.web.id/?p=128.
Aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan
Riwidikdo, Handoko. 2007. Statistik Kesehatan:
PSN (3M Plus) di Kelurahan Srondol
Belajar Mudah Teknik Analisis Data
Wetan Semarang. Semarang: Tidak
dalam
Dipublikasikan
Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta: Mitra Cendikia, hal 49, 55
Zulkoni, A. (2010). Parasitologi. Jogjakarta:
Saryono. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun
Praktis
Bagi
Nuha Medika.
Pemula.
Yogjakarta: Mitra Cendekia Press, hal 30, 63, 79, 85 Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan: Riset Keperawatan.
Yogyakarta:
Graha
Ilmu, hal 127, 162-163, 183-184 Setyobudi, agus. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan
Keberadaan
Jentik Nyamuk Di Daerah Endemik 49