PENGARUH PENDIDIKAN AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) TERHADAP ETIKA PERGAULAN REMAJA
Ditulis oleh
:
IKA NUR DIANA FADHILAH 201310410311288
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka penulis dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pengaruh Pendidikan Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan (AIK) Terhadap Pergaulan Remaja”, yang menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kita
untuk
menganalisa
karisma
pendidikan
al-islam
dan
kemuhammadiyahan terhadap integritas remaja. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. Wassalam, Malang, 16 April 2015 IKA NUR DIANA F
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2 DAFTAR ISI.............................................................................................. 3 BAB I...................................................................................................... 4 PENDAHULUAN....................................................................................... 4 1.1
Latar Belakang............................................................................. 4
1.2
Tujuan........................................................................................ 6
1.3
Rumusan Masalah.........................................................................6
BAB II..................................................................................................... 7 PEMBAHASAN......................................................................................... 7 2.1 Pendidikan......................................................................................... 7 2.1.1 Pengertian Pendidikan.....................................................................7 2.1.2 Sejarah dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).............................................................7 2.1.3 Tujuan Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan...........................16 2.2 Etika Pergaulan Remaja.......................................................................17 2.2.1 Pengertian Etika...........................................................................17 2.2.2 Pengertian Remaja........................................................................18 2.2.3 Etika Pergaulan Remaja.................................................................19 BAB III.................................................................................................. 20 PENUTUP............................................................................................... 20 3.1 Kesimpulan...................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pada
dasarnya
Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Memiliki peranan yang cukup jelas sesuai yang dipaparkan pada UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKAS yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.2 Muhammadiyah adalah gerakan islam. Dalam gerakannya, Muhammadiyah mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam yang berlandaskan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid yang bersumber dari Al-Qur’an As-sunnah dan diwujudkan dalam bentuk amal usaha. Perguruan Tinggi Muhammadiyah merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah yang didirikan
dan
dikembangkan
untuk
mendukung
tercapainya
tujuan
muhammadiyah. Di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mata kuliah pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) memegang peranan yang
1
Kosasih, 2012, Peran Dan Pendidikan Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan Perilaku Keberagamaan Mahasiswi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/repository/PAI-126030003%20-%20Abstraksi.pdf, 16-April2015, hlm 01 2
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKAS BAB II pasal 3
sangat penting untuk membentuk insan akademis yang susila, berkarakater dan berkepribadian Muslim. Tujuan perguruan tinggi Muhammadiyah dalam keputusan pimpinan pusat muhammadiyah nomor: 19/SK-PP/III-B/1.a/1999 tentang Qa’idah Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Pasal 3 (1) menyiapkan peserta didik menjadi sarjana muslim yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. (2) mengamalkan, mengembangkan, menciptakan, menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian dalam rangka memajukan Islam dan meningkatkan kesejahteraan Ummat manusia. Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,
dapat
juga
oleh
individu
dengan
kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada saat ini, pergaulan remaja di dunia banyak yang sudah sangat memprihatinkan. Itu akibat dari salahnya pergaulan yang mereka dapatkan dan juga kurangnya ilmu pengetahuan. Etika yang dimiliki remaja sudah banyak yang menyeleweng dari aturan.
1.2
Tujuan a. Mengetahui
apakah
ada
pengaruh
pendidikan
Al-Islam
dan
Kemuhammadiyahan (AIK) terhadap etika pergaulan remaja b. Mengetahui efektifitas pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) c. Mengetahui gambaran etika pergaulan remaja d. Menganalisis pengaruh pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) terhadap etika pergaulan remaja 1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan paparan diatas penulis terinspirasi membahas lebih lanjut apakah
ada pengaruh pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) terhadap pergaulan remaja.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan 2.1.1 Pengertian Pendidikan Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik seara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.3
2.1.2 Sejarah dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di Universitas Muhammadiyah Malang ada sejak Tahun 1988 – 1990, baik kurikulum maupun pelaksanaaanya di bawah koordinasi unit TPAIM ( Tim Pembina AlIslam dan Kemuhammadiyaan) atau lembaga yang tidak secara khusus mengelola AIK. Unit ini kemudian berubah menjadi PDKIM (Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyaan ) hingga tahun 1994 dan berubah menjadi LSIK (Lembaga Studi Islam dan Kemuhamadiyaan ) dan PSIK( Pusat Studi Islam dan Kemuhammadiyaan ) hingga tahun 1998. Unit atau lembaga ini mempunyai beberapa agenda, selain kajian harus melayani agenda-agenda pesanan. Sehingga pendidikan AIK belum mendapatkan perhatian yang memadai. Baru pada bulan Febuari 1999, AIK di kelola unit atau kepala bagian AIK dan MKDU hingga sekarang ( 14 tahun lebih ) yang secara organisatoris di bawah koordinasi Biro Administrasi Akademik (BAA) dan bertanggung jawab pada Pembantu Rektor 1.
3
Naufa el Hakim, 2013, Pengertian dan Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli, http://www.krumpuls.org/2013/03/pengertian-dan-definisi-pendidikan.html, 17 April 2015.
Periode Rekonstruksi (1996 – 1998) Perubahaan kurikulum AIK di Universitas Muhammadiyah Malang sudah banyak kali
dilakukan.
Agaknya
dibutuhkan
waktu
yang
agak
lama
untuk
merekonstruksinya dari periode awal 1960-an hingga akhir 1980-an. Awal semester ganjil 1996/1997 untuk pertama kali kurikulum AIK secara resmi dicetak, setelah tim kecil yang dibentuk melewati serangkaian diskusi. Sebelum ini agaknya baru ada silabus AIK untuk masing-masing mata kuliah yang belum menggambarkan bangunan kurikulum pendidikan AIK. Periode ini mungkin lebih tepat di sebut sebagai periode rekonstruksi, karena tim LSIK telah berhasil menghimpun gagasan yang berserakan kedalam suatu silabus yang utuh dengan berupaya menyusun format pendidikan AIK yang lebih baik. Periode Validasi (1998 – 2001) Peroide berikutnya, yaitu menjelang semester ganjil tahun 1998/1999 ketika
kurikulum AIK
kembali
mengalami
penyempurnaan.
Kurikulum
pendidikan AIK 1996 yang masih berbentuk silabus dan hanya menyajikan topik –topik bahasan di anggap terlalu umum karena itu perlu dibuat yang lebih rinci. Perubahaan yang dilakukan terutama dibuat kolom-kolom tujuan pembelajaran, pokok bahasan, sub pokok bahasan, alokasi waktu hingga referensi termasuk penyebutan halaman. Periode ini mungkin lebih tepat di sebut sebagai periode validasi. Dari silabus yang diupayakan menjadi bangunan kurikulum kemudian diperkokoh hingga menjadi lebih baik bahkan menjadi sebuah kurikulum. Setelah melakukan validasi kurikulum 1996 menjadi 1998 (yang disempurnakan),bukan berarti persoalan di anggap selesai. Beberapa dosen masih menanggap beberapa materi kurikulum hasil validasi ini dianggap berlebihan untuk ukuran riil mahasiswa, bahkan cenderung hanya memenuhi selera intelektual sebagian dosen. Kurikulum ini tidak berbasis pada kebutuhan mahasiswa tentang Islam, sehingga seberapa peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan keagamaan mahasiswa sulit di ukur. Karena itu perlu di lakukan perubahaan yang lebih mendasar dan tidak tambal sulam sifatnya.
Periode Reformasi (2001 - 2005) Kurikulum menjelang semester
AIK
mengalami
Ganjil Tahun
perubahaan Akademik
mendasar 2001/2002.
terutama Lebih
kurang dibutuhkan waktu satu semeter untuk mempersiapkan perubahaan ini, dimulai dari Undangan Rektor untuk mendiskusikan kemungkinan penataan kembali pendidikan AIK, Pembentukan tim perumus draf ,rapat-rapat tim hingga lokakarya yang melibatkan semua unsur terkait. Upaya ini menghasilkan format baru pendidikan AIK sebagaimana tergambar dalam kurikulum AIK 2001. Beberapa perbedaan mendasar kurikulum sebelumnya, misalnya cara pandang terhadap mahasiswa ,pengalokasian materi untuk masing-masing tingkatan,dan pengintregasikan antara Al-islam dan Kemuhammadiyahan sehingga tidak ada lagi pemisahan antara keduanya. Periode ini agaknya lebih tepat kalau disebut sebagai periode reformasi .Karena perubahan yang dilakukan bersifat lebih mendasar meskipun dalam beberapa hal tetap mengakomodasi kurikulum sebelumnya. Performa kurikulum 1996,1998 dan 2001 lebih jelas dapat dibaca pada tabel dibawah ini . Perubahan yang digambarkan pada tabel ini masih sebatas nomenklatur serta waktu penyajian. Pada kurikulum 1996 tampak misalnya bahwa masih dipakai nomenklatur Al-islam I,II dan kemuhammadiyahan I,II masing – masing dengan 2SKS atau 8 SKS secara keseluruhan dan disajikan pada semester I,II, VI danVII. Kurikulum 1998 nomenklatur yang di gunakan berubah menjadi Studi Islam I,II,III,dan IV,masing-masing dengan bobot 2 SKS atau 8 SKS secara keluruhan dan di sajikan pada semester I,II,Vdan VI. Sedangkan kurikulum 2001 nomenklaturnya diintegrasikan sehingga menjadi AL-Islam –Kemuhammadiyaan dan di singkat AIK I,II,V,dan VI, dengan bobot I SKS tapi 2 JS (Jam Studi ) atau 4 SKS secara keseluruhan, se hingga tetap setara dengan 8 SKS . Tabel 1. Perbandingan Kurikulum Pendidikan AIK Tahun 1996,1998 dan 2001 dari aspek Nomenklatur dan Waktu Penyajian
KURIKULUM AIK 1996
1998
2001
Nomenklatur
Smt
Nomenklatur
Smt
Nomenklatur
Smt
Al-Islam I
1
Studi Islam I
I
AIK-I
I
Kemuhammadiyahan
II
Studi Islam II
II
AIK-II
II
Al-Islam II
VI
Studi Islam III
V
AIK-III
V
Kemuhammadiyahan
VII
Studi Islam IV
VI
AIK IV
VI
1
II
Sumber .Kurikulum AIK 1996.1998 dan 2001.
Ketiga periode ini menggambarkan adanya tahap-tahap perubahan yang berlangsung seolah terjadi dalam rentang waktu yang relatif singkat,lima hingga enam tahun. Fakta yang sesungguhnya untuk sampai pada kurikulum AIK 2001 dibutuhkan waktu sepuluh hingga dua belas tahun pencarian melalui diskusi rutin Ahad Malam. Hingga paruh pertama tahun 1990-an, PDKIM-UMM aktif menggelar diskusi ini. Forum ini di buka untuk umum dengan harapan dapat menyerap sebanyak-banyaknya harapan dan pandangan civitas akademika, persyarikatan terhadap konsep AIK. Meski begitu, hanya beberapa dosen saja yang aktif di tambah unsur pimpinan UMM .karena itu perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses pencarian yang panjang dan mungkin masih akan terus berlangsung meskipun dengan format dan Setting yang berbeda. Menurut Asmara (2002), setiap perubahan kurikulum pendidikan termasuk
kurikulum AIK di UMM, lebih di sebabkan oleh budaya organisasi yang melandasinya. Dalam konteks pengembangan AIK ini, maka budaya organisasi tersebut lebih tepat dimaknai sebagai perwujudan spirit tajdid dalam kultur persyarikatan Muhammadiyah . Perbedaan penting kurikulum AIK 2001 dengan sebelumnya terutama pada asumsinya terhadap mahasiswa. Kalau sebelumnya mahasiswa di perlakukan sama dalam suatu pendekatan klasikal, kurikulum 2001 sangat memperhatikan perbedaan latar belakang pendidikan dan pengetahuan agama mahasiswa. Karena itu sejak tahun 2001 mahasiswa baru (MABA) sebelum memasuki pendidikan AIK mereka wajib mengikuti Placement test, bahkan pada tahun 2002 Placement test AIK dilakukan bersamaan waktuanya tes wawancara penerimaan mahasiswa baru. Hasil tes ini kemudian menjadi dasar pembagian kelas AIK. Mahasiswa yang pengetahuan agamanya di atas rata-rata khususnya yang berlatar belakang pondok pesantren atau madrasah aliyah yang di anggap mampu di kelompokkan dalam fashl al-mutaqaddimin (kelas lanjut). Mahasiswa yang pengetahuan agamanya satu tingkat di bawah kelas ini di masukkan kedalam Fashl almutawassitihin(kelas menengah) , mereka umumnya sudah lancar membaca al – Qur’an dan yang belum mengenal huruf Arab dan pemahaman agamanya rendah di masukkan kedalam Fashl al-Mubtadi’iin (kelas pemula ) yang materinya sebagaiman dalam table 2.
Tabel
2 Pembagian
Kelas
dan
Distribusi Materi
Pendidikan AIK
berdasarkan kurikulum 2001
Materi AL-Fushul
Smt
Al-Mubtad’in Tafhim
AIK-I
al
Al-Mutawassithin
Al-Mutaqaddimin
–Dasar-dasar Islam
Dirasah Islamiyah
I
Qur’an al-Assy
AIK-II
Teori dan praktikAspek sejarah dalamMetodologi Studi alII Ibadah
Islam
Qur’an dan Sunnah
AIK-
Dasar-dasar
Metodologi
III
Islam
Islam
StudiPendekatan Ilmu –V ilmu
Sosial
dalam
Kajian Islam AIK-
Aspek
SejarahStudi
IV
dalam Islam
Tematk
Qur’an
alStudi
Tematik
al-VI
Qur’an
Paket Pilihan : Teori dan Praktik Dakwah
VII
Sumber :Kurikulum Pendidikan AIK 2001 Pada kurikulum ini tampak bahwa Al-Islam dan Kemuhammadiyahan mulai diintegrasikan. Ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang masing – masing berdiri sendiri-sendiri bahkan seperti tidak saling terkait. Pada kurikulum 2001 Muhammadiyah ditempatkan sebagai metodologi, sementara isi atau materinya adalah Al- Islam baik ajaran maupun sejarahnya, misalnya pada materi dasar-dasar Islam terdapat pokok bahasan aqidah ,maka materi aqidah ini harus dapat ditempatkan pada kerangka pemikiran Muhammadiyah tentang aqidah . begitu pula pada pokok bahasan ibadah juga harusnya di tempatkan dalam suatu kerangka pemikiran Muhammadiyah tentang Ibadah. Tentu tidak semua materi dan
pokok
bahasan
Muhammadiyah..
dapat
di
tempatkan
dalam
kerangka
pemikiran
Sesuai dengan paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi sebagaimana tertuang di dalam Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003 -2010, maka kurikulum AIK haruslah berorientasi kepada kebutuhan mahasiswa, sehingga mampu mengembangkan kapabilitas intelektualnya sesuai dengan potensi yang dimiliki, untuk menjadi warga negara yang bertanggungjawab dan mampu berkontribusi pada daya saing bangsa. Kurikulum AIK 2005, sebagai hasil lokakarya penyempurnaan kurikulum AIK 2001 diarahkan untuk mencapai sasaran seperti tersebut diatas. Kurikulum ini tetap disajikan dalam 4 semester dengan tetap memperhatikan tingkat kemampuan dan pemahaman awal mahasiswa tentang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, sebelum mereka mengikuti AIK I (satu) sesuai dengan paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi diatas. AIK I identik dengan P2KK (2004 – 2013) Untuk lebih mengintensifkan pembinaan dan pengembangan kepribadian yang lebih kokoh dan mantap sesuai dengan tuntunan Islam sehingga menjadi mahasiswa yang berakhlaqul karimah, maka mulai Tahun Akademik 2004/2005 penyajian AIK I diintegrasikan dengan kegiatan Pelatihan Pengembangan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK). Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil antara 200-300 mahasiswa pada setiap angkatannya., kemudian diasramakan selama 6 hari , dengan jumlah jam efektif tidak kurang dari 60 jam (3600 menit). Secara akademis AIK I memperoleh porsi kegiatan sebanyak 1800 menit yang setara dengan 18 kali pertemuan perkuliahan selama satu semester (@100 menit). Dengan penyajian AIK I yang intregated dengan P2KK ini diharapkan dapat menjadikan
pembelajaran
Al-Islam
dan
Kemuhammadiyahan
lebih
menyenangkan , langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak menjadi beban dalam studi, tetapi justru menjadi kebutuhan hidupnya. Mulai sekarang AIK
tahun
2009 sampai
Pelatihan Pengembangan Kepribadian dan Kepemimpinan ( P2KK/
I) berubah nama menjadi
Program
Pembentukan Kepribadian dan
Kepemimpinan ( P2KK/AIK I) dengan harapan bahwa mahasiswa yang telah mengikuti
Program
tersebut
dapat
mengasah
potensi
yang
dimilkinya berupa kepemimpinan
dan
kepribadian sesuai
dengan harapan UMM
Tabel 3. Pembagian Kelas dan Distribusi Materi Pendidikan AIK berdasarkan kurikulum 2005
Materi AL-Fushul
Smt
Al-Mubtad’in
Al-Mutaqaddimin
Teori dan PraktekTeori dan PraktekTeori dan PraktekI
AIK-I
Ibadah/P2KK
AIK-II
AIK-
Al-Mutawassithin
Ibadah/P2KK
Ibadah/P2KK
Tafhim Al Qur’an Al- Dasar-dasar Islam Dirasah Islamiyah
II
Asasy Dasar-dasar Islam
III
Aspek
sejarahAspek
dalam Islam
AIK-
Aspek
IV
dalam Islam
SejarahStudi Qur’an
Tematk dan
sejarahV
dalam Islam alMetodologi Studi alVI alQur’an dan Sunnah
Hadits
Sumber :Kurikulum Pendidikan AIK 2005
Sebagai konsekuensi logis adanya penyempurnaan kurikulum AIK yang diberlakukan secara efektif mulai tahun akademik 2005 dan seterusnya, maka diikuti pula kesiapan para dosen dalam menyesuaikan dan meningkatkan
ketrampilan pembelajaran AIK dengan berbagai metode, termasuk pemanfaatan multimedia.. Kajian Ahad Pagi (2005 – 2013) Dalam rangka menambah wawasan keagamaan dan keilmuan bagi poara mahasiswa, sejak tahun 2005 diadakan kajian keagamaan setiap hari ahad bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliahh AIK selama satu semester sebagai tambahan keilmuan dan masih berlangsung sampai sekarang . Setelah berjalan lima tahun dalam pelaksanaan kurikulum AIK 2005 mulai tampak bahwa materi kuliah AIK IV bagi kelas Mutaqaddimin dirasakan terlalu tinggi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa non FAI dan sebagai bahan evaluasi dari pelaksanaan kurikulum 2005 dilakukan workshop kurikulum AIK dan dilanjutkan lokakarya kurikulum AIK hingga terbentuklah kurikulum AIK 2010
( Tabel 4) yang baru yang lebih sederhana meskipun tetap
memperhatikan perbedaan latar belakang pendidikan dan pengetahuan agama mahasiswa, yang lebih ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2010 adalah metode pembelajarannya pada masing-masing kelas sehingga tujuan pembelajaran AIK tercapai.4
Tabel 4. Pembagian Kelas dan Distribusi Materi Pendidikan AIK berdasarkan kurikulum 2010
Materi
AL-Fushul Al-Mubtad’in
4
Smt Al-Mutawassithin
Al-Mutaqaddimin
AIK, Sejarah dan Pengembangan Kurikulum AIK, http://aik.umm.ac.id/home.php? c=966008&lang=id, 17 April 2015.
Teori dan PraktekTeori
AIK-I
Ibadah/P2KK AIK-II
dan
PraktekTeori
Ibadah/P2KK
dan
PraktekI
Ibadah/P2KK
Aqidah dan Ibadah Aqidah dan Ibadah
Aqidah dan Ibadah
II
AIK-
Kemuhammadiyaha KemuhammadiyahanKemuhammadiyahanV
III
n
AIK-
Akhlak
IV
Mu’amalah
danAkhlak Mu’amalah
danAkhlak
danVI
Mu’amalah
2.1.3 Tujuan Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 1.
Memberikan pemahaman tentang Ajaran Islam yang dapat menumbuhkembangkan kekuatan Iman dan Amal Sholeh.
2.
Memberikan ketrampilan membaca dan memahami Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sebagai sumber utama Ajaran Islam.
3.
Memberikan ketrampilan beribadah yang berdasar Al Qur’an dan Al Hadits.
4.
Memberikan pemahaman tentang Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah dan Tajdid.
5.
Memberikan guideline untuk berperilaku positif (berakhlak karimah) dalam kehidupan yang berdasar pada nilai-nilai keislaman kemuhammadiyahan .
2.2 Etika Pergaulan Remaja 2.2.1 Pengertian Etika Kata “etika” berasal dari kata “ethos” (bahasa yunani) yang berarti kebiasaan atau cara hidup (poedjawijatna, 1982: 14), etika merupakan kajian teori tentang tingkah laku baik-buruk.
Masalah etika adalah masalah manusia pada umumnya dimanapun manusia berada dalam komunitasnya, pasti etika ikut berperan sebagai pedoman tingkah laku baik-buruk dalampergaulan sesama mereka.5 2.2.1.1 Norma Umum Tingkah Laku Manusia Menurut Magnis Suseno (1991:3) ada tiga norma umum tingkah laku manusia,yakni norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral. Norma sopan santun berlakunya bersifat lokal kedaerahan dan mudah berubah. Norma hukum adalah norma yang berlaku di suatu negara untuk mengatur masalah perdata atau pidana. Sedangkan norma moral adalah norma yang tingkat keberlakuannya bersifat universal, sudah lintas bangsa dan negara. Dalam konteks ini pembahasan lebih difokuskan kearah masalah etika dalam pergaulan remaja. Jadi yang lebih diutamakan mengenai norma sopan santun dalam pergaulan remaja 2.2.1.2 Mengapa etika semakin dibutuhkan? Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa etika pergaulan remaja ini semakin dibutuhkan. 1. Kita hidup dalam masyarakat pluralistis, dan dihadapkan dengan sekian banyak pandangan moral yang seringkali bertentangan. 2. Kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Dalam transformasi ekonomi, intelektual dan budaya, nilai budaya tradisional ditantang semuanya. Etika membantu agar kita tidak kehilangan orientasi. 3. Banyak tawaran ideologi sebagai penyelamat. Etika membantu kita sanggup menghadapi ideologi-ideologi itu dengan kritis dan obyektif serta untuk membentuk penilaian sendiri agar kita tidak mudah terpancing.
5
Achmad Dardiri, Etika Pergaulan Remaja, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr-achmad-dardiri-mhum/etika-pergaulanremaja.pdf, 19 April 2015. Hlm 03
4. Etika dibutuhkan oleh kaum agama yang di satu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, tetapi juga sekaligus mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah (Magnis Suseno, 1991:15)6 2.2.2 Pengertian Remaja Menurut Tommie J. Hamner (1990:85) masa remaja atau adolescence adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan. Merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial.7 Masa remaja merupakan masa kritis, yaitu saat untuk melepaskan ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Menurut Mohamad Ali (2009:76) Keberhasilan remaja melalui masa transisi ini dipengaruhi baik, oleh faktor biologis maupun lingkungan (keluarga, teman sebaya,dan masyarakat). dalam kesehariannya,remaja tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lain. remaja dituntut memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. keterampilan-keterampilan tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi,
menjalin
hubungan
dengan
orang
lain,
mendengarkan pendapat/ keluhan dari orang lain, memberi / menerima umpan balik, memberi/ menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain. Namun pergaulan remaja saat ini lebih banyak yang bergeser arah dan norma. 2.2.3 Etika Pergaulan Remaja Dalam pergaulan, orang perlu mengenal tata cara dalam pembicaraan dengan sarana komunikasi. Tata krama dalam berkomunikasi dengan orang lain 6
Achmad Dardiri, Etika Pergaulan Remaja, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr-achmad-dardiri-mhum/etika-pergaulanremaja.pdf, 19 April 2015. Hlm 03 7 Hamner, Tommie J, (1990) Parenting In Contemporary Society, New Jersey : Prentice Hall. Hlm 226
sesama remaja harus tetap dijaga. Komunikasi dalam pergaulan adalah kegiatan sehari-hari kita seperti makan, minum. Dalam kenyataan, ternyata tidak semua remaja mampu berkomunikasi dengan baik bahkan dengan temannya sekalipun. Kemampuan berkomunikasi dengan baik nampaknya memerlukan latihan dan pembiasaan. Ada beberapa kunci pokok yang perlu dicamkan guna mengatasi masalah tersebut, yaitu komunikasi baik itu secara verbal maupun non-verbal. Berdasarkan tujuan dari proses pembelajaran mata kuliah Al-islam dan kemuhammadiyahan (AIK) segala bentuk permasalahan mengenai etika dalam pergaulan remaja dapat diminimalisir ketika mahasiswa itu sendiri mampu mendapatkan pembelajaran Alislam dan kemuhammadiyahan. Pendidikan Al-islam dan Kemuhammadiyahan yang merupakan konsep penyadaran, tidak akan berhasil dan mencapai tujuan dengan sekedar 100 menit jam studi. Perlu faktor pendukung yang dapat menunjang tercapainya tujuantujuan tersebut.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas baik sadar maupun tidak sadar hari ini mahasiswa dididik, dituntut, dan dipaksa agar menjadi pribadi muslim-muslimah yang sadar agama. Hal ini sedikitnya mempengaruhi pola pikir mahasiswa yang apatis terhadap religiusitas, mahasiswa yang awalnya mengikuti studi hanya karna kewajiban memenuhi sajian mata kuliah beranjak menjadi paham agama, meskipun tidak sedikit mahasiswa yang belum mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin
DAFTAR PUSTAKA
1. AIK, Sejarah dan Pengembangan Kurikulum http://aik.umm.ac.id/home.php?c=966008&lang=id, 17 April 2015.
AIK,
2. Dardiri Achmad, Etika Pergaulan Remaja, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr-achmad-dardirimhum/etika-pergaulan-remaja.pdf, 19 April 2015. 3. Hamner, Tommie J, (1990) Parenting In Contemporary Society, New Jersey : Prentice Hall. 4. Kosasih, 2012, Peran Dan Pendidikan Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan Dalam Meningkatkan Perilaku Keberagamaan Mahasiswi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/repository/PAI-126030003%20%20Abstraksi.pdf, 16-April-2015. 5. Naufa el Hakim, 2013, Pengertian dan Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli, http://www.krumpuls.org/2013/03/pengertian-dan-definisipendidikan.html, 17 April 2015. 6. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKAS BAB II pasal 3