PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI INDONESIA Mu’min Mubarok, Imran R. Hambali, Mahdalena Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Permasalahan yang ada di Indonesia adalah masih belum tercapainya target penerimaan perpajakan, sementara itu negara sangat membutuhkan dana sebanyak-banyaknya untuk pembangunan negara. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan pajak di Indonesia baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa data penerimaan pajak, jumlah pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia selama 9 tahun terakhir yaitu periode 2004 – 2012 yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo, Badan Pusat Statistik dan Departemen Keuangan. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu pendapatan perkapita (X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2) dan satu variabel terikat yaitu penerimaaan pajak (Y). Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regeresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial pendapatan perkapita (X1) berpengaruh nyata dan positif secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Untuk pertumbuhan ekonomi (X) tidak memberi pengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Sedangkan secara simultan pendapatan perkapita (X1) dan pertumbuhan ekonomi (X2) berpengaruh nyata dan positif secara signifikan terhadap penerimaan pajak (Y). Kata Kunci: Pendapatan perkapita, Pertumbuhan Ekonomi, Penerimaan Pajak.
PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara yang masih berkembang harus terus melakukan inovasi dalam pembangunannya. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mengembangkan, menaikkan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang sebesarbesarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan dana untuk pembiayaan pembangunan dan keperluan rutin diatur oleh pemerintah lewat keuangan negara (Anonim dalam Prastyo, 2010: 1).
1
Pembiayaan pembangunan di Indonesia sangatlah bergantung terhadap penerimaan pajak sebagai sumber utama pemasukan dana kas negara yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk mendanai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) (Syahab dalam Sarizaen, 2012: 1). Dalam rangka peningkatan APBN ini Direktorat Jendral Pajak memiliki misi fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang-undang perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efesien (Suryadi dalam Sarizaen, 2012: 1). Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tapi penerimaan pajak di Indonesia tetap masih belum bisa mencapai target yang ditetapkan setiap tahunnya. Untuk lebih mudah dalam upaya tersebut perlu diidentifikasi faktor apa saja yang dapat meningkatkan penerimaan pajak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga akan lebih terfokus dalam peningkatan tiap-tiap faktor tersebut. Sehubungan dengan hal ini beberapa orang telah melakukan penelitian, Prastyo (2011) mengemukakan bahwa jumlah wajib pajak, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk mempengaruhi penerimaan pajak secara positif. Sedangkan Purnamasari (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan variable yang gunakan dengan mendasarkan pada perbandingan kenikan Produk Domestik bruto.. Produk Domestik bruto (PDB) adalah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara, baik yang dilakukan oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara asing yang bekerja di wilayah tersebut (Kunawangsih dan Antyo, 2006: 26). Jumlah PDB dalam suatu negara menggambarkan kemampuan atau pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut. Semakin
tinggi/laju
pertumbuhan
ekonomi
suatu
negara
maka
akan
mempengaruhi kemampuan masyarakat khususnya wajib pajak untuk membayar pajak. Peningkatan kemampuan untuk membayar pajak juga dapat dipicu dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Jika pendapatan masyarakat suatu negara
2
tinggi maka kemampuan untuk membayar pajakpun semakin besar. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian Prastyo (2011) yang menyimpulkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita dapat mempengaruhi penerimaan pajak secara positif. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pendapatan perkapita dan produk domestik bruto yang tinggi. Selain itu PDB dan pendapatan perkapita Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2012 pendapatan perkapita mencapai $33.300, meningkat dari tahun 2011 yang hanya mencapai $30.005, sedangkan produk domestik bruto mencapai 3,5 triliun pada tahun 2012 tersebut. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan dan keadaan ekonomi masyarakat Indonesia pada tahun ini benarbenar tinggi dan telah meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Cahyono (2013) Peningkatan pendapatan perkapita dan produk domestik bruto ini dipastikan akan terus terjadi di Indonesia. Namun, bersamaan dengan hal ini penerimaan pajak di Indonesia masih tetap tidak bisa mencapai target yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka penulis menarik sebuah judul untuk penelitian yaitu
“Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar pengaruh pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di indonesia?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi terhadap Penerimaan Pajak di indonesia.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2010 : 193) data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data sekunder ini berbentuk data runtut waktu
3
(time series). Data yang dipilih adalah data pada kurun waktu tahun 2004 sampai 2012 dalam bentuk tahunan. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan mengkombinasikan manual dan online, yaitu dengan mengumpulkan data dari Badan Pusat Statistik, Departemen keuangan dan KPP Pratama
Gorontalo
serta
dengan
menambahkan
data
dari
internet
(www.pajak.go.id dan www.bps.go.id). Metode Analisis Model dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Suatu model regresi linear berganda dengan hanya dua variabel independen dari suatu populasi dimana terdapat satu variabel dependen dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 (𝑌) = 𝐵𝑜 + 𝐵1 𝑃𝑃𝐾𝑃𝑇 + 𝐵2 𝑃𝐸 + 𝑒 Dimana :
Y
= Penerimaan Pajak
B0
= Konstanta
B1, B2
= Koefisien Regresi
PPKPT
= Pendapatan Perkapita
PE
= Pertumbuhan ekonomi
e
= Error
Hipotesis Statistik Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis penelitian ini di uji dengan menggunakan analisis regresi berganda. 1. Uji Parsial (Uji t) Uji parsial (uji t) bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial tehadap variabel dependen. Secara parsial hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan menjadi hipotesis sebagai berikut: H1 : B1X1 B2Xx ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial bepengaruh terhadap variabel dependen.
4
H1 : B1X1 B2Xx = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak bepengaruh terhadap variabel dependen. 2. Uji Simultan (Uji F) Uji simultan yaitu uji statistik bagi koefisien regresi yang serentak atau bersama-sama mempengaruhi Y. Uji ini menggunakan uji F menurut Hasan (2008) yaitu: 𝐹= Keterangan :
𝑅2 𝑛 − 𝑘 − 1 𝐾 1 − 𝑅2
n = Jumlah subjek K = Jumlah variabel bebas R2 = Koefisien determinasi
Secara simultan keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: H1 : B1X1 B2Xx ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara simultan bepengaruh terhadap variabel dependen. H1 : B1X1 B2Xx = 0, artinya suatu variabel independen secara simultan tidak bepengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien Determinasi R2 Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Niali R2 yang kecil berarti kempuan variabel-variabel indepnden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen.
HASIL PENELITIAN Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
5
Pengujian normalitas dalam penelitian ini yaitu melalui normal probability plot dengan menggunakan spss 17.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut: Grafik 1 Uji Normalitas
Uji normalitas dengan normal probability plot mensyaratkan bahwa penyebaran data harus berada disekitar wilayah garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini memenuhi syarat normal probability plot sehingga model regresi dalm penelitian memenuhi asumsi normalitas ( berditribusi normal ). Hasil Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) dalam suatu model regresi. Uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor ( VIF ) dengan menggunakan spss 17.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1 Uji Multikolinieritas
Sesuai dengan ketentuan uji multikolinieritas, jika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat korelasi. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai
6
VIF yaitu 1,345 kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas dalam data penelitian ini. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel penganggu dalam masing-masing variabel bebas. Dalam penelitian ini uji autokorelasi menggunakan tes Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: dW < dL dL< dW < dU dU < dW < 4-dU 4-dU < dW < 4-dL dW > 4-dL
ada autokorelasi positif (+) tidak dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi tidak dapat disimpulkan ada autokorelasi negatif (-)
Dengan jumlah sampel n = 9, α
= 0,05 dan banyaknya variabel
independent k = 2, maka di dapat nilai kritis dL = 0,6291 dan dU = 1,6993. Hasil pengujian uji autokorelasi dalam penelitian ini menggukan spss 17.0 dengan hasil sebagi berikut: Tabel 2 Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui nilai Durbin watson sebesar 2,107. Sehingga nilai DW berada diantara dU (1,6993) < DW ( 2,107) < 4 – dU ( 4 – 1,6993 = 2,3007 ). Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi. Hasil Uji Heteroskodesitas Uji heteroskodesitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi perbedaan variance dari residual data yang ada. Dalam penelitian ini uji heteroskodesitas dilakukan dengan analisa grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Pengujian ini menggunakan spss 17.0 dengan hasil sebagai berikut:
7
Grafik 2 Uji Heteroskodesitas
Dasar analisa uji heteroskodesitas dengan grafik plot adalah jika titik dalam grafik tersebar (tidak membentuk pola) maka tidak terjadi heteroskodesitas. Hasil Uji Linieritas Uji linier dalam penelitian ini juga menggunakan spss 17.0 dengan hasil pengujian sebgai berikut: Tabel 3 Uji Linieritas
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikan tabel ANOVA sebesar 0,000. Artinya nilai signifikan kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang berarti bahwa hubungan bersifat linier. Hal ini menunjukan bahwa pendapatan perkapita dan produk domestik bruto berpola linier terhadap penerimaan pajak. Analisis Regresi Berganda Hasil pengolahan analisis regresi berganda dengan menggunakan software spss 17.0 adalah sebagai berikut:
8
Tabel 4 Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan perhitungan spss tersebut diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagi berikut: 𝑌 = −1427336,859 + 0,224 𝑋1 + 22021,927𝑋2 Dari persamaan regresi linier berganda diatas diperoleh nilai konstanta sebesar
−1427336,859. Artinya, jika variabel Penerimaan Pajak (Y) tidak
dipengaruhi oleh kedua variabel bebasnya yaitu Pendapatan perkapita (X1) dan Pertumbuhan ekonomi (X2) bernilai nol, maka besarnya rata-rata Penerimaan pajak akan bernilai −1427336,859. Koefisien regresi untuk variabel bebas X1 ( pendapatan Perkapita ) bernilai positif, menunjukkan adanya hubungan yang searah antara Pendapatan perkapita (X1) dengan Penerimaan pajak (Y). Koefisien regresi variabel X1 sebesar 0.224 mengandung arti untuk setiap pertambahan Pendapatn perkapita (X1) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Penerimaan pajak (Y) sebesar 0.224. Koefisien regresi untuk variabel bebas X2 ( Pertumbuhan ekonomi ) bernilai positif, menunjukkan adanya hubungan yang searah antara pertumbuhan ekonomi (X2) dengan Penerimaan pajak (Y). Koefisien regresi variabel X2 sebesar
22021.927 mengandung arti untuk setiap pertambahan pertumbuhan
ekonomi (X2) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Penerimaan pajak (Y) sebesar 22021.927. Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independent ( Pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi ) dengan
9
penerimaan pajak di indonesia. Melalui analisis korelasi ini akan dicari pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent (penerimaan pajak). Tabel 5 Pedoman Interpretasi koefisien korelasi No 1 2 3 4 5
Interval koefisien 0,000 – 0,199 0,200 – 0,399 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Kuat Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2010:183) Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software spss 17.0 dan diperoleh hasil analisis korelasi antara variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) dengan variabel dependent (penerimaan pajak) periode 2004 – 2012 sebagi berikut: Tabel 6 Koefisien Korelasi
Berdasarkan output tersebut dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara variabel independent dan dependent sebesar 0,982. Nilai 0,982 menunjukan korelasi yang terjadi antara variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) dengan variabel dependent (penerimaan pajak) berada dalam kategori
hubungan yang sangat kuat ( 0,80 – 1,00 ).
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis Secara Simultan (Uji F) Untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama atas suatu variabel terikat digunakan uji F.
10
Hasil pengujian hipotesis secara simultan dengan menggunakan spss adalah sebagai berikut: Tabel 7 Uji Hipotesis Secara Simultan
Berdasarkan output tersebut dapat diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 167,793.Adapun nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan degree of freedom (df) sebesar k=1 dan derajat bebas penyebut (df2) sebesar n – k – 1 ( 9 – 2 – 1 = 16 ). Adalah sebesar 5,14. Jika kedua nilai ini dibandingkan maka nilai f hitung lebih besar dari F-tabel ( 167,793 > 5,4 x ( 9 – 2 – 1 = 6)). Dengan hasil perbandingan 167,793 > 30,84 (F-hitung > F-tabel) sehingga ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa secara simultan variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap variabel dependent (penerimaan pajak). Pengujian Hipotesis Secara Parsial Penentuan hasil pengujian (penerimaan/ penolakan H0) dapat dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan spss adalah sebagai berikut: Tabel 8 Uji Hipotesis Parsial
Bedasarkan output tersebut dapat kita lihat nilai t-tabel yang diperoleh setiap variabel. Untuk membuat kesimpulan menerima atau menolak Ho, terlebih dahulu harus ditentukan nilai-nilai t-tabel yang akan digunakan. Nilai ini bergantung pada besarnya degree of freeedom (df) dan tingkat signifikansi yang 11
digunakan. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% dan nilai df sebesar n – k - 1 ( 9 - 2 -1 = 6 ) diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,44691. Hasil pengujian pengaruh setiap variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi ) terhadap variabel dependent (penerimaan pajak) di indonesia selam periode 2004 – 2012 adalah sebagi berikut: a) Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Penerimaan Pajak Berdasarkan output diketahui nilai t-hitung sebesar 15,317. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 2,44691 maka t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tabel. Sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. b) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan Pajak Berdasarkan output diketahui nilai t-hitung sebesar 0,911. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 2,44691 maka t-hitung yang diperoleh jauh lebih kecil dari nilai t-tabel. Sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Artinya pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak namun tidak berpengaruh secara signifikan. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel. Koefisien determinasi ini digunkan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Dengan menggunakan spss 17.0 diperoleh koefisien determinasi sebagai berikut:
12
Tabel 9 Koefisien Determinasi
Dari
hasil output spss tersebut dapat dilihat bahwa nilai koefisien
determinasi atau R Square sebesar 0,982 atau 98,2%. PEMBAHASAN Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Penerimaan Pajak Pendapatan
per
kapita
dapat
digunakan
untuk
membandingkan
kesejahteraan atau standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Dengan melakukan perbandingan seperti itu, kita dapat mengamati apakah kesejahteraan masyarakat pada suatu negara secara rata-rata telah meningkat. Pendapatan per kapita yang meningkat merupakan salah satu tanda bahwa rata-rata kesejahteraan penduduk telah meningkat. Berdasarkan analisis yang dilakukan pendapatan perkapita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Peningkatan pendapatan perkapita akan diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak. Bahkan berdasarkan analisis tersebut pendapatan perkapita mempengaruhi penerimaan pajak secara signifikan. Hal ini sejalan dengan peenlitian Prastyo (2011) yang menyimpulkan bahwa pendapatan perkapita mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan secara nyata. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap penerimaan Pajak Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran dari kenaikan keadaan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari keadaan suatu masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekonomi negara tersebut baik, sedangkan apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah maka itu menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut buruk.
13
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya
yang
dilakukan
oleh
Purnamasari
(2011)
yang
menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Pengaruh pendapatan perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent (pendapatan perkapita dan pertumbuhan
ekonomi )
mempengaruhi variabel dependent ( penerimaan pajak) secara signifikan sebesar 0,982 atau dengan persentase sebesar 98,2%. Penerimaan pajak selama periode penelitian (2004 – 2012 ) diketahui telah dipengaruhi oleh pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi. Adapun sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang memiliki pengaruh juga terhadap penerimaan pajak. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:a) peningkatan pendapatan perkapita akan turut meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa setiap peningkatan pendapatn perkapita sebesar 1% akan meningkatkan penerimaan pajak
di Indonesia sebesar 22,4%.b) pertumbuhan
ekonomi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak di Inonesia. c) Secara simultan dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak. Pengaruh kedua variabel ini sangat besar yakni 98,2%. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka perlu diungkapkan beberapa saran sebagai berikut ; a) disarankan kepada pihak yang terkait agar tetap mempertahankan dan meningkatkan pendapatan perkapita yang ada karena hal ini akan memberikan dampak baik untuk negara khususnya dalam hal pembangunan dan juga untuk meningkatlkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. b)
14
pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Hal ini perlu juga diperhatikan, meskipun pengaruhnya tidak signifikan tetapi pertumbuhan ekonomi juga dapat meningkatkan penerimaan pajak. Sehingga bagi para pengambil kebijakan hendaknya dapat memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi negara.c) Secara keseluruhan baik pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi sudah baik, namun sebaiknya lebih ditingkatkan lagi khususnya pada pendapatan perkapita sehingga lebih meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2013). Berita Resmi Statistik No. 14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013. www.bps.go.id, diakses tanggal 10 Desember 2013. Cahyono, Eddy. (2013). Geliat Pengembangan Ekonomi Kreatif Indnesia. http://economy.okezone.com, diakses tanggal 10 Desember 2013. Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasan, Ikbal. (2008). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta; PT. Bumi Aksara. Kurnawangsih, tri dan Anto Pracoyo.(2006). Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. Jakarta; Grasindo. Prastyo Nuswantara, Bangun. (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Di kota Surabaya. Skripsi. Jawa timur; UPN Veteran. Purnama Sari, Gita. (2011). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap penerimaan Pajak Indonesia. Skripsi. Bandung; Garuda Dikti. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung; Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung; Alfabeta. Sarizaen, Fanny Mustika. (2012). Pengaruh Penggelapan Pajak Dan Penghindaran Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Survey pada KPP di Kanwil Jabar I). Skripsi. Bandung; Universitas Komputer Indonesia.
15