PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR
Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil
diajukan oleh :
DHAMIS TRI RATNA PURI NIM : D 100 070 052 NIRM : 07 06 03010 50052
kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DI STABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI Tanah merupakan pendukung kekuatan konstruksi dasar bangunan. Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menahan beban di atasnya tanpa penurunan yang berarti. Sifat-sifat tanah pada suatu daerah akan menjadi pertimbangan dalam perencanaan teknik sipil. Tanah di Desa Jono Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen dari hasil penelitian Wiqoyah (2003) adalah tanah lempung. Tanah lempung ini berukuran 94,13% lolos saringan nomor 200, batas cair (LL) = 88,03%, dan indeks plastisitas (IP) = 49,44%. Menurut sistem klasifikasi sesuai aturan AASTHO tanah lempung Tanon termasuk ke dalam kelompok A-7-5 dengan nilai indeks kelompok (GI) sebesar 57,243 dan sesuai klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System) tanah tersebut digolongkan dalam kelompok CH yaitu lempung anorganik dengan plastisitas tinggi. Oleh karena itu, perlu pengkajian sifat- sifat fisis dan mekanis agar kekuatan konstruksi bangunan sesuai dengan sifat-sifat tanah yang layak digunakan sebagai dasar bangunan dengan cara stabilisasi. Pada penelitian ini, bahan stabilisasi digunakan kapur 8% ditambah abu ampas tebu dengan variasi 0%, 3%, 6%, 9%, 12% dan 15% dari berat sampel. Pengujian meliputi sifat fisis dan kuat geser tanah campuran yaitu uji berat jenis, uji kadar air, uji Atterberg limits, uji analisa saringan, uji hydrometer, uji standard proctor, uji DST dengan perawatan 3 hari dan 7 hari. Hasil penelitian tanah campuran diklasifikasi berdasarkan sistem AASHTO, termasuk ke dalam kelompok A-5, A-2-5 dan A-2-4. Sedang berdasar klasifikasi USCS, tanah campuran termasuk kelompok SC dan SM . Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air, nilai berat jenis, nilai batas cair, nilai batas plastis, indeks plastisitas, nilai persentase butiran tanah lolos saringan No.200 cenderung menunjukkan penurunan, adapun penurunan terbesar pada penambahan abu ampas tebu 15%. Nilai batas susut cenderung mengalami peningkatan terhadap tanah asli, adapun peningkatan terbesar pada penambahan abu ampas tebu 15%. Untuk uji standard proctor diperoleh kadar air optimum cenderung mengalami penurunan, penurunan terbesar pada penambahan abu ampas tebu 15% sebesar 30,05% dan berat isi kering cenderung mengalami peningkatan, peningkatan terbesar pada penambahan abu ampas tebu 15% sebesar 1,31%. Nilai kuat geser dengan perawatan 3 hari dan 7 hari cenderung mengalami peningkatan seiring dengan penambahan abu ampas tebu. Nilai kohesi dan nilai sudut gesek dalam dengan perawatan 3 hari terbesar tejadi pada penambahan abu ampas tebu 15% masingmasing sebesar 0,324 kg/cm2 dan 47,78o. Nilai kohesi dan nilai sudut gesek dalam dengan perawatan 7 hari terbesar tejadi pada penambahan abu ampas tebu 15% masing-masing sebesar 0,360 kg/cm2 dan 51,23o Kata kunci : tanah lempung, stabilisasi, kapur, abu ampas tebu, sifat fisis, kuat geser
PENDAHULUAN Dalam dunia ketekniksipilan, tanah mempunyai peranan yang sangat penting, karena tanah merupakan pendukung kekuatan konstruksi dasar bangunan. Tanah yang baik adalah tanah yang mampu menahan beban di atasnya tanpa penurunan yang berarti. Berdasarkan letak geografis suatu tempat, jenis tanah, karakteristik dan sifat tanah, tidak semua tanah sama, sehingga belum tentu tanah tersebut baik digunakan untuk pendukung struktur. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan sifat-sifat tanah agar sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan. Tanah Tanon merupakan tanah yang bermasalah. Menurut Wiqoyah (2003), tanah Tanon merupakan tanah lempung dengan persentase 94,13% lolos saringan Nomor 200, batas cair (LL) = 88,03% , indeks plastisitas (IP) = 49,44%. Klasifikasi tanah Tanon berdasarkan metode American Association Of State Highway And Transportation Officials (AASHTO), termasuk dalam kelompok A7-5, dari nilai indeks kelompok (GI) sebesar 57,243 dan berdasarkan klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System) termasuk kelompok CH (lempung anorganik dengan plastisitas tinggi). Sehingga perlu pengkajian sifat-sifat tanah agar tanah layak digunakan sebagai pendukung kekuatan konstruksi dasar bangunan dengan cara distabilisasi. Stabilisasi merupakan perbaikan tanah yang memungkinkan tanah tersebut menjadi lebih baik sehingga secara teknis tanah memenuhi syarat untuk sebuah konstruksi. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan di laboratorium guna mencari solusi terhadap permasalahan tanah lempung dengan mencampur tanah tersebut dengan kapur ditambah dengan abu ampas tebu yang bertujuan dapat memperbaiki sifat fisis dan kuat gesernya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perubahan sifat fisis dan nilai kuat geser tanah dengan alat uji Direct Shear Test (DST) tanah lempung Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen yang distabilisasi dengan kapur dengan penambahan abu ampas tebu.
TINJAUAN PUSTAKA A.
Tanah Lempung Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang mempunyai ukuran
kurang dari 0,002 mm (=2 mikron). Hal ini disebabkan karena terjadinya proses kimiawi yang mengubah susunan mineral batuan asalnya yang disebabkan oleh air yang mengandung air atau alkali, oksigen dan karbondioksida. Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut (Hardiyatmo, 1992) : 1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm 2. Permeabilitas rendah. 3. Kenaikan air kapiler tinggi. 4. Bersifat sangat kohesif. 5. Kadar kembang susut yang tinggi. 6. Proses konsolidasi lambat. B. Stabilisasi Tanah Stabilisasi tanah dasar bertujuan untuk merubah struktur tanah atau sifat tanah sehingga dapat untuk memenuhi persyaratan dalam meningkatkan daya dukung tanah. Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut (Bowles, 1991) : 1. Meningkatkan kepadatan tanah. 2. Menambah material yang efektif sehingga meningkatkan kohesi dan atau tahanan gesek yang timbul. 3. Menambah material untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi dan fisik dari material tanah. 4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah). 5. Mengganti tanah-tanah yang buruk. C. Abu Ampas Tebu Abu ampas tebu adalah sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Ampas tebu itu sendiri adalah hasil limbah buangan yang melimpah dari proses pembuatan gula. Menurut Sri Haryono dan Aliem Sudjatmiko (2011), abu ampas tebu
dianalisis dengan AAS (Atomic Absorbtion Spectometri) didapatkan hasil kandungan silika oksida (SiO2) sebesar 86,20% dan diuji dengan X-Ray Defractometri (XRD) untuk mengidentifikasi bentuk silika. Pengujian ini menunjukkan bahwa silika oksida (SiO2) yang terdapat pada abu ampas tebu berbentuk amorf. Sehingga dari perbandingan – perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa abu ampas tebu memenuhi persyaratan sebagai stabilisator yang bersifat pozzolan. D. Kapur Stabilisasi dengan menggunakan kapur berfungsi hampir sama dengan stabilisasi dengan semen, perbedaannya: 1.
Lebih ekonomis
2.
Lebih cocok untuk tanah yang berbutir halus (plastisitas tinggi)
3.
Relatif banyak tersedia di alam
LANDASAN TEORI A. Sifat – Sifat Fisis Tanah 1. Kadar air tanah Kadar air tanah (w) adalah perbandingan antara berat air yang dikandung tanah (Ww) dengan berat butiran padat (Ws) dalam tanah tersebut, dinyatakan dalam persen (Hardiyatmo,1992). 2. Berat jenis tanah (Specific Gravity) Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw)
pada temperatur 27°C.
(Hardiyatmo, 1992). 3. Batas – batas Atterberg a. Batas cair (Liquid Limit) Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis. b. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung. c. Batas Susut (Shrinkage Limit) Batas susut (SL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan padat yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah. d. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) Indeks Plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. 4. Klasifikasi tanah a.
USCS (Unified Soil Classification System) Pada sistem Unified, tanah diklasifikasikan ke dalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50% lolos saringan Nomor 200, dan sebagai tanah berbutir halus (lanau/lempung) jika lebih dari 50% lolos saringan Nomor 200.
b. AASHTO (American Association of
State Highway and
Transportation Officials). Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) membagi tanah ke dalam 8 kelompok , A-1 sampai A-8 termasuk sub-sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. B. Pemadatan Tanah Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel. Tujuan pemadatan adalah untuk memperoleh tanah yang mempunyai sifat-sifat fisis yang sesuai bagi pekerjaan tertentu, yaitu dengan cara menaikan berat unit tanah
dengan memaksa butir-butir tanah menjadi lebih rapat dan mengurangi pori udara. (Parwanto, 2011). C. Kuat Geser Tanah Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Pengujian kuat geser langsung adalah untuk menentukan kuat geser tanah setelah mengalami konsolidasi akibat suatu beban dengan drainase 2 arah.
METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahapan ini dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu : 1. Tahap I
: Tahap ini yang dilakukan mulai dari pengambilan sampel tanah dari Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen dan abu ampas tebu dari PG. Tasik Madu, Karanganyar. Kemudian dikeringkan dan penyaringan sampel lolos No.4, menguji karakteristik abu ampas tebu dengan uji specific gravity.
2. Tahap II
: Tahap ini melakukan pencampuran sampel tanah dengan kapur 8% dan abu ampas tebu dengan variasi 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15% dari berat sampel tanah. Kemudian dilakukan pemeraman selama 24 jam. Dilanjutkan dengan menentukan sifat fisis tanah campuran yang terdiri dari Atterberg limit yaitu batas cair (LL), batas plastis (PL), batas susut (SL), kadar air, specific gravity dan gradasi butiran masing – masing variasi. Selanjutnya pengujian standard proctor yang bertujuan mencari kadar air optimum (Wopt) dan berat volume kering maksimum (γdmax ) masing – masing variasi.
3. Tahap III : Tahap ini dilakukan untuk mengetahui klasifikasi tanah dan DST masing – masing variasi dengan kadar air optimum (Wopt) hasil uji standard proctor. 4. Tahap IV : Hasil pengujian yang dilakukan pada tahap I sampai dengan III dilakukan analisis data. Analisis data merupakan pembahasan
hasil penelitian. Klasifikasi tanah campuran diperoleh setelah dilakukan pelaksanaan uji sifat fisis tanah campuran. Kemudian dari
langkah-langkah
tersebut
dapat
diambil
kesimpulan
penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Tanah Asli 1. Pengujian sifat fisis tanah asli (Wiqoyah, 2003) Tabel V.1. Hasil uji sifat fisis tanah asli (Wiqoyah, 2003) Spesifik gravity
LL (%)
PL (%)
SL (%)
PI (%)
Lolos saringan no. 200 (%)
2,60
88.03
38.58
10.73
49,44
94,13
Diklasifikasikan Æ AASHTO termasuk dalam kelompok A-7-5 dari nilai indeks kelompok (GI) sebesar 57,243 Æ USCS termasuk ke dalam kelompok CH (lempung anorganik dengan plastisitas tinggi). 2. Pengujian kadar air, standard proctor dan DST (Indrawan, 2006) Tabel V.2. Hasil uji kadar air dan standard proctor (Indrawan, 2006) kadar air (%) 18,71
γmax (gr/cm3) 1,315
w opt (%) 30,50
Tabel V.3. Hasil uji DST (Indrawan, 2006) Uji Direct Shear Test (DST) Perawatan 7 hari
Perawatan 3 hari Kohesi (kg/cm2)
0,0953
Kohesi (kg/cm2)
0,0889
sudut gesek dalam (o)
10,5754
sudut gesek dalam (o)
14,2678
B. Uji Sifat Fisis Tanah Campuran 1. Uji Kadar Air (Water Content Analysis). Tabel. V.4. Hasil Uji Kadar Air Penambahan abu
0
3
6
9
12
15
16,576
15,960
15,368
14,903
ampas tebu (%) + kapur 8% Kadar air
17,727 17,191
Kadar air tanah asli
18,710
2. Uji Berat Jenis (Spesific Gravity) a. Berat Jenis Kapur = 2,60 (Wiqoyah, 2003) b. Berat Jenis Abu Ampas Tebu Tabel V.5. Berat Jenis Abu Ampas Tebu Percobaan
1
2
Berat Jenis
1,37
1,34
Berat Jenis rata-rata c.
1,356
Berat Jenis Campuran Tabel V.6. Hasil Uji Berat Jenis Tanah Campuran Penambahan abu ampas tebu (%) + kapur
0
3
6
9
12
15
2,563
2,537
2,504
2,462
2,456
2,408
8% Berat jenis
Berat jenis tanah asli
2,60
3. Uji Batas – Batas Atterberg Tabel V.7. Hasil Uji Batas Atterberg Penambahan abu ampas tebu (%) + kapur 8% 0
LL (%)
PL (%)
SL (%)
PI (%)
51,70
42,59
17,48
9,11
3
49,00
40,38
18,89
8,62
6
46,70
38,43
20,21
8,27
9
45,10
38,15
24,87
6,95
12
43,20
37,04
28,57
6,16
15
39,00
34,62
29,75
4,38
Tanah asli
88,03
38,58
10,73
49,44
4. Uji Analisa Saringan dan Hydrometer Tabel V.8. Hasil uji gradasi butiran Penambahan Abu Ampas Tebu No. Diameter Saringan (mm) 0% 3% 6% 9% 12% No. 4 4,750 100 100 100 99.9 99,75 No. 8 2,360 92,6 98,4 92,45 96.5 94,15 No. 16 1,180 90,95 91,3 91,35 85.4 91,4 No. 30 0,600 73,4 83,25 90,25 77.2 74,05 No. 50 0,300 63 76,25 81,1 70.35 63,65 No.100 0,150 45,3 71,05 55,15 51.7 45,25 No. 200 0,075 35,25 34,70 33,80 32.30 31,25 0,040 30,496 19,217 17,881 16.829 15,580 0,028 29,994 18,486 17,045 16.285 15,073 0,015 29,114 17,268 16,254 15.850 13,958 Hydro 0,010 28,486 17,024 15,914 15.523 13,654 meter 0,0074 27,481 16,536 15,462 15.088 12,742 0,0036 26,098 15,318 14,557 13.783 11,728 0,0015 24,214 13,612 12,747 12.151 10,512
15% 99,55 93,8 81,75 58,65 47,25 36,55 30,10 14,831 13,754 12,637 12,451 11,613 10,588 9,564
Tanah asli 100 98,3 97,23 96,11 96,04 95,57 94,13 62,52 56,31 40,79 31,48 28,37 23,72 15,96
Berdasarkan Tabel V.8 diperoleh hasil persentase lolos saringan saringan No.
200, dapat dilihat pada Tabel V.9 Tabel V.9. Persentase lolos saringan No.200 Penambahan abu ampas tebu (%) +
0
3
6
9
35,25
34,70
33,80
12
Tanah
15
asli
kapur 8% Finer #200 (%)
32,30 31,25
30,10
94,13
5. Klasifikasi Tanah Tabel. V.10. Hasil klasifikasi pada tanah campuran batas cair
batas plastis
batas susut
Indeks plastisitas
finer lolos
kel. Indeks
(%)
(%)
(%)
(%)
# 200 (%)
(GI)
AASHTO
USCS
+ abu 0%
51,70
42,59
17,48
9,11
35,25
-0,531
A-5
SC
+ abu 3%
49,00
40,38
18,98
8,62
34,70
-0,345
A-2-5
SC
+ abu 6%
46,70
38,43
20,21
8,27
33,80
-0,605
A-2-5
SC
+ abu 9%
45,10
38,15
24,87
6,95
32,30
-1,137
A-2-5
SM
+ abu 12%
43,20
37,04
28,57
6,16
31,25
-1,434
A-2-5
SM
+ abu 15%
39,00
34,62
29,75
4,38
30,10
-1,804
A-2-4
SM
Tanah asli
88,03
38,58
10,73
49,44
94,13
57,243
A-7-5
CH
Penambahan abu ampas tebu (%) + kapur 8%
C.
Uji Pemadatan (Standard Proctor) Tabel V.11. Hasil uji standard Proctor Penambahan kapur 8% +
γd max 3)
w optimum
Abu Ampas Tebu (%)
(gr/cm
(%)
0
1,160
38,60
3
1,173
36,80
6
1,221
34,00
9
1,245
33,12
12
1,280
31,89
15
1,310
30,05
Tanah asli
1,270
36,50
klasifikasi
D.
Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) Tabel V.12. Perbandingan nilai kohesi dan sudut gesek dalam serta lama perawatan Perawatan 3 hari
Penambahan kapur 8%
Perawatan 7 hari
sudut gesek kohesi dalam (o) (kg/cm2)
sudut gesek dalam (o)
dan variasi
kohesi
abu ampas tebu
(kg/cm2)
+ abu 0%
0,180
34,76
0,198
37,05
+ abu 3%
0,193
37,05
0,225
39,59
+ abu 6%
0,234
41,76
0,26
43,95
+ abu 9%
0,266
43,95
0,296
46,01
+ abu 12%
0,306
46,01
0,333
47,91
+ abu 15%
0,324
47,78
0,360
51,23
Tanah asli
0,0953
10,5754
0,0889
14,2678
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Hasil uji sifat fisis tanah lempung Jono, Tanon, Sragen yang distabilisasi dengan kapur 8% dengan penambahan abu ampas tebu 0%, 3%, 6 %, 9 %, 12%, 15% menunjukkan bahwa pada nilai kadar air (water content analysis), nilai berat jenis (specific gravity), nilai batas cair, nilai batas plastis, nilai indeks plastisitas, nilai persentase butiran tanah lolos saringan No.200 cenderung menunjukkan penurunan. Sedangkan nilai batas susut cenderung mengalami peningkatan. 2) Klasifikasi tanah lempung Jono, Tanon, Sragen menurut AASHTO mengalami perubahan dari kelompok A-7-5 pada tanah asli menjadi kelompok A-5 pada penambahan kapur 8% dan menjadi kelompok A-2-5 pada penambahan 8% + abu ampas tebu dengan persentase 3% - 12%, kemudian menjadi kelompok A-2-4 pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 15%. Sedangkan menurut USCS mengalami perubahan dari kelompok CH (lempung organik dengan plastisitas
sedang sampai tinggi) menjadi kelompok SM (pasir berlempung) pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu variasi 0% - 6%, kemudian menjadi kelompok SC (pasir berlanau) pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu variasi 9% – 15%. 3) Hasil uji standard proctor tanah lempung Jono, Tanon, Sragen yang distabilisasi dengan kapur 8% dengan penambahan abu ampas tebu 0%, 3 %, 6 %, 9 %, 12%, 15% dapat disimpulkan bahwa uji standard proctor pada setiap penambahan variasi abu ampas tebu cenderung menunjukkan adanya peningkatan berat isi kering maksimum. Besarnya nilai berat isi kering maksimum pada tanah asli adalah 1,27 gr/cm3 menjadi 1,31 gr/cm3 pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 15%. Nilai kadar air optimum cenderung mengalami penurunan, penurunan yang terjadi dari tanah asli yaitu 36,50% menjadi 30,05% pada penambahan abu ampas tebu 15 %. 4) Nilai kohesi dan sudut gesek dalam pada pengujian DST dengan perawatan selama 3 hari cenderung menunjukkan peningkatan. Nilai kohesi pada tanah asli dengan perawatan 3 hari adalah 0,0953 kg/cm2 meningkat menjadi 0,324 kg/cm2 pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 15%. Nilai sudut gesek dalam dari 10,57o pada tanah asli meningkat menjadi 47,78o pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 15%. Sedangkan nilai kohesi dan sudut gesek dalam dengan perawatan selama 7 hari juga menunjukkan peningkatan. 5) Nilai kohesi pada tanah asli dengan perawatan 7 hari adalah 0,0889 kg/cm2 meningkat menjadi 0,360 kg/cm2 pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 15%. Nilai sudut gesek dalam dari 14,27o pada tanah asli meningkat menjadi 51,23o pada penambahan kapur 8% + abu ampas tebu 15%. Nilai kuat geser untuk perawatan 7 hari lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kuat geser dengan perawatan 3 hari.
B. Saran 1). Penambahan kapur 8% dan abu ampas tebu (0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%) pada tanah lempung menunjukkan pengaruh yang baik terhadap perubahan baik sifat
fisis maupun mekanis tanah. Akan tetapi, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih teliti dibutuhkan sampel yang lebih banyak lagi (lebih dari 2) pada setiap percobaan. 2). Dapat dipertimbangkan mengenai alternatif bahan stabilisasi lain untuk tanah berbutir halus, khususnya lempung, supaya dapat diperoleh perbandingan yang lebih baik guna memperbaiki kondisi tanah lempung tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1996, Annual Book of ASTM Standard (Section 4, Volume 04 08), Philadelphia, USA. Bowles, J. E, 1991, Sifat-sifat Fisis Tanah dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta. Haryono, S. dan Sudjatmiko, A, 2011, Kajian Kandungan Pozzolan Pada Limbah Abu Ampas Tebu (Baggase Ash) Dengan Suhu Pembakaran Secara terkontrol, Prosiding Simposium Nasional RAPI X, Fakultas Teknik, UMS Hardiyatmo, H. C, 1992, Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hardiyatmo, H. C, 2002, Mekanika Tanah II, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Indrawan, B. A, 2006, Pengaruh Lama Perawatan Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah Pada Stabilisasi Tanah Lempung dengan Stabilisasi Fly Ash dan Kapur, Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS. Istiawan, A. C. K, 2009, Pengaruh Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Terhadap Kuat Dukung dan Potensi Pengembangan Tanah Lempung (Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen), Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS. Parwanto, A, 2011, Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Lempung dengan Perawatan 3 hari (Studi Kasus Subgrade Jalan Raya Tanon, Sragen), Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS. Sulomo, I. J, 2006, Analisa Stabilisasi Semen Dan Kapur Terhadap Daya Dukung Serta Permeabilitas Tanah Lempung. Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS. Surono, 2010, Pemanfaatan Limbah Batu Bara (Fly Ash) Dan Kapur Untuk Memperbaiki Parameter Kuat Geser Tanah Lempung Tanon. Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS.
Suryatiningsih, 2003, Kajian Geser Langsung Terhadap Tanah Lempung Dengan Penambahan Kapur Dan Abu Sekam Padi, Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS. Suwarto, 2003, Tinjauan Kekuatan Geser Tanah Lempung Dengan Stabilisasi Kapur (RCC). Tugas Akhir, S1 Teknik Sipil, UMS. Tjokrodimuljo, K, 1995, Bahan Bangunan, Buku Ajar Pada Jurisan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Widodo, S, 1995, Mekanika Tanah II, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Wiqoyah, Q, 2003, Stabilisasi Tanah Lempung Tanon Dengan Penambahan Kapur Dan Tras, Tesis, Universitas Gagjah Mada, Jogjakarta. Wiqoyah, Q, 2006, Pengaruh Kadar Kapur, Waktu Perawatan dan Perendaman Terhadap Kuat Dukung Tanah Lempung, Dinamika Teknik Sipil.