Geoteknik
KUAT GESER DAN KUAT TARIK BELAH TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN LIMBAH KARBIT DAN ABU SEKAM PADI (084G) Willis Diana Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email:
[email protected]
ABSTRAK Limbah kalsium karbit (calcium carbide residue/CCR) dan abu sekam padi (Rice Hush Ash/RHA) sangat potensial digunakan sebagai bahan penstabilisasi karena menggandung unsur kalsium (Ca(OH)2) dan silika (SiO2), reaksi pozolanik keduanya akan menghasilkan material sementasi, sehingga dapat menggantikan portland semen sebagai bahan penstabilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah kalsium karbit dan abu sekam padi terhadap parameter kuat geser dan kuat tarik belah tanah. Persentase bahan penstabilisasi (limbah kapur karbit) yang diperlukan ditentukan dengan metode CCR fixation point dari pengujian indeks (uji plastisitas). Hasil pengujian CCR fixation point didapatkan persentase limbah kalsium karbit yang diperlukan 8% dari berat tanah. Perbandingan CCR:RHA yang digunakan adalah 30%CCR:70%RHA, 50% CCR:50%RHA dan 70%CCR;30%RHA. Tanah yang distabilisasi dengan semen digunakan sebagai benda uji kontrol. Untuk memperoleh parameter kuat geser dilakukan pengujian triaksial unconsolidated undrained (UU), sedangkan untuk kuat tarik belah dilakukan tensile splitting test (brazilian test). Hasil Pengujian triaksial didapatkan bahwa tegangan deviatorik tertinggi dicapai pada campuran 50%CCR:50%RHA, yaitu sebesar 62,4 kg/cm2; 70,5 kg/cm2; 86,5 kg/cm2; 100,4 kg/cm2; masing-masing untuk tekanan sel 1 kg/cm2; 2 kg/cm2; 3 kg/cm2; 4 kg/cm2. Parameter kuat geser yang dihasilkan pada campuran 50% CCR:50%RHA adalah kohesi (c) 4,42 kg/cm2 dan sudut gesek internal (Ø) 45,64o. Kuat tarik belah optimal diperoleh pada komposisi campuran 50%CCR : 50%RHA, yaitu sebesar 153,50 kPa. Kuat tarik belah tanah yang distabilisasi dengan 50%CCR: 50%RHA, dua kali lebih besar dibandingkan kuat tarik belah tanah tanpa stabilisasi dan lebih tinggi 84% dibandingkan tanah yang distabilisasi dengan semen. Kata Kunci: stabilisasi tanah, limbah kalsium karbit, abu sekam padi, kuat geser, kuat tarik belah
1. PENDAHULUAN Stabilisasi adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, atau dapat pula berarti usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah tertentu agar memenuhi syarat teknis tertentu (Hardiyatmo, 2010). Bahan tambah (additives) untuk stabilisasi adalah bahan yang bila ditambahkan kedalam tanah dengan perbandingan yang tepat akan memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, seperti kekuatan, tekstur, workability dan plastisitas. Bahan tambah yang biasa digunakan untuk perbaikan tambah antara lain, semen, kapur, abu terbang, abu sekam padi, atau campuran antara dua atau tiga bahan tambah tsb. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan tambah antara lain; jenis tanah, jenis struktur yang distabilisasi, kekuatan yang akan diperoleh, pertimbangan lingkungan dan ekonomi. Maksud penelitian ini adalah untuk mengkaji pemanfaatan bahan limbah (limbah kapur karbit dan limbah pertanian (abu sekam padi)) sebagai bahan pengganti semen dalam proses stabilisasi tanah. Tinjauan dilakukan untuk mengetahui kekuatan geser tanah dengan melakukan pengujian triaksial unconsolidated undrained (UU) dan uji tarik belah.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Limbah kapur (calsium carbide residu/CCR) adalah bahan sisa dari industri pengolahan gas asitilena (acetylene). Kalsium karbit (CaC2) diperoleh dari reaksi kimia antara kapur dari proses pembakaran batu kapur dan arang batu. Limbah kapur karbit CCR (Ca(OH)2) diperoleh dari reaksi CaC2 dan air (H2O) untuk membentuk gas asitilena (C2H2), reaksi pembentuk CCR sebagai berikut (Jaturapitakkul dan Roongreung; 2003, Makaratat, dkk, 2010: Somna, dkk, 2011; Kampala dan Horpibulsuk, 2013; Horpibulsuk, dkk, 2012) CaC2+H2O→C2H2 + Ca(OH)2......................................................................................................................................(1)
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
G - 69
Geoteknik
Abu sekam padi (rice husk ash/RHA) adalah sisa pembakaran sekam padi yang diperoleh dari hasil penggilingan padi. RHA mengandung Si02 dalam jumlah yang besar dan kebanyakan dalam bentuk amrphous sehingga digolongkan sebagai material pozolan. Material pozalan adalah material yang mengandung silika atau mengandung silika dan alumina. Secara umum pozolan hanya memiliki sedikit atau tidak mempunyai sifat sementasi, tetapi jika material pozalan berukuran sangat halus dan adanya air, dapat bereaksi dengan Ca(OH) 2 pada suhu ruangan untuk membentuk sifat seperti semen (sementasi) (Jaturapitakkul dan Roongreung; 2003).. Reaksi kapur karbit, tanah dan bahan abu sekam akan menghasilkan calsium silicate hydrate (CSH), dan calsium aluminate hydrate (CAH), CSH dan CAH adalah material sementasi dan yang berkontribusi meningkatkan kekuatan. Jaturapitakkul dan Roongreung; 2003, menggunakan campuran limbah kapur karbit dan abu sekam padi sebagai pengganti semen pada mortar, rasio CCR:RHA yang menghasilkan kuat tekan tertinggi adalah 50%CCR:50RHA yaitu sebesar 15,6 Mpa dengan waktu perawatan 28 hari, dan 19,1 Mpa dengan waktu perawatan 180 hari. Berdasarkan hasil penelitian, material sementasi CCR dan RHA sangat potensial digunakan untuk pembuatan beton yang tidak memerlukan kuat tekan tinggi. Somna, dkk, 2011 meneliti struktur mikro dari CCR dan Ground Fly Ash (GFA) dengan menggunakan teknik scaning electron microscopy (SEM), X-Ray diffractrometry (XRD) dan Fourier transform infrared (FTIR). Hasil SEM dan XRD dari pasta CCR-GFA dihasilkan calsium silicate hydrate (CSH) dalam bentuk Ca5(SiO4)2(OH)2. Komponen baru ini juga ditemukan dengan analisis FTIR. CSH yang dihasilkan diperoleh dari reaksi SiO2 dari GFA dan Ca(OH)2 dari CCR. Reaksi kimianya serupa dengan reaksi pozolanik. Adanya unsur CSH meningkatkan kekuatan tekan pasta. Kekuatan tekan semua sampel meningkat dengan bertambahnya waktu perawatan dan hampir konstan pada umur 42 hari. Makaratat, dkk, 2010 mengunakan limbah kapur karbit (CCR) dan Fly Ash (FA) sebagai bahan ikat pada beton dan meneliti pengaruhnya terhadap sifat mekanik beton. Rasio berat CCR:original fly ash (OF) atau ground fly ash (GF) yang digunakan sebagai bahan ikat pengganti semen adalah 30:70. Hasil penelitian menunjukan, tanpa menggunakan semen, bahan ikat baru (campuran CCR dan OF atau GF) menghasilkan kuat tekan 28,4 dan 33,5 Mpa pada umur 28 dan 90 hari. Beton dengan menggunakan bahan ikat CCR-OF atau CCR-GF memiliki waktu ikat awal (initial setting time) dan final setting time yang lebih lama dibandingkan dengan beton normal. Campuran limbah kalsium karbit (CCR) dan fly ash dapat digunakan sebagai bahan ikat baru untuk beton, mengurangi penggunaan produk semen portland dan mengurangi limbah kapur karbit. Horpibulsuk, dkk, 2012 menyelidiki kemungkinan penggunaan campuran CCR dan FA untuk memperbaiki kekuatan dari tanah lempung berlanau. Pengujian struktur mikro mineral menggunakan pengujian SEM dan pengujian kekuatan menggunakan uji tekan bebas. Hasil pengujian menunjukan penambahan CCR menurunkan specific gravity, plastisitas, berat volume kering maksimum dan kadar air optimum pada pengujian pemadatan. Untuk berbagai rasio CCR:FA, kekuatan maksimum diperoleh pada saat kadar air optimum. Perubahan kekuatan dibedakan menjadi tiga zona, yaitu zona aktif, inert dan detoerioration. Pada zona aktif, kekuatan meningkat dengan meningkatnya kandungan CCR untuk semua rasio CCR:FA. Penambahan FA (sebagai pengganti CCR) tidak meningkatkan kekuatan secara signifikan sebab penambahan Ca(OH)2 digunakan oleh material pozalan alami tanah untuk membentuk reaksi pozolanik. Zona aktif dapat ditentukan dengan metode CCR fixation point yang dapat diperoleh dengan pengujian indeks sederhana (pengujian indeks plastisitas). Pada penelitian ini digunakan kadar CCR 7%. FA sebagai pengganti CCR efektif pada kandungan CCR lebih besar dari kandungan CCR zona aktif, ketika material pozolan alami tidak mencukupi untuk bereaksi dengan Ca (OH)2. Kampala dan Harpibulsuk, 2013 meneliti sifat teknik dari lempung berlanau yang distabilisasi dengan limbah kapur karbit (CCR). Kadar CCR yang diperlukan untuk stabilisasi ditentukan dengan CCR fixation point. CCR fixation point menunjukan kapasitas lempung untuk menyerap ion Ca 2+ dan bereaksi dengan Ca(OH)2. Kadar air optimum digunakan untuk membuat campuran lempung berlanau dan CCR. Kadar air yang lebih kecil dari kadar air optimum tidak mencukupi untuk terjadinya reaksi pozolanik. Tanah yang distabilisasi dengan CCR memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan yang distabilisasi dengan kapur. Hal ini disebabkan karena CCR mengandung material pozolanik (SiO2, Al2O3, dan Fe2O3) sekitar 12,3%. Penggunaan CCR sebagai bahan tambah stabilisasi juga lebih baik ditinjau dari segi teknik, ekonomi, dan lingkungan.
3. METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Tanah yang digunakan berasal dari kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut sistem klasifikasi USCS termasuk tanah lempung plastisitas tinggi dengan simbol CH, dengan indeks plastisitas
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 70
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik
32,8%. Pengujian standard proctor didapatkan berat unit kering maksimum (maximum dry density MDD) 13,1 kN/m3 dan kadar air optimum (optimum moisture content OMC) 23,8%. Sifat Geoteknik tanah seperti Tabel 1.
Tabel 1. Sifat-sifat geoteknik tanah Parameter Berat Jenis Gs Ukuran butir tanah Pasir (19,05mm-75μm) Lanau (75-2μm) Lempung(<2μm) D50 Batas atterberg Batas cair (LL) Batas plastis Indeks plastisitas Klasifikasi USCS Pemadatan standard proctor MDD OMC Kuat tekan bebas Kuat geser (triaksial UU) Kohesi (c) Sudut gesek internal (Ø)
Nilai 2,59 14% 65% 21% 27μm 73% 40% 32% CH 13,1 kN/m3 28,3% 175,3 kPa 57,27 kg/cm2 14,55o
Abu sekam padi yang dgunakan merupakan sisa pembakaran sekam padi untuk bahan bakar pembuatan batu bata di daerah Gamping, Sleman, berwarna abu-abu, sebelum digunakan disaring dengan saringan nomor 200. Limbah kapur karbit (CCR) yang digunakan diperoleh dari sisa industri gas asetilena di Sedayu, Bantul. Sifat fisika dan kimia abu sekam padi (RHA) dan limbah kapur karbit (CCR) seperti Tabel 2. Sebelum digunakan CCR di keringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 40oC. Tabel 2. Sifat-sifat fisika dan komposisi kimia RHA dan CCR Komponen Sifat-sifat fisika Berat jenis Berat tertahansaringan 45-μm(%) Komponen kimia (%) Al2O3 CaO Fe2O3 MgO Na2O K2O SiO2 SO3
RHA
CCW
2,16 5,13
2,02 5,25
1,17 0,48 0,98 0,13 0,22 1,54 87,68 0,39
8,95 58,00 0,11 0,10 0,01 0,03 2,31 0,21
Kadar CCR yang diperlukan diperoleh dengan metode CCR fixation point, dengan melakukan pengujian indeks plastisitas, penentuan kadar CCR yang diperlukan ditentukan dimana penambahan kadar limbah karbit selanjutnya, indeks plastisitas tanah relatif tetap. Dari pengujian diperoleh hasil kadar limbah karbit sebesar 3% dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk di lapangan biasanya kadar limbah karbit yang dipakai ditambah 3 - 5%, sehingga digunakan kadar limbah karbit 8%. Dari 8% kadar CCR yang diperlukan, ditambahkan RHA dengan perbandingan terhadap CCR sebesar 30%, 50%, 70%. Sehingga komposisi campuran menjadi; 30CCR:70RHA, 50CCR:50RHA, dan 70CCR:30RHA.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
G - 71
Geoteknik
Indeks P lastisitas, P I (% )
40
30
20
10
0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
K a d a r K a rb it (% )
Gambar 1. Kadar CCR yang diperlukan dengan CCR fixation point
Pembuatan Benda Uji Benda uji triaksial dibuat berbentuk silinder dengan ukuran tinggi (L)=76 mm, diameter (D)=38 mm. Benda uji dicetak dengan kepadatan maksimum dan kadar air optimum yang sebelumnya telah didapat dari pengujian proctor standar. Untuk pengujian tarik belah digunakan benda uji dengan ukuran D=50 mm, dan L=100 mm. Komposisi campuran tanah, CCR, RHA seperti Tabel 3. Pengujian triaksial dan pengujian tarik belah dilakukan setelah benda uji umur 7 hari. Tabel 3. Rancangan campuran tanah, limbah karbit(CCR), abu sekam padi (RHA) Campuran benda uji Tanpa stabilisasi Tanah + semen Tanah +(30 CCR:70 RHA) Tanah + (50 CCR:50 RHA) Tanah + (70 CCR:30 RHA)
Tanah 100 92 73,4 84 88,6
Persen campuran (%) CC RHA Semen 0 0 0 0 0 8 8 18,6 0 8 8 0 8 3,4 0
Air 23,8 23,8 23,8 23,8 23,8
Pengujian Triaksial UU Tekanan sel (σ3) diberikan melalui tekanan air yang diberikan kedalam tabung sel triaksial. Tekanan sel yang diterapkan 1 kg/cm2, 2 kg/cm2, 3 kg/cm2, dan 4 kg/cm2. Tegangan deviator (∆σd) diberikan dengan cara menggerakan piston beban (beban aksial) hingga benda uji mengalami keruntuhan (∆σdf). Kecepatan pembebanan adalah 0,12 mm/menit. Tegangan deviator pada setiap interval deformasi atau regangan dihitung dengan persamaan (2). ∆σd=σ1-σ3=P/A.............................................................................................................................................................(2) Dengan A=luas penampang terkoreksi A=A0/(1-ε) dengan A0= luas penampang awal, ε=regangan aksial. Tegangan utama mayor (σ1f) dan minor (σ3f) pada saat keruntuan dihitung dengan persamaan (3) σ3f= σ3 σ1f= σ3f+∆σdf ................................................................................................................................................................(3) dengan, ∆σdf= adalah tegangan deviator saat keruntuhan.
Pengujian Tarik Belah Uji kuat tarik belah (split tensile test) digunakan untuk menentukan besarnya kuat tarik (tensile strength) dari benda uji silinder. Uji kuat tarik belah dilakukan setelah benda uji berumur 7 hari dengan mesin uji tekan bebas sesuai standar ASTM C496. Terlebih dahulu benda uji dipasang pada alat tekan dengan posisi horizontal. Plat tekan diatur sedemikian sehingga bersentuhan dengan benda uji atau plat tepat berada di sisi benda uji. Plat atas dan bawah diberikan landasan tipis supaya tekanan yang diberikan alat uji terbagi merata ke seluruh permukaan benda uji.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 72
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik
Setelah terpasang, jarum pembebanan serta 3 jarum penunjuk penurunan dipasang pada angka nol (satu jarum penurunan di pasang di bagian atas plat, dua jarum penurunan dipasang di sisi kiri dan kanan benda uji). Setelah mesin dihidupkan, pembacaan data dilakukan tiap 10 detik untuk masing-masing jarum penunjuk (jarum penunjuk pembebanan dan jarum penunjuk penurunan). Pengujian dihentikan setelah benda uji mengalami retak atau jarum penunjuk pembebanan mengalami penurunan. Pembebanan maksimum yang ditunjukkan jarum proving ring saat runtuh dan sesaat sebelum jarum penunjuk mengalami penurunan ditentukan sebagai Pmax yang kemudian dianalisis sehingga mendapatkan hasil uji kuat tarik belah. Menurut ASTM C496 nilai kuat tarik belah tersebut dihitung dengan menggunakan Persamaan (4) :
π
............................................................................................................................................................(4)
dengan : T Pmax L D
= kuat tarik (kPa), = pembebanan maksimum (N), = panjang rata-rata benda uji(mm), = diameter benda uji (mm)
Gambar 2. Mesin Penekan untuk Uji Tarik Belah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Triaksial Tabel 4 menampilkan ringkasan hasil pengujian triaksial UU. Dari Tabel 4 diperoleh bahwa tegangan deviatorik tertinggi dicapai pada campuran 50%CCR:50%RHA yaitu masing-masing 62,4 kg/cm2, 70,5 kg/cm2, 86,5 kg/cm2, 100,4 kg/cm2, untuk masing masing tegangan sel 1 kg/cm2, 2 kg/cm2, 3 kg/cm2, 4 kg/cm2. Tabel 4. Hasil Uji Triaksial UU Campuran 2
Tanah asli semen 70%CCR:30%RHA 50%CCR;50%RHA 30%CCR:70%RHA
1 kg/cm 34,68 11,72 43,4 62,4 46,4
∆σdf (kg/cm2) pada tekanan sel 2 kg/cm2 3 kg/cm2 29,48 33,4 14,53 24,91 51,1 61,3 70,5 86,5 57,5 71,0
Ø (deg)
c ( kg/cm2)
14,55 42,58 43,29 45,64 46,12
57,27 0,10 4,23 4,42 2,62
2
4 kg/cm 42,3 72,5 100,4 89,5
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
G - 73
Geoteknik
Secara umum dengan penambahan bahan stabilisasi, baik semen maupun campuran CCR dan RHA parameter kuat geser tanah yang berupa sudut gesek internal (Ø) meningkat dan kohesi menurun, hal ini disebabkan karena pada penambahan bahan stabilisasi terjadi proses pertukaran kation, flokulasi, dan reaksi pozolanisasi, yang membentuk unsur kimia baru (CSH dan CAH) sehingga membentuk material yang memiliki kekuatan yang lebih besar. Parameter kuat geser (kohesi dan sudut gesek internal) tanah yang distabilisasi dengan semen hampir sama dengan parameter kuat geser tanah yang distabilisasi dengan campuran CCR-RHA. Kombinasi rasio campuran CCR-RHA yang menghasilkan parameter kekuatan geser terbesar adalah 50%CCR:50%RHA, kemudian disusul campuran 30%CCR:70%RHA. Grafik selubung keruntuhan seperti dalam Gambar 3.
:E E
;E E
>,8,3 >,8,3 & &
>,8,3=0708 >,8,3 & &
>,8,3 & &
Gambar 3. Selubung keruntuhan dalam koordinat p-q Hasil Pengujian Tarik Belah Hasil pengujian tarik belah disajikan dalam Tabel 5. Rasio campuran yang menghasilkan kuat tarik belah tertinggi adalah 50%CCR:50%RHA, dengan nilai kuat tarik belah yang lebih besar dari pada kuat tarik belah tanah yang distabilisasi dengan semen. Peningkatan kuat tarik belah tanah yang distabilisasi dengan 50%CCR:50%RHA 2 kali lebih besar daripada tanah tanpa stabilisasi dan 84% lebih besar daripada tanah yang distabilisasi dengan semen. Pada campuran 70%CCR;30%RHA kuat tarik belah tanah yang distabilisasi dengan CCR-RHA lebih rendah daripada tanah-semen. Tabel 5. Hasil pengujian tarik belah Benda uji
Kuat tarik belah , (kPa)
Tanah asli Tanah + semen Tanah +(30CCR:70RHA) Tanah +(50CCR:50RHA) Tanah +(70CCR:30RHA)
41,21 68,17 72,51 153,50 46,33
Peningkatan dibanding tanah asli (%) 65% 76% 204% 12%
Peningkatan dibanding dengan semen (%) 6% 84% -32%
Dari hasil pengujian kuat geser dengan traksial UU maupun kuat tarik belah, terlihat kecenderungan yang sama, yaitu rasio CCR:RHA yang menghasilkan kekuatan maksimum diperoleh pada 50%CCR :50%RHA, kemudian campuran 30%CCR: 70%RHA.
KESIMPULAN a.
b.
Limbah kapur karbit (CCR) dan Abu sekam padi (RHA) dapat digunakan sebagai pengganti semen untuk bahan stabilisasi tanah, tanah yang distabilisasi dengan CCR dan RHA memiliki parameter kuat geser tanah yang hampir sama dengan tanah yang distabilisasi dengan semen, Rasio CCR:RHA yang menghasilkan parameter kuat geser tertinggi dari pengujian triaksial adalah 50%CCR:50%RHA, dengan nilai kohesi (c)=4,42 kg/cm2 dan sudut gesek internal =45,64o,
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
G - 74
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Geoteknik
c.
Dari hasil pengujian tarik belah diperoleh nilai kuat tarik belah maksimum 153,50 kPa untuk rasio campuran 50%CCR;50%RHA, lebih besar 2 kali lipat dibanding tanah tanpa stabilisasi, dan 84% lebih besar daripada stabilisasi tanah-semen.
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didanai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui skim Penelitian Hibah Bersaing tahun 2012. Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) atas pendanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Agus S.M, ST.,M.Eng, atas saran dan bantuannya, asisten peneliti Nur Jihad, dan Yeti Aisiyati, yang telah membantu dalam pengujian di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA ASTM International, 2003, Standard Test Method for Splitting Tensile Strength of Cylindrical Concrete Specimens, C496-96, Pensylvania, USA. Hardiyatmo, H.C., (2010). Stabilisasi Tanah Untuk Perkerasan Jalan. Gadjah Mada university Press, Yogyakarta. Horpibulsuk, S., Phetchuay, C., Chinkulkijniwat, A., (2012). “Soil Stabilization by Calsium Carbide Residu and Fly Ash”. Journal of materials in Civil Engineering @ASCE, Vol.24 No.2., 184-193. Jaturapitakkul, C., Roongreung, B., (2003).” Cementing Material from Calsium Carbide Residu-Rice Husk Ash”. Journal of materials in Civil Engineering @ASCE, Vol.15 No.5., 470-475. Kampala, A., Horpibulsuk, S., (2013).” Engineering Properties of Silty Clay Stabilized with Calcium Carbide Residue”. Journal of materials in Civil Engineering @ASCE, Vol.25 No.5., 632-644. Makaratat, N., Jaturapitakkul, C., Laosamathikul, T., (2010).,”Effect of Calsium Carbide Residue-Fly ash Binder on Mechanical Properties of Concrete”. Journal of materials in Civil Engineering @ASCE, Vol.22 No.11., 11641170. Somna, K., Jaturapitakkul, C., Kajivichyanukul, P., (2011)., “Microstructure of Calsium Carbide Residue-Ground Fly Ash Paste”., Journal of materials in Civil Engineering @ASCE, Vol.23 No.3., 298-304.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
G - 75