PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum L.)
NGATOIF A24062054
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
NGATOIF. Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan terhadap Produksi dan Mutu Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.). (Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO dan HERI HARTI) Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemotongan bunga jantan terhadap produksi buah pisang dan mengetahui waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan pisang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda IPB dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tanggal 2 Februari - 15 Agustus 2010. Bahan yang digunakan adalah tanaman pisang berumur tujuh bulan setelah tanam (BST) dan aquades. Penelitian menggunakan metode survey dan terdiri dari dua percobaan. Percobaan I yaitu pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe pendek. Percobaan II yaitu pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe tinggi. Perlakuan yang diterapkan yaitu kontrol (perlakuan tanpa pemotongan bunga jantan), P1 (pemotongan bunga jantan setelah 3 minggu setelah tanaman berbunga), P2 (pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga), P3 (pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga). Setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman pisang yang sudah keluar bunga dan buah. Peubah pengamatannya adalah pertambahan panjang tandan, lingkar tandan, panjang buah, lingkar buah, bobot panen, kekerasan buah, dan padatan terlarut total (PTT). Pada klon pisang tipe pendek, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan lingkar tandan bagian ujung dan panjang buah terutama bagian tengah tandan. Namun, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga menurunkan rataan panjang buah. pemotongan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh sebesar 48.21 % lebih besar dari kontrol. Pada peubah bobot panen tanpa tangkai, pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan tanpa tangkai sebesar 47.24 % dan bobot sisir tanpa tangkai sebesar 29.06 % lebih berat.
Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh sebesar 40.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 40.15 %. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga pada klon pisang tipe tinggi meningkatkan lingkar buah pangkal, ujung, dan rataan lingkar buah tandan. Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan rataan lingkar tandan dan bobot panen. Bobot tandan panen utuh meningkat 90.66 %, bobot sisir panen utuh meningkat 83.01 % lebih berat dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot tandan panen tanpa tangkai meningkat 99.88 %, bobot sisir tanpa tangkai meningkat 84.69 %, dan bobot buah tanpa tangkai 100 % lebih berat dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 75.36 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 77.34 %. Secara umum pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan panjang buah dan lingkar buah pada kedua klon tanaman pisang. Waktu pemotongan bunga jantan yang terbaik pada klon pisang tipe pendek adalah 3 minggu setelah tanaman berbunga. Sedangkan, waktu pemotongan bunga jantan yang terbaik pada klon pisang tipe tinggi adalah 4 minggu setelah tanaman berbunga.
PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NGATOIF A24062054
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN Judul : PEGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum L.) Nama : NGATOIF NIM : A24062054
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi NIP 19630923 198811 1 001
Heri Harti, SP, MSi NIP 19731105 200701 2 003
Mengetahui. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kebumen, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 23 Maret 1988. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Irsadi dan Ibu Ngaisah. Tahun 2000 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Wirogaten II, kemudian pada tahun 2003 menyelesaikan studi di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Mirit, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tahun 2006 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Prembun, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tahun 2006 penulis diterima sebagai Mahasiswa Institut Bogor melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya Pada tahun 2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif sebagai pengurus forum kajian islam ilmiah majelis ta’lim Al-Furqon IPB 2009 - 2010.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis memuji kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Skripsi tentang ‘Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan terhadap Produksi dan Mutu Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.)’ merupakan ide dari penulis sendiri. Penelitian ini dilakukan di UF (University Farm), Kebun Percobaan Pasir Kuda, Ciomas, Bogor, Jawa Barat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orangtua tercinta yang telah mendukung secara moriil dan materiil. 2. Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto, MSi selaku dosen pembimbing I dan Heri Harti, SP, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penulisan skripsi. 3. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. selaku dosen penguji. 4. Kepada pengelola kebun percobaan Pasir Kuda, Bogor (Bapak Baisuni dan pegawai kebun) yang telah membantu dalam penyiapan alat selama penelitian. 5. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Hera Amransyah yang telah mengajarkan pengolahan data statistik. 6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu kegiatan ini baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Semoga penelitian ini bermanfaat untuk petani buah pisang pada umumnya, penulis sendiri sebagai bagian dari civitas akademik, dan pihak yang lainnya. Bogor, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
x
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar belakang ................................................................................. Tujuan.............................................................................................. Hipotesis ..........................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Bunga dan Buah Pisang................................................................... Pemotongan Bunga Jantan pada Ujung Tandan Pisang ..................
3 3 5
BAHAN DAN METODE ........................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... Bahan dan Alat ................................................................................ Metode Penelitian ............................................................................ Pelaksanaan ..................................................................................... Pengamatan .....................................................................................
7 7 7 7 9 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... Kondisi Umum ................................................................................ Uji Kehomogenitasan Ragam.......................................................... Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Pendek ............ Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Tinggi .............
13 13 14 16 20
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan...................................................................................... Saran ................................................................................................
26 26 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
27
LAMPIRAN ................................................................................................
29
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Rekapitulasi Hasil Uji Barlett pada Semua Peubah Pengamatan ........
15
2.
Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP. .......................................
17
Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP .........................................................
18
Nilai Tengah Bobot Panen Pisang Utuh dan Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek ...................................
19
5.
Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek ..
20
6.
Nilai Tengah Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek .
20
7.
Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8MSP ..........................................
21
Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tinggi pada 8 MSP ..........................................................
23
Nilai Tengah Bobot Panen Utuh dan Bobot Panen Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Tinggi .............................................................
24
10. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi ...
24
11. Nilai Tengah Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut Total Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi...........................................
25
3. 4.
8. 9.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Bunga dan buah pada pisang................................................................
3
2.
Cara Pemotongan Tangkai yang Berisi Bunga Jantan Pisang .............
9
3.
Tanaman Pisang yang Berbunga (a) dan Munculnya Bunga Jantan (b). ........................................................................................................
10
Pengukuran Panjang Tandan (a), Lingkar Tandan (b), dan Lokasi Pengukuran Panjang Tandan dan Lingkar Tandan (c). ........................
11
Penimbangan Bobot Tandan (a) dan Bobot Sisir pada Waktu Panen (b). ........................................................................................................
11
6.
Pengukuran Kekerasan Buah Menggunakan Penetrometer .................
12
7.
Klon Tanaman Pisang Tipe Tinggi (Skala: 1 : 50). .............................
13
8.
Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP............................................
16
Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP............................................
18
10. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP .............................................
21
11. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP .............................................
22
4. 5.
9.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Perkembangan Panjang Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP ............................................................................
30
Perkembangan Lingkar Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP ............................................................................
30
Hasil Uji-T Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP ................................................
31
Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP.......................................................................................
31
Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP.......................................................................................
32
Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP .............................................................................
32
Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP .............................................................................
33
8.
Hasil Uji-t Bobot Panen Utuh pada Klon Pisang Tipe Pendek ...........
33
9.
Hasil Uji-t Bobot Tandan Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek ..................................................................................................
33
10. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek .......
33
11. Hasil Uji-t Kekerasan Buah dan Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek ..............................................................................
34
12. Perkembangan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP.......................................................................................
34
13. Perkembangan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP.......................................................................................
35
14. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP ..............................................................................
35
15. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP.......................................................................................
36
16. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP.......................................................................................
37
17. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP ..............................................................................
37
2. 3. 4. 5. 6. 7.
18. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP ..............................................................................
38
19. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Utuh pada Klon Pisang Tipe Tinggi .
38
20. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Tinggi...........................................................................................
38
21. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi ........
39
22. Hasil Uji-t Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Tinggi ....................................................
39
PENDAHULUAN
Latar belakang Pisang merupakan salah satu jenis buah yang penting di Indonesia dari segi produksi dan konsumsinya. Indonesia merupakan penghasil pisang ke-6 di dunia pada tahun 2008. Pisang termasuk komoditas nomor ke-7 dari seluruh komoditas yang diunggulkan Indonesia (FAO, 2010). Produksi pada tahun 2008 sebesar 6 004 615 ton dengan luas panen 107 791 ha. Negara tujuan ekspor pisang kavendis Indonesia adalah Perancis, Inggris, Mesir, dan Iran (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2011). Ekspor pisang Indonesia selama empat tahun meningkat yaitu pada tahun 2003 sebesar 244 652 ton, tahun 2004 sebesar 1 197 495 ton, tahun 2005 sebesar 3 647 027 ton, dan tahun 2006 sebesar 5 280 641 ton (BPS, 2011). Pisang mengandung vitamin A, B6, C dan serotonin (Samson, 1980). Kandungan lain adalah kalium ± 440 mg/buah yang berfungsi menyeimbangkan air, kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah, dan membantu mengirimkan oksigen ke otak (Wirakusumah, 2004). Serotonin adalah neurotransmiter yang berperan mengatasi depresi dan sulit tidur. Antioksidan yang terkandung pada buah pisang termasuk nomor dua setelah manggis dan buah naga (Someya et al., 2002). Budidaya pisang yang dilakukan oleh petani masih sederhana dan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut menyebabkan mutu pisang turun. Penurunan produksi salah satunya disebabkan oleh penerapan standar operasional produksi yang belum memadai. Odeke et al. (1999) menyatakan bahwa produksi pisang menurun disebabkan budidaya pisang yang buruk dan pisang dijual apa adanya. Teknik budidaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi mulai dari pemilihan bibit, pengaturan jarak tanam, pemupukan, penjarangan anakan, pemotongan bunga jantan, dan penutupan tandan. Salah satu teknik budidaya yang dapat meningkatkan produktivitas adalah pemotongan bunga jantan. Samson (1980) menyatakan bahwa pembuangan bunga jantan dapat meningkatkan buah dan bobot tandan hingga 2-5 %. Nakasone and Paul (1999) menyatakan bahwa bunga jantan pisang dipotong setelah tandan berkembang penuh. Pembuangan
2 satu atau beberapa sisir terakhir tandan bertujuan untuk meningkatkan ukuran buah. Harti et al. (2007) menjelaskan bahwa salah satu standar operasional produksi ialah pemotongan bunga jantan pisang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Pembuangan bunga jantan dapat meningkatkan bobot tandan dan peningkatan panjang buah (Daniells et al., 1994). Penelitian Kurien et al. (1999) menyatakan bahwa bunga jantan dan tangkai tandan dapat berkompetisi dengan sisir normal. Ujung tandan berisi sisir buah yang tidak berkembang dan belum berkembang. Sisir tersebut akan berkompetisi dengan sisir yang normal dan menghalangi perkembangan sisir normal. Namun, Baiyeri et al. (2010) menyatakan bahwa pemotongan bunga jantan setelah tiga minggu tidak akan meningkatkan hasil. Penelitian pemotongan bunga jantan pisang dan waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan pisang belum banyak diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Tujuan 1. Mempelajari pengaruh pemotongan bunga jantan terhadap produksi dan mutu buah pisang. 2. Mengetahui waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan. Hipotesis 1. Pemotongan bunga jantan berpengaruh terhadap produksi dan mutu buah pisang. 2. Semakin cepat waktu pemotongan bunga jantan dapat meningkatkan produksi dan mutu buah pisang.
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga dan Buah Pisang Bunga pisang keluar melalui bagian tengah batang semu dan menggantung di ujung pelepah batang pisang (Gambar 1a). Tipe pembungaan pisang berupa bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok. Kelompok bunga berbentuk padat dan mengerucut. Setiap sisir terbungkus oleh satu kelopak buah yang besar. Kelopak bunga berbentuk bulat telur, berujung lancip, dan berwarna kemerahmerahan. Kelompok bunga terdiri atas 2 baris bunga yang merapat. Kelopak bunga merekah setelah bunga berkembang dan akan rontok (Verheij dan Coronel, 1997).
Keterangan: a) pembungaan pisang, b) bunga jantan, c) bunga betina yang akan menjadi buah pisang, d) irisan melintang buah pisang, dan e) sisir buah (Sumber: Nakasone and Paul. 1995).
Gambar 1. Bunga dan buah pada pisang Tangkai tandan menyangga sisir buah dan dilanjutkan oleh sisir yang kosong yang tidak menjadi buah. Hal tersebut disebabkan pada pangkal tandan adalah bunga betina, bagian tengah adalah bunga sempurna, dan bagian ujung adalah bunga jantan. Bunga betina pisang mekar ditandai dengan membukanya daun bunga (kelopak bunga) pada tiap 1 – 2 hari sekali, selama 7 – 10 hari. Tahap selanjutnya yaitu bunga jantan mekar yang tidak dapat menjadi buah dan mekar ± 20 hari setelah keluar jantung (Puslitbang Hortikultura, 1989).
4 Bunga jantan panjangnya kira-kira 6 cm, benang sari berjumlah 5 utas, jarang berisi polen, dan putik semu yang kecil. Beberapa kultivar, bunga jantan dan kelopak bunga yang berhadapan berjatuhan (Gambar 1b). Ujung tangkai tandan diakhiri oleh satu titik tumbuh yang terus-menerus tumbuh. Bunga betina panjangnya 10 cm memiliki bakal buah yang di bawah tersusun atas tiga daun buah yang bersatu (Gambar 1c). Penampang melintangnya mendekati segitiga disangga oleh perhiasan bunga yang pendek tersusun aleh 5 segmen yang menyatu dan satu segmen terpisah. Semuanya berbentuk tabung di sekitar tangkai putik dan benangsari yang steril. Kepala putik bercuping tiga, benang sari semu 5 utas (Verheij dan Coronel, 1997). Bunga pisang berkembang mulai dari atas. Bunga di bagian tengah kadang-kadang terbentuk bunga netral. Setiap buku pembungaan terdiri 12-20 bunga dan biasanya 5 – 15 buku menghasilkan bunga betina. Daun bunga membuka satu helai per hari. Tangkai pembungaan terus memanjang hingga 50150 cm. Buah pisang matang pada daerah tropis berumur antara 85 – 110 hari setelah tanaman berbunga. (Nakasone and Paul, 1999). Gambar 1d adalah gambar buah pisang berupa buah buni, tidak berbiji, berukuran panjang (6.0 – 35.0) cm, diameter (2.5 - 5.0) cm, bengkok, berwarna hijau, kuning atau kemerah-merahan. Setiap kelompok buah pada satu buku yang disebut ‘sisir’ dan setiap buah disebut jari atau finger (Gambar 1e). Buah pisang bersifat partenokarpi. Bakal bijinya cepat mengerut sebelum terjadi pembuahan. Bakal biji yang abortif ini masih dapat dijumpai dengan bintik-bintik kecil berwarna cokelat dalam buah matang (Verheij dan Coronel, 1997). Robinson (1999) menyatakan bahwa dalam perkembangan buah pisang, percepatan pertambahan panjang buah pada umur 30 hari, setelah itu menurun, dan antara 30 – 85 hari pertumbuhan buah menjadi rata. Percepatan pembelahan sel terjadi 6 minggu sebelum berbunga dan 4 minggu setelah berbunga. Sedangkan antara 4 – 12 minggu setelah berbunga terjadi percepatan pemanjangan sel dan antara 12 – 15 minggu setelah berbunga terjadi pendewasaan buah.
5 Pemotongan Bunga Jantan pada Ujung Tandan Pisang Salah satu cara budidaya pisang yang dapat meningkatkan hasil panen adalah pemotongan bunga jantan pada ujung pembungaan. Bunga jantan pisang dipotong setelah dua sisir terakhir keluar. Satu atau dua sisir terakhir dipotong untuk memperpanjang buah yang tidak dipotong (Verheij dan Coronel, 1997). Simmonds (1965) menyatakan bahwa bunga jantan dibuang pada budidaya pisang. Tujuan pembuangan bunga jantan adalah untuk perkembangan buah. Pemotongan bunga jantan dilakukan pada awal perkembangan buah yaitu dua sampai empat minggu setelah bunga keluar. Beberapa bobot tandan yang dilakukan pemotongan bunga jantan memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan bobot tandan yang tidak dipotong bunga jantanya. Samson (1980) menyatakan bahwa pembuangan bunga jantan dapat menaikkan berat tandan hingga 2-5%. Robinson (1996) menyatakan bahwa bunga jantan dipotong dengan sisir pertama yang dekat dengan bunga jantan. Jarak pemotongan antara sisir akhir dan bagian yang dipotong kira-kira 15 cm. Bunga jantan juga bersaing dalam pemakaian nutrisi yang seharusnya untuk disimpan di bakal buah. Kelompok bunga jantan dibuang setelah tandan berkembang penuh. Pembuangan satu atau beberapa sisir terakhir pada dasar tandan bertujuan untuk meningkatkan ukuran buah dan mengurangi kompetisi antar sisir (Nakasone and Paul, 1999). Pengaruh pembuangan bunga jantan pada pisang lacatan (pisang barangan) dapat mengurangi periode perkembangan buah sampai 2 minggu. Pemotongan tersebut juga meningkatkan bobot tandan. Pembuangan bunga jantan setelah 20 hari setelah antesis akan mengurangi waktu pemanenan 2 % dan meningkatkan berat buah 3 % pada pisang Gros Michel (Wardlan, 1972) . Monselise (1986) menyatakan bahwa pemeliharaan lima sisir dalam satu tandan meningkatkan bobot tandan. Penyisihan 11 sisir dalam satu tandan meningkatkan berat tandan sampai 9 %. Terkadang tidak hanya bunga jantan saja, tetapi satu atau dua sisir terakhir yang berada pada ujung tandan. Kurien et al. (1999) menyatakan bahwa kumpulan bunga jantan dan ujung tangkai tandan dapat berkompetisi dengan bakal buah. Ujung tandan berisi sisir yang tidak berkembang
6 dan sisir belum berkembang. Sisir tersebut akan berkompetisi dengan sisir yang normal. Pemotongan bunga jantan pisang berpengaruh nyata terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan sebagian bobot buah (Daniells et al. 1994). Pembuangan bunga jantan dapat meningkatkan bobot tandan dan juga peningkatan panjang buah. Penyisihan sisir pada tandan pisang meningkatkan ukuran buah, berat buah, dan berat buah (Werasinghe dan Rowanpathirana, 2004). Pemotongan bunga jantan meningkatkan ukuran buah, indeks pengisian tandan, proporsi buah dapat dimakan, bobot kering, dan bobot sisir kesatu sampai sisir keenam (Baiyieri et al. 2010).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian ini dilaksanakan selama enam setengah bulan mulai dari tanggal 2 Februari – 15 Agustus 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu tanaman pisang berumur tujuh bulan setelah tanam (BST) dan akuades. Alat yang digunakan adalah timbangan, meteran kain, pisau, tangga, gergaji, gerobak, alat tulis, dan alat analisis buah. Alat analisis buah yaitu penetrometer “Setametric Controller MK VI” untuk mengukur kekerasan buah dengan beban 50 gram, selama 5 detik. Alat analisis buah yang lain adalah hand refraktometer ‘Atago’ dengan skala 0-32 obriks untuk mengukur kandungan padatan terlarut total yang berupa sukrosa. Metode Penelitian Percobaan I Pemotongan Bunga Jantan pada Pisang Ambon Tipe Pendek Penentuan perlakuan dilakukan setelah mengamati pola pembungaan bunga betina dan bunga jantan pisang. Bunga betina muncul setelah 7 – 10 hari setelah jantung keluar. Sedangkan bunga jantan muncul ± 15 – 20 hari. Percobaan I menggunakan klon tanaman pisang tipe pendek yang tingginya 2.5 meter. Perlakuan waktu pemotongan ujung tandan buah yaitu kontrol (tanpa pemotongan), P1 (pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga). P2 (pemotongan bunga jantan setelah 4 minggu setelah tanaman berbunga), dan P3 (pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga). Sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebanyak satu tandan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman yang sudah keluar bunga dan buah dan dipilih acak setiap pertanaman.
8 Percobaan II Pemotongan Bunga Jantan pada Pisang Ambon Tipe Tinggi Percobaan II sama dengan percobaan pertama, hanya berbeda pada tanaman pisang yang digunakan. Tanaman pada percobaan II adalah klon pisang tipe tinggi yang tingginya 4.5 meter. Semua tandan yang diamati dalam dua percobaan tersebut adalah 24 tandan. Pengaruh perlakuan dalam percobaam dibandingkan dengan kontrol dengan uji-t. Formulasi uji-t student adalah sebagai berikut. T
=
Keterangan : ,
= nilai tengah populasi satu dan dua
,
= jumlah populasi satu dan dua = simpangan baku gabungan
,
= ragam populasi satu dua Nilai berbeda nyata apabila T
apabila T
T
,T
T
dan tidak berbeda nyata
diperoleh dari sebaran nilai t pada taraf (α) 5 %,
jika berbeda nyata maka akan diuji lagi dengan taraf 1 %. Nilai berbeda nyata juga dapat diperoleh dengan membandingkan α perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Jika hasil α perlakuan < α kontrol, maka nilai tengah perlakuan berbeda nyata dengan nilai tengah kontrol (Walpole, 1995) Analisis data yang digunakan adalah uji kehomogenan ragam atau uji Barlett dengan software Minitab 15, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ragam suatu peubah yang diamati. Output yang dihasilkan dari pengujian berupa berupa dua nilai p-value. P-value > α maka dapat disimpulkan bahwa ragamnya homogen. Sebaliknya jika p-value < α maka dapat disimpulkan ragamnya tidak sama. Peubah yang ragamnya sama digabung dan diuji dengan uji-t pada selang 5 % menggunakan SPSS 16, jika berbeda nyata setelah diuji pada selang 5 % kemudian diuji dengan selang 1 %. Jika t-hitung > t-tabel maka terima h1 dan tolak h0, berati nilai tengah peubah berbeda nyata setelah diuji dengan t student.
9 Pelaksanaan Pemotongan Bunga Jantan Pemotongan bunga jantan pisang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Sebelum pemotongan, dilakukan survey terhadap pertanaman pisang yang siap untuk dipotong bunga jantannya. Pemotongan dilakukan dengan dengan pisau dari arah kanan pada 15 – 20 cm dari sisir buah yang terakhir (Gambar 2). Cara pemotongan dengan arah miring dengan tangkai tandan, kira-kira 45o dari arah horizontal.
Gambar 2. Cara Pemotongan Tangkai yang Berisi Bunga Jantan Pisang Pemanenan Tandan Buah Pemanenan dilakukan ± 98 - 110 hari setelah berbunga atau dengan melihat daun terakhir sudah kering. Pemanenan dilakukan pada pukul 07.00 10.00 WIB. Penebangan dilakukan dengan memotong separuh batang bagian kanan dan kiri setinggi 2/3 dari tinggi tanaman pisang. Tahap selanjutnya yaitu pemotongan tandan buah terletak di atas buku tandan yang berjarak sekitar 30 cm dari sisir pertama. Tahap selanjutnya yaitu pembalikan tandan tangkai di bawah agar getah tidak menetes ke buah. Pengumpulan hasil dilakukan dengan cara meletakkan posisi tandan pisang tegak lurus (posisi tangkai buah menghadap ke bawah). Kegiatan panen yang terakhir adalah penimbangan bobot produksi buah pisang. Pemisahan sisir pisang dari tangkainya dilakukan dengan pisau. Tahap selanjutnya adalah penimbangan sisir buah dan penimbangan bobot buah setiap sisir.
10 Pengamatan Sebelum Pemotongan Pengamatan sebelum pemotongan bunga jantan yaitu pencatatan tanggal berbunga dan waktu munculnya bunga jantan dilakukan pada seluruh pertanaman pisang.
Tanggal berbunga pisang diamati hampir setiap hari untuk mendapatkan data banyaknya tanaman yang berbunga. Munculnya bunga jantan diamati dengan melihat bunga jantan yang berguguran di permukaan tanah atau dengan melihat pada ujung tangkai tandan (Gambar 3).
a
b
Gambar 3. Tanaman Pisang yang Berbunga (a) dan Munculnya Bunga Jantan (b). Setelah Pemotongan Setelah pemotongan dilakukan pengamatan terhadap pertambahan ukuran tandan dan buah. Parameter ukuran tandan yang dimati adalah panjang tandan dan lingkar tandan. Sedangkan ukuran buah yaitu panjang buah dan lingkar buah. Data pertambahan diperoleh dari ukuran setelah pemotongan dikurangi ukuran sebelum dilakukan pemotongan. Pengukuran menggunakan meteran kain. Peubah pengamatan yang diamati adalah: 1. Pertambahan Ukuran Tandan Panjang tandan dan lingkar tandan diamati setiap dua minggu setelah pemotongan bunga jantan. Panjang tandan diukur dari bagian di atas sisir pertama sampai di bawah sisir terakhir. Lingkar tandan diukur dengan melingkarkan meteran kain pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan. 2. Pertambahan Ukuran Buah Panjang buah dan lingkar buah diamati setiap dua minggu setelah
11 pemotongan bunga jantan. Panjang buah diukur dari ujung buah sampai pangkal yang melekat pada tangkai pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan. Lingkar buah diukur dengan melingkarkan meteran kain pada salah satu buah pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan (Gambar 4).
a
b
c
Sumber: Lassois et al., 2010
Gambar 4. Pengukuran Panjang Tandan (a), Lingkar Tandan (b), dan Lokasi Pengukuran Panjang Tandan dan Lingkar Tandan (c). Pengamatan Panen Pengamatan panen dilakukan untuk mengetahui bobot dari masing-masing perlakuan. Pengamatan bobot panen utuh dan bobot panen tanpa tangkai menggunakan timbangan (Gambar 5). Peubah pengamatan yang diamati adalah: 1. Bobot Panen Utuh Bobot panen utuh diperoleh dari penimbangan setelah panen terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan bobot buah. 2. Bobot Panen Tanpa Tangkai Bobot panen tanpa tangkai diperoleh dari bobot tandan utuh setelah dibuang tangkai tandannya terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan bobot buah.
a
b
Gambar 5. Penimbangan Bobot Tandan (a) dan Bobot Sisir pada Waktu Panen (b).
12 3. Bobot sisir ekonomis Bobot sisir ekonomis adalah bobot sisir buah yang layak dijual karena mutu buah lebih baik dari pada bobot yang terserang penyakit burik. Bobor sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan yang layak dijual.
Pengamatan Pascapanen Pengukuran pascapanen dilakukan untuk mengetahui peubah mutu buah pisang setelah panen. Buah pisang matang diamati setelah didiamkan selama satu minggu. Peubah pengamatan yang diamati setelah panen yaitu: 1) Kekerasan buah dan kulit. Pengukuran kekerasan buah dilakukan dengan penetrometer (Gambar 6). Penetrometer bekerja berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap buah pisang. Penempatan jarum diarahkan pada bagian pagkal, tengah, dan ujung buah. Penetrasi dilakukan selama 5 detik dengan beban 50 gram. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan sebagai tingkat kekerasan buah (mm/50gram/5detik ).
Gambar 6. Pengukuran Kekerasan Buah Menggunakan Penetrometer 2) Padatan terlarut total. Pengukuran dengan menghancurkan buah dengan mortar sampai halus kemudian disaring dengan kain kasa. Air yang tersaring diteteskan pada refraktometer. Cara membacanya dengan menerawang refraktometer yang diarahkan kearah cahaya, data hasil pengukuran berupa dalam skala obriks.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Pasir Kuda, Ciomas, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 260 meter di atas permukaan laut. Waktu penelitian mulai tanggal 2 Februari sampai 15 Agustus 2010. Suhu harian kebun berkisar antara 22.7 - 31.7 oC. Luas lahan klon pisang tipe pendek yaitu seluas 700 m2 dan luas lahan klon pisang tipe tinggi seluas 260 m2 dengan tipe tanah liat berdebu. Jarak tanam yang dipakai yaitu 2.5 x 3.0 meter. Bahan tanaman yang digunakan adalah pisang hasil mutasi tahap keempat. Tanaman klon pisang tipe pendek berasal dari tunas dan klon pisang tipe tinggi berupa anakan. Tanaman klon pisang tipe pendek berumur tujuh bulan, sedangkan tanaman klon pisang tipe tinggi berumur 15 bulan. Rata-rata tinggi tanaman klon pisang tipe pendek yaitu 2.5 meter dan rata-rata tinggi tanaman klon pisang tipe tinggi yaitu 4.5 meter.
Gambar 7. Klon Tanaman Pisang Tipe Tinggi (Skala: 1 : 50). Sistem budidaya pertanian yang digunakan di kebun percobaan Pasir Kuda sudah baik. Pemeliharaan tanaman terjadwal setiap bulan. Pemangkasan daun menggunakan pisau bergalah hampir setiap dua bulan sekali dan daun disisihkan 6 helai setiap tanaman. Pengendalian gulma dilakukan oleh petugas secara mekanis yaitu dengan mesin pemotong rumput setiap bulan sekali. Tanaman pisang ditanam pada tanggal 11 juli 2009 dan mulai berbunga sekitar tujuh bulan setelah tanam (BST). Pertanaman pisang mulai serempak berbunga yaitu sekitar 9 BST.
14 Tanaman
pisang
berbunga
ditandai
dengan
munculnya
kuncup
pembungaan yang berada di ujung batang semu (pseudostem) dan dilindungi oleh daun bendera. Setelah 2 – 3 hari bunga keluar, struktur pembungaan membesar dan daun bendera akan terrbuka. Setelah 4 – 6 hari setelah berbunga, struktur pembungaan melengkung ke bawah karena menyangga sisir yang akan menjadi buah. Tahap selanjutnya yaitu mekarnya bunga betina pisang yang akan menjadi buah setelah 7 – 8 hari setelah berbunga. Pemekaran bunga betina pada klon pisang ambon yaitu antara 1 – 2 sisir bunga betina setiap harinya. Jumlah bunga betina yang mekar berbeda – beda setiap tanaman. Rata – rata 7 – 8 sisir buah betina yang muncul pada pertanaman. Bunga jantan keluar setelah bunga betina keluar dan terletak di ujung tangkai tandan. Bunga jantan keluar sekitar 15 hari setelah susunan pembungaan keluar. Penentuan waktu panen dengan menghitung hari setelah tanaman berbunga yaitu antara 85 – 110 hari dan dengan melihat daun bendera dan daun terakhir sudah kering. Umur panen pada pertanaman klon pisang tipe pendek adalah 14 minggu setelah berbunga atau 98 hari setelah tanaman berbunga. Sedangkan umur panen klon pisang tipe pendek rata – rata 15 minggu setelah tanaman berbunga atau sekitar 105 hari setelah tanaman berbunga. Penentuan waktu panen yang lain yaitu dengan melihat bentuk buah pisang yang sudah berubah atau bentuk buah tidak berlingir. Kondisi sisir buah pada semua hasil panen terserang penyakit burik pisang, sehingga hasil panen dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu bobot sisir buah pada setiap tandan. Kelompok kedua yaitu bobot sisir buah ekonomis. Bobot sisir ekonomis adalah bobot sisir buah yang layak dijual karena mutu buah lebih baik dari pada bobot yang terserang penyakit burik. Bobor sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan yang layak dijual. Uji Kehomogenitasan Ragam Uji kehomogenan ragam menggunakan uji Barlett pada taraf 5 %, jika berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut pada taraf 1 %. Data homogen jika pvalue lebih kecil dari taraf kepercayaan. Selang kepercayaan yang dibandingkan yaitu jika 5 % maka nilai p-value yang tidak homogen adalah p-value < 0.05.
15 sedangkan selang kepercayaan 1 % maka nilai p-value yang tidak homogen adalah p-value < 0.01. Hasil uji Barlett menunjukkan bahwa peubah kekerasan buah pada klon pisang tipe pendek tidak homogen ragamnya. Sedangkan hasil uji Barlett pada klon pisang tipe tinggi menunjukkan bahwa bobot buah, kekerasan buah pangkal, kekerasan buah ujung, dan rataan kekerasan buah tidak homogen. Rekapitulasi hasil uji Barlett pada semua peubah pengamatan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Barlett pada Semua Peubah Pengamatan No
Peubah Pengamatan
p-value Klon pendek Klon tinggi
Pertambahan Ukuran Tandan dan Buah Pisang Panjang tandan (cm) 0.215 0.263 Lingkar tandan pangkal (cm) 0.469 0.246 Lingkar tandan tengah (cm) 0.664 0.071 Lingkar tandan ujung (cm) 0.387 0.593 Rataan lingkar tandan (cm) 0.853 0.675 Panjang buah pangkal (cm) 0.619 0.523 Panjang buah tengah (cm) 0.311 0.595 Panjang buah ujung (cm) 0.574 0.672 Rataan panjang buah (cm) 0.391 0.072 Lingkar buah pangkal (cm) 0.325 0.262 Lingkar buah tengah (cm) 0.612 0.983 Lingkar buah ujung (cm) 0.63 0.579 Rataan lingkar buah (cm) 0.843 0.784 Bobot Panen Pisang 14 Bobot tandan (kg) 0.585 0.571 15 Bobot tandan tanpa tangkai (kg) 0.627 0.482 16 Bobot sisir (kg) 0.847 0.284 17 Bobot sisir tanpa tangkai (kg) 0.829 0.958 18 Bobot buah (kg) 0.231 0.028* 19 Bobot buah tanpa tangkai (kg) 0.173 0.323 20 Bobot sisir ekonomis (kg) 0.339 0.553 21 Bobot sisir ekonomis tanpa tangkai (kg) 0.363 0.179 Pascapanen Buah Pisang 22 Kekerasan buah pangkal (mm/50gram/5detik ) 0.023* 0.035* 23 Kekerasan buah tengah (mm/50gram/5detik ) 0.048* 0.07 24 Kekerasan buah ujung (mm/50gram/5detik ) 0.007** 0.005** 25 Rataan kekerasan buah (mm/50gram/5detik ) 0.019* 0.019* 0.331 0.164 26 Padatan Terlarut Total buah pangkal (obriks) 0.869 0.317 27 Padatan Terlarut Total buah tengah (obriks) 0.812 0.508 28 Padatan Terlarut Total buah ujung (obriks) 0.696 0.316 29 Rataan Padatan Terlarut Total buah (obriks) Keterangan: *) menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji Barlett pada taraf 5 %. **) menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata pada uji Barlett pada taraf 1% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
16 Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Pendek Pertambahan Ukuran Tandan Panjang tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan selama pertumbuhan (Lampiran 1). Pemotongan bunga jantan satu minggu setelah keluar memiliki rata-rata panjang tandan paling tinggi dari pada kontrol pada 2 MSP, 4 MSP, dan 8 MSP. Panjang tandan kontrol memiliki rata-rata pertambahan panjang tandan yang paling kecil pada 4 MSP – 8 MSP (Gambar 8 a). Lingkar
tandan
terus
mengalami
peningkatan
ukurannya
selama
pertumbuhan (Lampiran 2). Pemotongan bunga jantan tiga minggu setelah keluar memilki rata-rata pertambahan lingkar tandan yang paling tinggi pada 2 MSP dan 4 MSP dibandingkan dengan semua perlakuan. Namun, pada 8 MSP semua perlakuan memiliki rata – rata pertambahan lingkar tandan yang hampir sama (Gambar 8 b). (a)
2
Lingkar Tandan (cm)
Panjang Tandan (cm)
2.5
1.5 1 0.5 0 0
II
IV
VI
MSP Periode Pengamatan
VIII
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
(b) Kontrol P1 P2 P3 0
II
IV
VI
VIII
MSP Periode Pengamatan
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 8. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan panjang tandan kontrol. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan lingkar tandan bagian tengah (18.33 cm) dan ujung tandan (15.50 cm) dibandingkan kontrol masing – masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap lingkar tandan dibandingkan
17 dengan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 3), nilai tengah pertambahan panjang tandan dan lingkar tandan pada 8 MSP disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP. Lingkar Tandan (cm) Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol 0.17 19.17 15.33 3.50 12.67 P1 1.33 26.67 20.17 18.33* 15.50* P2 1.33 21.33 12.67 9.33 14.45 P3 1.67 22.50 16.00 9.83 16.11 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP= Minggu Setelah Pemotongan. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. Perlakuan
Panjang Tandan (cm)
Pertambahan Ukuran Buah Panjang
buah
terus
mengalami
peningkatan
ukurannya
selama
pertumbuhan (Lampiran 4). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan panjang buah dari 2 MSP – 8 MSP dari perlakuan lain. Sedangkan pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memilki panjang buah yang cenderung sama dengan kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang buah yang lebih rendah dari pada kontrol (Gambar 9a). Lingkar
buah
terus
mengalami
peningkatan
ukurannya
selama
pertumbuhan (Lampiran 5). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar buah yang lebih tinggi dibandingkan dengan semua perlakuan. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar buah yang cenderung sama dengan kontrol (Gambar 9b). Grafik menunjukkan bahwa pertambahan panjang buah paling besar terjadi pada 2 MSP dibandingkan dengan yang lain. Robinson (1999) menyatakan bahwa percepatan pertambahan panjang buah pada umur 30 hari, setelah itu menurun, dan antara 30 – 85 hari pertumbuhan buah menjadi rata. Percepatan pembelahan sel terjadi 6 minggu sebelum berbunga dan 4 minggu setelah berbunga. Sedangkan 4 – 12 minggu setelah berbunga terjadi percepatan pemanjangan sel. Pada 12 – 15 minggu setelah berbunga terjadi pendewasaan buah.
18 3
(a)
Lingkar Buah (cm)
Panjang Buah (cm)
5 4 3 2 1 0
(b)
2.5 2 1.5
Kontrol
1
P1
0.5
P2
0 0
II
IV
VI VIII
MSP Periode Pengamatan
0
II
IV
VI VIII
P3
MSP Periode Pengamatan
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 9. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP Pemotongan bunga jantan 3 minggu tanaman berbunga meningkatkan rataan panjang buah (4.80 cm) terutama bagian tengah buah (5.30 cm) dibandingkan dengan kontrol masing - masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan panjang buah kontrol. Sebaliknya, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga menurunkan rataan panjang buah (2.30 cm) dibandingkan dengan kontrol (3.19 cm). Pada parameter lingkar tandan, pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan lingkar buah kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 6 dan Lampiran 7), nilai tengah panjang buah pada klon pisang tipe pendek 8 MSP disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP Panjang Buah (cm) Lingkar Buah (cm) Pangkal Tengah Ujung Rataan Tengah Ujung Rataan Kontrol 3.57 3.13 2.46 3.19 2.53 1.84 2.43 P1 5.20 2.97 3.28 2.46 3.28 5.30* 4.80* P2 3.67 3.33 2.53 3.21 2.92 1.96 2.78 P3 2.64 2.37 0.99 2.49 1.33 2.82 2.35* Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.*) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. Perlakuan
19 Bobot Panen Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh (12.45 kg) sebesar 48.21 % lebih tinggi dari pada kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan saat 4 dan 5 minggu tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 8), nilai tengah bobot panen utuh klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 4. Bobot panen tanpa tangkai diperoleh dari penimbangan bobot panen utuh dari lapang dikurangi dengan bobot tangkai tandan. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan (11.94 kg) sebesar 47.22 % dan bobot sisir tanpa tangkai (1.51 kg) sebesar sebesar 29.06 % lebih tinggi dari pada kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan dua dan tiga minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan tanpa tangkai dan bobot sisir tanpa tangkai kontrol. Berdasarkan uji-t (Lampiran 9), nilai tengah bobot panen pisang tanpa tangkai disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Tengah Bobot Panen Pisang Utuh dan Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek Bobot Panen Utuh (Kg) Bobot Panen Tanpa Tangkai (Kg) Tandan Sisir Buah Tandan Sisir Buah Kontrol 8.4 1.24 0.09 8.11 1.17 0.08 P1 1.56 0.15 0.15 12.45* 11.94* 1.51* P2 11.14 1.37 0.11 10.6 1.3 0.1 P3 9.4 1.29 0.09 9.17 1.24 0.09 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. Perlakuan
Bobot Sisir Ekonomis Bobot sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir ekonomis utuh (1.96 kg) sebesar 41.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai (1.85 kg) sebesar 40.15 % lebih tinggi dibandingkan kontrol masing – masing. Sedangkan pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol. Berdasarkan uji-t (Lampiran 10), nilai tengah bobot sisir ekonomis pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 5.
20 Tabel 5. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan
Utuh
Bobot Sisir Ekonomis (kg) Tanpa Tangkai
1.39 1.32 Kontrol 1.96* 1.85* P1 1.71 1.62 P2 1.55 1.49 P3 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Peubah Pascapanen Semakin matang buah maka padatan terlarut total (PTT) semakin tinggi. Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan padatan terlarut total bagian ujung buah (27.01 obriks) dibandingkan kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan 3 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap padatan terlarut total kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 11), nilai tengah padatan terlarut total pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Tengah Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek Padatan Terlarut Total (oBriks) Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol 24.72 23.59 23.19 23.83 P1 23.81 22.62 25.07 23.83 P2 24.76 24.96 25.56 27.01* P3 24.29 22.98 23.70 23.66 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. Perlakuan
Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Tinggi Pertambahan Ukuran Tandan Panjang tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukurannya (Lampiran 12). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan dari 2
MSP – 8 MSP. Namun, pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan yang lebih rendah dari kontrol (Gambar 10a).
21 Lingkar tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukurannya (Lampiran 13). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan dari 2
MSP - 8 MSP. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga
7 6 5 4 3 2 1 0
(a)
0
II
IV
Lingkar Tandan (cm)
Panjang Tandan (cm)
memiliki lingkar tandan yang hampir sama dengan kontrol (Gambar 10b).
VI
VIII
MSP Peride Pengamatan
25
(b)
20 15
Kontrol
10
P1
5
P2
0 0
II
IV
VI VIII
P3
MSP Periode Pengamatan
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 10. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan panjang tandan kontrol. Pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan rataan lingkar tandan. Namun, pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan lingkar tandan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 14), nilai tengah pertambahan lingkar tandan pada klon pisang tipe tinggi pada 8 MSP disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8MSP Lingkar Tandan (cm) Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol 2.33 12.33 8.33 7.17 9.28 P1 1.67 15.83 19.33 10.33 15.17 P2 6.00 26.00 22.50 15.67 21.39** P3 3.67 16.67 15.67 12.00 14.78* Keterangan: Kontrol= Tanpa pemotongan, P1= Pemotongan setelah 3 minggu, P2= Pemotongan setelah 4 minggu, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu.*) berbeda nyata pada ujit pada taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1%. Peubah
Panjang Tandan (cm)
22 Pertambahan Ukuran Buah Panjang buah pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukuran tandannya (Lampiran 15). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan mulai dari 2 MSP – 8 MSP. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga memilki panjang buah lebih kecil dari kontrol (Gambar 11a). Lingkar buah semua perlakuan terus mengalami peningkatan selama pertumbuhannya (Lampiran 16). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar buah lebih tinggi dari pada semua perlakuan mulai dari 2 MSP – 8 MSP. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang buah cenderung sama dengan kontrol
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
(a) Lingkar Buah (cm)
Panjang Buah (cm)
(Gambar 11b).
0
II
IV
VI VIII
MSP Periode Pengamatan
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
(b)
Kontrol P1 P2 P3 0
II
IV
VI
VIII
MSP Periode Pengamatan
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 11. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berdeda nyata dibandingkan dengan panjang buah kontrol. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan lingkar buah (3.08 cm) terutama bagian pangkal (3.24 cm) dan tengah (3.03 cm) dibandingkan kontrol masing – masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan lingkar buah
23 kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 17 dan Lampiran 18), nilai tengah pertambahan lingkar buah pada klon pisang tipe tinggi pada 8 MSP disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tinggi pada 8 MSP Panjang Buah (cm) Lingkar Buah (cm) Pangkal Tengah Ujung Rataan Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol 2.57 2.60 1.76 2.50 2.19 2.02 1.45 2.04 P1 4.27 3.62 4.02 3.99 2.63 3.24* 3.03* 3.08* P2 2.30 1.72 1.80 1.97 2.31 2.14 2.02 2.16 P3 2.07 1.70 1.08 1.67 1.84 1.78 1.81 1.90 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Perlakuan
Bobot Panen Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh (12.23 kg, 17.35 kg, dan 14.53 kg) sebesar 34.40 %, 90.50 %, dan 59.67 % lebih berat dibandingkan dengan kontrol (9.10 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir panen utuh (1.46 kg, 1.94 kg, dan 1.76 kg) sebesar 37.73 %, 83.02 %, dan 66.04 %% lebih besar dibandingkan kontrol (1.06 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan tanpa tangkai (11.87 kg, 17.17 kg, dan 14.11 kg) sebesar 38.18 %, 99.88 %, dan 64.26 % lebih besar dibandingkan dengan kontrol (8.59 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir tanpa tangkai (1.37 kg, 1.81 kg, dan 1.55 kg) sebesar 39.8 %, 84.69 %, dan 58.16 % lebih besar dibandingkan dengan kontrol (0.98 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot buah panen tanpa tangkai (0.08 kg, 0.12 kg, dan 0.10 kg) sebesar 33.33 %, 100 %, dan 66.67 % lebih besar dibandingkan dengan kontrol (0.06 kg). Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 19 dan 20), nilai tengah bobot panen utuh dan bobot panen tanpa tangkai pada klon pisang tipe tinggi disajikan pada Tabel 9.
24 Tabel 9. Nilai Tengah Bobot Panen Utuh dan Bobot Panen Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Tinggi Bobot Panen Utuh (Kg) Bobot Panen Tanpa Tangkai (Kg) Tandan Sisir Tandan Sisir Buah Kontrol 9.1 1.06 8.59 0.98 0.06 P1 12.23* 1.46** 11.87* 1.37** 0.08** P2 17.35** 1.94** 17.17** 1.81** 0.12** P3 14.53** 1.76** 14.11* 1.55** 0.10** Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1%. Perlakuan
Bobot Sisir Ekonomis Bobot sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan karena sisir tersebut layak dijual. Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir ekonomis utuh (1.86 kg, 2.42 kg, dan 2.08 kg) sebesar 34.78 %, 75.36 %, dan 50.72 % lebih besar dibandingkan dengan kontrol (1.38 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir tanpa tangkai (1.74 kg, 2.27 kg, dan 1.76 kg) sebesar 35.94 %, 77.34 %, dan 37.50 % lebih besar dibandingkan kontrol (1.28 kg). Berdasarkan uji-t (Lampiran 21), nilai tengah bobot sisir ekonomis pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi Perlakuan
Utuh
Bobot Sisir Ekonomis (kg) Tanpa Tangkai
Kontrol 1.38 1.28 P1 1.86** 1.74** P2 2.42** 2.27** P3 2.08* 1.76** Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1%.
Peubah Pascapanen Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap kekerasan buah bagian tengah dan padatan terlarut total kontrol. Pemotongan bunga jantan dan penyemprotan GA3 (asam giberelin)
25 tidak berpengaruh terhadap padatan terlarut total (Ebeed et al., 2008). Berdasarkan uji-t (Lampiran 22), nilai tengah kekerasan buah bagian tengah dan padatan terlarut total buah disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Tengah Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut Total Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi Kekerasan buah (mm/50g/5detik) Padatan Terlarut Total (oBriks) Tengah Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol 70.11 30.64 30.80 30.83 30.76 P1 66.26 31.34 31.60 31.37 31.44 P2 61.78 29.89 29.79 29.23 29.64 P3 55.56 30.20 29.71 29.53 29.82 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. Perlakuan
Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa pemotongan bunga jantan baik 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak mempengaruhi peubah pasca panen pada kekerasan buah dan padatan terlarut total (PTT) buah. Hal tersebut dikarenakan peubah pascapanen adalah peubah yang berkaitan dengan masa setelah panen yang tidak dipengaruhi oleh pemotongan bunga jantan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe pendek meningkatkan pertambahan lingkar tandan (tengah dan ujung), panjang buah (tengah dan rataan). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh 48.21 %, bobot tandan panen tanpa tangkai 47.23 %, dan bobot sisir tanpa tangkai 29.06 % dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 40.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 40.15 %. Pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe tinggi meningkatkan pertambahan ukuran lingkar buah (ujung, tengah, rataan). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh sebesar 90.66 %, bobot sisir utuh sebesar 83.02 %, bobot panen tanpa tangkai 99.88 %, bobot sisir tanpa tangkai sebesar 84.69 %, dan bobot buah tanpa tangkai sebesar 100 %. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 75.36 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 77.34 %. Secara umum pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan panjang buah dan lingkar buah pada kedua klon tanaman pisang. Waktu pemotongan bunga jantan yang terbaik pada klon pisang tipe pendek adalah 3 minggu setelah tanaman berbunga. Sedangkan, waktu pemotongan bunga jantan yang terbaik pada klon pisang tipe tinggi adalah 4 minggu setelah tanaman berbunga. Saran Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga menunjukkan hasil yang baik dan dapat direkomendasikan kepada para petani. Perlu dilakukan penelitian dengan metode yang dapat diuji lanjut.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2010. Produksi Buah-Buahan Indonesia. http://bps.go.id. [25 Januari 2010]. Baiyeri, K.P., Aba S.C. and A.Tenkouano. 2010. Timing of bunch pruning enhances bunch and fruit qualities of ‘PITA 24’ plantain (Musa AAB) hybrid. Journal of Applied Biosciences 33:2110-2118 Daniells, J.W., A.T. Lisle and N.J. Bryde. 1994. Effect of bunch trimming and leaf removal at flowering on maturity bronzing, yield, and other aspects of fruit quality of bananas in North Queensland. Australian Journal of Experimental Agriculture 34(2):259-265 Ebeed, S. 2008. Effect of gibberellic acid and male bud removal on yield and fruit quality of banana plants. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences, 4(4): 289-292 FAO. 2010. FAO Statistical database. http://faostat.fao.org. [23 Februari 2010]. Harti, H., M.R. Suhartanto, Sobir, dan S. S. Hariyadi. 2007. Acuan Standar Operasional Produksi Pisang. Bogor. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, LPPM-IPB. 79 hal Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Produksi dan Luas Panen Buah. http://database.deptan.go.id [4 Januari 2011] Kurien, S., B.K. Anil, P.K. Rajeevan, V. Bharathan, and S. Krishnan. 2000. Phosphorus mobilisation to uneconomic tissues and effects of bunch trimming regimes in banana. Scientia Horticulturae 83:25-32. Lassois, L., H. Bastiaanse, M. Chillet, A. Jullien, M.H. Jijakli and L. de Lapeyre de Bellaire. 2010. Hand position on the bunch and source–sink ratio influence the banana fruit susceptibility to crown rot disease. Annals of Applied Biology. p221–229. Monselise, S.P. 1986. Handbook of Fruit Set and Development. Boca Raton, Florida : CRC Press Inc. 568p. Nakasone, H.Y. and R.E. Paul. 1995. Tropical Fruit. Honohulu USA: CABI Publishing Odeke, M., P.R. Rubaihayo, and D.S.O. Osiru. 1999. Effect of spacing, stage, and method of desuckering on bunch size and yield of banana cultivar kibuzi (AAA-EA). African Crop Science Journal 7:349-353. Okoro, J., D.R. Vuylsteke, and R.Ortiz. 2000. Effect of male bud removal on the yield of musa genotypes in a humid forest zone of West Africa. Acta Horticultura. 540:279-283
28 Puslitbang Hortikultura. 1989. Produksi Pisang di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jakarta. 120 hal Robinson, J.C. 1996. Bananas and Plantains. Cambrigde. Cambrigde University Press. p18-19 Samson, J.A. 1980. Tropical Agricultural series Tropical Fruits. New York: Longman Inc Simmonds, N.W. 1966. Bananas. London: Longman group limited. 512p Someya, S., Y. Yoshiki, and K. Okubo. 2002. Antioxidant compound from banana (Musa cavendish). Food Chemistry Journal 79:351-354. Verheij, E.W. M. and R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah-Buahan yang Dapat Dimakan (diterjemahkan dari: Resources of South-East Fruit Edibles Asia 2, penerjemah: S. Danimihardja, H. Sutarno, N. W. Utami, D. S. H. Hoesen, Penyunting A. H. Pudjaatmaka, H. Sutarno, S. Danimiharja. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal 285-296 Walpole, R.E. 1992. Pengantas Statistika Edisi ke-3 (diterjemahkan dari: Introduction to Statistics 3rd Edition, penerjemah: B. Sumantri). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 531 hal Wardlan, C.W. 1972. Bananas Diseases Including Plantain and Abaca. London : Longman. 22-23pp Werasinghe, S.S. and K.H. Rowanpathirana. 2004. Effect of the de-handing on bunch characteristic of banana. Annals of the Sri Lanka Department of Agricultuera 6:227-235 Wirakusumah, E. S. 2004. Tip dan Solusi Gizi untuk Tetap Cantik, Sehat, Cantik , dan Bahagia di Masa Menopause dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 88hal.
LAMPIRAN
30 Lampiran 1. Perkembangan Panjang Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan Kontrol P1 P2 P3
Umur 0 MSP 0.00 0.00 0.00 0.00
2 MSP 0.17 0.67 0.33 0.00
4 MSP 0.17 0.67 0.33 0.33
6 MSP 0.17 0.67 1.00 1.33
8 MS 0.83 2.33 1.00 1.33
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 2. Perkembangan Lingkar Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan
0 MSP
2 MSP
Umur 4 MSP
6 MSP
8 MSP
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Pangkal (cm)………. 0.00 4.00 1.33 7.67 0.00 4.00 2.50 11.33
12.00 14.33 8.00 14.33
16.67 17.00 17.00 15.83
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Tengah (cm)………. 0.00 3.67 0.00 0.33 0.00 6.67 8.50 9.00
12.00 11.33 9.33 9.50
14.33 14.33 11.33 16.00
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Ujung (cm)………. 0.00 0.00 2.83 2.83 1.33 6.00 4.33 4.67
8.00 13.17 7.67 7.00
9.67 15.50 10.33 13.17
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Rataan (cm)………. 0.00 2.56 1.39 3.61 0.44 5.56 5.11 8.33
10.67 12.94 8.33 10.28
13.56 15.61 12.89 15.00
Kontrol P1 P2 P3 Kontrol P1 P2 P3
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan.
31 Lampiran 3. Hasil Uji-T Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP Perlakuan
Panjang Tandan
Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
-1.70tn -1.30 tn -1.24 tn
Pangkal -1.41 tn -0.29 tn -0.61 tn
Lingkar Tandan Tengah Ujung -0.33 tn -4.48* 0.28 tn -1.21 tn -0.07 tn -2.76*
Rataan -1.62 tn -0.39 tn -0.76 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 4. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan
0 MSP
2 MSP
Umur 4 MSP
6 MSP
8 MSP
2.76 4.09 2.34 1.41
3.17 4.58 3.19 2.04
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Pangkal (cm)………. 2.07 2.46 3.06 3.30 1.52 2.14 0.44 1.12
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Tengah (cm)………. 1.89 2.15 3.27 3.86 1.78 2.10 0.52 1.20
2.48 4.27 2.60 1.33
2.85 4.77 3.05 1.90
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Ujung (cm)………. 1.38 1.52 2.07 2.47 1.17 1.43 0.20 0.98
1.88 2.90 2.08 1.30
2.40 3.45 2.42 1.70
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Rataan (cm)………. 1.85 2.13 2.80 3.18 1.52 1.97 0.42 1.13
2.47 3.75 2.35 1.39
2.90 4.27 2.91 1.94
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
32 Lampiran 5. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan
0 MSP
2 MSP
Umur 4 MSP
6 MSP
8 MSP
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Pangkal (cm)………. 0.42 0.94 0.83 1.26 0.62 1.29 0.78 1.53
1.51 1.88 1.83 2.02
2.19 2.72 2.53 2.53
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Tengah (cm)………. 0.53 0.99 0.96 1.47 0.61 1.13 0.33 0.84
1.49 2.12 1.68 1.34
2.1 2.87 2.48 1.84
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Ujung (cm)………. 0.47 0.80 1.06 1.45 0.49 1.02 0.31 0.71
1.28 2.02 1.49 1.23
1.87 2.68 2.13 1.58
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Rataan (cm)………. 0.47 0.93 0.93 1.38 0.59 1.16 0.55 1.13
1.47 1.98 1.69 1.66
2.10 2.75 2.40 2.13
Kontrol P1 P2 P3
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 6. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Pangkal -2.60 tn -0.25 tn 1.53 tn
Panjang Buah (mm) Tengah Ujung -3.90* -1.10 tn -0.60 tn 0.58 tn tn 1.88 3.34*
Rataan -3.41* -0.08 tn 2.95*
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
33 Lampiran 7. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Lingkar Buah (mm) Tengah Ujung -1.65 tn -1.62 tn -1.14 tn -0.18 tn 0.08 tn 0.97 tn
Pangkal -2.18 tn -0.59 tn -0.87 tn
Rataan -2.23 tn -0.94 tn -0.78 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 8. Hasil Uji-t Bobot Panen Utuh pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Tandan -2.91* -1.48 tn -0.71 tn
Bobot Panen Utuh Sisir -2.81* -1.03 tn -0.30 tn
Buah -2.62 tn -1.52 tn -0.02 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 9. Hasil Uji-t Bobot Tandan Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Bobot Panen Tanpa Tangkai Tandan Sisir -3.01* -2.83* -1.44 tn -1.02 tn -0.77 tn -0.38 tn
Buah -2.50 tn -1.47 tn -0.05 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 10. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Utuh -4.554* -2.082 tn -0.743 tn
Bobot Sisir Ekonomis Tanpa Tangkai -5.125* -2.189 tn -0.855 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
34 Lampiran 11. Hasil Uji-t Kekerasan Buah dan Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Kekerasan Buah Tengah 1.02 tn 1.02 tn 1.11 tn
Padatan Terlarut Total (% Briks) Pangkal Tengah Ujung Rataan 0.59 tn 0.53 tn -1.26 tn 0.00 tn tn tn tn -0.05 -0.90 -2.80 -1.64 tn 0.33 tn 0.28 tn -0.26 tn 0.10 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 12. Perkembangan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan Kontrol P1 P2 P3
0 MSP 0.00 0.00 0.00 0.00
2 MSP 0.33 0.00 1.67 1.67
Umur 4 MSP 1.00 0.33 1.67 1.67
6 MSP 1.00 0.33 2.67 2.00
8 MSP 3.33 1.00 6.33 3.67
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
35 Lampiran 13. Perkembangan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan
0 MSP
2 MSP
Umur 4 MSP
6 MSP
8 MSP
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Pangkal (cm)………. 0.00 3.00 0.00 1.33 9.10 14.67 5.17 6.67
7.00 5.00 18.5 12.5
12.33 13.00 25.33 16.67
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Tengah (cm)………. 0.00 4.67 0.00 9.00 2.00 8.50 2.5 3.67
5.33 11.67 9.17 9.67
7.00 18.67 18.17 15.67
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Ujung (cm)………. 0.00 1.33 0.67 3.33 1.33 4.33 2.83 7.50
5.33 4.33 13.33 10.33
10.00 11.67 16.00 12.00
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Rataan (cm)………. 0.00 3.00 0.22 4.56 4.14 9.17 3.50 5.94
5.89 7.00 13.67 10.83
9.78 14.44 19.83 14.78
Kontrol P1 P2 P3
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 14. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Panjang Tandan tn
0.71 -2.08 tn -0.65 tn
Pangkal -0.51 tn -1.76 tn -0.63 tn
Lingkar Tandan Tengah Ujung tn -1.57 -0.64 tn -3.21* -2.26 tn tn -2.50 -1.25 tn
Rataan -2.59 tn -8.05** -4.06 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. **) berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1 % dengan t-tabel 1% yaitu 4.604.tn) tidak berbeda nyata.
36 Lampiran 15. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan
0 MSP
2 MSP
Umur 4 MSP
6 MSP
8 MSP
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Pangkal (cm)………. 1.67 2.01 2.83 3.44 0.99 1.42 0.79 1.01
2.12 3.82 1.54 1.34
2.43 4.18 1.86 2.07
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Tengah (cm)………. 1.86 2.18 2.35 2.98 0.52 0.97 1.10 1.30
2.37 3.17 1.27 1.45
2.56 3.42 1.72 1.70
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Ujung (cm)………. 1.46 1.94 2.03 3.22 0.99 1.11 0.60 0.88
2.00 3.39 1.28 1.06
2.23 3.44 1.34 1.16
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Rataan (cm)………. 1.68 2.03 2.46 3.28 0.87 1.19 0.81 1.05
2.16 3.55 1.38 1.29
2.42 3.77 1.63 1.67
Kontrol P1 P2 P3
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
37 Lampiran 16. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP Perlakuan
0 MSP
2 MSP
Umur 4 MSP
6 MSP
8 MSP
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Pangkal (cm)………. 0.78 1.27 1.22 2.17 0.73 1.2 0.59 1.19
1.67 2.48 1.62 1.51
2.23 2.85 2.17 1.84
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Tengah (cm)………. 0.82 1.15 1.27 2.02 0.74 1.00 0.83 1.03
1.60 2.37 1.56 1.37
2.12 2.65 1.89 1.78
Kontrol P1 P2 P3
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Ujung (cm)………. 0.68 1.09 1.32 1.89 0.62 1.06 0.67 1.01
1.44 2.28 1.40 1.46
1.90 2.57 1.67 2.03
0.00 0.00 0.00 0.00
……….Rataan (cm)………. 0.75 1.18 1.26 2.04 0.69 1.10 0.68 1.08
1.58 2.39 1.52 1.46
2.09 2.71 1.91 1.90
Kontrol P1 P2 P3
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 17. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Pangkal -1.21 tn 0.25 tn 0.48 tn
Panjang Buah (cm) Tengah Ujung tn -1.55 -1.75 tn 1.70 tn -0.06 tn tn 1.26 0.87 tn
Rataan -1.64 tn 0.59 tn 0.94 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. tn) tidak berbeda nyata.
38 Lampiran 18. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Lingkar Buah (cm) Tengah Ujung -2.93* -2.23 tn -0.39 tn -1.56 tn 0.63 tn -0.72 tn
Pangkal -4.24* -0.50 tn 1.29 tn
Rataan -4.01* -0.47 tn 0.47 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 19. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Utuh pada Klon Pisang Tipe Tinggi Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Tandan -3.31* -4.86** -4.35**
Bobot Panen Utuh Sisir -9.10** -10.39** -6.10**
Buah -6.11** -3.19* -6.88**
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 2.776. **) berbeda sangat nyata pada ujit pada taraf 1 % dengan t-tabel 4.604.
Lampiran 20. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Tinggi Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Bobot Panen Tanpa Tangkai Tandan Sisir -3.41* -9.98** -4.76** -18.16** -3.75* -12.03**
Buah -6.80** -6.31** 7.14**
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. **) berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1 % dengan t-tabel 1% yaitu 4.604.
39 Lampiran 21. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Bobot Sisir Ekonomis Utuh Tanpa Tangkai -5.062** -5.375** -6.059** -6.730** -4.109* -6.462**
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. **) berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1 % dengan t-tabel 1% yaitu 4.604.
Lampiran 22. Hasil Uji-t Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Tinggi Perlakuan Kontrol vs P1 Kontrol vs P2 Kontrol vs P3
Kekerasan Buah Tengah 0.15 tn 0.34 tn 0.59 tn
Padatan Terlarut Total (% Briks) Pangkal Tengah Ujung Rataan tn tn tn -1.1 -1.52 -0.89 -1.19 tn tn tn tn 0.90 1.34 2.31 1.50 tn tn tn tn 0.74 2.07 2.22 1.69 tn
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. Nilai t-tabel 5% yaitu 2.776 dan t-tabel 1% yaitu 4.604. tn) tidak berbeda nyata.