Jurnal HPT Volume 2 Nomor 1 Pebruari 2014 ISSN : 2338 - 4336
PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT DOSIS PUPUK KCL TERHADAP INFEKSI TUMV (Turnip Mosaic Virus) PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.). Amanda Yayu Natasya, Mintarto Martosudiro, Tutung Hadiastono Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan , Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT The aimed of this research is to determine the effect of KCl fertilizer on Turnip Mozaic Virus (TuMV) on mustard plants, and to observe the influence of KCl fertilizer on plant growth. The research was conducted in May-August 2013 in the laboratory of Plant Pathology, Plant Pest and Disease Department, Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang and in the greenhouse of Faculty of Agriculture, Muhamadyah University, Malang. The research was carried out using a complete randomized design (RAL) with 6 dose of KCl feilizer (0 kg/ha, 30 kg/ha, 60 kg/ha, 120 kg/ha, 180 kg/ha, and 210 kg/ha). Each treatment was repeated three times. The results showed that 180 kg/ha of KCl fertilizer significantly suppresed of disease intensity, increased the number and lenghts leaf, the hight of mustard. Key words: Turnip Mosaic Virus, KCl fertilizer ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh KCl terhadap serangan Turnip Mosaic Virus (TuMV) pada tanaman sawi, dan mengetahui adanya pengaruh perlakuan dosis pupuk KCl terhadap pertumbuhan tanaman. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2013 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuha, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhamdyah, Malang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan (0 kg/ha, 30 kg/ha, 60 kg/ha, 120 kg/ha, 180 kg/ha, dan 210 kg/ha). Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan KCl dengan dosis 180 kg/ha mampu menekan intensitas penyakit, menambah jumlah daun dan panjang daun, tinggi tanaman. Kata kunci: sawi, Turnip Mosaic Virus, Pupuk KCl PENDAHULUAN Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari suku kubis-kubisan (Brassicaceae). Proses budidaya tanaman sawi tidak terlepas dari masalah hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang sering menyerang tanaman sawi yaitu Turnip Mosaic Virus (TuMV) yang merupakan salah satu virus yang
banyak menyerang tanaman sawi. TuMV merupakan jenis dari genus potyvirus. TuMV dapat menyerang tanaman kubis, sawi hijau dan lobak sampai pada tingkat serangan 100% di Asia. Serangan TuMV dapat menyebabkan gagal panen pada tanaman sawi. Potyvirus mempunyai partikel berbentuk batang lentur berukuran 15-20 x 720 nm dan mengandung genom monopartit berupa RNA untai tunggal
37
Natasya et al, Pengaruh Pemberian Tingkat Dosis…
yang terdiri dari 9830 nukleotida (Green dan Deng, 1985). Pada tanaman sawi, TuMV memiliki gejala mosaik ringan, tetapi kebanyakan tanaman sakit memperlihatkan gejala mosaik berat hijau kekuningan pada daun disertai gejala vein clearing, melepuh (blister), dan perubahan bentuk atau malformasi (Firdaus, 2009). TuMV belum berkembang meluas di Indonesia, namun dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 2008 di Bogor dan Cianjur, Jawa Barat menunjukkan bahwa 50% tanaman caisin menunjukan gejala mosaik, blister, malformasi atau kerdil (Firdaus, 2009). Pupuk KCl (Kalium) mengandung satu unsur pokok yang dibutuhkan oleh tanaman sawi. Menurut Farhad et al., (2010) menyatakan bahwa unsur K memegang peranan penting di dalam metabolisme tanaman antara lain terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologis. Pemberian pupuk kalium dapat membantu perkembangan akar, membantu proses pembentukan protein dan karbohidrat. Salah satu upaya menurunkan intensitas serangan TuMV pada tanaman sawi sebagai bentuk pengendalian virus yaitu pemberian pupuk KCl (Kalium). Pupuk KCl dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan patogen (Ismunadji et.al, 1976). Kondisi tanaman yang kekurangan kalium menyebabkan komponen ketahanannya terganggu, sehingga akan memudahkan penetrasi patogen pada daun. Tanaman yang kekurangan kalium, produksi silika pada sel epidermis akan menurun, sehingga penetrasi penyebab penyakit pada jaringan sel lebih mudah (Agrios, 1996). Tanaman sawi memiliki lignin yang berfungsi sebagai lapisan lilin atau lapisan pelindung, sehingga dengan penambahan kalium akan meningkatkan kadar lignin pada tanaman sawi dan mengakibatkan patogen tidak mampu berkembangbiak pada tanaman inang. Kalium berpengaruh terhadap kadar lignin
dari pada jaringan-jaringan sklerenkhim dibawah epidermis dan sel-sel sekitar berkas pembuluh (Ismunadji et al., 1976). METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dan rumah kaca (glass house) Universitas Muhamadyah, Malang. Pelaksanaan penelitian pada bulan Mei 2013-Agustus 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah polibag (ukuran 5 kg), gembor, mortar, penumbuk mortar, gelas kimia, gelas ukur (vol. 100 ml), gunting, timbangan analitik, timbangan analog, label, ayakan, cawan petri (diamater 9 cm), penggaris, plastik, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah inokulum TuMV dari tanaman sawi yang menunjukkan gejala sakit, bahan isolate TuMV dari lapangan, bibit tanaman sawi varietas Tosakan, tanah steril, karborundum 600 mesh, larutan buffer phospat 0,01 M pH 7, CaCl2, alkohol 70%, aquadest steril, pupuk KCl dan tanaman indikator Chenopodium amaranticolor, Chenopodium quinoa, dan Zinnia elegans. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga diperoleh 90 tanaman. Masing-masing perlakuan dan ulangan terdiri dari 5 tanaman. Terdiri dari 6 perlakuan pemberian tingkat dosis pupuk KCl yang diberikan pada tanaman sawi yaitu 0 kg/ha, 30 kg/ha, 60 kg/ha, 120 kg/ha, 180 kg/ha, dan 210 kg/ha. Parameter yang diamati meliputi : (1) Intensitas Serangan Virus, (2) Jumlah Daun Tanaman Sawi, (3) Tinggi Tanaman Sawi, (4) Panjang Daun Tanaman Sawi.
38
Jurnal HPT
Volume 2 Nomor 1
HASIL DAN PEMBAHASAN Masa Inkubasi dan Intensitas Serangan Turnip Mosaic Virus (TuMV) pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap masa inkubasi TuMV pada tanaman sawi. Berdasarkan hasil masa inkubasi tercepat pada tanaman sawi tidak diberi pupuk KCl yaitu 6.40 hari setelah inokulasi, sedangkan masa inkubasi terlama adalah pada tanaman sawi yang di pupuk dengan pupuk KCl pada dosis 180 kg/ha yaitu 13.2 hari setelah inokulasi (Tabel 1). Bos (1990), menyatakan bahwa virus mosaik dapat menimbulkan gejala pada daun memerlukan waktu 5-14 hari atau bahkan beberapa minggu sesudah virus masuk dalam jaringan sel tanaman. Perbedaan masa inkubasi pada setiap perlakuan dosis pupuk diduga disebabkan karena adanya perbedaan pupuk kalium yang diberikan pada setiap tanaman. Menurut Rauf et al., (2000), menyatakan bahwa fungsi unsur K pada tanaman salah satunya adalah membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Pupuk KCl dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan patogen (Ismunadji et al., 1976). Menurut Hardjowigeno (1987), bahwa pupuk kalium mempunyai peranan dalam membantu proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel dan
Pebruari 2014
mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan serta penyakit. Berdasarkan hasil analisis ragam (Annova) menunjukkan bahwa dosis pupuk KCl berpengaruh nyata terhadap infeksi TuMV pada sawi. Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 0 kg/ha memiliki intensitas serangan penyakit tertinggi yaitu 14.16%. Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 180 kg/ha memiliki intensitas serangan penyakit terendah yaitu 10.50% (Tabel 1). Perlakuan pemberian pupuk dengan dosis 180 kg/ha berbeda nyata dengan 0 kg/ha (tidak diberi pupuk KCl). Menurut Agrios (1996), bahwa kalium mempengaruhi berbagai tingkat perkembangan dan keberadaan patogen didalam inang dan secara tidak langsung mempengaruhi infeksi dengan mendorong penyembuhan luka dengan meningkatkan ketahanan terhadap kerusakan akibat serangan patogen. Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk KCl dengan dosis tersebut mampu diserap oleh tanaman sawi yang digunakan untuk menekan intensitas serangan TuMV secara efektif. Kalium akan membantu tanaman untuk menghasilkan dan menjaga klorofil, sehingga apabila virus berpenetrasi masuk kedalam sel tidak dapat merusak klorofil dari tanaman tersebut. Klorofil merupakan komponen biologi yang sangat menentukan sintesis awal senyawa organik yang digunakan untuk proses–proses fisiologis sepanjang daur hidup tanaman.
Tabel 1. Pengaruh Pupuk KCl Terhadap Rerata Intensitas Serangan Penyakit TuMV pada Tanaman Sawi Intensitas (%) Perlakuan Dosis Pupuk KCl Masa Inkubasi (hari) (0 kg/ha) 6.40a 14.16b (30 kg/ha) 9.00b 13.33b (60 kg/ha) 9.73bc 13.00b (120 kg/ha) 11.20bc 12.90ab (180 kg/ha) 13.20c 10.50a (210 kg/ha) 10.33bc 11.83ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan pada taraf 5%
39
Natasya et al, Pengaruh Pemberian Tingkat Dosis…
Pertumbuhan Tanaman Sawi Pengaruh Pupuk KCl Terhadap Jumlah Daun Tanaman Sawi Hasil pengamatan jumlah daun dari tabel anova menunjukkan bahwa berbeda nyata. Perlakuan pemberian dosis pupuk 60 kg/ha sampai dengan perlakuan pemberian pupuk dengan dosis pupuk 210 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pupuk dengan dosis 0 kg/ha (Tabel 2). Hal ini diduga karena pada dasarnya setiap tanaman membutuhkan unsur hara sebagai sumber untuk fotosintesis. Menurut Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa unsur Kalium termasuk unsur hara primer, karena dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman. Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 30 kg/ha memberikan hasil yang lebih rendah daripada perlakuan 60 kg/ha, 120 kg/ha, 180 kg/ha, dan 210
kg/ha. Hal ini diduga karena jumlah pupuk Kalium yang terlalu sedikit tidak mampu mengurangi laju perkembangan virus didalam tanaman. virus menyerang klorofil pada daun, apabila jumlah Kalium lebih sedikit maka tidak dapat memperbaiki klorofil dengan baik, serta mengakibatkan fotosintesis dalan tanaman terganggu. Menurut Hanadyo (2013), menyatakan bahwa ketika daun tanaman terserang virus mengakibatkan hasil fotosintesis berupa fotosintat yang seharusnya diproduksi untuk pembentukan daun muda menjadi terhambat, sehingga disebabkan intensitas virus pada tanaman berpengaruh juga pada jumlah daun tanaman. Menurut Sugiharso et al., (1985), bahwa tumbuhan yang terserang virus dapat menghasilkan daun yang lebih sedikit daripada tanaman yang sehat.
Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Sawi yang diberi pupuk Kalium (KCl) dengan perbandingan dosis yang berbeda Jumlah Daun (cm) Perlakuan 1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI (0 kg/ha) 3.00a 5.66a 8.00a 10.66a (30 kg/ha) 3.66ab 6.00ab 8.33ab 11.33ab (60 kg/ha) 4.00b 6.67ab 8.67ab 11.67b (120 kg/ha) 4.33bc 7.00b 9.33b 12.00bc (180 kg/ha) 5.00c 7.33b 9.66bc 12.67c (210 kg/ha) 5.67c 7.67b 10.33c 13.67d Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan pada taraf 5%; MSI= Minggu Setelah Inokulasi
Tabel 3. Rerata Pemberian Pupuk KCl Terhadap Tinggi Tanaman Sawi dengan perbandingan dosis yang berbeda Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI (0 kg/ha) 5.73a 8.93a 11.33a 12.33a (30 kg/ha) 6.00a 9.13a 11.67ab 14.00ab (60 kg/ha) 6.00a 9.26a 11.67ab 14.00ab (120 kg/ha) 6.17a 9.26a 12.33b 14.67b (180 kg/ha) 6.23a 9.30a 12.67b 15.33b (210 kg/ha) 6.37a 9.30a 13.00b 15.67b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan pada taraf 5%; MSI= Minggu Setelah Inokulasi
40
Jurnal HPT
Volume 2 Nomor 1
Pengaruh Pupuk KCl Terhadap Tinggi Tanaman Sawi Hasil analisa ragam (Annova) menunjukkan bahwa minggu pertama dan minggu kedua tidak berbeda nyata, sedangkan pada minggu ketiga dan keempat menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 0 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 120 kg/ha (Tabel 3). Hal ini diduga karena adanya pengaruh dari pupuk kalium yang dapat menghambat perkembangbiakan TuMV dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Agrios (1996), bahwa kalium mempengaruhi tingkat perkembangan dan keberadaan patogen didalam inang dan mempengaruhi infeksi dengan mendorong penyembuhan luka dengan meningkatkan ketahanan terhadap kerusakan akibat patogen.Pupuk kalium dibutuhkan tanaman sawi dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dan meningkatkan proses fisiologis. Menurut Farhad et al., (2010) menyatakan bahwa unsur K memegang peranan penting di dalam metabolisme tanaman antara lain terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologis. Menurut Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa
Pebruari 2014
unsur kalium termasuk unsur hara primer, karena dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman. Pengaruh Pupuk KCl Terhadap Panjang Daun Tanaman Sawi Hasil analisa ragam (Annova) menunjukkan bahwa pemberian pupuk KCl memberikan pengaruh nyata terhadap panjang daun tanaman sawi. Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 180 kg/ha dan 210 kg/ha berbeda dengan perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 0 kg/ha (Tabel 4). Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 0 kg/ha memiliki rerata terendah yaitu 13.00, sedangkan perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 210 kg/ha memiliki rerata tertinggi yaitu 15.90 (Tabel 4). Hal ini diduga karena tidak adanya pemberian pupuk Kalium, maka fotosintesis menurun yang berakibat pada luasan daun tanaman. Menurut Hadiastono (1998), menyatakan bahwa pada umumnya penyakit virus berpengaruh terhadap fungsi fisiologis, salah satunya adalah fotosintesis. Pengaruh infeksi terhadap fotosintesis adalah terjadinya penurunan laju reaksi akibat penurunan jumlah klorofil dalam daun dan juga luasan daun yang semakin menurun.
Tabel 4. Rerata Pengaruh Pupuk KCl Terhadap Panjang Daun Tanaman Sawi dengan perbandingan dosis yang berbeda Panjang Daun (cm) Perlakuan 1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI (0 kg/ha) 5.67a 8.33a 11.67a 13.00a (30 kg/ha) 6.67ab 9.67ab 12.23ab 13.67ab (60 kg/ha) 6.67ab 9.83b 12.53b 13.67ab (120 kg/ha) 7.33b 10.03b 12.77bc 13.67ab (180 kg/ha) 7.67b 10.47b 13.57c 15.33b (210 kg/ha) 8.33b 10.67b 13.83c 15.90b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Duncan pada taraf 5% ; MSI= Minggu Setelah Inokulasi
41
Natasya et al, Pengaruh Pemberian Tingkat Dosis…
KESIMPULAN Firdaus. 2009. Deteksi Dan Karakterisasi Berdasarkan hasil dan pembahasan Turnip Mosaic Virus Penyebab dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Penyakit Mosaik Pada Tanaman 1. Perbedaan pemberian pupuk KCl Caisin. Balai Pengkajian Teknologi memberikan pengaruh pada infeksi Pertanian Aceh. TuMV pada minggu ke 3 (tiga) 2. Perlakuan pemberian pupuk KCl Green SK, dan Deng TC. 1985. Turnip dengan dosis 180 kg/ha mampu mosaic virus strain in cruciferous menurunkan intensitas penyakitTuMV hosts in Taiwan. Plant Dis 69: 28pada tanaman sawi 31 3. Perlakuan pemberian pupuk KCl dengan dosis 180 kg/ha mampu Hadiastono, T. 1998. Virologi Tumbuhan menunjang pertumbuhan tanaman sawi Dasar. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 71 hal. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Hanadyo, R. 2013. Pengaruh Pemberihan Tumbuhan Edisi ketiga. Gajah Pupuk Daun Cair Terhadap Mada University Press. Intensitas Serangan Tobacco Mosaic Virus (TMV), Yogyakarta. 713 hal. pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Tembakau (Nicotana Fageria, N.K dan H.R. Gheyi. 1999. tabaccum L.). skripsi. Universitas Efficient Crop Production. Brawijaya. Malang. Vol.1 Campina Grande, Brazil: Federal University of Paraiba In FAGERIA,N.K.2009. The Use of Rauf, A.W., T. Syamsuddin, dan S. R. Sihombing. 2000. Peranan Pupuk Nutrient in Crops Plant. CRC Press NPK pada Tanaman Padi. Loka Taylor and Francis Group, Boca Pengkajian Teknologi Pertanian Raton London New York. No. 01/LPTP/IRJA/99-00. hal.211219. Farhad, I.S.M., M.N. Islam, S. Hoque, dan M.S.I. Bhuiyan. 2010. Role of Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplek. Jakarta. potassium and sulphur on the 122 hal. growth, yield, and oil content of soybean (Glycine max L.). Ac. J. Plant Sci. 3 (2): 99-103
42