PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP KEMAMPUAN BERTANYA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI TOPIK HIDROSFER (Suatu Study Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo) Husen. 451409046. Skripsi. Jurusan Fisika, Prodi. S1 Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I. Drs. Asri Arbie M.Si dan Pembimbing II, Ahmad Zainuri, S.Pd, M.T. ABSTRAK Husen (NIM. 451 409 046). Pengaruh Pemberian Reward Terhadap kemampuan bertanya Pada Mata Pelajaran Geografi Topik Hidrosfer SMA Negeri 4 Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain “Post test only Control group Design”. Permasalahan dalan penelitian ini yaitu apakah implementasi pembelajaran dengan menggunakan pemberian reward berpengaruh terhadap kemampuan bertanya siswa pada mata pelajaran Geografi topik hidrosfer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi pemberian reward secara individu terhadap kemampuan bertanya pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester 2 SMA Negeri 4 kota Gorontalo yang terbagi dalam 7 kelas sebanyak 155 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Terpilih siswa kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas X3 sebagai kelas kontrol. Pada proses pembelajaran berlansung kedua kelas dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, dan reliabilitasnya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi dan tes autentik. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 5,16. Untuk dk = (n1 + n2- 2) = 43 dan taraf α = 1 – ½(0,05) = 0,975, ttabel = 2,02. Jadi thitung > ttabel = 5,16> 2,02, denegan demikian hipotesis H0 ditolak dan menerimah hipotesis H1. Artinya rata-rata Kemampuan bertanya siswa Geografi yang diajar dengan menggunakan pemberian reward secara individu lebih besar dari pada rata-rata kemampuan bertanya siswa Geografi yang diajar dengan tidak diberikan reward.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan bertanya siswa kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian reward secara individu berpengaruh terhadap kemampuan bertanya siswa pada topik hidrosfer di kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, dan disarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan pemberian reward dan menerapkan pada pembelajaran materi pokok yang lainnya. Kata kunci: Pemberian Reward, Kemampuan Bertanya. I. Pendahuluan Proses belajar mengajar merupakan salah satu aspek untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan guru dan peserta didik berperan aktif di dalamnya. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa, guru dituntut untuk mampu menggunakan berbagai macam keterampilan, strategi, dan metode pembelajaran. Dalam hal ini, Guru harus mampu menggunakan berbagai macam keterampilan, strategi model, dan metode pembelajaran serta mampu menggunakan media pembelajaran interaktif. Menurut Uno (2011 : 2) mengemukakan bahwa strategi 1
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar. Dengan demikian peserta didik dapat menerima materi pembelajaran mudah mengerti dan aktif dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat penting dimana guru merupakan salah satu kunci keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu, guru sedini mungkin dapat membuat perencanaan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya hal tersebut, guru dituntut agar menggunakkan strategi, dan metode pembelajaran yang tepat. Tetapi, kondisi di lapangan tidak seperti yang diharapkan, dimana guru lebih aktif dibandingkan siswa sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Disinilah timbul suatu kejenuhan siswa dan merasa bosan berada dalam ruangan, karena guru hanya menjelaskan tanpa mengunakan strategi dan metode pembelajaran. Kemudian guru hanya monoton pada satu model yaitu model pembelajaran langsung. Agar tujuan penbelajaran dan hasil belajar mengajar tercapai, maka guru harus mampu mengorganisir komponen strategi pembelajaran. Dick dan Carey (dalam Uno, 2011: 3) menyatakan bahwa komponen pembelajaran ada lima yaitu, (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (kegiatan lanjutan). Sehubungan dengan hal ini, maka guru harus mampu menggunakan strategi dan metode pembelajaran, disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan juga keadaan siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar dapat menyenangkan siswa dan tidak membosankan. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, dimana model pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran lama yaitu model pembelajaran langsung dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Pada dasarnya model pembelajaran tersebut sudah cukup bagus, guru sebagai fasilitator sudah berperan sebagaimana mestinya seorang guru. Namun, siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilihat banyaknya siswa yang kurang memberikan pertanyaan dan mengemukakan gagasanya ketika guru menjelaskan di kelas. Selain itu dapat juga dilihat dari kurangnya motivasi belajar siswa dalam peroses pembelajaran Geografi. Berkaitan dengan hal di atas, untuk meminimalisir berbagai masalah dan rendahnya kemampuan siswa dalam bertanya, maka dalam pemecahan masalah mata pelajaran Geografi 2
khususnya di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, perlu memilih suatu strategi pembelajaran. Dengan demikian proses belajar mengajar dapat menumbuhkan motivasi belajar strategi
siswa. Salah satu
pembelajaran yang diharapkan mampu membuat suatu pembelajaran menjadi aktif
adalah dengan menerapkan pembelajaran pemberian reward
kepada siswa pada saat
memberikan pertanyaan. Pemberian reward ini bertujuan untuk merangsang keaktifan siswa dalam bertanya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengangkat sebuah judul permasalahan yaitu “Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Kemampuan Bertanya Pada Mata Pelajaran Geografi, Topik Hidrosfer di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo”. II. Kajian Teoretis. 2.1 Pengertian Reward Menurut kamus bahasa inggris reward berarti penghargaan atau hadiah. Reward atau hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang kenangan/cendramata (Djamarah, 2006: 150). Sedangkan menurut Hamid (2006: 3) Reward adalah alat pendidikan refresif yang bersifat menyenangkan dan membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang malas. a. Tuujuan pemberian reward Menurut Hamid (2006: 6) tujuan Pemberian hadiah atau reward yaitu sebagai berikut : 1. Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang malas dan lemah. 2. Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi. 3. Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar b. Kelebihan dan kelemahan reward Menurut saputri (2011: 5) kelebihan dan kelemahan reward yaitu sebagai berikut 1. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2. Suasan di dalam kelas menjadi lebih kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. 3. Setiap siswa memiliki motivasi yang besar untuk mempelajari yang telah disampaikan. c. macam macam reward Menurut Sardiman (2002:89), macam-macam reward adalah sebagai berikut: 1) Pemberian angka atau nilai 2) Pemberian hadiah 3) Pemberian pujian 3
4) Pemberian penghargaan 2.2 kemapuan bertanya Dalam kamus besar bahasa Indonesia bertanya adalah meminta keterangan atau penjelasan supaya diberi tahu. Menurut Parera (dalam Diyanti dan Sutijono, 2010: 3) bertanya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk meminta keterangan dan untuk memperoleh jawaban yang lebih jelas atas sesuatu yang belum dimengerti atau belum dipahami. Sedangkan menurut Sugiyanto (2009 : 4) bertanya adalah proses berpikir, berupa diajukakannya respon internal yang bertujuan untuk memperoleh respon balik (jawaban) itu sesuai dengan tujuan respon internal tersebut. indikator kemampuan bertanya sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Konten (isi pertanyaan) b. Performansi non verbal (gerak gerik dalam berbahasa lisan) c. Suara d. Pengungkapan verbal/redaksi kalimat e. Kategori pertanyaan (tingkatan pertanyaan) f. Sikap Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa kemampuan bertanya adalah kemampuan siswa dalam mengucapkan kata kata untuk mengespresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran dan gagasanya. III. Metode Penelitian 2. 1 Lokasi dan waktu penelitian a. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, Jl. Prof. Dr. Ir. J.A Katili, Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara. b. Waktu penelitian Waktu penelitian dan pelaksanaannya pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yakni pada bulan juni tahap perencanaan pengambilan sampel, dan tanggal 6 dan 8 juni waktu pengambilan sampel serta tahap pengolahan data pertengahan bulan juni 2013.
4
2.2 Variabel penelitian Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diperlajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2011: 38). Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu: a. Variabel eksperimen (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan pemberian reward. b. Variabel respon (Y) Variabel respon yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam bertanya. c. Defenisi operasional Defenisi operasional kemampuan bertanya sebagai variabel respon pada penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa yang terdapat pada lembar penilaian autentik. d. Defenisi konstitutif Defenisi konstitutif kemampuan bertanya adalah penguasaan atas kemampuan bertanya yang meliputi konten pertanyaan (isi pertanyaan), performansi non verbal, suara, pengungkapan verbal/redaksi kalimat, kategori pertanyaan (tingkatan pertanyaan), dan sikap. 2.3 Populasi dan sampel a. Polasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo yang menerima mata pelajaran geografi pada tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri atas 7 (tujuh) kelas. Distribusi unit populasi siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Jumlah Siswa Kelas X SMA Negeri Kotan Gorontalo Tahun 2013 Kelas X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan 13 orang 14 orang 12 orang 13 orang 12 orang 14 orang 12 orang 13 orang 12 orang 15 orang 12 orang 14 orang 13 orang 14 orang
Jumlah
Total 27 orang 24 orang 26 orang 25 orang 27 orang 26 orang 27 orang 155 orang
5
b. sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara cluster random sampling yaitu semua anggota populasi diguanakan sebagai sampel (sugiyono, 2011: 68). Dari tujuh kelas yang ada akan diambil dua kelas sebagai sampel yang dianggap homogen. Dianggap homogen dilihat dari guru yang mengajar sama, buku mata pelajaran sama, jam pelajaran dan hasil belajar geografi sebelumnya. 2.4 desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “ Post test only Control group Design” (arikunto, 2005: 210) yang merupakan salah satu jenis macam perlakuan yang dinyatakan dalam pola sebagai berikut : X1 X2
: O1
X
O2
: O1 O2 Skema desain penelitian
Keterangan : X1 = simbol untuk kelompok eksperimen X2 = simbol untuk kelas pembanding 2.5 Tehnik pengumpulan data Teknik pengumpula data dalam penelitian menggunakan tes autentik. a. Instrument penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan bertanya. tes yang diguanakan berupa tes autentik, yang mewakili topik hidrosfer. Aspek penilaian yang digunakan dalam instrument tes yakni Konten pertanyaan, Performansi non verbal, Suara, Pengungkapan verbal/redaksi kalimat, Kategori pertanyaan, dan Sikap. Lembar penilaian kemampuan bertanya pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sama sama menggunakan rubrik penilaian kemampuan bertanya. b. Uji validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi dan sebaiknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumen tersebut kurang valid. Adapun Rumus yang akan digunakan dalam mengetahui validitas instrument adalah rumus product moment.
6
c. Uji Reabilitas Tes.
‐稘
∑
∑
∑
∑
∑
∑
– ∑
Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan teknik beda dua internal. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan rumus alpha crombach dengan persamaan sebagai berikut:
2.6 Teknik Analisis Data
‐úú
k
k
1
1
∑σ σ
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian berdistribusi normal ataut idak. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis lilieford dengan Kriterianya adalah : L0 Jika L0 < Ldaftar maka data tersebut berdistribusi normal. b. Uji homogenitas varians Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk menguji kesamaan rata rata varians. Rumus yang digunakan dalam pengujian homogenitas varians yaitu menggunakan uji barleth (Arikunto, 2010: 364), dengan kriteria pengujian adalah, jika X2hitung < X2tabel, dalam hal ini H1 diterima.
3.6.2 Uji hipotesis
∑ ni 1 Si ∑ ni 1
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan uji
dua rata rata. Pengujian yang
dimaksud untuk melihat apakah sampel kelas eksperimen dan kontrol memperlihatkan hasil yang berbeda. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: H :
1
≤
2
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan bertanya antara kelas yang menggunakan pemberian reward dengan pembelajaran tidak menggunakan pemberian reward.
H1 :
1
>
2
: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan bertanya antara kelas yang menggunakan pemberian reward dengan pembelajaran tidak menggunakan pemberian reward.
Dengan kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis nol (H0) hanya jika thitung>ttabel untuk dk=(n1+n2-2) dan peluang (1-1/2α), untuk harga lainnya H0 ditolak. 7
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Tentang Kemampuan Bertanya Siswa . Data kemampuan bertanya siswa kelas eksperimen setiap indikator
ditunjukan pada
gambar 1 di bawah ini:
skor rata rata
kelas ekperimen 100 80 60 40 20 0
83
89
87
85
92 70
kelas ekperimen
Gambar .1 Rata-rata skor kemampuan bertanya siswa pada kelas eksperimen. Pada gambar 1 di atas menunjukkan bahwa hasil tertinggi yang dicapai siswa yaitu 92 pada indikator enam yakni
Sikap dan nilai terendah adalah 70
pada indikator Kategori
pertanyaan. Pada kelas kontrol, data diperoleh melalui lembar penilaian kemampuan bertanya yang diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tapi tidak diberikan reward dan setiap siswa yang bertanya diberi nilai. Hasil setiap indikator
yang diperoleh kemampuan
bertanya siswa pada kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
skor rata rata
kelas kontrol 100 80 60 40 20 0
80
81
79
82
64
83
kelas kontrol
Gambar. 2 Rata-rata skor kemampuan bertanya siswa pada kelas kontrol.
8
Pada gambar 2 di atas menunjukan hasil yang di capai siswa adalah 83 pada indikator enam yakni sikap dan nilai terendah adalah 64 pada indikator Kategori pertanyaan. Perbedaan rata rata kelas ekperiemn dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 3 di
skor rata rata
bawah ini. 100 80 60 40 20 0
83 80
89
81
85 79
87 82
92 70 64
83
kelas ekperimen kelas kontrol
Gambar. 3 Rata-rata skor kemampuan bertanya siswa kelas ekperimen dan kelas kotrol. Dari gambar di atas terlihat bahwa kemampuan bertanya siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Skor setiap indikator yang dicapai yakni: 1. indikator pertama (konten) pada kelas eksperimen memperoleh nilai dengan rata rata 83 dan pada kelas kontrol memperoleh nilai rata rata 80. 2. Indikator
kedua (Performansi non verbal) pada kelas ekperimen memperoleh nilai
dengan rata rata 89 dan pada kelas kontrol memporoleh nilai dengan rata 81. 3. Indikator ketiga (Suara) pada kelas ekperimen memperoleh nilai dengan rata rata 85 dan pada kelas kontrol memporoleh nilai dengan rata 79. 4. Indikator
keempat (Pengungkapan
verbal/redaksi kalimat) pada kelas ekperimen
memperoleh nilai dengan rata rata 87dan pada kelas kontrol memporoleh nilai dengan rata rata 82. 5. Indikator kelima (kategori pertanyaan) pada kelas ekperimen memperoleh nilai dengan rata rata `70 dan pada kelas kontrol memporoleh nilai dengan rata rata 64. 6. Indikator keenam (kategori pertanyaan) pada kelas ekperimen memperoleh nilai dengan rata rata `92 dan pada kelas kontrol memporoleh nilai dengan rata 83. Pada gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan bertanya siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan hasil yang berbeda dalam hal ini kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut karena pada kelas eksperimen 9
diberi perlakuan yang diajarkan dengan menggunakan pemberian reward sehingga kemampuan bertanya siswa berbeda dengan kelas kontrol. Secara klasikal perbedaan rata rata antara kelas ekperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: 86
perbandingan rata rata kemampuan bertanya kelas eksperimen dan kelas kontrol 84.33
84 82 80
78.17
78 76 74 kelas eksperimen
kelas kontrol
Gambar. 4 Perbandingan kemampuan bertanya siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Gambar 4 di atas menunjukan bahwa secara klasikal beda rata rata sebesar 6,16 antara kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan pemberian reward dan kelas kontrol yang diajarkan dengan tidak tidak diberikan reward. 3.2 Analisis Data. a. Uji Normalitas Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada lampiran, dan hasil analisis yang diperoleh pada kelas eksperimen (post test) yaitu
Lhitung = 0,141 < Ltabel = 0,173 dengan taraf nyata α =
0,05 dan kelas kontrol (post test) yaitu Lhitung = 0,129 < Ltabel = 0,173. Dengan melihat hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Pengujian homogenitas Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh X2hitung = 0,149 < 3,841. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang homogen. c. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan statistik uji dua rata-rata yaitu uji t, dengan kriterian pengujiannya adalah tolak hipotesis nol (H0) jika thiting >ttabel untuk dk=(n1+n2-2) dan peluang (11/2α), untuk harga lainnya H0 ditolak. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 5,16. 10
Untuk dk = (n1 + n2- 2) = 43 dan taraf α = 1 – ½(0,05) = 0,975, ttabel = 2,02. Jadi thitung > ttabel = 5,16> 2,02, denegan demikian hipotesis H0 ditolak dan menerimah hipotesis H1. 3.3 pembahasan Berdasarkan hasil analis hipotesis menunjukan bahwa kemampuan bertanya siswa yang menggunakan pemberian reward dengan kelas tidak menggunakan reward yakni terdapat perbedaan. Hal tersebut berarti pembelajaran dengan menggunakan reward
berpengaruh
terhadap kemampuan bertanya siswa dan dapat meningkatkan kemampuan siswa bertanya. Peningkatan kemampuan siswa pada kelas eksperimen dalam bertanya kareana dipengaruhi oleh adanya pemberian hadiah/reward sedangkan pada kelas kotrol kemampuan siswa bertanya tidak terlalu menonjol. Pengaruh pemberian reward sangat mempengaruhi kemampuannya dalam bertanya dimana dengan diberikan reward siswa lebih antusias untuk berntanya. IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelirtian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Terdapat perbedaan kemampuan bert
anya siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran pemberian reward dengan kemampuan bertanya siswa yang diajarkan tidak menggunakan reward . Hal tersebut ditunjukan pada distribusi
nilai rata-rata kemampuan
bertanya siswa yang menggunakan pemberian reward yakni kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kemampuan
bertanya siswa yang tidak menggunakan
pemberian reward pada kelas kontrol. 4.2 Saran Bedasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberpa saran. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa sehingga aktivitas lisan siswa akan terbiasa setiap proses belajar mengajar. 2. Perlu diadakan lagi penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pemberian reward tetapi digunakan pada materi materi yang lainnya. 3.
11
Daftar Pustaka Arikunto, Suharmi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Arikunto, Suharmi. 2010. Pengantar Penelitian pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Akhmadi, Agus. Komunikasi Verbal Dan Nonverbal Dalam Konseling. (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/4jan13komunikasiverbaldannonverbaldl mkonseling.pdf, diakses tanggal 23 juli 2013) Diyanti dan Sutijono. 2010. implementasi strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa pada Guru di Kelas. jurnal online, (ppb.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/7._artikel_Putri_dan_Sutijono.pdf. diakses tanggal 5 maret 2013). Hasan, Alwi. 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Kartasapoetra. 2005, Teknologi Konservasi Tanah Dan Air, Jakarta: PT Rineka Cipta Noor, Djauhari. 2006, Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graham Ilmu. Sugiyanto R. 2009. “penerapan metode bertanya dalam kegiatan Praktek lapangan untuk meningkatkan kemampuan Mengemukakan pendapat mahasiswa”. Jurnal online Vol 6, No. 2, juli 2009, (journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/94/95, diakses 5 Maret 2013). Suprijono, Agus. 2011. Coopetive Learning Teori Aplikasi Pakem.Yogyakarta: Pustaka Belajar Celeban Timur UH III/548 Syaiful, Bahri, Djamarah, dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sujana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R dan D. Bandung: Alfabeta Suratno. konsep kemampuan sumber daya manusia, (sulut.kemenag.go.id/file/file/kepegawaian/aunw1341283316.pdf, diakses 7 Maret 2013) Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Samsudin, Cristiana. 2013. pemberian layanan informasi keterampilan bertanya untuk meningkatkan keterampilan bertanya. jurnal online Volume 01 Nomor 01, Januari2013,(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=indikator%20keterampilan%20b ertanya&source diakses 20 Maret 2013)
12
Uno, B Hamzah. 2011, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Inofatif. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamid, Rusdiana. 2006, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal online vol 4 nomor 5, april 2006 (http://www.academia.edu/1339973/reward_dan_punishment_dalam_perspektif_pendidik an_islam , diakses tanggal 23 juli 2013) Ilhaamie. 2008. Pengaruh sikap dan demografi ke atas Produktiviti kerja pensyarah muslim: Kajian di universiti malaya. Jurnal online Vol. 16, No. 2, 2008. (http://e-
journal.um.edu.my/filebank/published_article/2590/932.pdf, diakses tanggal 23 juli 2013)
13
14