Volume 1, edisi 2, November 2013
PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI PRABEDAH TERHADAP KECEMASAN PASIEN PRABEDAH TERENCANA DI IRNA BEDAH RS MUHAMMADIYAH PALEMBANG Windy Astuti Cahya N1, Lukman Rohimin2, Miftahudin1 Program Studi D III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang 2 Politekhnik Kesehatan Jurusan Keperawatan Kota Palembang 3 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang Email:
[email protected] 1
ABSTRAK
Pembedahan adalah cabang kedokteran yang mengunakan operasi untuk menangani penyakit atau cedera, bedah bisa melibatkan pemotongan, mengerik, menjahit atau pengubahan jaringan dan organ tubuh lainya. Ketika pasien akan mengalami pembedahan maka akan menyebabkan kecemasan. Kecemasan pasien yang akan menjalani pembedahan dikarenakan beberapa faktor, salah satunya mereka tidak tahu konsekuensi dan prosedur pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi pra bedah terhadap kecemasan pasien pra bedah terencana di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experimen dengan rancangan pre-post test (pra-post test group design)., jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 49 responden dengan teknik purposive sampling, Analisa data menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat. Karakteristik responden diperoleh proporsi tua (41-65) sebanyak 57.1%, pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 30.6 %, pedidikan terbanyak SD yaitu 44.9%, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 55.1%. Rerata kecemasan sebelum diberikan intervensi 63.20 (5.784) dan rerata kecemasan setelah diberikan intervensi 54.46 (5.021) dan rerarata prosentase perubahan penurunan kecemasan sebelum dan setelah intervensi 44.57%. Uji stastistik menggunakan wilcoxon, menunjukkan nilai p 0.001 atau < 0.05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian informasi terhadap kecemasan kecemasan. Diharapkan praktisi perawat memberikan pendidikan kesehatan terhadap pasien pra bedah sehingga dapat mengurangi kecemasan. Kata kunci : Kecemasan. Pra bedah dan Pemberian Informasi PENDAHULUAN
anastesi masih sangat primitif serta tidak
Bedah telah menjadi salah satu
aman bagi pasien (Potter & Perry 2006).
bentuk keahlian sejak pertengahan abad
Jumlah pembedahan diseluruh dunia
19. Pembedahan merupakan cara dokter
pertahun diperkirakan adalah 234 juta,
mengobati kondisi yang sulit atau tidak
yaitu satu operasi untuk setiap 25 orang
mungkin disembuhkan hanya dengan obat
(Weiser
- obatan sederhana, pada awalnya dokter
Pertumbuhan jumlah kecelakaan, kasus
bedah hanya memiliki sedikit pengetahuan
kanker dan penyakit kardiovaskular akan
tentang prinsip-prinsip aseptik dan teknik
meningkatkan prosedur bedah lebih lanjut. Prosedur 27
&
Regenbogen,
pembedahan
yang
2008).
dilakukan
Volume 1, edisi 2, November 2013
untuk meningkatkan kualitas hidup, tetapi
tahun 2005 sebesar 51.59 %, tahun 2006
operasi dapat menyebabkan kerusakan
sebesar 53.68 % (Grace, 2007).
yang signifikan. Menurut
Angka World
pembedahan
di
Data
Palembang khususnya diruang Operasi
Sheet (2006) di negara industri telah
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
dilaporkan terdapat 3-22% dari semua
antara bulan Januari s/d. Desember 2011
kasus operasi. International Classification
menunjukkan
of
(2009)
pembedahan sebanyak 5128 pembedahan.
pembedahan diantaranya
Dan jenis pembedahan yang dilakukan
adalah operasi sistem saraf : 408 orang,
diantaranya adalah bedah umum 845,
operasi sistem endokrin: 41 orang, operasi
bedah anak 118, bedah kebidanan 1848,
pada mata: 22 orang, operasi pada telinga:
bedah THT 422, bedah mata 668, bedah
6 orang, operasi hidung, mulut dan paring:
orthopedi 278, bedah plastik 211, bedah
105
sistem
digestif 253, bedah saraf 27, bedah tumor
pada
236, bedah urologi 216, bedah mulut 6
Disease
menyebutkan
di
orang,
pernafasan:
Population
kejadian
Amerika
operasi 330
pada
orang, operasi
bahwa
sistem cardiovaskuler: 1805 orang, operasi
(RSMP, 2012).
sistem limpatik: 118 orang, operasi pada
Saat
jumlah
mengalami
pembedahan,
sistem pencernaan: 1381 orang, operasi
pasien
pada sistem urinaria: 266 orang, opersi
Pembedahan
pada sistem reproduksi laki-laki: 152 orang,
menyebabkan rasa takut dan ansietas
operasi
reproduksi
(Potter & Perry, 2006). Kecemasan adalah
perempuan: 441 orang, operasi persalinan:
suatu yang menimpa hampir setiap orang
1770
pada waktu tertentu dalam kehidupannya.
pada
orang,
sistem
operasi
pada
sistem
akan
seluruh
mengalami yang
stres.
ditunggu
muskuloskeletal: 1298 orang, dan operasi
Kecemasan
pada sistem integumen : 331 orang.
terhadap situasi yang menekan kehidupan
Di
sendiri,
normal
seseorang, dan karena itu berlangsung
pembedahan
tidak lama. Penting sekali untuk mengingat
menerima 3 juta pasien bedah setiap
bahwa kecemasan bisa muncul sendiri
tahunnya, mencakup 51% dari total jumlah
atau bersama dengan gejala-gejala lain
operasi bedah di Singapura setiap hari.
berbagai
Sementara itu di Indonesia sendiri jumlah
2003).
(2009)
jumlah
khususnya
reaksi
di
Singapura
Asia
merupakan
akan
pembedah tahun 2000 sebesar 47.22%,
gangguan
Kecemasan
emosi
yang
(Ramaiah,
dialami
pasien
tahun 2001 sebesar 45.19%, tahun 2002
mempunyai bermacam- macam alasan
sebesar 47.13%, tahun 2003 sebesar
diantaranya adalah : cemas menghadapi
46.87%, tahun 2004 sebesar 53.22%,
ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang
28
Volume 1, edisi 2, November 2013
berupa cacat anggota tubuh, cemas dan
farmakologi
takut mati saat di bius, cemas bila operasi
menggunakan
gagal,
cemas
membengkak. mengalami
salah
obat-obatan
diantaranya
biaya
yang
adalah
Beberapa
pasien
yang
benzoadiazepin, salah satu obat yang
berat
terpaksa
jenis
dengan
masalah
kecemasan
lazim
kelompok
dipakai
diazepam,
Alprazolam,
Buspirone
Larazepam,
merasa belum siap mental menghadapi
(Ramaiah, 2003).
operasi (Sawitri & Sudayanto, 2008). Ibrahim
(2002)
obat
adalah
menunda jadwal operasi karena pasien
Menurut
satunya
Tidak hanya secara farmakologis dalam
tetapi juga penyuluhan perioperatif sangat
Kusumadewi (2008) gangguan anxietas di
penting
Indonesia
mengatasi kecemasannya sehingga perlu
terutama
di
kota
Jakarta,
dalam
membantu
menunjukkan prevalensi yang jauh lebih
adanya
tinggi
umum.
berkualitas,
Prevalensi (angka kesakitan) gangguan
mengurangi
anxietas berkisar pada angka 6-7% dari
ketidaktahuan pasien (Dayalon, 1994) di
populasi
kutip dari (Potter & Perry, 2006). Cara lain
dibandingkan
lebih
umum. Kelompok perempuan
banyak
anxietas
rata-rata
jika
mengalami dibandingkan
gangguan
untuk
dengan
pelayanan
pasien
ini
keperawatan akan
rasa
mengatasi
yang
membantu
takut
akibat
kecemasan
adalah
dengan berdoa (Murpy, 2009), Terapi
prevalensi kelompok laki-laki. Penelitian
vibroakustik
juga dilakukan pada sejumlah karyawan
perlakuan gangguan kecemasan (Wigram,
pada tingkat eksekutif di beberapa instansi
1997) dikutip dari (Djohan, 2006).
pemerintah, maupun instansi swasta di Jakarta,
menunjukkan
prevalensi
juga
Manfaat
fobia
digunakan
penyuluhan
dalam
perioperatif
yang terstruktur telah terbukti. (Potter &
sosial, sebesar 10-16%.
Perry, 2006). Manfaat lain dari penyuluhan
Insiden yang dilaporkan Pra Bedah,
Pra Bedah adalah memenuhi kebutuhan
kecemasan pada orang dewasa berkisar
individu
antara 11% sampai 80%, Insiden tertinggi
meningkatkan
yang
meningkatkan kenyamanan psikologis dan
dilaporkan
oleh
psikiater
tentang
pengetahuan keamanan
pasien,
menggunakan psikologis validasi kuesioner
fisiologis,
(Corman, 1958) dalam (Maranets, 1999).
pasien dan keluarga dalam perawatannya,
Saat ini, data
menunjukkan adanya
dan meningkatkan kepatuhan terhadap
hubungan antara efek kecemasan dan
intruksi yang telah di jelaskan. Riset
ketakutan sebelum operasi (Czeisle, 1976)
menunjukkan
dalam (Maranets 1999).
perioperatif dikaitkan dengan penurunan
Cara mengatasi kecemasan yaitu
meningkatkan
operasi,
keikutsertaan
bahwa
penyuluhan
tingkat kecemasan, ambulasi yang cepat,
dengan farmakologi dan non farmakologi,
dan
29
keikutsertaan
dalam
aktifitas
Volume 1, edisi 2, November 2013
perawatan diri (Baradero, Dayrit & Siswadi,
melibatkan satu kelompok subjek yaitu
2009).
pasien pra bedah. Dalam
Penelitian Sawitri dan Sudaryanto
intervensi dilakukan sebanyak 1 kali yaitu
(2008) dengan judul penelitian “Pengaruh
sebelum intervensi (Arikunto, 2006).
Pemberian informasi pra bedah terhadap tingkat kecemasan
desain ini
Sampel
pada pasien bedah
pada
penelitian
didapatkan dengan cara
ini
non probability
mayor di Bangsal Orthopedi RSUI Kustati
sampling dan dilakukan dengan purposive
Surakarta”
ada
sampling, Setelah dihitung menggunakan
antara
rumus maka dididapatkan jumlah sampel
pemberian informasi pra bedah dengan
yang akan diteliti sebanyak 49 responden
penurunan tingkat kecemasan pada pasien
pasien pra bedah terencana.
hubungan
menunjukkan yang
bahwa
bermakna
pra bedah mayor dan
ada perbedaan
Instrumen
yang
digunakan
untuk
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan perlakuan pemberian informasi
adalah sebagai berikut: 1) Karakteristik
pra bedah yaitu ada penurunan tingkat
responden dan kuisioner untuk mengukur
kecemasan
kecemasan, karakteristik responden berisi
dari
kecemasan
sedang
menjadi kecemasan ringan.
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
Berdasarkan uraian diatas maka,
suku, dan jenis operasi responden, 2)
diperlukan penelitian untuk membuktikan
Skala
pengukuran
kecemasan
dengan
pengaruh pemberian informasi prabedah
menggunakan kuesioner STAI yang terdiri
terhadap kecemasan pasien pra bedah.
dari 20 pertanyaan dengan skor antara 20– 80, pada subyek penelitian. Pengukuran
METODE PENELITIAN
kecemasan dilakukan sebelum intervensi
Kerangka Konsep
dan
Kecemasan pasien pra operasi sebelum dilakukan pemberian informasi
Pemberian Informasi
sesudah
intervensi
pada
kedua
kelompok.
Kecemasan pasien post operasi setelah dilakukan pemberian informasi
Instrumen
selanjutnya
adalah
pemberian informasi yang dilakukan oleh peneliti, menjelaskan tentang seluruh yang berkaitan dengan pembedahan, sehingga pasien mengerti tentang apa yang akan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
dilakukan kepada responden.
quasi experimen dengan rancangan prapascatest (pra-post test group design). Ciri
HASIL PENELITIAN
tipe penelitian ini adalah mengungkapkan
Analisa Univariat
hubungan
sebab
akibat
dengan
cara
30
Volume 1, edisi 2, November 2013
Tabel 1 Rerata Kecemasan Pasien Pra Bedah Terencana sebelum dan Setelah diberikan Informasi Ruang Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Kecemasan
Mean
Median
pre intervensi
63.20
64.00
post Intervensi 54.46
54.00
Rerata
kecemasan
Std. Dev.
Min-Max
95 % CI
5.784
51-75
61,54-64,86
5.021
46-70
53,02-55,91
sebelum
sebelum dilakukan intervensi antara 61,54-
dilakukan intervensi 63.20 (5.784) dan
64,86.
median 64.00 dari hasil confidence interval dapat disimpulkan bahwa 95%
rerata
Analisa Bivariat
kecemasan pasien pra bedah terencana Rerata Kecemasan sebelum dan setelah dilakukan intervensi Kecemasan
Rerata
Sebelum
63.20
5.784
Setelah
54.46
5.021
Dengan Uji Wilcoxon, diperoleh nilai value=
0,000
menunjukkan demikian
(𝜌 Ha
pra
<0,05),
hal
diterima,
terdapat
kecemasan
Std. Deviasi
-5.952 0.001
dibandingkan rerata kecemasan antara rerata
ini
instrumen
dengan
dengan
kecemasan
didapatkan
antara
kecemasan
sebelum
perbedaan
bedah
𝜌
𝜌
Z
sebelum
rerata
bahwa
rerata
intervensi
diatas
rerata skor instrument.
dan
artinya
Hal tersebut menggambarkan bahwa
terdapat pengaruh pemberian informasi pra
kecemasan tersebut dimungkinkan karena
bedah terhadap kecemasan pasien pra
banyaknya penyebab. Menurut Ruz at al.,
bedah terencana.
(2011)
setelah
diberikan
intervensi,
adanya
perubahan
dalam
lingkungan rumah sakit, hilangnya control PEMBAHASAN
pribadi,
Kecemasan Pasien Pra Bedah sebelum
penurunan dalam
dilakukan intervensi
Demikian pendapat Smeltzer dan Bare
Anxiety
diintervensikan
diri
dan
kemapuan bekerja.
sebelum
disebabkan akibat cemas akan kondisi
pemberian
penyakitnya, cemas karena tidak bisa
Inventory dengan
konsep
(2002) kecemasan yang dialami pasien
Hasil ukur kecemasan dengan State Trait
perubahan
sembuh, takut dan kematian.
informasi pra bedah menunjukkan nilai
Hasil
rata-rata 63.20(5.784)
penelitian
Berdasarkan instrument STAI yang
ini
sesuai
dengan
hasil
yang
telah
dilakukan
oleh
digunakan adalah skor terendah 20 dan
Lukman (2012) di RSMH Palembang dari
tertinggi
80(20-80).
Jadi
hasil penelitian nya pada 23 responden
menurut
instrument
adalah
skor 50.
rerata
SKA
bila 31
dinyatakan
bahwa
rata-rata
Volume 1, edisi 2, November 2013
kecemasan sebelum dilakukan intervensi
dengan
sebesar 53.16 (4.925).
dilakukan oleh Lukman (2012) di RSMH
Hasil
penelitian
Sudaryanto (2008)
Sawitri
hasil
penelitian
yang
telah
dan
Palembang dari hasil penelitian nya pada
membuktikan bahwa
23 responden SKA dinyatakan bahwa rata-
pengaruh pemberian informasi pra bedah
rata
menggunakan
intervensi sebesar 43.00(5.676).
instrument
HARS
menunjukan bahwa sebelum
kecemasan
setelah
dilakukan
dilakukan
Rerata kecemasan setelah dilakukan
pemberian informasi pra bedah responden
intervensi turun menjadi 54.46, hal ini
tidak mengalami kecemasan sebanyak
menunjukan bahwa pemberian informasi
22,4%, cemas ringan 22,4%, cemas berat
pra bedah mampu menurunkan rerata
13,8%, dan yang paling banyak responden
kecemasan pasien. Manfaat pemberian
mengalami
informasi pra bedah menurut Potter &
yaitu
tingkat
kecemasan
37,9%,sedang
sedang
prosentase
yang
Perry
(2006),
memenuhi
paling sedikit pada tingkat kecemasan
individu
berat sekali 3,5 % dari total responden
meningkatkan
yang ada.
meningkatkan kenyamanan psikologis dan
Hasil
penelitian
Santoso
(2008)
tentang
kebutuhan
pengetahuan
operasi,
keamanan
pasien,
fisiologis, dan meningkatkan kepatuhan
membuktikan Tingkat kecemasan pasien
terhadap intruksi yang telah di jelaskan.
pre operasi di ruang Mawar RSUD Sragen,
Hasil
penelitian
Sawitri
dan
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
Sudaryanto (2008)
adalah tidak cemas 4 sampel 10%, cemas
pengaruh pemberian informasi pra bedah
ringan 8 sampel 21%, cemas sedang 17
menggunakan
sampel 45%, cemas berat 9 sampel 24%,
menunjukan data post test ditemukan
dan yang panik tidak ada 0%
responden
berdasarkan
teori
dan
membuktikan bahwa
instrument
yang
tidak
HARS
mengalami
penelitian
kecemasan 34,5%, cemas sedang 25,8%,
terkait diatas peneliti sependapat bahwa
dan paling banyak responden mengalami
pemberian informasi pra bedah dapat
tingkat
kecemasan
ringan
mempengaruhi
39,7%,
sedangkan
responden
penurunan
kecemasan,
sebanyak yang
sehingga pendidikan kesehatan sangat
mengalami cemas berat dan cemas berat
penting bagi pasien yang akan mengalami
sekali tidak ada.
pembedahan.
Hasil
penelitian
Santoso
(2008)
membuktikan Tingkat kecemasan pasien Kecemasan Pasien Pra bedah Setelah
pre operasi di ruang Mawar RSUD Sragen,
dilakukan Intervensi
Sesudah dilakukan pendidikan kesehatan,
Setelah dilakukan intervensi, rerata
tingkat kecemasan mengalami perubahan
kecemasan 54.46 (5.021). Hasil ini sesuai
(penurunan). Sebagian besar responden 32
Volume 1, edisi 2, November 2013
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
rumah
tingkat
menguntungkan,karena
kecemasannya
sedang
17
sakit
yang penderita
responden 45%, tetapi setelah dilakukan
merupakan ”captive audience”
pendidikan
besar
b a i k (mudah termotivasi) dan diharapkan
responden tingkat kecemasannya menjadi
dapat terjadi komunikasi yang mudah dan
ringan 24 responden 63%.
baik antara petugas kesehatan (provider)
kesehatan
Berdasarkan
hal
sebagian
tersebut
yang
diatas,
dan konsumennya. Tujuan penyuluhan
pemberian informasi pra bedah dilihat dari
kesehatan adalah untuk menghilangkan
kecemasan sebelum dan setelah di berikan
ketakutan
intervensi
keluarga,menginformasikan
mempunyai pengaruh yang
dan
efektif terhadap penurunan kecemasan
keluarga
sehingga
pada pasien pra bedah terencana.
pengetahuan
tentang
kekhawatiran kepada menambah masalah
dan
prognosis penderita, serta menjawab Pengaruh
Pemberian
Informasi
Pra
keragua-raguan (Narendra, 2005).
Bedah Terhadap Kecemasan Pasien Pra
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
Operasi Terencana Pemberian
berpendapat bahwa pengaruh pemberian
informasi
mempunyai
informasi pra bedah mempunyai pengaruh
pengaruh yang efektif dalam mengurangi
yang
kecemasan pasien pra bedah terencana.
kecemasan, dengan penjelasan informasi
Hal ini sejalan dengan penelitian Qulsum at
pra bedah akan membantu mengurangi
al., (2011) dalam penelitianya dengan
stress,persepsi
jumlah
maka
sehingga klien mengerti tentang tindakan
disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat
yang akan dilakukan kepadanya, secara
kecemasan
tidak
sampel
18
pada
responden
pasien
pre
operasi
efektif
langsung
dalam
buruk
pada
mengurangi
tentang
saat
operasi
penetilian
sebelum dan sesudah pemberian terapi
beberapa responden
music klasik. Rerata sebelum 21.33 (4.087)
untuk bertanya tentang operasi dan pada
dan setelah intervensi 15.22 (4.152).
saat itu juga terjadilah proses pendidikan
Menurut Baradero (2009) Manfaat penyuluhan
kesehatan
sangat antusias
sehingga responden memang
penyuluhan
praoperasi
benar ikut berpartisipasi, bukan hanya
dikaitkan dengan dengan
penurunan
menerima informasi saja tetapi juga aktif
tingkat kecemasan, ambulasi yang cepat, dan
keikutsertaan
dalam
dalam bertanya.
aktifitas
perawatan diri.
SIMPULAN
Penyuluhan kesehatan merupakan
Berdasarkan hasil penelitian yang
kerja sama antara petugas kesehatan
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
dengan
berikut:
penderita
dalam
setting 33
Volume 1, edisi 2, November 2013
1. Rerata kecemasan pasien sebelum dilakukan
intervensi
sebagai
pemberian
konsulen
keluhan-keluhan
Rumah
Selain
Muhammadiyah
Palembang 63.20 (5.784). 2. Rerata
kecemasan
dilakukan
intervensi
setelah
Sakit
pemberian
sehingga
juga,
dialaminya.
perawat
pendidikan
dapat
kesehatan
dapat
mengurangi
kecemasan.
Muhammadiyah
Palembang 54.46 (5.021). 3. Rerata
yang
kepada pasien tentang pra bedah untuk
informasi pra bedah di IRNA Bedah Rumah
itu
memberikan
pasien
pasien,
sehingga pasien bisa mengungkapkan
informasi pra bedah di IRNA Bedah Sakit
bagi
prosentase
DAFTAR PUSTAKA Astuti, S & Resminingsih. (2010). Bahan dasar untuk pelayanan konseling pada satuan pendidikan untuk menengah. Jakarta: PT gramedia.
perubahan
penurunan kecemasan sebelum dan setelah intervensi sebesar 44.57%
Baradero, M, Dayrit, VM, Siswadi, Y,2009. Prinsip dan praktik keperawatan perioperatif. Jakarta:ECG,
4. Ada perbedaan antara kecemasan pra bedah terencana sebelum dan setelah intervensi dengan menggunakan uji
Budianto, M. (2009). Pengaruh Terapi Religius Doa Kesembuhan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Klien Pre-operasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
wicoxon didapatkan hasil p value = 0.001
SARAN Dahlan, M.S. (2009). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat institusi
bagi
pihak
pendidikan
penelitian
Rumah
Sakit,
maupun
bagi
selanjutnya
Delp & Manning, (2000). Gejala-gejala kecemasan, mayor diagnosis fisik. Jakarta: EGC
berdasarkan
kesimpulan di atas, peneliti mengajukan
Djohan. (2006). Terapi musik: teori dan apllikasi. Yogyakarta: Galangpress
saran-saran antara lain 1. Perlu
dilakukan
dengan
penelitian
menggunakan
lanjutan
melakukan
Efendi, Nursalam, F. (2008), Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika,
penelitian lanjutan dengan metodologi yang
berbeda
dan
mengguanakan Ibrahim & Sani, A. (2002). Menyiasati Gangguan Cemas. Jakarta: Pdpersi. (http://www.oocities.org/gkiamb/kece masan.htm di akses selasa 24 april 2012 jam 20.30 Inna Maranets, M., and Zeev N. Kain, MD. (1999). Preoperative Anxiety and Intraoperative Anesthetic Requirements. 89:1346 –1351.
terapi yang lain seperti mendengarkan music
atau
vibro
akustik
,
mendengarkan al-quran dan lain lain. 2. Diharapkan kepada perawat, disamping memberikan diharapkan
terapi juga
farmakologi,
dapat
berperan 34
Volume 1, edisi 2, November 2013
Kusumadewi, S (2008).Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, 19075022
Ramaiah, S. (2003). Kecemasan, bagaimana mengatasi penyebabnya. Jakarta: pustaka populer obor
Laura L. B. Barnes, Harp, D., & Jung, W. S. (2002). Educational and Psychological Measurement. 62; 603
Sawitri, E., & Sudaryanto, A. (2008). Pengaruh Pemberian Informasi Pra Bedah terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pra Bedah Mayor di Bangsal Orthopedi RSUI Kustati Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, 1, 13-18.
Lukman, (2012). Pengaruh intervensi Zikir Asmaul Husna terhadap kecemasanklien Sindrom Koroner Akut di RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha ilmu
Machfoedz & Suryani. (2008), Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya
Smelzer, S.C & Bare, B. G. (2006). Medical Surgical Nursing. United State: Lippincott williams
Marrelli, T. (2008). Buku saku dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC
Statistics, N. C. f. H. (2009). Number of alllisted procedures from discharges from short-stay hospitals by procedure category and age: United States.
Murpy, J. (2009). keajaiban kekuatan pikiran. Jakarta: serambi Musfir. (2005). Konseling terapi. jakarta: gema insani Metodologi Jakarta.:
Susabda, (2009), http://www.oocities.org/gkiamb/kece masan.htm di akses selasa 24 april 2012 jam 20.30)
, (2007) Soekidjo, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta,
Tilton, S.R (2008). Riview of the State Trait Anxiety Inventory (STAI), Newsnotes, 8(2).
Nursalam. (2009). Konsep Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Weiser TG, Regenbogen SM,Thompson KD et al.(2008) An estimation of the global volume of surgery. Lancet;372:139-44.
Notoadmodjo, S. (2010). Penelitian Kesehatan. Rineka cipta
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Wijono. (2007). Mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi,. Jakarta. grasindo
Pickett, G & Hanlon, J. (2008). Kesehatan masyarakat.administrasi dan praktik : jakarta: EGC
William. (2010). Kamus Jakarta: EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta:EGC.
World population data sheet. Washington, DC: Population reference bureau, 2006. http://www.prb.org/ pdf06/06WorldDataSheet.pdf
35
Keperawatan.