PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 131
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.) Rizka Qori Dwi Mastuti 1 Ir.Ciptono, Msi. 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perubahan pendewasaan dan jumlah folikel ovarium tikus putih (Rattus norvegicus, L.). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Menggunakan 25 ekor tikus putih betina galur Wistar, umur ±2 bulan dengan berat badan ±200 gram, dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing 5 ekor, yaitu P0 satu kelompok tanpa ekstrak kacang merah digunakan sebagai kontrol. Empat kelompok lain diberi ekstrak kacang merah dengan dosis yang berbeda-beda, masing-masig P1 (50 mg ekstrak kacang merah), P2 (75 mg ekstrak kacang merah), P3 (100 mg ekstrak kacang merah), dan P4 (125 mg ekstrak kacang merah).Pemberian ektrak kacang merah dilakukan selama 21 hari secara oral. Preparat ovarium dibuat dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE). Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menghitung jumlah folikel ovarium yaitu, folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de Graff, korpus luteum, dan folikel atresia. Data dialasisis dengan One Way Anova, jika terdapat perbedaan hasil, dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Hasil penelitian dan pembahasan pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) terhadap perkembangan jumlah folikel ovarium tikus putih (Rattus norvegicus, L.) yaitu dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kacang merah berpengaruh terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih secara signifikan (P 0,05) pada jenis folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de Graff dan folikel atresia, sedangkan pada korpus luteum pemberian ekstrak kacang merah tidak berpengaruh secara signifikan (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) dapat mempengaruhi perkembangan folikel ovarium tikus putih (Rattus norvegicus, L.). Pemberian dosis bertingkat, terbukti semakin meningkatkan jumlah folikel ovarium tikus putih yang meliputi folikel folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de Graff dan folikel atresia. Kata kunci: Ekstrak kacang merah, folikel ovarium, tikus putih. 1 Mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNY 2 Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNY PENDAHULUAN
sehingga berjalan efektif. Salah satu permasalahan
Kehidupan masyarakat saat ini tidak lepas
yang sering timbul yaitu pada perkembangan sistem
dari adanya masalah. Berbagai aspek permasalahan
reproduksi. Biasanya terdapat kesenjanangan yang
yang timbul dari setiap kehidupan manusia,
membuat
membuat para peneliti mempunyai keinginan untuk
terdapat perkembangan yang tidak normal pada
memberikan solusi yang tepat untuk membantu dan
organ-organ reproduksi dalam tubuh. Keadaan ini
mempermudah berjalannya kehidupan manusia
dapat dipengaruhi oleh sistem koordinasi yang tidak
manusia
merasa
gelisah.
Misalnya
132 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 3 Tahun 2017 berjalan normal, sehingga dapat mempengaruhi
memiliki rasa yang enak tetapi juga memiliki
aktivitas
kandungan nutrisi yang cukup lengkap.
metabolisme
tubuh,
maupun
sistem
regulasi hormon, dengan demikian maka dapat
Kacang merah mengandung banyak nutrisi,
meganggu aktivitas endokrinase dalam seluruh
tapi dalam kacang merah juga mengandung zat lain
tubuh.
yang disebut fitoestrogen. Fitoestrogen, menurut Cara
untuk
Biben (2012: 2) adalah senyawa yang terkandung
dengan
dalam kelompok tanaman, baik biji-bijian, kacang-
membantu kelancaran aktivitas metabolisme tubuh,
kacangan, sayuran, dan buah-buahan yang memiliki
seperti misalnya memperbaiki pola hidup sehat
sifat khasiat menyerupai hormon estrogen. Estrogen
dengan
tepat.
tidak hanya dihasilkan secara endogen oleh hewan,
digunakan
melainkan estrogen juga ditemukan pada beberapa
diantaranya yaitu dengan memanfaatkan kacang-
tanaman dan biji-bijian sehingga disebut dengan
kacangan sebagai salah satu daftar makanan yang
fitoestrogen.
menangani
yang
dapat
permasalahan
mengkonsumsi
Alternatif
makanan
digunakan ini
yaitu
makanan yang
yang
dapat
dapat dikonsumsi. Saat ini, banyak jenis tanaman
Hormon
estrogen
dapat
mendorong
kacang-kacangan telah banyak dimanfaatkan dalam
perkembangan organ reproduksi. Sekresi hormon
kehidupan sehari-hari, salah satu diantaranya yaitu
estrogen akan mempengaruhi organ reproduksi pada
kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.). Kacang
hewan betina, termasuk ovarium, yang berkaitan
merah ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh,
dengan perkembangan endometrium dan folikelnya.
seperti sebagai sumber energi yang baik dan bahan
Menurut Rizani Amran (2011:13) miripnya struktur
pengobatan berbagai penyakit. Kacang-kacangan
kimia
diketahui memiliki banyak kandungan nutrisi,
membuatnya mampu berikatan dengan reseptor
menurut Made Astawan (2009: 22-24), kacang
estrogen, dengan demikian fitoesterogen juga dapat
merah mengandung karbohidrat, protein, mineral,
berpengaruh terhadap sirkulasi hormom dalam
vitamin, serat tinggi dan zat-zat lainnya. Selain itu
tubuh.
kacang merah juga merupakan sumber energi yang baik, yaitu sekitar 348 kkal per 100 gram. Permintaan
kebutuhan
fitoestrogen
dengan
17β-estradiol
Biben (2012: 1-3) juga menyebutkan bahwa penggunaan fitoestrogen dalam dunia kesehatan
akan
bahan
masih banyak menimbulkan pro dan kontra. Selain
pelengkap makanan di era modern ini tidak bisa
itu juga disebutkan bahwa penelitian pada wanita
dipungkiri lagi semakin meningkat dari tahun ke
pra menopause, penggunaan fitoestrogen dapat
tahun, tidak terkecuali dengan jenis biji-bijian atau
memperpanjang fase folikuler secara bermakna dan
kacang-kacangan yang banyak digunakan dalam
meningkatkan kadar progesteron, sedangkan FSH
berbagai jenis makanan yang dikonsumsi dalam
dan LH menurun.
keseharian hidup manusia. Salah satu jenis kacang-
Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan
kacangan yang umum konsumsi dalam kehidupan
untuk menunjukkan ada tidaknya manfaat positif
sehari-hari
fitoestogen yang terdapat pada kacang merah,
adalah
kacang
merah,
disamping
terutama efeknya terhadap sistem reproduksi tikus.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 133 Berdasarkan
uraian
tersebut
maka
dilakukan
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian
Jurdik
fitoestrogen dari ekstrak kacang merah terhadap
Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM,
perkembangan folikel pada ovarium tikus putih
dan Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
(Rattus norvegicus, L.) yang dilihat dari jumlah
Kedokteran UGM pada dan bulan April-Juni 2015.
folikel yang dihasilkan, dan ektrak diberikan secara
Populasi dan Sampel
oral.
Biologi
FMIPA
UNY,
Laboratorium
Populasi dan ampel menggunakan 25 ekor Tikus putih merupakan hewan mamalia
tikus putih (Rattus norvegicus, L.) betina galur
yang dikenal oleh para peneliti sebagai hewan
Wistar umur ±2 bulan dengan berat badan rata-rata
percoabaan karena tikus putih memiliki struktur
200 gr yang diberi perlakuan ekstrak kacang merah
anatomi dan histologi yang sangat mirip dengan
(Phaseolus vulgaris, L.).
struktur anatomi dan histologi pada manusia.
Variabel Penelitian
Disamping itu, tikus putih juga sangat mudah
Variabel bebas meliputi variasi ekstrak kacang
diperoleh sebagai bahan praktikum atau bahan
merah (Phaseolus vulgaris, L.) yaitu kontrol P0: 0
eksperimen. Selain hal tersebut diatas, keunggulan
mg/200 gr BB tikus per hari, P1: 50 mg/200 gr BB
lainnya dari tikus putih adalah ukurannya yang
tikus per hari, P2: 75 mg/200 gr BB tikus per hari,
cukup besar dan lebih tenang, sehingga lebih mudah
P3: 100 mg/200gr BB tikus per hari, P4: 125
untuk diamati.
mg/200 gr BB tikus per hari. Variabel tergayut yaitu
METODE PENELITIAN
perkembangan masing-masing jenis folikel yang
Rancangan dan Desain Penelitian
dilihat dari jumlah folikel primer, sekunder, tersier,
Penelitian yang dilaksanakan merupakan
de Graff, korpus luteum dan folikel atresia pada
penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang
ovarium tikus putih.
digunakan
Alat dan Bahan Penelitian
adalah
acak
lengkap
dengan
menggunakan 25 ekor tikus putih yang dibagi
Alat yang digunakan meliputi kandang tikus 5
menjadi lima kelompok, yaitu: 1 kelompok kontrol
buah, tempat pakan, tempat minum, timbangan
dan 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing
analitik, cutton bud, tisu dan alat suntik 2,5 ml,
kelompok 5 ekor tikus putih sebagai ulangan. Tikus
kanul, toples untuk pembiusan, kapas, gunting
yang digunakan adalah tikus putih betina dari
bedah, scapel, pinset bak paraffin, jarum pentul
golongan Rattus norvegicus, galur wistar. Respon
botol flakon, pipet tetes, gelas ukur, pisau, timer,
yang dilihat yaitu jumlah folikel ovarium pada
blok kayu, oven paraffin, hot plate, kotak perparat,
masing-masing
gelas benda, gelas penutup, mikrotom, mikroskop
tahap
perkembangan,
dengan
pemberian ekstrak kacang merah dengan kadar
cahaya,
mikrometer,
alat
tulis,
dan
kamera
dosis yang berbeda dari ektrak kacang merah per
digital/optilab. bahan yang digunakan yaitu tikus
±200 gram berat badan tikus. Perlakuan dilakukan
putih betina umur ±2 bulan, pakan tikus/pelet,
selama 21 hari dan diberikan secara oral.
aquadest, formalin 10%, garam fisiologis, alkohol
Waktu dan Tempat Penelitian
70%, etanol 70%, pewarna giemsa, ekstrak kacang
134 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 3 Tahun 2017 merah, kloroform, sabun antiseptic, xylol, paraffin,
50 mg/200gr BB per hari; 75 mg/200gr BB
pewarna eosin, dan Hematoxylin.
per hari; 100 mg/200gr BB per hari; dan
Langkah Penelitian
125 mg/200gr BB per hari), diberikan
a. Tahap Uji Pendahuluan
setiap 1 kali sehari selama 21 hari pada
1) Tahap
awal
pemeliharaan
dilakukan
dengan adapatsi lingkungan baru selama
jam/waktu yang sama. Teknik Pengumpulan Data
±7 hari (satu minggu). 2) Pemeliharaan
dengan
hari ke 21. Pengamatan hasil penelitian dilihat
pemberian pakan (pelet dan air minum)
dari organ ovarium yang telah dibuat preparat
yang
dan diambil dokumentasinya kemudian dihitung
harus
tikus
Pengumpulan data terakhir diambil pada
selalu
putih
tersedia
didalam
kandang.
jumlah folikel yang terbentuk pada masing-
3) Pemeriksaan
apus
vagina
sebelum
masing jenis folikel, sedangkan perkembangan
perlakuan untuk melihat siklus reproduksi
folikel dapat dilihat dengan membandingan
dalam tahap estrus.
jumlah masing-masing jenis folikelnya pada
4) Pemberian ekstrak kacang merah secara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
oral pada tikus putih menurut dosis
ekstrak kacang merah, kemudian keseluruhan
masing-masing (0 mg/200gr BB per hari;
hasil pengamatan dianalisis.
75 mg/200gr BB per hari; 100 mg/200gr
Analisis Data
BB per hari; dan 150 mg/200gr BB per
Penelitian ini menggunakan Rancangan
hari), diberikan setiap 1 kali sehari selama
Acak Lengkap (RAL), dan data dari
21 hari pada jam/waktu yang sama.
folikel de Graaf dan folikel atresia yang
b. Tahap Uji Sesungguhnya 1) Tahap
awal
dengan
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis
pemeliharaan
membiarkan
jumlah
tikus
dilakukan beradapatsi
menggunakan uji parametrik One Way Anova untuk
mengetahui
ada
tidaknya
pengaruh
dengan lingkungan barunya ±7 hari (satu
pemberian ekstrak kacang merah terhadap
minggu).
jumlah folikel pada ovarium tikus putih, dengan
2) Pemeliharaan
tikus
putih
dengan
menggunakan
software
SPSS
ver.16
pemberian pakan (pelet dan air minum)
Selanjutnya apabila terdapat pengaruh nyata,
yang
maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple
harus
selalu
tersedia
didalam
Range Test (DMRT) untuk mengetahui ada
kandang. 3) Pemeriksaan
apus
vagina
sebelum
tidaknya perbedaan rerata antar perlakuan
perlakuan untuk melihat siklus reproduksi
kontrol
dalam tahap estrus.
perlakuan.
4) Pemberian ekstrak kacang merah secara oral pada tikus putih menurut dosis masing-masing (0 mg/200gr BB per hari;
dengan
masing-masing
kelompok
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 135 Hasil pemberian vulgaris,
penelitian ekstrak
L.)
mengenai
kacang
terhadap
merah
pengruh b
(Phaseolus
perkembangan
folikel
ovarium tikus putih diambil berdasarkan gambar a
histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus norvegicus,
L.)
secara
mikroskopik
dengan
pembesaran 100x, menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-Eosin
(HE).
Folikel-folikel
c
yang
diamati meliputi folikel primer, sekunder, tersier, de
d
Graff, korpus luteum dan folikel atresia, yang dilihat berdasarkan
masing-masing perbedaan
perkembanganya
jumlah
folikel
yang
terbentuk akibat pemberian dosis ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.) yang berbeda. b
d
Jumlah
a
Gambar 2. Foto Mikroskopis Ovarium Tikus Putih Setelah Mendapat Perlakuan Pemberian Ekstrak Kacang Merah (HE, 100x). c Keterangan (a) korteks ovarium (b) folikel tersier (c) folikel atresia (d) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
P0 P1 P2 P3 P4
Jenis Folikel ±93 μm
Gambar 1. Foto Mikroskopis Ovarium Tikus Putih Setelah Mendapat Perlakuan Pemberian Ekstrak Kacang Merah (HE, perbesaran 100x). Keterangan (a) korteks ovarium (b) folikel Primer (c) folikel sekunder (d) folikel de Graff
Gambar 11. Diagram Jumlah Rata-Rata Folikel per Satuan Lapang Pandang (1,83 x 106μm2) Ovarium Tikus Putih Sesudah Pemberian Ekstrak Kacang Merah
136 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 3 Tahun 2017 Gambar peringkat
diagram
dari
menunjukkan
perkembangan
Graff ovarium tikus putih yang paling baik
masing-
adalah pada dosis 50 mg/gr BB per hari.
masing jenis folikel berdasarkan jumlah
Perkembangan folikel de Graff yang paling
rata-rata yang paling banyak. Diagram
rendah yaitu pada perlakuan P0 yaitu dengan
pertama menunjukkan peringkat rata-rata
dosis 0 mg/gr BB per hari (kontrol).
masing-masing
perlakuan
pada
folikel
Perkembangan korpus luteum dapat
primer. Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat
diketahui bahwa jumlah peringkat rata-rata
berdasarkan data diatas dapat diketahui
masing-masing
folikel
bahwa jumlah peringkat rata-rata masing-
primer yang paling tinggi yaitu pada
masing perlakuan yang paling tinggi yaitu
perlakuan dengan dosis P1. Hal ini dapat
pada perlakuan dengan dosis P4. Hal ini
dikatakan perkembangan folikel primer
dapat
ovarium tikus putih yang paling baik adalah
luteum ovarium tikus putih yang paling baik
pada
hari.
adalah pada dosis 125 mg/gr BB per hari.
Perkembangan folikel sekunder yang paling
Perkembangan folikel tersier yang paling
rendah yaitu pada perlakuan P2 yaitu dengan
rendah yaitu pada perlakuan P0 yaitu dengan
dosis 75 mg/ gr BB per hari.
dosis 50 mg/ gr BB per hari.
dosis
perlakuan
50
mg/gr
pada
BB
per
Perkembangan folikel tersier dapat dilihat
pada
diagram
ketiga.
Jadi
pada
diagram
dikatakan
kelima.
perkembangan
Jadi
korpus
Pembentukan folikel atresia dapat dilihat
pada
diagram
keenam.
Jadi
berdasarkan data tersebut dapat diketahui
berdasarkan data diatas dapat diketahui
bahwa jumlah peringkat rata-rata masing-
bahwa jumlah peringkat rata-rata masing-
masing perlakuan yang paling tinggi yaitu
masing perlakuan yang paling tinggi yaitu
pada perlakuan dengan dosis P1. Hal ini
pada perlakuan dengan dosis P1. Hal ini
dapat
dapat
dikatakan
perkembangan
folikel
dikatakan
perkembangan
folikel
tersier ovarium tikus putih yang paling baik
atresia ovarium tikus putih yang paling
adalah pada dosis 50 mg/gr BB per hari.
tinggi adalah pada dosis 50 mg/gr BB per
Perkembangan folikel tersier yang paling
hari. Pembentukan folikel atresia yang
rendah yaitu pada perlakuan P4 yaitu dengan
paling rendah yaitu pada perlakuan P4 yaitu
dosis 125 mg/ gr BB per hari.
dengan dosis 125 mg/ gr BB per hari.
Perkembangan folikel de Graff dapat dilihat
bada
diagram
keempat.
Hasil analisis uji Anova yang dapat
Jadi
dilihat dari nilai signifikasi masing-masing
berdasarkan data diatas dapat diketahui
jenis folikel ovarium tikus putih. Jika nilai
bahwa jumlah peringkat rata-rata masing-
sig < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
masing perlakuan yang paling tinggi yaitu
terdapat perbedaan yang nyata pada setiap
pada perlakuan dengan dosis P1. Hal ini
perlakuan, sebaliknya jika nilai sig > 0,05
dapat dikatakan perkembangan folikel de
maka tidak terdapat perbedaan pada setiap
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 137 perlakuan. Berdasarkan tabel diatas, dapat
dalam kelompok yang sama berarti memiliki
diketahui bahwa pada perkembangan folikel
pengaruh yang sama antara yang satu dengan
primer (0,012), sekunder (0,013), tersier
yang lainya. Kelompok pertama yaitu P0 yang
(0,003), de Graff (0,015) dan folikel atresia
sama dengan perlakuan P4, kelompok kedua
(0,042) nilai signifikasinya < 0,05. Hal ini
yaitu P0, P2, dan P1, dan kelompok ketiga yaitu
berarti bahwa pada kelima jenis folikel,
P2,
pemberian
menyebutkan,
ekstrak
P1,
dan
P3.
yang
berbeda
pertama sama dengan P2 dan P3 pada kelompok
terhadap setiap perlakuan. Sebaliknya, pada
kedua, sedangkan P1 dan P2 sama dengan P3
korpus luteum (0,441), nilai sig >0,05, maka
pada kelompok ketiga. Pernyataan tersebut
dapat
pada
dapat disimpulkan bahwa meskipun perlakuan
perkembangan korpus luteum pemberian
memberikan pengaruh yang signifikan namun
ekstrak kacang merah tidak memberikan
tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara
pengaruh
setiap perlakuannya.
disimpulkan
yang
berbeda
bahwa
pada
setiap
perlakuan. Tabel 1. Hasil analisis uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) Folikel Ovarium Tikus Putih setelah Pemberian Ekstak Kacang Merah N Variabel Klp. l Klp. 2 Klp. 3 o 1 F. Primer P0, P4 P0, P1, P1, P2 P2, P3 2 F. P0, P2, P1, Sekunder P3, P4 P3, P4 3 F. Tersier P0, P2, P1 P3, P4 4 F. de P0, P2, P2, P1,P3, Graff P3, P4 P3, P4 P4 5 Korpus P0, P1, Luteum P2, P3, P4 6 F. Atresia P0, P1, P1 P3 P2, P3,
pada
tersebut
merah
pengaruh
P0
hasil
kacang
memberikan
bahwa
Dari
kelompok
Pembahasan Beberapa spesies dapat dideteksi adanya pertumbuhan folikel selama periode diestrus. Hal ini berkaitan dengan fungsi hormonal yang terjadi dalam tubuh Budhi Akhbar (2010: 11). Saat memasuki tahap diestrus, menurut Feradis (2010:118), konsentrasi progesteron tinggi, sedangkan
konsentrasi
Stimulating
Hormone),
FSH LH
(Follicle (Luitinizing
Hormone) dan sisa total estrogen relatif rendah. Siklus
estrus
yang
dipengaruhi
oleh
keseimbangan hormon membuat perkembangan folikel ovarium berjalan sebanding dengan siklus estrus. Maka, perkembangan folikel
Berdasarkan hasil uji DMRT, pada
ovarium juga dipengaruhi oleh keseimbangan
folikel primer, sekunder de Graff, korpus luteum
hormon dalam tubuh. Saat memasuki fase
dan atresia menunjukkan adanya perbedaan
diestrus, yang merupakan fase terpanjang
perlakuan yang signifikan. Meski demikian ada
dalam siklus estrus, konsentrasi progesteron
beberapa kelompok perlakuan yang berdeda dari
tinggi, sedangkan FSH, LH, dan estrogen
perlakuan satu dengan yang lainnya. Misalnya
rendah. Saat fase ini berlangsung, biasanya
seperti pada folikel primer terdapat tiga
perkembangan folikel juga mulai berlangsung.
kelompok perlakuan yang berbeda. Perlakuan
Namun
perkembangannya
berjalan
secara
138 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 3 Tahun 2017 lambat. Akibat konsentrasi FSH yang rendah,
jumlah sel granulosa yang sedang beraktifitas.
perkembangan folikel ovarium berjalan lambat,
Sel granulosa yang semakin banyak akan
karena fungsi utama FSH adalah untuk
sebanding dengan FSH yang dihasilkannya.
merangsang pertumbuhan folikel, terutama saat
Oleh karena itu, pada tahap awal perkembangan
memasuki fase proestrus.
folikel ovarium jumlah sel granulosa pada saat
Selama pertumbuhannya folikel juga
folikel
primer
mulai
berkembang
yang
melepaskan hormon estrogen. Saat mendekati
jumlahnya hanya sedikit (satu lapis) juga
fase ovulasi, akan terjadi perubahan produksi
menghasilkan FSH yang sedikit.
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama
Sebenarnya,
pada
folikel
tahap
awal
ovarium
tidak
fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan
perkembangan
balik negatif atau penghambatan terhadap
dipengaruhi oleh estrogen. Kadar estrogen
pelepadan FSH lebih lanjut dari hipofisis.
dalam jumlah sedikit kemungkinan besar tidak
Penuruanan konsentrasi FSH menyebabkan
berefek pada perkembangan folikel ovarium,
hipofisis melepaskan LH, yang kemudian LH
tapi hasil analisis ragam satu arah (Oneway
akan merangsang pelepasan oosit dari folikel de
Anova) menunjukkan hal yang berkebalikan.
Graff (Diah Aryulina dan Choirul Muslim,
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui dari
2006: 294).
nilai signifikasinya (P < 0,05). Nilai signifikasi
Hasil Uji Anova pada tabel, ditunjukan
folikel primer 0,012; folikel sekunder: 0,013;
bahwa lima dari enam tahap perkembangan
dan folikel tersier: 0,003; ini berarti bahwa
folikel yang diamati nilai signifikansinya <
pada perkembangan folikel primer, sekunder
0,05 yaitu pada folikel primer: 0,012, sekunder:
dan tersier terdapat perbedaan dibandingkan
0,013), tersier: 0,003, de Graff: 0,015, dan
kontrol. Dikatakan pula bahwa kandungan
folikel atresia: 0,042. Pernyataan tersebut
estrogen dari ekstrak kacang merah dapat
berarti bahwa pemberian ekstrak kacang merah
meningkatkan perkembangan folikel ovarium.
pada
masing-masing
tahap
perkembangan
Estrogen
dalam
tubuh
mamalia
folikel ovarium tikus putih tidak sama, atau
dihasilkan oleh folikel de Graff, dengan fungsi
terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan
untuk membantu proses ovulasi. Fungsi lain
pada korpus luteum tidak menunjukkan adanya
estrogen disini yaitu untuk meningkatkan
berbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
jumlah folikel de Graff, dengan kata lain ikut
hasil nilai signifikansi pada korpus luteum >
mempercepat terbentuknya folikel de Graff.
0,05 yaitu sebesar 0,441.
Oleh
Telah dijelaskan bahwa perkembangan folikel
ovarium
dipengaruhi
oleh
FSH.
karena
itu,
fungsi
estrogen
dapat
dikatakan juga dapat mempercepat proses perkembangan folikel ovarium.
Dasarnya, FSH diproduksi oleh sel granulosa
Budhi Akbar (2010: 14), menyata
selama fase perkembangan folikel ovarium.
hormon estrogen diproduksi pada tahap folikel
Maka, konsentrasi FSH akan berkaitan dengan
de Graff ini. Adanya FSH yang disintesis di
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 139 hipofisa
sel-sel
kadar estrogen yang tinggi secara alami dalam
granulose yang terdapat didalam folikel akan
tubuh hewan uji (yang diproduksi oleh folikel
cepat menjadi banyak. Sel-sel granulose di
de Graff), maka kandungan flavanoid dalam
dalam folikel de Graff ini akan menghasilkan
ekstrak kacang merah justru akan semakin
estrogen. Estrogen berperan untuk merangsang
meningkatkan kadar estrogen dalam darah. Hal
pertumbuhan epitel vagina dan folikel ovarium
inilah yang kemudian merangsang GnRH untuk
sehingga menjadi matang dan siap untuk
memproduksi LH. Pada tahap berikutnya akibat
ovulasi. Folikel yang matang akan terus
terus dihasilkannya LH akan terjadi lonjakan
memproduksi estrogen, akibatnya estrogen
LH yang penting untuk terjadinya ovulasi
dalam darah menjadi tinggi. Kadar estrogen
setelah oosit keluar, maka folikel berubah
yang tinggi dalam darah menandakan tikus
menjadi
sedang dalam fase estrus dan konsentrasi
menghasilkan progesteron.
estrogen
anterior
yang
menyebabkan
yang
mampu
Tahap ini, semakin banyaknya kandar
menyebabkan umpan balik, yaitu merangsang
estrogen dalam darah, maka akan semakin
GnRH untuk memproduksi LH. Berdasarkan
banyak folikel de Graff yang matang dan
hasil analisis ragam satu arah, pembentukan
berovulasi. Dengan fakta demikian, jumlah
folikel de Graff menunjukkan hasil yang
korpus luteum seharusnya sebanding dengan
signifikan 0,015 < 0,05. Hal ini berarti
jumlah folikel de Graff yang telah mengalami
kandungan estrogen dalam ekstrak kacang
ovulasi. Tapi dari analisis data diperoleh hasil
merah dapat mempercepat pembentukan folikel
yang sebaliknya, peningkatan jumlah tidak
de Graff tersebut.
mengalami adanya perdedaan yang signifikan. luteum,
tinggi
luteum
akan
Korpus
semakin
korpus
merupakan
ruang
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
folikuler yang berisi darah dan cairan limpa
Salah satunya yaitu adanya folikel yang
setelah terjadinya ovulasi. Biasanya berukuran
mengalami kerusakan selama perkembanganya.
besar dan pada perparat HE akan berwarna
Seperti yang dinyatakan oleh Nalbanov (1990:
merah. Adanya korpus luteum ditandai dengan
24), bahwa disamping terdapat folikel-folikel
telah diproduksinya LH. Pembentukan LH ini
yang berkembang secara
juga dipengaruhi oleh konsentrasi estrogen
ovarium juga selalu memiliki sejumlah folikel
yang tinggi, sebagai reaksi umpan balik negatif.
tertentu yang mengalami degenerasi dan folikel
Hasil uji ragam satu arah korpus luteum, pada
yang mengalami atresia. Atresia folikuler ini
baris sig yang terlihat bahwa nilai probabilitas
biasanya
0,441. Maka keputusan yang diambil adalah
pemasakan folikel, yang artinya dapat terjadi
(0,441 > 0.05). Tingkat pemberian dosis pada
pada semua tahap perkembangan folikel.
menyertai
normal,
pembentukan
sebuah
dan
jumlah folikel korpus luteum sama, atau tidak
Berkebalikan dengan korpus luteum,
terdapat perbedaan jumlah folikel corpus
folikel atresia biasanya akan tampak berwarna
luteum ovarium. Hal ini dapat dikarenakan
gelap setelah pewarnaan, dengan ukuran yang
140 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 3 Tahun 2017 bervariasi.
Folikel
atresia
sebenarnya
pengecualian
pada
perkembangan
folikel
merupakan kondisi folikel yang tidak sempurna
tersier, hasil analisis uji DMRT memiliki dua
atau rusak selama masa perkembangannya.
kelompok
Hasil uji ragam satu arah pada baris Sig terlihat
kelompok pertama yaitu P0, P2, P3 dan P4,
bahwa nilai probabilitas 0,042 (0,042 < 0,05).
sedangkan kelompok kedua yaitu hanya P1
Maka keputusan yang diambil adalah tingkat
saja. Berdasarkan hasil analisis ini dapat
pemberian dosis pada jumlah folikel atresia
dinyatakan bahwa perlakuan P1(50 mg/hari)
tidak sama, atau terdapat perbedaan jumlah
memiliki perngaruh yang signifikan terhadap
folikel atresia ovarium.
perkembangan folikel tersier dibandingkan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
perlakuan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat
Simpulan
bahwa
adanya
pada
dengan perlakuan yang lainnya.
peningkatan jumlah folikel atresia terdapat
disimpulkan
berdeda,
kandungan
Hasil penelitian dan pembahasan pemberian
merah
ekstrak kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.)
kemungkinan dapat menganggu perkembangan
terhadap perkembangan jumlah folikel ovarium
folikel atresia pada ovarium tikus putih. Salah
tikus putih (Rattus norvegicus, L.) yaitu dapat
satunya akibat konsentrasi yang terlalu tinggi,
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kacang
sehingga menyebabkan perkembangan folikel
merah berpengaruh terhadap perkembangan folikel
yang tidak stabil.
ovarium tikus putih secara signifikan (P 0,05) pada
flavanoid
dalam
ekstrak
kacang
Hasil analisis Uji DMRT (Duncan
jenis folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier,
Multiple Range Test) menunjukkan bahwa dari
folikel de Graff dan folikel atresia, sedangkan pada
semua fase perkembangan folikel ovarium tikus
korpus luteum pemberian ekstrak kacang merah
putih tidak menunjukkan adanya perbedaan
tidak berpengaruh secara signifikan (P>0,05).
antara satu perlakuan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan
Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis data
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kacang
yang ditunjukkan dengan adanya perlakuan
merah
yang terbagi menjadi beberapa kelompok
mempengaruhi perkembangan folikel ovarium tikus
perlakuan. Meskipun demikian, ada beberapa
putih (Rattus norvegicus, L.). Pemberian dosis
perlakuan yang masuk dalam dua atau lebih
bertingkat, terbukti semakin meningkatkan jumlah
kelompok
Maka,
folikel ovarium tikus putih yang meliputi folikel
dapat
folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier,
perlakuan
berdasarkan
hasil
disimpulkan
bahwa,
yang
yang
sama. demikian
meskipun
pemberian
hasil
(Phaseolus
Saran
ovarium tikus putih secara signifikan, tapi tidak
1. Diharapkan,
perbedaan
yang
nyata
antara
perlakuan satu dengan yang lainnya. Terdapat
maka
vulgaris,
L.)
dapat
dapat
folikel de Graff dan folikel atresia.
perlakuan mempengaruhi perkembangan folikel
memiliki
penelitian
untuk
penelitian
selanjutnya
memakai dosis dengan rentang yang lebih kecil,
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK (Rizka Qori Dwi Mastuti) 141 agar pengaruh ekstrak terhadap perkembangan
Kacang & Biji-bijian. Penebar Swadaya:
folikel terlihat jelas. 2. Diharapkan, pemberian
untuk ekstrak
Made Astawan. 2009. Sehat dengan Hidangan
penelitian kacang
selanjutnya
merah
dapat
digunakan untuk penelitian terhadap organ lain, untuk dapat melihat fungsi fitoestrogen yang sebenarnya.
Jakarta Nalbanov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas: penerjemah, Sunaryo Keman. UI-Press: Jakarta
3. Diharapkan, untuk penelitian selanjutnya dapat
Rizani Amran. 2011. Penanda CTX dan N-MID
memanfaatkan jenis tumbuhan lain yang masih
Osteocalcin pada Perempuan Menopouse.
berkerabat dengan kacang merah untuk melihat
Unsri-Press: Palembang
bagaimana efeknya terhadap folikel ovarium. 4. Diharapkan, untuk penelitian selanjutnya jenis fitoestrogen yang terkandung dalam tumbuhan diidentifikasi dengan jelas, dengan demikian hasil penelitian akan lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Amri, Ahmad Faisal. 2001. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gedi (I) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Galur Wistar. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biolosi FMIPA UNY Biben 2012. Fitoestrogen: Khasiat Terhadap Sisitem Reproduksi, Keamanan Seminar
Non
Reproduksi
Penggunaanya. Ilmiah
Nasional
Dan
Prosiding, Bandung
Universitas Padjajaran. Budhi Akbar. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press: Jakarta Diah Aryulina, & Choirul Muslim. 2006. Biologi. Erlangga: Jakarta