JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL HOPEA MENGARAWAN (DIPTEROCARPACEAE) TERHADAP KADAR GLUTAMAT PIRUVAT TRANSAMINASE (GPT) SERUM DARAH TIKUS PUTIH Oleh: Vita Kumala Sari ABSTRACT Background: Prevention of cirrosis hepatica can be done by preventing the formation of free radicals that was by using a substance that can act as free radical catchers such as antioxidants. Free radicals were highly reactive so as to lead to irregular movement which resulted in the destruction of liver cells. This Research has demonstrated that the plant hopea mengarawan contained oligomer stilbenoid as a potential compound antihepatotoksik, but a new study on a narrow dose range. Therefore, it still needs further research, ie, with variations more doses to obtain evidence and data the optimal dose in mice. Objective: The aim of this research was to determine the effect of ethanol extract Hopea Mengarawan (Dipterocarpaceae) toward levels of glutamate piruvat transa]minase (GPT) blood serum and the levels of liver cell white mice damage microscopicly. Method: This research was conducted by giving treatment of male rats aged 7 weeks with a weight of 118-124 grams. The treatments provided are of ethanol extract of H. Mengarawan was orally for 4 days, then on 5 days rats were taken blood and his heart to be analyzed in GPT and histopathology heart cells. Levels of serum GPT was determined by the method spektrofotomtri ALAT (alanine amino transaminase) with a ready-made kit reagents and absorbance was measured at a wavelength of 340 nm, while the analysis is done by observing hispatologinya heart cells in miskroskopis. Ethanol extract of H. mengarawan dose used was 10, 30, and 50 mg / kg bw. Toxin compound used to destroy CCl4 rat liver cells was 25% in liquid paraffin and administered at a dose of 2.8 ml / kg. Result: The results showed that ethanol extract of H. mengarawan can lower blood serum GPT levels of mice, which is supported by the results of the histopathology analysis showed a reduction in rat liver cell damage in the form of fatty degeneration and necrosis. Increasingly tingggi ethanol extract of H. mengarawan dose given to the mice, the levels of blood serum GPT and the lower cell damage. Conclusion: The ethanol extract of H. mengarawan (Dipterocarpaceae) at doses of 10, 30, and 50 mg/ kg, the body weigt can effect on blood serum GPT levels of white rats, the results of research sequentially showing serum GPT levels of 293.7; 158.1 and 69 U / l. Giving Ethanol extract of H. mengarawan (Dipterocarpaceae) at doses of 10, 30, and 50 mg / kg, the body weight influence on the degree of damage to the liver cells of mice. The higher the dose of ethanol extract of H. mengarawan given, the lower degree of damage to heart cells. Keywords : ethanol extract hopea mengarawan (Dipterocarpaceae), glutamate piruvat transaminase level (GPT), blood serum and white mice. STIKES Surya Global Yogyakarta
70
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Penggunaan obat tradisional telah dikenal jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat modern menyentuh masyarakat luas. Bahkan samapai saat ini obat tradisional masih diakui eksistensinya dan kemanfaatannya sebagai salah satu pilihan dalam mencari pemecahan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Adanya kecenderungan gaya hidup alami di masyarakat saat ini membuat penggunaan obat tradisional terus meningkat. Tumbuhan family Dipterocarpaceae (meranti, keruing, tengkawang, merawan) merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat tradisional, karena tumbuhan ini menghasilkan berbagai jenis senyawa kimia yang memiliki aktifitas biologi yang menarik. Hasil penelitian Dewi (2004: 47) menunjukkan bahwa kehepatotoksikan CCl4 dapat dihambat dengan ekstrak aseton Hopea mengarawan. Setelah penambahan ekstrak aseton Hopea mengarawan kadar GPT serum darah tikus mengalami penurunan dan dari hasil analisis hispatologi menunjukkan adanya pengurangan kerusakan sel hati tikus yang berupa degenrasi lemak dan nekrosis. Hal ini membuktikan bahwa Hopea mengarawan berpotensi sebagai senyawa anti hepatotoksik. Penelitian Soetheswaran dan Pasuphaty (1993: 1083) menunjukkan bahwa tumbuhan family Dipterocarpaceae mengandung oligomer stilbenoid. Oligomer stilbenoid dan turunannya merupakan salah satu jemis polifenol yang mampu menangkap radikal karena strukturnya yang mirip dengan
SURYA MEDIKA antioksida, yaitu sama-sama mempunyai ikatan rangkap dan gugus hidroksi pada posisi para maupun meta serta ada substituent lain disekitar hidroksi tersebut. Oligomer stilbenoid dan turunannya mempunyai bioaktivitas yang berguna seperti anti tumor, antiinflamasi, sitotoksik, hepatopro-tektif dan anti-HIV (Dai, Hallock, Cardellina, dan Boyd, 1998 : 353; Sco, dkk, 1999 : 6983). Fungsi hati antara lain mengatur keseimbangan cairan dan volume darah dan sebagai filter, mensistesis protein, penyimpanan metabolit-metanolit, sebagai alat sekresi untuk keperluan tubuh, tempat terjadinya proses detoksifikasi senyawa-senyawa yang berbahaya untuk kemudian diekskresikan, menguraikan Hb menjadi bilirubin, dan sebagai alat fagositosis terhadap bakteri (Sujono, 1986 : 252 dan Grieve, 1971 : 767). Penyakit hati dapat disebabkan oleh bahan yang bersifat racun terhadap sel-sel hati disebut hepatotoksin (hepatotoxic agent) (Dorland, 2002: 996). Bahan yang bersifat racun dapat berasal dari bahan kimia (obat-obatan), virus, mikroorganisme tertentu serta gizi yang buruk (Lichtman, 1953: 48). Secara umum hispatologi sel hati yang mengalami kerusakan ditandai dengan adanya nekrosis dan degenerasi lemak. Menurut Zimmerman (1978: 49 dan 56) nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan di dalam makhluk yang masih hidup, sedangkan degenerasi lemak adalah penimbunan lemak dalam sel-sel hati yang menyebabkan inti sel terdesak ke daerah perifer. Kerusakan hati atau hepatitis dapat diketahui dengan berbagai cara, salah satunya dengan uji enzim serum. Enzim yang paling banyak ditemukan di dalam sel – sel hati adalah GPT (Glutamic Pyruvic Transaminase). Apabila terjadi kerusakan hati, maka enzim ini akan keluar dari hati dan
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
masuk ke dalam sistem peredaran darah. Hal ini menyebabkan kandungan GPT di dalam darah meningkat. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui adanya kerusakan hati adalah dengan melihat peningkatan kadar GPT di dalam serum darah (http://www.mailrchive.com/undip @pandawa.com/msg04555.html). Penanggulangan penyakit hati dapat dilakukan dengan mencegah pembentukan radikal bebas yaitu dengan menggunakan zat yang dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas seperti zat antioksidan. Radikal bebas sangat reaktif sehingga mampu menimbulkan gerakan tidak beraturan yang mengakibatkan adanya kerusakan sel hati. Penelitian yang telah ada memperlihatkan bahwa tumbuhan Hopea mengarawan mengandung senyawa oligomer stilbenoid yang berpotensi sebagai senyawa antihepatotoksik, tetapi baru diteliti pada kisaran dosis yang sempit. Oleh karena itu masih perlu penelitian lebih lanjut, yakni dengan variasi dosis yang lebih banyak untuk mendapatkan bukti dan data dosis yang optimal pada tikus. Penelitian ini dilakukan menggunakan hewan uji berupa tikus putih. Tikus putih akan diberi senyawa toksik (CCl4) sebagai model kerusakan sel hati, kemudian diamati pengaruh pemberian ekstrak etanol Hopean mengarawan (Dipterocarpaceae) terhadap kadar GPT serum darahnya dan kerusakan sel hati tikus yang berupa degenerasi lemak dan nekrosis. TUJUAN Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Hopea Mengarawan (Dipterocarpaceae) terhadap kadar Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) serum darah dan
SURYA MEDIKA tingkat kerusakan sel hati tikus putih secara miskroskopis. MATERI DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu a. Bahan uji Serbuk kulit batang tumbuhan Hopea Mengarawan (Dipterocarpaceae). b. Hewan uji Tikus putih jantan galur Rattus Strain Wistar yang berumur 7 minggu dengan berat badan 118 – 124 gram yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada (LPPT UGM). Setiap kandang berisi 4 tikus yang berada dalam 1 kelompok (perlakuannya sama). Pakan yang diberikan untuk tikus adalah E22 – FT dan minumnya dari air ledeng. c. Bahan kimia Pelarut untuk ekstraksi berupa etanol teknis. Bahan pensuspensi ekstrak Hopea mengarawan yang digunakan adalah natrium karboksil metil selulosa (Na-CMC) merk Daichi derajat farmasetic; akuades; karbon tetra clorida (CCl4) merk Darmastadt Germany; Ether TK; NaCl fisiologis; formalin 10%; reagen siap pakai kitGPT-ALAT (IVD Diasys, IFCC Mod) yang merupakan campuran dari reagen 1 (TRIS buffer pH 7,5 sebanyak 100 mmol/L, L-Alanin sebanyak 500 mmol/L, LDH (Laktat Dehidrogenase) > 1200 U/L) dan reagen 2 (2-oksoglutarat 15 mmol/L dan NADH 0,18 mmol/L); etanol dengan berbagai konsentrasi (80%, 95%, dan 100%); xilen; paraffin cair; zat warna hematoksilin; acid alkohol; eosin; entelen.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer microlab 300, 1 set alat pembaca preparat (mikroskop cahaya, kamera, layar pembesar, dan computer), rotary evaporator buchi R-114, sentrifuge sorvall biofuge primo R, tissue embedding center, mikrotom, timbangan analitik, Erlenmeyer, kertas saring, pipet, gelas beker, tabung reaksi, almari es, kaset, seperangkat alat bedah, gelas objek dan deckglaser ukuran 22 x 22 mm, vortex, spuit injeksi dan jarum tuberculin, gelas arlogi, corong gelas, pipa kapiler, gelas ukur 10 ml dan 100 ml, pengaduk, ependorf 1 ml, mikropipet. Cara Kerja 1. Pembuatan bahan uji (ekstrak Hopea mengarawan) a. Persiapan Bahan Kulit batang tumbuhan Hopea mengarawan, dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan (digiling) sehingga diperoleh serbuk sebanyak Error! Reference source not found. 5 kg. b. Ekstraksi dengan maserasi Serbuk halus kulit batang Hopea mengarawan tersebut kemudian dimaserasi (direndam) dengan pelarut etanol teknis sebanyak 20 L (hingga semua sampel terendam) pada suhu kamar selama 24 jam dengan beberapa kali pengadukan. Kemudian disaring dengan kertas saring. Cara ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan. c. Evaporasi Semua supernatant (ekstrak) hasil maserasi dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan tujuan supaya pelarut menguap, sehingga diperoleh ekstrak etanol pekat.
SURYA MEDIKA
d. Pembuatan serbuk Semua ekstrak pekat yang dihasilkan kemudian dibuat serbuk, dengan cara : ekstrak cair yang pekat dikeringkan menggunakan oven sehingga didapatkan ekstrak kering. Kemudian ekstrak kering tersebut dihaluskan menjadi serbuk. 2. Pembuatan larutan Na-CMC 0,5% Larutan Na-CMC 0,5% ini digunakan untuk mensuspensi bahan uji yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap GPT serum darah tikus. Larutan Na-CMC 0,5% yang dibutuhkan dalam percobaan in iadalah 250 mL, sehingga dibuat dengnan melarutkan 1,25 gr Na-CMC dalam akuades dan diaduk sampai larut, kemudian ditambah akuades hingga volumenya 250 mL dan diaduk hingga merata (Rosnalini, 1995 : 37). 3. Pembuatan larutan CCl4 25% dalam parafin cair Larutan CCl4 25% dalam parafin cair yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah 50 mL, sehingga dibuat dengan cara melarutkan CCl4 sebanyak 1,25 mL ke dalam parafin cair hingga volumenya 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi seperempatnya. Dosis CCl4 25% yang diberikan ke tikus berdasarkan dosis hepatotoksinnya terhadap tikus yaitu 2,8 mL/kg bb (Dewi, 2004 : 37). 4. Pembuatan sediaan bahan uji Banyaknya bahan uji yang dimasukkan ke tubuh tikus disesuaikan dengan dosis dan berat badan tikus. Setiap harinya berat badan tikus mengalami kenaikan dan penurunan, sehingga sebelum tikus diberi bahan uji ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan analitik. Perlakuan terhadap tikus
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
dihitung banyaknya diberikan.
bahan
yang
Tabel 1. Perlakuan Pada Tikus Kel
I II III
Hari ke-1
Hari ke-2
Perlakuan Hari ke-3
Na-CMC 0,5% Na-CMC 0,5% Ekstrak H1
Na-CMC 0,5% CCl4 25%
Na-CMC 0,5% CCl4 25%
Ekstrak H1 + CCl4 25% Ekstrak H2 + CCl4 25% Ekstrak H3 + CCl4 25%
Ekstrak H1 + CCl4 25% Ekstrak H2 + CCl4 25% Ekstrak H3 + CCl4 25%
IV
Ekstrak H2
V
Ekstrak H3
Hari ke-4 Na-CMC 0,5% Na-CMC 0,5% Ekstrak H1 Ekstrak H2 Ekstrak H3
Keterangan : Ekstrak H1 : Ekstrak H. mengarawan + Na-CMC 0,5% dosis 10 mg/kg bb Ekstrak H2 : Ekstrak H. mengarawan + Na-CMC 0,5% dosis 30 mg/kg bb Ekstrak H3 : Ekstrak H. mengarawan + Na-CMC 0,5% dosis 50 mg/kg bb 6. Pembuatan serum darah tikus Pada hari ke-5 tikus yang telah diberi perlakuan diambil darahnya melalui vena optalmicus sebanyak 1 mL, kemudian masing – masing cuplikan darah diambil serumnya. Cara pembuatan serumnya, yaitu: tikus diambil darahnya melalui vena optalmicus dengan memasukkan pipa kapiler pada ujung mata tikus. Darah yang keluar ditampung dalam ependorf 1 mL dan didiamkan 15 menit supaya terjadi pengentalan. Kemudian darah disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 4000rpm. Selanjutnya supernatant (serum) yang diperoleh diambil menggunakan mikropipet. Kemudian ditetapkan kadar GPT serumnya secara spektrofotometer dengan mengikuti metode GPT-ALAT. Penetapan kadar GPT dapat dilihat pada analisis.
Hari ke-5 Diambil darah dan hatinya
hanya membutuhkan waktu 4 hari, sehingga bahan uji dapat dibuat stok. Cara pembuatan stok ekstraknya yaitu : a. Dosis ekstrak Hopea mengarawan 10 mg/kg bb Sebanyak 30,25 mg ekstrak etanol H. mengarawan dilarutkan dalam Na-CMC 0,5% hingga volumenya 50 mL. b. Dosis ekstrak Hopea mengarawan 30 mg/kg bb Sebanyak 90,75 mg ekstrak etanol H. mengarawan dilarutkan dalam Na-CMC 0,5% hingga volumenya 50 mL. c. Dosis ekstrak Hopea mengarawan 50 mg/kg bb Sebanyak 151,25 mg ekstrak etanol H. mengarawan dilarutkan dalam Na-CMC 0,5% hingga volumenya 50 mL. 5. Perlakuan pada tikus Tikus putih yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 ekor dan dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing – masing kelompok terdiri dari 4 tikus, dimana 2 ekor tikus digunakan sebagai cadangan. Semua tikus diberi makan dan minum setiap hari. Ekstrak diberikan dalam bentuk suspense NaCMC 0,5% secara oral menggunakan spuit injeksi dan jarum tuberculin yang langsung dimasukkan ke dalam lambung tikus. Dosis yang dipilih adalah 10, 30, dan 50 mg/kg bb. Na-CMC dan CCl4 juga diberikan pada tikus secara oral menggunakan spuit injeksi dan jarum tuberculin yang langsung dimasukkan ke dalam lambung tikus. Perlakuan pada masing – masing kelompok dapat dilihat pada tabel 1. Pemebrian Na-CMC, CCl4 dan ekstrak etanol H. mengarawan disesuaikan dengan dosis dan berat badan tikus, sehingga setiap hari sebelum diberikan tikus harus ditimbang terlebih dahulu dan
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
7. Pembuatan preparat histology sel hati tikus (Luis, 1982 : 2) Sesaat setelah diambil darahnya, masing – masing tikus dibius dengan cara: per kelompok tikus dimasukkan pada tempat yang telah diberi eter. Kemudian tikus – tikus tersebut dibedah untuk diambil hatinya. Hati difiksasi dalam larutan formalin 10% dalam larutan garam dengan tujuan untuk mengawetkan struktur fisik dan komposisi kimia jaringan agar tidak mengalami perubahaan baik selama penyimpanan maupun perlakuan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secepat mungkin setelah hati dikeluarkan dari tubuh tikus. Setelah difiksasi, masing – masing hati tikus dipotong setebal 3 – 5 mm. Kemudian potongan hati tersebut dimasukkan ke dalam kaset, setiap kaset berisi 2 potongan dari hati yang sama dan diberi label didalamnya menggunakan pensil. Label berisi kode sampel. Kemusian kaset yang berisi potongan hati difiksasi lagi menggunakan formalin 10% sambil menunggu persiapan selanjutnya. Agar dapat diperoleh potongan yang tipis pada saat pemotongan menggunakan mikrotom maka setelah difiksasi jaringan harus diinfiltrasi dengan paraffin yang dapat memberikan konsistensi kuat yang diperlukan pada saat pemotongan. Proses ini disebut embedding. Sebelum proses embedding didahului dengan 2 tahapan yaitu dehidrasi dan penjernihan a. Dehidrasi Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan air yang ada di dalam sel, sehingga nanti parafin dapat masuk ke dalam sel jaringan dengan sempurna. Kaset – kaset yang berisi potongan hati dimasukkan ke dalam larutan – larutan sebagai berikut secara berurutan dari etanol berkonsentrasi rendah ke etanol
SURYA MEDIKA berkonsentrasi tinggi dan waktu yang telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya perubahan drastis karena pengerutan tiba – tiba akan merusak struktur sel atau jaringan hati. 1) Etanol 80% selama 1 jam 2) Etanol 95% selama 1 jam 3) Etanol 95% selama 1 jam 4) Etanol 100% selama 1 jam 5) Etanol 100% selama 1 jam b. Penjernihan Penjernihan atau pencucian bertujuan untuk membersihkan se jaringan supaya preparatyang dihasilkan bersih. Setelah tahap penjernihan jaringan menjadi transparan. Penjernihan dilakukan dengan memasukkan kaset – kaset yang berisi potongan hati ke dalam larutan – larutan sebagai berikut secara berurutan dan dalam waktu yang telah ditentukan. 1) Xilen selama 0,5 jam 2) Xilen selama 0,5 jam 3) Xilen selama 0,5 jam Setelah penjernihan, kaset – kaset tersebut direbus dalam paraffin cair I dan II yang masing – masing dilakukan selama 1 jam dengan suhu antara 58 – 600C.Pemanasan ini menyebabkan xilen menguap dan rungan ini akan diisi oleh paraffin. Kemudian potongan hati dikeluarkan dari kaset dan diblok atau dicetak menggunakan paraffin cair. Selanjutnya dimasukkan ke dalam almari es hingga menjadi bongkahan keras. Kemudian blok paraffin ini diiris dengan pisau baja mikrotom setebal 5 – 7 mikron. Hasil pemotongan blok paraffin akan bentuk seperti pita tipis. Potongan tersebut diletakkan diatas gelas objek. Kemudian dicelupkan pada air hangat bersuhu 450C yang ada pada water bath, setelah itu diletakkan diatas hot plate yang bersuhu 450C selama 2 menit. Hal ini silakukan supaya paraffin mencair dan potongan hati dapat menempel pada gelas objek.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
8. Pengecatan (Hematoksilin – Eosin) (Luis, 1982 : 2) Pewarnaan jaringan dilakukan dengan menggunakan campuran warna yang mewarnai komponen jaringan secara selektif. Pada pewarnaan menggunakan teknik hematoksilin-eosin, hematoksilin akan mewarnai nucleus dan eosin akan mewarnai sitoplasma. Setelah sidiaan hati hispatologi di atas selesai dikerjakan kemudian dilakukan pengecatan hematoksilin-eosin dengan cara, sebagai berikut : a. Deparafinisasi Deparafinasi ini bertujuan untuk menghilangkan paraffin yang ada didalam jaringan, sehingga zat pewarna dapat masuk mewarnai jaringan dengan sempurna dan preparat yang dihasilkan tidak berkabut. Deparafinasi dilakukan dengan memasukkan sediaan histology ke dalam xilen I, II, dan III, masing – masing selama 5 menit. b. Rehidrasi Sediaan hispatologi selanjutnya dimasukkan secara berurutan ke dalam etanol dengan waktu yang telah ditentukan, sebagai berikut : 1) Etanol 100% selama 1 menit 2) Etanol 100% selama 1 menit 3) Etanol 95% selama 1 menit 4) Etanol 95% selama 1 menit 5) Etanol 80% selama 1 menit c. Pengecatan Hematoksilin Sediaan dimasukkan ke dalam larutan hematoksilin selama 10 menit. Selanjutnya sediaan dicuci dengan air yang mengalir sebanyak 4 celupan. Karena hematoksilin bersifat basa, sedangkan eosin bersifat asam maka sebelum pewarnaan dengan eosin sediaan dicelupkan pada acid alkohol (HCl 1% dalam alkohol) sebanyak 5 celupan. Kemudian dicuci dengan air mengalir selama 15 menit.
SURYA MEDIKA d. Pengecatan Eosin Sediaan selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan eosin selama 2 menit, selanjutnya dimasukkan secara berurutan ke dalam etanol dengan waktu yang telah ditentukan, sebagai berikut: 1) Etanol 80% selama 1 celupan 2) Etanol 95% selama 1 celupan 3) Etanol 95% selama 1 celupan 4) Etanol 100% selama 1 menit 5) Etanol 100% selama 1 menit Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam xilen I, II, dan III, masing-masing selama 2 menit. Warna yang terbentuk dari pewarnaan hematoksilin-eosin ini adalah untuk nukleus berwarna biru, sitoplasma berwarna merah muda, dan serabut elastik tidak teratur. Terakhir preparat yang telah jadi direkatkan dengan entelen dan ditutup dengan deckglaser. Kemudian dikeringkan pada suhu kamar tetapi hati-hati saat pengeringan deckglaser jangan sampai tergeser karena dapat merusak preparat. Setelah kering preparat siap untuk dilihat di bawah mikroskop cahaya. 9. Analisis Hasil Perlakuan a. Analisis Kadar GPT-serum Penetapan aktivitas GPT serum menggunakan spektrofotometer yang mengikuti metode GPT-ALAT. Larutan reagen yang digunakan adalah reagen siap pakai yang merupakan campuran dari larutan reagen 1 (R1) dan reagen 2 (R2). Larutan reagen 1 (R1) terdiri dari TRIS buffer pH 7,5 sebanyak 100 mmol/l, L-alanin sebanyak 500 mmol/l, dan LDH (Laktat Dehidrogenase) >1200 U/I. Sedangkan untuk reagen 2 (R2) terdiri dari 2-oksoglutarat 15 mmol/l dan NADH 0,18 mmol/l. Cara pengukuran aktivitas GPT serum ini adalah sebagai berikut: 1) Campur 800 µL larutan reagen 1 (R1) dengan 200 µL larutan reagen 2 (R2), kemudian kocok hingga merata.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
2) Tambahkan kedua campuran reagen tersebut ke dalam 100 µL serum darah kemudian dikocok menggunakan vortex. Perbandingan antara serum darah dengan campuran reagen 1 dan 2 adalah 1:10. 3) Setelah spektrofotometri di blankkan dengan akuades 1.000 µL, kemudian absorbansi serum dibaca pada panjang gelombang 340 nm dan suhu 37oC. Hasil pembacaan akan keluar 1 menit kemudian. 4) Kadar GPT dinyatakan dalam U/I. b. Analisis Hispatologi Sel Hati Tikus Sediaan histologi hati atau preparat sel-sel hati tikus hasil pengecatan hematoksilin-eosin yang telah dibuat dengan cara yang telah dijelaskan di atas, selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop sinar tampak dengan perbesaran 200 dan 400 kali. Hasil pemeriksaan dibuat foto mikroskopis sebagai data kualitatif. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif, dengan menghitung kadar GPT serum dalam satuan unit per liter (U/l). Berdasarkan data kadar GPT serum maka dapat dihitung aktivitas anti hepatotoksiknya dengan persamaan sebagai berikut: % Aktivitas antihepatotoksik = Error! Reference source not found. Keterangan : Error! Reference source not found. = Rata-rata kadar GPT pada kelompok CCl4 Error! Reference source not found. = Rata-rata kadar GPT pada kelompok Na-CMC Error! Reference source not found. = Rata-rata kadar GPT pada kelompok yang diberi ekstrak etanol H. mengarawan
SURYA MEDIKA Selain data kadar GPT serum, dalam penelitian ini juga ditambah dengan pengamatan histopatologi dari sel hatinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Enzim GPT merupakan enzim yang paling banyak dijumpai dalam hati. Oleh karena itu kadar GPT dalam serum akan naik terutama jika terjadi kerusakan pada hati (Sujono, 1986: 261). Keadaan nekrosis dan degenerasi lemak pada hati akan menyebabkan pembebasan enzim GPT dari hati masuk ke dalam sirkulasi darah. Kadar GPT dapat ditentukan secara GPT-ALAT dengan reagen kit siap pakai. Dasar metodenya adalah dengan menggunakan reaksi transaminase antara 2-oksoglutarat dengan alanin dalam buffer TRIS yang menghasilkan asam piruvat dan glutamate kemudian oleh NADH, asam piruvat akan diubah secara enzimatik menjadi laktat dengan bantuan LDH dan menghasilkan NAD+. Kadar pemakaian NADH ini dapat diukur dengan berkurangnya serapan pada = 340 nm yang harganya sebanding dengan kadar GPT. Penentuan GPT dengan cara ini disebut penentuan GPT secara enzimatis. Reaksinya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Reaksi Penentuan Kadar GPT
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Hasil analisis kadar GPT serum darah tikus dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Kadar GPT Serum Darah TIkus (U/l) Kel
Perlakuan
I II
Na – CMC CCl4 + Na CMC P1 P2 P3
III IV V
Rerata Kadar GPT (U/I) 46 ± 0,1 400,4 ± 77,4
% Aktivitas Antihepatotoksik -
293,7 ± 16,1 158,1 ± 13,4 69 ± 0,25
30% 68,4% 93,5%
Keterangan : Kelompok I
: Pemberian Na – CMC 0,5% Kelompok II : Pemberian Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Kelompok III (P 1) : Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 10 mg/kg bb dalam Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Kelompok IV (P 2) : Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 30 mg/kg bb dalam Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Kelompok V (P 3) : Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 50 mg/kg bb dalam Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar GPT serum darah tikus kelompok CCl4 menunjukkan nilai sebesar 264,5 U/l. Kadar ini jauh lebih tinggi dari kelompok
Na-CMC yang hanya 46,2 U/l. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian CCl4 dapat menaikkan kadar GPT serum darah tikus. Pada data juga terlihat bahwa pemberian ekstrak etanol H. mengarawan pada dosis 10, 30, dan 50 mg/kg bb secara berturut – turut memberikan kadar GPT serum darah tikus sebesar 293 U/l, 158,1 U/l, dan 69 U/l. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol H. mengarawan yang diberikan semakin menurunkan kadar GPT serum darah tikus. Kadar GPT serum darah tikus pada kelompok CCl4 menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada kelompok tikus yang diberikan ekstrak etanol H. mengarawan baik pada dosis 10, 30, maupun 50 mg/kg bb. Hal ini berarti ekstrak etanol H. mengarawan pada dosis 10, 30, dan 50 mg/kg bb efektif untuk menurunkan kadar GPT serum darah tikus. Pengaruh pemberian ekstrak etanol H. mengarawan pada tikus akibat CCl4 terhadap kerusakan sel hatinya dapat dilihat dari besarnya kadar GPT serum darahnya, semakin besar kadar GPT serum darahnya maka semakin besar pula kerusakan sel hatinya. Kenaikkan kadar GPT serum ini menunjukkan bahwa terjadi kerusakkan sel hati akibat dari CCl4, dalam metabolit reaksinya yaitu radikal bebas CCl3 yang mampu merusak membran dan retikulum endoplasma yang mengakibatkan terjadinya peroksidasi lemak. Akibatnya sistem transportasi lemak yang keluar dari hati terhambat sehingga terjadi penumpukkan lemak hati (degenerasi lemak) dan nekrosis. Selain itu, peningkatan permibilitas membran ini juga akan mengakibatkan ketidakseimbangan di dalam hati sehingga enzim – enzim yang ada di dalam hati seperti GPT akan keluar sel dan masuk ke dalam serum darah.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Selain faktor diatas tingginya kadar GPT serum darah juga dapat terjadi karena iskemi dan hipoksia (Isselbacher dan La Mont, 1981 : 30). Jadi data kadar GPT saja belum cukup untuk mengetahui terjadinya kerusakan hati sehingga pada penelitian ini dilakukan analisis hispatologi untuk melengkapi data agar lebih menyakinkan adanya kerusakan sel hati atau tidak. Hasil analisis hispatologi sel hati tikus dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hispatologi Sel Hati Tikus Kel
Perlakuan
Hispatologi
I II
Na - CMC CCl4 + Na CMC P1 P2 P3
Normal N 14, D >>
Derajat Kerusakan +++
D >> D > kecil D < kecil
++ + +
III IV V
Keterangan : Kelompok I
: Pemberian Na – CMC 0,5% Kelompok II : Pemberian Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Kelompok III (P 1) : Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 10 mg/kg bb dalam Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Kelompok IV (P 2) : Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 30 mg/kg bb dalam Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb Kelompok V (P 3) : Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 50 mg/kg bb dalam
Na – CMC 0,5% + CCl4 25% dosis 2,8 ml/kg bb D : Degenerasi Lemak < : Sedikit N : Nekrosis > : Banyak + : Kerusakan ringan +++ : Kerusakan berat ++ : Kerusakan sedang Hasil pemeriksaan sel hati pada tabel 3 menunjukkan bahwa sel hati tikus kelompok I atau kelompok yang diberi Na – CMC 0,5% tidak terlihat adanya kerusakan yang didukung juga oleh gambar mikroskopisnya terlihat adanya sel hati dan inti yang normal (Gambar 2). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Na – CMC 0,5% tidak menyebabkan kerusakan maupun perubahan sel. Hal in ijuga sesuai dengan kadar GPT serumnya yang menunjukkan nilai normal yaitu 46 U/l.
Gambar 2. Sel Hati Kelompok I / Kontrol (Sel hati Normal, Perbesaran 400x) Kelompok II dengan perlakuan CCl4 mengalami kerusakan sel hati yang paling parah (Gambar 3) yaitu terjadi degenerasi lemak dengan ukuran yang besar – besar yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak di dalam sel hingga mendesak inti ke daerah perifer dan juga terdapat nekrosis yang ditandai dengan adanya pengendapan sitoplasma atau sitoplasma yang mengumpul,
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
sehingga derajat kerusakannya tergolong berat (+++). Hal ini sesuai dengan hasil analisis GPT serum yang nilainya menunjukkan angka tertinggi yaitu 400,4 U/l.
Gambar 3. Sel Hati Kelompok II (N 14 dan D >>, Perbesaran 400x ) Pada kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak H. mengarawan dosis 10 mg/kg bb (kelompok III) hasil hispatologi sel hati tikusnya menunjukkan adanya degenerasi lemak dengan ukuran besar – besar dan dalam jumlah yang banyak, tetapi tidak terlihat adanya nekrosis, sehingga derajat kerusakannya tergolong sedang (++) (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak H. mengarawan dapat menurunkan derajat kerusakan sel hati, ini juga sesuai dengan hasil analisis kadar GPT serumnya.
SURYA MEDIKA Gambar 4. Sel Hati Kelompok III (D >>, Perbesaran 200 x) Kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak H. mengarawan dosis 30 mg/kg bb (kelompok IV) hasil hispatologi sel hati tikusnya menunjukkan adanya degenerasi lemak dengan ukuran kecil dalam jumlah yang banyak, sehingga derajat kerusakan sel hatinya tergolong ringan (+) (Gambar 5).
Gambar 5. Sel Hati Kelompok IV (D> Kecil, Perbesaran 200 x) Kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak H. mengarawan dosis 50 mg/kg bb (kelompok V) hasil hispatologi sel hati tikusnya menunjukkan adanya degenerasi lemak dengan ukuran kecil dalam jumlah yangsedikit, sehingga derajat kerusakannya dapat dikatakan ringan (+) (Gambar 6). Hasil hispatologi ini semakin memperkuat data analisis kadar GPT serum yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak H. mengarawan yang diberikan pada tikus akan menyebabkan kerusakan sel hati semakin berkurang. Begitu juga dengan analisis kadar GPT serumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak H. mengarawan yang diberikan pada tikus akan menghasilkan GPT serum yang semakin rendah.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
SURYA MEDIKA
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Gambar 6. Sel Hati Kelompok V (D < Kecil, Perbesaran 200x) Hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol H. mengarawan pada dosis 10, 30, 50 mg/kg bb dapat menurunkan tingkat kerusakan hati akibat hepatotoksin CCl4 25% dengan dosis yang diberikan pada tikus sebesar 2,8 ml/kg bb. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol H. mengarawan yang dihasilkan pada tikus akan menurunkan tingkat kerusakan sel hati sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan atau penurunan dosis ekstrak etanol H. mengarawan berbanding terbalik dengan kenaikna atau penurunan kadar GPT serum dan tingkat kerusakan sel hati. Kemampuan ekstrak etanol H.mengarawan dalam menurunkan kadar GPT serum darah dan tingkat kerusakan sel hati disebabkan adanya senyawa dalam ekstrak etanol H. mengarawan yang dapat mencegah terjadinya peroksida lemak pada asam lemak tak jenuh tinggi dalam sel – sel hati. Radikal bebas (CCl3) bereaksi dengan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol H. mengarawan sehingga asam lemak tak jenuh tinggi dalam sel hati menjadi terlindungi. Akibatnya tidak banyak asam lemak tak jenuh jamak pada hati yang diubah menjadi peroksida lemak, sehingga fungsi membrane dalam
hati tetap terjaga. Senyawa dalam ekstrak etanol H. mengarawan diperkirakan dapat meredam kerja radikal bebas, maka senyawa tersebut merupakan suatu donor H, dengan reaksi : R + R1H RH + R1 R merupakan radikal bebas (CCl3) sedangkan R1H adalah senyawa dari ekstrak etanol H. mengarawan. Tingkat kerusakan sel – sel hati tergantung dari banyaknya CCl4 dalam darah dan terbentuknya radikal bebas (CCl3) yang bersifat merusak membrane sel dan reticulum endoplasma. Banyaknya CCl4 dalam darah ditentukan oleh efektivitas absorbsi dan eliminasinya. SIMPULAN Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan (Dipterocarpaceae) pada dosis 10, 30, dan 50 mg/kg bb berpengaruh terhadap kadar GPT serum darah tikus putih, dari hasil penelitian masing – masing secara berurutan menunjukkan kadar GPT serum sebesar 293,7; 158,1 dan 69 U/l. Hal ini juga terlihat dari perhitungan prosentase aktivitas antihepatotoksiknya yaitu pada pemberian ekstrak etanol H. mengarawan dosis 10, 30, dan 50 mg/kg bb secara berurutan menunjukkan aktivitas antihepatotoksik sebesar 30%; 68,4% dan 93,5%. Pemberian ekstrak etanol H. mengarawan (Dipterocarpaceae) pada dosis 10, 30, dan 50 mg/kg bb berpengaruh terhadap derajat kerusakan sel hati tikus putih. Semakin tinggi dosis ekstrak etanol H. mengarawan yang diberikan semakin berkurang derajat kerusakan sel hatinya. DAFTAR PUSTAKA Dai J.R., Hallock Y.F., Cardellina J.H., Boyd M.R., (1998). HIV-Inhibitory and
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
Cytotoxid Oligostilbenoid Isolated from The Leaves of Hopea malibato. Journal Nat. Prod. 61. 351 – 353. Dewi Nurwinanti. (2004). Pengaruh Pemberian Ekstrak Aseton Hopea Mengarawan (Dipterocarpaceae) terhadap Kadar Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) Serum Darah Tikus. Skripsi Kimia UNY. Dorland. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. 29ed. Jakarta : EGC. Grieve. (1971). A Modern Herbal, vol. II. New York : Hofner Publishing co. Isselbacher & La Mont. (1981). Tindakan Diagnostik pada Penyakit Hati. Jakarta : CV. EGC. Lichtman. (1953). Deseases of The Liver. Vol 13ed. Philadelphia : Lea & Febiger. Luis C.J., Jose C. (1982). Histologi Dasar. 3ed. Jakarta : EGC. Sotheswaran dan Pasuphaty. (1993). Distribution of Resveratrol Oligomer in Plants. Phytochemistry. 32 (5) : 1083 – 1092. Sujono Hadi. (1986). Gastroenterologi. Bandung : Alumni. Zimmerman H.J. (1978). Hepatotoxity. New York : Apleton Century and Rofits. http://www.mailarchive.com/undip@pand awa.com/msg04555.html.
SURYA MEDIKA
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN
Volume 9. No. 2 Juli 2013
SURYA MEDIKA