PENGARUH PAPARAN MEDAN MAGNET 0.2 mT PADA MEDIA TERHADAP Bacillus sp. DALAM MENGHASILKAN ENZIM PROTEASE
(Tesis)
AJENG PRATIWI
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
THE EFFECT OF 0.2 mT-MAGNETIC-FIELD EXPOSED MEDIUM TO Bacillus sp. IN TERM OF ITS PROTEASE ENZYM PRODUCTION
ABSTRACT
By: Ajeng Pratiwi
Protease is enzyme which catalyzes the protein disintegration by hydrolyzing its peptide’s bond. In animal’s digestion system, protease enzyme helps the amino acid absorption process. For that reason, protease is widely used in animal farming. Bacillus sp. is one of very good bacteria to be used as probiotic candidate, as it does not produce any toxin, is easy to breed, does not need high-cost substrate and has no metabolic byproduct. Various researches show that mineral elements, temperature, pH, and incubation time in breeding medium can affect the enzyme production of a bacteria. The purposes of this research are: 1) To understand the effect of exposing modified-Mendels medium with 0.2 mT magnetic field to the proteolytic index score of Bacillus sp., 2) To know the best incubation time for breeding Bacillus sp., 3) To know the best incubation time for Bacillus sp. in producing protease enzyme, 4) To understand the effect of exposing medium with 0.2 mT magnetic field to the protease production activity of Bacillus sp. as well as the amount of its cell alive. This research was conducted step by step sequentially. Step one was doing Proteolytic Test in Mendels solid mediums which are modified and exposed by magnetic field. In this step, every single substance used as Bacillus sp. culture medium was exposed by 0.2 mT magnetic field for 10 minutes. Step two was doing optimization of protease production time. Then the third step was doing protease production in liquid modified and magnetically exposed Mendels medium. This research’s result shows that: 1) Exposing modified Mendels medium with 0.2 mT magnetic field for 10 minutes increases proteolytic index score in KH2PO4medium at the 10th and 18thincubation hour as much as 7.17 and 4.51. 2) The best time for breeding Bacillus sp. is at the 12th incubation hour which results 10.419 cells/ml. 3) The best time in producing protease by Bacillus sp. is at the 24th incubation time which yields 0.031 U/ml. 4) 0.2 mT magnetic field exposure for 10 minutes in the modified Mendels medium increases the enzyme activity and the amount of Bacillus sp. cells alive which is in NaCl medium (0.067 U/ml and 9.684 cells/ml).
Keyword : Protease, Bacillus sp., Magnetic Field, Modified Mendels Medium
PENGARUH PAPARAN MEDAN MAGNET 0.2 mT PADA MEDIA TERHADAP Bacillus sp. DALAM MENGHASILKAN ENZIM PROTEASE ABSTRAK Oleh :
Ajeng Pratiwi
Protease adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan protein melalui hidrolisis ikatan peptidanya. Enzim protease dalam sistem pencernaan hewan membantu proses penyerapan asam amino, sehingga enzim protease banyak dimanfaatkan di bidang peternakan. Bacillus sp. adalah bakteri yang sangat cocok digunakan sebagai kandidat probiotik karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal dan tidak adanya hasil samping metabolik. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur mineral, suhu, pH dan waktu inkubasi pada media pertumbuhan dapat mempengaruhi produksi enzim oleh bakteri. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media Mendels yang dimodifikasi terhadap nilai indeks proteolitik Bacillus sp., 2) Mengetahui waktu inkubasi terbaik pertumbuhan Bacillus sp., 3) Mengetahui waktu inkubasi terbaik produksi enzim protease oleh Bacillus sp., 4) Mengetahui pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media Mendels yang dimodifikasi terhadap aktivitas produksi enzim protease dan jumlah sel hidup Bacillus sp. Penelitian ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, uji proteolitik pada media padat Mendels yang dimodifikasi dan diberi perlakuan medan magnet. Dalam tahap ini setiap bahan yang digunakan untuk media kultur Bacillus sp. diberi paparan medan magnet 0.2 mT dalam waktu 10 menit. Tahap kedua, optimasi lama waktu produksi enzim protease. Tahap ketiga, produksi enzim protease pada media cair Mendels yang dimodifikasi dan diberi perlakuan medan magnet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Paparan medan magnet 0.2 mT selama 10 menit pada komponen media Mendels yang dimodifikasi meningkatkan nilai indeks proteolitik komponen media KH2PO4 pada waktu inkubasi 10 jam dan 18 jam sebesar 7.17 dan 4.51. 2) Waktu terbaik pertumbuhan Bacillus sp. yaitu pada 12 jam waktu inkubasi sebesar 10.419 sel/ml. 3) Waktu terbaik produksi enzim protease oleh Bacillus sp. yaitu pada 24 jam waktu inkubasi sebesar 0.031 U/ml. 4) Paparan medan magnet 0.2 mT selama 10 menit pada komponen media Mendels yang dimodifikasi meningkatkan aktivitas enzim dan jumlah sel hidup Bacillus sp. yaitu pada media NaCl sebesar 0.067 U/ml dan 9.684 sel/ml Keyword : Protease, Bacillus sp., Medan Magnet, Media Mendels yang Dimodifikasi
PENGARUH PAPARAN MEDAN MAGNET 0.2 mT PADA MEDIA TERHADAP Bacillus sp. DALAM MENGHASILKAN ENZIM PROTEASE Oleh:
AJENG PRATIWI Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS Pada
Program Studi Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Batin pada tanggal 02 April 1990, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Herlambang Wisnu Dewanto dan Ibu Nurharini. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2002. Tahun 2002 diterima di SMP Satya Dharma Sudjana PT Gunung Madu Plantation yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 diterima di SMA Muhammadiyah 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi yang diselesaikan pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima bekerja di Yayasan Pendidikan Al-Karim sebagai pengajar SD. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung Bandar Lampung.
MOTTO
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Qur’an Surah Al Mulk: 3)
Hidup ini adalah sebuah takdir yang telah Allah SWT tuliskan, jalani dengan ikhlas dan sungguh-sungguh maka semua indah pada waktunya. (Ajeng Pratiwi)
iii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya yang sederhana ini untuk orang yang selalu mencintai dan memberi makna dalam hidupku, terutama bagi: 1. Ayahanda Herlambang Wisnu Dewanto dan Ibunda Nurharini tercinta, yang telah membesarkan ku, membimbing serta senantiasa dalam setiap sujud dan tahajudnya, selalu memberikan motivasi dan berdoa untuk keberhasilan ku. 2. Ayahanda Akhmad Syamhari dan Ibunda Maryati, ayah dan mama mertua yang selalu memberi semangat dan kasih sayang. 3. Suamiku tercinta Guruh Eko Hary Saputro yang selalu mendukung, memberi semangat luar biasa dan selalu menemani. 4. Malaikat kecil di dalam perutku yang sebentar lagi akan lahir selalu memberi secercah cahaya dan harapan ketika aku mulai lelah. 5. Adikku Rakha Adipa, Dwi Putri Handayani dan Zahra Aulia Ayu Ningrum yang aku sayangi. 6. Almamaterku.
SANWANCANA
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Paparan Medan Magnet 0.2 mT pada Media Terhadap Bacillus sp. dalam Menghasilkan Enzim Protease”. Tesis ini merupakan bagian dari proyek penelitian pascasarjana Unila tahun 2016. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Sumardi, M.Si selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik dengan penuh kesabaran telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, ide, saran, dan kritik dalam penulisan tesis ini. 2. Ibu Rochmah Agustrina, Ph. D selaku pembimbing pembantu dengan penuh kesabaran telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, ide, saran, dan kritik dalam penulisan tesis ini. 3. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan hingga terselesainya tesis ini dengan hasil yang baik. 4. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc selaku selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila atas dukungan, kritik dan saran yang telah diberikan. 5. Bapak Prof. Warsito, DEA selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf beserta Laboran Jurusan Biologi FMIPA Unila atas ilmu, dukungan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
7. Teristimewa kepada Bapak Herlambang Wisnu Dewanto dan Ibu Nurharini tercinta atas kasih sayang, doa yang tulus, nasihat, dukungan moril dan materil untuk kesuksesan penulis, Bapak dan Mama mertua yang selalu sabar, suamiku tercinta Guruh Eko Hary Saputro atas segala dukungan, kesabaran dan semangatnya, malaikat kecilku yang selalu memberikan tendangan semangat, adik-adikku Rakha Adipa, Dwi Putri Handayani, Zahra Aulia Ayu Ningrum yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis. 8. Teman-teman Magister Biologi FMIPA Unila angkatan 2014, Indah Selfiana, S.Pd., M.Si., Ana Triana Maiyah, S.Pd., M.Si., Apriliyani, S.P., M.Si., Eko Nastiti, M.Pd., Fahrul Aksah, S.Pd., Firdaus RA, M.Si., Firtisia, S.Pd., Gardis Andari, S.Pd., M.Si., Hesti Yunilawati, S.Pd., Ika Listiana, S.Pd., M.Si., Mahmud Rudini, S.Pd., M.Si., dan Ratih Andriyani, S.Pd atas kebersamaan, canda tawa dan semangat selama ini. 9. Asep Yusuf Hamdani, S.Pd., asisten laboratorium mikrobiologi (Aini, Larasati, Rohman, Hendra dan Yovita) atas bantuan dan kerjasamanya. 10. Sahabat ku yang selalu memberi motivasi Eva Febriyanti R, S.Pd 11. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bandar Lampung, 28 Desember 2016 Penulis
Ajeng Pratiwi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI......................................................................................................... i DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv
I.
PENDAHULUAN
A. B. C. D. E.
Latar Belakang dan Masalah ......................................................................... 1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3 ManfaatPenelitian .......................................................................................... 4 KerangkaPemikiran........................................................................................ 4 Hipotesis ........................................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D.
Enzim Protease............................................................................................... 7 Bacillus sp. ................................................................................................... 10 Media .......................................................................................................... 12 Medan Magnet ............................................................................................ 14
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 18 B. Alat dan Bahan............................................................................................. 18 C. Pelaksanaan.................................................................................................. 19
i
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Proteolitik pada Media Padat Mendels yang Dimodifikasi ................... 28 B. Morfologi sel Bacillus sp. dari Masing-masing Perlakuan Pada Media Padat ................................................................................................. 37 C. Pengukuran KurvaPertumbuhan Bakteri ..................................................... 40 D. Optimasi Lama Produksi Protease oleh Bacillus sp. .................................. 43 E. Produksi Enzim Protease Optimal Pada Media Cair Mendels yang Dimodifikasi ................................................................................................ 47 F. Pertumbuhan Bacillus sp. pada Media NaCl, MgSO4 dan KH2PO4 ............ 50
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................................. 54 B. Saran ............................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1. Bacillus sp. dengan perbesaran 100 x ..........................................11 Gambar 2. Rangkaian solenoida medan magnet ............................................15 Gambar 3. Alur reaksi medan magnet pada sel .............................................17 Gambar 4. Diagram alir penelitian ................................................................20 Gambar 5. Grafik rata-rata IP pada waktu inkubasi 10 jam ..........................30 Gambar 6. Grafik rata-rata IP pada waktu inkubasi 18 jam ..........................34 Gambar 7. Luas koloni bakteri dan luas zona jernih yang terbentuk disekitar koloni dari setiap perlakuan ..........................................36 Gambar 8. Bentuk sel Bacillus sp. perbesaran 100 x ....................................38 Gambar 9. Perubahan ukuran sel akibat ELF-MF ........................................40 Gambar 10. Grafik pertumbuhan bakteri ........................................................41 Gambar 11. Grafik produksi protease oleh Bacillus sp ..................................44 Gambar 12. Grafik produks enzim protease optimal pada media cair Mendels yang dimodifikasi.......................................................................49 Gambar 13. Grafik pertumbuhan Bacillus sp. pada media NaCl, MgSO4 dan KH2PO4 ......................................................................................52
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi enzim berdasarkan reaksi yang dikatalis ........................... 8 Tabel 2. Komponen media Mendels yang dimodifikasi................................... 22 Tabel 3. Metode pengujian aktivitas enzim protease ....................................... 26 Tabel 4. Hasil analisis One-Way ANOVA nilai Indeks Proteolitik (IP) 10 jam ................................................................................................. 29 Tabel 5. Rata-rata IP pada waktu inkubasi 10 jam dengan uji Fisher ............. 29 Tabel 6. Hasil analisis One-Way ANOVA Nilai IP 18 jam ............................ 31 Tabel 7. Rata-rata IP pada waktu inkubasi 18 jam dengan uji Fisher ............. 32 Tabel 8. Hasil analisis One-Way ANOVA setiap 6 jam selama 30 jam .......... 40 Tabel 9. Data jumlah sel bakteri Bacillus sp. Setiap 6 jam selama 30 jam ...... 41 Tabel 10. Hasil analisis One-Way ANOVA optimasi lama produksi protease .............................................................................................. 43 Tabel 11. Data aktivitas protease setiap 6 jam selama 30 jam .......................... 44 Tabel 12. Hasil uji One-Way ANOVA aktivitas kuantitatif enzim protease .... 47 Tabel 13. Rata-rata aktivitas enzim protease Bacillus sp. ................................. 48 Tabel 14. Hasil uji One-Way ANOVA jumlah sel hidup Bacillus sp. .............. 51 Tabel 15. Rata-rata jumlah sel hidup Bacillus sp. ............................................. 51
iii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protease adalah enzim yang mengkatalis proses pemutusan ikatan peptida pada protein menjadi asam-asam amino. Enzim protease dapat dihasilkan dari berbagai sumber, seperti : tanaman, hewan, jamur, bakteri dan virus. Tanaman merupakan sumber enzim protease terbesar (43,85%) diikuti oleh bakteri (18,09%), jamur (15,08%), hewan (11.15%), alga (7,42%) dan virus (4,41%) (Mahajan dan Shamkant, 2010).
Enzim protease diperlukan oleh semua makhluk hidup karena bersifat esensial dalam metabolisme protein (Poliana and MacCabe, 2007). Peranannya dalam tubuh antara lain membantu pencernaan protein dalam makanan, menggunakan kembali protein-protein intraseluler, koagulasi sel darah, dan aktivasi berbagai jenis protein, enzim, hormon, serta neurotransmitter (Melliawati dkk., 2015). Protease merupakan salah satu enzim yang paling banyak digunakan dalam dunia industri. Salah satu pemanfaatan protease yang dihasilkan dari bakteri adalah bidang industri pangan. Industri pangan memanfaatkan enzim protease untuk memperbaiki tekstur, mempersingkat waktu pencampuran bahan,
2
meningkatkan volume adonan roti, menjernihkan bir, mengempukkan daging dan dapat menggumpalkan susu (Sumarlin, 2008). Bacillus sp. sangat cocok digunakan sebagai kandidat probiotik penghasil enzim protease karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal dan mampu bertahan pada suhu tinggi 50o C (Qin et al., 2009). Protease dari Bacillus banyak digunakan dalam industri makanan dan detergen sebagai contoh subtilisin komersial merupakan protease alkalin yang diproduksi oleh B. subtilis (Fuad dkk., 2004). Bacillus sp. adalah salah satu bakteri yang dapat menghambat konversi uric acid menjadi amonia dari bakteri patogen dengan cara menggunakannya sebagai zat nutrisi untuk tumbuh (Manin dkk., 2012).
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam menghasilkan enzim, diantaranya unsur-unsur mineral, suhu dan waktu inkubasi. Kisaran suhu untuk produksi enzim sangat bervariasi dengan suhu optimum yang juga berbeda, tergantung pada jenis mikrobanya. Enzim alkalin protease yang diperoleh dari cairan rumen sapi (CRS) mempunyai suhu optimum berkisar antara 50o C – 70o C dan pH optimum 6 untuk aktivitasnya (Budiyansah, 2012).
Seperti juga pada mikroba lainnya, produksi enzim pada Bacillus sp. juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya paparan medan magnet. Paparan medan magnet, dapat mempengaruhi substrat media, karakteristik pertumbuhan dan jumlah sel bakteri pada fase stasioner. Gobba dan Malgoli (2003) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa medan magnet
3
bertindak pada membran plasma sel prokariot melalui interaksinya dengan substrat media dan jalur sinyal tranduksi yang dapat mempengaruhi aktivitas produksi enzim. Medan magnet dapat mempengaruhi semua komponen membran sel mikroorganisme yaitu protein dan lipid yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim (Muhammad, 1997). Paparan medan magnet pada substrat media dapat mempengaruhi sel organisme. Jika sel ditempatkan dalam lingkungan dengan daerah kemagnetan yang kuat maka akan menyebabkan sel tidak memiliki kontrol atas pergerakan ion saat melintasi membran sel (Gaafar et al., 2006).
Pengaruh paparan medan magnet pada media akan lebih kuat bila media mengandung kofaktor enzim yang berupa ion logam (Dali dkk., 2010). Bakteri sendiri membutuhkan beberapa unsur logam seperti kalium, natrium, magnesium dan besi untuk menunjang pertumbuhannya. Sari dkk. (2012) menyatakan bahwa ion-ion logam dapat membawa efek medan magnet dari daerah interaksi pada bakteri yang terpapar medan magnet ke organel lainnya sehingga mempengaruhi bakteri dalam menghasilkan enzim.
Beradasrkan uraian diatas, dalam penelitian dikaji pengaruh pemaparan medan magnet terhadap komponen media sebagai alternatif untuk menghasilkan produksi enzim protease oleh Bacillus sp.
4
B. Tujuan Penelitian 1) Mengetahui pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media Mendels yang dimodifikasi terhadap nilai indeks proteolitik Bacillus sp. 2) Mengetahui waktu inkubasi terbaik pertumbuhan Bacillus sp. 3) Mengetahui waktu inkubasi terbaik produksi enzim protease oleh Bacillus sp. 4) Mengetahui pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media Mendels yang dimodifikasi terhadap aktivitas produksi enzim protease dan jumlah sel hidup Bacillus sp.
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan informasi ilmiah tentang : 1) Pengaruh pemaparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media terhadap nilai indeks proteolitik Bacillus sp. 2) Waktu inkubasi terbaik pertumbuhan Bacillus sp. 3) Waktu terbaik inkubasi produksi enzim protease oleh Bacillus sp. 4) Pengaruh pemaparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media terhadap aktivitas produksi enzim protease dan jumlah sel hidup Bacillus sp.
D. Kerangka Pikir Protease adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan protein melalui hidrolisis ikatan peptidanya. Enzim protease dalam sistem pencernaan hewan membantu proses penyerapan asam amino, sehingga enzim protease banyak
5
dimanfaatkan di bidang peternakan. Bacillus sp. adalah bakteri yang sangat cocok digunakan sebagai kandidat probiotik karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal dan tidak adanya hasil samping metabolik. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur mineral, suhu, pH dan waktu inkubasi pada media pertumbuhan dapat mempengaruhi produksi enzim oleh bakteri.
Medan magnet telah banyak digunakan untuk mempengaruhi metabolisme organisme baik pada hewan maupun tumbuhan. Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh paparan medan magnet pada media pertumbuhan terhadap aktivitas produksi enzim oleh bakteri. Paparan medan magnet 0.2 mT pada media agar mempengaruhi bakteri Magnetospirillum magneticum strain AMB-1 dalam menghasilkan enzim.
Dalam penelitian ini diamati pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media terhadap morfologi sel dan aktivitas Bacillus sp. dalam memproduksi enzim protease.
E. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1) Terdapat pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media Mendels yang dimodifikasi terhadap nilai indeks proteolitik Bacillus sp. 2) Terdapat pengaruh waktu optimasi pada pertumbuhan Bacillus sp. 3) Terdapat pengaruh waktu optimasi terhadap produksi enzim protease oleh Bacillus sp.
6
4) Terdapat pengaruh paparan medan magnet 0.2 mT pada komponen media Mendels yang dimodifikasi terhadap aktivitas produksi enzim protease dan jumlah sel hidup Bacillus sp.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Enzim Protease
Enzim adalah molekul biopolymer polypeptide yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel (Richana, 2002). Enzim disintesis oleh sel-sel jaringan tumbuhan, hewan, fungi maupun bakteri (Herdyastuti dkk., 2009). Di bidang industri enzim banyak digunakan pada berbagai bidang seperti industri produk pertanian, kimia, maupun medis (Rahayu, 2004).
Aktivitas enzim dalam mengkatalis reaksi memiliki sifat-sifat spesifik yaitu efisien, selektif, dapat diprediksi, mengkatalis reaksi tanpa produk samping, dan ramah lingkungan sehingga penggunaan enzim dalam dunia industri semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kebutuhan enzim diperkirakan mencapai 10–15% per tahun (Rahayu, 2004).
Berdasarkan aktivitasnya, enzim dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu endoenzim dan eksoenzim. Endoenzim atau enzim intraseluler, dihasilkan di dalam sel yaitu pada bagian membran sitoplasma dan melakukan metabolisme
8
di dalam sel. Eksoenzim (enzim ekstraseluler) merupakan enzim yang dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui dinding sel sehingga terdapat bebas dalam media yang mengelilingi sel dan bereaksi memecah bahan organik tanpa tergantung pada sel yang melepaskannya (Soedigdo, 1988). Tergantung pada aktivitasnya, penggolongan enzim dapat dilihat seperti terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 1. klasifikasi enzim berdasarkan reaksi yang dikatalis No
Kelas
Jenis Reaksi yang dikatalis
1
Oksidoreduktase
Pemindahan elektron
2
Transferase
Reaksi pemindahan gugus fungsional
3
Hidrolase
Reaksi hidrolisis (pemindahan gugus fungsional ke air)
4
Liase
Penambahan gugus ke ikatan ganda atau sebaliknya
5
Isomerase
Penambahan gugus di dalam molekul menghasilkan bentuk isomer
6
Ligase
Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O dan C-N oleh reaksi kondensasi yang berikatan dengan penguraian ATP Sumber : Lehninger dkk. (1990)
Protease termasuk ke dalam enzim hidrolase karena merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi pemutusan ikatan peptida pada protein menjadi asamasam amino (Hardiany, 2013) dengan cara pemindahan gugus fungsional ke air Lehninger dkk. (1990). Semakin tinggi kandungan asam amino yang dihasilkan dari suatu reaksi penguraian protein maka aktivitas protease tersebut makin tinggi (Yusriah dan Kuswytasan, 2013).
9
Berdasarkan tempat pemutusan ikatan peptida pada protein, enzim protease dibagi menjadi dua yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase ialah enzim protease yang mengkatalis pemecahan ikatan peptida pada bagian dalam rantai polipeptida, sedangkan enzim protease yang mengkatalis pemecahan ikatan peptida pada ujung-ujung rantai polipeptida disebut eksopeptidase (Murray et al., 2003).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : suhu, pH, jenis substrat, serta aktivator dan inhibitor enzim (Yusriah, 2013). Aktivitas maksimum protease dicapai pada kondisi suhu 37o C, pH 7.5, dan konsentrasi substrat kasein 0.6% (Wardani dkk., 2012). Hasil penelitian Baehaki dkk. (2011) menyatakan protease dari isolat bakteri rawa T1S1 dan T2S3 memiliki pH optimum 8 sedangkan isolat T3S3 memiliki pH optimum 7,5. Suhu optimum protease isolat bakteri rawa T1S1 dan T3S3 adalah 500 C, sedangkan isolat T2S3 memiliki suhu optimum 400 C. Perubahan pH dan suhu yang ekstrim, dapat membuat enzim mengalami denaturasi akibat gangguan terhadap berbagai interaksi non kovalen yang menjaga kestabilan struktur 3 dimensi enzim (Hames dan Hooper, 2000).
Ion logam mempengaruhi enzim dalam meingkatkan atau menurunkan aktivitas enzim. Ion logam yang meningkatkan aktivitas enzim disebut dengan aktivator sedangkan yang menurunkan aktivitas enzim disebut dengan inhibitor (Suhandana dkk., 2013). Pengaruh ion logam terhadap aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh isolat PMP 0126w diketahui bahwa aktivitas enzim selulase dapat meningkat pada penambahan ion logam 5 mM
10
dari CaCl2 dan FeCl3 dan menurun akibat penambahan 10 mM ion logam ZnCl2 (Dini dan Ifah, 2014). Enzim protease banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri contohnya pada industri non pangan, antara lain dalam bidang kesehatan, fotografi, industri detergen, dan industri kulit (Sumarlin, 2008). Industri tekstil memanfaatkan enzim protease sebagai bahan penghilang gum pada serat sutera sehingga membuat sutera menjadi lebih lembut dan berkilau (Sasithorn dan Luepong, 2008).
B. Bacillus sp. Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif berbentuk batang dan bersifat motil. Bacillus sp. mampu menghasilkan spora yang biasanya resisten terhadap panas. Sebagian Bacillus sp. dapat melakukan metabolisme dengan cara aerob, katalase positif, dan oksidasi bervariasi. Tiap spesies Bacillus menunjukkan perbedaan dalam penggunan gula sebagai sumber energinya. Sebagian Bacillus menggunakan gula secara fermentasi dan sebagian tidak (Barrow, 1993). Koloni Bacillus sp. berwarna putih dengan permukaan yang cembung dan tepi rata. Suhu optimum pertumbuhan Bacillus sp. antara 30-37o C (Feliatra dkk., 2004) dengan pH optimum 8 (Kurniawan, 2011). Bacillus sp. dapat hidup di berbagai tempat, salah satunya dapat ditemukan pada limbah cair Rumah Potong Ayam (RPA) tradisional (Yusufa dkk., 2013).
11
Menurut Bergey's Manual of Determinative Bacteriology, 8 th editions dalam Hadioetomo (1985) klasifikasi Bacillus sp. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Procaryotae Phylum
: Bacteria
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Family
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus sp.
Gambar 1. Bacillus sp. dengan perbesaran 100 x (Kosim dkk., 2010)
Claus dan Barkeley (1986) menjelaskan bahwa Bacillus mempunyai sifat fisiologis yang menarik karena masing-masing jenis Bacillus mempunyai kemampuan metabolisme yang berbeda-beda, diantaranya mampu : (1) mengdegradasi senyawa organik seperti protein, pati, selulosa, hidrokarbon dan agar, (2) menghasilkan antibiotik; (3) berperan dalam nitrifikasi dan dentrifikasi; (4) mengikat nitrogen; (7) bersifat sebagai khemolitotrof, aerob atau fakutatif anaerob, asidofilik, psikoprifilik, atau thermofilik.
12
Bacillus sangat cocok digunakan sebagai kandidat probiotik karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal (Qin et al., 2009) dan tidak adanya hasil samping metabolik (Linggarjati dkk., 2013). Bacillus sp. mampu menghasilkan enzim protease yang dapat memecah ikatan peptida dari protein menjadi asam–asam amino yang mudah diabsorpsi oleh tubuh (Purwati dkk., 2011). Menurut Naiola dan Widhyastuti (2002), penggunaan mikroorganisme untuk produksi protease memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah diproduksi dalam skala besar, waktu produksi relatif pendek serta dapat diproduksi berkesinambungan dengan biaya yang relatif rendah.
C. Media Pada pengujian mikrobiologi, bakteri dibiakkan dalam bahan berisi nutrisi yang disebut media. Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan dapat pula berupa padatan seperti agar dan gelatin. Media padat yang paling banyak digunakan adalah agar-agar, karena bila agar-agar sudah memadat masih dapat dicairkan kembali untuk digunakan sedangkan pada media cair hanya dapat digunakan satu kali (Kusuma, 2009).
Media memiliki komposisi nutrisi tertentu yang diperlukan untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat organisme yang dikulturnya. Komposisi nutrisi media yang lengkap mengandung sumber karbon, susu, nitrogen, belerang, fosfat, logam mikro, vitamin, penyubur, NaCl, KH2PO4, MgSO4, (NH4)2SO4 dan air.
13
Dalam kultur bakteri, media juga diberi antibiotik anti jamur (fungizon) yang berfungsi sebagai penghambat atau pembunuh bakteri dan jamur yang tak diiginkan saat mengisolasi mikroorganisme tertentu (Sutarma, 2000). Kandungan nutrisi media kultur Bacillus sp. antara lain : NaHCO3, (NH4)2PO4, KH2PO4, MgSO4, NaCl dan ekstrak yeast (Effendi, 2008). Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Kandungan nilai gizi yang sempurna dalam susu menjadikan susu sebagai medium yang sangat baik untuk menumbuhkan pertumbuhan organisme (Ace dan Supangkat, 2006). Penambahan susu skim pada media kultur bertujuan untuk menambah sumber laktosa bagi pertumbuhan Lactobacillus casei (Mulyani dkk., 2013). Susu skim adalah bagian dari susu yang tertinggal setelah lemak dipisahkan melalui proses separasi.
Nurhayati dkk.(2010) menyatakan bahwa konsentrasi yeast extract, NaCl dan pH berpengaruh terhadap waktu produksi dan aktivitas inhibitor protease E. coli yang dihasilkan oleh simbion spons Plakortis nigra, yaitu Acinetobacter baumanni, serta kestabilan produksi inhibitor tersebut. Jenis dan konsentrasi ekstrak yeast juga berpengaruh terhadap produksi protease yang dihasilkan oleh Alteromonas sp. (Imada dkk., 1985). NaCl merupakan elektrolit kuat yang berdisosiasi hampir sempurna membentuk partikel bermuatan (ion). Di dalam media, larutan NaCl bersifat sebagai buffer untuk mempertahankan pH media dalam suhu kamar dan bersifat isotonis. Di dalam medium bersifat
14
sebagai cairan sel dan penyeimbang elektron yang sesuai (Rahardhianto dkk., 2012).
KH2PO4 digunakan sebagai nutrient untuk membantu pertumbuhan sel bakteri (Rahmi dkk., 2012). KH2PO4 berfungsi sebagai sumber fosfor dan magnesium, selain itu juga berperan sebagai buffer fosfat yang berfungsi untuk menjaga agar ion H+ pada kultur cair tidak berubah (Amar dkk., 2010).
MgSO4 merupakan unsur makro nutrient yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan sel (Rahmi dkk., 2012). Amonium sulfat ((NH4)2SO4) sangat mudah larut, dapat mengendapkan protein dengan efektif, dan dapat digunakan pada berbagai pH dan suhu. Harga amonium sulfat juga murah sehingga banyak digunakan sebagai sumber nutrisi dalam media kultur bakteri (Scopes, 1988). Zilda dkk. (2008) menyatakan kondisi optimum untuk mengendapkan protease dengan aktivitas maksimal adalah dengan konsentrasi amonium sulfat 50%.
Aquadest adalah air hasil destilasi yang sering digunakan sebagai pelarut media pertumbuhan bakteri. Penggunaan pelarut aquadest karena aquadest merupakan senyawa yang paling polar dibandingkan pelarut lainnya (Umam dkk., 2014).
D. Medan Magnet Medan magnet, sebagai sumber gelombang elektromagnetik, dapat terbentuk secara alamiah dan buatan. Gelombang elektromagnetik secara alamiah dihasilkan oleh matahari dan bumi dalam bentuk spektrum gelombang, seperti
15
gelombang mikro, sinar X dan sinar gamma, sedangkan gelombang elektromagnetik buatan dihasilkan oleh aliran (Tribuana dalam Sadidah dkk., 2015). Medan magnet homogen dapat dihasilkan oleh solenoid yang dibuat dari bahan kawat dan dialiri arus listrik (Ibraheim et al., 2013).
Berdasarkan WHO, ambang batas paparan medan magnet terhadap organisme adalah 0.1 mT, sedangkan berdasarkan International Radiation Protection Association (IRPA) ambang batas paparan medan magnet terhadap organisme adalah 0.5 mT ( Ma’rufiyanti dkk., 2014).
voltase stabilizer Microorganism tube solenoid
Gambar 2. Rangkaian solenoida medan magnet (Agustrina dan Roniyus, 2007) Penelitian tentang pengaruh medan magnet terhadap sistem biologis telah banyak dilakukan (Panagopoulos et al., 2002) baik pada organisme prokariot maupun eukariot, salah satunya adalah penelitian medan magnet terhadap bakteri. Pada organisme eukariot seperti tumbuhan dan hewan, medan magnet banyak digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan (Mursilatun, 2010). Adapun pada organisme prokariot, mekanisme perlakuan medan magnet diberikan, contohnya untuk mengkaji efeknya pada pertumbuhan bakteri (Markov et al., 2004).
16
Hasil penelitian Yao dan Sun (2004) menyatakan medan magnet ELF umumnya dapat menembus membran sel in vitro. Adanya medan magnet di lingkungan sel menyebabkan medium dapat menyimpan medan magnet untuk berpenetrasi melalui membran sel dan media ekstraseluler.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohma (2013) menunjukkan bahwa kuat medan magnet 0,1 mT mempengaruhi aktivitas enzim α-amilase pada kacang merah dan kacang buncis hitam (Phaseolus vulgaris L.).
Pemberian paparan medan magnet sebesar 0.2 mT pada arus DC (direct current) pada media nutrient broth (NB) menyebabkan penurunan pertumbuhan Staphylococcus aureus bila dibandingkan dengan paparan medan magnet 0.2 mT dengan arus AC (alternating current) yang justru meningkatkan pertumbuhan Staphylococcus aureus (Aldosky et al., 2012). Hasil di atas menunjukkan bahwa jenis kuat arus sumber medan magnet yang digunakan mempengaruhi penurunan jumlah koloni. Menurut Demtroder (2010) perlakuan medan magnet dalam sistem biologis dan kimia menginduksi interaksi hyperfine sehingga menyebabkan konversi singlet ke triplet melalui pembagian beberapa tingkat energi dari pengurangan dan penambahan energi medan magnet. Perlakuan magnet nanopartikel 4 mT dengan frekuensi 50 Hz selama 1 jam pada Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis menyebabkan penghambatan aktivitas antibiotik MNP (Magnetic Nano Particle) karena sintesis protein, sintesis dinding sel, transkripsi RNA, respirasi dan sintesis DNA terhambat (Ibraheim et al., 2013).
17
Efek pemberian medan magnet terhadap sari buah apel berpengaruh langsung terhadap aktivitas metabolisme sel bakteri (Sari dkk., 2012). Gambar dibawah menunjukkan kemungkinan pengaruh medan magnet terhadap membran sel (Barbosa, 1998 dalam Sari dkk., 2012).
Gambar 3. Alur reaksi medan magnet pada sel (Barbosa, 1998 dalam Sari dkk., 2012).
18
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Januari 2016 – Maret 2016 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unila dan analisis uji Enzim dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Unila.
B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: spectrophotometer yang digunakan untuk mengukur kurva pertumbuhan Bacillus sp. dan aktivitas enzim protease; inkubator untuk menginkubasi bakteri pada suhu yang terkontrol; dan laminar airflow untuk perlakuan yang memerlukan kondisi aseptik, termasuk inokulasi bakteri, kumparan medan magnet sebesar 0.2 mT untuk pemberian treatment pada Bacillus sp.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: isolat Bacillus sp. yang diperoleh dari koleksi biakan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unila. Media untuk kultur yaitu media Mendels (Mendels dan Elwyn, 1956) yang dimodifikasi (Lampiran 1) .
19
C. Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, uji proteolitik pada media padat Mendels yang dimodifikasi dan diberi perlakuan medan magnet. Dalam tahap ini setiap bahan yang digunakan untuk media kultur Bacillus sp. diberi paparan medan magnet 0.2 mT dalam waktu 10 menit. Tahap kedua, optimasi lama waktu produksi enzim protease. Tahap ketiga, produksi enzim protease pada media cair Mendels yang dimodifikasi dan diberi perlakuan medan magnet. Dibawah ini merupakan gambar diagram alir dari penelitian.
20
Tahap 1: Uji Proteolitik Perlakuan Medan Magnet pada Media Padat
Menyiapkan komponen M1-M8
Sterilisasi bahan kedalam Autoclave
Pemaparan medan magnet 0.2 mT terhadap komponen tersebut selama 10 menit
Setelah Inkubasi selama 18 jam
Inokulasi bakteri dan inkubasi komponen tersebut pada suhu 370 C
Setelah Inkubasi selama 10 jam
Mengukur diameter koloni dan diameter zona jernih
Mengukur diameter koloni dan diameter zona jernih
Menghitung dan mencatat Indeks Proteolitik pada inkubasi 18 jam
Menghitung dan mencatat Indeks Proteolitik pada inkubasi 10 jam
Mencatat seluruh hasil pengamatan komponen M1 – M8
21
Tahap 2: Optimasi Pertumbuhan Sel & Aktivitas Enzim Protease Bacillus sp.
Menyiapkan media cair Mendels berisi starter Bacillus sp.
Media diletakkan di Incubator Shaker selama 30 jam Pengukuran setiap 6 jam
Setiap 6 jam pertumbuhan bakteri diukur melalui Spectrophotometer pada panjang gelombang 620 nm
Setiap 6 jam aktivitas enzim diukur melalui Spectrophotometer pada panjang gelombang 620 nm
Tahap 3: Produksi Enzim Protease pada Media Cair
Menyiapkan komponen media terpilih M1, M2 dan M3
Hasil berupa supernatant dan pelet
Memberikan paparan medan magnet 0.2 mT selama 10 menit
Sentrifuge dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 Menit pada suhu 4o C
Mengukur Absorbansi supernatan melalui Spectrophotometer pada gelombang 578 nm
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
Inokulasi Bacillus sp.
Media diletakkan di Incubator Shaker selama 24 jam pada suhu 40o C
22
Tahap 1 : Uji Proteolitik pada Media Padat a) Pembuatan Media Padat yang Diberi Perlakuan Medan Magnet Bahan media padat Mendels yang dimodifikasi terdiri dari : 1) NaCl, 2) KH2PO4, 3) MgSO4, 4) susu, 5) yeast, 6) (NH4)2SO4, 7) Agar, dan 8) Aquades. Dalam tahap ini dibuat 8 media yang berbeda dan diberi label M0 sampai dengan M8. Pada masing-masing media perlakuan medan magnet diberikan pada komponen media yang berbeda seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Komponen media Mendels yang dimodifikasi Sampel Perlakuan
Komponen yang diberi perlakuan medan magnet
M1
Tanpa medan magnet (Kontrol) NaCl
M2
KH2PO4
M3
MgSO4
M4
Susu
M5
Yeast
M6
(NH4)2SO4
M7
Agar
M8
Aquades
M0
Perlakuan medan magnet 0.2 mT selama 10 menit diberikan saat media dalam keadaan cair, kemudian media dibiarkan memadat.
23
b) Uji Proteolitik Isolat Bacillus sp. dikultur pada media yang telah padat dan diinkubasi pada suhu 370 C. Pengukuran indeks proteolitik dilakukan pada jam ke10 dan ke-18. Indeks proteolitik dihitung dengan cara membandingkan diameter areal bening dan diameter koloni bakteri (Baehaki dkk., 2011) dengan rumus :
Ket:
IP =
B A
IP : Indeks proteolitik A : Diameter koloni B : Diameter zona jernih (Sumardi dkk., 2010) Nilai IP yang tinggi (≥3) pada isolat menunjukkan bahwa isolat tersebut memiliki potensi yang semakin besar dan maksimal sebagai sumber protease (Said dkk., 2012). Dari ke delapan perlakuan, isolat yang memiliki nilai IP tinggi dijadikan sampel pada tahap selanjutnya.
Tahap 2 : Uji Optimasi Waktu Pada tahap kedua Bacillus sp. dikultur dalam media cair Mendels yang dimodifikasi dan diberi paparan medan magnet 0.2 mT. Tahap kedua meliputi dua kegiatan yaitu a) pengukuran kurva pertumbuhan bakteri dan b) menentukan waktu optimasi Bacillus sp. untuk menghasilkan enzim protease.
24
a) Pengukuran Kurva Pertumbuhan Bakteri Pengukuran kurva pertumbuhan bakteri Bacillus sp. dilakukan dengan cara mengukur kurva turbiditas pertumbuhan sel bakteri setiap 6 jam sekali selama 30 jam dengan nilai OD pada panjang gelombang 620 nm (Artika, 2013).
b) Optimasi Waktu Produksi Protease oleh Bacillus sp. Penentuan waktu optimum Bacillus sp. untuk memproduksi enzim protease dilakukan dengan cara mengukur aktivitas enzim protease kultur isolat Bacillus sp. setiap 6 jam sekali selama 30 jam. Waktu inkubasi yang memperlihatkan produksi enzim terbaik ditentukan sebagai waktu optimum produksi enzim.
Tahap 3 : Produksi Enzim pada Media Cair Mendels Modifikasi dan Dipapar Medan Magnet 0.2 mT Pada tahap ketiga, pengujian produksi enzim protease pada media cair Mendels yang dimodifikasi. Tahap ketiga meliputi dua kegiatan yaitu a) menentukan produksi optimal enzim pada media Mendels modifikasi yang dipapar medan magnet 0.2 mT selama 10 menit untuk menguji aktivitas enzim protease (Bintang, 2010) dan b) Uji aktivitas protease.
a) Produksi Enzim Protease Optimal Pada Media Cair Mendels yang Dimodifikasi Dari tahap satu diperoleh media Mendels cair yang dimodifikasi M1, M2 dan M3 (tabel 2) yang menunjukkan nilai IP tinggi, dimana pada ke-3 media tersebut komponen media yang diberi paparan medan magnet 0.2
25
mT adalah secara berurutan NaCl, KH2PO4 dan MgSO4. Pada tahap penentuan produksi enzim optimal, ketiga media sampel perlakuan di atas kembali digunakan sebagai media kultur. Kedalam masing-masing media dikultur 5 ml starter Bacillus sp., media yang telah diisi starter Bacillus sp. kemudian dipapar medan magnet 0.2 mT selama 10 menit. Kultur diinkubasi pada inkubator goyang dengan kecepatan 120 rpm suhu 400 C selama 24 jam.
Ekstraksi enzim protease dilakukan dengan cara mensentrifugasi media cair dengan kecepatan 10000 rpm selama 15 menit pada suhu 4° C. Gaya gravitasi yang terbentuk, akan mengendapkan Bacillus sp. sedangkan enzim akan tetap terdapat pada supernatant yang akan digunakan sebagai sampel uji aktivitas protease (Yusufa dkk., 2013).
b) Uji Aktivitas Protease Aktivitas protease diuji dengan mengukur kadar asam amino sebagai produk hidrolisis protein dari susu skim oleh enzim protease (Soeka dan Sulistiyani, 2014).
Sebanyak 0.1 ml protease ditambahkan pada campuran yang berisi 0.5 ml bufer fosfat dengan substrat kasein pH 7, 0.1 ml tirosin standar dan 0.1 ml aquades, diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit. Setelah itu ditambah TCA (0.1 M) 0.5 ml dan protease 0.1 ml, diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit, dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm pada suhu 4o C selama 10 menit. Kemudian diambil 0.375 ml supernatan dan ditambah dengan 1.25 ml larutan Na2CO3 (0.4 M) dan 0.25 ml
26
pereaksi Folin, diinkubasi pada suhu 37o C selama 20 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm (Bergmeyer dan Grassl, 1983). Tabel 3. Metode pengujian Aktivitas Enzim Protease
Kasein 2 mM dalam buffer fosfat (0.01) M pH 7 Enzim Tirosin standar Aquades
Blanko Standar Sampel (ml) (ml) (ml) 0.5 0.5 0.5 0.1
0.1 -
Inkubasi pada suhu 370 C selama 10 menit TCA (0.1 M) 0.5 0.5 Enzim 0.1 0.1 Aquades Inkubasi pada suhu 370 C selama 10 menit Sentrufugasi 10000 rpm selama 10 menit pada suhu 40 C Supernatan 0.375 0.375 Na2Co3 (0.4 M) 1.25 1.25 Pereaksi folin (1:2) 0.25 0.25 Inkubasi pada suhu 370 C selama 10 menit Baca absorbansi pada panjang gelombang 578 nm
0.1 0.5 0.1
0.375 1.25 0.25
Prinsip kerja dari metode Bergmeyer dan Grassl, 1983 yaitu kasein yang berfungsi sebagai substrat akan dihidrolisis oleh protease dengan bantuan air menjadi peptida dan asam amino.
Kasein
peptida + asama amino Protease
27
Aktivitas protease dihitung dalam satuan PU (Protease Unit) per ml ekstrak enzim (Djayasukma, 1993).
PU=
x
Keterangan : PU : Unit Aktivitas Protease (Unit/ml) Asp : Nilai Absorbansi Sampel Ast : Nilai Absorbansi Strandar Abl : Nilai Absorbansi Blanko T : Waktu
D) Analisis Data Semua data yang telah diperoleh dianalisis dengan One-Way ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji Fisher menggunakan program Minitab 16.
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dalam tesis ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Paparan medan magnet 0.2 mT selama 10 menit pada komponen media Mendels yang dimodifikasi meningkatkan nilai indeks proteolitik komponen media KH2PO4 pada waktu inkubasi 10 jam dan 18 jam sebesar 7.17 dan 4.51. 2. Waktu terbaik pertumbuhan Bacillus sp. yaitu pada 12 jam waktu inkubasi sebesar 10.419 sel/ml. 3. Waktu terbaik produksi enzim protease oleh Bacillus sp. yaitu pada 24 jam waktu inkubasi sebesar 0.031 U/ml. 4. Paparan medan magnet 0.2 mT selama 10 menit pada komponen media Mendels yang dimodifikasi meningkatkan aktivitas enzim dan jumlah sel hidup Bacillus sp. yaitu pada media NaCl sebesar 0.067 U/ml dan 9.684 sel/ml.
55
B. Saran Perlu ada penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh medan magnet pada morfologi sel Bacillus sp. yaitu dengan mengukur panjang dan pendek ukuran Bacillus sp. menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope) khusunya pada komponen media MgSO4 serta pengaruh paparan medan magnet pada kisaran dan lama waktu tertentu terhadap kandungan komposisi media Mendels yang dimodifikasi (NaCl, KH2PO4, MgSO4, susu, yeast (NH4)2SO4, agar, aquadest).
56
DAFTAR PUSTAKA
Ace, Baehaki, T. Nurhayati, dan M. T. Suhartono. 2005. Karakteristik Protease dari Bakteri Patogen Staphylococcus epidermidis. Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VIII Nomor 2. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Ace, Baehaki dan S. Supangkat. 2006. Pengaruh Konsentrasi Starter Terhadap Karakteristik Yoghurt. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No.1. Mei 2006. Universitas Sumatera Utara. Adam dan M. Shovitri. 2013. Pengaruh waktu dan pH Inkubasi Terhadap Aktivitas Enzim Keratinase dan Isolat Bacillus SL II-I. J. Teknologi dan Industri Pangan. Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh November. Agustrina, R Dan Roniyus M. S. 2007. Pengaruh Arah Sudut Datang Medan Listrik terhadap Berat Kering, Kandungan Karbohidrat, dan Bentuk Sel Cocor Bebek (Kalanchoe pinata pers.). J. Sains Mipa, Edisi Khusus Tahun 2007, Vol. 13, No. 1, Hal.: 21 - 25 Issn 1978-1873. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Alber,t B., Bray D., Lewis J., Raff M., Robert K., and James. 2002. Biologi Molekuler Sel. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Aldosky, H. Y. Y, W. J. O. Barwari, and J. M. S. Al-Mlaly. 2012. Bio-impedance detector for Staphylococcus aureus exposed to magnetic fields. Journal of Physics: Conference Series 407 (2012) 012020. University of Duhok. Kurdistan Region. Iraq. Amar, A., L. Sumarmo, S. Makosim, M. Magdalena, dan D. T. Yulianto. 2010. Analisis Mikroorganisme, Kandungan Alkohol dan Asam Lemak Sari Buah Mengkudu dengan Gas Chromatography. Balai Pengkajian Bioteknologi, Serpong.
57
Anggriani, R., Iskandar, A. Taofiqurohman. 2012. Efektivitas Penambahan Bacillus sp. Hasil Isolasi dari Saluran Pencernaan. Ikan Patin Pada Pakan Komersial Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah Oreochromis niloticu. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 3. No 3.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD. hlm 75-83. Artika, Wiwit. 2013. Produksi dan Pengukuran Aktivitas Protease dari Isolat Bakteri BKL-1 dan BKU-31. Jurnal Biologi Edukasi; Vol 2, No 3. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Atlas, R. 1995. Principles of microbiology. Mosby-Year book. INC. Baehaki, A., M. T. Suhartono, N. S. Palupi, dan T. Nurhayati. 2008. Purifikasi dan Karakterisasi Protease dari Bakteri Patogen Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Teknol dan Industri Pangan, Vol. XIX No. 1 Th. 2008. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Palembang. Baehaki, A., Rinto dan B. Arif. 2011. Isolasi dan Karekterisasi Protease dari Bakteri Tanah Rawa Indralaya Sumatera Selatan. J. Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XXII (1) : 10-16. Barrow, M.H. 1983. Man And Movement Principles Of Physical Education. Physical Education-Its Philosophic Bases. Philadelphia: Lea & Febiger. Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. Bradford, M. M. 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of microgram quntities of protein utilizing the principle of protein-Dye binding. Anal. Biochem. 72; 248-254. Budiyansah, A. 2012. Karakteristik Enzim Protease Cairan Rumen Sai Asal Rumah Potong Hewan. Jurnal Agribisnis dan Industri Peternakan Vol. 02. No. 1. 2228. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Claus, D. and R. C. W. Berkeley. 1986. Bergey’s manual of systematic bacteriology, vol. 2. The Williams & Wilkins Co., Baltimore. Dali, S., R. Arafah, A. Karim dan A. R. Patong. 2010. Karakterisasi Enzim Amilase dari Isolat Bakteri Termofilik Bacillus substilis. Jurnal repository Universitas Hasanudin. Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanudin. Demtroder, Wolfgang. 2010. Atom, Molecules and Photons: An Introduction to Atomic, Molecular and Quantum Physics, Second Edition. Springer: New York.
58
Dewi, M. K., Ratnasari E., dan G. Trimulyono. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Majapahit (Crescentia cujete) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Ralstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Surabaya.
Dini, I. R dan I. Munifah. 2014. Produksi dan Karakterisasi Enzim Selulase Ekstrak Kasar dari Bakteri yang Diisolasi dari Limbah Rumput Laut. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia – Vol. 6, No. 03. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Pekanbaru. Djajasukma. 1993. Isolasi Enzim Protease Dari Mucor javanicus. Pros. Seminar Hasil Litbang SDH. Edlin, Y. N., A. Agustine, dan D. H. Tjong. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Alkali-Proteolitik Sumber Air Panas Semurup Kerinci Jambi. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.). FMIPA Universitas Andalas. Padang . Effendi, M. 2008. Faktor Lingkungan Mikroba-Agroindustri Produk Fermentasi. Universitas Brawijaya. Malang. Fatchiyah, E. L. A., S. Widyarti dan S. Rahayu. 2011. Biologi Molekuler. Erlangga: Jakarta. Feliatra, I. E., Edwar S. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 75-80. Universitas Riau. Pekanbaru. Fuad, A.M., R. Rahmawati dan N.R. Mubarik. 2004. Produksi dan Karakterisasi Parsial Protease Alkali Termostabil Bacillus thermoglucosidasius AF-01. Journal Mikrobiology Indonesia 9(1). 29-35. Fojt, L., P. Klapetek b., L. Strasak dan V. Vetterl. 2009. 50 Hz Magnetic Field Effect On the Morphology of Bacteria. Jurnal homepage. Institute of Biophysics, Academy of Sciences of the Czech Republic, Kralovopolska 135. Brno 612 65. Czech Republic. Gaafar, H., Tohamy, dan Ibrahim. 2006. Stimulation and control of E.coli by using an extremely low frequency magnetic field. Romanian J. Biophys 16(4):283-296. Gobba, F. and Malagoli D. 2003. Effects of 50 Hz Magnetic Fields on fMLP-Induced Shape Changes in Invertebrate Immunocytes:The Role of Calcium Ion Channels. Bioelectromagnetics, Vol.24, 277-282.
59
Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta. Hames, B. D, Hooper N. M. 2000. Biochemistry: The Instant Notes. Ed.ke-2. Hongkong : Springer-Verlag. Hardiany, N. S. 2013. Cathepsin dan Calpain : Enzim Pemecah Protein dalam Sel. Jurnal Vol. 1, No. 1, April 2013. Departemen Biokimia & Biologi Molekuler. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. He, S., Y. Feng, H. Ren, and Y. Zhang. 2011. The Impact Of Iron Oxide Magnetic Nanoparticles On The Soil Bacterial Community. School of Biological Science and Medical Engineering. 11: 1408-1417. China. Herdyastuti, N., T. J. Raharjo, Mudasir, dan S. Matsjeh. 2009. Chitinase and Chitinolitic Microorganism: Isolation, Characterization and Potential. Indo. J. of Chem, 9(1), 37-47. Departement of Chemistry, Surabaya State University. Ibraheim, M. H. and D. B. El-Din Darwish. 2013. 50 Hz Frequency Magnetic Field Effects On Pseudomonas aeruginosa and Bacillus subtilis Bacteria. IOSR Journal of Applied Physics. 2278-4861.Volume 5. Imada, C., N. Taga, dan N. Maeda. 1985. Cultivation Conditions for Subtilisin Inhibitor Producing Bacterium and General Properties of the Inhibitor Marinostatin. Bull of Jap Soc of Sci Fish51: 805-810. Iyabu, H., dan S. Duengo. 2013. Pengaruh Penambahan KH2PO4 Pada Pembuatan Elektroda Selektif Ion Fosfat sebagai Pengganti Metode Spektrofotometer Dalam Menentukan Fosfat. Jurnal entropi volume VIII, nomor 1. Pendidikan Kimia Universitas Negeri Gorontalo. Johnvesley, B. and G.R. Naik. 2001. Study on Production of Thermostable Alkaline Protease from Thermophilic and Alkaliphilic Bacillus sp. JB99 in a Chemically Defined Medium. Journal Process Biochemistry. 37: 139-144. Khoiriyah, H dan P. Ardiningsih. 2014. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Terhadap Aktivitas Bakteriosin Lactobacillus sp. RED4. JKK, tahun 2014, Volime 3 (4), halaman 52-56. Program Studi Kimia. Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura. Kosim, Muhammad. 2010. Pengaruh Suhu Pada Protease dari Bacillus subtilis. Jurnal FMIPA ITS. Surabaya.
60
Kurniawan, H. M. 2011. Isolasi dan Optimasi Ekstrinsik Bakteri Termo – proteolitik Isolat Sumber Air Panas Semurup Kabupaten Kerinci Jambi. Jurnal Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang. Kusuma, S. 2009. Staphylococcus aureus. Fakultas Farmasi. Universitas Padjajaran. Bandung. Lehninger, A. L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Terjemahan Maggy, Thenawidjaya. Jakarta : Penerbit Erlangga. Jakarta. Lehninger, A. L. 2005. Dasar–Dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta. Linggarjati, K. F., A. Djunaedi dan Subagiyo. 2013. Uji Penggunaan Bacillus sp. sebagai Kandidat Probiotik Untuk Pemeliharaan Rajungan (Portunus sp.). Jurnal Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Li, J., Y. Yi, X. Cheng, D. Zhang and M. Irfan. 2015. Study On the Effect of Magnetic Field Treatment of Newly Isolated Paenibacillus sp. National Engineering Laboratory for Efficient Utilization of Soil and Fertilizer, College of Land and Enviroment, Shenyang Agricultural. University Botanical China. Lunggana, I. 2002. Minuman Isontonik Pengganti Energi. Jakarta: Republika Online. Mahajan, R. T. dan Shamnkant. B.B. 2010. Biological Aspects of Proteolytic Enzymes: A Review. India J. Pharm. research 3(9). 2048-2068. Mangunwardoyo, W., R. A. Sophia, dan E. S. Heruwati. 2007. Seleksi dan Pengujian Aktivitas Enzim L-Histidine Decarboxylase dari Bakteri Pembentuk Histamin. MAKARA, SAINS. Vol. 11, No.2 : 104-109. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Manin, F. E., Hendalia, dan Yusrizal. 2012. Potensi Bakteri Bacillus dan Lactobacillus sebagai Probiotik Untuk Mengurangi Pencemaran Amonia pada Kandang Unggas. Jurnal Peternakan Indonesia Vol. 14 (2) ISSN 1907-1760. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Markov, M., Hazlewood C., and Ericsson. A. 2004. Systemic Effect- A Plausible Explanation of the Benefit of Magnetic Field Therapy. Proceedings of Biological Effects of EMFs. 3rd International Workshop, Kos, Greece, pp. 673681.
61
Mathews, C. K. and Van Holde, K. E. Biochemistry. The Benjamin/ Company Publishing Company Inc. United States of America, 1990. Ma’rufiyanti, P., Sudarti, dan Agus A. G. 2014. Pengaruh Paparan Medan Magnet ELF (Extremely Low Frequency) 300μt Dan 500μt Terhadap Perubahan Kadar Vitamin C dan Derajat Keasaman (pH) Pada Buah Tomat. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 3 No.3. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember. Hal 278 – 284. Melliawati, R., A. C. Djohan dan Yopi. 2015. Seleksi Bakteri Asam Laktat Sebagai Penghasil Enzim protease. Pros Sem NasnMasy Biodiv Indon Volume 1, Nomor 2, Halaman: 184-188. ISSN: 2407-8050. Bogor. Jawa Barat. Muhammad, A. A., F. M. Ali, E. A. Gaafar, and H. R. Magda. 1997. Effects of Magnetic Field on the Biophysical. Biochemical Properties and Biological Activity of Salmonella typhi. Master thesis submitted for Biophysics department, Faculty of science. Cairo University. Egypt. Mulyani, Y., E. Bachtiar, dan M. Untung. 2013. Peranan Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuatik Vol. IV No. 1/Maret 2013 (1-9) ISSN 0853-2523. Program Studi Ilmu Kelautan FPIK. Universitas Padjadjaran Bandung. Murray, R. K., 2003. Biokimia Harper. Alih bahasa: Andry Hartono. Ed.25, Jakarta: EGC. Hal 96. Mursilatun. 2010. Electric field effect on growth of cancer cells. Thesis. Dept. of Medical Physics, University of Indonesia. Naiola, E. dan N. Widhyastuti. 2002. Isolasi, Seleksi, dan Optimasi Produksi Protease dari Beberapa Isolat Bakteri. Jurnal Berita Biologi 6 (3) : 9-16. Nakanishi, T. N., Minamiura, dan T. Yamamoto. Agricultural Biological Chemistry. Vol. 38 (1974) 37 – 44. Nurhayati, T. M., Fikri, dan Desniar. 2010. Aktivitas Inhibitor Protease dari Ekstrak Karang Lunak Asal Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Jurnal Kelautan Juni 2010. Vol.15 (2) 59-65. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Palmer, T. 1991. Understanding Enzyme Third Edition. Ellis Horwood Limited. England.
62
Panagopoulos, D. J and Margaritis L.H. 2003. Theoretical Considerations for the Biological Effects of Electromagnetic Fields. In Stavroulakis. P. Biological Effects of Electromagnetic Fields. Springer Verlag Berlin. Pinem, O. R. B., Taufiq F. S., dan Sri R. J. 2013. Pemisahan Logam Berat Cu dan Cd dari Larutan Logam Sintetis dan Air Limbah Industri dengan Menggunakan Biomassa Chlorella vulgaris Dan Biomassa Chlorella vulgaris yang Terimmobilisasi Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print). Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Poliana J, MacCabe AP. 2007. Industrial Enzymes; Structure, Function, and Applications. Springer, Dordrecht. Pratiwi, D., F. Sebayang, dan It Jamilah. 2013. Produksi dan Karakterisasi Enzim Lipase dari Pseudomonas aeruginosa dengan Menggunakan Induser Minyak Jagung serta Kofaktor Na+ dan Co2+. Jurnal Saintia Kimia Vol. 1, No.2. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Purwanti, S., Soetopo dan Idiyanti. 2011. Aplikasi Protease dan Pengaruh Suhu Pada Asidifikasi Digestasi Anaerobik Dua-Tahap Lumpur IPAL Biologi Industri Kertas. Pusat Penelitian Kimia LIPI. Serpong Tangerang. Qin, J., B. Zhao, X. Wang, and L. Wang. 2009. Non-Sterilized Fermentative Production of Polymer-Grade L-Lactic Acid by a Newly Isolated Thermophilic Strain Bacillus sp. 2–6. PLoS ONE Volume 4. Rahardhianto, A., Nurlita. A, dan Ninis. T. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu dalam NaCl Fisiologis terhadap Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Ikan Patin (pangasius pangasius) selama Masa Penyimpanan. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Rahayu, S. F., Tanuwijaya, M. T. Suhartono, J. K. Hwang, dan Y. R. Pyun. 2004. Study of Thermostable Chitinase Enzymes from Indonesia Bacillus K29-14. Microbiol and Biotech 4 : 647 : 652. Rahmi, F. L, A. Dahliaty dan S. Devi. 2012. Optimalisasi Komposisi Media dan Konsentrasi Sumber Karbon Produksi Enzim Selulase Bakteri Selulolitik Strain Lokal S-16 dan S-22. Repository Universitas Riau. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru.
63
Richana, Nur. 2002. Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Buletin AgroBio 5(1):29-36. Rohma, A. 2013. Pengaruh Medan Magnet Terhadap Aktivitas Enzim α-Amilase pada Kecambah Kacang Merah dan Kacang Buncis Hitam (Phaseolus vulgaris L.). Jurusan Biologi Universitas Lampung. Bandar Lampung. Sadidah, K. R., Sudarti, dan Agus A. G. 2015. Pengaruh Paparan Medan Magnet ELF (Extremely Low Frequency) 300 mT Dan 500 mT Terhadap Perubahan Jumlah Mikroba dan pH pada Proses Fermentasi Tape Ketan. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember. Said, M. I. dan Likadja, J. C. 2012. Isolasi dan Identifikasi Bakteri yang Berpotensi sebagai Penghasil Enzim Protease pada Industri Penyamakan Kulit PT. Adhi Satria Abadi (Asa). Yogyakarta. Makalah Ilmiah. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Sari, E. K. N, Bambang S, dam Sumardi H. S. 2012. Proses Pengawetan Sari Buah Apel (mallus sylvestris mill) Secara Non-Termal Berbasis Teknologi Oscillating magneting field (omf). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2. Universitas Brawijaya. Malang. Sasithorn, N. dan K. Luepong. 2008. Silk Degumming with Dried Latex of Carica papaya Linn. RMUTP Research Journal, Vol. 2, No. 1. Scopes, R. K. 1988. Protein Purification: Principles and Practice. 2nd ed. New York: Springer Verlag; 40–71, 302–6. Setyati, W. A., E. Martani, Triyanto, Subagiyo Dan M. Zainuddin. 2015. Kinetika Pertumbuhan dan Aktivitas Protease Isolat 36k dari Sedimen Ekosistem Mangrove, Karimunjawa, Jepara. Ilmu Kelautan September 2015 Vol 20(3):163-169 ISSN 0853-7291. Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Shuler, M. L., and F. Kargi. 1992. Bioprocess Engineering Basic Concept, PrenticeHall International. Inc., New Jerse. Soedigdo. 1988. Studi Akivitas Enzim Lipase dari Aspergillus niger sebagai biokatalis pada proses gliserolisis untuk menghasilkan momoasilgliserol. Thesis. Universitas Diponegoro.
64
Soeka, Y. S., S. Hartin., Ninu S., dan Elidar N. 2011. Kemampuan Bacillus licheniformis dalam Memproduksi Enzim Protease yang Bersifat Alkalin dan Termofilik. Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2 Tahun 2011. Puslit Biologi- LIPI Cibinong. Subagiyo, S. Margino, dan Triyanto. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai Jenis Sumber Karbon, Nitrogen dan Fosforpada Medium de Man, Rogosa and Sharpe (MRS) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Terpilih yang Diisolasi dari Intestinum Udang Penaeid. Jurnal Kelautan Tropis Desember 2015 Vol. 18(3):127–132. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Sudarti, N., E. Ruriani, dan V.T Hersa. 2014. Prevalence of Salmonella Typhimurium on Gado-Gado Seasoning by Treatment of Extremely Low Frequency (ELF) Magnetic Field. Penelitian Fundamental. Faculty of Education Jember University. Suhandana, M., T. Nurhayati, dan L. Ambarsari. 2013. Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Polyphenoloxidase dari Udang Windu (Penaeus monodon). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.5, No. 2, Hlm. 353-364. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhartono, M. T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suhartono, M. T. 1992. Protease. Bogor : Depdikbud. DIKTI. Institut Pertanian Bogor. Suhartono, M.T, Satiawihardja B, Widjaja I.P.N. 1996. Characterization of protease enzyme produced from Bacillus pumilus Y1 galured from liquid tofu waste. J Mol Biol Biotech 2:193-199. Sumardi, C. N. Ekowati, dan D. Haryani. 2010. Isolasi Bacillus Penghasil Selulase Dari Saluran Pencernaan Ayam Kampung. J. Sains Mipa, April 2010, Vol. 16, No. 1, Hal.: 62-68. Universitas Lampung. Sumardi dan D. Lengkana. 2008. Isolasi Bacillus Penghasil Protease Dari Saluran Pencernaan Ayam Kampung. Korespondensi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Sumarlin, L. O. 2008. Aktivitas Protease Dari Bacillus circulans pada Media Pertumbuhan dengan pH Tidak Terkontrol. Jurnal Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
65
Susanti, E. 2011. Optimasi Produksi dan Karakterisasi Sistem Selulase dari Bacillus circulans strain Lokal dengan Induser Avicel. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 12 No. 1, Januari 2011 : 40 – 49. Jurusan kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Sutarma. 2000. Kultur Media Bakteri. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Veteriner Bogor. Umam, S., N. P. Indriani, dan A. Budiman. 2014. Pengaruh tingkat penggunaan tepung jagung sebagai aditif pada silase rumput gajah (Pennisetum purpureum) terhadap asam laktat, NH3 dan pH. Thesis. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Bandung. Utarti, Es., L. Nurita, dan S. Arimurti. 2009. Karakteristik Ekstrak Kasar Protease Bacillus sp. 31. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 10 No. 1. 2009 : 102 – 108. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember. Wardani, A. K dan Lia O. N. 2012. Purifikasi dan Karakterisasi Protease dari Bakteri Hasil Isolasi dari Whey Tahu. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Yuniati, R., T. T. Nugroho, dan F. Puspita. 2015. UJi Aktivitas Enzim Protease dari Isolat Bacillus sp. Galur Lokal Riau. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Februari 2015. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau. Yusriah dan kuswytasari N. D. 2013. Pengaruh pH dan Suhu Terhadap Aktivitas Protease penicillium sp. Jurnal sains dan seni pomits vol. 2, no.1. hal 48. Yusufa, M. H., M.C. Padaga, dan D.A. Octavianie. 2013. Identifikasi dan Studi Aktivitas Protease Bacillus sp. Asal Limbah Cair Rumah Potong Ayam Tradisional Sebagai Kandidat Penghasil Biodeterjen. Jurnal Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Program. Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Zilda, D. S, A. Kusumarini, dan E. Chasanah. 2008. Penapisan dan Karakterisasi Protease dari Bakteri Termo-Asidofilik P5-a dari Sumber Air Panas Tambarana. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 3 No. 2, Desember 2008. Universitas Pancasila.