PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA MAPLE 11 TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Muhamad Syazali IAIN Raden Intan Lampung
[email protected] ABSTRACT Lack of mathematical problem solving ability of students in Bandar Lampung MAN 2 due learners trouble completing math problems and students rarely ask questions or express ideas workmanship. This study aims to determine the effect of mathematical problem solving ability of student who take the learning by using the Creative Problem Solving learning model the students who take the Creative Problem Solving learning model which aided media Maple 11 and students who follow conventional teaching methods conducted by researchers at the students of class XI the MAN 2 Bandar Lampung. This research is a quantitative type of experimentation with Quasy Experimental Design. In this study a total population of 121 students with sampling techniques in this study using a sample saturated. Based on calculations, after the hypothesis test using ANOVA obtained Fobservasi of 10,54. If the value is compared with the value F tabel of 3,07, it can be concluded that Fobservasi ≥ Ftabel, so the hypothesis H0 is rejected and H1 accepted, which means that there are significant CPS assisted learning Maple 11 on problem solving skills of learners. Keywords : Problem Solving, Maple 11, Problem Solving Abilities ABSTRAK Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di MAN 2 Bandar Lampung disebabkan karena peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan peserta didik jarang sekali mengajukan pertanyaan atau mengemukakan ide pengerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Creative Problem Solving yang berbantuan media Maple 11 maupun peserta didik yang mengikuti metode pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh peneliti pada peserta didik kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis eksperimen dengan Quasy Experimental Design. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 121 peserta didik dengan teknik Sampling dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Berdasarkan hasil perhitungan, setelah dilakukan uji hipotesis menggunakan uji ANAVA didapat Fobservasi sebesar 10,54. Apabila nilai Fobservasi tersebut dibandingkan dengan nilai Ftabel sebesar 3,07, maka dapat disimpulkan bahwa Fobservasi ≥ Ftabel, dengan demikian hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh pembelajaran CPS berbantuan Maple 11 terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
101
Kata kunci: Problem Solving, Maple 11, Kemampuan Pemecahan Masalah PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis, pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar, dari prespektif mengajar, pelakunya adalah guru/pendidik, ataupun pihak yang mendidik. Sedangkan dari prespektif belajar, pelakunya adalah peserta didik/peserta didik yang melakukan aktivitas belajar. Dengan penjabaran tadi dapat di ambil pengertian pendidikan adalah suatu proses interaksi pendidik dan peserta didik yang memiliki tujuan yang sudah di tentukan bersama, pendidikan sebagai proses yang pada dasarnya membimbing peserta didik menuju tahap kedewasaan, dengan melalui program sekolah maupun pendidikan di luar sekolah/lingkungan luar. Pembangunan pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu dalam kehidupan dan martabat manusia untuk mewujudkan tujuan nasional. Pencapaian tujuan pendidikan yang di harapkan, garapan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu sistem yang di laksanakan secara merata, menyeluruh, dan terpadu dalam melibatkan berbagai pihak termasuk lingkungan keluarga lingkungan masyarakat dan pemerintah baik secara sendiri – sendiri maupun secara bersama – sama. (Supriadi;2006) Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa, memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupannya, serta mencapai tujuan nasional bangsa yang bersangkutan, itulah yang disebut dengan ―sistem pendidikan nasional‖. Undang – undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional berbunyi : ―Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab‖.
102
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar dalam dunia pendidikan dapat selalu berkembang secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu menciptakan suasana semedikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. (Hasbullah;2011) Faktor lain yang mendukung berhasil tidaknya pengajaran matematika adalah menguasai teori belajar mengajar matematika dan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran. Dengan menguasai teori belajar mengajar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik bahkan dapat memotivasi peserta didik untuk berminat belajar matematika. Teori matematika yang dikuasai para tenaga pendidik akan dapat diterapkan pada peserta didik jika dapat memilih strategi belajar mengajar yang tepat, mengetahui tujuan pendidikan dan pengajaran atau pendekatan yang diharapkan serta dapat melihat apakah peserta didik sudah mempunyai kesiapan atau kemampuan belajar. Dengan mengetahui kesiapan peserta didik dalam belajar matematika, maka pengajaran yang akan disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan anak atau peserta didik. (Supriadi;2006) Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah. Peserta didik kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran rendah. Di samping itu, media jarang digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna. Permasalahan atau hambatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai komponen. Komponen-komponen pembelajaran
103
tersebut adalah kemampuan pendidik dalam pengajaran (pendidik), pihak yang diberi materi pembelajaran (peserta didik), bahan yang diajarkan (bahan ajar), proses pembelajaran (strategi, metode, teknik mengajar), sarana dan prasarana belajar, serta sistem evaluasi yang diterapkan. (Suryosubroto;2009) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study matematika kelas XI Ibu Rosa fitriani S.Si dan peserta didik MAN 2 Bandar Lampung kelas XI secara berkelompok (kelas) tahun pelajaran 2014/2015, diperoleh data Ulangan Umum kelas XI IPA sebagai berikut. Tabel 1. Nilai Ulangan Umum Semester Ganjil Peserta didik Kelas XI IPA MAN 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 Nilai Matematika Peserta Didik semester Jumlah Ganjil peserta didik Kelas 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥ 75 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 < 75 1. XI IPA 1 15 26 41 2. XI IPA 2 8 32 40 3. XI IPA 3 7 33 40 Jumlah 30 91 121 Sumber : Buku nilai Ulangan Semester Ganjil Guru Matematika No
Berdasarkan data nilai guru mata pelajaran matematika, 30 peserta didik dari 121 peserta didik yang mendapat nilai ≥ 75 atau yang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dapat di interpretasikan 76% peserta didik yang ada di kelas belum mencapai nilai di atas KKM. Dalam hal ini diperlukan suatu model dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah belajar matematika dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi lebih aktif dan pembelajaran pun akan mencapai tujuan yang di inginkan. Berangkat dari permasalah di atas, dimana masih banyak peserta didik yang memiliki masalah dalam pemecahan soal matematika, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang ‖ Pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan media Maple 11 terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik‖. Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh pada penggunaan model pembelajaran
104
Creative Problem Solving berbantuan media Maple 11 terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah Terdapat pengaruh pada penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan media Maple 11 terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING Proses
pembelajaran
peserta
didik
haruslah
aktif
dan
dapat
mengembangkan ide kreatifnya dalam memecahkan berbagai macam persoalan matematika. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Menurut Uno dan Muhammad adapun proses dari model pembelajaran Creative Problem Solving, terdiri dari langkah – langkah sebagai berikut : 1) Klasifikasi masalah Klasifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang diajukan, agar peserta didik dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Pengungkapan pendapat pada tahap ini peserta didik dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. 2) Evaluasi dan pemilihan Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat – pendapat atau strategi – strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. 3) Implementasi Menurut Pepkin dalam Uno muhamad Pada tahap ini peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan prenyelesaian dari masalah tersebut. (Suryobroto; 2009) 105
Berdasarkan langkah – langkah diatas dengan membiasakan peserta didik untuk menggunakan langkah – langkah tersebut dalam menyelesaikan permasalahan, diharapkan peserta didik dapat membantu mengatasi dalam memahami suatu konsep dengan baik. Secara operasional implementasi langkah – langkah pembelajaran matematika adalah sebagai berikut : 1) Pendidik membentuk kelompok dengan jumlah 4-5 peserta didik dalam setiap kelompok 2) Pendidik memberikan penjelasan tentang prosedur pembelajaran Creative Problem Solving 3) Pendidik menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur solusi kreatif kepada peserta didik (dengan memberikan pertanyaan, pernyataan, problematik dan tugas). 4) Peserta didik mengumpulkan data verifikasi mengenai data yang disajikan oleh pendidik 5) Peserta didik melakukan eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan melakukan diskusi dalam berkelompok kecil. 6) Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi kreatif (dilakukan dengan diskusi kelas yang didampingi oleh pendidik). Untuk mencari informasi dalam menyelesaikan masalah/menjawab pertanyaan, peserta didik kesempatan untuk urun pendapat, baik berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peserta didik, membaca referensi, maupun mencari data
informasi
dari
lapangan.
Pembelajaran
yang
menerapkan
Model
pembelajaran Creative Problem Solving , peran pendidik lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator yaitu guru membantu memberikan kemudahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sebagai motivator, yaitu guru berparan memotivasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan sebagai dinamisator belajar, yaitu guru berusaha memberikan rangsangan dalam mencari, mengumpulkan dan menentukan informasi untuk pemecahan masalah dalam bentuk pemberian tugas dan memberikan umpan balik dalam pemecahan masalah tersebut, baik secara individual maupun secara berkelompok.
106
Proses pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luas kepada peserta didik merupakan prasyarat bagi peserta didik untuk berlatih belajar mandiri. Adapun kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran Creative Problem Solving, yaitu. 1) Kelebihan dari penerapan Model pembelajaran Creative Problem Solving, yaitu : a. Melatih peserta didik agar mereka mampu menyelesaikan masalah – masalah matematis b. Meningkatkan kreativitas peserta didik c. Adanya interaksi aktif antara pendidik dan peserta didik d. Menuntun peserta didik untuk dapat berfikir kreatif dan kritis e. Membuat peserta didik gemar menghafal dan aktif dalam berbicara9 2) Kelemahan Model pembelajaran Creative Problem Solving diantaranya : a. Pendidik mengalami kebingungan melaksanakan Model pembelajaran Creative Problem Solving dalam pembelajaran karena banyak nya metode yang juga digunakan. b. Jika kurang cermat, maka pendidik akan mengalami kesulitan memantau kreatifitas tiap peserta didik dalam kelompok. c. Pemecahan masalah dalam kreativitas sulit dibedakan karena keduanya menuntut hasil yang baru.
SOFTWARE MAPLE 11 Maple pertama kali dikembangkan oleh Grup Komputasi Simbolik di University of Waterloo, Ontario, Kanada pada tahun 1980. Pada tahun 1988, telah dikembangkan serta di jual secara komersial oleh Waterloo Maple Inc (juga dikenal sebagai MAPLESOFT), sebuah perusahaan Kanada juga berbasis di waterloo, Ontario. Versi utama saat ini adalah versi 16 yang dirilis pada tahun 2012, namun peneliti menggunakan maple versi 11. Perintah – perintah dasar Maple sangat sederhana dan mudah di pahami oleh pengguna pemula sekalipun, sehingga Maple cocok digunakan tidak hanya untuk komputasi sains melainkan juga dapat di manfaatkan untuk proses pemahaman dan pembelajaran matematika serta sains. Dengan proses perhitungan dan visualisasi grafik dalam Maple akan
107
dapat memudahkan peserta didik dalam memahami konsep – konsep dasar matematika. Maple juga merupakan salah satu software matematika dan analisis yang popular
didunia.
Karena
kecepatan, ketepatan,
dan
kehandalan
dalam
menganalisis data. Berkenaan dengan masalah matematika khususnya mengenai materi kalkulus, peserta didik sering menemukan masalah dalam mencari nilai dari suatu limit fungsi, bagaimana menurunkan/diferensial suatu fungsi, menggambar grafik fungsi, teknik integrasi, menentukan luas daerah, volume benda putar, dan lain – lain. Perhitungan tersebut memerlukan pemahaman yang baik
mengenai
materi
keilmuan
kalkulus
tersebut.
Selain itu,
dalam
menyelesaikannya memakan waktu yang cukup lama karena harus memerlukan ketelitian dan grafik yang benar. Misalnya saja kita akan mencari luas daerah/volume benda putar dari fungsi tertentu, sehingga kita akan membuat grafiknya terlebih dahulu. Maple merupakan salah satu alternatif guna membantu permasalahan tersebut, sehingga permasalahan diferensial-integral tersebut dapat dipecahkan secara efektif, efisien, dan hasilnya sangat akurat. Sistem pembelajaran matematika pada software ini dapat di kategorikan sebagai alat peraga maya dinamis karena berupa perangkat lunak sehingga membutuhkan media komputer untuk menggunakannya. Selain itu di dalamnya terdapat komponen – komponen atau suatu sistem yang digunakan sesuai dengan fungsinya, sehingga peserta didik interaktif dalam memanipulasi komponen yang ada dalam software tersebut. Seperti aplikasi lainnya di dalam Windows, program Maple perlu diinstal terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk menginstal program ini, diperlukan spesifikasi minimum dari komputer sebagai berikut : 1) Intel pentium 90 atau processor yang lebih tinggi (Intel Pentium I, II, III, IV atau Dual Core) 2) Memori Bebas pada Harddisk sebesar 65 MB 3) 8-bit graphics adaptor dan monitor yang mendukung yang mendukung 256 warna pada resolusi 640x480 4) Windows NT 4 (Service Pack 5), Windows 95, Windows 98, Windows 2000, atau Windows XP (Service Pack 1 & 2)
108
5) RAM sebesar 16 MB untuk Windows 95 dan 98, atau RAM 32 MB Untuk Windows NT 4 dan Windows 2000, atau Windows XP (Service Pack 1 & 2) PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu, merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi maka ia tidak saja dapat memecahkan suatu masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir. (Made Wena;2010) Karakteristik Kemampuan Pemecahan Masalah Pemecahan masalah telah dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu diantaranya di lakukan oleh Dodson dan Hollander dalam Wono. Menurut mereka kemampuan pemecahhan masalah yang harus ditumbuhkan adalah : 1. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika. 2. Kemampuan untuk mencatat kesamaan, perbedaan dan analog. 3. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting. 4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan. 5. Kemampuan menaksir dan menganalisa. 6. Kemampuan mengvisualisasi dan menginterpretasi kuantitas. 7. Kemampuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian eksperimen karena penulis akan mencari perbedaan treatment (perlakuan) tertentu. Jenis metode eksperimen yang digunakan adalah True Experimental Design.
109
Populasi penelitian yang digunakan adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA MAN 2 Bandar Lampung, yang berjumlah 121 peserta didik, populasi tersebut dalam 3 kelas, yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3. Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. untuk melaksanakan penelitian ini penulis menentukan sampel 3(Tiga) kelas, yaitu : (1) Kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yaitu kelas XI IPA 1 (2) Kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berbantuan media Maple 11 yaitu kelas XI IPA 2 (3) Kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran yang konvensional yaitu XI IPA 3. Instrumen pada penelitian ini digunakan
untuk mengukur
dan
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes (tes kemampuan pemecahan masalah matematis). Penelitian ini menggunakan tes uraian dengan jenis soal berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang di uji cobakan kepada peserta didik yang telah mempelajari materi pokok bahasan limit fungsi. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Teknik analisis data dalam pengujian hipotesis menggunakan uji ANAVA satu jalan.
PEMBAHASAN Setelah data kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada materi limit fungsi terkumpul baik dari kedua kelas eksperimen maupun dari kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi (XMaks), nilai terendah (XMin) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan dicari ukuran tendensi sentral meliputi rataan 𝑋 , median (Me), modus (Mo) serta ukuran variansi kelompok meliputi jangkauan (R) dan simpangan baku (s) yang dapat dirangkum pada Tabel 4.4 berikut ini :
110
Tabel 2. Deskripsi Data Amatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen CPS Eksperimen CPS + Maple 11 Kontrol Konvensional Peneliti
XMaks
XMin
𝑋
Me
Mo
Ukuran Variansi Kelompok R s
Ukuran Tendensi Sentral
26
15
22,463
23
25
11
2,73
27
17
23,45
24
26
10
3,20
21
21 dan 22
14
3,64
25
11
20,25
Jumlah peserta didik 121 peserta didik, kelas eksperimen CPS berjumlah 41 peserta didik, kelas eksperimen CPS + Maple 11 berjumlah 40 peserta didik, kelas kontrol konvensional peneliti berjumlah 40 peserta didik. Kelas XI IPA 1 (kelas eksperimen) diterapkan model pembelajaran kooperatif Creative Problem Solving (CPS), kelas XI IPA 2 (kelas eksperimen) diterapkan model pembelajaran kooperatif CPS berbantuan Maple 11 dan kelas XI IPA 3 (kontrol) diterapkan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh peneliti pada kelas ini peneliti (sebagai guru) masih berupaya menggali kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan memberikan pertanyaan atau soal-soal komunikasi matematis kepada peserta didik. Pembelajaran pada masing-masing kelas : kelas XI IPA 1, kelas XI IPA 2, dan kelas XI IPA 3 dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan yaitu 5 pertemuan proses belajar mengajar dan 1 pertemuan dilaksanakan evaluasi belajar peserta didik sebagai pengambilan data penelitian dengan bentuk soal essai soal pemecahan masalah matematis. Setelah dilaksanakan pembelajaran, materi limit fungsi selesai di kelas eksperimen CPS, kelas eksperimen CPS berbantuan Maple 11, dan kontrol konvensional peneliti, dilakukan evaluasi akhir untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik sebagai pengumpulan data hasil penelitian dan diperoleh bahwa skor rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik dari ketiga kelas tersebut berbeda-beda. Nilai rata-rata kelas eksperimen CPS yaitu 22,463 , rata – rata kelas eksperimen CPS berbantuan
111
Maple 11 23,45 dan rata-rata kelas kontrol konvensional yang dilakukan oleh peneliti yaitu 20,25. Dilakukan analisis data dan dari perhitungan hasil tes yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji normalitas yang menunjukan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, hal ini terlihat pada hasil perhitungan di kelas eksperimen CPS didapat Lobservasi = 0,103 dan taraf signifikans 5% diperoleh Ltabel = 0,138, pada kelas eksperimen CPS berbantuan Maple 11 diperoleh Lobservasi = 0,134 dan taraf signifikans 5% didapat Ltabel = 0,140 dan kelas kontrol konvensional peneliti diperoleh Lobservasi = 0,115 dan taraf signifikans 5% didapat Ltabel = 0,140. Terlihat bahwa L𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 < L𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , karena data berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas varians menggunakan metode Bartlett. 2 Berdasarkan hasil homogenitas diperoleh 𝜒𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = 3,2029 dengan 2 2 2 taraf signifikan (α) = 5% diperoleh 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 5,991 maka 𝜒𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga kelas yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA 3 mempunyai varians yang sama (homogen). Selain itu, berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan ANAVA satu arah dengan sel tak sama diperoleh Fobservasi = 10,452 dan taraf signifikan 5% diperoleh F(0,05;2) = 3,071. Berarti 𝐹𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , menunjukan ketiga perlakuan jelas berbeda dengan ditolaknya H0. H0 ditolak maka dilanjutkan dengan uji lanjut atau komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe’ untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih baik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F1-2= 1,92, F23
= 9,64 dan F1-3 = 19,91. F(0,05;2,80) = 3,96 dan DK 𝐹 𝐹 > 7,92 , dengan
membandingkan FObservasi dengan daerah kritik tampak bahwa yang belum ada perbedaan yang hanyalah antara 1 dan 2. Ini menunjukan bahwa Model pembelajaran Creative Problem Solving (A1) sama baiknya dengan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan Maple 11 (A2), tetapi model pembelajaran Creative Problem Solving (A1) lebih baik dari model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh peneliti (A3), dan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan Maple 11 (A2) lebih baik dengan model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh peneliti (A3). Dari perbedaan - perbedaan tersebut sudah terlihat jelas bahwa terdapat pengaruh dalam model pembelajaran
112
CPS dan berbantuan Maple 11 terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI IPA MAN 2 Bandar Lampung. Hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis dan analisis data menunjukan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dari kedua kelas eksperimen sama baiknya, tetapi lebih baik dari kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di kelas eksperimen CPS berbantuan Maple 11 dan penerapan model pembelajaran kooperatif Creative Problem Solving (CPS) lebih baik dari kelas eksperimen kontrol yaitu: (1)Telah tersedia media yaitu software Maple 11 yang dapat membantu penyelesaian masalah dalam soal matematika, bahan bacaan atau buku-buku yang berisi materi yang akan dipelajari di kelas.(2) Kebebasan peserta didik untuk membangun pengetahuan dalam proses pembelajaran membuat peserta didik kelas eksperimen CPS berbantuan Maple 11 lebih siap untuk belajar dengan kemampuan dan kemandirian belajar mereka tanpa diberikan pengetahuan langsung oleh guru.(3) Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) yang sangat menunjang perkembangan pengetahuannya, sehingga peserta didik lebih mudah mengkaji pengetahuannya dan lebih terarah.(4) Penerapan model pembelajaran kooperatif Creative Problem Solving (CPS) dan berbantuan media Maple 11 menjadikan peserta didik lebih termotivasi untuk belajar karena peserta didik dituntut untuk bertanggung jawab masing-masing terhadap keberhasilan belajar kelompoknya untuk menjadi kelompok belajar yang terbaik. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan landasan teori dan didukung dengan hasil analisis dan pengolahan data serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: terdapat pengaruh kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dan berbantuan media Maple 11. Model pembelajaran yang paling baik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik adalah penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving serta dibantu dengan media maple 11.
113
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mamberikan saran sebagai berikut.(1) Lembaga pendidikan khususnya MAN 2 Bandar Lampung dapat menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving dan berbantuan Maple 11 untuk melatih peserta didik ikut serta dalam proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik MAN 2 Bandar Lampung.(2) Media Maple 11 dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam aktifitas peserta didik. Oleh karena itu disarankan para guru untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Maple 11 dalam pembelajaran matematika, sebagai alternatif media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Dalam pembelajaran topik-topik tertentu dengan menggunakan Maple 11 guru perlu meluangkan waktu yang lebih banyak agar kemampuan pemecahan masalah matematis dapat ditingkatkan.(3) Untuk penelitian yang serupa atau penelitian lebih lanjut perlu di observasikan terlebih dahulu konsep-konsep prasyarat peserta didik serta model pembelajaran yang pernah diterima peserta didik sehingga penerapan model dan media Maple 11 ini dapat berjalan dengan baik. Semoga apa yang diteliti dapat dilanjutkan oleh penulis lain dengan penelitian yang lebih luas. Harapan penulis yang lain adalah apa yang diteliti dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi pendidik pada umumnya dan penulis pada khususnya. DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011 -------. Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011 Azhar Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014 Budiyono. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2004 Hamzah B.Uno, Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta : Bumi Aksara, 2013 Hasbullah. Dasar – dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2011 Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012 -------. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, 2013
114
Suharsimi Arikunto. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013 -------. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Supriadi, et. al. pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas terbuka, 2006 Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009 Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara, 2014
115