SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
Pengaruh Model Nested dan Webbed Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu SMP SEPTI KUNTARI, MUHSINATUN SIASAH MASRURI Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan model pembelajaran nested dan model pembelajaran webbed. Penelitian eksperimen menggunakan desain Randomized Posttest-Only Control Group Design. Teknik pengambilan sampel menggunakan multistage random sampling. Validasi instrumen dilakukan dengan validasi logis (expert judgement) dan validasi empiris melalui ujicoba untuk mengukur daya pembeda soal dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model nested dan dengan menggunakan model webbed dengan nilai t sebesar 0,314 > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan demikian hasil belajar dengan model nested maupun model webbed tidak berbeda secara signifikan. Kata Kunci : Pengaruh, Model Nested, Model Webbed Abstract This study aims to investigate the difference in the learning outcomes of Social Studies between the students learning through the nested learning model and those learning through the webbed learning model. This was an experimental study employing the randomized posttest-only control group design. The sample was selected by means of the multistage random sampling technique. The instrument validation was conducted through logical validation (expert judgment) and empirical validation by a tryout to assess the discrimination index of the items at a significance level of 0.05. The results of the study showed that the average learning outcomes through the nested and webbed models were indicated by a t value of 0.314> 0.05, showing that there was no significant difference. Therefore, the learning outcomes through the nested model and those through the webbed model did not differ significantly. Keywords: effects, nested model, webbed model
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
PENDAHULUAN Pendidikan
Pasal 2 Ayat 1:
merupakan
pengalaman
belajar yang berlangsung sepanjang hidup (Mudyahardjo, 2009:3). Proses pendidikan sangat
memerlukan
model-model
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
pembelajaran yang sesuai agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Tantangan pendidikan di Indonesia saat ini sangat besar. Kualitas pendidikan, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang begitu canggih, dunia ini terasa menjadi kecil sehingga peristiwa yang terjadi di suatu tempat tertentu dengan cepat
diketahui
oleh
masyarakat
di
seluruh dunia. Tantangan pendidikan yang semakin kompleks, menuntut guru-guru agar
mempunyai
komprehensif
kompetensi
untuk
yang
menjalankan
tugasnya mendidik dan mencerdaskan generasi
muda,
berdedikasi
tinggi,
demokratis, dan bersikap professional. Menurut Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008:
Sebagai pendidik profesional yang memiliki
tugas
membimbing,
mendidik, mengarahkan,
mengajar, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, seorang guru menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan pendidikan. proses yang guru lakukan dalam pendidikan tidak sebatas pada fasilitator pembelajaran namun
menyeluruh
pada
proses
pendidikan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini guru juga tidak sekedar fokus untuk mengembangkan dan menyampaikan kajian keilmuan namun juga mentransfer
nilai-nilai kehidupan
bagi peserta didik. Oleh karena itu tugas guru profesional berkaitan erat dengan proses
perkembangan
berhadapan
dengan
peserta
didik
perkembangan
keilmuan dan perkembangan lingkungan sosial.
Pasal 1 Ayat 1:
Guru memegang peranan penting
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,dan jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
dalam sistem dan proses pendidikan, Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Pada hakikatnya para siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan yang positif bagi mereka untuk
107
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
belajar (Hamalik, 2005: 43). Guru tidak
pengetahuan,
hanya sekedar bertugas untuk dapat
kepedulian sosial yang tinggi. Objek kajian
menjalankan
tugas
namun
IPS yang cukup luas menuntut guru dan
memberikan
dorongan
siswa
siswa untuk dapat kreatif fan inovatif
mengembangkan
dalam menciptakan suasana pembelajaran
untuk
mengajar
dapat
kepada
keilmuaannya secara mandiri. yang
baik
serta
yang menyenangkan. Hasil belajar siswa
Guru IPS dituntut untuk mempunyai kemampuan
keterampilan
meliputi berbagai kemampuan yang dapat
dalam
diukur baik secara kuantitatif maupun
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar
pengalaman yang menjadi bekal bagi
tercapai hasil belajar siswa yang baik.
siswa untuk dapat mengimplementasikan
Untuk mengetahui sejauh mana siswa
berbagai ilmu yang dipelajari.
telah berhasil menguasai kompetensi yang
Salah
satu
kunci
dipelajari diperlukan kompetensi guru
pembelajaran
untuk menilai secara otentik.
perubahan perilaku sosial siswa kearah
Menurut Arikunto (2006:6-8) guru maupun
pendidik
lainnya
perlu
IPS
keberhasilan
adalah
adanya
yang positif atau lebih baik. Namun, untuk mencapainya
sangat
tergantung
dari
mengadakan penilaian terhadap hasil
kemampuan guru dalam memberikan
belajar
dunia
pembelajaran IPS di kelas. Guru IPS dapat
dunia
menggunakan
belajar
pembelajaran
siswa
pendidikan, persekolahan
karena
dalam
khususnya penilaian
hasil
berbagai yang
media
relevan
untuk
mempunyai makna yang penting, baik bagi
menunjang kegiatan belajar mengajar di
siswa, guru maupun sekolah.
kelas, selain itu guru IPS juga dapat
Pengetahuan sosial melekat dalam
menggunakan
metode-metode
diri setiap siswa, pengetahuan sosial
pembelajaran yang sesuai dan dapat
diperoleh dari kehidupan sehari-hari dan
menarik siswa agar lebih memahami
ada pada setiap siswa. Hal ini masih belum
materi yang diberikan oleh guru.
cukup mengingat pentingnya kehidupan
Dalam penilaian hasil belajar, guru
dalam bermasyarakat dengan berbagai
IPS harus objektif memberi nilai sesuai
macam permasalahan yang berkembang.
dengan tingkat penguasaan kompetensi
Pengetahuan sosial yang diperoleh dalam
yang
pendidikan formal yaitu pendidikan IPS
berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan
mempunyai tujuan agar siswa menjadi
Minimal
warga negara yang baik, mempunyai
pelajaran kejenjang berikutnya. Sementara
diharapkan. (KKM)
Siswa berhak
yang
telah
melanjutkan
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
untuk siswa yang belum menuntaskan
menguasai
kompetensi
Sementara masih banyak guru yang
belajarnya
dengan
baik,
semua
bidang
merasa
remedial) sampai siswa dapat mencapai
bidang studi IPS yang lain. Hal ini
standar
membuat
ketuntasan
minimal
(KKM). menerapkan
sistem
penilaian
komprehensif yang mencakup tiga aspek
mempelajari
pembelajaran
dilaksanakan
Penilaian hasil belajar hendaknya
untuk
IPS.
dilakukan pembelajaran ulang (program kriteria
kesulitan
studi
sepenuhnya
IPS
yang
dilapangan terpadu,
belum
guru-guru
IPS
mengajar sesuai dengan bidang studi mereka masing-masing.
yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan
Pentingnya pembelajaran terpadu
afektif. Pada umumnya, hasil belajar dapat
dilaksanakan
dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu
kehidupan di masyarakat yang saling
kognitif, psikomotor, dan afektif. Apapun
tergantung dan terikat satu dengan yang
jenis
lainnya. Melalui pembelajaran terpadu,
mata
pelajarannya
selalu
karena
siswa
memiliki penekanan yang berbeda. Mata
budaya
pelajaran praktik lebih menekankan pada
mengedepankan pemecahan masalah dari
ranah
berbagai aspek
sedangkan
mata
pelajaran konsep lebih menekankan pada ranah
kognitif.
Namun
kedua
Ada
berpikir
dapat
dengan
mengandung tiga aspek tersebut namun
psikomotor,
diharapkan
sesuai
positif
sepuluh
model
membangun yang
selalu
rancangan
jenis
terpadu
(integrated
curriculum)
pembelajaran tersebut mengandung ranah
Fogarty
(1991:v-vi)
yaitu
afektif.
model, connected model, nested model,
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah
melaksanakan
pelatihan
kepada guru-guru tentang pembelajaran
dari
fragmented
sequenced model, shared model, webbed model, threaded model, integrated model, immersed model, dan networked model.
IPS terpadu dari tingkat nasional hingga
Berdasarkan
prasurvei
yang
tingkat daerah. Namun kenyataan di
dilakukan di SMPN 2 dan SMPN 3 Depok,
lapangan menunjukkan bahwa sebagian
ternyata guru IPS belum sepenuhnya
besar guru-guru belum mau menerapkan
menerapkan pembelajaran IPS secara
pembelajaran
terpadu.
terpadu. Hal ini dilihat dari para guru IPS
bahwa
yang belum menerapkan salah satu dari
Sebagian
IPS
guru
pembelajaran
IPS
secara beralasan yang
dilaksanakan
model pembelajaran terpadu.
secara terpadu membuat guru harus 109
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
menggunakan
kelas kontrol, melainkan
mengetahui hasil belajar IPS terpadu,
menggunakan dua kelompok eksperimen.
menggunakan model nested dan model
Proses
webbed di SMPN 2 Depok dan SMPN 3
melakukan
Depok.
kelompok pembelajaran. Dalam penelitian
Pembelajaran IPS di sekolah yang
ini
eksperimen
yang
semu
pengamatan
dengan
pada
dieksperimenkan
dua adalah
dilaksanakan secara terpisah, artinya tidak
pembelajaran IPS terpadu dengan model
secara terpadu sangat dikhawatirkan akan
nested dan model webbed.
berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Hal
ini
berarti
bahwa
pembelajaran IPS SMP harus dilaksanakan secara terpadu agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Terdapat berbagai cara yang sebenarnya dapat dilakukan oleh guru untuk berkreativitas terhadap proses pembelajaran sehingga guru mampu memperoleh pengalaman pembelajaran.
Selain
itu
proses
pembelajaran diupayakan untuk dapat mengembangkan
minat
dan
prestasi
Tabel 1.Desain Penelitian Randomized Posttest-Only Control Group Design Kelompok (Group) Acak A (KE) Acak B (KE)
Perlakuan (X)
Pascatest Y)
Webbed
0
Nested
0
(Sukmadinata, 2009: 206). Penelitian ini dilaksanakan pada dua SMPN yaitu SMPN 2 depok, SMPN 3 depok. Dilaksanakan
pada
2013/2014,
yakni
september
2013.
tahun pada
pelajaran
bulan
Populasi
juli– dalam
penelitian ini adalah SMPN di Kecamatan Depok yang berjumlah 5 sekolah. Dari 5 populasi diambil dua sampel yang dipilih
belajar siswa. Sesuai dengan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS terpadu dengan menggunakan model nested dan model webbed di SMPN 2 Depok dan SMPN
menggunakan random sampling. Sampel ditentukan
teknik
multistage
random sampling atau sampel bertahap. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat Teknik
3 Depok.
dengan
pengumpulan
data
menggunakan tes dan non tes. Untuk instrumen
METODE Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized
Posttest-Only
Comparison
Group Design. Desain Penelitian ini tidak
pengumpulan
data
menggunakan instrumen tes hasil belajar. Validasi
instrumen
dilakukan
dengan
validasi logis (expert judgement) dan
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
validasi empiris melalui ujicoba untuk
diberikan setelah kegiatan pembelajaran
mengukur daya pembeda soal dengan
selesai dilaksanakan. Kegiatan posttest
taraf signifikansi 0,05. Uji reliabilitas
dilaksanakan pada dua kelompok yaitu
instrumen dilakukan setelah uji validitas
kelompok eksperimen 1 dan kelompok
instrumen, sehingga hanya butir yang
eksperimen 2. Pengambilan data posttest
valid saja yang diuji.
mempunyai
tujuan
yaitu
untuk
Sesuai dengan rancangan penelitian
mengetahui pencapaian hasil belajar IPS di
yang menggunakan desain eksperimen,
tiap-tiap kelompok. Dengan mengetahui
maka setelah melakukan beberapa kali
hasil
eksperimen lalu dilakukan tes. Hasil tes
eksperimen
merupakan data hasil belajar IPS terpadu
model
yang digunakan untuk menguji hipotesis
eksperimen
penelitian. Uji hipotesis dilakukan pada
model nested, maka akan diketahui model
satu uji, karena hipotesisnya hanya ada
manakah
satu. Sebelum melakukan uji hipotesis,
pencapaian hasil belajar IPS Terpadu.
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
Model
analisis yaitu Uji normalitas dan Uji
menunjukkan bahwa salah satu model
homogenitas.
mempunyai
Selanjutnya dilakukan deskripsi data dengan
analisis
deskriptif
belajar
IPS
1
pada
dengan
webbed 2
dan
yang yang
menggunakan
pada
dengan paling paling
keunggulan
kelompok kelompok
menggunakan efektif
dalam
efektif
akan
dibandingkan
dengan model pembelajaran yang lainnya.
terhadap
Model pembelajaran yang paling efektif
variabel penelitian. Teknik analisa data
akan menetukan hasil belajar siswa yang
yang digunakan untuk menguji hipotesis
lebih baik lagi.
adalah dengan menggunakan uji-t dengan SPSS 13,00.
Deskripsi data pottest dari 30 siswa pada
kelompok
mengikuti
eksperimen
pembelajaran
1
yang
dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan model webbed di SMPN 2
Dalam penelitian ini terdapat data post-
Depok,
test
tabel berikut ini.
hasil
belajar,
pada
kelompok
eksperimen 1 maupun pada kelompok eksperimen 2. Data hasil belajar (posttest) baik
pada
maupun
kelompok kelompok
eksperimen eksperimen
1 2
diperoleh dari pelaksanaan posttest yang 111
dapat disajikan dalam bentuk
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
Tabel 2. Data Tes Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen 1 (Model Webbed) N
Valid Missing
30 0 74,0667 76,0000 7,62000 58,064 62,00 94,00
Mean Median Std. Deviation Variance Minimum Maximum
untuk mencapai hasil belajar IPS yang komprehensif. Deskripsi data posttest hasil belajar IPS terpadu dari 32 siswa pada kelompok eksperimen
2
dengan
menggunakan
model pembelajaran nested di SMPN 3 Depok, dapat disajikan dalam bentuk tabel
Distribusi frekuensi dapat dilihat dalam bentuk histogram berikut,
sebagai berikut: Tabel 3. Data Tes Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen 2 (Model Nested) N
Valid Missing
32 0
Mean
82,5000
Median
83,0000
Std. Deviation
8,84271
Variance
78,194
Minimum
62,00
Maximum
98,00
Distribusi frekuensi dapat dilihat Gambar 1 Histogram Hasil Posttest Siswa Yang Mengikuti Pembelajaran IPS Dengan Model Webbed ( Kelompok Eksperimen 1) Berdasarkan kelompok menggunakan
data
posttest
dari
1
yang
eksperimen model
webbed,
dalam bentuk histogram berikut,
dapat
diketahui bahwa rerata (mean) 74,06, median 76,00 , standar deviasi 7,62 , variansi 58,06 , nilai minimal 62 dan nilai maksimal 94. Hasil rerata ini nantinya akan dibandingkan dengan hasil dari model
pembelajaran
nested.
Untuk
mengetahui manakah yang paling efektif model
pembelajaran
yang
digunakan
Gambar 2 Histogram Hasil Posttest Siswa Yang Mengikuti Pembelajaran IPS Dengan Model Nested ( Kelompok Eksperimen 2)
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
Berdasarkan data posttest dari kelompok
eksperimen
menggunakan
model
2
yang
Nested,
dapat
diketahui bahwa rerata (mean) 82,50, median
83,00,
standar
deviasi
8,84,
variansi 78,19, nilai minimal 62 dan nilai maksimal 98. Data yang dianalisis adalah data yang diperoleh
setelah
perlakuan,
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Post Test Tests of Normality
dengan
tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang menggunakan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran webbed dan model pembelajaran nested. Uji Setelah Perlakuan (Posttest)
P o st te st S M P 2 P o st te st S M P 3
KolmogorovSmirnov(a) Statisti df Sig. c
Statis tic
,136
30
,163
,953
30
,204
,113
30
,200 (*)
,964
30
,392
Berdasarkan
1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan pada penelitian
ini
yaitu
uji
Kolmogorof-
smirnov dengan bantuan SPSS 13,00 for windows. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji statistic
menunjukkan
Hasil
uji
normalitas
data
setelah perlakuan disajikan pada tabel dibawah ini.
df
Sig.
tabel
bahwa
semua
diatas, variabel
terikat pada kedua kelompok eksperimen memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Oleh karena itu, hipotesis (H0) yang menyatakan “data berdistribusi normal” diterima
sehingga
data
tersebut
data
dilakukan
berdistribusi normal. Uji
lanjut, yaitu untuk menguji hipotesis penelitian.
Shapiro-Wilk
normalitas
terhadap data skor hasil belajar untuk masing-masing subjek perlakuan sesuai dengan
rancangan
penelitian
yang
menggunakan desain eksperimen. Dalam penelitian
ini
menggunakan
tiga
kelompok, yakni; dua kelas eksperimen yang
diberikan
perlakuan
dengan
menggunakan model nested dan model webbed.
113
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
Tujuan
melakukan
pengujian
eksperimen
memiliki
varian
yang
normalitas data adalah untuk mengetahui
homogen. Hal ini menunjukkan bahwa
apakah varians atau data pada masing-
antara model nested dan model webbed
masing kelompok berdistribusi normal.
tidak berbeda keefektifannya.
Jika data berdistribusi normal, maka
3. Uji Hipotesis
pengujian hipotesis dapat menggunakan
Pengujian
hipotesis
dilakukan
uji-t.
dengan statistik uji-t, data yang di uji yaitu
2. Uji Homogenitas
data posttest pada kelompo eksperimen 1
Tujuan melakukan uji homogenitas
(model
webbed)
dan
kelompok
adalah untuk mengetahui apakah data
eksperimen 2 (model nested). Hipotesis
penelitian pada masing-masing kelompok
yang di uji yaitu ada perbedaan yang
eksperimen setelah diberikan perlakuan
signifikan antara model webbed dan model
memiliki
nested. Uji Hipotesis dilakukan setelah
artinya
hasil
yang
apakah ada
tidak
homogen,
perbedaan
hasil
selesai diberikan perlakuan (treatment).
belajar antara model nested dan model
Dengan
webbed.
penolakan hipotesis sebagai berikut:
Tabel 5. Uji Homogenitas Data Post test Test of Homogeneity of Variance Based on mean Based on median Based on median and with adjusted df Based on trimmed mean
Levene statistic 1,034
df1
df2
Sig.
1
58
,314
,981
1
58
,326
,981
1
58,000
,326
kriteria
penerimaan
dan
1. Jika probabilitas (p) > 0,05 maka hipotesis nihil (H0) diterima, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. 2. Jika probabilitas (p) < 0,05 maka hipotesis nihil (H0) ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kedua
,912
1
58
,343
kelompok. Uji-t
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis (H0) yang menyatakan bahwa “varians data dari ketiga kelompok adalah homogen” diterima. Oleh karena itu, variabel dependen kedua kelompok
Pada
Data
Post
Test
(Setelah
treatment) Berikut
ini
merupakan
hasil
perhitungan post test dengan uji-t yang menggunakan SPSS 13,00.
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
Tabel 6. Hasil Perhitungan Post test dengan uji-t Kelompok
N Mean Std Std.error Deviation Mean Nilai Webbed 30 4,0667 7,62000 ,39121 Nested 30 3,0000 8,87849 ,62098
Nilai
Equal Variance Assumed
Levene ’s Test for Equalit y of Varian ce F Si g,
1, 0 3 4
0, 3 1 4
Equal Variance Not Assumed
Hasil
diatas, diketahui bahwa F = 1,034, signifikansi = 0,314 dan t = -4,182. Dari
t-test for Equality of Means
hasil tersebut disimpulkan bahwa dengan taraf
signifikansi
0,05
menunjukkan
bahwa 0,314 > 0,05 artinya tidak ada t
4, 1 8 2
4, 1 8 2
uji-t
dengan standar deviasi 8,87 serta standar error of mean 1,62. Berdasarkan tabel
Independent Samples Test N
eksperimen 2 (model nested) adalah 83,00
df
5 8
5 6, 6 9 6
S i g . ( 2 t a i l e d )
M ea n Di ff er e nc e
0 , 0 0 0
8, 9 3 3 3 3
2, 1 3 6 1 3
8, 9 3 3 3 3
2, 1 3 6 1 3
0 , 0 0 0
menampilkan
St d. Er ro r Di ff er en ce
95% Conf iden ce Inter val of the Diffe renc e L U o p w p e e r r 1 3 4, , 6 2 5 0 7 9 4 2 0 7 1 3 4, , 6 2 5 0 5 9 3 2 0 7
jumlah
subjek pada masing-masing kelompok yaitu 30, mean kelompok eksperimen 1 (model webbed) adalah 74,06 dengan standar deviasi 7,62 serta standar error of
perbedaan yang signifikan antara model webbed dan model nested, keduanya samasama efektif, berarti H0 diterima. Kesimpulannya
bahwa
kedua
kelompok eksperimen, sebelum diberikan perlakuan
(treatment)
mempunyai
kemampuan awal yang tidak berbeda jauh artinya kedua kelompok setara. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, pada kedua kelompok eksperimen diberikan posttest, bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua model pembelajaran tersebut. Hasil posttest
menunjukkan
bahwa
antara
model webbed dan model nested samasama
efektif
dilihat
dari
perolehan
signifikansi yang menunnjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara
kedua
model
pembelajaran
tersebut. Dari hasil uji-t menggunakan SPSS 13,00 terhadap data hasil pre test pada kelompok eksperimen 1 (model webbed) dan kelompok eksperimen 2 (model nested) diperoleh F = 0,156 , p = 0,694 dan
t = 0,196. Dengan taraf signifikansi 0,05 mean 1,39 .Sedangkan mean kelompok 115
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
berarti H0 diterima karena 0,694 > 0,05
dengan minat belajar siswa, yaitu tema
yang artinya tidak ada perbedaan yang
yang disukai oleh siswa agar siswa lebih
signifikan antara kedua kelompok.
memahami materi pembelajaran. Akan
Uji Hipotesis yang kedua dengan
tetapi, untuk menetukan tema sangatlah
menggunakan uji-t diperoleh F = 1,034 , p
tidak mudah karena butuh tema yang
= 0,314 dan t = -4,182. Dengan taraf
sesuai dengan materi yang akan dibahas.
signifikansi 0,05 berati H0 diterima karena
Guru juga harus dituntut lebih kreatif
0,314 > 0,05 yang artinya tidak ada
untuk menetukan tema yang disukai oleh
perbedaan yang signifikan antara kedua
siswa. Biasanya, lebih banyak digunakan
kelompok. Kesimpulannya bahwa model
oleh guru yang belum berpengalaman.
pembelajaran
Dalam pembelajaran model webbed guru
webbed
pembelajaran
nested
dan
model
tidak
berbeda
keefektifannya.
lebih
memusatkan
perhatian
kepada
kegiatan daripada pengembangan konsep.
Berdasarkan
eksperimen
Inilah yang menjadi penyebab kenapa
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
rerata hasil belajar yang menggunakan
yang signifikan antara hasil belajar dengan
model webbed lebih rendah daripada
menggunakan model nested dan model
menggunakan model nested.
webbed.
Hal
diperoleh
hasil
ini
dibuktikan
signifikansi
0,314
dengan >
0,05.
Sementara memadukan
itu,
beberapa
model
nested
keterampilan
Terjadinya hasil belajar yang hampir sama
dalam suatu pembelajaran di dalam satu
dengan menggunakan model webbed dan
unit
model nested dikarenakan masing-masing
keterampilan
model
keterampilan berpikir (thinking skill),
pembelajaran
keunggulan
kelemahan
pelajaran. belajar
Keterampilanitu
meliputi
masing-
keterampilan sosial (social skill) dan
atau
keterampilan mengorganisir (organizing
kreativitas guru juga sangat menentukan
skill). Dengan memfokuskan pada isi
keberhasilan
pelajaran, strategi berpikir, keterampilan
masing.
dan
mempunyai
mata
Keterampilan
guru
penggunaan
model
pembelajaran terpadu khususnya. Model
pembelajaran
sosial, dan keterampilan mengorganisir, webbed
satu pelajaran dapat mencakup banyak
mempunyai keunggulan yaitu dengan cara
hal. Meskipun, model nested mempunyai
menentukan
kelemahan yaitu terletak pada guru ketika
tema
tertentu
yang
ditentukan oleh guru bersama dengan
tanpa
perencanaan
yang
matang
siswa. Penentuan tema harus sesuai
memadukan beberapa keterampilan yang
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
menjadi target dalam suatu pembelajaran,
lebih terpadu. Hal ini dikarenakan masih
akan berdampak pada siswa, dimana
kurangnya pemahaman guru mengenai
prioritas pelajaran akan menjadi kabur.
model-model pembelajaran terpadu.
Tidak
adanya
perbedaan
hasil
Dari berbagai masalah yang timbul
belajar yang signifikan antara hasil belajar
membuat peneliti menerapkan model
menggunakan model webbed dan model
pembelajaran terpadu di dalam kegiatan
nested menunjukkan bahwa kedua model
pembelajaran. Model yang diterapkan
pembelajaran
berbeda
yaitu model nested dan model webbed.
keefektifannya. Model webbed dan model
Antara model nested dan model webbed
nested merupakan model pembelajaran
masing-masing mempunyai keunggulan
terpadu yang mempunyai keunggulan
dan kelemahan masing-masing.
terpadu
tidak
berbeda, akan tetapi dapat menghasilkan hasil belajar IPS yang tidak berbeda jauh.
Model pembelajaran terpadu yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
Dapat disimpulkan bahwa, tidak
jenis, yaitu model nested, model webbed.
terjadinya perbedaan hasil belajar IPS
Pembelajaran
yang menggunakan model webbed dan
(tersarang) merupakan pengintegrasian
model nested karena keduanya tidak
kurikulum di dalam satu disiplin ilmu yang
berbeda keefektifannya. Hal ini juga
secara
sangat tergantung dari kreativitas guru
pengintegrasian
mata pelajaran IPS yang dituntut kreatif
keterampilan belajar yang ingin dilatihkan
untuk
model
oleh seorang guru kepada siswanya dalam
proses
suatu
mengembangkan
pembelajaran
terpadu
dalam
belajar mengajar di kelas. Berdasarkan
terpadu
khusus
unit
model
nested
meletakkan pada
fokus sejumlah
pembelajaran
untuk
ketercapaian materi pelajaran (content). permasalahan
Langkah-langkah
dilapangan menunjukkan bahwa guru
pembelajaran
masih
metode
(tersarang) mengikuti tahap-tahap yang
pembelajaran yang kurang bervariasi.
dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu
belum
yang meliputi tiga tahap yaitu tahap
menggunakan menerapkan
model-model
terpadu
model tipe
nested
pembelajaran terpadu. Hal ini dilihat dari
perencanaan,
kegiatan
belum
tahap evaluasi. Dalam model nested ini,
menunjukkan keterpaduan, guru belum
beberapa keterampilan dapat dipadukan
menggunakan suatu tema tertentu untuk
sekaligus dalam suatu pembelajaran di
membuat pembelajaran lebih menarik dan
dalam satu mata pelajaran. Akan tetapi,
pembelajaran
yang
117
tahap pelaksanaan,
dan
SOCIA Volume 15. No.1 Juni 2016, 105-119
ketika tanpa perencanaan yang matang
webbed terbukti sama-sama efektif dalam
memadukan beberapa keterampilan yang
meningkatkan hasil belajar siswa.
menjadi target dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa.
SIMPULAN
Model pembelajaran terpadu tipe
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
Webbed merupakan pembelajaran terpadu
rata hasil belajar dengan model nested dan
yang menggunakan pendekatan tematik
model webbed dengan nilai t sebesar 0,314
yang dimulai dengan menentukan suatu
> 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan
tema tertentu, tema dapat diperoleh dari
yang signifikan antara hasil belajar IPS
negosiasi antara guru dan siswa. Tema-
menggunakan model nested dan model
tema ini nantinya akan dikembangkan lagi
webbed. Artinya bahwa hasil belajar IPS
dengan memperhatikan keterkaitannya
dengan menggunakan model nested dan
dengan
bidang-bidang
Dalam
model webbed sama-sama efektif. Dengan
memilih
tema-tema
memotivasi
demikian hasil belajar dengan model
siswa untuk belajar dan model webbed
nested dan model webbed tidak berbeda
lebih mudah dilakukan oleh guru yang
secara signifikan. Hal ini karena model
belum berpengalaman. Pemilihan tema
webbed dan model nested merupakan
yang menarik akan memotivasi siswa
model
untuk menerima pelajaran di kelas dengan
mempunyai keunggulan.
studi.
akan
baik.
pembelajaran
terpadu
yang
Untuk meningkatkan hasil belajar Antara
masing-masing
model
IPS akan lebih baik jika menggunakan
pembelajaran yaitu model nested dan
model-model
model
Model pembelajaran terpadu yang terdiri
webbed
mempunyai
masing-masing.
kelebihan
Berdasarkan
hasil
dari
10
pembelajaran
model,
terpadu.
diantaranya
yang
penelitian, terlihat bahwa model-model
diterapkan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran
terpadu,
seperti
model
model nested dan model webbed karena
nested
model
webbed
dapat
setelah
dan
eksperimen
diketahui
bahwa
memberikan pengaruh kefektifan yang
rerata hasil belajar yang menggunakan
tidak berbeda terhadap hasil belajar siswa,
model nested dan model webbed jauh lebih
karena
tinggi daripada rerata hasil belajar yang
setiap
model
pembelajaran
terpadu mempunyai karakter dan ciri khas tersendiri.
Model
nested
dan
menggunakan model konvensional.
model
Kelengkapan lain seperti bahan ajar,
alat
dan
bahan
serta
rencana
Septi Kuntari, Muhsinatun Siasah Masruri Pengaruh Model Nested dan Webbed …
pembelajaran
menjadi
mengembangkan
faktor
pengetahuan
untuk dengan
lebih baik lagi karena tanpa persiapan dan kreativitas dari guru maka pelaksanaan pembelajaran terpadu di kelas tidak akan tercapai secara maksimal. Pengembangan pembelajaran model terpadu khususnya model nested dan model webbed lebih efektif
daripada
model
Illinois: Inc.
IRI/Skylight
Publishing.
Hamalik, O. 2005. Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta: PT BumiAksara. Mudyahardjo, R. 2009. Pengantar pendidikan sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
pembelajaran
konvensional.
Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada civitas akademik di SMP N 2 Depok dan
Widoyoko, E.P. 2009. Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: PustakaPelajar
SMP N 3 Depok yang telah membantu proses
penelitian.
Selanjutnya
kami
ucapkan terima kasih kepada redaksi yang telah
mempublikasikan
artikel
hasil
penelitian ini sehingga penelitian ini dapat dibaca oleh berbagai kalangan. Hasil penelitian ini masih dapat dikembangkan ke dalam bentuk penelitian lain sehingga kami
berharap
dijadikan penelitian penelitian
penelitian
sebagai
referensi
selanjutnya. ini
ini
dapat
terhadap
Semoga
bermanfaat
hasil bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fogarty, R. 1991. The mindfull schools: how to integrate the curricula. Palatine, 119