1
PENGARUH MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR DAN PUPUK P TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) Romin A. Taliki(1), Hayatiningsih Gubali(2) dan Rida Iswati(3) Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
[email protected]
ABSTRAK Pemupukan berimbang antara pupuk kimia dan pupuk hayati harus terus dikembangkan dalam meningkatkan produksi tanaman kacang tanah, dengan tujuan mendapatkan produksi optimal dan menekan penggunaan pupuk kimia. Salah satunya melalui pemupukan mikoriza dan pupuk P yang tepat aplikasi dan tepat dosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mikoriza vesikular arbuskular dan pupuk P serta interaksi antara mikoriza dan pupuk P terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2014 di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Penelitian menggunakan rancangan faktorial dalam RAK dengan faktor pertama mikoriza terdiri atas 3 taraf yaitu tanpa mikoriza, 5 g tanaman-1, 10 g tanaman-1. Faktor kedua pupuk SP-36 terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa pupuk SP-36, 50 kg ha-1, 100 kg ha-1, Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza berpengaruh terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, indeks luas daun, jumlah polong, berat polong dan berat kering tanaman kecuali pada parameter berat 100 biji kering dengan dosis terbaik 10 g tanaman-1 yang dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 28,55% dan hasil kacang tanah sebesar 23,45% dibandingkan kontrol.Perlakuan pupuk SP-36 berpengaruh terhadap semua parameter perlakuan kecuali pada indeks luas daun umur 14 HST dengan perlakuan terbaik 100 kg ha-1 yang dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 23,67% dan hasil kacang tanah sebesar 26,34% dibandingkan kontrol. Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 14 dan 28 HST, jumlah polong dan berat polong dengan kombinasi perlakuan terbaik yaitu mikoriza 10 g tanaman-1 + pupuk SP-36 100 kg ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 13,22% dan hasil kacang tanah sebesar 26,47 % dibandingkan kontrol. Kata Kunci : Mikoriza, pupuk SP-36, kacang tanah. PENDAHULUAN Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) secara ekonomi merupakan tanaman kacangkacangan yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri dan ekspor yang cukup besar. Produksi kacang tanah di Provinsi Gorontalo tahun 2010 sebesar 1,2 ton ha-1, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 1 ton ha-1 dan tahun 2012 sebesar 1,1 ton ha-1 (BPS, 2013a), lebih rendah dibandingkan produksi kacang tanah nasional sebesar 1,5-2 ton ha-1 (BPS, 2013b). Produksi
kacang tanah yang rendah di tingkat petani disebabkan penggunaan teknologi yang terbatas, antara lain pemupukan tidak tepat dan umumnya ditanam pada lahan kering (Suprapto, 2001). Kendala utama penanaman kacang tanah pada lahan kering adalah tingkat produktivitas rendah yang disebabkan oleh reaksi tanah masam, miskin hara, bahan organik rendah, kandungan besi, mangan, aluminium tinggi dan peka terhadap erosi (Hidayat, 2008). Tanah masam menyebabkan ketersediaan P rendah akibat terikatnya unsur P secara kuat pada koloid tanah serta adanya retensi P yang tinggi. Retensi P merupakan
2
masalah pada tanah kering masam dengan tekstur liat yang banyak mengandung oksida Al dan Fe (Tan, 2008). Berdasarkan analisis tanah tingkat kesuburan lahan penelitian didesa Hulawa, kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo tergolong rendah dengan pH masam, sehingga perlu dilakukan perbaikan melalui pemupukan yang efektif dan ramah lingkungan. Unsur P bagi tanaman kacang tanah berfungsi dalam proses respirasi dan biokimia seperti pembungaan, pembentukan sel, tranpirasi, fotosintesis dan perkecambahan. Selain berperan dalam pertumbuhan kacang tanah, unsur fosfor juga berperan dalam pembentukan biji. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan tanaman kacang tanah kerdil, kurus, daun berukuran kecil dan berwarna hijau pucat, polong yang terbentuk sedikit dan hasil rendah. Tanaman menyerap unsur P dalam bentuk H2PO42-, HPO42- dan PO43- (Sutedjo, 2008). Produksi kacang tanah yang rendah dapat ditingkatkan melalui perbaikan teknologi dengan pemberian mikoriza dan pupuk P. Mikoriza memberikan alternatif yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah seperti struktur tanah dan daya serap air dan hara terutama yang relatif immobil seperti P, Cu, dan Zn, serta yang relatif mobil seperti K, S, NH4+, dan Mo (Simarmata, 2007). Pada tanaman kacang tanah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan serapan unsur hara makro maupun mikro, hifa mikoriza akan menyerap unsur hara dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman terutama unsur P dengan menghasilkan enzim fosfatase dan mengekresikan asam-asam organik sehingga dapat merubah senyawasenyawa P anorganik yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman (Musfal, 2008). Enzim fosfatase merupakan suatu enzim yang dapat mamacu proses mineralisasi P organik dengan mengkatalisis pelepasan P dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik (Sinwin dkk., 2006). Mikoriza mampu memberi kontribusi kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% nitrogen, dan 25% kalium dan mampu meningkatkan dua sampai tiga kali lipat pertumbuhan tanaman dibandingkan tanpa mikoriza, hal ini hampir setara dengan pemberian pupuk Urea 130 kg ha-1, TSP 180 kg ha-1 dan KCL 100 kg ha-1 (Setiadi, 2000). Pemupukan tanaman kacang tanah dengan berbagai takaran SP-36 ha-1 merupakan bagian dari perubahan lingkungan hara dalam
media tumbuh kacang tanah sehingga persediaan fosfor dalam tanah bertambah. Kondisi ini akan memacu serapan fosfor oleh perakaran kacang tanah, sehingga dapat meransang pertumbuhan (Hidayat, 2008). Pemupukan 100 kg ha-1 SP-36 dapat meningkatkan hasil kacang tanah 24% dibanding tanpa pupuk SP-36 pada lahan kering Alfisol (Anwar dkk, 2002). Kacang tanah sering ditumpangsari dengan tanaman jagung karena dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan tenaga kerja. Kacang tanah juga dapat mengikat nitrogen melalui bintil-bintil akar, sehingga dapat mensuplai kebutuhan nitrogen bagi tanaman jagung (Rahayu, 2003). METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo yang terletak pada 0,340 LU-1,70 LS dan 125,30 BT-134,20 BT dan ketinggian tempat 21 meter dpl. Penelitian ini dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2014. Suhu rata-tara selama penelitian yaitu 26,50C, dengan suhu maksimu 33,30C dan suhu minimum 20,00C serta curah hujan sebesar 124 mm/tahun. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: bajak, cangkul, kamera digital, kantong plastik, meteran, tali rafia, alat tulis menulis, oven, timbangan analitik dan tugal. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pupuk hayati mikoriza, pupuk SP-36, Urea, KCL, benih kacang tanah varietas Jerapah dan benih jagung manis varietas Bonanza. Penelitian ini menggunakan metode faktorial dalam rancangan acak kelompok (faktorial RAK) dengan sembilan kombinasi perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu dosis mikoriza dan faktor kedua dosis pupuk SP-36. Susunan perlakuan sebagai berikut: Faktor pertama dosis mikoriza (M): M0 = Tanpa mikoriza M1 = 5 g tanaman-1 M2 = 10 g tanaman-1 Faktor kedua dosis pupuk SP-36 (P): P0 = Tanpa SP-36 P1 = 50 kg ha-1 P2 = 100 kg ha-1
3
Pengamatan pertumbuhan kacang tanah meliputi tinggi tanaman, luas daun dan indeks luas daun. Pengamatan hasil kacang tanah meliputi jumlah polong/tanaman, berat polong/tanaman dan berat kering 100 biji. Pengambilan sampel 20 % dari total tanaman kacang tanah setiap petak dengan menggunakan sistematic random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka akan dilakukan uji lanjut dengan BNT pada taraf nyata 5%.
HASIL 1. Tinggi Tanaman (cm) Interaksi antara mikoriza dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis umur 14 dan 28 HST. Tinggi tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis umur 14 dan 28 HST disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm) pada Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36 Umur Pengamatan 14 HST. Pupuk SP-36 Umur Pengataman Mikoriza Tanpa Pupuk 50 kg ha-1 100 kg ha-1 (HST) SP-36 Tanpa Mikoriza 3,31a 3,49a 3,99a -1 Mikoriza 5 g tanaman 4,08a 5,09b 5,73b 14 Mikoriza 10 g tanaman-1 5,30b 6,04c 6,52c BNT 5 % 0,77 Tanpa Mikoriza 7,57a 7,85a 8,99b Mikoriza 5 g tanaman-1 7,97a 10,43c 11,34de 28 Mikoriza 10 g tanaman-1 9,85bc 11,08cd 13,37e BNT 5 % 0,90 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. HST = hari setelah tanam Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 pada perlakuan mikoriza 10 g tanaman-1 + pupuk SP-36 100 kg ha-1 memiliki nilai tertinggi yaitu 6,52 cm dan 13,37 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Mikoriza dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tananam jagung manis pada umur 42 HST. Tinggi tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis umur 42 HST disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm) pada Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36 Umur Pengamatan 42 HST Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan 42 HST Mikoriza Tanpa Mikoriza 20,24 a 5 g tanaman-1 22,44 b 10 g tanaman-1 25,10 c BNT 5% 1,34 Pupuk SP-36 Tanpa Pupuk SP-36 20,58 a 50 kg ha-1 22,77 b 100 kg ha-1 24,62 c BNT 5% 1,34 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. HST = hari setelah tanam
4
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tinggi tanaman kacang tanah umur 42 HST pada perlakuan mikoriza 10 g tanaman-1 dan pupuk SP-36 100 kg ha-1 memiliki nilai tertinggi yaitu 25,10 cm dan 24,62 cm, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada umur 42 HST tidak terdapat interaksi antara mikoriza dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan jagung manis.
2. Indeks Luas Daun Mikoriza berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun umur 28 dan 42 HST, tetapi pada umur 14 HST tidak berpengaruh nyata. Perlakuan SP-36 berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun tanaman kacang tanah pada umur 14 HST dan tidak berpengaruh nyata pada umur 28 dan 42 HST. Indeks luas daun tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis umur 14, 28 dan 42 HST disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Indeks Luas Daun Tanaman Kacang Tanah pada Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36 Umur Pengamatan 14 HST. Indeks Luas Daun pada Umur Pengamatan (HST) Perlakuan 14 28 42 Mikoriza Tanpa Mikoriza Mikoriza 5 g tanaman
-1
Mikoriza 10 g tanaman-1
0,0213 tn
0,0190 a
0,0292 a
0,0221
tn
0,0236 b
0,0324 a
0,0229
tn
0,0240 b
0,0419 b
BNT 5% Pupuk SP-36
-
0,0036
Tanpa Pupuk 50 kg ha-1
0,0206 a 0,0219 a
0,0223 0,0224
tn
100 kg ha-1
0,0237 b
0,0219
tn
tn
0,0065 0,0303 0,0357
tn
0,0375
tn
tn
BNT 5% 0,0021 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. HST = hari setelah tanam tn = tidak nyata Hasil analisis sidik ragam menunjukkan indeks luas daun pada mikoriza 10 g tanaman-1 memiliki nilai tertinggi. Perlakuan pupuk SP-36 100 kg ha-1 umur 14 dan 42 HST menunjukkan nilai tertinggi sebesar 0,0237 cm dan 0,0375 cm, sedangkan pada umur 28 HST . perlakuan pupuk SP-36 50 kg ha-1 menunjukkan nilai tertinggi sebesar 0,0224 cm. Mikoriza pada umur 14 HST tidak berpengaruh terhadap indeks luas daun, sebaliknya pupuk SP-36 pada umur 14 HST berpengaruh, tetapi umur 28 dan 42 HST tidak berpengaruh terhadap indeks luas daun. Hal ini disebabkan umur 28 dan 42 HST unsur fosfor lebih banyak
digunakan untuk mempercepat proses pembungaan, pembentukan polong dan pengisian biji kacang tanah. 3. Jumlah Polong Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap jumlah polong tanaman kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis. Jumlah polong kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis disajikan pada Tabel 4.
5
Tabel 4. Jumlah Polong Tanaman Kacang Tanah pada Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36. Pupuk SP-36 Mikoriza Tanpa Pupuk SP-36 50 kg ha-1 100 kg ha-1 Tanpa Mikoriza 14,10 a 14,07 a 14,17 a 5 g tanaman-1 15,57 ab 18,07 bc 18,87 cd 10 g tanaman-1 15,63 ab 22,13 d 23,30 d BNT 5 % 2,67 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. 4. Berat Polong (g) Interaksi perlakuan mikoriza dan Hasil analisis sidik ragam -1 pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap berat menunjukkan interaksi mikoriza 10 g tanaman -1 polong tanaman kacang tanah pada sistem + pupuk SP-36 100 kg ha memiliki nilai tumpangsari dengan tanaman jagung manis. tertinggi sebesar 23,30 dibandingkan dengan Berat polong kacang tanah pada sistem perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda nyata tumpangsari dengan tanaman jagung manis dengan perlakuan mikoriza 10 g tanaman-1 + disajikan pada Tabel 5. pupuk SP-36 50 kg ha-1.
Tabel 5. Berat Polong (g) Tanaman Kacang Tanah pada Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36. Pupuk SP-36 Mikoriza Tanpa Pupuk SP-36 50 kg ha-1 100 kg ha-1 Tanpa Mikoriza 21,47 a 21,67 a 21,93 a 5 g tanaman-1 22,77 a 27,90 b 29,13 bc 10 g tanaman-1 23,17 a 32,47 c 33,00 c BNT 5 % 4,27 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi mikoriza 10 g tanaman-1 + pupuk SP-36 100 kg ha-1 memiliki nilai tertinggi sebesar 33,00 g, jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan mikoriza 10 g tanaman-1 + pupuk SP-36 50 kg ha-1. 5.
Berat 100 Biji Kering (g) Mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kering, sedangkan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kering kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis. Berat 100 biji kering kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Berat 100 Biji Kering (g) Tanaman Kacang Tanah pada Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36. Rata-rata Perlakuan Berat 100 Biji Kering (g) Mikoriza Tanpa Mikoriza 48,44 tn -1 5 g tanaman 49,11 tn 10 g tanaman-1 50,00 tn BNT 5% Pupuk SP-36 Tanpa Pupuk SP-36 46,44 a 50 kg ha-1 49,33 b 100 kg ha-1 51,78 c BNT 5% 2,38 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. tn = tidak nyata
6
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan mikoriza pada dosis 10 g tanaman-1 memiliki nilai berat 100 biji kering tertinggi sebesar 50 g. Perlakuan pupuk SP-36 PEMBAHASAN 1. Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah Mikoriza dengan dosis mikoriza 10 g tanaman-1 berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah meliputi tinggi tanaman dan indeks luas daun umur 28 dan 42 HST, kecuali umur 14 HST. Hal ini diduga mikoriza dapat membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara dan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman kacang tanah dalam pertumbuhannya. Mikoriza secara langsung menginfeksi sistem perakaran tanaman kacang tanah, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman kacang yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara dan air sehingga mendorong pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian Prasasti dkk., (2013) bahwa seiring dengan bertambahnya perlakuan dosis mikoriza yang diberikan, maka pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah semakin besar. Hildebrandt dkk., (2002) menyatakan mikoriza juga berperan sebagai pengendali biologis, meningkatkan ketahanan terhadap cekaman air dan memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemupukan SP-36 dengan dosis 100 kg ha-1 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah. Hal ini diduga pupuk SP-36 yang tepat dan efesien dapat membantu tanaman kacang tanah dalam proses fotosintesis, membantu proses penguraian karbohidrat dan sintesis berbagai senyawa organik serta perpindahan energi antar sel sehingga dapat meningkatkan tinggi tanaman. Menurut Silahooy (2008) suplai fosfor yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena fosfor berperan dalam pembentukan asam nukleat, transfer energi dan stimulasi enzim-enzim, pembelahan sel, penyusunan lemak dan protein, perkembangan meristem sehingga meransang perkembangan akar, tinggi tanaman dan pembentukan daun. Kekurangan fosfor akan mengakibatkan
pada dosis 100 kg ha-1 memiliki nilai berat 100 biji kering tertinggi sebesar 51,78 g.
perakaran dan perkembangan daun lambat serta jumlah percabangan sedikit sehingga tanaman akan terlihat kerdil (Adrinal dan Gusmini, 2011). Pemupukan SP-36 berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun umur 14 HST, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 28 dan 42 HST. Hal ini diduga pada umur 14 HST dipengaruhi oleh pupuk urea yang diberikan pada pemupukan dasar, sedangkan pada umur 28 dan 42 HST akibat pengaruh cahaya matahari yang tidak optimal diterima tanaman kacang tanah akibat terhalangi oleh tanaman jagung manis, sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun kacang tanah pada setiap dosis pupuk SP-36. Pengaruh interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman terdapat pada umur 14 dan 28 HST pada kombinasi mikoriza 10 g tanaman-1 dan pupuk SP-36 100 ha-1, kecuali umur 42 HST. Hal ini diduga akibat cahaya matahari yang terhalangi oleh tanaman jagung manis pada umur 42 HST sehingga proses fotosintesis dan perkembangan pertumbuhan tanaman kacang tanah terhambat. Pengaruh interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 tidak terdapat indeks luas daun tanaman kacang tanah. 2. Hasil Kacang Tanah Mikoriza dengan dosis mikoriza 10 g tanaman-1 berpengaruh nyata terhadap hasil kacang tanah meliputi jumlah polong dan berat polong, kecuali berat 100 biji kering kacang tanah. Hal ini diduga karena mikoriza dapat membantu tanaman kacang tanah dalam menyerap air dan unsur hara terutama fosfor untuk pembentukan dan pengisian polong. Hal ini sejalan dengan penelitian Bhat dkk., (2010) bahwa peningkatan jumlah polong menunjukkan bahwa semakin besar unsur hara fosfor yang tersedia bagi tanaman kacang tanah melalui mikoriza dan pupuk SP-36. Peningkatan secara nyata jumlah polong per tanaman, berat biji per polong dan berat 100 biji, disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah cabang dan bunga yang terbentuk karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah yang lebih baik dan vigor
7
Berdasarkan deskripsi kacang tanah varietas Jerapah bahwa potensi hasil kacang tanah sebesar 1,92 ton ha-1 yang ditanam secara monokultur, jika dibandingkan hasil kacang tanah pada sistem tumpangsari lebih rendah yaitu 140 kg dibandingkan dengan hasil kacang tanah secara monokultur. Hal ini diduga akibat jumlah tanaman dan persaingan dalam mendapat cahaya matahari dan penyerapan unsur hara serta air, tetapi penanaman kacang tanah secara tumpangsari dengan tanaman jagung manis memiliki keuntungan yaitu memperoleh hasil kacang tanah dan jagung manis pada lahan yang sama, efesiensi tenaga kerja dan pemanfaatan lahan, menekan hama dan penyakit, serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan. 3. Hubungan Indeks Luas Daun dan Berat Polong Kacang Tanah Akibat Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36 Indeks luas daun berpengaruh besar terhadap berat polong kacang tanah. Hal ini kaitannya dengan proses dan hasil fotosintesis yang terjadi pada daun kacang tanah. Semakin besar indeks luas daun kacang tanah, semakin besar pula daya tangkap daun kacang tanah terhadap cahaya matahari yang berperan dalam proses fotosintesis sehingga menghasilkan zat makanan yang diperlukan dalam pembentukan polong dan pengisian biji kacang tanah. Hubungan indeks luas daun dan berat polong kacang tanah disajikan pada gambar dibawah ini.
Berat Polong (g)
tanaman dicapai akibat penyerapan nutrisi yang lebih tinggi, terutama unsur hara fosfor. Berdasarkan hasil penelitian mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji kering kacang tanah. Hal ini diduga karena mikoriza belum mampu menyuplai fosfor yang optimal dalam meningkatkan berat 100 biji kering kacang tanah karena kandungan fosfor pada lahan penelitian rendah dengan pH masam, sehingga diperlukan pemupukan SP-36 untuk meningkatkan kandungan unsur fosfor dalam tanah dan efesiensi mikoriza dalam menyuplai unsur fosfor bagi tanaman kacang tanah. Pemupukan SP-36 dengan dosis 100 kg ha-1 berpengaruh nyata terhadap hasil kacang tanah yaitu jumlah polong, berat polong dan berat 100 biji kering. Hal ini diduga ketersedian unsur hara fosfor pada fase generatif telah tercukupi dengan baik, unsur hara fosfor banyak digunakan oleh tanaman kacang tanah dalam proses pembentukan bunga, polong dan pengisian biji. Hal ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2008) yang menyatakan bahwa pemupukan SP-36 100 kg ha-1 secara nyata menambah jumlah polong, berat polong dan berat biji tanaman kacang tanah. Peningkatan berat 100 biji kering kacang tanah yang lebih tinggi menggunakan pupuk SP-36 menunjukkan bahwa proses pembentukan dan pengisian biji dipengaruhi oleh pemberian pupuk SP-36 karena unsur fosfor sangat berperan pada proses pengisian biji kacang tanah. Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 terdapat pada jumlah dan berat polong pada kombinasi mikoriza 10 g tanaman-1 dan pupuk SP-36 100 kg ha-1. Berdasarkan hasil analisis tanah bahwa kandungan unsur hara fosfor pada lahan penelitian rendah dengan pH tanah masam, sehingga dengan pemberian mikoriza 10 g tanaman-1 dan pupuk SP-36 100 ha-1 dapat meningkatkan ketersedian unsur hara fosfor yang cukup untuk pertumbuhan dan hasil kacang tanah pada sistem tumpangsari dengan jagung manis. Pemberian mikoriza 10 g tanaman-1 dan pupuk SP-36 100 ha-1 dapat meningkatkan jumlah polong kacang tanah dengan ukuran biji sedang dan potensi hasil kacang tanah sebesar 1,78 ton ha-1 pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung manis, lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian mikoriza dan pupuk SP-36 sebesar 1,53 ton ha-1.
32 28
y = 1085,x- 2432 R2 = 0,828
24 20 0,0200
0,0250
0,0300
0,0350
Indeks Luas Daun
Gambar 1. Hubungan Indeks Luas Daun dan Berat Polong Kacang Tanah Akibat Pemberian Mikoriza dan Pupuk SP-36. Grafik hubungan indeks luas daun dan berat polong kacang tanah menunjukkan persamaan linear yaitu y = 1085,x- 2432 dengan R2 = 0,828. Berdasarkan persamaan
8
tersebut diketahui bahwa peningkatan indeks luas daun dapat mempengaruhi berat polong kacang tanah sebesar 82 %. Peningkatan Indeks luas daun menunjukkan besarnya hasil fotosintesis tanaman kacang tanah yang akan digunakan selama pertumbuhan vegetatif dan generatif. Hasil fotosintesis yang cukup akan mendorong pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah secara maksimal. Berat polong ditentukan oleh ukuran biji yang berkaitan erat dengan zat makanan yang dihasilkan melalui proses fotosintesis pada fase pengisian biji kacang tanah, sehingga indeks luas daun berpengaruh terhadap berat polong kacang tanah kaitannya dengan proses dan hasil fotosintesis. Kesimpulan 1. Mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang ditujukkan oleh tinggi tanaman, indeks luas daun, jumlah polong dan berat polong. Mikoriza dengan dosis 10 g tanaman-1 dapat meningkatkan hasil kacang tanah sebesar 23,45% dibandingkan kontrol. 2. Pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang ditujukan tinggi tanaman, indeks luas daun umur 14 HST, jumlah polong, berat polong dan berat 100 biji kering. Pupuk SP-36 dengan dosis 100 kg ha-1 dapat meningkatkan hasil kacang tanah sebesar 26,34% dibandingkan kontrol. 3. Terdapat interaksi antara mikoriza dan pupuk SP-36 terhadap tinggi, jumlah polong dan berat polong pada dosis mikoriza 10 g tanaman-1 dan pupuk SP-36 100 kg ha-1. Interaksi mikoriza dan pupuk SP-36 dapat meningkatkan hasil kacang tanah sebesar 26,47 % dibandingkan kontrol
DAFTAR PUSTAKA Adrinal dan Gusmin. 2011. Pengaruh pupuk fosfor, molibdenium dan pupuk kandang terhadap serapan hara nitrogen dan fosfor serta pertumbuhan tanaman kacang tanah pada ultisol. J. Jerami 4 (1): 1-5. Anwar,
Ispandi dan A. Munip. 2004. Efektivitas pupuk P, K dan frekuensi pemberian pupuk K dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacang tanah di lahan kering alfisol. J. Ilmu Pertanian 11 (2): 11-24.
Badan Pusat Statistik. 2013a. Gorontalo dalam Angka 2013. BPS Provinsi Gorontalo. Badan Pusat Statistik RI. 2013b. Produksi nasional kacang tanah. BPS RI. Jakarta. Bhat, M.I., A. Rashid, Faisul-ur-Rasool, S. S. Mahdi, S. A. Haq, and Raies A. Bhat. 2010. Effect of rhizobium and vesicular arbuscular mycorrhizae fungi on green grade (Vigna radiata L. Wilczek) under temperate conditions. Res.J. Agric. Sci., 1 (2): 113-118 Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Aracis hypogaea.L) varietas lokal Madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk fosfor. J. Agrogivor 1 (1): 55-64. Hildebrandt, U., K. Janetta and H. Bothe. 2002. Towards growth of arbuscular mycorrhizal fungi independent of a plant host. Appl. Environ. Microbiol 1 (8): 1919-1924. Musfal. 2008. Efektivitas cendawan mikoriza arbuskular (MVA) terhadap pemberian pupuk spesifik lokasi tanaman jagung pada tanah Inceptisol. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumetera Utara. Medan.
9
Miyasaka, S.C. and M. Habte, 2001. Plant mechanisms and mycorrhizal symbioses to increase phosphorus uptake efficiency. Commun. Soil Sci. Plant Anal., (32): 1101-1147. Prasasti, O. H., Kristanti Indah Purwani, dan Sri Nurhatika. 2013. Pengaruh mikoriza glomus fasciculatum terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah yang terinfeksi patogen Sclerotium rolfsii. J. Sains dan Seni Pomits 2 (2): 7478.
Sutedjo, Mul Mulyani. 2008. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Tan, K. H. 2008. Soils in the humic tropics and monsoon region of Indonesia. CRC.Press. Taylor and Francis Group.Boca Raton London. New York.
Rahayu, S. 2003. Pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) dan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dalam sistem monokultur dan tumpangsari dibawah persaingan gulma. Tesis. Program Pascasarjana Unej. Jember. Setiadi, Y. 2000. Pengembangan cendawan mikoriza arbuskula sebagai alat biologis, untuk merehabilitasi lahan kritis di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari Peranan Mikoriza dalam Pertanian berkelanjutan. Universitas Padjajaran, Bandung. Silahooy, Ch. 2008. Efek pupuk KCL dan SP36 terhadap kalium tersedia, serapan kalium dan hasil kacang tanah (arachis hypogaea L.) pada tanah brunizem. J. Agrologia. 36 (2): 126 – 132. Simarmata, T. 2007. Revitalisasi kesehatan ekosistem lahan kritis dengan memanfaatkan pupuk biologis mikoriza dalam percepatan pengembangan pertanian ekologis di Indonesia. J. Visi 15 (3): 289-306. Sinwin, R., M, Mulyati, dan Lolita, E.S. 2006. Peranan kascing dan inokulasi jamur mikoriza terhadap serapan hara tanaman jagung. J. Ilmu Tanah 25 (6): 1-8. Suprapto. 2001. Bertanam kacang tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
10
11