Pengaruh Metode Pendekatan Bermain terhadap Partisipasi Belajar Pendidikan Jasmani pada Siswa Adaptif Tuna Grahita Ringan Azhar Ramadhana Sonjaya Program Studi Manajemen, Universitas Garut
Abstrak Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh metode pendekatan bermain dan metode pendekatan konvensional tehadap partisipasi belajar pendidikan jasmani siswa adaptif tuna grahita ringan di SLB bagian C Kabupaten Cirebon. Untuk memecahkan masalah tersebut, digunakan metode eksperimen (pretest and posttes control group desain) dengan teknik observasi. Pengamatan dilakukan oleh 3 orang observer yang bersama mengamati kejadian di lapangan. Data hasil observasi selanjutnya dianalisis secara sederhana melalui analisis statistik. Berdasarkan pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani dalam pendekatan bermain pada hasil analisis data kelompok kontrol menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani dalam pendekatan bermain, ketika dua kelompok dibandingkan menunjukan adanya pengaruh metode pendekatan bermain yang lebih baik terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani. Kata kunci: metode bermain; metode konvensional; partisipasi
1.
Pendahuluan
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang lazim digunakan oleh siswa akan sesuai dengan muatan yang tercantum dalam kurikulum adalah bentuk gerakgerak olahraga sehingga pendidikan jasmani disekolah akan memuat cabang-cabang olahraga dengan tujuan untuk mengembangkan pendidikan siswa. Dalam beberapa literatur terdapat berbagai definisi tentang pendidikan jasmani yang bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Persamaan pandangan mengenai pendidikan jasmani adalah terletak pada gerak jasmani. Dalam hal ini Supandi (1990) mengemukakan bahwa “pendidikan jasmani adalah suatu aktivitas yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan melalui aktivitas-aktivitas jasmani.” Aktivitas jasmani dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan pelaku gerak untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan sosial. Aktivitas ini harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan pelaku. Melalui kegiatan keolahragaan diharapka pelaku atau pengguna akan tumbuh dan berkembang secara sehat, dan segar jasmaninya, serta dapat berkembang kepribadiannya agar lebih harmonis (Saputra, 2007).
28
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
Permadi
Adapun anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan mental, fisik, emosi atau tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya. Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif bagi anak cacat juga bersifat holistik seperti tujuan pendidikan jasmani kesehatan untuk anak-anak normal, yaitu mencakup tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak, sosial, dan intelektual (Tarigan, 2008). Adapun yang mendasari tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh metode pendekatan bermain tehadap partisipasi siswa belajar pendidikan jasmani. b. Untuk mengetahui pengaruh metode pendekatan bermain tehadap partisipasi siswa belajar pendidikan jasmani. c. Metode pendekatan bermain memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap partisipasi siswa dalam belajar pendidikan jasmani.
2.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode penelitain eksperimen, menggunakan “pretest and posttest control group desain”. Tujuan penelitian eksperimen ialah: Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada atau tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda (Sulipan, 1997). Lokasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi adaptif tuna grahita ringan, Sekolah luar biasa bagian C kabupaten Cirebon, yang jumlah populasi keseluruhan mereka adalah 20 orang. Adapun sampel yang di gunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yang terbagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 10 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik random sampling untuk mengelompokan sampel tersebut. Perlakuan Kelompok Sampel: a. Kelompok A yaitu kelompok sampel yang diberi perlakuan metode pendekatan bermain yang berjumlah 10 orang. b. Kelompok B yaitu kelompok sampel yang tidak diberi perlakuan metode pendekatan bermain (pengajaran konvesional) yang berjumlah 10 orang. Instrumen dalam penelitian menggunakan observasi tes lapangan dengan menggunakan angket skala Likert terhadap partisipasi belajar siswa adaptif tuna grahita melalui metode pendekatan bermain dalam mata pelajaran pendidikan jasmani. Prosedur perhitungan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini merujuk pada sistematika penelitian sebagaimana yang direkomendasikan oleh Sudjana (2012), sedangkan untuk pembahasan hasil penelitian mengikuti pedoman yang disampaikan oleh Ramdhani & Ramdhani (2014). Adapun hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: a. Metode pendekatan bermain memberikan pengaruh signifikan terhadap partisipasi siswa pada kelompok eksperimen.
www.perspektif.uinsgd.ac.id
29
Permadi
b. c.
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
Metode pendekatan konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap partisipasi siswa pada kelompok kontrol. Metode pendekatan bermain berbeda secara signifikan dengan metode pendekatan konvensional
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1
Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil tes akhir merupakan skor-skor mentah, maka data tersebut harus diolah dan dianalisis berdasarkan perhitungan statistik. Hasil analisas statistika penelitian ini disajikan pada tabel-tabel di bawah ini: Tabel 1. Hasil Jumlah Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku dan Daya Beda Skor Tes Awal dan Akhir dari Kedua Kelompok Instrumen Penelitian Terhadap Partisipasi Belajar Siswa
Ʃ S n G
Eksperimen Tes Awal Tes Akhir 2424 2476 80,8 82,5 118,79 120,98 30 30 52
Kontrol Tes Awal 2080 69,3 103,53 30
Tes Akhir 2110 70,3 105,01 30 30
Setelah diadakan nilai rata-rata dan simpangan baku dari sekumpulan skor tiap tesnya, maka langkah selanjutnya adalah pengujian persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian normalitas ini menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Uji Lilliefors digunakan karena jumlah sampel yang digunakan adalah sedikit (n=10) setiap kelompoknya. Hasil pengujian normalitas akan menentukan pendekatan mana yang akan digunakan dalam menganalisis data, apakah menggunakan pendekatan parametrik atau non parametrik. Adapun hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat dalam tabel pada halaman selanjutnya. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Lilliefors Kelompok L Eksperimen 0,258 Kontrol 0,258 Keterangan: L : nilai pada tabel uji Lilliefors L0 : Harga mutlak terbesar dari setiap kelompok
L0 0,1642 0,1258
Normalitas Normal Normal
Kriterianya: Tolak hipotesis nol jika Lhitung > Ltabel berdasarkan tabel diatas telah terbukti bahwa kedua hasil tes dari tiap-tiap kelompok sampel adalah normal, sehingga hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa populasi berdistribusi normal, oleh karena itu perhitungan statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Setelah diketahui nilai rata-rata dan simpangan baku hasil tes dari kedua kelompok tersebut, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas dari kedua kelompok sampel. Pengujian
30
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
Permadi
homogenitas ini menggunakan uji kesamaan dua variansi. Dari hasil pengujian ini akan diketahui apakah kedua kelompok sampel tersebut homogen atau tidak. Tabel 3. Hasil Pengujian Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sampel Eksperimen Kontrol
Variansi (S2) 9,3025 2,6569
Fhitung 3,50 3,50
Ftabel 3,18 3,18
Kesimpulan Homogen Homogen
Kriteria pengujian homogenitas kelompok sampel tersebut adalah terima hipotesis H0 Jika –F 1/2a (n1-1, n2-1)
F1/2a(v1,v2). Atas dasar pengujian dua variansi pada tabel diatas, diketahui bahwa hasil Fhitung dari hasil tes dari kedua kelompok eksperimen lebih kecil dari Ftabel pada dk=18 dengan taraf signifikansi a=0,05. Kesimpulan dari hasil pengujian kesamaan dua variansi masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Langkah selanjutnya setelah diketahui data berdistribusi normal dan homogen adalah pengujian hipotesis. Pengujian ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (Uji Dua Pihak). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut mempunyai perbedaan yang berarti atau tidak terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani siswa adaptif tuna grahita ringan di kabupaten Cirebon. Maka kriteria pengujian hipotesis digunakan analisis statistika uji t yaitu: a. Terima hipotesis H0 jika: -t 1-1/2a< t < t 1-1/2a dan t1-1/2a didapat dari daftar distribusi t dan dk=(n1+n2-2) serta peluang (1-1/2a) untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Statistik yang digunakan untuk menguji pasangan hipotesis adalah H0: 1 = 0 dan H1: 1 ≠ 0 b. Terima hipotesis H0 jika: -t 1-1/2a< t < t 1-1/2a dan t1-1/2a didapat dari daftar distribusi t dan dk=(n1+n2-2) serta peluang (1-1/2a) untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Statistik yang digunakan untuk menguji pasangan hipotesis adalah H0: = 2 dan H1: ≠ 2 c. Terima hipotesis H0 jika: -t 1-a< t < t 1-a dan t1-a didapat dari daftar distribusi t dan dk=(n1+n22) serta peluang (1-a) untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Statistik yang digunakan untuk menguji pasangan hipotesis adalah H0: = 2 dan H1: > 2. Adapun hasil pengujian dari tiga hipotesis di atas adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen Antar Tes Awal dan Tes Akhir Tes Awal 80,8
Kelompok Eksperimen Tes Akhir thitung 82,5
S
118,79
120,98
N Hipotesis
30
30
-0,05
ttabel 2,05
H0 diterima
Keterangan: = Hasil Jumlah Rata-Rata dari Keseluruhan Tes n = Hasil Jumlah Keseluruhan Responden S = Simpangan Baku thitung = Hasil dari Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji Dua Pihak) ttabel = Nilai Presentil dari Daftar G Distribusi t (t0,975, dk=28 α=0,05)
www.perspektif.uinsgd.ac.id
31
Permadi
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
Jadi kesimpulannya adalah kurang adanya pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani melalui pendekatan bermain karena hasil dari penghitungan secara statistik menunjukan H0: H0: = 2, ini berarti hipotesis diterima. Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Kelompok Kontrol Antar Tes Awal dan Tes Akhir Tes Awal 69,3 103,53 30
S N Hipotesis
Kelompok Kontrol Tes Akhir thitung 70,3 -0,06 105,01 30 H0 diterima
ttabel 2,05
Keterangan: = Hasil Jumlah Rata-Rata dari Keseluruhan Tes S = Simpangan Baku n = Hasil Jumlah Keseluruhan Responden thitung = Hasil dari Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji Dua Pihak) ttabel = Nilai Presentil dari Daftar G Distribusi t (t0,975, dk=28 α=0,05)
Jadi kesimpulannya adalah kurang adanya pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani melalui pendekatan bermain karena hasil dari penghitungan secara statistik menunjukan H0: H0: = 2, ini berarti hipotesis diterima.
Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Antar Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok
Eksperimen 5,2 3,05 10 52
Kontrol 3,0 1,6 10 30
thitung
S 2,04 N G Hipotesis H0 ditolak Keterangan: = Hasil Jumlah Rata-Rata dari Keseluruhan Tes S = Simpangan Baku n = Hasil Jumlah Keseluruhan Responden G = Daya Beda Antar Kelompok thitung = Hasil dari Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji Satu Pihak) ttabel = Nilai Presentil dari Daftar G Distribusi t (t0,95, dk=18 α=0,05)
ttabel 1,73
Jadi kesimpulannya adalah adanya pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar pendidikan jasmani melalui pendekatan bermain karena hasil dari penghitungan secara statistik menunjukan H1: > 2, ini berarti hipotesis ditolak.
32
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
Permadi
Tabel 7. Hasil Uji Perbandingan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Menggunakan Analisis Varians Sumber Variasi Rata-Rata Antar Kelompok Dalam Kelompok Total
dk 1 1 18 20
JK 336,2 24,2 107,6 468
KT 336,2 24,2 5,98
F 4.046
Jadi kesimpulannya adalah metode pendekatan bermain lebih baik dibandingkan metode pendekatan konvensional terhadap partisipasi siswa dalam belajar pendidikan jasmani karena hasil dari penghitungan secara statistik menunjukan H1: > 2 (pada peluang 0,95, dk pembilang=2, dk penyebut=18), ini berarti hipotesis ditolak.
3.2
Pembahasan
Kebanyakan orang menyebut mereka dengan sebutan 'anak cacat', tapi sesungguhnya mereka adalah anak ‘Luar Biasa’. Luar biasa dalam menghadapi kekurangan yang mereka punya, dan luar biasa dalam menggali kelebihan yang ada dalam diri merek, dan kini mereka disebut “anak berkebutuhan khusus”. Anak berkebutuhan khusus bukan semata-mata anak cacat, bodoh, dan memiliki banyak kekurangan lainnya. Ada di antara jenis anak berkebutuhan khusus yang memiliki kelebihan jauh dibanding anak biasa yang lain dan karena kelebihan mereka itulah mereka tergolong anak berkebutuhan khusus agar kelebihan mereka dapat tersalur dengan baik dan dapat menyeimbangkan kelebihan mereka dengan aspek-aspek kehidupan lainnya. Anak berkebutuhan khusus juga butuh pendidikan, untuk itu ada sebuah sekolah khusus yang disebut Sekolah Luar Biasa (SLB). Hanya saja di Indonesia sendiri keberadaan SLB masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari masih belum lengkapnya SLB untuk semua jenis anak berkebutuhan khusus. Tuna grahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Somantri, 2006). Istilah lain untuk siswa (anak) tuna grahita dengan sebutan anak dengan hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental impairment. Kata impairment diartikan sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampauan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Anak yang tergolong dalam tuna grahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak, bahkan berjualan. Tuna grahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tuna grahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra. Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi: tuna grahita ringan adalah yang memiliki IQ pada rentang nilai 50-70. a.
Metode Pendekatan Bermain Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Cholik (1997) Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain. Pendidikan
www.perspektif.uinsgd.ac.id
33
Permadi
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domain kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan keterampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang. Hal ini selaras dengan pendapat Ramdhani (2014) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan dapat mendukung atau menghambat proses pembelajaran. Setelah melakukan penelitian bahwa metode pendekatan bermain tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar siswa dikarenakan pada dasarnya aktivitas jasmani yang diberikan kepada siswa tuna grahita ringan, dititikberatkan pada olahraga yang sifatnya non kompetitif. Dalam setiap aktivitas, lebih banyak ditekankan pada permainan yang dapat menimbulkan kesenangan dan memperkecil aktivitas yang bersifat kompetitif. Pendidikan jasmani adaptif diarahkan pula untuk membangkitkan kesenangan pada anak-anak yang mengalami cacat mental, disamping tugas gerak dan peristiwa pembelajaran yang dapat merangsang peningkatan kemampuan intelektual siswa (Tarigan, 2008). Oleh karena itu secara umum anak yang memiliki keterbelakangan mental ringan dapat mengikuti pendidikan seperti anak normal, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup baik dalam berbagai situasi, sehingga siswa yang mengalami keterbelakangan mental tidak bisa memadukan informasi seperti kata-kata yang dapat dilakukan siswa normal pada umumnya. Nuansa pembelajaran perlu diarahkan pada partisipasi bermain, pengajar perlu menumbuhkan partisipasi siswa belajar. b.
Metode Pendekatan Konvensional Dalam memberikan aktivitas jasmani, guru dapat berfikir lebih kreatif untuk mencari berbagai macam aktivitas jasmani yang menarik serta menyenangkan untuk dilakukan oleh siswa adaptif. Karena modifikasi aktivitas jasmani dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga anak-anak dapat berpartisipasi secara aktif dalam PBM. Sebagaimana dijelaskan Tarigan (2008): “Pendidikan jasmani adaptif diarahkan untuk membangkitkan kesenangan pada anak-anak yang mengalami cacat mental, disamping tugas gerak dan adegan pembelajaran yang dapat merangsang peningkatan kemampuan intelektual siswa”. Setelah melakukan penelitian bahwa metode pendekatan konvensional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar siswa dikarenakan metode yang diberikan bersifat konvensional dan hanya diterapkan pembelajaran seadanya dengan sarana dan prasarana yang ada akan tetapi tidak dimanfaatkan dengan sepenuhnya dalam melakukan aktivitas jasmani. Berbagai aktivitas jasmani yang dilakukan oleh siswa adaptif (tuna grahita ringan) hanya dilihat tanpa dibimbing oleh guru kelasnya, sehingga siswa tidak mengerti dengan aktivitas gerak yang sedang mereka lakukan. Karena guru kelas merasa cukup dengan kemampuannya dalam menghadapi siswa adaptif tuna grahita ringan untuk berolahraga maka metode pembelajaranpun diabaikan dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani.
c.
Perbandingan Metode Pendekatan Bermain dan Metode Pendekatan Konvensional Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang
34
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
Permadi
membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (Suryobroto, 2002). Setelah melakukan penelitian bahwa metode pendekatan bermain lebih baik dibandingkan metode pendekatan konvensional dikarenakan metode pendekatan bermain memiliki pendekatan belajar pendidikan jasmani bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain dan diarahkan pula untuk membangkitkan kesenangan pada anak-anak yang mengalami cacat mental, disamping tugas gerak dan adegan pembelajaran yang dapat merangsang peningkatan kemampuan intelektual siswa sehingga tidak ada unsur yang dapat membuat siswa tuna grahita ringan menjadi jenuh dalam belajar pendidikan jasmani, dengan demikian hasil dari temuan penelitian bahwa pengaruh pendekatan bermain dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani pada siswa tuna grahita ringan mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan metode pendekatan konvensional terhadap partisipasi siswa dalam belajar pendidikan jasmani, karena siswa adaptif tuna grahita ringan mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam belajar pendidikan jasmani, dan juga adanya motivasi instrinsik dalam diri siswa adaptif tuna grahita ringan dalam belajar pendidikan jasmani. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Davis (1967), partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi siswa yaitu keikutsertaan atau keterlibatan dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran menggunakan metode pendekatan bermain pada siswa adaptif tuna grahita ringan di sekolah luar biasa bagian C Kabupaten Cirebon. Jadi dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta pisik peserta didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut, a. Keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. b. Kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (Suryobroto, 2002). Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu
www.perspektif.uinsgd.ac.id
35
Permadi
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 28-36
membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
4
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Metode pendekatan bermain tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani. b. Metode pendekatan konvensional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani. c. Metode pendekatan bermain lebih baik dibandingkan metode pendekatan konvensional terhadap partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani.
Daftar Pustaka Cholik, M. (1977). Permainan dan Metodik. Bandung: Terate. Davis, K. (1967). Human Relations at Work. New York: McGraw-Hill Lutan, R. (2002). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ramdhani, M. A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 8(1), 27-36. Ramdhani, M. A., & Ramdhani, A. (2014). Verification of Research Logical Framework Based on Literature Review. International Journal of Basic and Applied Science, 03(02), 1-9. Rusli, L. (2000). Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Saputra. Y. M. (2007). Filsafat PJKR. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Somantri, (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudjana. (2012). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung Sulipan. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Supandi. (1990). Landasan Ilmiah Olahraga dalam Manusia dan Olahraga. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung Suryobroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tarigan, B. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
36
www.perspektif.uinsgd.ac.id