Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (EARNING MANAGEMENT) DAN NILAI PERUSAHAAN (FIRM VALUE) Nur Shabrina
[email protected] Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of corporate governance mechanism to the earnings management and company’s value. The corporate governance mechanism is proxy by the managerial ownership proportion, institutional ownership, independent commissioners and auditors’ quality. The research sample is manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange in 2010 – 2012. Based on the purposive sampling method, 78 sample companies have been obtained. The hypothesis test has been conducted by using multiple regression analysis, in which the dependent variables are earnings management and company’s value and the independent variables are managerial ownership, institutional ownership, independent commissioners and auditors’ quality. The result of the research shows that the proportion of managerial ownership and institutional ownership has significant influence to the earnings management. Whereas, the managerial ownership proportion, independent commissioners and auditors’ quality have no significant influence to the company’s value. The role of institutional ownership has significant influence to the company’s value. Keywords:
Corporate Governance, Earnings Management and Company’s Value. ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan. Mekanisme corporate governance diproksikan dengan proporsi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan kualitas auditor. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.Berdasarkan metode purposive sampling dapat diperoleh 78 perusahaan yang menjadi sampel. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis regresi berganda, dimana variabel dependennya adalah manajemen laba dan nilai perusahaan dan variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan kualitas auditor. Hasil penelitian membuktikan bahwa proporsi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan komisaris independen dan kualitas auditor tidak berpengaruh insignifikan terhadap manajemen laba. Kemudian proporsi kepemilikan manajerial, komisaris independen dan kualitas auditor tidak berpengaruh berpengaruh insignifikan terhadap nilai perusahaan. Keberadaan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kata Kunci: Corporate Governance, Manajemen laba dan Nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
2
PENDAHULUAN Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Oleh karena itu, laporan yang berkualitas,bebas dari rekayasa dan mengungkapkan semua informasi sesuai fakta yang sebenarnya menjadi sangat penting bagi semua pihak, baik pihak internal maupun eksternal. Menurut Fischer dan Rozenzwig (1995), manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Berdasarkan KEPMEN BUMN 117-2002 mengenai Penerapan Praktek GCG pada BUMN pasal 1 poin (a) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan. Nilai perusahaan akan terlihat dari harga pasar sahamnya (Wahyudi dan Pawesri, 2006). Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Untuk meminimalkan terjadinya tindakan manajemen laba dan meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan perlu adanya penerapan mekanisme good corporate governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dan menguji pengaruh mekanisme terhadap nilai perusahaan. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agent terjadi karena kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agent untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agent merupakan pihak yang diberi amanat dari principal untuk menjalankan perusahaan. Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimal-kan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Prinsipal sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan, sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja peusahaan secara riil dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
3
menyeluruh (Praditia, 2010). Prinsipal kurang memiliki informasi tentang kinerja agen, sedangkan agen memiliki lebih banyak informasi mengenai keseluruhan perusahaan, hal ini yang pada akhirnya mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi. Ketidak seimbangan ini sering disebut juga dengan asimetri informasi (information asymmetric). Corporate Governance Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2001:20). Forum for Corporate Governance in Indonesia mendefinisikan Corporate governance Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak–hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Berdasarkan KEPMEN BUMN 117-2002 pasal 3 mengenai prinsip-prinsip Good Corporate Governance terdapat lima prinsip dasar dari corporate governance. Pertama, Transparansi (Transparancy) yaitu untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk mengambil keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Kedua, Akuntabilitas (accountability) yaitu perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Ketiga, Responsibilitas (Responsibility) yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang - undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Keempat, Independensi (Independency) yaitu perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Kelima, Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) yaitu perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Mekanisme Corporate Governance Ada empat mekanisme Corporate Governance yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan kualitas auditor. Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan manajerial merupakan bagian dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh (Jensen dan Meckling, 1976)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
4
yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Midiastuty dan Machfoedz (2003), menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earning management. Mekanisme pengawasan terhadap manajemen tersebut menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena itu salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen (Haruman, 2008). Kepemilikan Institusional. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadiantara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer.Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Komisaris Independen. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata -mata demi kepentingan perusahaan. Kualitas Auditor. Auditing adalah bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang hutang (bond holder) dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Dimensi kualitas auditor yang digunakan dalam penelitian adalah ukuran KAP, karena nama baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting. Manajemen Laba Definisi manajemen laba yang diungkapkan oleh Sutrisno (2002), yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya. Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan. Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations (Gumanti, 2000). Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
5
Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan (Hardiyanti, 2012). Aspek-aspek sebagai pedoman perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan adalah, Menghindari risiko yang tinggi, bila perusahaan sedang melaksanakan operasi yang berjangka panjang, maka harus dihindari tingkat risiko yang tinggi. Menerima proyekproyek tersebut dalam jangka panjang berarti suatu kegagalan yang dapat mematahkan kelangsungan hidup perusahaan. Membayarkan dividen, Dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham oleh perusahaan. Dividen harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun kebutuhan para pemegang saham. Pada saat perusahaan sedang mengalami pertumbuhan dividen kemungkinan kecil, agar perusahaan dapat memupuk dana yang diperlukan pada saat pertumbuhan itu. Mengusahakan pertumbuhan, apabila perusahaan dapat mengembangkan penjualan, hal ini dapat berakibat terjadinya keselamatan usaha di dalam persaingan di pasar. Maka perusahaan yang akan berusaha memaksimalkan nilai perusahaan harus secara terus-menerus mengusahakan pertumbuhan dari penjualandan penghasilannya. Mempertahankan tingginya harga pasar saham, harga saham di pasar adalah merupakan perhatian utama dari perhatian manajer keuangan untuk memberikan kemakmuran kepada para pemegang saham atau pemilik perusahaan. Dengan pemilihan investasi yang tepat maka perusahaan akan mencerminkan petunjuk sebagai tempat penanaman modal yang bijaksana bagi masyarakat. Hal ini akan membantu mempertinggi nilai dari perusahaan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earning management. Ujiyantho dan Pramuka (2007) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham sehingga dapat menimbulkan terjadinya tindakan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1a: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Darmawati (2006) tidak menemukan bukti adanya hubungan antara pengelolaan laba dengan kepemilikan institusional. Hal yang sebenarnya perlu menjadi perhatian adalah pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu opportunis. Jika pengelolaan laba tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi justru akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif), tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi pengelolaan laba (berhubungan negatif) (Siregar dan Utama, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1b : Kepemilikan institutional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
6
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba Herawaty (2008) menyatakan bahwa komisaris independen dapat memonitor manajemen dalam rangka menyelaraskan perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Semakin besar komisaris independen, maka dapat mengurangi aktivitas manajemen laba. Praditia (2010) menghasilkan nilai koefisien komisaris independen yang sebesar -0,014 serta nilai t sebesar -0150 dengan signifikansi 0,881. Maka komisaris independen tidak dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Artinya, semakin besar jumlah komisaris independen dalam suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi tindakan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1c : Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Manajemen Laba Kualitas auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk menilai kewajaran suatu laporan keungan yang di buat oleh manajemen. Amijaya (2013) menyatakan ukuran KAP, auditor spesialis industri memberikan pengaruh terhadap manajemen laba dengan arah koefisien negatif. Sehingga dapat diartikan peran ukuran KAP dan auditor spesialis industri sebagai pengawas laporan keuangan dapat menghambat manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1d : Kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham (Praditia, 2010). Dengan demikian, mekanisme corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nialai perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2a : Kepemilikan manajerial berpengaruh postif terhadap nilai perusahaan. H2b : Kepemilikan institusional berpengaruh postif terhadap nilai perusahaan. H2c : Komisaris independen berpengaruh postif terhadap nilai perusahaan. H2c : Kualitas auditor berpengaruh postif terhadap nilai perusahaan. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2012, (2) Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2010-2012, (3) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2010-2012, (4) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang dinyatakan dalam rupiah dan berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode 2010-2012, (5) Perusahaan yang memiliki kelengkapan data mengenai kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan kualitas auditor.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
7
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan bagian dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy. Jika perusahaan terdapat kepemilikan manajerial maka mendapat nilai 1 dan 0 untuk sebaliknya. b. Kepemilikan Institusional Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah presentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari seluruh jumlah modal saham yang beredar. c. Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Indikator yang digunakan untuk mengukur komisaris independen adalah persentase jumlah komisaris independen dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris yang ada. d. Kualitas Auditor Auditing adalah bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang hutang (bond holder) dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Dimensi kualitas auditor yang digunakan dalam penelitian adalah ukuran KAP, karena nama baik perusahaan (KAP) dianggap merupakan gambaran yang paling penting (Sanjaya, 2008). Kualitas Auditor yang dapat diukur dengan cara pengklasifikasian atas audit yang di lakukan oleh KAP Big Four dan Non Big Four. Dalam penelitian ini, kualitas audit merupakan variabel dummy.Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka mendapat nilai 1 dan 0 untuk sebaliknya. Variabel Dependen Manajemen Laba Manajemen laba dapat diukur dengan discretionary accrual yang dalam penelitian ini menggunkan model Jones yang di modifikasi (Dechow et al, 1995). Discretionary accrual dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TAC = NI – CFO (1) Nilai total akrual (TACC) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut: TACt/TAt-1 = β1 (1/TAt-1) + β2 (Δ SALt/ TAt-1) +β3 (PPEt/TAt-1) + e (2)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
8
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accrual (NDTAC) dapat dihitung dengan rumus: NDTAC = β1 (1/TAt-1) + β2 ((Δ SALt - Δ RECt / TAt-1) + β3 (PPEt/TAt-1) (3) Selanjutnya DTAC dapat dihitung sebagai berikut : DTACt = (TACt/TAt-1 ) – NDTAC Keterangan : TAC = Total accruals dalam periode t NI = Net Income pada periode t CFO = Arus kas operasi (Cash Flows from Operations) TA = Total aset pada periode t-1 Δ SALt = Perubahan penjualan bersih dalam periode t Δ RECt = Perubahan piutang bersih dalam periode t PPEt = Nilai aktiva tetap (gross) pada periode t NDTAC = Non discretionary accruals DTAC = Discretionary accruals β1β2β3 = Koefisien regresi persamaan (2) β1β2β3 = Fitted coeficient yang diperoleh dari hasil regresi persamaan (3) Nilai Perusahaan Nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Q = ( MVE + D) / (BVE + D) Keterangan: Q = Nilai perusahaan MVE = Nilai pasar ekuitas ( Equity Market Value ), yang diperoleh dari hasil penelitian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada kahir tahun BE = Nilai buku dari ekuitas ( Equity Book Value ), yang diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajiban D = Nilai buku dari total hutang Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan dua persamaan regresi yang berbeda, yaitu : Model Regresi 1 : EMit= β0 + β1 KepManit + β2 KepInsit + β3 KomIndit + β4 KAit + e Model Regresi 2 : Qit = β0 + β1 KepManit + β2 KepInsit + β3 KomIndit + β4 KAit + e Keterangan : EM : Earnings management KepMan : Kepemilikan manajerial KepIns : Kepemilikan Institutional KomInd : Komisaris Independen KA : Kualitas Auditor Q : Nilai Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
9
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu kepemilikan institusional dan komisaris independen, manajemen laba dan nilai perusahaan. Tabel 1 Statistik Deskriptif MANAJEMEN LABA
N 234
KEP INSTITUSI 234 KOMISARIS 234 INDEPENDEN Tobins'Q 234 Valid N (listwise) 234 Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Minimum Maximum Mean -.6482 .5122 -.005329
Std. Deviation .1386585
16.73 .00
98.24 .75
71.4155 .3440
20.05404 .13638
.029
38.298
.88297
2.962986
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba terbesar adalah 0.5122 sedangkan yang terendah adalah -0,6482. Secara keseluruhan nilai manajemen laba perusahaan yang menjadi sampel adalah sebesar -0.005329. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional terbesar adalah 98,24 dan yang terendah adalah 16,73. Secara keseluruhan nilai kepemilikan institusional yang menjadi sampel adalah sebesar 71,4155. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen terbesar adalah 0.75 dan yang terendah adalah 0,00. Secara keseluruhan nilai komisaris independen yang menjadi sampel adalah sebesar 0,3440. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan terbesar adalah 38,298 dan yang terendah adalah 0,029. Secara keseluruhan nilai perusahaan yang menjadi sampel adalah sebesar 0,88297. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Tabel 2 Deskripsi Variabel Kepemilikan Manajerial Frequency Percent Valid 0 163 69.7 1 71 30.3 Total 234 100.0 Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
10
Dari 234 perusahaan, yang memiliki kepemilikan manajerial didalam perusahaan hanya sebesar 30,3% atau sekeitar 71 perusahaan. Sedangkan 69,7% atau sekitar 163 perusahaan merupakan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial di dalam perusahaannya. Tabel 3 Deskripsi Variabel Kualitas Audit Frequency Percent Valid 0 165 70.5 1 69 29.5 Total 234 100.0 Sumber : Hasil pengolahan SPSS Kualitas auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi investor untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan yang di buat oleh manajemen. Dari 234 perusahaan, yang memiliki kualitas auditor dengan menggunakan KAP Big Fourdidalam perusahaan hanya sebanyak 29,5% atau sekitar 69 perusahaan. Sedangkan 70,5% atau sekitar 165 perusahaan merupakan perusahaan yang memiliki kualitas auditor dengan menggunakkan Non-Big Four didalam perusahaannya. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plotmenunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas. Hasil uji ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan mempunyai nilai VIF < 10, hal ini dapat disumpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik menyebar dan tidak membentuk pola yang khas sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terkena asumsi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi. Dari Hasil uji autokorelasi dapat diketahui nilai DurbinWatson pada manajemen laba sebesar 1,398 dan nilai perusahaan sebesar 1,607, nilai tersebut terletak diantara -2 sampai 2. Hasil ini berarti dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini bebas dari autokorelasi. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan Tabel berikut ini adalah hasil uji regresi linier berganda yang menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Kepemilikan Manajerial (α1), Kepemilikan Institusional (α2), Komisaris Independen (α3), Kualitas Audit (α4) terhadap manajemen laba serta pengaruh Kepemilikan Manajerial (α1), Kepemilikan Institusional (α2), Komisaris Independen (α3), Kualitas Auditor (α4) terhadap nilai perusahaan selengkapnya :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
11
Tabel 4 Pengujian Hipotesis Manajemen Laba
Model
Unstandardize Standardized d Coefficients Coefficients Std. B Beta Error ,076 ,043 -,001 ,000 -,173 -,045 ,020 -,150
1 (Constant) KEP INSTITUSI KEP. MANAJERIAL KOMISARIS ,044 ,066 INDEPENDEN KUALITAS ,009 ,020 AUDIT Sumber : Hasil pengolahan SPSS
T
Sig. 1,784 -2,651 -2,303
,076 ,009 ,022
,043
,664
,507
,030
,465
,643
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Komisaris independen tidak berpengaruh insignifikan terhadap manajemen laba dan arah pengaruhnya positif. Kualitas Auditor tidak berpengaruh insignifikan terhadap manajemen laba dan arah pengaruhnya positif. Sehingga dengan demikian hipotesis 1a dan 1b diterima 1c dan 1d ditolak. Nilai R2 sama dengan 0,052 yang berarti hanya 5.2% variabel manajemen laba dapat dijelaskan oleh mekanisme corporate governance, sedangkan sisanya sebesar 94.8% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian. Mekanisme corporate governance cocok sebagai penjelas variavel dependen manajemen laba yang dapat diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan nilai 3,116 dengan signifikansi 0.016. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2009) bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka manajemen laba akan semakin rendah. Hasil ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengurangi agency cost antara agent dan principal. Penelitian dari Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap discretionary accrual sehingga kepemilikan saham oleh investor institusional dapat menjadi kendala bagi perilaku oportunistik manajemen. Komisaris independen, dalam arti bahwa dengan adanya komisaris independen dalam jumlah berapapun yang ada di dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi terjadinya manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak signifikan dikarenakan, kadang komisaris independen dipilih bukan berdasarkan dari independennya tetapi masih ada keterkaitan dari pemilik perusahaan sehingga komisaris independen tidak benar-benar independen terhadap pemilik perusahaan dan investor lainnya yang menyebabkan masih terjadinya manajemen laba di perusahaan tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Siswantaya (2007) yang menyatakan bahwa pengangkatan komisaris independen hanya untuk memenuhi aturan saja dan tidak untuk penegakan corporate governance yang sebagian besar perusahaan juga belum memenuhi syarat anggota komisaris independen yang bisa disebut mayoritas bukan minoritas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
12
KAP Big Four dan KAP Non-Big Four bukan menjadi jaminan untuk menekan terjadinya tindakan manajemen laba. Dalam kantor akuntan publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga akan lebih baik, sehingga bisa dapat mengurangi tindak kecurangan dalam manajemen laba. Namun hasil penelitian menjelaskan bahwa kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, yang artinya bahwa kualitas auditor masih belum bisa meminimalkan tindakan manajemen laba yang tidak sesuai batas kewajaran yang berlaku. Penelitian ini tidak signifikan mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan kualitas yang dihasilkan antara KAP Big Four dan KAP Non Big Four atau dengan kata lain KAP Big Four mempunyai kualitas yang sama dengan KAP Non Big Four. Jadi, meskipun KAP tidak Big Four, tapi sudah berkali kali melakukan audit yang menyebabkan KAP Non big Four mempunyai pengalaman yang bagus, dan pada akhirnya mempunyai kualitas yang sama dengan KAP Big Four.
Model 1
Tabel 5 Uji Hipotesis Nilai Perusahaan Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta ,611 ,069 -,002 ,001 -,143
(Constant) KEP INSTITUSI KEP. ,017 MANAJERIAL KOMISARIS -,048 INDEPENDEN KUALITAS ,002 AUDIT Sumber : Hasil pengolahan SPSS
t
Sig.
,032
,036
8,891 2,108 ,533
,000 ,036
,107
-,031
-,455
,650
,032
,004
,053
,958
,594
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh insignifikan terhadap nilai perusahaan, arah pengaruhnya positif. Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Komisaris independen tidak berpengaruh insignifikan terhadap nilai perusahaan dan arah pengaruhnya negatif. Kualitas Auditor tidak berpengaruh insignifikan terhadap manajemen laba dan arah pengaruhnya positif. Sehingga dengan demikian hipotesis 2b diterima 2a, 2c dan 2d ditolak. Nilai R2 sama dengan 0,022 yang berarti hanya 2,2% variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh mekanisme corporate governance, sedangkan sisanya sebesar 97,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian. Mekanisme corporate governance tidak cocok sebagai penjelas variavel dependen nilai perusahaan yang dapat diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan nilai 1,253 dengan signifikansi 0.290. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan ketika manajemen tidak mampu membuat kebijakan yang baik untuk perusahaannya sehigga berdampak pada nilai perusahaan dan sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung masih rendah. Kepemilikan manajerial tidak signifikan terhadap nilai perusahaan karena masih sangat sedikitnya kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan yang tidak bisa membuat nilai perusahaannya menjadi besar. Penelitian ini juga didukung oleh hasil
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
13
penelitian yang dilakukan oleh Sulistiono (2010) bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1986) yang menyatakan kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik antara agen dan principal. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga nilai perusahaan dapat semakin meningkat. Fungsi adanya komisaris independen yaitu untuk menjaga dan mengontrol apa yang dilakukan dewan komisaris dalam menjalankan perusahan tersebut agar dapat mengurangi terjadinya kecurangan yang akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini menujukkan bahwa pengaruh adanya komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam arti bahwa komisaris independen yang ada kurang profesional dalam mewakili kepentingan pemegang saham didalam perusahaan yang menyebabkan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini tidak signifikan dikarenakan sudah banyak yang mengerti bahwa ketidak independennya komisaris di suatu perusahaan yang menyebabkan investor dari luar kurang meresponapa yang dilakukan perusahaan dengan adanya komisaris independen yang berdampak pada nilai perusahaan tidak akan meningkat. Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Sari (2012)yang membuktikan bahwa peran dewan komisaris di perusahaan sampel belum maksimal dalam memonitor kinerja manajemen, sehingga proporsi dewan komisaris independen belum mampu meningkatkan nilai perusahaan. Kendali kuat akan perusahaan tetap berada pada pendiri dan pemilik saham mayoritas, sehingga menjadikan fungsi pengawasan yang dilakukan anggota dewan komisaris independen tidak efektif. Kualitas auditor tidak mampu memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam arti bahwa meskipun dalam ukuran menggunakan Kantor Akuntan Publik yang baik, kualitas auditor tidak dapat mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan. Kualitas auditor tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dikarena pada saat perusahaan memilih kualitas auditor dari Big Four maupun Non Big Four tidak mempengaruhi investor dari luar untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai kualitas yang baik di perusahaannya sehingga tidak ada dampak untuk meningkatkan nilai perusahaannya juga. Penelitian ini juga didukung oleh hasil Praditia (2010) menyatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan auditor yang berkualitas bukan merupakan jaminan untuk meningkatkan nilai perusahaan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba; (2) Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba; (3) Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh insignifikan terhadap manajemen laba;(4) Proporsi kualitas auditor tidak berpengaruh insignifikan terhadap manajemen laba; (5) Proporsi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh insignifikan terhadap nilai perusahaan; (6) Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan; (7) Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh insignifikan terhadap nilai perusahaan; (8) Proporsi kualitas auditor tidak berpengaruh insignifikan terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
14
Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan - keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu : (1) Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur saja; (2) Penelitian ini hanya menggunakan waktu pengamatan selama 3 tahun terakhir yaitu 2010-2012. DAFTAR PUSTAKA Amijaya, M. dan A. Prastiwi. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Darmawati, dkk. 2005. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Dechow, P. M., R. G. Sloan, and A. P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management, The Accounting Review: 193-225. Fisher, M. dan K. Rosenzweig. 1995. Attitude of Students and Accounting Practitioners Concerning The Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics 14. Gumanti, T. 2000. Earning Management : Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Hardiyanti, N. 2012. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Leverage, Profitabilitas, Firm Size dan Dividen Payout Ratio Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Haruman, T. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel Dari Pengukuran Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Universitas Trisakti. Jakarta. Jensen, M. C and W. H. Meckling. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3(4). Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2004. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia. Machfoedz, M. dan E. Suranta. 2003. Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya. Purwanti, L. 2009. Kecakapan Managerial, Skema Bonus, Managemen Laba, dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen 8(2). Praditia, O. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2005-2008. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Sari, R. A. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal1(1): 124-140. Salvatore, D. 2005. Managerial Economic : Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Edisi Kelima. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Siallagan, H. dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 11 (2014)
15
Sulistiono. 2010. Pengaruh kepemilikan Manajerial, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2006-2008. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Sujoko dan U. Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Factor Intern dan Factor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manjemen. Universitas Petra. Sutrisno, H. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta. Ujiyantho dan Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. SimposiumNasional Akuntansi X Makassar. Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital. Simposium Nasioanal Akuntansi XI Pontianak. Wahyudi, U. dan H. P. Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Inetrving. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. ●●●