KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol. 1. no.1 (2015) hal. 46-50
PENGARUH MEDIA ANIMASI SUBMIKROSKOPIK (MAS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA Ratna Azizah Mashami, Raehanah1) 1)
FMIPA IKIP Mataram, Mataram, Indonesia,
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa mengunakan Media Animasi Submikroskopik (MAS). Penelitian ini merupakan eksperimen semu yang dilakukan menggunakan nonequivalent pretest-posttest control group design. Perlakuan berupa pembelajaran menggunakan MAS dilakukan pada kelas eksperimen sedangkan pembelajaran tanpa MAS dilakukan pada kelas kontrol. Data berupa keterampilan berpikir kreatif mahasiswa diperoleh dari tes uraian. Data hasil tes awal dan tes akhir dianalisis menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95% dan skor gain ternormalisasi. Tanggapan mahasiswa mengenai pembelajaran menggunakan MAS diperoleh dari angket. Hasil uji-t tes awal diperoleh nilai signifikan 0,468 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kreatif mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji-t tes akhir diperoleh nilai signifikan 0,001 yang berarti ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelas kontrol. Rata-rata skor N-gain di kelas eksperimen sebesar 54,25% dengan katagori sedang, sedangkan rata-rata skor N-gain di kelas kontrol adalah 21,15% dengan katagori rendah. Pada peneltian ini disimpulkan bahwa MAS dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.
Kata kunci: Media Animasi Submikroskopik, Keterampilan Berpikir Kreatif
A. Pendahuluan
Fokus studi pengembangan pendekatan belajar dan mengajar kimia pada dua dekade terahir ini lebih ditekankan pada tiga level representasi (multi representasi), yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik (Farida et al., 2010). Level pertama merepresentasikan fenomena sebagai pengalaman yang dapat dirasakan, level kedua merupakan penjelasan kualitatif terhadap fenomena tersebut, dan level ketiga memberikan penjelasan kuantitatif terhadap fenomena tersebut (Gilbert dan Treagust, 2009). Di antara ketiga level ilmu kimia tersebut penjelasan level submikroskopik belum mendapat perhatian dalam pembelajaran di kelas (Sopandi dkk, 2008).
Kemampuan siswa memahami materi kimia tergantung dari dua hal, yaitu kemampuan siswa menguasai ketiga level representasi (makroskopik, submikroskopik, dan simbolik) dan kemampuan siswa dalam mentransfer dan menghubungkan satu level representasi dengan level lainnya (Treagust et al., 2003). Representasi submikroskopik merupakan faktor kunci pada kemampuan tersebut. Ketidakmampuan merepresentasikan aspek submikroskopik dapat menghambat kemampuan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena makroskopik dan representasi simbolik (Kozma dan Rusell, 2005; Chandrasegaran et al., 2007). Bucat dan Mocerino (2009) menyatakan bahwa representasi submikroskopik hanya dapat dijangkau oleh
47
imajinasi. Hal ini berarti bahwa bahasa penyampaian yang bagus dibutuhkan jika menginginkan komunikasi antara dosen (atau buku teks) dengan mahasiswa mengenai representasi submikroskopik menjadi efektif. Akan tetapi, setiap mahasiswa memiliki kemampuan visualisasi yang berbeda terhadap hal yang sama. Mahasiswa sulit mengerti bila penjelasan level submikroskopik menggunakan penjelasan kata-kata, gambar dua dimensi yang tidak bergerak, atau simbol-simbol (Bucat and Mocerino, 2009; Farida et al., 2010). Animasi dapat membantu mahasiswa memahami konsep level submikroskopik (Kozma and Russell, 2005). Salah satu animasi yang merepresentasikan level submikroskopik adalah Media Animasi Submikroskopik (MAS). MAS merupakan media pembelajaran yang memuat penjelasan konsep larutan penyangga pada level submikroskopik. MAS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami representasi submikroskopik sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan reprentasi makroskopik dan simbolik (Mashami dkk, 2012). MAS diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa karena berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Potur dan Barkul, 2009). MAS yang menjadi satu rangkaian dengan representasi makroskopik dan simbolik diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran pada larutan penyangga. Multi representasi berfungsi sebagai instrumen untuk memberikan dukungan dan memfasilitasi terjadinya belajar bermakna dan belajar mendalam. Apabila menggunakan representasi berbeda dan jenis pembelajaran berbeda dapat membuat konsep-konsep menjadi lebih mudah dipahami dan menyenangkan (intelligible, plausible, and fruitful) sehingga dapat meningkatkan motivasi pebelajar untuk belajar sains (Kozma dan Russell, 2005). Penggunaaan multi representasi dalam KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol. 1 no.1 (2015)
pembelajaran kimia akan melatih kemampuan siswa dalam berpikir. B. Metode Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Kimia Dasar pada Fakultas MIPA IKIP Mataram. Sampel terdiri dari dua kelas yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Kemampuan awal dilihat dari nilai rata-rata mahasiswa pada materi sebelumnya. Teknik ini digunakan dengan pertimbangan kondisi alami kelas tidak dapat dirubah atau diacak. Penentuan kelas eksperimen dilakukan dengan sistem undian. Penelitian ini merupakan eksperimen semu yang dilakukan menggunakan nonequivalent pretestposttest control group design karena sampel tidak dipilih secara acak. Tes awal/pretest diberikan sebelum perlakuan kepada kedua kelas. Perlakuan berupa pembelajaran menggunakan MAS dilakukan pada kelas eksperimen sedangkan pembelajaran tanpa MAS dilakukan pada kelas kontrol. Tes akhir/posttest diberikan kepada kedua kelas setelah perlakuan. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari tes tertulis. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk esai (uraian). Teknik analisis data terdiri dari uji perbedaan rata-rata (uji-t) dan skor gain ternormalisasi (N-gain). C. Hasil dan Pembahasan
1. Keterampilan Berpikir Kreatif Awal Keterampilan berpikir kreatif dinilai dari kemampuan mahasiswa menjawab soal Larutan Penyangga yang terdiri dari empat indikator, yaitu kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi. Mahasiswa diberikan tes awal sebelum pembelajaran menggunakan Media Animasi Submikroskopik (MAS). Hal ini dilakukan untuk mengetahui keterampilan berpikir kreatif mereka sebelum diberikan perlakuan. Data selanjutnya dianalisis secara statistik. Hasil uji normalitas menggunakan teknik analisis Kolmogorov-
48
Smirnov menunjukkan data tes awal berdistribusi normal (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas
Eksperimen
Kontrol
Sig. (p)
Α
Interpretasi
0,171
0,05
p>α
0,280
0,05
p>α
Tabel
2.
Hasil Uji Normalitas Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif
Kelas
Sig. (p)
α
Interpretasi
Kesimpulan
Eksperimen
0,115
0,05
p>α
Kontrol
0,188
0,05
p>α
Data berdistribusi normal Data berdistribusi normal
Kesimpulan
Data berdistribusi normal Data berdistribusi normal
Uji homogenitas menggunakan Levene’s Test menghasilkan nilai sebesar 0,315 yang menunjukkan tidak ada perbedaan varians antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji-t yang menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,468 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kreatif awal mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Keterampilan Berpikir Kreatif Akhir Soal berbentuk tes uraian. Data keterampilan berpikir kreatif selanjutnya dianalisis untuk mengetahui pengaruh MAS terhadap keterampilan berpikir kreatif. Uji normalitas menggunakan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene’s Test. Hasil uji menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (Tabel 2). Hasil uji homogenitas menunjukkan data homogen karena diperoleh nilai sebesar 0,3 (p > 0,05). Selanjutnya data diuji menggunakan uji perbedaan rata-rata (uji-t). Hasil uji-t diperoleh nilai signifikan 0,001 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini berarti ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelas kontrol.
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol. 1 no.1 (2015)
Perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelas kontrol disebabkan oleh perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen. Perlakuan tersebut adalah pembelajaran menggunakan MAS. Dengan demikian, MAS dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa. MAS merupakan media pembelajaran yang memuat penjelasan konsep larutan penyangga pada level submikroskopik. MAS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami representasi submikroskopik sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan representasi makroskopik dan simbolik (Mashami dkk, 2012). Ada empat indikator keterampilan berpikir kreatif yang digunakan pada penelitian ini, yaitu kelancaran, keluwesan, orisinalitas, dan elaborasi. Kelancaran (Fluency) adalah kemampuan membangun banyak ide. Semakin banyak ide yang didapat berpeluang untuk mendapatkan ide yang bagus. Keluesan (Flexibility ) adalah kemampuan membangun ide yang beragam, yaitu kemampuan untuk mencoba berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Keaslian (Originality) adalah kemampuan untuk menghasilkan ideide yang luar biasa yang tidak umum. Elaborasi (Elaboration) adalah kemampuan untuk merinci, mengembangkan gagasan dan membuat implikasi dari informasi-informasi yang tersedia (Jazuli, 2009). Mahasiswa memahami konsep larutan penyangga dengan baik saat mempelajari
49
MAS. Pemahaman konsep yang baik membuat mahasiswa lebih mudah dalam membangun banyak ide yang berguna untuk menyelesaikan masalah. MAS dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa karena berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Potur dan Barkul, 2009). MAS yang menjadi satu rangkaian dengan representasi makroskopik dan simbolik diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran pada larutan penyangga. Multi representasi berfungsi sebagai instrumen untuk memberikan dukungan dan memfasilitasi terjadinya belajar bermakna dan belajar mendalam. Pengaruh MAS terhadap keterampilan berpikir kreatif juga dapat dilihat dari skor gain ternormalisasi. Rata-rata N-gain di kelas eksperimen sebesar 54,25% dengan katagori sedang, sedangkan rata-rata N-gain di kelas kontrol adalah 21,15% dengan katagori rendah (Gambar 1). Peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa yang mempelajari MAS tidak mencapai katagori tinggi. Hal ini karena mahasiswa tidak terbiasa dengan soal yang menuntut mereka untuk berpikir kreatif. Soal seperti ini baru pertama kali mereka dapatkan. Permasalahan yang menguji berpikir kreatif perlu diperbanyak dan lebih intensif agar mahasiswa dapat melatih keterampilan berpikir kreatif mereka.
Grafik 1. Grafik Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini disimpulkan bahwa Media Animasi Submikroskopik (MAS) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol. 1 no.1 (2015)
mahasiswa. Namun, peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa yang mempelajari MAS berada pada katagori sedang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar keterampilan berpikir kreatif perlu dilatih terus-menerus dengan memberikan permasalahan yang menuntut keterampilan berpikir kreatif mahasiswa. E. Daftar Pustaka
Bucat, B. dan Mocerino, M. 2009. Learning at the Sub-micro Level: Structural Representations. In J.K. Gilbert, D. Treagust (eds) Multiple Representation in Chemical Education, Models and Modeling in Science Education. Vol 4: 1129. Chandrasegaran, Treagust, dan Mocerino. 2007. Enhancing Students’ Use of Multiple Levels of Representation to Describe and Explain Chemical Reactions. Chittleborough dan Treagust. 2007. The Modelling Ability of Non-Major Chemistry Students and Their Understanding of The Sub-Microscopic Level. Vol 8: 274-292. Farida, Liliasari, Widyantoro, dan Sopandi. 2010. The Importance of Development of Representational Competence in Chemical Problem Solving Using Interactive Multimedia. Proceeding The 4th International Seminar on Science Education. Gilbert, J.K. dan Treagust, D. 2009. Multiple Representation in Chemical Education, Models and Modeling in Science Education 4. Jazuli, Akhmad. 2009. Berpikir Kreatif dalam Kemampuan Komunikasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY. Kim, Kyung Hee. 2011. The Creativity Crisis: The Decrease in Creative Thinking Scores on The Torrance Tests of Creative
50
Thinking. Creativity Research Journal. 23(4): 285–295. Kozma, R. dan Russell, J. 2005. Students Becoming Chemists: Developing Representational Competence. In JK. Gilbert (Ed.), Visualization in Science Education. Vol 7: 121-145. Mashami, Yayuk, dan Gunawan. 2012. “Pengembangan Media Animasi Submikroskopik Larutan Penyangga dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan Representasi”, dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. Surakarta: Pendidikan Sains UNS. Miarso, Y. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Potur dan Barkul. 2009. Gender and Creative Thinking an Education: A Theoretical and Experimental Overview. Sadiman. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Script, I. 2007. Teknik Mudah Membuat Animasi Fantastis. Jakarta: mediakita. Sopandi, Rohman, Sukmawati, Yuliani, Nuraeni, Turyani, dan Aryani. 2008. Penjelasan Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia. Makalah disajikan pada Seminar Internasional 2 Pendidikan IPA. Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Waldrip, Prain, dan Carolan. 2006. Learning Junior Secondary Science through MultiModal Representations. Electronic Journal of Science Education. Vol 11. Widhiyanti, T. 2007. Effectiveness of Information Technology-Based Instruction on Student's Understanding of Colligative Properties.
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol. 1 no.1 (2015)