Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSI EKSTREMITAS SENDI LUTUT PADA PASIEN POST OPERASI (ORIF) FRAKTUR FEMUR THE EFFECT OF RANGE OF MOTION EXERCISE TO ENHANCING CAPABILITY OF KNEE JOINTS EXTREMITIES FUNCTION TO THE PATIENT OF FRATURES FEMURE OF POST OPERATION (ORIF) Sri Mintarsih* dan Nabhani Program Studi D3 Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Jalan Tulang Bawang Selatan No 26 Tegalsari Kadipiro Banjarsari Surakarta. 57136. Telp (0271) 734955 * Email :
[email protected] ABSTRAK Kecelakaan lalu lintas terjadi sekitar 66.200 tiap tahun. Hampir sepertiga dari 173,000 kematian akibat kecelakaan lalu lintas tiap tahun di wilayah Eropa. Sekitar 310.000 (16%) dari 2,6 milyar penderita mengalami kecacatan akibat lalu lintas (Suparjo, 2008). Salah satu masalah yang terjadi pada pasien post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) fraktur femur keterbatasan gerak sendi lututyang dialami oleh pasien. Range Of Motion (ROM merupakan latihan gerakan sendi yang pat memungkinkan fungsi sendi dapat digerakan secara normal baik secara aktif ataupun pasif. Penelitian Pre Eksperimental Design dengan menggunakan pendekatan One Design Pretest-Postest Group. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling, sejumlah 30 responden (penderita post orif frakur femur). Instrumen yang di gunakan untuk mengukur gerak sendi menggunakan alat Geniometer. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Analisa bivariate dilakukan uji statistik analisa uji Paired t test. Hasil uji paired t test diperoleh hasil t hitung -10.862 dengan p value .000 oleh karena t hitung lebih besar dari t tabel (-10.862 > 1,701) Maka hipotesis yang berbunyi ada pengaruh ROM terhadap kemampuan gerak sendi lutut di terima. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh latihan ROM terhadap kemampuan fungsi ektremitas sendi lutut pada pasien post operasi fraktur femur. Kata Kunci : Fraktur femur, Post ORIF, ROM
ABSTRACT Traffic accidents are occurred around 66,200 every year. Almost a third of the 173 000 deaths from traffic accidents are occurred every year in Europe. Approximately 310,000 (16%) of the 2.6 billion patients go through disability due to traffic accidents (Suparjo, 2008). One of the problems that is occurred in the post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) femoral fracture patients is limitation of the knee joint movement. Range Of Motion (ROM) is a practice of joint movement that can make joint function normally either actively or passively.The study of Pre Experimental Design by using One Design Pre test-Post Test Group approach. The sampling is taken by using Accidental Sampling technique, to the 30 respondents (the patients of fracture femur of post orif). The instrument which is used to measure the motion of the joints is Geniometer. The research instrument is observation sheet. Researchers uses Bivariate analysis to know the statistical tests exactly Paired t test analysis.From the paired t test is got t -10 862 with p value .000 therefore t is greater than t table (-10 862> 1.701). So, the hypothesis of the research says that there is ROM influence to the ability of knee joint movement is received. There is influence of ROM exercises to the ability of knee joint extremity function to the patient of femur fracture operation post. 37
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Keywords: Femur fracture,Post ORIF,ROM PENDAHULUAN Kecelakaan lalu lintas terjadi sekitar 66.200 tiap tahun. Hampir sepertiga dari 173,000 kematian akibat kecelakaan lalu lintas tiap tahun di wilayah Eropa. Sekitar 310.000 (16%) dari 2,6 milyar penderita mengalami kecacatan akibat lalu lintas (Suparjo, 2008). Salah satu masalah yang terjadi pada pasien post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) fraktur femur keterbatasan gerak sendi lututyang dialami oleh pasien. Range Of Motion (ROM merupakan latihan gerakan sendi yang pat memungkinkan fungsi sendi dapat digerakan secara normal baik secara aktif ataupun pasif.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Pre Eksperimental Design dengan menggunakan pendekatan One Design Pretest-Postest Group. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling, sejumlah 30 responden (penderita post orif frakur femur). Instrumen yang di gunakan untuk mengukur gerak sendi menggunakan alat Geniometer. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Analisa bivariate dilakukan uji statistik analisa uji Paired t test. Dalam penelitian ini terdapat satu kelompok subyek penelitian. Sebelum memulai perlakuan, kelompok subyek penelitian diberi pretest (observasi awal) untuk mengukur kondisi awal yaitu diberikan perlakuan khusus berupa Latihan ROM aktif dan pasif. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Univariat Setelah dilakukan pengambilan data dari responden dari bulan Februari – Juli 2015 terkumpul data 30 responden. Hasil dapat disajikan dalam bentuk sebagai bentuk: 1.1. Diskriptif Tentang Umur Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur No Umur Freekuensi Prosentase 1 20 – 25 2 6,6 2 26 – 30 11 36,6 3 31 – 35 7 23,3 4 36 – 40 5 16,6 5 41 – 45 5 16,6 Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur yang berumur antara 20-25 tahun sebanyak 2 orang (6,6 %), umur antara 26-30 tahun sebanyak 11 orang (36,6 %), umur antara 31-35 tahun sebanyak 7 orang (23,3 %), umur antara 36-40 tahun sebanyak 5 orang (16,6 %), dan umur antara 41-45 tahun sebanyak 5 orang(16,6 %). 1.2. Diskriptif Tentang Jenis Kelamin Responden Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis Kelamin No 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah 15 15 30
38
Prosentase % 50 50 100
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 1.3. Diskriptif Tentang Derajat Sendi Sebelum ROM Respoden Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Sendi Lutut Sebelum ROM Derajad 23 25 27 28 30 32 34 35 36 37 38 40 43
frekuensi 1 3 2 2 3 3 1 5 4 1 1 3 1 30
Prosentase 3.3 10.0 6.7 6.7 10.0 10.0 3.3 16.7 13.3 3.3 3.3 10.0 3.3 100
Mean 32.83
Std. Deviasi 5,312
Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROM mean rentang gerak 32.83, sedang mode rentang gerak berada pada 35 derajad, derajad terendah 23 derajad dan derajad tertinggi 43 derajad Diskriptif Tentang Derajat Sendi Setelah Latihan ROM Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Derajat Sendi Lutut Setelah Latihan ROM Derajad 25 33 35 38 39 40 42 43 44 45 48 49 50 55 58
frekuensi 1 1 2 2 1 7 2 3 1 4 1 1 2 1 1 30
Prosentase 3.3 3.3 6.7 6.7 3.3 23.3 6.7 10.0 3.3 13.3 3.3 3.3 6.7 3.3 3.3 100
Mean 42.33
Std. Deviasi 6,472
Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROM mean rentang gerak 42.33, sedang mode rentang gerak berada pada 40 derajad, derajad terendah 23 derajad dan derajad tertinggi 58 derajad Uji Prasyarat Uji prasyarat digunakan untuk menentukan analisa kedua variabel, dimana berdistribusi normal atau tidak. Jika berdistribusi normal (nilai p >0,05) maka data di uji dengan statistik parametris, namun jika sebaliknya (nilai p < 0,05) maka data di uji dengan statatistik non parametris. Uji prasyarat yang digunakan adalah Shapiro-Wilk.
39
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 5. Hasil Uji Prasyarat No 1 2
Variabel Sebelum ROM Setelah ROM
Nilai p P hitung 0.360
P value 0,05
0.300
0,05
Keterangan P hitung > p value (0.360 > 0.05), berdistribusi normal. P hitung > p value (0.300 > 0,05), berdistribusi normal.
Metode parametrik dapat digunakan apabila semua variabel berdistribusi normal. Dari tabel 4.6 diketahui bahwa uji normalitas variable sebelum ROM menghasilkan nilai p = (0.360). Oleh karena nilai p > 0,05 maka data variabel sebelum ROM dinyatakan berdistribusi normal. Adapun uji normalitas variabel setelah ROM menghasilkan nilai p = (0.300) Oleh karena nilai p > 0,05 maka data variabel perilaku dinyatakan berdistribusi normal. Karena dari semua variabel berdistribusi nomal maka metode parametrik dapat digunakan. Analisis bivariat hubungan kedua variabel penelitian dilkukan dengan metode parametrik yaitu dengan menggunakan teknik uji Paired t Test. a.
Karakteristik berdasarkan umur Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan umur. Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur yang paling banyak berumur antara 26 – 30 tahun sebanyak 11 orang (36,6%) dan umur 31 – 35 sebanyak 7 orang (23,3%), yang paling sedikit berumur 36 – 40 sebanyak 5 orang (16,6%) dan umur 41 – 45 sebanyak 5 orang (16,6%) dan umur paling sedikit 20 – 25 sebanyak 2 orang (6,6%) Berdasar kelompok umur pada tabel terlihat bahwa kelompok usia 26 – 30 (36.6%) kejadian terbanyak, kelompok usia tersebut merupakan kelompok umur produktif dan banyak aktifitas sehingga peluang terjadi trauma lebih besar. Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan tulang, seperti pendapat (Muttaqin, 2008) bahwa Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat dari pada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah , proses tersebut semakin berkurang.
b.
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan jenis kelamin. Dari responden sebanyak 30 bahwa klien fraktur femur yang kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (50 %) sedangkan berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (50%). Persamaan jumlah responden antara laki-laki dan perempuan sama memang disengaja karena peneliti ingin mengetahui perbedaan efektifitas ROM antara pasien laki-laki dan perempuan.
c.
Karakteristik berdasarkan Derajat Sendi Sebelum ROM Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan Derajat Sendi Sebelum ROM. Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROM dengan derajat sendi terkecil adalah 23 derajat sebanyak 1 orang (3,3%), dan terbesar 43 derajat sebanyak 1 orang (3,3%). Sedangkan mean rentang gerak 32.830 Secara fisiologis rentang gerak terdapat rentang maksimal 130 derajad, bila mean rentang gerak sebelum latihan ROM 32.830 maka kemampuan gerak sebelum latihan baru mencapai 25.25 %, hal ini dipengaruhi oleh adanya ketakutan untuk bergerak karena adanya rasa nyeri dan ketidak tahuan pasien akan pentingnya latihan gerak secara dini.
d.
Karakteristik berdasarkan Derajat Sendi Sesudah ROM Hasil penelitian diketahui pembagian responden berdasarkan Derajat Sendi Setelah ROM. Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sesudah latihan ROM dengan derajat sendi terkecil adalah 25 derajat sebanyak 1 orang (3,3%), sedangkan terbesar 58 derajat sebanyak 1 orang (3,3%) sedang mean rentang gerak 42.330. (kemampuan ROM 32.56%) Dengan melihat hasil perubahan ROM sebelum dan setelah latihan rata - rata 32.830 menjadi 42.330, berarti ada kenaikan 9.5 derajad atau ada peningkatan 7.1%
40
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 B. Analisa Bivariat Tabel 6. Hasil Analisa Bivariat t
df
Sig. (2-tailed)
-10.862
29
.000
Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata derajat sendi lutut pada pasien post operasi (ORIF) fraktur femur. Perhitungan uji Paired t Test menghasilkan harga t hitung signifikan pada 95%. sebesar (-10.862) dan harga p value sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel (-10.862 > 1,701). maka diputuskan hipotesis 2 diterima berarti ada pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kemampuan fungsi ekstremitas sendi lutut.
Pair 1 ROM_POS
ROM_PRE &
N
Correlation
Sig.
30
.683
.000
Keeratan pengaruh antara variabel menunjukkan hubungan yang sedang dengan Paired Samples Correlations 0.683 Hipotesis 1 Dalam penelitian pada 30 responden. Hasil uji t paired test diperoleh hasil t hitung (-10.862) dan harga p value sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel (-10.862 > 1,701). maka diputuskan hipotesis 1 HO di tolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kemampuan fungsi ekstremitas sendi lutut. Pengujian hasil nilai rata-rata sebelum latihan ROM 32,83⁰ capaian gerak 25,25% dan setelah latihan ROM 42.33⁰ capaian gerak 32,56% dapat disimpulkan ada peningkatan derajat sendi lutut walaupun masih jauh dari normal fleksi sendi lutut capaian 100% yaitu 120-130⁰. Dan nilai selisih rentang derajat sendi lutut pada pasien post operasi (ORIF) fraktur femur sebelum dan setelah latihan ROM adalah 9,5⁰. Mobilisasi merupakan kemampuan individu bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya (Aziz, 2009). Latihan rentang gerak (ROM) dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas, mengurangi kelumpuhan vaskuler, dan memberikan kenyamanan pada klien . Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi (Muttaqin, 2008).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil simpulan sebagai berikut : 1.
Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROM mean rentang gerak 32.83, sedang mode rentang gerak berada pada 35 derajad, derajad terendah 23 derajad dan derajad tertinggi 43 derajad
2.
Dari responden sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa klien fraktur femur sebelum latihan ROM mean rentang gerak 42.33, sedang mode rentang gerak berada pada 40 derajad, derajad terendah 23 derajad dan derajad tertinggi 58 derajad
3.
Ada pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kemampuan fungsi ekstremitas sendi lutut. harga t hitung pada signifikasi 95%. sebesar -10.862 dan harga p value sebesar 0,000. (-10.862 > 1.701 dan p value 0.000 < 0.05). Keeratan pengaruh antara variabel menunjukkan hubungan yang sedang dengan Paired Samples Correlations 0.68
4.
Ada pengaruh latihan ROM terhadap kemampuan fungsi ektremitas sendi lutut pasien post operasi fraktur femur.
41
pada
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 UCAPAN TERIMA KASIH 1.
Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes. Selaku Ketua STIKES Surakarta yang telah mengeluarkan izin penelitian serta menyelesaikan penelitian ini.
PKU Muhammadiyah dukungannya dalam
2.
LPPM STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah membantu dan memfasilitasi terlaksananya penelitian ini.
3.
Direktur RS PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin lahan penelitian.
4.
Semua p ihak yang tidak b i s a kami sebutkan satu persatu yang ikut membantu penyusunan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA Aziz, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Salemba Medika. Muttaqin, A. (2008) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Sistem
Suparjo. ( 2 0 0 8 ) Kecelakaan Lalu Lintas. http//nursingbegin.com/kecelakaan lalu lintas. Diakses tanggal 17 November 2012. Jam 11.00.
42