P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Pengaruh Lama Waktu Penggilingan pada Proses Co-Grinding terhadap Laju Disolusi Kompleks Inklusi Glimepirid-βSiklodekstrin (Milling Duration Time’s Influence in Co-Grinding Process to Dissolution Rate of Glimepirid-β-Cyclodextrin Complex Inclusion) Rina Wahyuni1*; Auzal Halim2; & Aflin Febrianita1 1Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang Farmasi Universitas Andalas Padang
2Fakultas
Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK
Glimepirid merupakan generasi ketiga golongan sulfonilurea yang sukar larut dalam air dan termasuk senyawa golongan BCS kelas II. Untuk meningkatkan kelarutannya, maka glimepirid diformulasi dalam bentuk kompleks inklusi bersama β-siklodekstrin dengan perbandingan 1:1 menggunakan metoda co-grinding dengan 3 variasi waktu penggilingan, yaitu 30 menit, 2 jam dan 4 jam. Karakterisasi kompleks inklusi meliputi difraksi sinar-X, spektrofotometer FT-IR, analisis Scanning Electrom Microscopy (SEM), penetapan kadar, dan uji disolusi. Pola difraksi sinar X kompleks inklusi menunjukkan terjadinya penurunan intensitas puncak difraktogram yang sangat tajam dibandingkan glimepirid murni. Terjadinya pergeseran puncak glimperid pada spektrum FT-IR menunjukkan glimepirid telah terkompleks kedalam rongga β-siklodekstrin. Analisa SEM menunjukkan terjadinya perubahan bentuk permukaan glimerid berupa bongkahan tidak beraturan dan lebih amorf dibandingkan glimepirid murni. Hasil uji disolusi menunjukkan terjadi peningkatan laju disolusi glimepirid. Jumlah obat terdisolusi paling besar dalam waktu 60 menit dihasilkan oleh kompleks inklusi dengan waktu penggilingan 4 jam. Kata Kunci: glimepirid, β-siklodekstrin, kompleks inklusi, co-grinding, disolusi PENDAHULUAN
ketersediaan hayati (Bekers, et al., 1991;
Ketersediaan hayati suatu sediaan yang diberikan secara oral tergantung pada beberapa faktor
diantaranya
adalah
laju
Loftsson & Brewster, 1996). Untuk meningkatkan kelarutan suatu
disolusi,
obat yang sukar larut dalam air, dikembangkan
kelarutan, dan laju absorpsi dalam saluran
kompleks inklusi yang akan lebih cepat larut
cerna. Obat yang diberikan secara oral, akan
daripada obat itu sendiri sehingga dapat
dilarutkan dalam media berair di saluran cerna
memperbaiki
untuk diabsorpsi. Perbaikan kelarutan dan
ketersediaan hayati, dan stabilitas kimia obat.
kecepatan disolusi obat yang sukar larut
Pada kompleks inklusi, molekul obat sebagai
merupakan langkah pertama untuk perbaikan
molekul guest terperangkap di dalam rongga
kecepatan
disolusi,
absorpsi,
siklodekstrin yang bersifat hidrofobik. Bagian 330
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
luar siklodekstrin bersifat hidrofilik sehingga
apparatus
mudah larut dalam media air. Kompleks inklusi
(X’pert PRO PANanalytical), alat uji disolusi
dapat
evaporasi,
(Copley ScientificNE4-COPD), spektrofotometer
kopresipitasi, kneading, freeze drying, dan
UV–VIS (Shimadzu UV Mini-1240), Scanning
metode penggilingan (Co-grinding) (Bekers, et
Electron Microscopy atau SEM (Phenom world),
al., 1991).
Fourier
dibuat
dengan
metode
Co-grinding senyawa obat yang sukar larut dalam air, dengan berbagai polimer akan
(Fritsch),
difraktometer
Transformation
Spectrophotometer
sinar-X
Infra
(Thermo
Red
Scientific),
pH
meter, desikator.
meningkatkan efek solubilisasi, oleh karena modifikasi sifat padatan senyawa obat. Pada saat
penggilingan,
padatan
kristalin
akan
mengalami transformasi menjadi fase amorf dalam rantai-rantai polimer (Friedrich, et al., 2005). Jika dibandingkan dengan berbagai teknik peningkatan kelarutan lain, teknik cogrinding merupakan cara yang sederhana dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan pelarut organik (Garg & Singh, 2009).
Bahan Glimepirid (PT. Tatarasa Primatama), βSiklodekstrin (PT. Signa Husada), Natrium Fosfat
Monobasa,
(Brataco),
Natrium
ketiga golongan sulfonilurea yang digunakan secara oral pada terapi diabetes mellitus tipe 2. Glimepirid adalah serbuk putih sampai hampir putih. Larut dalam dimetilformamida; sukar larut dalam metanol, agak sukar larut dalam metilena klorida; praktis tidak larut dalam air (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). kelarutan
glimepirid, maka dalam penelitian ini akan dibuat bentuk kompleks inklusi glimepirid yang diharapkan
akan
meningkatkan
kelarutan
glimepirid sehingga akan meningkatkan laju disolusi glimeprid. Kompleks inklusi dibuat dengan
memvariasikan
lamanya
waktu
penggilingan pada proses co grinding.
gelas
standar
(Brataco),
Prosedur Penelitian 1. Pemeriksaan Bahan Baku Glimepirid metode yang tercantum dalam Suplemen II Farmakope
Indonesia
Kesehatan
Republik
IV
(Kementerian
Indonesia,
2010)
meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi, dan penetapan kadar. 2. Pemeriksaan Bahan Baku β-Siklodekstrin Pemeriksaan
β-siklodekstrin
dilakukan
menurut metode yang tercantum dalam of
Pharmaceutical
Excipient
(Rowe, et al., 2006) meliputi pemerian dan kelarutan. 3. Pembuatan Kompleks Inklusi Glimepiridβ-Siklodekstrin Glimepirid dan β-Siklodekstrin dicampur dengan perbandingan mol 1:1, kemudian digiling dengan alat nanomiling dengan kecepatan 500 rpm. Waktu penggilingan selama30 menit (KI A), 2 jam (KI B), dan 4
METODE PENELITIAN Alat Peralatan
Hidroksida
Sulfat
Metanol (Brataco), dan Aquadest.
Handbook meningkatkan
Lauril
Pemeriksaan Glimepirid dilakukan menurut
Glimepirid merupakan obat generasi
Untuk
Natrium
jam (KI C). Kompleks inklusi yang terbentuk laboratorium,
timbangan digital (Precisa XB 220A), nanomilling
disimpan
dalam
desikator
sebelum
digunakan.
331
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
4. Karakterisasi
Kompleks
Inklusi
dalam metanol, kemudian diukur serapan pada
Glimepirid dan β-Siklodekstrin
panjang gelombang 227,5 nm (Shirse, et al.,
Analisis Spektrofotometer FT IR
2012).
Analisis ini digunakan untuk mendeteksi
menggunakan persamaan regresi linear yang
gugus fungsional, mengidentifikasi senyawa
dihasilkan dari kurva kalibrasi glimeprid dalam
dan menganalisa campuran senyawa. Sampel
metanol.
Kadar
glimepirid
dihitung
dengan
digerus sampai menjadi serbuk dengan KBr, lalu dipindahkan kecetakan die dan sampel
6. Uji disolusi
tersebut kemudian dikempa kedalam suatu
Uji disolusi kompleks inklusi glimepirid
cakram pada kondisi hampa udara. Spektrum
dilakukan
dengan
metoda
keranjang
serapan direkam pada bilangan gelombang
menggunakan medium dapar fosfat pH 6,4±0,1
4000-400 cm-1. (Watson, 2009)
yang mengandung natrium lauril fosfat 0,5%, dengan kecepatan 50±0,1 rpm selama 60 menit.
Analisis Difraksi Sinar-X
Kadar glimepirid yang terdisolusi pada setiap
Sampel berupa serbuk padatan kristalin
waktu
pemipetan
dihitung
menggunakan
diuji dengan menggunakan alat difraktometer
persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi
pada skala sudut difraksi 20 antara 5 sampai
glimeprid dalam dapar fosfat pH 6,4±0,1 yang
50°dengan
mengandung natrium lauril sulfat 0,5%.
sumber CuKα. Sejumlah sampel
dimampatkan pada wadah sampel berupa bak kecil
berukuran
kurang
lebih
5x8
cm,
HASIL DAN DISKUSI
selanjutnya diletakkan dalam sample chamber. Alat
dioperasikan
kecepatan
serbuk glimepirid terlihat adanya gugus fungsi
per menit. Sinar X tersebut
N-H pada bilangan gelombang 3369,06 cm-1;
menembak sampel padatan kristalin, kemudian
3288,82 cm-1; 2930,24 cm-1; dan 2842,45 cm-1;
mendispersikan
gugus fungsi C=C pada bilangan gelombang
pengukuran
4°
dengan
Hasil karakterisasi spektrum FT-IR
kesegala
arah
(Chiou&Riegelman, 1971).
1674,72cm-1 dan 1541,13 cm-1 gugus C-H pada bilangan gelombang 1444,57 cm-1 dan 1345,90
Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) Sampel serbuk diletakkan pada sampel
cm-1. Spektrum
FT-IR
β-siklodekstrin
holder aluminium dan dilapisi dengan emas
menunjukkan puncak yang lebar pada bilangan
dengan ketebalan 10 nm. Sampel kemudian
gelombang 3381,68 cm-1 yang menunjukkan
diamati pada pembesaran1000x dan 5000x alat
adanya gugus fungsi O-H. Puncak lain pada
SEM (Jeol, Japan). Voltase diatur pada kV dan
bilangan gelombang 2926,34 cm-1 menunjukkan
arus 12 mA (Gennaro, 1985).
adanya ikatan C-H, pada bilangan gelombang 1030,63 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-O
5. Penetapan kadar Glimepirid Penetapan kadar glimepirid dilakukan
dari alkohol sekunder. Spektrum
FT-IR
kompleks
inklusi
terhadap kompleks inklusi pada konsentrasi 4
glimepirid-β-siklodekstrin co-grinding 30 menit
ppm dengan menimbang kompleks inklusi
menunjukkan adanya puncak β-siklodekstrin,
setara dengan 50 mg glimepirid, dan dilarutkan 332
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
yaitu pada bilangan gelombang 3368,54 cm-1
jam
dan adanya puncak-puncak glimepirid, yaitu
siklodesktrin, yaitu pada bilangan gelombang
pada bilangan gelombang 1673,36 cm-1; 1542,27
1152,61 cm-1 dan 1029,20 cm-1, serta adanya
cm-1; 1443,62 cm-1; dan 1345,91 cm-1. Pada
puncak
kompleks
gelombang 1544,81 cm-1 dan 1152,61 cm-1.
inklusi
co-grinding
2
jam
juga
terdapat
glimepirid,
puncak
yaitu
pada
bilangan
Puncak-puncak
yaitu pada bilangan 3369,03 cm-1 dan puncak-
mengalami pergeseran, bahkan ada yang hilang
puncak
menunjukkan
gelombang
yaitu
1674,24cm-1
pada
dan 1540,92
bilangan cm-1;
dan
bahwa
yang
β-
menunjukkan adanya puncak β-siklodekstrin, glimepirid,
glimepirid
serapan
glimepirid
sedikit sudah
terkompleks kedalam rongga –siklodekstrin.
1153 cm-1. Pada kompleks inklusi co-grinding 4
Gambar 1. Spektrum FT-IR glimepirid murni
Gambar 2. Spektrum FT-IR β-siklodekstrin
333
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Gambar 3. Spektrum FT-IR kompleks inklusi glimepirid-β-siklodekstrin
Hasil difraktogram glimepirid murni
34°). Pada difraktogram hasil kompleks inklusi
pada analisa difraksi sinar X menunjukkan
glimepirid-β-siklodekstrin co-grinding 30 menit,
karakteristik kristalin yang ditunjukkan oleh
2 jam, dan 4 jam menunjukkan terjadinya
puncak interferensi yang khas dan tajam pada
penurunan intensitas yang sangat tajam dari
sudut 2θ (13,4°; 16,6°;18,1°;19,1°; 21°; dan
puncak glimepirid. Penurunan intensitas puncak
26,3°).
juga
menunjukkan terjadinya perubahan derajat
yang
kristalinitas
Difraktogram
menunjukkan
β-siklodekstrin
karakteristik
kristalin
terlihat jelas pada 2θ (12°; 22,8°; 31,7°; dan
terutama
pada
2θ
(13,4°;
18,1°;19,4°; dan 21°).
Gambar 4. Difraktogram sinar X
Hasil
SEM
glimepirid
terlihat
berupa
kecil yang memiliki permukaan kasar dan
bongkahan kristal dengan bentuk yang tidak
bentuk
yang
tidak
beraturan,
yang
beraturan. β-siklodekstrin terlihat seperti
menunjukkan bentuk yang koheren dimana
bongkahan besar dengan tekstur permukaan
morfologi glimepirid dan β-siklodekstrin sulit
yang kasar. Pada kompleks inklusi glimepirid-
untuk dibedakan. Hal ini menunjukkan bahwa
β-siklodekstrin co-grinding 30 menit memiliki
serbuk hasil kompleks inklusi menghasilkan
bentuk seperti bongkahan besar yang tidak
senyawa yang lebih amorf.
beraturan. Pada kompleks inklusi co-grinding 2 jam memiliki bentuk bongkahan yang lebih kecil
dengan
permukaan
yang
kasar.
Sedangkan pada kompleks inklusi co-grinding 4 jam memliki bentuk bongkahan-bongkahan 334
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
107,5620%±1,1418. Dari semua hasil penetapan kadar yang didapat sesuai dengan
Gambar 5. Morfologi glimepirid
Gambar 7. Kompleks inklusi co grinding 30 menit
Gambar 6. Morfologi β-siklodekstrin
Gambar 8. Kompleks inklusi co grinding 2 jam
Gambar 9. Kompleks inklusi co grinding 4 jam Hasil penetapan kadar glimepirid dalam
persyaratan yang tertera pada Suplemen II
serbuk campuran fisik dan kompleks inklusi
Farmakope Indonesia Edisi IV 2010 dimana
pada co-grinding 30 menit, 2 jam, dan 4 jam
kadar glimepirid tidak kurang dari 90,0% dan
berturut-turut
tidak lebih dari 110,0%.
adalah
102,2686%±0,4537;
106,6545%±0,6930; 104,9909%±2,7598; dan
Hasil disolusi menunjukkan glimepirid tunggal memiliki laju disolusi paling lambat bila 335
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dibandingkan
dengan
campuran
fisik
obat. Matriks obat akan mengembang dan
glimepirid-β-siklodekstrin dan kompleks inklusi
mengalami erosi pada waktu yang bersamaan.
glimepirid-β-siklodekstrin.
Lalu
Serbuk
kompleks
medium
disolusi
memasuki
matriks
inklusi co-grinding 4 jam menghasilkan laju
polimer kemudian melarutkan dan mengangkut
disolusi paling cepat. Hal ini menunjukkan
obat yang terlarut tersebut keluar dari dalam
dengan semakin lama proses co grinding akan
matriks melalui pori-pori matriks.
semakin
memperkecil
glimepirid,
sehingga
kelarutan
glimepirid.
ukuran
akan
partikel
Hasil perhitungan ANOVA satu arah
mempermudah
efisiensi disolusi serbuk glimepirid tunggal,
itu,
campuran fisik dan kompleks inklusi dengan
peningkatan laju disolusi ini juga terjadi akibat
menggunakan SPPS 17 menunjukkan bahwa
proses kompleksasi molekul glimepirid kedalam
nilai F hitung = 41,437 dengan Sig. = 0,000 (<
rongga
0,05),
β-siklodekstrin
kristalinitas
kompleks
Disamping
dan
penurunan
tersebut.
yang
berarti
Ho
ditolak.
Hal
ini
Adanya
menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi disolusi
perbaikan dalam hal keterbasahan, dispersi
dari glimepirid, campuran fisik dan kompleks
molekul dan luas permukaan yang lebih besar,
inklusi tersebut berbeda nyata. Pada uji Duncan,
penurunan derajat kristalinitas maka akan
terdapat perbedaan efisiensi disolusi yang
meningkatkan kecepatan disolusi molekul obat
siginifikan antara kompleks inklusi co-grinding
yang diinklusi kedalam molekul β-siklodekstrin.
30 menit, 2 jam, dan 4 jam. KESIMPULAN Lamanya
waktu
penggilingan pada
proses co grinding akan mempengaruhi laju disolusi kompleks inklusi yang dihasilkan. Semakin lama waktu penggilingan akan semakin meningkatkan laju disolusi obat. Model kinetika pelepasan glimepirid
UCAPAN TERIMA KASIH
dalam kompleks inklusi mengikuti persamaan model kinetika Korsemeyer-peppas dan Higuchi yang mengindikasikan mekanisme pelepasan
Terimakasih yang tak terhingga kepada PT. Tatarasa Primatama yang telah memberikan bantuan bahan baku glimperid.
menurut hukum difusi Fick’s. Pelepasan obat terjadi karena matriks hidrofilik pada obat akan mengambang di dalam medium disolusi dan akan membentuk lapisan tipis pada permukaan DAFTAR PUSTAKA Bekers, O., Ujitendaal, E.V., Beijnen, J.H., Bult, A., Udenberg, W.J.M., (1991). Cyclodextrin in Pharmaceutical Field. Drug Dev.Ind pharm, 17 (11), 1503-1549.
Chiou, W.L., &Riegelman, S., (1971). Pharmaceutical Applications of Solid Dispersion System. J Pharm Sci, 60(9), 1281-1302.
336
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Friedrich, H., Nada, A., Boidmeir, R. (2005). Solid State and Dissolution Rate Characterization of co-ground mixture of Nifedipine and Hydrophilic Carriers, Drug Dev. Ind Pharm, 31, 719-728. Garg, H., & Singh, S., (2009). Solid State Interaction of RaloxifeneHCl with Different Hydrophiliv Carriers During Co-grinding and its Effect on Dissolution Rate, Drug Dev. Ind Pharm, 35, 455-470. Gennaro, A.R. (1985). Remington Pharmacutical Sciences (17thed). Easton: Mack Publishing Company. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Loftsson, T., & Brewster, M.E., (1996). Pharmaceutical Applications of Cyclodextrins. 1. Drug Solubilization and Stabilization, J Pharm Sci. 85, (10), 1017-1024.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J. & Quinn, M. E. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Exipients (6thed). London: Pharmaceutical Press. Shirse, P., Rao, S.R., Iqbal, M.M., (2012). Formulation and Evaluation of Cyclodextrin Inclusion Complex Tablets of Water Insoluble Drug-Glimipiride. International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, 2(1), 2231-2781. Watson, D.G. (2010). Analisis Farmasi (edisi 2). Penerjemah: Winny R. Syarief. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
337