PENGARUH KUALITAS PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN (SIZE) DAN KOMPLEKSITAS BANK TERHADAP FRAUD PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2011-2013
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: NIDAUL HASANAH NIM : 1111046100051
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Nidaul Hasanah
No. Induk Mahasiswa
: 1111046100051
Jurusan
: Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya. 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data. Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 7 Juli 2015
Nidaul Hasanah
iii
ABSTRACT Nidaul Hasanah. 1111046100048. The effect of the Good Corporate Governance (GCG) performance quality, size and complexities on the fraud Islamic Banking Period 2011-2013. Concentration of Islamic Banking, Muamalat Studies Program, Faculty of Sharia and Law. Syarif Hidayatullah State Islamic University ,Jakarta, 2015 The purpose of this research is to investigate the influence of the Good Corporate Governance (GCG) performance quality, size and complexities on the fraud in the Islamic banks in 2011-2013. The dependent variabel in this research is the fraud. While, the independent variables are the GCG performance quality, size of the bank, and the complexities of the bank. The main issue in this research is the large number of the fraud in the banks which is caused by the low GCG performance quality. To identify the main issue above, this paper takes a research about the influence of the GCG performance quality, size and complexities on the fraud in the Islamic banks in 2011-2013. The study sample using proposive sampling method, the sample of 12 banks according to predetermined criteria, the data obtained from published by the Financial Services Authority in the yearly statistical report of Islamic banking, the annual report GCG Islamic banks and the annual financial statements of Islamic banks. The analytical method used was multiple regression. The results showed that Good Corporate Governance (GCG) performance quality, size and complexities simultaneously affected fraud. For Partial Resul t Good Corporate Governance (GCG) performance quality and size have no significant effeck on Fraud, while complexities significantly effected on Fraud.
Keywords: Good Corporate Governance, fraud, the complexities and size of the Islamic bank.
Supervisor: Edi Setiadi, S.E, M.M
iv
ABSTRAK Nidaul Hasanah. 1111046100051. Pengaruh Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran bank (size), kompleksitas bank terhadap Fraud Perbankan Syariah periode 2011-2013. Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengivestigasi pengaruh kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran (size) bank dan kompleksitas bank terhadap fraud pada Bank Syariah tahun 2011-2013.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fraud. Sedangkan variabel bebas adalah kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran (size) bank dan kompleksitas bank. Isu utama yang didiskusikan dalam penelitian ini adalah banyaknya kejadian fraud pada bank yang disebabkan oleh kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance yang kurang/tidak baik. Untuk menguji isu di atas, dilakukan penelitian mengenai kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran bank dan kompleksitas bank terhadap fraud yang terjadi pada Bank Syariah tahun 2011-2013. Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, sampel dari 12 bank yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, data yang diperoleh dari publikasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam laporan tahunan statistik perbankan syariah, laporan Good Corporate Governance tahunan Bank Syariah dan Laporan Keuangan tahunan Bank Syariah. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran bank (size) dan kompleksitas bank berpengaruh secara bersama-sama terhadap fraud. Untuk Hasil uji Parsial t Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance dan ukuran bank tidak berpengaruh signifikan terhadap fraud, sedangkan kompleksitas bank berpengaruh terhadap Fraud. Kata Kunci: Good Corporate Governance, ukuran (size), kompleksitas bank dan fraud Pembimbing :Edi Setiadi, S.E, M.M
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah wa syukurillah. Segala puji penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho, rahmat, nikmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH KUALITAS PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN BANK (SIZE), KOMPLEKSITAS BANK TERHADAP FRAUD PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2011-2013”. Shalawat serta salam selalu dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sang pencerah yang membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang saat ini. Penyusunan skripsi ini bertujuan sebagai salah salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi Muamalat Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan yang mungkin perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan tema yang sama dan juga penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak lain. Pada kesempatan ini, penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih yang teramat sangat kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam kesempatan kali ini. 1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan berjasa dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Edi Setiadi, S.E, M.M. selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, ilmu, serta meluangkan waktunya hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
vi
4. Bapak Dr. Alimin Mesra, M.Ag, selaku dosen penasihat akademik yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan dalam banyak hal. 5. Bapak Ali Rama, SE, M.Ec., selaku Dosen yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan dalam banyak hal. 6. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag dan Bapak Hermawan Setiawan, M.Kom selaku Dosen Penguji yang baik hatinya. 7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikkan dan ilmu yang telah diberikan mendapat balasan di sisi Allah SWT. 8. Seluruh Staf Karyawan TU, staf perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama, atas kemudahan dalam pembuatan surat dan juga peminjaman buku. 9. Kepada Yang Tercinta Ayahandaku tersayang H. Rahimin Misdja dan Ibundaku Tersayang Hj. Husnah yang telah mencurahkan segalanya bagi penulis. Tiada kata yang dapat menggambarkan segala budi yang telah Mereka lakukan demi keberhasilan penulis hanya do’a yang tak kan pernah putus agar Mereka selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT. 10. Kepada Abang-Abangku Ahmad Azhari dan Ahmad Munadi serta adikadikku Ummu Fadillah dan Nurfitriyati yang telah memberikan semangat baik moril maupun materil kepada penulis sampai skripsi ini terselesaikan. 11. Untuk Keluarga besar H.Misdja Arsyidin dan Keluarga besar H.Damanhuri atas bantuan moril dan materil yang telah diberikan kepada penulis. 12. Untuk Keluarga besar TKQ Al-Muhajirin At-Taqwa III Pamulang atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 13. Untuk sahabat-sahabatku Icun, Vivi, Wulan, Ayu, Tya, Amel, dan teman seperjuangan senasib sepenanggungan Amrina, Chea, Sherty, serta temanteman sekelasku tercinta di PS-B angkatan 2011, teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah angkatan 2011 atas dukungan dan doanya serta untuk kakak-kakak senior yang super sekali yaitu Kak Suci Apriliani Safitri, Kak Agustin Takarini, Kak Trika Novan Rachmadi, Kak Ida Ayu Calvandis, Kak Tya Riandini, Kak Asep Saefullah dan Ka Febriany Nancy yang telah banyak membantu.
vii
14. Untuk Laskar Lisensi (Lingkar Studi Ekonomi Syariah) , baik kakak-kakak, adik-adik dan teman-teman seperjuangan Ayu, Dina, Nur, Defri, Nima, Firda, Mutia, Ken, Latif dan yang lainnya yang tak dapat saya sebutkan satupersatu. 15. Teman-teman KKN SERSAN Riska, Ayu, Teh Novi, Ulep, Aci, Mba Hello, Teh Aqoy, Latif, Sufyan, Fandi, Umar dan Umay serta Warga Desa Tegal Panjang Cariu, Bogor atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna diakrenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak. Jakarta, 7 Juli 2015 Penulis,
(Nidaul Hasanah)
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................... i LEMBAR PENGESAHAAN PANITIA PENGUJI ......................... ii LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................iii ABSTRAK .......................................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................ vi DAFTAR ISI ....................................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 9 D. Kerangka Teori dan Konsep .......................................... 10 E. Sistematika Penulisan .................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Good Corporate Governance (GCG) ............................ 17 1. Pengertian Good Corporate Governance ................. 17 ix
2. Sejarah Good Corporate Governance....................... 19 3. Good Corporate Governance dalam Islam ............... 26 4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ........... 28 5. Tujuan dan Manfaat GCG ........................................ 31 6. Etika Bisnis dan Penerapan GCG ............................. 34 7. Pihak yang berpengaruh ............................................ 36 8. Penilaian Self Assessment GCG Bank Syariah ......... 37 9. Teori Keagenan ....................................................... 40 B. Ukuran (size) Bank ........................................................ 43 C. Kompleksitas Bank ........................................................ 44 D. Fraud ............................................................................. 45 1. Definisi Fraud ........................................................... 45 2. Kategori Tindak Kecurangan ................................... 47 3. Perilaku dan Indikasi Kecurangan ............................ 49 4. Fraud Triangle Theory ............................................. 54 E. Tinjauan Studi Terdahulu .............................................. 58 F. Hipotesis ........................................................................ 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................... 67 B. Metode Penentuan Sampel ........................................ 68
x
C. Metode Pengumpulan Data ....................................... 70 D. Metode Analisis Data ................................................ 71 1. Estimasi Model Data Panel ...................................... 72 a. Metode Common Effect ........................................ 72 b. Metode Fixed Effect Model .................................. 73 c. Metode Random Effect Model.............................. 74 2. Tahap Analisis Data ................................................. 75 a. Uji Chow ............................................................. 75 b. Uji Hausman ........................................................ 76 3. Uji Dasar Asumsi Klasik .......................................... 77 a. Uji Normalitas ..................................................... 78 b. Uji Multikolinearitas ........................................... 78 c. Uji Autokorelasi .................................................. 79 d. Uji Heteroskedastisitas ........................................ 81 4. Uji Signifikansi ......................................................... 82 a. Uji R2 ................................................................... 82 b. Uji Signifikansi Simultan .................................... 83 c. Uji Parsial ............................................................ 85 E. Operasionalisasi Variabel.......................................... 87
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian............................... 89 1. Gambaran Umum Perbankan Syariah ...................... 89 B. Pengujian dan Pembahasan ........................................... 96 1. Deskriptif Sampel .................................................... 96 2. Deskriptif Variabel .................................................. 97 a. Perkembangan Kualitas GCG ............................. 97 b. Perkembangan Ukuran Bank ............................... 99 c. Perkembangan Kompleksitas Bank ................... 100 d. Perkembangan Fraud ........................................ 101 C. Analisis dan Pembahasan ............................................ 102 1. Uji Pemilihan Regresi Data Panel ........................... 102 a. Uji Chow ........................................................... 102 2. Uji Asumsi Klasik ................................................... 106 a. Uji Normalitas ................................................... 107 b. Uji Multikolinearitas ......................................... 108 c. Uji Autokorelasi ................................................ 109 d. Uji Heteroskedastisitas ...................................... 110 3. Uji Signifikansi ....................................................... 111 a. Uji Model Regresi Data Panel Terpilih ............. 111 1) Adjusted R2 ............................................. 111 xii
2) Uji Pengaruh Simultan (F) ...................... 112 3) Uji Pengaruh Parsial (t) .......................... 113 D. Interprestasi.................................................................. 115 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ................................................................... 117 B. Saran ............................................................................. 118 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 120 LAMPIRAN PENELITIAN ........................................................... 124
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data BUS dan UUS .............................................................. 3 Tabel 1.2 Data Kasus Fraud .................................................................. 4 Tabel 2.1 Perhitungan Self Assesment GCG ...................................... 39 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................... 58 Tabel 3.1 Sampel Bank Syariah .......................................................... 69 Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ..................... 80 Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian .................................................... 96 Tabel 4.2 Deskriptive Statistics Kualitas GCG ................................... 98 Tabel 4.3 Deskriptive Statistics Ukuran Bank .................................... 99 Tabel 4.4 Deskriptive Statistics Jaringan Bank................................. 100 Tabel 4.5 Deskriptive Statistics Fraud.............................................. 102 Tabel 4.6 Uji Signifikansi Common Effect ....................................... 103 Tabel 4.7 Uji Signifikansi Fixed Effect............................................. 104 Tabel 4.8 Uji Signifikansi Random Effect ........................................ 105 Tabel 4.9 Uji Chow ........................................................................... 105 Tabel 4.10 Uji Normalitas ................................................................. 108 Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas ....................................................... 109 Tabel 4.12 Uji Autokorelasi .............................................................. 110 Tabel 4.13 Uji Glejser ....................................................................... 111 xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Konsep ............................................................ 15 Gambar 2.1 Fraud Triangle ............................................................... 55 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................... 66 Gambar 4.1 Perkembangan Kualitas GCG ......................................... 97 Gambar 4.2 Perkembangan Ukuran Bank (size) ................................. 99 Gambar 4.3 Perkembangan Jaringan Bank Syariah.......................... 100 Gambar 4.4 Perkembangan Fraud Bank Syariah ............................. 101
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Mentah .................................................................. 124 Lampiran 2 Uji Signifikansi Common Effect .................................... 125 Lampiran 3 Uji Signifikansi Fixed Effect ......................................... 126 Lampiran 4 Uji Signifikansi Random Effect ..................................... 127 Lampiran 5 Uji Chow........................................................................ 128 Lampiran 6 Uji Normalitas ............................................................... 128 Lampiran 7 Uji Multikolinearitas ..................................................... 129 Lampiran 8 Uji Autokorelasi ............................................................ 129 Lampiran 9 Uji Glejser ..................................................................... 129 Lampiran 10 Tabel Durbin Watson .................................................. 130
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sejak awal tahun 1990an terjadi krisis keuangan dan kebangkrutan yang melanda beberapa perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa seperti Enron (2001), Vivendis Universal (2002), Ahold (2003), dan Parmalat (2003). Krisis keuangan dan kebangkrutan ini tidak hanya melanda Amerika dan Eropa saja, akan tetapi melanda negara-negara maju lainnya serta negara-negara berkembang seperti negara-negara di Asia Tenggara. Menurut sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Bank Dunia, lemahnya implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah Good Corporate Governance merupakan salah satu faktor penentu krisis yang terjadi di Asia Tenggara1. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh Dewan Komisaris dan Auditor, serta kurangnya intensif eksternal untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui persaingan yang fair. Lemahnya penerapan good corporate governance inilah yang menjadi pemicu utama terjadinya berbagai skandal keuangan pada bisnis perusahaan. Banyak pihak yang mulai berpikir bahwa penerapan corporate governance menjadi suatu kebutuhan di dunia bisnis sebagai barometer 1
www.worldbank.org 1
akuntabilitas dari suatu perusahaan. Penerapan good corporate governance juga menjadi permasalahan yang penting dalam dunia perbankan. Pada saat krisis melanda tahun 1997, terdapat beberapa bank yang mengalami kebangkrutan, sehingga pemerintah melakukan kebijakan reformasi pada Maret 1999 dengan melakukan penutupan bank, pengambilalihan 7 bank, rekapitulasi 9 bank, dan mengistruksikan 73 bank untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi. Untuk mengatasi terjadinya krisis akibat lemahnya tata kelola bank, Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan perbankan yang lebih dikenal sebagai istilah Pakjan 2006. Pakjan 2006 tersebut berupa Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) Nomor 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum. Peraturan Perbankan Indonesia tersebut harus diterapkan oleh semua bank umum yang beroperasi di Indonesia, dan laporan pelaksanaannya yang pertama kali harus disampaikan untuk posisi laporan akhir Desember 2007. Peraturan tersebut berlaku untuk semua jenis bank umum, termasuk Bank Umum Syariah (BUS) dan bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Setelah terjadi krisis keuangan yang tahun 1997 tersebut, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini diawali dari satu-satunya bank syariah yang terbukti mampu bertahan dan termasuk kategori bank yang sehat, yakni Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesiapun cukup pesat, terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada tabel 1.1
2
Tabel 1.1 Data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Kelompok Bank
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Bank Umum Syariah
3
5
6
10
11
11
11
Unit Usaha Syariah
26
27
25
23
24
24
23
Sumber : outlook perbankan syariah tahun 2011, 2012 dan 20142 Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat, diharapkan mampu memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional. Seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah, Bank Indonesia pada tanggal 9 Desember 2009 mengeluarkan Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) Nomor 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mulai diberlakukan pada tahun 2010. Pengeluaran Peraturan Perbankan Indonesia (PBI) tersebut sejalan dengan keinginan masyarakat yang menginginkan perbankan syariah menunjukkan tanggung jawabnya kepada publik terkait dengan kegiatan operasional bank syariah yang diharapkan mematuhi ketentuan syariah. Penerapan good corporate governance juga merupakan wujud tanggung jawab kepada masyarakat bahwa bank syariah telah dikelola dengan baik, serta profesional dengan meningkatkan nilai pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya.
2
http://www.bi.go.id
3
Selain itu, perbankan syariah juga harus meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik, karena tata kelola perusahaan (corporate governance) yang buruk dapat menyebabkan terjadinya fraud (kecurangan) sebagaimana yang terjadi pada beberapa bank di Indonesia. Berdasarkan laporan Pengawasan Perbankan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 , jumlah kasus tindak pidana perbankan (tipibank) cukup besar sebagaimana digambarkan pada tabel berikut ini. Tabel 1.2 Data Kasus Fraud NO
Tahun
Jumlah Kasus
1.
Tahun 2006
163 kasus
2.
Tahun 2007
94 kasus
3.
Tahun 2008
127 kasus
4.
Tahun 2009
141 kasus
5.
Tahun 2010
88 kasus
6.
Tahun 2011
63 kasus
7.
Tahun 2012
66 kasus
sumber: laporan Pengawasan Perbankan tahun 2006-20123 Menurut data diatas menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya Good Corporate Governance pada tahun 2009, masih ditemukan adanya kasus Fraud yang terjadi baik itu di Bank Konvensional maupun. Bank Syariah. Hal ini disebabkan
3
http://www.bi.go.id
4
kurangnya pengendalian internal pada Bank tersebut. Lemahnya pengendalian menyebabkan adanya peluang terjadinya kasus Fraud yang banyak merugikan berbagai pihak. Salah satu permasalahan yang terjadi pada sektor perbankan diantaranya adalah kebobolan kredit fiktif miliaran rupiah dan dalam proses pembayarannya mengalami kemacetan. Belakangan ini diketahui kasus fraud di perbankan syariah di Indonesia, seperti kasus kredit fikif Rp 102 Milyar di Bank Syariah Mandiri cabang Bogor yang melibatkan seorang pengusaha developer rumah serta tiga pejabat Bank Syariah Mandiri Bogor. Dalam kasus ini dari 197 nama nasabah rumah yang diajukan, 133 di antaranya palsu. Terbukti dari KTP, surat tanah, dan bukti-bukti palsu lainnya untuk kelengkapan peminjaman.4 Dalam beberapa kasus, fraud menyebabkan kerugian pada bank yang jumlahnya cukup besar sehingga bank tersebut dapat ditutup atau dilikuidasi, di antaranya adalah bank Asiatic dan bank Dagang Bali yang dilikuidasi pada tahun 2005. Penutupan atau likuidasi akibat fraud tersebut sangat merugikan stakeholders antara lain pemerintah dan investor. Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relavan bila ditarik bahwa Good Corporate governance merupakan tantangan bagi bank untuk menemukan mekanisme yang menjamin kinerja bank yang lebih baik karena bank merupakan pilar penting bagi perekonomian dan menempati posisi yang dominan dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan, bank berperan sebagai sumber pembiayaan utama dalam perekonomian, terutama bagi negara-negara berkembang. 4
www.liputan6.com, diakses pada Selasa 28 Oktober 2014
5
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 dinyatakan bahwa good corporate governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsipprinsip
keterbukaan
(transparency),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), professional (professional), dan kewajaran (fairness).
Perbedaan GCG Syariah dan konvensional terletak pada shariah
compliance yaitu kepatuhan pada syariah. Jika dibandingkan dengan bankir konvensional, maka bankir syariah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam implementasi GCG di lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syariah membawa nama agama ke dalam lembaga bisnis. Keharusan tampilnya bankir syariah sebagai pionir penegakan GCG dibandingkan konvensional, menurut Algaoud dan Lewis5 karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional. Pertama, bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (sharia compliance) daalm menjalankan bisnisnya. Karenanya, DPS memainkan peran yang penting dalam governance structure perbankan syariah. Kedua, karena potensi terjadinya information asymetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relavan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme GCG menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah.
5
L. M.Algaoud dan M. K. Lewis, “Corporate Governance in Islamic Banking”: The case of Bahrain”, The International Journal of Business Studies, vol.7, no 1 (1999): h.56-86
6
Ketiga, dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya dimana nilai-nilai etika bisnis islami menjadi karakter yang penting dalam praktik bisnis perbankan syariah. Selain itu
Fraud juga dapat dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan dan
kompleksitas perusahaan. Dikarenakan ukuran bank dan kompleksitas bank membutuhkan pengendalian yang tinggi. Apabila pengendalian itu lemah maka hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya fraud di bank itu sendiri. Menyadari pentingnya pelaksanaan tata kelola yang baik tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kualitas pelaksanaan GCG terhadap fraud. Namun demikian karena terdapat faktor/variabel lain yang juga mempengaruhi fraud yaitu ukuran (size) perusahaan dan kompleksitas perusahaan maka dalam penelitian ini meneliti mengenai “PENGARUH KUALITAS PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN (SIZE) DAN KOMPLEKSITAS BANK TERHADAP FRAUD PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2011-2013”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dimana variabel Kualitas Pelaksanaan GCG, ukuran bank dan kompleksitas bank sangat memiliki keterkaitan dengan variabel Fraud. Hal itu sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya Fraud diantaranya Peluang, yang mana peluang itu yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Hal ini berkaitan dengan pengendalian
7
dan pengawasan perusahaan.
Lemahnya pengendalian internal menyebabkan
adanya peluang terjadinya Fraud di Perbankan Syariah. Selain itu faktor tekanan dan rasionalisasi juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya Fraud diantaranya gaya hidup, tuntutan ekonomi, sikap, karakter dll. Faktanya setelah berlakunya Good Corporate Governance (GCG) di Bank Syariah tetapi masih ditemukan berbagai masalah diantaranya masih ditemukan adanya kasus Fraud di Bank Syariah, Kinerja Bank Syariah masih terlihat buruk, Ukuran (size) Bank Syariah masih kecil bila dibandingkan dengan Bank konvensional dan kompleksitas Bank Syariah masih kecil bila dibandingkan dengan Bank konvensional.
Permasalahan-permasalahan
tersebut
dapat
mempengaruhi
perekonomian suatu bank dan Negara. Dengan demikian karena adanya keterbatasan data yang dimiliki maka penulis membatasi masalah dengan faktor peluang yang dapat menyebabkan terjadinya Fraud diantaranya Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran Bank dan kompleksitas Bank terhadap Fraud di Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2013. Yang mana objek penelitian ini yaitu 12 sampel Bank Syariah yang terdiri 9 Bank Umum Syariah (BUS) dan 3 (Unit Usaha Syariah) UUS. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut,
maka dapat
dirumuskan
pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, Ukuran Bank (size) dan Kompleksitas Bank berpengaruh terhadap Fraud pada perbankan 8
syariah secara simultan? 2. Apakah Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, Ukuran Bank (size) dan Kompleksitas Bank berpengaruh terhadap Fraud pada perbankan syariah secara parsial? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance , Ukuran Bank (size) dan Kompleksitas Bank terhadap Fraud perbankan syariah secara simultan. b. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance, Ukuran Bank (size) dan Kompleksitas Bank terhadap Fraud perbankan syariah secara parsial. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah: a. Dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti pribadi
mengenai
pengaruh
pelaksanaa
Good
Corporate
Governance, ukuran (size) dan kompleksitas terhadap Fraud pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. b. Dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah
9
ada maupun yang akan dilakukan. c. Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai pengaruh pelaksanaan Good Corporate Governance terhadap Fraud pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. d. Membantu
memberikan
saran
dan
masukan
bagi
bank
syariah mengenai seberapa besar pengaruh Good Corporate Governance,
ukuran (size) dan kompleksitas terhadap fraud ,
sehingga dapat mengambil keputusan lebih tepat dalam mengatur sistem tata kelola yang baik. e. Membantu memberikan saran dan masukan bagi bank syariah agar dapat mencegah terjadinya fraud yang dapat merugikan berbagai pihak. f. Menambah informasi dan pengetahuan masyarakat pengaruh pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran (size) dan kompleksitas terhadap Fraud di Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. D. Kerangka Teori dan Konsep Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana
10
Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku Fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.6 Fraud terjadi disebabkan oleh tekanan, peluang dan rasionalisasi. Pada dasarnya dalam perbankan syariah terdapat dua type Kecurangan (Fraud) yaitu eksternal dan internal. Kecuragan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan oleh pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintah dan lainnya. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan,manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Dalam hal ini penulis menggunakan kecurangan internal yang terjadi di Bank Syariah. yang mana dapat diukur dengan total jumlah kasus Fraud yang terjadi di Bank Syariah baik yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap. Lebih lanjut penyebab terjadinya Fraud dapat mempengaruhi sistem tata kelola suatu bank. Dimana dalam penelitian ini variabel Kualitas pelaksanaan Good Corporate Governance, ukuran Bank dan Kompleksitas Bank digunakan sebgai faktor yang mempengaruhi Fraud dari sisi Peluang terjadinya Fraud di Bank Syariah. Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), 6
pertanggungjawaban
(responsibility),
profesional
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/ 28 /DPNP
11
(professional),
dan
kewajaran
11/33/PBI/2009 tanggal
(fairness)7.
Berdasarkan
PBI
No.
7 Desember 2009 dan Surat Edaran BI No.
12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat diukur dengan perhitungan nilai komposit Self Assessment GCG yaitu Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan terhadap 11 (sebelas) faktor diantaranya Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris, Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite, Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS, Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa, Penanganan benturan kepentingan, Penerapan fungsi audit intern, Penerapan fungsi kepatuhan, Penerapan fungsi audit ekstern, Transparansi kondisi keungan dan non keuangan, laporan pelaksanaan good corporate governance dan pelaporan internal dan Batas maksimum penyaluran dana. Hasil dari perhitungan Self Assesment Bank menunjukkan Sistem tata kelola Bank dalam predikat baik atau tidak.
Apabila bank
memiliki nilai komposit < 1,.5 maka bank tersebut diberi predikat “ Sangat Baik”. Sedangkan apabila bank memiliki 3.5 ≤ nilai komposit < 4.5 diberi predikat “ Kurang Baik. Semakin kecil nilai komposit Bank maka menunjukkan bank tersebut semakin baik tata kelola perusahaannya. begitupun sebaliknya semakin besar nilai komposit Bank maka menunjukkan 7
pbi no 11/33 /2009
12
bank tersebut semakin buruk tata kelola perusahaannya. Tata kelola perusahaan sangat penting dan erat sekali dengan Fraud. Menurut sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Bank Dunia, lemahnya implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah Good Corporate Governance merupakan salah satu faktor penentu krisis yang terjadi di Asia Tenggara. Sedangkan suatu ukuran yang menunjukkan besar kecil suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total penjualan, rata- rata tingkat penjualan dan total aktiva. Ukuran yang didapat dari total asset yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. total asset menggambarkan kemampuan dalam mendanai investasi yang menguntungkan dan kemampuan yang memperluas pasar serta memiliki prospek kedepan yang baik. Bank yang sehat diinterpretasikan dengan kualitas aset yang baik. Total asset sangat sensitif karena berkaitan dengan keuangan, apabila tidak adanya pengendalian internal dan pengawasan yang tinggi akan menyebabkan Fraud. Semakin besar bank tersebut maka total assetnyapun semakin besar dan peluang terjadinya Fraud cukup tinggi. Hal ini terjadi pada perusahaan top di Amerika dan Eropa seperti Enron dan Parmalat yang bangkrut disebabkan melakukan manipulasi keuangan (Fraud). Hal ini berdampak krisis keuangan yang melanda di Negara-negara di dunia. Sedangkan kompleksitas usaha Bank antara lain keragaman jenis transaksi/produk/jasa dan jaringan usaha. kompleksitas dalam penelitian ini
13
adalah digunakan ukuran jumlah kantor bank (Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas). Bank yang mempunyai jumlah jaringan kantor banyak akan semakin komplek. Kompleksitas bank membutuhkan pengendalian yang tinggi. Dengan keterbatasan Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) bank, tidak semua kantor bank dapat diperiksa setiap tahun. Hal tersebut menyebabkan kejadian terlambat diketahui dan mendorong terjadinya fraud. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori dan hasil penelitian sebelumnya permasalahan yang telah dikemukakan, maka kerangka konsep dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut:
14
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Perbankan Syariah di Indonesia Laporan Keuangan, Laporan GCG periode 2011-2013 & Laporan Statistik Perbankan Syariah
Variabel Independen: KuaGCG (X1), Size (X2), KomBANK (X3)
Variabel Dependen: Fraud (Y)
Model Estimasi Data Panel
Fixed Effect
Common Effect
Uji Chow
Random Effect
Uji Hausman
Model Estimasi Terpilih Uji Asumsi Klasik
Normalitas
Uji t
Autokorelasi
Multikolinearitas s Uji F
Heteroskedastisit as
Uji Adjusted R2
Interpretasi Kesimpulan
15
E. Sistematika Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah mengacu pada “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-2012”. BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan latar belakang, , batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka teori dan konsep. BAB II: TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan menguraikan teori terkait Good Corporate Governance, ukuran (size), kompleksitas bank serta Fraud, review terdahulu dan perumusan hipotesis penelitian. BAB III: GAMBARAN UMUM & METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Good Corporate Governance (GCG) 1. Pengertian Good Corporate Governance Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Good Corporate Governance dalam Islam itu memiliki perbedaan, GCG dalam islam memiliki fitur unik dan menyajikan karakteristik khas dibandingkan dengan konsep barat Anglo-Saxon dan model Eropa. Ini menggabungkan unsur Tauhid, Syura, aturan syariah dan memelihara tujuan pribadi tanpa mengabaikan tugas sosial kesejahteraan. Sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal. Komite Cadbury, misalnya, pada tahun 1992 – melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadbury Report mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadbury, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan 17
serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, Manajer, Pemagang Saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.1 Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggungjawaban
(responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness).2 Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001) punya definisi lain, menurut mereka pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut Bank Dunia, Good Corporate Governance (GCG) adalah kumpulan dari hukum, regulasi dan peraturan yang mengisi dan mendorong kinerja sumber daya perusahaan agar berfungsi secara efisien.
1
Sedarmayanti, “ Good Governance (kepemerintahan yang baik) dan Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju), h. 53 2 pbi no 11/33 /2009
18
Dari definisi tentang Corporate Governance diatas, maka dapat diketahui adanya aspek-aspek penting dari Corporate Governance
yang
perlu dipahami oleh perusahaan agar dapat bersaing dalam dunia bisnis adalah: 1) Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan diantaranya yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan Direksi. 2) Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat kepada seluruh stakeholder. 3) Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat dan benar pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan. 4) Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan informasi yang materiil dan relevan. 2. Sejarah Good Corporate Governance3 Kebangkrutan beberapa perusahaan besar seperti Enron, WorldCom, Tyco International, dll diakhir tahun 2001 dianggap sebagai fondasi penting era baru corporate governance di penjuru dunia. Kebangkrutan itu terjadi meskipun perusahaan-perusahaan tersebut telah menerapkan
3
Jurnal Manajemen Teknologi, “Konsep Corporate Governance di Indonesia: Kajian atas Kode Corporate Governance”, Volume 10 No 2 tahun 2011. Miko Kamal PhD Candidate Macquarie University Australia
19
konsep corporate governance. Enron dan WorldCom, contohnya, memiliki non-eksekutif direktur ketika bencana itu datang. Maknanya, konsep lama corporate governance Amerika tidak berdaya melindungi perusahaan-perusahaan tersebut dari kebangkrutan. Beberapa saat setelah tragedi, 30 Juli 2002, Kongres Amerika mengesahkan undang undang baru, the Sarbanes-oxley Act of 2002 (SOX) yang dikenal sebagai the Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002. Ini adalah reformasi hukum yang paling penting berkenaan dengan corporate governance di Amerika, yang mewajibkan seluruh perusahaan yang terdaftar di bursa efek yang tunduk kepada aturan the Security and Exchange Commission (SEC) untuk mematuhinya. Yang berarti bahwa seluruh perusahaan-perusahaan terdaftar (listed companies) harus mematuhi seluruh persyaratan-persyaratan yang tersusun di dalam SOX yang disebut dengan mandatory model. Mandatory corporate governance adalah
setiap
perusahaan
harus
memenuhi
semua
aturan
yang
dipersyaratan undang undang, diikuti penjatuhan sanksi bagi perusahaan yang tidak mematuhinya. Para pendukung mandatory model mengatakan bahwa SOX merupakan jalan cepat dalam penyelesaian persoalan yang sedang
dihadapi
perusahaan-perusahaan
Amerika.
Paul
Atkins,
komisioner SEC, mengatakan bahwa dunia saat ini membutuhkan sistim corporate
governance
yang
keras
yang
mampu
mengeliminasi
20
kecurangan, korupsi, dan praktik-praktik menyimpang lainnya. Lebih jauh, Atkins menjelaskan bahwa dengan hanya mempergunakan soft law, misalnya, mewajibkan sebuah perusahaan mempekerjakan sejumlah nonexecutive director tidak dapat menghalangi terjadinya bencana tersebut. Dengan kata lain, Atkins menegaskan bahwa bencana besar itu tak terhambat meskipun Enron dan WorldCom telah mempekerjakan sejumlah non-eksekutif direktur sebagaimana yang dipersyaratkan prinsip corporate governance kala itu . Tidak sebagaimana Amerika, Australia adalah salah satu negara yang mempergunakan sistim voluntary corporate governance. The Australia Stock Exchange Corporate Governance Council secara eksplisit menyatakan bahwa the Principles of Good Corporate
Governance
and
the
Best
Practice
Recommendation
mempergunakan voluntary sistim, yakni perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listed companies) boleh tidak memenuhi ketentuan yang dimanatkan oleh Kode corporate governance tapi harus memberikan alasan
yang
tepat
perihal
mengapa
perusahaan
tersebut
tidak
mematuhinya. Sistim Australia berlandaskan kepada prinsip dasar “if not why not”, kebalikan dari pendekatan “one size fits all” yang berlaku di Amerika. Yang mendasari konsep corporate governance Australia adalah kebebasan pasar dalam menentukan pilihan penting atau tidaknya
21
perusahaan-perusahan mengikuti aturan yang dipersyaratkan dengan pertimbangan kondisi masing-masing perusahaan. Dengan kata lain, para pembuat Kode Australia kelihatannya memberikan kebebasan kepada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk membangun sistim mereka sendiri dalam menjalankan bisnis sepanjang mereka dapat memberikan alasan yang logis mengapa mereka tidak mematuhi prinsip yang tertuang dalam Kode. Model Australia ini barangkali diadopsi dari model Inggris yang dapat dilihat di the 2000 Code on Corporate Governance of the UK, yang sering disebut dengan the Combined Code on Corporate
Governance.
Pelaksanaan
voluntary
sistim
corporate
governance di Inggris dapat dipelajari pada paragraf 4 pembukaannya yang menyatakan dua hal: Pertama, perusahaan terdaftar (listed companies) diberikan kebebasan untuk membuat formulir pernyataan keterbukaan (disclosure statement). Kedua, tidak ada kewajiban bagi seluruh perusahaan terdaftar untuk menjalankan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Kode. Apabila perusahaan tidak mematuhi atau tidak memenuhi salah satu atau beberapa prinsip, maka perusahaan tersebut harus menjelaskannya, ini dikenal dengan pendekatan “comply or explain” (The Combined on Corporate Governance 2003). Sebagaimana Australia, filosofi dari pendekatan “comply or explain” di Inggris adalah untuk memberikan perhatian kepada kepada perusahaan-perusahaan kecil.
22
Nampaknya pembuat Kode sadar bahwa banyak perusahaan-perusahaan kecil di Inggris yang mungkin saja tidak cocok apabila dipaksa tunduk kepada substansi dari Kode tersebut. Oleh karena itu, perusahaanperusahaan kecil terdaftar itu diizinkan menjalankan bisnis mereka di bawah model lain dengan memberikan alasan yang substantif. Dengan kata lain, the UK Combine Code sadar bahwa tidak semua perusahaan terdaftar membutuhkan model tunggal dalam mengoperasionalkan perusahaan. Bagaimanapun, kedua model (mandatory dan voluntary) didisain untuk memperkuat posisi perusahaan-perusahaan dengan pemilik saham
yang
tersebar
ketimbang
perusahaan-perusahaan
dengan
kepemilikan yang terkonsentrasi. Perdebatan tentang mandatory dan voluntary secara esensial bukanlah tentang sistim mana yang lebih cocok diterapkan kepada perusahaan secara umum. Akan tetapi ini adalah dua perspektif yang bermaksud menyelesaikan agency problem yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan dengan pemegang saham yang tersebar. Dalam pandangan pendukung mandatory model, hukum berperan penting atau dibutuhkan untuk menyelesaikan agency problem. Pendukung mandary model corporate governance juga sering dikategorikan sebagai pendukung “law matters” . Dari sisi praktis, SOX adalah produk dari “law matters” tesis yang secara esensial menyatakan bahwa hukum berperanan penting dalam melindungi pemegang saham, khususnya pemegang saham
23
minoritas dari kecurangan para orang dalam. Tujuan akhir dari “law matters”
tesis
adalah
untuk
mempromosikan
pasar
modal
dan
pertumbuhan ekonomi yang akan dapat dicapai melalui proteksi maksimal hak-hak pemegang saham yakni pemegang saham minoritas sebagai pemain utama pasar modal. Faktanya, corporate governance mulai eksis sepanjang tahun 1990-an manakala deregulasi dan internasionalisasi pasar modal mulai bergerak tumbuh, dan pada saat yang bersamaan institusional investment melalui dana pensiun mulai berkembang di Amerika dan Inggris. Dominasi institusional investment di pasar modal juga berlaku di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2010, 73.9 % dari total foreign investors yang berinvestasi di BEI adalah institusional investor. Thomsen menyimpulkan bahwa corporate governance adalah agenda utama para pemegang saham institusi (institutional shareholder). Corporate governnace di Indonesia berhubungan erat dengan krisis finansial Asia Selatan 1997. Krisis dimulai dari Negara Thailand, Philipina, Indonesia, Malaysia dan Korea Selatan. Krisis datang hanya beberapa bulan setelah the World Bank mengeluarkan laporannya tentang macan ekonomi Asia, yang menginspirasi negara berkembang lainnya. Tabalujan mengatakan bahwa krisis Asia 1997 merupakan tonggak sejarah perkenalan konsep the Anglo-American corporate governance di
24
Indonesia. Beliau mengatakan bahwa keadaan keuangan Indonesia tahun 1997 sangat memprihatinkan dikarenakan nilai rupiah pada pertengahan Agustus 1997 terjun bebas sampai 27% terhadap dollar Amerika. Selain itu krisis Asia Selatan berdampak besar terhadap sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada saat itu mata uang Indonesia mengalami depresiasi hampir 80% dan beberapa bisnis terutama sektor perbankan menjadi sangat buruk. Untuk menghadapi kondisi buruk itu, pemerintah Indonesia membutuhkan suntikan dana. Pada saat itu The International Monetary Funds (IMF) menawarkan bantuan bersyarat yaitu akan memberikan pinjaman apabila pemerintah Indonesia bersedia memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu diantaranya, komitmen untuk memperbaiki sistim corporate governance. Menurut IMF pada saat itu sistim corporate governance Indonesia menjadi salah satu titik lemah bangunan perekonomian Indonesia. Sebagaimana yang terbaca di dalam 5 Letters of Intent pemerintah Indonesia kepada IMF, Indonesia setuju dengan seluruh persyaratan yang diajukan IMF. Dari perspektif sejarah, kelahiran corporate governance di Indonesia tidaklah berdasarkan inisiatif lokal. Konsep itu lahir di Indonesia karena perintah orang luar (IMF); Indonesia mengadopsi corporate governance IMF sebab tidak ada opsi lain untuk dapat keluar dari krisis keuangan kala itu.
25
3. Good Corporate Governance dalam Islam Konsep tentang Good Corporate Governance secara universal sangat erat kaitannya dengan ajaran agama-agama yang ada. Prinsip Good Corporate Governance ternyata selaras dengan ajaran agama islam. Meskipun Islam selalu memperkenalkan etika yang baik, moral yang kuat, integritas, serta kejujuran, tidaklah mudah untuk menggabungkan nilai-nilai etika seperti itu menjadi Good Corporate Governance yang islami. Akibatnya, dalam prakteknya, sebagian besar dari perusahaan „Islam‟ menggunakan standar tata kelola perusahaan konvensional yang mungkin tidak konsisten dengan nilainilai Islam. Perspektif Islam melihat tata praktek perusahaan sebagai kewajiban Muslim kepada Allah, sehingga mengarah kepada kontrak 'implisit' dengan Allah dan kontrak eksplisit dengan manusia. 4 Good Corporate Governance dalam islam memiliki fitur unik dan menyajikan karakteristik khas dibandingkan dengan konsep barat AngloSaxon dan model Eropa. Ini menggabungkan unsur Tauhid, Syura, aturan syariah dan memelihara tujuan pribadi tanpa mengabaikan tugas sosial kesejahteraan. Islam juga percaya bahwa kegiatan sehari-hari seseorang dan transaksi perusahaan harus didasarkan pada nilai-nilai kejujuran, ketegasan, rasa hormat, keadilan, toleransi, kesabaran, dan kejujuran, bukan kebohongan, keangkuhan, pembangkangan, iri, dengki, fitnah dan membesarkan diri. Ini 4
Islamic Financial Services Board (IFSB), “ Guiding Principles On Corporate Governance For Institutions Offering Only Islamic Financial Services (Excluding Islamic Insurance (Takaful) Institutions And Islamic Mutual Funds” 2005, h.15
26
juga harus diwujudkan dalam keterlibatan individu pada kegiatan usaha dan operasi serta hubungan mereka dengan semua stakeholder masing-masing. Secara keseluruhan, pandangan Islam tentang tata kelola perusahaan lebih komprehensif daripada pandangan stakeholder dan erat kaitannya dengan nilai-nilai etika dalam Islam. Umar M. Chapra dalam Islam and Economic Challenge (2002) menyatakan bahwa dalam sistem ekonomi islam yang telah diterapkan pada beberapa negara muslim antara lain menggunakan prinsip syariah yang lebih menekankan pada aspek harmoni. Prinsip syariah erat hubungannya dengan GCG, karena lebih menekankan pada bagi hasil (profit sharing) yang berarti lebih menonjolkan aspek win-win solution, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dalam berbisnis. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di lembaga keuangan islam perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku secara spesifik di suatu negara maupun nilai-nilai GCG yang berlaku umum didalam mejaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
27
4. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance5 Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari Good Corporate Governance (GCG) yaitu: 1) Transparency (keterbukaan informasi), yaitu
keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam hubungannya dengan islam, konsep transparency (keterbukaan informasi) telah diungkapkan oleh Allah dalam potongan ayat berikut: ٰٓ ٰۤ ب َ ٰيـاَيٍَُّا انَّ ِز ۡيهَ ٰا َمىُ ُٰۡۤا اِ َرا تَذَايَ ۡىتُمۡ تِذ َۡي ٍه اِ ٰنى اَ َج ٍم ُّم َس ّمًّى فَ ۡاكتُث ُُۡيُ ََ ۡنيَ ۡكتُة ت َّۡيىَ ُكمۡ َكاتِ ٌۢة تِ ۡان َع ۡذ ِل ََ ََل يَ ۡا ّ ٰ ًُة َك َما َعهَّ َم …..للاُفَ ۡهيَ ۡكتُ ۡة َ َُكاتِة اَ ۡن ي َّۡكت “Wahai
orang-orang
yang
beriman!
Apabila
kamu
menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi tempo hingga ke suatu masa yang tertentu, maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa bayarannya) itu. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil (benar). Dan janganlah seseorang penulis enggan menulis sebagaimana Allah telah mengajarkannya…...” (Q.S. Al-Baqarah:282) 2) Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 5
Syopiansyah Jaya Putra dan Yususf Durachman, “Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual (HKI)”, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 62
28
3) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini sangat dianggap sebagai suatu perbuatan yang baik dalam islam, sehingga setiap individu dalam perusahaan harus memiliki rasa pertanggungjawaban yang tinggi dalam pekerjaan mereka sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat Al-Qur‟an berikut: ّ ٰ ٰٰۤيـاَيٍَُّا انَّ ِز ۡيهَ ٰا َمىُ ُۡا ََل تَ ُخ ُۡوُُا َ﴾۷۲﴿ للاَ ََان َّرس ُُۡ َل ََتَ ُخ ُۡوُ ُٰۡۤا اَمٰ ٰىتِ ُكمۡ ََاَ ۡوـتُمۡ ت َۡعهَ ُم ُۡن “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang
dipercayakan
kepadamu,
sedang
kamu
mengetahui.” (Q.S. Al Anfaal:27) 4) Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5) Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
29
Dalam Al-Qur‟an, prinsip fairness ini dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 58 : ٰٓ للا ي ۡام ُر ُكمۡ اَ ۡن تُ َؤ ُّدَا ۡاَلَمٰ ٰى ٰ ّ ٰ اس اَ ۡن ت َۡح ُك ُم ُۡا تِ ۡان َع ۡذ ِل اِ َّن للاَ وِ ِع َّما ِ ُ َ َ ّ اِ َّن ِ َّت اِ ٰنى اَ ٌۡهٍَِا ۙ ََاِ َرا َح َكمۡ تُمۡ تَ ۡيهَ انى ّ ٰ يَ ِعظُ ُكمۡ تًِاِ َّن ﴾۸۵﴿ ص ۡيرًّ ا ِ َللاَ َكانَ َس ِم ۡي ٌۢ ًّعا ت “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. An-Nisaa:58) Dalam mengurus perusahaan, prinsip prinsip GCG diatas sebaiknya diimbangi dengan Good Faith (bertindak atas itikad baik) dan kode etik perusahaan serta pedoman
Corporate Governance, agar visi dan misi
perusahaan dapat terwujud. Pedoman Corporate Governance yang telah dibuat hendaknya dijadikan kode etik perusahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan GCG secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting karena mengingat kecenderungan aktifitas usaha yang semakin mengglobal dan dapat dijadikan sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang lebih baik. Melalui
pemenuhan
kepentingan
yang
seimbang,
benturan
kepentingan yang terjadi di dalam perusahaan dapat diarahkan dan dikontrol
30
sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan timbulnya kerugian bagi suatu perusahaan. Berbagai macam korelasi antara implementasi prinsip-prinsip GCG didalam suatu perusahaan dengan kepentingan para pemegang saham, kreditor, manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, dan tentunya para anggota
masyarakat,
merupakan
indikator
tercapainya
keseimbangan
kepentingan. 5. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance Prinsip Good Corporate Governance diharapkan menjadi titik rujukan pembuat kebijakan (pemerintah) dalam membangun kerangka kerja penerapan Corporate Governance. Bagi pelaku usaha dan pasar modal, prinsip ini dapat menjadi pedoman mengelaborasi praktek terbaik bagi peningkatan nilai dan keberlangsungan perusahaan. Dalam keputusan BUMN Nomor: Kep.117/M-MBU/2000 diutarakan bahwa penerapan Good Corporate Governance pada BUMN, bertujuan untuk :6 1) Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
6
Sedarmayanti, “ Good Governance (kepemerintahan yang baik) dan Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik)”, (Bandung: CV. Mandar Maju), h. 61
31
2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. 3) Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggug jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN. 4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5) Meningkatkan investasi nasional. 6) Mensukseskan program privatisasi. Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan denga keputusan yang menguntungkan diri sendiri,
dan
umumnya
Corporate
Governace
dapat
meningkatkan
kepercayaan investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan investor, lemahnya praktik Good Governance merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di negara. Esensi Good Corporate Governance
adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap shareholder dan pemakai kepentingan
32
lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih, 2003). Disamping hal tersebut Corporate Governance juga mempunyai manfaat. Menurut FCGI (2001) manfaat dari penerapan GCG adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan
kinerja
perusahaan
melalui
terciptanya
proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2) Mempermudah
diperolehnya
dana
pembiayaan
yang
lebih
murahsehingga dapat lebih meningkatkan corporate value. 3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. Manfaat Good Corporate Governance (GCG) ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global.
33
6. Etika Bisnis dan Penerapan Good Corporate Governance7 1) Code of Corporate and Business Conduct Kode etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan praktek-praktek etika bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan. Apabila prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan & pimpinan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi “mana yang boleh” dan “mana yang tidak boleh” dilakukan dalam aktivitas ekonomi perusahaan. Pelanggaran atas kode etik merupakan hal yang serius, bahkan dapat termasuk kategori yang melanggar hukum. 2) Nilai Etika Perusahaan Kepatuhan pada kode etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai pemegang saham (stakeholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip 7
Syopiansyah Jaya Putra dan Yususf Durachman, “Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual
(HKI)”, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 62-66
34
GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerjasama. Beberapa contoh etika yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan (conflict of interest). - Informasi rahasia Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada pihak lain yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh hukum apabila informasi tersebut berharga bagi pihak lain dan pemiliknya melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindunginya. Beberapa kode etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus melindungi informasi rahasia perusahaan dan termasuk Hak Kekayaaan Intelektual (HKI) serta harus memberi respek terhadap hak yang sama dari pihak lain. - Conflict of Interest Seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang bebas dari suatu benturan kepentingan dengan perusahaan. Suatu benturan kepentingan dapat timbul bila karyawan dan pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung maupun tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil suatu keputusan, dimana
35
keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari keragu-raguan dan demi kepentingan perusahaan. - Sanksi Setiap karyawan dan pemimpin perusahaan yang melanggar ketentuan dan kode etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan. Beberapa tindakan karyawan dan pimpinan perusahaan yang termasuk kategori pelanggaran terhadap kode etik, antara lain mendapatkan, memakai atau menyalahkan asset milik perusahaan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, secara fisik mengubah atau merusak asset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan menghilangkan asset perusahaan. 7. Pihak yang Berpengaruh Beberapa jabatan berikut ini sudah semestinya menguasai apa itu GCG/Good Corporate Governance, diantaranya: Dewan Komisaris, Direksi, Corporate Secretary, Komite Audit, Komite GCG, Bagian Legal dan Compliance,
36
Internal Audit perusahaan BUMN & Swasta, Dana Pensiun, Yayasan/Koperasi, Dan siapapun yang hendak mengimplementasikan GCG. 8. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank Syariah di Indonesia8 Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, perhitungan nilai komposit Self Assessment GCG adalah sebagai berikut: a. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan terhadap 11 (sebelas) faktor sebagai berikut: 1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris 2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS 5) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa 6) Penanganan benturan kepentingan 8
PBI No. 11/33/PBI/2009
37
7) Penerapan fungsi audit intern 8) Penerapan fungsi kepatuhan 9) Penerapan fungsi audit ekstern 10) Transparansi kondisi keungan dan non keuangan, laporan pelaksanaan good corporate governance dan pelaporan internal 11) Batas maksimum penyaluran dana b. Menyususn analisis self assessment, dengan cara membandingkan pemenuhan setiap kriteria/indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat masing-masing kriteria/indikator. Adapun kriteria peringkat adalah sebagai berikut: 1) Peringkat 1 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan Kriteria/indikator 2) Peringkat 2 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan Kriteria/indikator 3) Peringkat 3 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan Kriteria/indikator 4) Peringkat 4 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan Kriteria/indikator 5) Peringkat 5 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan Kriteria/indikator
38
c. Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank mengalikan peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot tertentu. Bobot masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.1 Bobot Perhitungan Nilai Komposit Self Assesment GCG Menurut Bank Indonesia No
Faktor
Bobot (%)
1
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris
12,5
2
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi
17,5
3
Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite
10
4
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS
10
5
Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimunan dana
5
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa 6
Penanganan benturan kepentingan
10
7
Penerapan fungsi audit intern
5
8
Penerapan fungsi kepatuhan
5
9
Penerapan fungsi audit ekstern
5
10
Transparansi kondisi keungan dan non keuangan, laporan
15
pelaksanaan good corporate governance dan pelaporan internal 11
Batas maksimum penyaluran dana Total
5 100
39
d. Untuk mendapatkan nilai komposit, Bank menjumlahkan nilai dari seluruh faktor. Berdasarkan nilai komposit tersebut, Bank merupakan predikat komposit sebagaimana tabel berikut: 1) Nilai Komposit < 1,.5 diberi predikat “ Sangat Baik” 2) 1.5 ≤ Nilai Komposit < 2.5 diberi predikat “ Baik” 3) 2.5 ≤ Nilai Komposit < 3.5 diberi predikat “ Cukup Baik” 4) 3.5 ≤ Nilai Komposit < 4.5 diberi predikat “ Kurang Baik” 5) 4.5 ≤ Nilai Komposit £.5 diberi predikat “Tidak Baik” 9. Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan. Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk memberi hak pengendalian residual kepada manajer (residual control right) yakni hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat di kontrak.
40
Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dijelaskan bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Pihak pemilik (principal) termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan manajer (agent) termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency
41
problems adalah adanya asymmetric information. Asymmetric Information adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah: 1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan halhal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja 2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan di mana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas. Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda. Secara khusus teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan perkerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati,2005). Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk
42
melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua adalah masalah pembagian resiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Dengan demikian, prinsipal dan agen mungkin memiliki preferensi tindakan yang berbeda dikarenakan adanya perbedaan preferensi resiko. 9 B. Ukuran (size) Bank Suatu ukuran yang menunjukkan besar kecil suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total penjualan, rata- rata tingkat penjualan dan total aktiva. Ukuran yang didapat dari total asset yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Widjaja (2009) total
asset
menggambarkan
kemampuan
dalam
mendanai
investasi
yang
menguntungkan dan kemampuan yang memperluas pasar serta memiliki prospek kedepan yang baik. Bank yang sehat diinterpretasikan dengan kualitas aset yang baik. Bank dengan kualitas aset yang baik lazimnya pendapatannya juga baik, akan tetapi besar aset yang dimiliki oleh bank tidak berarti jika seluruhnya merupakan aset beresiko. Bank yang memiliki jumlah aset yang besar didalamnya juga mempunyai pinjaman dalam bentuk valas sehingga berubah besar saat rupiah melemah. Ukuran perusahan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung dari total aset. Menurut agency theory adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk 9
Restie Ningsaptiti,” Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba, (Skripsi S1 Fakultas Eknomi, Universitas Diponegoro Semarang, 2010), h.19-21.
43
melakukan manajemen laba, sehingga semakin besar manajemen laba perusahaan semakin besar pula ukuran perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil manajemen laba maka semakin pula ukuran perusahaan tersebut.10 C. Kompleksitas Bank Menurut Bank Indonesia, kompleksitas usaha Bank antara lain keragaman jenis transaksi/produk/jasa dan jaringan usaha. Bank yang dianggap memiliki ukuran dan kompleksitas yang tinggi antara lain apabila memenuhi salah satu kondisi berikut: (1) bank yang memiliki total aktiva sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah), (2) Bank yang aktif secara internasional (internationally active banks), yaitu Bank yang memiliki kantor cabang di beberapa negara lain atau Bank yang merupakan kantor cabang dari Bank yang berkantor pusat di luar negeri, (3) Bank yang memiliki 30 (tiga puluh) kantor cabang atau lebih, (4) Bank yang memiliki 150.000 (seratus lima puluh ribu) nasabah atau lebih; dan atau , (5) Bank yang memiliki tingkat keragaman yang tinggi dalam transaksi/produk/jasa.11 Variabel kompleksitas dalam penelitian ini adalah digunakan ukuran jumlah kantor bank (Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas).
10
Rina Septianingrum, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kompleksitas, Dan Risiko Keuangan Terhadap Fee Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012),” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2014), h.14 11 pbi no 5/8/2003
44
D. Fraud 1. Definisi Fraud Menurut Association of Certified FraudExaminers (dalam Ernst & YoungLLP, 2009) Fraud adalah Kecurangan (fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain.12 Menurut AICPA, ACFE dan IIA dalam buku Managing the Business of Fraud mendefinisikan fraud sebagai tindakan illegal atau melakukan kegiatan tidak semestinya yang disengaja dengan tujuan untuk melabui yang lain di mana korban menderita kerugian dan pelaku fraud memperoleh keuntungan.13 Yang dimaksud dengan Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana Bank sehingga mengakibatkan Bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku Fraud
12
Listiana Norbarani, “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle Yang Diadopsi Dalam Sas No.99”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012), h.14-16. 13 Subagio Tjahjono, dkk, Business Crime and Ethics: Konsep dan Studi Kasus Fraud di Indonesia dan Global (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. 2013), h.23
45
memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.14 Menurut Arthur W.Holmes dan David C. Burns tindak kecurangan (fraud) adalah suatu salah saji dari suatu fakta bersifat material yang diketahui tidak benar atau disajikan dengan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran, dengan maksud menipu terhadap pihak lain dan mengakibatkan pihak lain tersebut dirugikan.15 Secara umum, tidak kecurangan mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
terdapat salah saji (misrepresentation)
masa lampau (past) atau sekarang (present)
fakta bersifat material (material fact)
kesengajaan atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly)
dengan maksud (intent) menimbulkan reaksi dari suatu pihak
pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah saji tersebut (misrepresentatiton)
menimbulkan kerugian (detriment) suatu pihak.
Pengertian tindak kecurangan dalam hal ini termasuk (namun tidak terbatas pada manipulasi, penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian
14
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/ 28 /DPNP Modul Investigasi “Memahami Fraud dan Melaksankan Investigative Audit pada Perusahaan/Korporasi”,(Jakarta : Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA), 2008), h.2
15
46
aktiva, dan tindakan buruk lainnya yang dilakukan oleh siapapun yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap organisasi/korporasi. 2. Kategori Tindak Kecurangan Tindak kecurangan dapat diklasifikasikan dari berberapa sisi:16 1) Berdasarkan Pencatatan Tindak
kecurangan
dalam
bentuk
pencurian
asset
dapat
dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori: a. Pencurian asset yang tampak secara terbuka dalam pembukuan, antara lain duplikasi pembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open on the books). Tindak kecurangan ini lebih mudah untuk ditemukan. b. Pencurian asset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on the books). Tindak kecurangan ini memerlukan waktu untuk menemukannya. c. Pencurian aset yang tidak tampak dalam pembukuan, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, anatara lain pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah dihapusbukukan/ di write-off (fraud off the books). Tindak kecurangan ini paling sulit untuk ditemukan.
16
Modul Investigasi “Memahami Fraud dan Melaksankan Investigative Audit pada Perusahaan/Korporasi”,(Jakarta : Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA), 2008), h.2-4
47
2) Berdasarkan frekuensi a. Tidak berulang (non repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak berulang, tindak kecurangan walaupun terjadi beberapa kali, pada dasarnya bersifat tunggal. Artinya, tindak kecurangan ini terjadi disebabkan adanya pelaku setiap saat, misalnya pembayaran cek mingguan karyawan memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang tidak benar. b. Berulang (repeating fraud). Dalam tindak kecurangan berulang, tindakan yang menyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi/diawali sekali saja. Selanjutnya tindak kecurangan terjadi secara
berkesinambungan
sampai
dihentikan,
missal
cek
pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya. 3) Berdasarkan konspirasi Tindak kecurangan berdasarkan konspirasi dapak diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu terjadi konspirasi atau kolusi, tidak terdapat konpirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umurnya tindak kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide maupun pseudo. Dalam bona fide conspiracy, semua pihak sadar akan adanya
48
tindak kecurangan, sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui terjadinya tindak kecurangan. 4) Berdasarkan keunikan a. Tindak kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada orang-orang yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh: (1) pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti bank, dana pensiun, reksa dana dan (2) klaim asuransi yang tidak benar. b. Tindak kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang beberapa orang mungkin mengalaminya dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan harga yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar. 1. Perilaku dan Indikasi Tindak Kecurangan17
Perilaku pelaku tindak kecurangan Perilaku (tindak tanduk) seseorang yang perlu mendapat perhatian
auditor yang dapat menjadi petunjuk kemungkinan adanya tindak kecurangan yang dilakukan orang yang bersangkutan, anatara lain: 17
Modul Investigasi “Memahami Fraud dan Melaksankan Investigative Audit pada Perusahaan/Korporasi”,(Jakarta : Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA), 2008), h. 4-8
49
1) Perubahan perilaku secara signifikan, missal easy going, tidak seperti biasanya, gaya hidup mewah 2) Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja 3) Penjudi berat 4) Peminum berat 5) Sedang dililit utang 6) Temuan
audit
atas
kekeliruan
(error)
atau
ketidakberesan
(irregularities) dianggap tidak material ketika ditemukan 7) Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering bekerja sendiri 8) Gaya hidup diatas rata-rata 9) Mobil atau pakaian mahal.
Indikasi/Gejala adanya Tindak Kecurangan Pelaku tindak kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu manajemen dan karyawan. Adapun gejala/indikasi yang menunjukkan adanya tindak kecurangan sebagai berikut: a. Gejala tindak kecurangan manajemen 1) Ketidakcocokan diantara manajemen puncak 2) Moral dan motivasi karyawan rendah 3) Departemen akuntansi kekurangan staf
50
4) Tingkat complain yang tinggi terhadap organisasi/korporasi dari pihak konsumen, pemasok atau badan otoritas 5) Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi 6) Penjualan/laba menurun disisi lain utang dan piutang dagang meningkat 7) Korporasi mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama 8) Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan 9) Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku b. Gejala tindak kecurangan karyawan 1) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa rincian/penjelasan pendukung 2) Pengeluaran tanpa dokumen pendukung 3) Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar 4) Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran 5) Kekurangan harga barang yang dibeli
Pihak-pihak yang dirugikan 1) Para pemegang Saham
51
Para pemegang saham sering kali menjadi korban utama akibat tindak kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Sebagai contoh untuk memberi gambaran agar seolah-olah hasil kinerja korporasi
mengalami
peningkatan,
manajemen
berusaha
meninggikan laba atau aktiva korporasi dengan cara melakukan window dressing. 2) Investor Dalam hal ini seringkali para investor mengalami kerugian di pasar bursa berjangka ataupun pasar modal karena adanya tindak kecurangan yang dilakukan oleh manajemen selaku emiten, misalnya melalui praktek praktek insider trading. 3) Korporasi Dari sisi maupun baik internal maupun eksternal tindak kecurangan manajemen akan menjadikan korporasi sebagai korban. 4) Pelanggan/klien/Customer Pembuat keputusan suatu korporasi seringkali mengorbankan pelanggannya melalui iklan yang mengelabui dan menyesatkan.
52
Penyebab tindak kecurangan manajemen Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan sehingga dapat
menimbulkan tindak kecurangan pada tingkat manajemen. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1) Pengaruh tekanan secara internal maupun eksternal 2) Keputusan yang tergesa-gesa 3) Manajer yang kurang kompeten 4) Adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik korporasi 5) Lemahnya pengendalian internal 6) Proses recruitment yang tidak memperhatikan faktor kejujuran dan integritas 7) Model manajemen yang sudah memiliki sifat korup, tidak efisien dan atau tidak professional di bidangnya 8) Jalur sektor industry/jasa dimana bidang usaha dijalnkan memang sudah memiliki tradisi korup.
Tindak kecurangan “Kerah Putih”
Tindak kecurangan kerah putih adalah suatu tindak kecurangan yang dilakukan oleh seseorang yang bekerja pada sector pemerintah atau sector swasta, yang memiliki posisi dan wewenang dapat mempengaruhi kebijakan atau keputusan yang diarahkan atau diambilnya. Posisi tersebut
53
mengandung arti posisi yang berkuasa atas beberapa orang, dan atau atas harta kekayaan milik pihak lain. 2. Fraud Triangle Theory18 Penelitian tradisional tentang kecurangan dilakukan pertama kali oleh Donalad Crasey pada tahun 1950 yang menimbulkan pertanyan mengapa kecurangan dapat terjadi. Hasil dari penelitian itu memunculkan faktor-faktor pemicu kecurangan yang saat ini dikenal dengan “Fraud triangle”. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud: 1. Pressure (Tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. 2.
Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi.
3. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Ketiga hal di atas digambarkan dalam gambar berikut ini:
18
Listiana Norbarani, “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle Yang Diadopsi Dalam Sas No.99”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012), h. 17
54
Gambar 2.1 Fraud Triangle Incentive/Pressure
Opportunity
Rationalization
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953) Pressure (Tekanan) Tekanan
menyebabkan seseorang melakukan kecurangan. Tekanan dapat
berupa bermacam-macam termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain. Tekanan paling sering datang dari adanya tekanan kebutuhan keuangan. Kebutuhan ini seringkali dianggap kebutuhan yang tidak dapat dibagi dengan orang lain untuk bersama-sama menyelesaikannya sehingga harus diselesaikan secara tersembunyi dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya kecurangan. . Tekanan keuangan memiliki dampak yang besar pada motivasi karyawan dan dianggap jenis yang paling umum dari tekanan. Secara khusus, sekitar 95% dari semua kasus penipuan telah dipengaruhi oleh tekanan keuangan.19 19
Thanasak Ruankaew, “The Fraud Factors”, International Journal of Management and
Administrative Sciences University of Liverpool Laureate Online Education (IJMAS) (ISSN 22257225) Vol. 2, No. 2, (July 2013 ): h. 2
55
Opportunity (Peluang) Adanya peluang memungkinkan terjadinya kecurangan. Peluang tercipta karena adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga meningkatkan peluang terjadinya kecurangan. Dari tiga faktor risiko kecurangan (pressure, opportunity dan rationalization), peluang merupakan hal dasar yang dapat terjadi kapan saja sehingga memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas. Organisasi harus membangun adanya proses, prosedur dan pengendalian yang bermanfaat dan menempatkan karyawan dalam posisi tertentu agar mereka tidak dapat melakukan kecurangan dan efektif dalam mendeteksi kecurangan . Rationalization (Rasionalisasi)20 Rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak kecurangan (fraud). Konsep ini menunjukkan bahwa pelaku harus merumuskan beberapa jenis rasionalisasi diterima secara moral sebelum terlibat dalam perilaku yang tidak etis. Rasionalisasi mengacu pada pembenaran bahwa perilaku tidak etis adalah sesuatu yang lain dari
20
Thanasak Ruankaew, “The Fraud Factors”, International Journal of Management and
Administrative Sciences University of Liverpool Laureate Online Education (IJMAS) (ISSN 22257225) Vol. 2, No. 2, (July 2013 ): h. 2-3
56
kegiatan kriminal. Jika seseorang tidak bisa membenarkan tindakan tidak etis, tidak mungkin bahwa ia akan terlibat dalam penipuan. Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur. Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecuragan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan oleh pelanggan terhadap usaha, wajib pajak terhadap pemerintah dan lainnya. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan,manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia
bekerja.
Association
of
Certified
Fraud
Examination
(ACFE-200)
mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok yaitu: (1) kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud), kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini bersifat financial atau kecurangan non financial, (2) penyalahgunaan aset, penyalahgunaan aset dapat diglongkan ke dalam “kecurangan kas” dan kecuranga atas persediaan dan aset lainnya” serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang, (3) korupsi
(corruption), korupsi dalam kotek ini adalah
pertentangan kepentingan (conflic of interest), suap (bribery), pemberin ilegal (illegal gratuity) dan pemerasan (economic extortion).21
21
Besari, “Pengaruh Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, Ukuran (Size) dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud (Kasus Pada Bank Umum Tahun 2007),” ( Tesis S2 Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2009), h.52
57
Internal
Fraud
menurut
Bank
Indonesia
(2007),
adalah
penyimpangan/kecurangan yang dilakukan oleh pengurus, pegawai tetap dan tidak tetap (honorer dan outsourcing) terkait denga proses kerja dan kegiatan operasional Bank yang mempengaruhi kondisi keuangan Bank secara signifikan. Yang dimaksud dengan mempengaruhi kondisi keuangan Bank secara signifikan adalah apabila dampak penyimpangannya lebih dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah membandingkan dengan penelitian terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas. Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas mengenai Good Corporate Governanace dan Fraud yakni: Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No
Penelitian
Judul
Variabel
Model
Penelitian
Analisis
Hasil Penelitian
Perbedaan/ Persamaan dengan Penulis
1.
Besari
Pengaruh Kualitas
Variabel
Analisis
Variabel kualitas
Penulis
(2009)
Pelaksanaan Good
Dependen:
Regresi
pelaksanaan
menggunakan
Corporate
GCG (X1),
Berganda
GCG dan kompleksitas
data tahun 2011-
Governance,
Ukuran bank
bank terbukti berpengaruh
2013 dengan
Ukuran (Size) Dan
(X2),
negatif terhadap fraud
jumlah sampel 12
Kompleksitas Bank
Kompleksitas
pada level of significance
Bank Syariah
Terhadap Fraud
(X3)
kurang dari 5%.
yang terdiri dari 9
58
(Kasus Pada Bank Umum Tahun 2007)
2.
Sementara untuk ukuran
BUS dan 3 UUS
Variabel
(size) bank tidak terbukti
dan menggunakan
Independen:
berpengaruh terhadap
model analisis
Fraud
fraud
regresi data panel.
Julita
Analisis Pengaruh
Variabel
Regresi
Penerapan prinsip-prinsip
Perbedaan
Batara
Penerapan Prinsip-
Dependen:
Linear
Good Coorporate
Variabel
(2014)
Prinsip Good
Fraud
Sederhana
Governance berpengaruh
Independen dan
signifikan dalam
Sampel penelitian.
Coorporate Governance
Variabel
mengendalikan perilaku
Terhadap Perilaku
Independen:
fraud di PT Pegadaian
Fraud Pada Pt
Prinsip-prinsip
(Persero)
Pegadaian (Persero)
GCG
(Studi Empiris Pada Pt Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah Vi Makassar) 3.
Go Rizal
Evaluasi Penerapan
Variabel
Wawancara
Adanya peranan penting
Perbedaan
Gozali
Prinsip-Prinsip
Dependen:
dan analisis
antara penerapan GCG
Variabel
(2010)
Good Corporate
Fraud
dokumen-
terhadap perilaku fraud,
Independen dan
dokumen
dengan menerapkan
model analisis.
perusahaan
prinsip GCG maka
Governance Terhadap Perilaku
Variabel
Fraud Pada
Independen:
perusahaan dapat
Lembaga Perbankan
Prinsip-prinsip
menekan perilaku fraud.
Nasional
GCG
59
(Studi Empiris Pada Pt. Bank Mandiri (Persero) Tbk) 4.
Listiana
Pendeteksian
Variabel
Regresi
variabel external pressure
Perbedaan
Norbarani
Kecurangan
Dependen:
Linear
yang diproksikan dengan
Variabel
Laporan Keuangan
Financial
Berganda
rasio arus kas bebas
Independen dan
Dengan Analisis
Statement
memiliki hubungan
Model Analisis.
Fraud Triangle
Fraud
negatif dengan financial
Yang Diadopsi
statement fraud dan
Dalam
Variabel
variabel financial targets
Sas No.99
Independen:
yang diproksikan dengan
Financial
Return On Asset memiliki
Stabilit,
hubungan positif dengan
Financial
financial statement fraud.
Targets, External Pressure, Personal Financial Need, Innefective Monitoring 5.
Dhaniel,
Analisis Kualitas
Variabel
Analisis
Kualitas penerapan GCG
Perbedaan
Syam,
Penerapan Good
Dependen:
Regresi
berada pada
Variabel
Taufik
Corporate
Tingkat
predikat baik dengan rata-
Independen dan
Najda
Governance pada
Pengembalian
rata nilai komposit 1,66,
Kualitas
60
Bank Umum
(ROA), Risiko
tidak berpengaruh
penerapan GCG
Syariah
Pembiayaan
terhadap tingkat
berada pada
di Indonesia Serta
(NPF)
pengembalian dan
predikat baik
berpengaruh negatif
dengan rata-rata
Pengaruhnya
6.
Terhadap Tingkat
Variabel
terhadap risiko
nilai Self
Pengembalian
Independen:
pembiayaan
Assesment GCG
dan
Kualitas
pada bank umum syariah
adalah 1.5481.
Pembiayaan
Penerapan GCG
di Indonesia
R. Abdul
Types of Fraud
Variabel
Rahman
among Islamic
and I. S.
Banks in Malaysia
Khair
Risiko
Jenis Fraud yang sering
Perbedaan
Dependen:
terjadi di bank syariah
Variabel
Jenis Fraud
yaitu penipuan kartu
Independen dan
kredit. Sebagian besar
model analisis.
Anwar (Internatio nal Journal of Trade, Economis and Finance, 2014)
Kuesioner
Variabel
responden
Independen:
memperkirakan jumlah
kartu kredit,
kerusakan akibat
keserakahan,
penipuan lebih dari RM1
ketidakpatuhan,
juta. Selanjutnya,
tekanan
keserakahan diharapkan
keuangan
menjadi penentu kuat penipuan, diikuti oleh ketidakpatuhan bersama dengan cukup kontrol dan tekanan keuangan di peringkat ketiga.
61
7.
Irda
The Effectiveness
Syahira
Of Fraud
(Disertasi
Prevention And
2012)
Detection
Variabel
Kuesioner
Temuan menunjukkan
Perbedaan
Dependen:
pernyataan palsu adalah
Variabel
Fraud
yang paling umum
Independen dan
penipuan di bank syariah
model analisis.
Techniques In Malaysia:
Variabel
diikuti oleh penipuan
Independen:
kartu kredit. Utama
pernyataan palsu,
penentu penipuan di bank
penipuan kartu
syariah adalah
kredit,
keserakahan (18%) dan
keserakahan,
ketidakpatuhan (17%)
Perception Of Bankers In Islamic Banks
ketidakpatuhan
F. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubugkan variabel yang satu dengan variabel yang lain.22 Penelitian ini akan membangun hipotesis dalam menguji hubungan bagaimana masing-masing variabel independen berpengaruh dengan variabel
22
Toto Syatori Nasehudin dan Nanang Gozali, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.88
62
dependen. Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Statistik F (Uji Simultan) Ho : β = 0, Kualitas GCG, Ukuran Bank (size) dan Kompleksitas Bank berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Fraud. H1 : β ≠ 0, , Kualitas GCG, Ukuran Bank dan Kompleksitas tidak berpengaruh secara signifikan secara simultan terhadap Fraud. 2. Kalitas GCG, Ukuran Bank dan Kompleksitas Bank terhadap Fraud secara parsial. Hipotesis 1 Ho
: Kualitas GCG berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Fraud.
H1
:
Kualitas GCG tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Fraud.
Hipotesis 2 Ho
:
Ukuran Bank berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Fraud.
H2
:
Ukuran Bank tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Fraud.
63
Hipotesis 3 Ho
:
Kompleksitas Bank berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Fraud..
H3
:
Kompleksitas Bank tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Fraud.
Pengembangan Hipotesis Penelitian Pengaruh Kualitas Pelaksanaan GCG (X1) terhadap Fraud (Y) Dunia kembali dikejutkan dengan ambruknya Lehman Brothers dan Merriill Lynch, dua top di jagat bisnis investment banking dunia lantaran terkena kasus transaksi derivative yang terkait dengan subprime mortgage. Tampak sekali bahwa kejatuhan dan kehancuran mereka karena tak melaksanakan GCG. Belakangan ini terkuak bukti yang menunjukkan Enron, Lehman dll mengabaikan prinsip-prinsip GCG yang menjunjung transparansi, akuntabilitas, responsibilitas (pertanggung jawab), independensi dan fairness. Dalam rangka meningkatkan kerja kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku serta etika yang berlaku umum pada industri perbankan syariah, dilakukan pelaksanaan GCG. Kualitas pelaksanaan GCG akan mencerminkan berlakunya prinsip dan struktur GCG sehingga terjadinya fraud dapat dihindari. Oleh karena itu, Kualitas pelaksanaan GCG dijadikan variabel yang mempengaruhi terjadi
64
Fraud. Bahwa semakin kecil nilai Self Assesment GCG pada suatu Bank menunjukan bagusnya sistem tata kelola Bank tersebut, maka kemungkinan terjadinya Fraud semakin kecil. Dari penjelasan ini, maka hipotesis yang dibentuk adalah: H1
: Kualitas Pelaksanaan GCG berpengaruh negative terhadap Fraud
Pengaruh Ukuran (size) Bank (X1) terhadap Fraud (Y) Selain hal tersebut di atas, perlu dilakukan pula pengujian terhadap ukuran (size) bank dan pengaruhnya terhadap fraud yang terjadi di bank syariah. Dalam hal ini, ukuran bank ditentukan oleh jumlah asset bank. Bank yang memiliki asset yang banyak semakin tinggi tingkat pengendalian internnya.
Hal tersebut menyebabkan kejadian terlambat diketahui dan
mendorong terjadinya fraud. Bank yang mempunyai jumlah asset sedikit kemungkinan terjadinya fraud semakin kecil. Dari penjelasan ini, maka hipotesis yang dibentuk adalah: H2:
: Ukuran (size) Bank (X3) berpengaruh poositif terhadap Fraud(Y)
Pengaruh Kompleksitas Bank (X1) terhadap Fraud (Y) Dalam penelitian ini, kompleksitas ditentukan dengan jumlah jaringan kantor bank. Bank yang mempunyai jumlah jaringan kantor banyak akan
65
semakin komplek. Kompleksitas bank membutuhkan pengendalian yang tinggi. Dengan keterbatasan Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) bank, tidak semua kantor bank dapat diperiksa setiap tahun. Hal tersebut menyebabkan kejadian terlambat diketahui dan mendorong terjadinya fraud. Bank yang mempunyai jumlah kantor cabang sedikit kemungkinan terjadinya fraud semakin kecil mengingat pemeriksaan rutin dilakukan sehingga terjadinya fraud cepat diketahui. Pemeriksaan intern oleh SKAI tersebut merupakan salah satu pelaksaan GCG. Dari penjelasan ini, maka hipotesis yang dibentuk adalah: H3:
: Kompleksitas Bank (X3) berpengaruh poositif terhadap Fraud(Y)
Atas dasar hipotesis di atas, kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Kualitas Pelaksanaan GCG (X1)
(-)
Ukuran (Size) Bank (X2)
(+)
Kompleksitas Bank (X3)
Fraud (Y)
(+)
66
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan
kuantitatif.
Penelitian
deskriptif
adalah
penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi dan hubungan tertentu antara gejala dengan gejala lain (Koentjaningrat, 1997: 29). Pendekatan kuantitatif adalah penelitiaan yang berkenaan dengan data kuantiatif yaitu penlitian yang dilambangkan dengan simbol-simbol matematik: angka-angka . Penelitian ini memakai pendekatan statistik parametrik. Statistik Parametrik adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang mempunyai skala pengukuran paling sedikit interval, disamping juga data tersebut harus berdistribusi normal dan memenuhi asumsi-asumsi lainnya.1
1
Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h. 80.
67
Dalam penelitian ini, maka peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh Kualitas GCG, Ukuran Bank, Kompleksitas Bank terhadap Fraud. Penelitian dibatasi dengan menganalisa laporan keuangan dan aporan GCG Bank Umum Syariah di Indonesia dalam rentang waktu 2011 sampai dengan 2013. B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah seluruh himpunan bagian dari populasi yang anggotanya disebut anggota populasi adalah elemen. Penarikan sampel dengan menggunakan pendekatan “non probability random sampling” atau purposive sampling. Sampel yang diambil untuk keperluan penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jadi pemilihan sampel dengan secara tidak acak yang disesuaikan dengan tujuan dan target tertentu. Jadi teknik ini dalam menentukan sampel menggunakan kriteriakriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Kualifikasi sampel yang digunakan sebagai berikut: 1) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit usaha Syariah (UUS) tetap ada selama periode penelitian berlangsung.
68
2) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit usaha Syariah (UUS) memiliki laporan keuangan dan Laporan GCG yang dibutuhkan oleh peneliti. Dari kriteria sampel diatas maka didapatkan sampel 12 Bank yang terdiri dari 9 BUS dan 3 UUS. Berikut ini 12 Bank Syariah yang teramsuk dalam sampel penelitian: Tabel 3.1 Sampel Bank Syariah No
Kode
Nama Bank
1
BSMI
Bank Syariah Mega Indonesia BUS
2
BPS
Bank Panin Syariah
BUS
3
BCAS
BCA Syariah
BUS
4
BNIS
Bank
Negara
Keterangan
Indonesia BUS
Syariah 5
BRIS
Bank Rakat Indonesia Syariah BUS
6
BSM
Bank Syariah Mandiri
BUS
7
BMI
Bank Muamalat Indonesia
BUS
8
BSK
Bank Syariah Bukopin
BUS
9
BVS
Bank Victoria Syariah
BUS
10
BPSy
Bank Permata Syariah
UUS
11
BIIS
BII Syariah
UUS
12
BDS
Bank Danamon Syariah
UUS
69
C. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam suatu dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan2 Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber dari: a. Penelitian pustaka (library research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, laporan penelitian, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Penelitian lapangan (field research) Seluruh data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan dan laporan GCG tahunan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
di Indonesia
tahun 2011,2012 dan 2013 yang telah dipublikasikan secara lengkap di masing-masing website BUS dan UUS tersebut.
2
Nur Indrianto dan Bambang Suparno, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama (Yogyakarta: Lembaga Penerbit BPFE, 2002), h. 147
70
D. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adala analisis regresi data panel. Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan deret waktu (time series) yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu.3 Uji regresi panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (bebas) yang teridiri dari Kualitas GCG, ukuran bank (size) dan kompleksitas Bank. Untuk membantu penelitian, peneliti akan menggunakan sofware pengolah data statistik, SPSS for Windows version 16.0 dan Eviews 6.0. Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of random yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).4 Model regresi panel dalam penelitian ini adalah: Yit= α - β1X1it + β2X2it + β3X3it + Ɛit
3
Dedi Rosadi, Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews, Edisi Pertama (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET ANDI, 2012), h.271 4 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 353
71
Keterangan : Yit
= Fraud
α
= Konstanta
X1it
= Kualitas GCG (KuaGCG)
X2it
= Ukuran Bank (Size)
X3it
= Kompleksitas Bank (KomBANK)
1. Estimasi Model Data Panel Metode
esttimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan anatara lain:5 a. Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS) Pooled Least Square model merupakan metode estimasi model regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (common effect). Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan
5
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h.355
72
bukan data time series atau data cross section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk pooled. Bentuk untuk model ordinary least square adalah: Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + Ɛit
untuk i = 1,2,……,n dan t=1,2,….,t b. Metode Fixed Effect Model (FEM) Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in variant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu. Salah satu cara paling sederhana untuk mengetahui perbedaan adalah dengan
mengasusmsikan
bahwa
intersept
adalah
berbeda
antar
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan. Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan fixed Effect Model atau least square dummy (LSDV) atau disebut juga covariance model. Persamaan pada estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i +….. D12i + Ɛit Dimana: i = 1,2,….,n t =1,2,…..,tD = dummy 73
c. Metode Random Effect Model (REM) Random effect model merupakan metode estimasi model regresi data panel dengan asumsi koefisien slope dan intercept berbeda antar individu dan antar waktu (random effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam fixed effect model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal dengan metode Random Effect.. Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk Random Effect adalah: Yit= α1 + bjXj it + Ɛit dengan Ɛit = ui + vt + wit Dimana : ui~ N (0, σu2) = komponen cross section error vt~ N (0, uv2) = komponen time series error wit~ N (0, w2) = komponen error kombinasi
74
2. Tahap Analisis Data Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, anatara lain:6 a. Uji Chow Uji Chow adalah pengujian untuk memilih apakah model digunakan pooled least square model atau fixed effect model. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 = Pooled least Square model (PLS) Ha = Fixed effect model (FEM) Dasar penolakan terhadap hipotesis
di
atas
adalah dengan
membandingkan perhitungan F statistic dengan F tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka H0 diterima dan model yang lebih tepat digunakan adalah common effect model.7
6
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h.362 7 Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edition (Mc Graw Hill International edition, Singapore, 2009)
75
Perhitungan F statistic untuk Uji Chow dapat dilakukan dengan rumus: F0 =
𝑅𝑅𝑆𝑆 − 𝑈𝑅𝑆𝑆 / N − 1 𝑈𝑅𝑆𝑆/ 𝑁. 𝑇 − 𝑁 − 𝐾
Dimana: RRSS = Restricted residual sums of square error dari model common effect URSS = Unrestricted residual sums of squares dari model fixed effect N
= Jumlah individual (cross section)
T
= Jumlah series waktu (time series)
k
= Jumlah variabel independen dan dependen
Sedangkan F tabel didapat dari:
F-tabel = α : df (n-1, nt-n-k) b. Uji Hausman Hausman test adalah pengujian statistic untuk memilih apakah model fixed effect atau random effect lebih tepat digunakan dalam regresi data panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam model fixed effect dan GLS adalah efisien sedangkan model OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji
76
hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:8 H0
: Random Effect Model
H1
: Fixed Effect Model
Jika chi-square hitung > chi-square tabel berarti H0 ditolak, artinya model yang digunakan adalah fixed effect model. Jika chi-square hitung < chi square tabel berarti H1 ditolak, artinya model yang digunakan adalah fixed effect model.9 3. Uji Dasar Asumsi Klasik Uji dasar asumsi klasik adalah pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel independen bersifat BLUE (best linier unbiased estimator) serta tidak terjadi masalah
dan
tidak
berdistribusi
secara
normal,
multikoliniearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi diantara variabel independen dalam regresi tersebut. Suatu model regresi dikatakan memenuhi persyaratan sebagai model empirik yang baik apabila telah berhasil melewati serangkaian uji asumsi klasik.10
8
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h. 364 9 Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edition (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h. 605 10 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Edisi kedua (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), h.49
77
a. Uji Normalitas Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal. Dalam analisis multivariate, para peneliti menggunakan pedoman kalau setiap variabel terdiri atas 30 data, maka data sudah berdistribusi normal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell sharped curve) yang kedua sisisnya melebar sampai titik tidak terhingga. Uji normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi komulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai signifikansi > alpha.11 b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel independen). Jika ada multikolinearitas menggunakan
antar metode
variabel Ordinary
independen, Least
estimasi
Squares
(OLS)
dengan masih
11
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset 2011), h.75
78
mengahasilkan estimator yang tidak bias, linear dan mempunyai varian yang minimum (BLUE) karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi terbebas dari masalah multikolinearitas.12 Metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0.85 maka kita duga ada multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari
0,85
maka
kita
duga
model
tidak
mengandung
unsur
multikolinearitas. Akan tetapi perlu kehati-hatian terutama pada data time series seringkali menunjukan korelasi antara variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan unsur tren, yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan.13 c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Ada beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi:
12
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Edisi kedua (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), h.102 13 Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Edisi kedua (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), h.103
79
1) Uji Durbin Watson (DW test) Uji durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mengisyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak ada autokorelasi (r =0) Ha = ada autokorelasi (r ≠ ) Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi. Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson Hipotesis Nol Tidak ada
Keputusan
Jika
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada keputusan
dl ≤ d ≤ du
Tolak
4-dl < d < 4
Tidak ada keputusan
4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak Tolak
du < d < 4-du
autokorelasi Positif Tidak ada autokorelasi Positif Tidak ada autokorelasi Negatif Tidak ada autokorelasi Negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif sumber : (Ghozali, 2009:100)
80
d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi ini adalah homoskedastisitas. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa akibat apabila residualnya bersifat heteroskedastisitas:14 1) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum
(tidak
lagi
best),
sehingga
hanya
memenuhi
karakteristik LUE ( linier unbiased estimator). Meskipun demikian, estimator metode kuadrat terkecil masih bersifat linier dan tidak bias. 2) Perhitungan
standar
error
tidak
dapat
lagi
dipercaya
kebenarannya, karena varian tidak minimum. Varian yang tidak minimum mengakibatkan estimasi regresi yang tidak efisien.
14
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Edisi kedua (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), h.2.23 – 5.24
81
3) Uji hipotesis yang didasarkan pada uji t dan uji F tidak dapat lagi dipercaya karena standar error-nya tidak dapat dipercaya. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode Park. Uji Park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi residual. Jika variabel independen tidak signifikan secara statistic, maka dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.15 4. Uji Signifikansi a. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Nilai R2 mempunyai interval anatar 0 samapai 1 (0 < R2 < 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan varaibel dependen.16 Nilai adjusted R2 lebih baik jika digunakan untuk menganalisis kekuatan model. Apabila suatu varaibel bebas ditambahkan ke dalam model nilai R2 pasti meningkat sementara adjusted R2 dapat saja meningkat atau menurun. Ketika sebuah variabel bebas yang memiliki
15
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews, Edisi kedua ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), h.115 16 Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edition (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h.76
82
kekuatan penjelas yang besar diikutsertakan dalam model maka nilai adjusted R2 meningkat dan sebaliknya. Koefisien determinasi (R2) memiliki kesalahan, yaitu bias terhadap jumlah varaibel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kesalahan kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, adjusted R2. Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan mengunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Untuk menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α, (k-1), (n, k), dimana k adalah jumlah variabel independen dan dependen dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel 83
dependen, tetapi jika F hitung < F tabel, maak H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.17 Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model regresi sama dengan nol, atau: H0 : β1, β2, β3 = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistic F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1) Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak dengan derjat kepercayaan 5%, dengan kata lain kita menerima
17
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset 2011), h.61-62
84
hipotesis alternatif, yang menyatakan semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha. c. Uji Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah suatu parameter (βi) sama dengan nol, atau: H0 : βi = 0 Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau : Ha : βi ≠0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: 1) Quick look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
85
2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alterantif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Adapun nilai probabilitas dalam penelitian ini diperoleh dengan membagi dua nilai probabilitas yang muncul dalam output persamaan regresi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini, uji yang digunakan adalah uji satu arah sedangkan nilai probabilitas untuk uji dua arah sehingga nilai probabilitas harus dibagi dua.
18
Uji ini dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel. Adapaun nilai t tabel diperoleh dengan df :α (n-k) dimana α adalah tingkat signifikansi yang digunakan, n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel), dan k adalah jumlah variabel independen dan dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika t hitung > t tabel, berarti H0 ditolak yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
18
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews, Edisi Keempat (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013), h.67
86
E. Operasional Variabel Penelitian Operasionalisasi variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam menguur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian terdahulu. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel terikat (Dependent variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Fraud yang dikontribusikan dengan huruf Y. Dalam penelitian ini, Fraud bersifat Internal Perusahaan yang mana diperoleh dari Total Fraud pada Laporan GCG Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit usaha Syariah (UUS). Total Fraud ini sudah termasuk jumlah tindakan yang dilakukan baik itu pihak Manajemen (direksi dan dewan komisaris), Pegawai tetap dan Pegawai Non tetap. 2) Variabel Bebas (Independent Variable) a. Kualitas Pelaksanaan GCG (X1) Kualitas Pelaksanaan GCG ini diukur oleh total nilai Self Assessment Good Corporate Governance secara keseluruhan yang digambarkan dengan 11 aspek penilaian self assessment.
87
b. Ukuran Bank (X2) Ukuran (size) bank adalah kriteria untuk menentukan besar atau kecilnya suatu bank. Besar atau kecilnya suatu bank ditentukan dari jumlah aset suatu bank. c. Kompleksitas Bank (X3) Kompleksitas
usaha
Bank
antara
lain
keragaman
jenis
transaksi/produk/jasa dan jaringan usaha. Variabel kompleksitas dalam penelitian ini adalah digunakan ukuran jumlah jaringan kantor bank (Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas).
88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian dan analisis deskriptif 1. Gambaran umum Perbankan Syariah Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Tujuan dilakukannya metode purposive sampling untuk menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-informasi tersebut. Artinya pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain: Kualifikasi sampel digunakan sebagai berikut: 1) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit usaha Syariah (UUS) tetap ada selama periode penelitian berlangsung. 2) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit usaha Syariah (UUS) memiliki laporan keuangan dan Laporan GCG yang dibutuhkan oleh peneliti. Didapatlah sampel 12 Bank yang terdiri dari 9 BUS dan 3 UUS yang memiliki laporan keuangan dan laporan GCG tahun 2011-2013. Berikut ini 12 Bank Syariah yang teramsuk dalam sampel penelitian: 1. Bank Syariah Mega Indonesia Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan
89
PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. . Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi.1 2. Bank Panin Syariah Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) didirikan di Malang tanggal 08 Januari 1972 dengan nama PT Bank Pasar Bersaudara Djaja. Kantor Pusat PNBS beralamat di Gedung Panin Life Center Lt.3 Jl. Letjend S. Parman Kav.91 Jakarta Barat 11420 – Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PNBS adalah menjalankan kegiatan jasa umum perbankan dengan Prinsip Syariah (Bank Umum Syariah).2 3. BCA Syariah PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.
1 2
https://www.bankmega.com, diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 00.30 http://www.britama.com/, diakses pada Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 00.44
90
12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5 April 2010.3 4. Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) Pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.4. 5. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
3 4
http://www.bcasyariah.co.id/, diakses pada Minggu,, 10 Mei 2015 pukul 14.15 http://www.bnisyariah.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.21
91
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008,
maka
pada
tanggal
17
November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009.5 6. Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank ini berdiri pada 1955 dengan nama Bank Industri Nasional. Bank ini beberapa kali berganti nama dan terakhir kali berganti nama menjadi Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 setelah sebelumnya bernama Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi.6
5
http://www.brisyariah.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.27
6
d.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Mandiri, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.32
92
7. Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di Indonesia yang
menerapkan
operasionalnya.
prinsip Syariah
Didirikan
pada
Islam dalam
tahun 1991,
yang
menjalankan diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Mulai beroperasi pada tahun 1992, yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha, serta masyarakat luas. Pada tahun 1994, telah menjadi bank devisa. Produk pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil, dan sewa.7 8. Bank Syariah Bukopin Perjalanan PT Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. ada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat
7
http://www.bankmuamalat.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.35
93
Persetujuan Bank Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Usaha Syariah-nya kedalam PT Bank Syariah Bukopin.8 9. Bank Victoria Syariah PT. Bank Victoria Syariah (d/h. PT. Bank Swaguna) didirikan di kota Cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. Akuisisi saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 % oleh PT. Bank Victoria International Tbk telah disetujui oleh Bank Indonesia pada tanggal 3 Agustus 2007. PT. Bank Victoria Syariah telah mendapatkan Izin Operasional sebagai Bank Syariah bedasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. 1 April 2010 beroperasi secara penuh Sebagai Bank Umum Syariah (BUS).9 10. Bank Permata Syariah Permata Bank Syariah didirikan pada tanggal 10 November 2004. Saat ini PermataBank Syariah sudah memiliki 10 Kantor Cabang Syariah
dan
Channeling). Cabang
8 9
241 Nasabah
Syariah
dan
Kantor dapat seluruh
Layanan
Syariah
(Office
bertransaksi
diseluruh
Kantor
kantor
cabang
PermataBank
http://www.syariahbukopin.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.38 http://bankvictoriasyariah.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.42
94
konvensional yang sudah tergabung dalam layanan syariah (Office Channeling) diseluruh Indonesia.10 11. BII Syariah BII Syariah adalah sebuah Unit Usaha Syariah dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk. yang menjalankan operasionalnya secara profesional
berdasarkan
prinsip-prinsip
Syariah.
BII
Syariah
merupakan penyedia jasa keuangan Syariah yang terintegrasi dan memiliki
layanan
perbankan
syariah
yang excellent dengan
melaksanakan fungsi bisnis dan operasional bank secara efisien, efektif, aman dan berkualitas untuk menjadi penyedia jasa keuangan terbaik pada pasar yang dilayani.11 12. Bank Danamon Syariah PT Bank Danamon Indonesia Tbk. didirikan pada 1956. Nama Bank Danamon berasal dari kata “dana moneter” dan pertama kali digunakan pada 1976, ketika perusahaan berubah nama dari Bank Kopra. Danamon adalah bank ke-enam terbesar di Indonesia berdasarkan aset, dengan jaringan sejumlah sekitar 2.074 pada akhir Maret 2015, terdiri dari antara lain kantor cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan unit Syariah, serta kantor-
10
http://ekonomisyariah.info/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.46
11
http://www.bii.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 14.49
95
kantor cabang anak perusahaannya. Danamon juga didukung oleh serangkaian fasilitas perbankan elektronik yang komprehensif. 12 B. Pengujian dan Pembahasan 1. Deskriptif Sampel Penelitian ini menggunakan 12 Bank Syariah sebagai sampel penelitian. Keduabelas bank syariah ini terdiri dari 9 Bank Umum Syariah (BUS) dan 3 Unit Usaha Syariah (UUS),
yang mana bank syariah tersebut memiliki
Laporan keuangan dan Laporan GCG lengkap dari tahun 2011-2013. Berikut adalah daftar Bank Syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini: Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian
12
No
Kode
Nama Bank
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BSMI BPS BCAS BNIS BRIS BSM BMI BSK BVS BPSy BIIS BDS
Bank Syariah Mega Indonesia Bank Panin Syariah BCA Syariah Bank Negara Indonesia Syariah Bank Rakat Indonesia Syariah Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Bukopin Bank Victoria Syariah Bank Permata Syariah BII Syariah Bank Danamon Syariah
BUS BUS BUS BUS BUS BUS BUS BUS BUS UUS UUS UUS
http://www.danamon.co.id/, diakses pada Minggu, 10 Mei 2015 pukul 15.07
96
2. Deskriptif Variabel Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik, maka berikut didalam Tabel akan ditampilkan
karakteristik sampel yang digunakan
pada
penelitian ini meliputi: jumlah sampel (n), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut: a. Perkembangan Kualitas GCG (Good Corporate Governance) Gambar 4.1 Kualitas GCG Masing-masing Bank Syariah 2011-2013
Kualitas GCG Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 2011-2013 2.5 2 1.5 1 0.5
2011
2012
Bank Permata Syariah
Bank Victoria Syariah
Bank Danamon Syariah
BSK
BII Syariah
BSMI BPS BCAS BNIS BRIS BSM BMI
Bank Syariah Bukopin
Bank Muamalat Indonesia
Bank Syariah Mandiri
Bank Rakat Indonesia Syariah
Bank Negara Indonesia Syariah
BCA Syariah
Bank Panin Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
0
BVS BPSy BIIS
BDS
2013
Sumber: data diolah
97
Tabel 4.2 Descriptive Statistics N
Minimum
KuaGCG
36
Valid N (listwise)
36
1,00
Maximum 2,07
Mean 1,5481
Std. Deviation ,31234
Pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai Self Assesment GCG 9 BUS dan 3 UUS selama tahun 2011-2013 adalah 1,5481 , hal ini menunjukkan bahwa Self Assesment GCG BUS dan UUS dalam predikat “Baik”. Nilai Self Assesment GCG (minimum) adalah 1,00 yaitu pada Bank Permata Syariah tahun 2011 dan 2012, hal ini menunjukkan Kualitas GCG Bank Permata Syariah peringkat terbaik diantara yang lainnya. Sedangkan nilai Self Assesment GCG (maksimum) adalah 2,07 yaitu pada Bank Victoria Syariah tahun 2012. Terhadap nilai komposit yang diperoleh, Bank Victoria Syariah berpendapat masih terdapat beberapa hal yang harus dilakukan perbaikan agar implementasi GCG di Bank dapat lebih baik, antara lain Pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank, kelengkapan organisasi, peningkatan kualitas SDI, peningkatan pelaksanaan fungsi audit intern Bank, peningkatan sistem pengendalian intern Bank pada seluruh jajaran organisasi13. Walaupun menunjukan Kualitas GCG Bank Victoria Syariah peringkat terendah diantara yang lainnya, Akan tetapi Bank Victoria Syariah masih dalam predikat “Baik”. 13
Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Victoria Syariah Tahun 2012
98
b. Perkembangan Ukuran Bank (Size) Gambar 4.2 Total Asset Masing-masing Bank Syariah 2011-2013 Total Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 2011-2013
Bank…
BII Syariah
Bank…
Bank…
Bank…
Bank…
Bank…
2013
Bank…
Bank…
2012
BCA…
Bank…
Rp80,000,000,000,000.00 Rp60,000,000,000,000.00 Rp40,000,000,000,000.00 Rp20,000,000,000,000.00 Rp-
Bank…
2011
BMS BPSBCASBNISBRIS BSM BMI BSK BVS BPSy BIIS BDS
Tabel 4.3 Descriptive Statistics
N
Minimum
36
Maximum
Mean
Std. Deviation
548887,00 6395640000000 3646948021264 1312710904838 0,00
Size
,7220
4,81200
36 Valid N (listwise)
Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata Asset 9 BUS dan 3 UUS selama tahun 2011-2013 adalah
Rp. 3.646.948.021.264,7200,00
. Total Asset
(minimum) adalah Rp 548.887,00 yaitu pada BII Syariah tahun 2011, Hal ini
99
menunjukkan bahwa Asset BII Syariah jauh dibawah rata-rata BUS. Sedangkan total asset (maksimum) adalah Rp
63.956.361.177.789,00 yaitu pada Bank Syariah
Mandiri tahun 2013. c. Perkembangan Kompleksitas Bank Gambar 4.3 Jaringan Bank Syariah 2011-2013
BM BC BNI BRI BS BM BPS S BPS AS S S M I BSK BVS y BIIS BDS
Jumlah Jaringan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 2011-2013 Bank Danamon Syariah BII Syariah Bank Permata Syariah Bank Victoria Syariah Bank Syariah Bukopin Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri Bank Rakat Indonesia Syariah Bank Negara Indonesia Syariah BCA Syariah Bank Panin Syariah Bank Mega Syariah 0
100
2013
200
2012
300
400
500
600
700
2011
Tabel 4.4 Descriptive Statistics N
Minimum
KomBANK
36
Valid N (listwise)
36
4,00
Maximum 638,00
Mean 153,0833
Std. Deviation 179,16479
100
Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata Total Jaringan (Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas) BUS dan UUS selama tahun 2011-2013 adalah 153,0833. Total Jaringan (minimum) adalah 4 yaitu pada Bank Panin Syariah tahun 2011, Hal ini menunjukkan bahwa Jaringan Bank Panin Syariah jauh dibawah rata-rata BUS dan UUS. Dari 9 BUS dan 3 UUS, yang memiliki jaringan cukup luas diantaranya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan jumlah jaringan Bank 387. Bank Mega Syariah dengan jumlah jaringan Bank 360 dan total jaringan (maksimum) adalah 638 yaitu pada Bank Syariah Mandiri tahun 2013. d. Perkembangan Fraud Gambar 4.4 Jumlah Fraud Bank Syariah 2011-2013
Jumlah Fraud Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 2011-2013
BM BC BNI BRI BS BM BPS BD S BPS AS S S M I BSKBVS y BIIS S
2013
2012
2011
Bank Danamon Syariah BII Syariah Bank Permata Syariah Bank Victoria Syariah Bank Syariah Bukopin Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri Bank Rakat Indonesia Syariah Bank Negara Indonesia Syariah BCA Syariah Bank Panin Syariah Bank Mega Syariah 0
50
100
150
101
Tabel 4.5 Descriptive Statistics
Fraud Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
36
,00
133,00
9,6111
25,67743
36
Pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata Fraud pada BUS dan UUS selama tahun 2011-2013 adalah 9,6111. Hal ini menunjukkan BUS dan UUS cukup baik dalam menangani Fraud. Total Fraud (minimum) adalah 0 (tidak ada ) yaitu pada Bank Panin Syariah,
BCA Syariah, Bank Permata Syariah dan BII
Syariah pada tahun 2011-2013. Hal ini menunjukkan bahwa BUS dan UUS sangat memperhatikan masalah Fraud karena hal ini akan berdampak pada citra Bank itu sendiri. Total Fraud (maksimum) adalah 133 yaitu pada Ban Mega Syariah pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa total Fraud di Bank Mega Syariah sangat tinggi dibandingkan dengan BUS lainnya, Selain itu juga hal ini sangat berisiko karena dapat mengurangi kepercayaan naabah terhadap Bank itu sendiri. C. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Pemilihan Regresi Panel a. Uji Chow Menurut
Widarjono
uji
Chow
ialah
pengujian
untuk
menentukan model fixed effect atau common effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah penelitian ini adalah:
102
H0
: Common Effect Model
H1
: Fixed Effect Model Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan
membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F tabel, maka (H0) ditolak yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah common effect model14. Berikut adalah hasil uji Chow yang dilakukan dalam penelitian ini: Tabel 4.6 Uji Signifikansi Common Effect Dependent Variable: FRAUD Method: Panel Least Squares Date: 05/10/15 Time: 22:41 Sample: 2011 2013 Periods included: 3 Cross-sections included: 12 Total panel (balanced) observations: 36 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C KUAGCG SIZE KOMBANK
-27.34273 16.29966 -4.44E-13 0.087152
19.04946 12.08234 3.37E-13 0.024579
-1.435354 1.349048 -1.316979 3.545840
0.1609 0.1868 0.1972 0.0012
R-squared Adjusted R-squared
0.328003 0.265003
Mean dependent var S.D. dependent var
9.611111 25.67743
14
Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edition (Mc Graw Hill International edition, Singapore 2009) h.257
103
S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
22.01376 15507.38 -160.2617 5.206421 0.004836
Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.125651 9.301598 9.187061 2.136015
(sumber: data diolah) Tabel 4.7 Uji Signifikansi Fixed Effect Dependent Variable: FRAUD Method: Panel Least Squares Date: 05/10/15 Time: 22:44 Sample: 2011 2013 Periods included: 3 Cross-sections included: 12 Total panel (balanced) observations: 36 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C KUAGCG SIZE KOMBANK
19.06305 -9.296070 -1.31E-13 0.035390
27.98216 14.49113 4.10E-13 0.079035
0.681257 -0.641501 -0.319881 0.447779
0.5032 0.5281 0.7522 0.6589
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.665218 0.442030 19.18037 7725.614 -147.7198 2.980528
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.611111 25.67743 9.039988 9.699788 9.270276 3.402120
0.011736
(sumber: data diolah)
104
Tabel 4.8 Uji Signifikansi Random Effect Dependent Variable: FRAUD Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/10/15 Time: 22:47 Sample: 2011 2013 Periods included: 3 Cross-sections included: 12 Total panel (balanced) observations: 36 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -23.47191 17.22796 -1.362431 KUAGCG 13.83122 10.88433 1.270746 SIZE -4.02E-13 3.05E-13 -1.317061 KOMBANK 0.085814 0.022899 3.747487 Effects Specification S.D. Cross-section random 4.772438 Idiosyncratic random 19.18037 Weighted Statistics R-squared 0.300010 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.234386 S.D. dependent var S.E. of regression 21.28875 Sum squared resid F-statistic 4.571654 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.008949 Unweighted Statistics R-squared 0.326900 Mean dependent var Sum squared resid 15532.84 Durbin-Watson stat
Prob. 0.1826 0.2130 0.1972 0.0007 Rho 0.0583 0.9417 8.826331 24.33018 14502.75 2.210575
9.611111 2.063977
(sumber: data diolah) Tabel 4.9 Hasil Uji Chow Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic 1.922965 25.083878
d.f.
Prob.
(11,21) 11
0.0952 0.0089
(sumber:data olahan) Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob= 0.0952 untuk Cross section F, yang berarti nilainya lebih dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan model common effect lebih tepat digunakan daripada model. fixed effect.
105
Sedangkan Hasil perhitungan F statistic untuk uji Chow dapat dilakukan dengan rumus: F=
(RRS1 – RRS2) / (N-1) RRS2 / (N.T- N- K)
=
(15507.38 – 7725.614) / (12-1)
= 1.831396890208
7725.614/ (36 –12-4) Diperoleh F statistic untuk uji Chow adalah 1.831396890208 yang akan dibandingkan dengan F tabel df: α, (N-1), (N.T-N-K) atau 0.05, (12-1), (3612-4)
yang
di
hitung
dengan
rumus
Microsoft
Excel
yaitu:
(=FINV(probability, deg_fredom1,deg_fredom2)( =FINV(0.05, 11, 20) adalah 2.30999 yang berarti F statistik < F tabel. Dengan demikian bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan model common effect lebih tepat digunakan daripada. model fixed effect. Dengan demikian, Sesuai teori Uji Hautsman tidak perlu dilakukan. 2. Uji Asumsi Klasik Hasil penelitian model diatas dapat diketahui bahwa common effect model ternyata yang paling sesuai dengan data 9 BUS dan 3 UUS pada tahun 2011-2013. Syarat agar dapat menggunakan persamaan regresi berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang
106
tidak bias dan efisien (Best Linear Unbias Estimator/BLUE) dari persamaan regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Least Square). Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah: a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil.15 Uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov merupakan uji normalitas
menggunakan
fungsi
distribusi
kumulatif.
Nilai
residual
terstandarisasi berdistribusi normal jika K hitung < K tabel atau nilai signifikansi > alpha.
15
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset 2011), h.69
107
Tabel 4.10 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 36 Mean ,0000000 a,b Normal Parameters Std. Deviation ,95618289 Absolute ,327 Most Extreme Differences Positive ,327 Negative -,136 Kolmogorov-Smirnov Z 1,965 Asymp. Sig. (2-tailed) ,001 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(sumber: data olahan) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 1,965>0.05. Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variable independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak normal.16 Metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan yang kasar (rule of thumb),jika koefisien korelasi 16
Imam Ghozal, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke empat (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenegoro, 2009), h.95
108
cukup tinggi diatas 0.85 maka diduga ada multikolinearitas didalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari 0.85 maka diduga model tidak mengandung
unsur
multikolinearitas.
Berikut
ini
adalah
hasil
uji
multikolinearitas dengan metode korelasi parsial. Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas KUAGCG
SIZE
KOMBANK
KUAGCG
1
0.1613017352978929 0.1212999650330874
SIZE
0.1613017352978929
1
0.5336042724337576
KOMBANK
0.1212999650330874
0.5336042724337576
1
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai koefisien korelasi antar variabel independen dibawah 0.85, dengan demikian data dalam penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Durbin-Waston (DW). Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai DW dari persamaan regresi adalah sebesar 2.136015 berdasarkan tabel Durbin Watson dengan n= 36 dan
109
k= 3, maka diperoleh nilai dL= 1.2953dan dU= 1.6539 sehingga nilai 4du=2.3461. Tabel 4.12 Uji Autokorelasi Ada autokorelasi positif
Tidak dapat Tidak ada Tidak dapat Ada autokorelasi diputuskan autokorelasi diputuskan negatif
dL= 1.2953
dU= 1.6539
4-dU= 2.3461
4-dL= 2.7047
DW= 2.136015 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai DW dari model regresi yang terdapat dalam penelitian ini berada pada daerah yang tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak berada dalam masalah autokorelasi. d. Uji Hetroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang homoskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan. Apabila probabilitas yang ada bernilai diatas 0,05 yang berarti tidak signifikan, maka data dinyatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas yang berarti bahwa data yang ada adalah data yang
110
bersifat homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji Glejser yang dilakukan terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini: Tabel 4.13 Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
3,443
Std. Error 4,915
KuaGCG SIze KomBANK
-,022 -5,167E-013 ,071
,036 ,000 ,018
a
Standardized Coefficients Beta -,088 -,296 ,690
t
Sig.
,701
,489
-,606 -1,760 4,047
,549 ,088 ,000
a. Dependent Variable: RES2
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa probabilitas dari variabel independen tidak signifikan yaitu diatas 0,05. Dengan ini disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 3. Uji Signifikansi a. Uji Model regresi Data Panel Terpilih Berdasarkan uji yang dilakukan yaitu uji chow maka model estimasi data yang terpilih adalah common effect model. Maka selanjutnya di lakukan uji signifikansi dari model yang terpilih yaitu common effect . 1) Adjusted R2 Nilai R2 mempunya interval antara 0 sampai 1 ( 0 < R2 < 1). Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut, dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan 111
variabel dependen.17 Dari tabel 4.6 model common effect dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square pada model regresi dalam penelitian ini adalah 0.265003 yang menunjukkan kemampuan variabel independen (KuaGCG, Size dan KomBANK) dalam
menjelaskan variabel
dependen (Fraud) adalah sebesar 26.5003% sedangkan sisanya sebesar 73.4997% dijelaskan variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. 2) Uji Pengaruh Simultan (F) Dalam menyimpulkan apakah model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas : df α, (k-1), (nk), dimana k adalah jumlah variable independen dan dependen dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
variabel
dependen, tetapi jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1
17
Gujarati, N Damodor dan Dawn C Porter, “ Basic Econometrics”, Fifth Edition (Mc Graw Hill International edition, Singapore) 2009, h.76
112
ditolak yang berarti bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.18 Dari tabel 4.6 model common effect, dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 5.206421 dengan F tabel dengan df: α, (k-1), (n-k) atau 0.05, (4-1), (36-4) adalah 2.90112, yang berarti nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam
penelitian ini bahwa
variabel
independen (KuaGCG, Size dan KomBANK) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Fraud). 3) Uji Pengaruh Parsial (t) Uji t digunakan untuk menguji adanya pengaruh terhadap variabel independen dengan variabel dependen secara individu dengan anggapan variabel lain bersifat konstan. nilai t hitung digunakan untuk menguji apakah variabel tersebut signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak. Suatu variabel akan memiliki pengaruh yang berarti jika nilai t hitung > t tabel.19
18
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset 2011), h.61-62 19 Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS (Yogyakarta: CV. Andi Offset 2011), h.62
113
t tabel (t kritis)
= α ; df= (n-k) = 5% ; df = (36-4) = 0.05 ; df = 32 = 2.036933
Berikut ini adalah uji t dari masing-masing variabel independennya terhadap variabel dependen: a. Uji t variabel Kualitas GCG terhadap Fraud Melihat tabel 4.6
nilai t hitung pada KuaGCG didapat nilai
sebesar 1.340358, yang berarti nilai t hitung (1.340358)
nilai t hitung pada Size Bank didapat nilai
sebesar -1.316979, yang berarti nilai t hitung (-1.316979) < t tabel (2.036933), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan variabel Size Bank secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap Fraud. c. Uji t variabel Kompleksitas Bank terhadap Fraud Melihat tabel 4.6
nilai t hitung pada KomBank didapat nilai
sebesar 3.538683, yang berarti nilai t hitung (3.538683) > t tabel
114
(2.036933), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan variabel KomBank secara parsial berpengaruh
nyata terhadap
Fraud. d. Nilai konstanta Nilai konstanta sebesar -27.34273 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari Kualitas GCG. Size Bank dan Kompleksitas Bank bernilai 0, maka nilai dividend payout ratio adalah -27.34273 atau 2734.273. Berdasarkan penjelasan diatas, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah: FRAUD = -27.3427257168 + 16.2996596635*KUAGCG 4.44354002674e-13*SIZE + 0.0871524926487*KOMBANK D. Interprestasi Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis dapat menginterprestasikan beberapa variabel, baik variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Fraud ataupun yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Fraud, diantaranya: 1. Kualitas GCG Hipotesis yang pertama adalah
Kualitas GCG tidak memiliki
pengaruh terhadap fraud. Hal ini dikarenakan keterbatasan data dalam penelitian.
115
2. Total Asset (Size) Hipotesis yang kedua
adalah
Total Asset (Size) tidak memiliki
pengaruh terhadap fraud. Hal ini dikarenakan total asset (size) antar bank cukup jauh serta keterbatasan data dalam penelitian. 3. Kompleksitas Bank Hipotesis yang pertama adalah Kompleksitas Bank memiliki pengaruh positif dengan fraud. Artinya jika kompleksitas bank meningkat (naik) maka fraud bertambah (naik). Dikarenakan semakin kompleks sebuah bank maka semakin besar pula peluang terjadinya fraud pada bank tersebut.
116
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh Kualitas GCG, Ukuran Bank dan Kompleksitas Bank terhadap Fraud pada industri Perbankan Syariah dengan melakukan uji asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas serta uji regresi data panel dengan model common effeck dengan software Eviews 6.01 dan SPSS 21 maka dapat diambil kesimpulan hasil penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan hasil pengujian statistic uji R2 nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) 0.265003 atau
26.5003%, ini menunjukkan bahwa
pengaruh variabel independen (KuaGCG, Size dan KomBANK) sebesar 26.5003% terhadap variabel dependen (Fraud) sedangkan sisanya sebesar 73.4997% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. 2. Berdasarkan hasil pengujian statistic uji t ( secara parsial) adalah: a. Variabel Kualitas GCG tidak berpengaruh terhadap Fraud pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). b. Variabel Ukuran Bank (size) tidak berpengaruh terhadap Fraud pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
117
c. Variabel Kompleksitas Bank memiliki pengaruh positif dengan Fraud pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas yang telah diuraikan, terdapat beberapa implikasi dari penelitian ini yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 1. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai Fraud, karena dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel independen dan menggunakan metode regresi data panel dengan metode common effeck sebagai alat analisisnya. Maka untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabelvariabel lain sebagai faktor yang mempengaruhi Fraud dan menggunakan metode yang lainnya. 2. Bagi para praktisi perbankan syariah, dari hasil penelitian bahwa perbankan syariah harus lebih memperhatikan Kualitas GCG dan Fraud untuk memperkecil risiko terjadinya Fraud yang dapat merusak citra Perbankan Syariah.
Sedangkan Kompleksitas Bank yang memiliki
hubungan signifikan dalam mempengaruhi Fraud perbankan Syariah di Indonesia perlu dikendalikan secara lebih baik lagi agar menciptakan jaringan perbankan yang lebih luas.
118
3. Bagi
Industri Perbankan Syariah, seharusnya lebih memperhatikan
tingkat Ukuran Bank (size) yang masih tertinggal jauh dari Ukuran Bank (size) pada Bank Konvensional demi ketatnya persaingan industri perbankan di Indonesia dan kesiapan dalam menghadapi era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).
119
DAFTAR PUSTAKA Batara, Julita. “Analisis Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Coorporate Governance Terhadap Perilaku Fraud Pada Pt Pegadaian (Persero); (Studi Empiris Pada PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah Vi Makassar).” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, 2014. Besari. “Pengaruh Kualitas Pelaksanaan Good Corporate Governance, Ukuran (Size) dan Kompleksitas Bank Terhadap Fraud (Kasus Pada Bank Umum Tahun 2007).” Tesis S2 Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2009. Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi . Bandung: CV ALFABETA, 2012. Ghozal, Imam. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke empat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenegoro, 2009. Indrianto,
Nur dan Bambang Suparno. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: Lembaga Penerbit BPFE, 2002. Islamic Financial Services Board (IFSB), “ Guiding Principles On Corporate Governance For Institutions Offering Only Islamic Financial Services (Excluding Islamic Insurance (Takaful) Institutions And Islamic Mutual Funds” 2005. Jaya Putra, Syopiansyah dan Yususf Durachman. Etika Bisnis dan Kekayaan Intelektual (HKI). Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. M.Algaoud, L. & Lewis, M. K., “Corporate Governance in Islamic Banking”, The case of Bahrain”, The International Journal of Business Studies, vol.7, no 1, 1999.
120
Modul
Investigasi
“Memahami
Fraud
dan
Melaksankan
Investigative
Audit
pada
Perusahaan/Korporasi”. Jakarta : Lembaga Pengembangan Fraud Auditing (LPFA), 2008. N Damodor, Gujarati, dan Dawn C Porter. Basic Econometrics. Fifth Edition. Singapore, 2009. Nasehudin, Toto Syatori dan Nanang Gozali. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012. Ningsaptiti, Restie. ” Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba.” Skripsi S1 Fakultas Eknomi dan Bisnis , Universitas Diponegoro Semarang, 2010 Norbarani, Listiana. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle Yang Diadopsi Dalam Sas No.99.”Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2012 Rochaety, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007. Rosadi, Dedi.
Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews.
Edisi
Pertama. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET ANDI, 2012. Ruankaew, Thanasak.“The Fraud Factors”, International Journal of Management and Administrative Sciences University of Liverpool Laureate Online Education (IJMAS) (ISSN 2225-7225) Vol. 2, No. 2, (July 2013 ). Sedarmayanti. Good Governance (kepemerintahan yang baik) dan Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik). Bandung: CV. Mandar Maju, 2007.
121
Septianingrum, Rina. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kompleksitas, Dan Risiko Keuangan Terhadap Fee Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012).” Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2014 Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2011. Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/ 28 /DPNP Tjahjono, Subagio dkk. Business Crime and Ethics: Konsep dan Studi Kasus Fraud di Indonesia dan Global. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2013. Widarjono, Agus. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai Panduan Eviews. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013. Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews.
Edisi kedua.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009. pbi no 11/33 /2009 pbi no 21 tahun 2008 pbi no 5/8/2003 www.liputan6.com www.worldbank.org wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Mandiri http://bankvictoriasyariah.co.id/, http://ekonomisyariah.info/ http://www.bankmuamalat.co.id/
122
http://www.bcasyariah.co.id/ http://www.bii.co.id/, http://www.bnisyariah.co.id/ http://www.brisyariah.co.id/ http://www.britama.com http://www.danamon.co.id/ http://www.ojk.go.id/ http://www.syariahbukopin.co.id/ http://www.syariahmandiri.co.id/ https://www.bankmega.com
123
LAMPIRAN PENELITIAN Lampiran 1 No
: Data Mentah
Nama Bank
Tahun
Fraud
1
Bank Mega Syariah
2
Bank Panin Syariah
3
BCA Syariah
4
Bank Negara Indonesia Syariah
5
Bank Rakat Indonesia Syariah
6
Bank Syariah Mandiri
7
Bank Muamalat Indonesia
8
Bank Syariah Bukopin
9
Bank Victoria Syariah
10
Bank Permata Syariah
11
BII Syariah
12
Bank Danamon Syariah
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
16 133 69 0 0 0 0 0 0 2 2 4 0 15 21 2 35 42 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Kualitas GCG 2 1.6 2 1.95 1.35 1.35 1.9 1.8 1.55 2 1.25 1.3 1.55 1.38 1.35 1.6 2 1.85 1.3 1.15 1.15 1.6 1.5 1.5 1.69 2.07 1.66 1 1 2 1.65 1.36 1.12 1.45 1.2 1.55
Size Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5,564,662,066.00 8,163,668,180.00 9,121,575,543.00 1,016,878.00 2,136,576.00 4,052,701.00 1,217,100,000,000.00 1,602,180,000,000.00 2,041,420,000,000.00 8,466,887.00 10,645,313.00 14,708,504.00 11,200,823.00 14,088,914.00 17,400,914.00 48,672,000,000,000.00 54,229,395,785.00 63,956,400,000,000.00 32,479,506,528.00 44,854,413,084.00 54,694,020,564.00 2,730,030,000,000.00 3,616,110,000,000.00 4,343,070,000,000.00 642,026,000,000.00 937,157,000,000.00 1,323,400,000,000.00 5,254,828.00 10,646,300.00 16,258,703.00 548,887.00 2,094,969.00 3,996,359.00 1,362,755.00 2,030,093.00 2,613,376.00
Kompleksitas BANK 390 350 360 4 12 5 25 30 34 68 202 247 103 176 231 468 565 638 287 345 387 15 16 17 8 12 14 22 23 26 26 26 26 15 169 169
124
Lampiran 2
: Output Hasil Pengujian Data
Uji Signifikansi Common Effect Dependent Variable: FRAUD Method: Panel Least Squares Date: 05/10/15 Time: 22:41 Sample: 2011 2013 Periods included: 3 Cross-sections included: 12 Total panel (balanced) observations: 36
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-27.34273
19.04946
-1.435354
0.1609
KUAGCG
16.29966
12.08234
1.349048
0.1868
SIZE
-4.44E-13
3.37E-13
-1.316979
0.1972
KOMBANK
0.087152
0.024579
3.545840
0.0012
R-squared
0.328003
Mean dependent var
9.611111
Adjusted R-squared
0.265003
S.D. dependent var
25.67743
S.E. of regression
22.01376
Akaike info criterion
9.125651
Sum squared resid
15507.38
Schwarz criterion
9.301598
Hannan-Quinn criter.
9.187061
Durbin-Watson stat
2.136015
Log likelihood
-160.2617
F-statistic
5.206421
Prob(F-statistic)
0.004836
125
Uji Signifikansi Fixed Effect Dependent Variable: FRAUD Method: Panel Least Squares Date: 05/10/15 Time: 22:44 Sample: 2011 2013 Periods included: 3 Cross-sections included: 12 Total panel (balanced) observations: 36
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
19.06305
27.98216
0.681257
0.5032
KUAGCG
-9.296070
14.49113
-0.641501
0.5281
SIZE
-1.31E-13
4.10E-13
-0.319881
0.7522
KOMBANK
0.035390
0.079035
0.447779
0.6589
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
0.665218
Mean dependent var
9.611111
Adjusted R-squared
0.442030
S.D. dependent var
25.67743
S.E. of regression
19.18037
Akaike info criterion
9.039988
Sum squared resid
7725.614
Schwarz criterion
9.699788
Hannan-Quinn criter.
9.270276
Durbin-Watson stat
3.402120
Log likelihood
-147.7198
F-statistic
2.980528
Prob(F-statistic)
0.011736
126
Uji Signifikansi Random Effect Dependent Variable: FRAUD Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/10/15 Time: 22:47 Sample: 2011 2013 Periods included: 3 Cross-sections included: 12 Total panel (balanced) observations: 36 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-23.47191
17.22796
-1.362431
0.1826
KUAGCG
13.83122
10.88433
1.270746
0.2130
SIZE
-4.02E-13
3.05E-13
-1.317061
0.1972
KOMBANK
0.085814
0.022899
3.747487
0.0007
Effects Specification S.D.
Rho
Cross-section random
4.772438
0.0583
Idiosyncratic random
19.18037
0.9417
Weighted Statistics
R-squared
0.300010
Mean dependent var
8.826331
Adjusted R-squared
0.234386
S.D. dependent var
24.33018
S.E. of regression
21.28875
Sum squared resid
14502.75
F-statistic
4.571654
Durbin-Watson stat
2.210575
Prob(F-statistic)
0.008949
Unweighted Statistics
127
R-squared
0.326900
Mean dependent var
9.611111
Sum squared resid
15532.84
Durbin-Watson stat
2.063977
Hasil Uji Chow Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
1.922965
(11,21)
0.0952
25.083878
11
0.0089
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N
Normal Parameters
36 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,0000000 ,95618289
Absolute
,327
Positive
,327
Negative
-,136 1,965 ,001
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
128
Uji Multikolinearitas KUAGCG
SIZE
KOMBANK
KUAGCG
1
0.1613017352978929 0.1212999650330874
SIZE
0.1613017352978929
1
0.5336042724337576
KOMBANK
0.1212999650330874
0.5336042724337576
1
Uji Autokorelasi Ada autokorelasi Tidak positif
dapat Tidak
diputuskan
dL= 1.2953
ada Tidak
autokorelasi
dapat Ada autokorelasi
diputuskan
dU= 1.6539
4-dU= 2.3461
negatif 4-dL= 2.7047
DW= 2.136015 Uji Glejser
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
3,443
4,915
KuaGCG
-,022
,036
-5,167E-013 ,071
Beta ,701
,489
-,088
-,606
,549
,000
-,296
-1,760
,088
,018
,690
4,047
,000
1 SIze KomBANK a. Dependent Variable: RES2
129
Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari sumber: http://www.standford.edu Page 1
Direproduksi oleh:
Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% Junaidi
(http://junaidichaniago.wordpress.com)
dari
sumber:
http://www.standford.edu Catatan-Catatan Reproduksi dan Cara Membaca Tabel: 1. Tabel DW ini direproduksi dengan merubah format tabel mengikuti format tabel DW yang umumnya dilampirkan pada buku-buku teks statistik/ekonometrik di Indonesia, agar lebih mudah dibaca dan diperbandingkan 2. Simbol ‘k’ pada tabel menunjukkan banyaknya variabel bebas (penjelas), tidak termasuk variabel terikat. 3. Simbol ‘n’ pada tabel menunjukkan banyaknya observasi
130
Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari sumber: http://www.standford.edu Page 2 Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% k=1 k=2 k=3 n dL dU dL dU dL 6 0.6102 7 0.6996 1.3564 8 0.7629 1.3324 0.5591 9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 47 1.4872 1.5739 1.4435 1.6204 1.3989 48 1.4928 1.5776 1.4500 1.6231 1.4064 49 1.4982 1.5813 1.4564 1.6257 1.4136 50 1.5035 1.5849 1.4625 1.6283 1.4206 51 1.5086 1.5884 1.4684 1.6309 1.4273 52 1.5135 1.5917 1.4741 1.6334 1.4339 53 1.5183 1.5951 1.4797 1.6359 1.4402 54 1.5230 1.5983 1.4851 1.6383 1.4464 55 1.5276 1.6014 1.4903 1.6406 1.4523 56 1.5320 1.6045 1.4954 1.6430 1.4581 57 1.5363 1.6075 1.5004 1.6452 1.4637 58 1.5405 1.6105 1.5052 1.6475 1.4692 59 1.5446 1.6134 1.5099 1.6497 1.4745 60 1.5485 1.6162 1.5144 1.6518 1.4797 61 1.5524 1.6189 1.5189 1.6540 1.4847
k=4 dU
dL
dU
k=5 dL
dU
1.4002 0.4672 1.8964 1.7771 0.3674 2.2866 0.4548 2.1282 0.2957 2.5881 2.0163 0.3760 2.4137 0.2427 2.8217 1.9280 0.4441 2.2833 0.3155 2.6446 1.8640 0.5120 2.1766 0.3796 2.5061 1.8159 0.5745 2.0943 0.4445 2.3897 1.7788 0.6321 2.0296 0.5052 2.2959 1.7501 0.6852 1.9774 0.5620 2.2198 1.7277 0.7340 1.9351 0.6150 2.1567 1.7101 0.7790 1.9005 0.6641 2.1041 1.6961 0.8204 1.8719 0.7098 2.0600 1.6851 0.8588 1.8482 0.7523 2.0226 1.6763 0.8943 1.8283 0.7918 1.9908 1.6694 0.9272 1.8116 0.8286 1.9635 1.6640 0.9578 1.7974 0.8629 1.9400 1.6597 0.9864 1.7855 0.8949 1.9196 1.6565 1.0131 1.7753 0.9249 1.9018 1.6540 1.0381 1.7666 0.9530 1.8863 1.6523 1.0616 1.7591 0.9794 1.8727 1.6510 1.0836 1.7527 1.0042 1.8608 1.6503 1.1044 1.7473 1.0276 1.8502 1.6499 1.1241 1.7426 1.0497 1.8409 1.6498 1.1426 1.7386 1.0706 1.8326 1.6500 1.1602 1.7352 1.0904 1.8252 1.6505 1.1769 1.7323 1.1092 1.8187 1.6511 1.1927 1.7298 1.1270 1.8128 1.6519 1.2078 1.7277 1.1439 1.8076 1.6528 1.2221 1.7259 1.1601 1.8029 1.6539 1.2358 1.7245 1.1755 1.7987 1.6550 1.2489 1.7233 1.1901 1.7950 1.6563 1.2614 1.7223 1.2042 1.7916 1.6575 1.2734 1.7215 1.2176 1.7886 1.6589 1.2848 1.7209 1.2305 1.7859 1.6603 1.2958 1.7205 1.2428 1.7835 1.6617 1.3064 1.7202 1.2546 1.7814 1.6632 1.3166 1.7200 1.2660 1.7794 1.6647 1.3263 1.7200 1.2769 1.7777 1.6662 1.3357 1.7200 1.2874 1.7762 1.6677 1.3448 1.7201 1.2976 1.7748 1.6692 1.3535 1.7203 1.3073 1.7736 1.6708 1.3619 1.7206 1.3167 1.7725 1.6723 1.3701 1.7210 1.3258 1.7716 1.6739 1.3779 1.7214 1.3346 1.7708 1.6754 1.3855 1.7218 1.3431 1.7701 1.6769 1.3929 1.7223 1.3512 1.7694 1.6785 1.4000 1.7228 1.3592 1.7689 1.6800 1.4069 1.7234 1.3669 1.7684 1.6815 1.4136 1.7240 1.3743 1.7681 1.6830 1.4201 1.7246 1.3815 1.7678 1.6845 1.4264 1.7253 1.3885 1.7675 1.6860 1.4325 1.7259 1.3953 1.7673 1.6875 1.4385 1.7266 1.4019 1.7672 1.6889 1.4443 1.7274 1.4083 1.7671 1.6904 1.4499 1.7281 1.4146 1.7671
131
62 63 64 65 66 67 68 69 70
1.5562 1.5599 1.5635 1.5670 1.5704 1.5738 1.5771 1.5803 1.5834
1.6216 1.6243 1.6268 1.6294 1.6318 1.6343 1.6367 1.6390 1.6413
1.5232 1.5274 1.5315 1.5355 1.5395 1.5433 1.5470 1.5507 1.5542
1.6561 1.6581 1.6601 1.6621 1.6640 1.6660 1.6678 1.6697 1.6715
1.4896 1.4943 1.4990 1.5035 1.5079 1.5122 1.5164 1.5205 1.5245
1.6918 1.6932 1.6946 1.6960 1.6974 1.6988 1.7001 1.7015 1.7028
1.4554 1.4607 1.4659 1.4709 1.4758 1.4806 1.4853 1.4899 1.4943
1.7288 1.7296 1.7303 1.7311 1.7319 1.7327 1.7335 1.7343 1.7351
1.4206 1.4265 1.4322 1.4378 1.4433 1.4486 1.4537 1.4588 1.4637
1.7671 1.7671 1.7672 1.7673 1.7675 1.7676 1.7678 1.7680 1.7683
132