PENGARUH KONSELING REMAJA MENGGUNAKAN STRATEGI KREATIF TOPIK PERMAINAN PERAN TERHADAP SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VII MTs NEGERI 2 MEDAN T.A 2014/2015 Dra. Kemali Syahrif, M.Pd Widya Sari ABSTRAK.Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran sikap percaya diri siswa, yang diberikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015 dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015. Hasil peneltian menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran berpengaruh terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII-1 MTs Negeri 2 Medan Tahun Ajaran 2014/2015. Hal ini tergambar dengan hasil Uji Wilcoxon yang dilakukan dengan hasil diperoleh Jhitung = 0, Dengan α = 0,05 dan n=3, maka berdasarkan daftar, Jtabel = 0. Dari data tersebut terlihat bahwa Jhitung sama dengan nilai Jtabel, maka Hipotesis diterima. Ho ditolak artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sehingga, sikap percaya diri siswa meningkat sesudah mengikuti layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran pada siswa kelas VII-1 di MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015. PENDAHULUAN Istilah percaya diri merupakan sesuatu yang populer dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang sebenarnya punya masalah dengan istilah ini. Ada orang merasa telah kehilangan rasa percaya diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya, mungkin terkait dengan soal krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Orang yang penuh percaya diri juga cenderung lebih tenang dibandingkan dengan mereka yang kurang yakin akan kemampuan dirinya. Mereka tampak tidak gugup menghadapi persoalan atau perubahan lingkungan, sebab mereka cukup dapat menguasai persoalan atas lingkungan tersebut.
Menurut Sarastika (2014:45) ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri tinggi yaitu “yakin pada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain , merasa dirinya berharga, tidak menyombongkan diri, memiliki keberanian untuk bertindak, mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai, kemampuan bersosialisasi, dan bersikap positif dalam menghadapi masalah”. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Thantaway (dalam Setiawan 2014:12) “percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negarif,
kurang percaya pada kemamuannya, karena itu sering menutup diri”. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah terkait dengan siswa MTs ini, antara lain : Rendahnya percaya diri siswa MTs tampak dari perilaku-perilaku siswa dalam belajar di kelas, seperti : 1. Mengalami kesulitan mengutarakan pendapat di dalam kelas, 2. Ragu-ragu bertanya kepada guru, mengalami kesulitan berbicara dalam melakukan presentasi di depan kelas, dan 3. Ragu-ragu jika ingin menjawab pertanyaan guru. Dengan perhitungan keterbatasan kemampuan peneliti dan guna menghindari kesimpangsiuran dan untuk lebih mendekatkan arah permasalahan yang akan dikaji, maka kajian peneliti dibatasi pada konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan. Dari hasil identifikasi masalah diatas maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Pengaruh Yang Signifikan Konseling Remaja Menggunakan Strategi Kreatif Topik Permainan Peran Terhadap Sikap Percaya Diri Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015 ?”. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh gambaran sikap percaya diri siswa, yang diberikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015 ? Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan masukan untuk pengembangan ilmu, khususnya untuk meningkatkan sikap percaya diri dengan menggunakan konseling remaja strategi kreatif topik permainan peran. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta tambahan bagi pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti dan berguna bagi pihak yang berminat pada masalah yang sama. 2. Manfaat Praktis 1) Bagi siswa, khususunya yang mengalami krisis percaya diri diharapkan melalui strategi kreatif topik permainan peran ini dapat meningkatkan sikap percaya dirinya. 2) Bagi guru, sebagai bahan masukan dan umpan balik untuk membantu menangani msalah percaya diri siswa dan memecahkan masalah yang dihadapi siswa terkait masalah percaya diri melalui strategi kreatif. 3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam menangani sikap percaya diri siswa.
4) Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan beragam pendekatan pemecahan masalah yang berkaitan dengan percaya diri siswa KAJIAN TEORI Menurut Setiawan (2014:12) “percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya”. Menurut Thantaway (dalam Setiawan 2014:12) “percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat. Orang yang tidak percaya diri memilki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri”. Rasa percaya diri merupakan sebuah keberanian dalam menghadapi tantangan, karena memberi suatu kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih penting daripada keberhasilan atau kegagalan. Rasa percaya diri penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, seperti halnya ketika bergabung dengan suatu masyarakat yang di dalamnya terlibat di dalam suatu aktivitas atau kegiatan, rasa percaya diri meningkatkan keefektifan dalam aktivitas atas kegiatan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan sikap mental invidu dalam menilai diri, sehingga individu
tersebut memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu sesuai kemampuan. Rasa percaya diri adalah sikap atau keyakinan yang terdapat dalam diri sendiri. Percaya diri merupakan kemampuan seseorang untuk menerima dirinya apa adanya. Mampu mengerti seperti apa dirinya dan pada akhirnya akan percaya bahwa dirinya mampu melakukan berbagai hal dengan baik. Menurut Hakim (2002), ciriciri percaya diri yaitu : 1) Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu. 2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai. 3) Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi. 4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi. 5) Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya. 6) Memiliki kecerdasan cukup. 7) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.8) Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya. 9) Memiliki kemampuan bersosialisasi. 10) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik. 11) Mempunyai pengalaman hidup yang menerpa mentalnya menjadi kuat dantahan didalam menghadapi berbagai cobaan hidup. 12) Selalu bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah.
Dalam menjalani hidup ini kita membutuhkan percaya diri, jika kita ingin mencapai kesuksesan. Kepercayaan diri ini bisa kita dapatkan dengan cara memahami diri sendiri dan memahami kemampuan yang kita miliki. Ketika kita sudah yakin terhadap kemampuan yang kita miliki, maka rasa takut, cemas, gorgi yang ada dalam diri kita akan sirna. Menurut Sarastika (2014 : 53), percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang digolongkan menjadi dua, yaitu 1) faktor internal dan 2) faktor eksternal. Faktor Internal Konsep Diri terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh pada pergaulan. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya individu yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif. Harga Diri Harga diri yaitu penilaian terhadap diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain, sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi, individu yang mempunyai harga diri rendah bersifat
tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan. Kondisi Fisik Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada rasa percaya diri. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri semakin kuat. Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya hraga diri dan percaya diri seseorang. Pengalaman Hidup Kepercayaan diri yang diperoleh dari pengalaman mengecewakan, biasanya paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang, dan kurang perhatian. Faktor Eksternal Pendidikan Pendidikan mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Tingkat kependidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan yang lebih tinggi. Sebaliknya, individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan. Pekerjaan Bekerja dapat mengembangkan kreativitasdan kemandirian serta rasa percaya diri. Bekerja, selain memperoleh materi juga bis menguatkan rasa percaya diri. Hal ini karena, orang yang
bekerja akan merasa puas dan bangga karena mampu mengembangkan kemampuan diri. Lingkungan Lingkungan disini juga merupakan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga yang baik, seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka harga diri juga akan berkembang lebih baik. Tak dapat dipungkiri, semua pasti pernah mengalami rasa tak percaya diri sesekali waktu. Adakalanya agak sulit untuk membangkitkan kembali rasa percaya diri itu sewaktu dibutuhkan. Lebih dari itu semua, ingatlah bahwa kita selalu memiliki bakat dan kemampuan. Pastikan selalu melakukan yang terbaik untuk semua itu dan inilah yang akan jadi batu loncatan terbaik untuk membangun rasa percaya diri yang tak tergoyahkan. Berdasarkan itu semua, kesimpulannya bahwa kepercayaan diri itu adalah efek dari bagaimana kita merasa, meyakini, dan mengetahui. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya. Menurut Geldard (2012: 3) menyebutkan konseling remaja adalah proses bantuan yang dilakukan kepada seorang individu
dengan sikap, keyakinan, konstrak, perilaku, dan respon uniknya masing- masing dalam menghadapi tantangan yang dihadapinya. Konsekuensinya mengembangkan sebuah cara untuk bekerja secara kolaboratif dan proaktif dengan masing- masing remaja, menghargai mereka sebagai individu- individu dan mengundang mereka untuk terlibat aktif di dalam memilih strategi dan intervensi konseling yang menarik dan bermanfaat baginya. Brammer, Abergo & Shostrom (dalam Lubis 2011:83) memberikan langkahlangkah konseling tersebut sebagai berikut:
Langkah 1 : Membangun Hubungan Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena klien dan konselor harus saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional sebelum sampai pada pemecahan masalahnya. Pada tahapan ini, seorang klien perlu mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki konselor. Selain itu, konselor tidaklah mudah tanpa adanya kepercayaan, dan klien tidak akan membuka dirinya pada konselor. Oleh karena itu, seorang konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan kompeten menangani masalah klien. Langkah 2 : Identifikasi dan Penilaian Masalah Apabila hubungan konseling telah terjalin baik, maka langkah selanjutnya adalah mulai mendiskusikan sasaran- sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa yang menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor perlu memperjelas tujuan yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal
penting dalam langkah ini adalah bagaimana keterampilan konselor dapat mengangkat isu dan masalah yang dihadapi klien. Pengungkapan masalah klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosis secara cermat. Seringkali klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya, atau ia hanya secara samar menjelaskannya. Apabila hal ini terjadi, konselor harus membantu klien mendefenisikan masalahnya secara tepat agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosis. Langkah 3 : Memfasilitasi Perubahan Konseling Langkah berikutnya adalah konselor mulai memikirkan alternative pendekatan dan strategi yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan pula bagaimana konsekuensi dari alternative dan strategi tersebut. Jangan sampai teknik pendekatan dan strategi yang digunakan bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat pada diri klien, karena akan menyebabkan klien otomatis menarik dirinya dan menolak terlibat dalam proses konseling.
Langkah 4 : Evaluasi dan Terminasi Langkah keempat ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum. Evaluasi terhadap konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah laku klien yang berkembang ke arah yang lebih positif. Pertanyaan evaluasi yang penting mencakup: Apakah hubungan ini telah memberi kemajuan pada diri klien? Sejauh mana membantu? Bila tidak,
mengapa hal itu bisa terjadi? Apakah semua sasaran strategi telah tercapai? Dan sebagainya. Krumbolrtz (dalam Lubis 2011:64) menyebutkan bahwa “tujuan konseling yaitu mengubah penyesuaian perilaku yang salah, belajar membuat keputusan, dan mencegah munculnya masalah”. Tujuan konseling lainnya diungkapkan oleh Shertzer dan Stone (dalam Lubis 2011: 65) sebagai berikut: (1) kesehatan mental positif (positive mental health); (2) pemecahan masalah (problem resolution); (3) keefektifan pribadi (personal effectiveness); (4) pembuatan keputusan (decisious making); dan (5) perubahan tingkah laku (behavioral change). Menurut Geldard (2011:265) ada empat strategi yang ada dalam konseling remaja, yaitu: a. Strategi Simbolis b. Strategi kreatif c. Strategi perilaku dan perilaku kognitif d. Strategi psiko-edukatif Strategi diatas dipakai sesuai dengan permasalahan yang ada pada remaja. Strategi kreatif membutuhkan aktivitas pada remaja, oleh karenanya harus dipilih yang paling berkesesuaian dengan kemampuan dan kebutuhan remaja. Strategi kreatif sangatlah penting untuk memberikan pilihan pada remaja tentang partisipasi mereka dalam berbagai aktivitas selama proses konseling. Menurut Geldrard (2011:299) strategi kreatif ini memiliki beberapa topik : a) Seni b) Jurnal c) Relaksasi d) Imajinasi
e) Kerja mimpi f) Permainan peran Semua strategi kreatif ini khususnya sangat menarik pada remaja, karena semua strategi ini melibatkan aktivitas yang menarik dan dinamis. Konselor harus sensitif terhadap pribadi remaja ketika memilih strategi kreatif karena pada dasarnya remaja berada dalam sebuah fase di hidupnya yang di dalamnya mereka melakukan eksperimen dengan berbagai kognisi baru. Menurut Geldard (2011:311) “permainan peran merupakan sebuah cara yang sempurna untuk menjaga aliran energi. Ketika melakukan permainan peran, banyak remaja menjadi terlibat secara aktif dalam sebuah proses yang dinamis. Mereka dapat menampilkan berbagai bagian dalam kehidupan mereka dalam suatu cara yang melibatkan fisik dan penuh semangat, yang bagi banyak remaja teras lebih muda dan nyaman daripada hanya duduk dan membicarakan berbagai persoalan”. Menurut Geldard (2011:312) permainan peran dapat digunakan untuk beberapa tujuan di bawah ini, yakni : a) Untuk mendapatkan sebuah pemahaman tentang peran dan hubungan b) Untuk dapat bersentuhan dengan perasaan c) Untuk mengeksplorasi berbagai bagian diri d) Untuk menetapkan pilihan e) Untuk mengeksternalisasi kepercayaan atau perasaan f) Untuk mempraktikkan dan melakukan eksperimen pada perilaku baru.
Pendekatan Sosiodrama dengan Menggunakan Bantal Dalam pendekatan ini, langkah-langkah dalam konseling remaja yaitu diajak untuk memilih sekumpulan bantal dengan gambar yang beragam. Remaja awalnya akan diminta ‘Pilihlah sebuah bantal untuk merepresentasikan dirimu’. Setelah memilih bantal, mereka kemudian diminta untuk mendeskripsikan bantal tersebut dan memainkan sebuah peran sesuai dengan karakteristik bantal yang mereka ambil. Bantal yang telah dipilih oleh remaja tersebut tidak boleh dipilih lagi dalam pertemuan selanjutnya. Bantal tersebut secara efektif adalah sebuah simbol bagi para remaja, sehingga, dengan mendeskripsikan bantal tersebut, para remaja akan menemukan informasi tentang diri mereka yang sebelumnya tidak mereka sadari. Konselor dapat mengambil posisi dan bertindak sebagai alter ego mereka, menambahi apa yang dikatakan klien dan mengulang apa yang dikatakan dengan energy dan perasaan emosional yang lebih. Menurut Geldard (2011:318) keunggulan dari proses ini sebagai berikut : a. Teknik ini lebih fleksibel karena memungkinkan pemindahan bantal yang lebih mudah ketika hubungan berubah dalam persepsi remaja. b. Penggunaan bantal memungkinkan drama dilangsungkan lebih cepat, karena dari pada harus berdiri kemudian duduk kembali setiap terjadi pergantian peran, remaja dapat dengan cepat bergerak dari satu bantal ke bantal lain. c. Eksperimen dapat dilakukan dengan mudah berkenaan dengan
perubahan dalam hubungan,. Sebagai contoh, konselor dapat memindahkan sebuah bantal untuk lebih dengan bantal lain dan meneliti respons anak tersebut. Dalam proses ini, konselor harus mengarahkan drama secara proaktif. Pada satu waktu dalam proses ini, konselor dapat mengamati bahwa penyelesaian terhadap berbagai persoalan telah terjadi. Kemudian remaja itu diminta untuk meninggalkan semua bantal tersebut, duduk, dan membicarakan perasaan mereka saat itu. Ketika penyelesaian masalah tidak terjadi, konselor dapat meringkas proses ini, sehingga kesadaran remaja itu terhadap perasaan dan persoalan mereka akan meningkat. Drama yang diciptakan dengan menggunakan bantal menyediakan kesempatan bagi konselor untuk secara proaktif mengenalkan keterampilan konseling dan memanfaatkan humor dalam proses konseling. Drama yang diarahkan dengan tepat akan menjadi intens, hidup dan terkadang menghibur, menarik ketertarikan dan imajinasi remaja.
2.1.2
Kerangka Konseptual Dengan dilaksanakannya konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran maka diharapkan siswa dapat memiliki sikap percaya diri yang baik. Dalam pendekatan ini, remaja diajak untuk memilih sekumpulan bantal dengan gambar yang beragam. Remaja awalnya akan diminta untuk memilih sebuah bantal untuk merepresentasikan dirinya. Setelah memilih bantal, mereka kemudian diminta untuk mendeskripsikan
bantal tersebut dan memainkan sebuah peran sesuai dengan karakteristik bantal yang mereka ambil. Bantal tersebut secara efektif adalah sebuah simbol bagi para remaja, sehingga dengan mendeskripsikan bantal tersebut, para remaja akan menemukan informasi tentang diri mereka yang sebelumnya tidak mereka sadari. Melalui topik permainan peran, remaja dapat menampilkan berbagai bagian dalam kehidupan mereka dalam suatu cara yang melibatkan fisik dan penuh semangat, terasa lebih mudah dan nyaman daripada hanya duduk dan membicarakan berbagai persoalan. 2.1.5 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen. Penelitian eksperimen erat kaitannya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh yang dikenakan perlakuan. Perlakuan tersebut yaitu konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek penelitian sebanyak 3 orang siswa yang diambil secara random (acak). Peneliti harus
menentukan subjek penelitian dengan cara pengambilan subjek penelitian yaitu membagi angket, menemukan siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, dan mengambil sampel secara random berdasarkan sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015. Desain penelitian ini menggunakan desain pretest posttest group desain dengan pola sebagai berikut : O1 X O2 Keterangan: : Dilakukan sebelum memberikan konseling remaja strategi kreatif topik permainan peran (pre- test) X : Perlakuan (konseling remaja strategi kreatif topik permainan peran) : Dilakukan setelah pemberian konseling remaja strategi kreatif topik permainan peran Sebelum dan sesudah eksperimen dilakukan beberapa varian yang dikontrol adalah adalah internal varian dan eksternal varian, yaitu: 1) History. Pada penelitian yang membutuhkan waktu relatif lama, ada kemungkinan terjadi hal-hal yang mempengaruhi proses penelitian itu sehingga hasil akhir penelitian tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh (treatment) perlakuan, tetapi oleh hal-hal lain. 2) Maturation. Pada saat penelitian berlangsung, ada kemungkinan para subjek yang diteliti mengalami “pendewasaan” (maturation). Mereka mungkin bertambah cerdas, bertambah terampil, lebih percaya diri dan sebagainya. Jadi, hasil penelitian lagi-lagi tidak hanya akibat dari
3)
4)
5)
6)
treatmen, tetapi juga dipengaruhi faktor maturation ini. Testing. Dalam studi eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test, ada kemungkinan subjek menjadi lebih atau tahu tentang test (terutama post-test), atau menjadi test-wise. Maka, kalaupun ada kenaikan nilai test (post > pre). Hal ini mungkin lantaran subjek menjadi lebih pintar alias test-wise. Bisa juga terjadi kualitas pre-test tidak sama dengan kualitas post-test. Misalnya post-test lebih mudah dari pre-test, maka wajar hasil post-test lebih baik daripada hasil pre-test-nya (lihat juga “instrumention”). Instrumentation. Ini berhubungan dengan kualitas instrument penelitian. Misalnya, pre-test dibuat sangat sulit (tingkat kesukaran tinggi), sedangkan post-test dibuat dengan tingkat kesukaran lebih rendah (mungkin karena ketidak sengajaan) maka hasil pos > pre, hal ini bukan dari hasil treatment, tetapi dari kesalahan instrument itu. Stratistical regression. Ini berhubungan dengan perhitungan statistik. Eksperimental mortality. Ini berhubungan dengan tingkat drop out subjek penelitian. Jika satu persatu subjek mengundurkan diri dari penelitian, lama-lama peneliti akan kekurangan subjek untuk diteliti. Mungkin secara kuantitas jumlahnya masih cukup. Tetapi bila profile subjek berubah drastis (kelompok tertentu masih banyak, kelompok lain sebagai kelompok pembanding katakanlah tinggal
satu orang), penelitian praktis tidak mungkin dilanjutkan. Semua variabel yang berhubungan dengan fenomena di atas harus dikontrol oleh peneliti. Jika tidak, pasti akan terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Apa yang dimaksud dengan “dikontrol” adalah antisipasi sedini mungkin dan kemudian “dijaga” agar tidak mencemari proses eksperimen. Adapun prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Memberikan seperangkat angket (pretest) untuk mencari data tentang percaya diri. 2. Memeriksa hasil angket, kemudian menemukan siswa (sampel penelitian) yang tergabung dalam kategori siswa yang memiliki percaya diri rendah. 3. Melakukan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran sebanyak lima kali pertemuan. 4. Setelah konseling remaja berakhir, siswa kembali diberikan angket tentang pecaya diri (postest) untuk meningkatkan percaya diri siswa. 5. Melakukan analisis data. 6. Membuat kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: 1. Variabel Bebas Variabel bebas yang ditetapkan pada penelitian ini adalah konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permaian peran. 2.
Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah meningkatkan sikap
percaya diri siswa kelas VIII MTs Negeri 2 Medan. Untuk menguji hipotesis diatas dengan taraf nyata α = 0,01 atau α = 0,05, bandingkan J diatas dengan J yang diperoleh dari daftar tabel uji Wilcoxon. Jika J dari perhitungan lebih kecil atau sama dengan J dari daftar tabel uji wilcoxon, maka ditolak atau sebaliknya, apabila J dari perhitungan lebih besar dari daftar tabel uji wilcoxon maka diterima. Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Negeri 2 Medan. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Mei-Juli 2015.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran tentang sikap percaya diri dengan menyebarkan angket sebelum pemberian layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran (pre-test) dan setelah pemberian layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran(post-test). Selanjutnya data-data ini diolah dengan tahapan: mendeskripsikan data, menguji persyaratan analisis, dan menguji hipotesis. Sebelum mengemukakan ketiga langkah tersebut, dikemukakan terlebih dahulu gambaran umum lokasi penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji jenjang bertanda wilcoxon pada uji jumlah jenjang wilcoxon diperoleh hasil perhitungan jumlah jenjang bertanda positif = 0 dan jumlah jenjang bertanda negatif = 6. jadi, nilai J = 0
yaitu jumlah jenjang yang lebih kecil.
Pembahasan Penelitian Sikap percaya diri siswa memperoleh skor rata-rata pre test 103,6. Skor tersebut merupakan hasil rata-rata dari 3 orang siswa. Setelah mendapatkan layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran kecenderungan sikap percaya diri siswa lebih tinggi. Hasil post test menunjukkan bahwa 3 orang siswa yang menjadi sampel penelitian mengalami peningkatan skor ratarata menjadi 140,6 dan kecenderungan sikap percaya diri siswa berkategori tinggi. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, uji jenjang bertanda wilcoxon untuk n = 3, α = 0,05 pengujian dua arah J0,05 = 0. Oleh karena J(0) < J0,05 (0) maka sikap percaya diri siswa setelah mendapatkan layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran lebih tinggi dibandingkan sebelum mendapatkan layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran. Strategi kreatif membutuhkan aktivitas pada remaja, oleh karenanya harus dipilih yang paling berkesesuaian dengan kemampuan dan kebutuhan remaja. Strategi kreatif sangatlah penting untuk memberikan pilihan pada remaja tentang partisipasi mereka dalam berbagai aktivitas selama proses konseling. Konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran merupakan salah satu dari upaya untuk meningkatkan sikap percaya diri siswa di MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015. Di samping itu perlu dikembangkan
layanan-layanan bimbingan dan konseling lainnya dalam upaya meningkatkan sikap percaya diri siswa seperti layanan informasi, layanan penguasaan konten, layanan bimbingan kelompok dan layanan konseling kelompok. Dengan demikian, berdasarkan tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran sikap percaya diri siswa yang diberikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran dan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015 maka peneliti telah menemukan gambaran sikap percaya diri siswa yang diberikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran dan terdapat pengaruh yang signifikan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran terhadap sikap percaya diri siswa VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap percaya diri siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan. Hasil perhitungan pada kelompok perlakuan diperoleh Jhitung = 0, Dengan α = 0,05 dan n=3, maka berdasarkan daftar, Jtabel = 0. Dari data tersebut terlihat bahwa Jhitung sama dengan nilai Jtabel (0=0), maka hipotesis diterima, Ho ditolak artinya
ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sehingga, sikap percaya diri siswa meningkat sesudah mengikuti konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran. Saran Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi pihak sekolah terutama kepada guru Bk agar lebih memperhatikan siswa yang sikap percaya dirinya rendah, salah satunya dengan mengadakan layanan konseling remaja menggunakan strategi kreatif topik permainan peran. 2. Untuk konselor sekolah hendaknya mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik, seperti menggunakan layanan informasi dengan berbagai media seperti video yang menarik perhatian siswa dan mengadakan bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap percaya diri siswa. 3. Kepada peneliti lain yang menaruh perhatian untuk meneliti tentang sikap percaya diri siswa, agar lebih memperhatikan aspek-aspek lain yang memiliki hubungan dengan sikap percaya diri siswa. 4. Diharapkan siswa dapat sikap percaya diri dan lebih serius dalam mengikuti layananlayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang diberikan oleh guru BK. DAFTAR PUSTAKA Afifi, John.2014.1 Menit Mengatasi Rasa Percaya Diri. Jogjakarta :FlashBooks Geldard, Kethryn & Geldard, David. 2011. Konseling Remaja
PendekatanProaktif untuk Anak Muda. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Geldard, Kethryn. 2009. Konseling Remaja : Intervensi Praktis Bagi Remaja Beresiko. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Hartono, Bambang. 1994. Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Hakim. 2002. Percaya Diri. http://www.scribd.com. Diakses pada 16 Maret 2015 Izuan, Mohammad. 2014. Pengaruh Bimbingan Kelompok dengan Teknik Bermain Peran Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Medan FIP UNIMED Lubis, N.L. 2011. Memahami Dasardasar Konseling. Jakarta : Kencana Prenada. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta:Kencana. Sarastika, Pradipta. 2014. Stop Minder & Grogi Saatnya Tampil Beda dan Percaya Diri. Yogyakarta : Araska Setiawan, Pongky. 2014. Siapa Takut Tampil Percaya Diri. Yogyakarta : Parasmu Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito Sugiyono .2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Willis, Sofyan. 2011. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:Alfabeta.