JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016
PENGARUH KOMITMEN PROFESI DAN SELF EFFICACY TERHADAP NIAT UNTUK MELAKUKAN WHISTLE BLOWING Tria Heni Hidayati Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Pembimbing: Adeng Pustikaningsih Staf Pengajar Jurusan P. Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak : Pengaruh Komitmen Profesi Dan Self Efficacy Terhadap Niat Untuk Melakukan Whistle Blowing. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) Pengaruh komitmen profesi terhadap niat untuk melakukan whistle blowing, (2) Pengaruh self efficacy terhadap niat untuk melakukan whistle blowing, (3) Pengaruh komitmen profesi dan self efficacy terhadap niat untuk melakukan whistle blowing. Populasi adalah bagian keuangan rumah sakit di Kabupaten Purworejo berjumlah 76 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik sampling menggunakan sampel jenuh. Jumlah sampel terkumpul 51 orang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Komitmen profesi berpengaruh positif terhadap niat untuk melakukan whistle blowing ditunjukkan nilai konstanta 33,438, nilai R 0,454 dan nlai t hitung 3,563. (2) Self efficacy berpengaruh positif terhadap niat untuk melakukan whistle blowing ditunjukkan nilai konstanta 30,214, nilai R 0,319 dan nilai t hitung 2,356. (3) Komitmen profesi dan self efficacy secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap niat untuk melakukan whistle blowing ditunjukkan nilai R 0,541 dan nilai F hitung 9,942. Kata kunci : Komitmen Profesi, Self Efficacy, Whistle Blowing
Abstract : The Influence Of Professional Commitment And Self Efficacy On The Intention To Do Whistle Blowing. This study to determine: (1) The influence of professional commitment on the intention to do whistle blowing. (2) The influence of self-efficacy on the intention to do whistle blowing. (3) The influence of professional commitment and self-efficacy on the intention to do whistle blowing. The population is part of the hospital’s financial at Purworejo Regency amount 76 people. Data collection technique using questionnaire. Sampling technique using saturated sample. The number of sample collected 51 people. Results showed (1) Professional commitment has positive influence on the intention to do whistle blowing, the value of constant is 33,438, the value of r is 0,454, and the value of t is 3,563. (2) Self-efficacy has positive influence on the intention to do whistle blowing, the value of constant is 30,214, the value of r is 0,319, and the value of t is 2,356. (3) Professional commitment and self-efficacy simultaneously has positive influence on the intention to do whistle blowing, the value of r is 0,541 and the value of F is 9,942. Keywords: Professional Commitment, Self Efficacy, Whistle Blowing
akuntan. Profesi akuntansi sebagai profesi
PENDAHULUAN Maraknya kasus pelanggaran akuntansi
penyedia
informasi
sudah
seharusnya
di dalam dan di luar negeri mencerminkan
menyediakan informasi yang terpercaya.
ketidakprofesionalan dan pelanggaran etis
Kegagalan dalam menyediakan informasi 97
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 yang
terpercaya
kerugian
bagi
dapat
para
mengakibatkan laporan
Indonesia. Praktik bisnis yang terjadi selama
keuangan. Kerugian tersebut dikarenakan
ini dinilai masih cenderung mengabaikan
para
keuangan
etika, rasa keadilan, dan diwarnai praktik-
mendasarkan keputusannya pada informasi
praktik tidak terpuji atau moral hazard.
yang disajikan oleh profesi akuntansi,
Pelaku kecurangan dalam organisasi bisa
sehingga
dalam bentuk korupsi, penyalahgunaan aset,
pengguna
informasi
pengguna
pebisnis yang tidak bertanggung jawab di
laporan
yang
salah
dapat
berujung pada keputusan yang salah pula.
maupun pelaporan keuangan yang curang.
Kegagalan mencegah dan mendeteksi
Kecurangan
tersebut
dilakukan
dalam
kecurangan mempunyai konsekuensi serius
kaitannya dengan jabatan seseorang yang
bagi organisasi. Di AS, diperkirakan biaya-
dengan sengaja salah menggunakan maupun
biaya keuangan yang dihubungkan dengan
salah mengaplikasikan sumberdaya atau aset
kecurangan karyawan sekitar US$50 milyar
perusahaan (ACFE).
tiap tahun (Anayanti Rahmawati, 2010: 5). Suatu
survei
menunjukkan
yang bahwa
terbaru biaya
di
Di Indonesia, sudah terdeteksi berbagai
UK
praktek yang menjurus korupsi di level
kecurangan
mikro
pelayanan
klinis
dan
sistem
karyawan kepada perusahaan yang tercatat
manajemen rumah sakit, antara lain :
sejumlah ₤ 2 milyar dalam satu tahun
dokumen asuransi yang tidak beres, tagihan
(Management Issues News). Dalam tahun
perawatan yang tidak sah; pembelian obat
2004, di Australia dan Selandia Baru ,
dan bahan habis pakai yang fiktif; penjualan
KPMG meneliti sebanyak 491 bisnis dari
bahan dan obat yang tidak sesuai aturan dan
berbagai macam industri yang menunjukkan
cenderung merugikan masyarakat; dokter
bahwa 27.657 peristiwa dari kecurangan di
tidak aktif menangani pasien (mewakilkan
dalam satu tahun, mulai April 2002 sampai
ke
dengan Maret 2004 dengan total kerugian
menerima
sejumlah A$4567 juta (KPMG Forensic).
pabrik/distributor obat dan alat kesehatan
Di
Indonesia
lain
atau
jasa,
residen) kolusi
namun dengan
atau
yang merugikan pasien. Akibat dari tindak
pelanggaran etika juga bisa terjadi di mana
kecurangan dapat berupa kerusakan fisik,
saja, baik itu industri perdagangan maupun
kemacetan pembangunan fisik, nama baik
jasa seperti perhotelan dan rumah sakit (Dwi
dan citra, termasuk keluarganya, karir
Ambarini, 2013: 2). Banyak hal yang
berhenti, mutu pelayanan rumah sakit
berhubungan
menurun,
dengan
kecurangan
dokter
pelanggaran
etika
bisnis yang sering dilakukan oleh para
dan
Trisnantoro, 2013). 98
sebagainya.
(Laksono
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 Kerugian dari kecurangan akuntansi adalah
menurunnya
tertentu yang mengakibatkan whistle blower
akuntabilitas
merasa takut dan dipaksa untuk melakukan
manajemen dan membuat para pemegang
atau
saham
tidak
melakukan
sesuatu
yang
meningkatkan
biaya
monitoring
berkenaan dengan kesaksiannya dalam suatu
manajemen.
Pada
umumnya
kasus. Hal ini merupakan salah satu
terhadap
kecurangan akuntansi berkaitan dengan
penyebab
rendahnya
keberanian
korupsi. Dalam korupsi tindakan yang lazim
mengungkap kecurangan (Theodorus M.
dilakukan diantaranya adalah memanipulasi
Tuanakotta,
2010:
pencatatan, penghilangan dokumen dan
keberanian
mengungkap
mark-up. Hal tersebut merupakan tindakan
kecurangan
yang
yang merugikan keuangan organisasi.
perusahaan
614).
ada
untuk
Rendahnya kecurangan-
dalam
menimbulkan
sebuah
pertanyaan
Oleh karena itu, diperlukan adanya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengendalian intern untuk mengarahkan,
niat individu untuk melakukan whistle
mengawasi, dan mengukur sumber daya
blowing.
suatu organisasi. Pengendalian ini berperan
Komitmen profesi dalam beberapa
penting untuk mencegah dan mendeteksi
penelitian ditemukan memiliki peran dalam
kecurangan serta melindungi sumber daya
niat untuk melakukan whistleblowing. Elias
organisasi, baik yang berwujud maupun
Rafik Z (2008) menyatakan bahwa level
tidak. Salah satu bentuk pengendalian intern
komitmen
untuk mencegah pelanggaran akuntansi
landasan etis. Lebih lanjut, Kaplan dan
sehingga dapat mengembalikan kepercayaan
Whitecotton
masyarakat
melakukan
Merdikawati (2012: 28) menemukan bahwa
whistle blowing. Whistle blowing adalah
terdapat hubungan positif antara komitmen
pelaporan yang dilakukan oleh anggota
profesi dan niat auditor dalam melakukan
organisasi
aktif)
whistleblowing. Hasil penelitian tersebut
mengenai pelanggaran, tindakan ilegal, atau
mengindikasikan bahwa akuntan yang lebih
tidak bermoral kepada pihak di dalam
berkomitmen terhadap profesinya lebih
maupun di luar organisasi (Theodorus M.
memiliki kecenderungan untuk melaporkan
Tuanakotta, 2010).
pelanggaran.
adalah
(aktif
dengan
maupun
non
profesi
mempengaruhi
(2001)
dalam
level
Risti
Menjadi whistle blower merupakan
Menjadi whistle blower merupakan
tindakan yang berisiko karena terdapat
tindakan yang berisiko karena terdapat
ancaman fisik dan psikis baik secara
ancaman fisik dan psikis baik secara
langsung maupun tidak langsung dari pihak
langsung maupun tidak langsung dari pihak 99
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 tertentu yang mengakibatkan whistle blower
penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini
merasa takut dan dipaksa untuk melakukan
adalah penelitian asosiatif dimana penelitian
atau
yang
untuk mengetahui hubungan sebab-akibat
berkenaan dengan kesaksiannya dalam suatu
antara variabel bebas (variabel independen)
kasus. Individu dengan self efficacy yang
dengan variabel terikat (variabel dependen).
tinggi akan cenderung lebih berani untuk
Waktu dan Tempat Penelitian
tidak
melakukan
sesuatu
mengungkapkan kecurangan yang terjadi di lingkungan
organisasinya
karena
Penelitian
dilakukan
di
bagian
dia
keuangan pada setiap rumah sakit di
mempunyai keyakinan terhadap kemampuan
Kabupaten Purworejo yaitu RSUD Saras
mereka
Husada, RSIA Kasih Ibu, RSIA ‘Aisyiyah,
(Macnab Brent R & Worthley
Reginald, 2008: 3). Hal ini didukung oleh
dan RSIA Permata pada bulan April 2014.
pendapat Ratno Purnomo dan Sri Lestari
Populasi
(2010: 147) bahwa self efficacy memainkan
Populasi pada penelitian ini adalah
peran yang penting dalam perilaku etis
bagian keuangan pada setiap rumah sakit di
dalam sebuah organisasi.
Kabupaten Purworejo yang berjumlah 76
Meskipun
di
Indonesia
penelitian
orang.
mengenai whistle blowing sudah pernah
Prosedur
dilakukan, namun penelitian sebelumnya telah
meneliti
faktor-faktor
Peneliti
penentu
membagikan
kuesioner
langsung kepada responden untuk diisi
seseorang melakukan whistle blowing di
kemudian dikembalikan kepada peneliti.
kalangan akuntan perusahaan, auditor, dan
Data,
mahasiswa. Sedangkan di kalangan akuntan
Pengumpulan
rumah sakit masih jarang dilakukan.
Data
Penelitian
ini
akan
Instrumen,
dan
Teknik
membuktikan
Data dalam penelitian ini merupakan data
faktor-faktor yang mempengaruhi antara
primer yang dikumpulkan secara langsung
intensi dalam melakukan whistle blowing
oleh
berdasarkan theory of planned behavior
pernyataan dengan skor skala sikap model
(TPB).
likert yang disusun berdasarkan instrumen
peneliti
menggunakan
daftar
penelitian. Instrumen dari variabel whistle METODE PENELITIAN
blowing menurut Hwang and Staley (2013)
Jenis Penelitian
adalah
Metode
penelitian
yang
faktor
yang
mendorong
untuk
digunakan
melakukan whistle bowing antara lain
dalam mencari dan mengolah data adalah
kedilan sosial dan etika profesi, moral, 100
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 imbalan uang, dorongan rekan, hukum dan
distribusi untuk menyajikan data yang
kebijakan, dampak dalam organisasi dan
telah diolah dari responden.
dampak ke masyarakat. Sedangkan faktor yang menghambat untuk melakukan whistle
2) Uji Asumsi Klasik
blowing antara lain kekuatan sistem kontrol
Oleh
karena
penelitian
internal, perhatian media, pembalasan, dan
menggunakan
keyakinan yang rendah. Instrumen dari
berganda, maka perlu dilakukan uji
variabel komitmen profesi menurut Allen
prasyarat analisis terlebih dahulu.
dan Meyer (1999) adalah komitmen afektif,
a)
komitmen
menguji
normatif,
dan
komitmen
alat
analisis
ini regresi
Uji Normalitas, bertujuan untuk apakah
dalam
model
regresi
berkelanjutan. Instrumen dari variabel self
variabel bebas dan terikat berdistribusi
efficacy menurut Bandura (1986) adalah
normal
dimensi
Digunakan
magnitude,
strength,
dan
(Imam
Ghozali,
teknik
2006:
147).
Kolmogorov-Smirnov
generality.
dalam uji ini. Dikatakan normal, apabila
Teknik Analisis Data
nilai taraf signifikansinya lebih dari 0,05.
Teknik analisis data dalam penelitian ini
b)
Uji
Multikolinieritas,
bertujuan
menggunakan program SPPS 17.0 for
untuk mendeteksi gejala korelasi antar
Windows.
variabel independen. Model regresi yang
Uji Instrumen Data
baik tidak terjadi gejala korelasi. Uji
Sebuah instrumen harus diuji terlebih
dilakukan dengan melihat nilai VIF dan nilai
dahulu sebelum digunakan untuk mengukur
tolerance. Apabila nilai VIF > 10 dan nilai
variabel. Instrumen dapat digunakan jika
tolerance <0,10, maka tidak terjadi gejala
memenuhi syarat yaitu valid dan reliabel.
multikolinieritas. (Imam Ghozali, 2006)
Dikatakan valid berarti instrumen tersebut
c)
dapat digunakan untuk mengukur apa yang
untuk menguji apakah dalam model regresi
akan diukur (Sugiyono, 2010). Instrumen
terjadi ketidaksamaan varian dari residual
dikatakan
dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain,
responden konsisten dan stabil. (Imam
yang disebut heteroskedastisitas. Model
Ghozali, 2006: 45)
yang baik adalah homokedastisitas. Uji ini
1) Analisis Statistik Deskriptif
menggunakan teknik Glesjer yang apabila
reliabel
Analisis
ini
mendeskripsikan variabel
terikat.
jika
jawaban
digunakan variabel
bebas
Digunakan
untuk
Uji Heteroskedastisitas, bertujuan
nilai signifikansi masing-masing variabel
dan
lebih
tabel
dari
0,05
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. (Imam Ghozali: 2006) 101
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 d)
Uji
Linearitas,
bertujuan
untuk
mengetahui apakah variabel bebas dan
Gambar 1. Pie Chart Whistle Blowing Dari data diatas dapat dilihat bahwa
terikat memiliki hubungan linear atau tidak.
niat whistle blowing profesi pada bagian
Uji ini dilakukan dengan melihat nilai
keuangan rumah sakit di Kabupaten
Deviation from Linearity. Dua variabel
Purworejo
dikatakan linear apabila nilai signifikansinya
dengan persentase 31 %.
adalah
yang
ditunjukkan
lebih dari 0,05. b. Variabel Komitmen Profesi 3) Uji Hipotesis a)
Analisis Regresi Linear Sederhana Digunakan untuk menguji hipotesis 1
dan 2. Dalam analisis regresi sederhana, langkah yang ditempuh adalah membuat garis
regresi
linear
sederhana
Gambar 2. Pie Chart Komitmen Profesi Dari data diatas dapat dilihat bahwa
dan
membandingkan ttabel dengan thitung. Apabila
komitmen profesi pada bagian keuangan
thitung lebih besar dari ttabel, maka hipotesis
rumah sakit di Kabupaten Purworejo adalah
diterima.
tinggi yang ditunjukkan dengan persentase
b) Analisis Regresi Linear Berganda
49%.
Digunakan untuk menguji hipotesis 3. Langkah yang ditempuh adalah: mencari persamaan koefisien
garis
prediktor,
determinasi,
c. Variabel Self Efficacy
mencari
membandingkan
Fhitung dengan Ftabel Hipotesis diterima apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel. Gambar 3. Pie Chart Self Efficacy Dari data diatas dapat dilihat bahwa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif a. Variabel Niat Whistle Blowing
self efficacy pada bagian keuangan rumah sakit di Kabupaten Purworejo adalah tinggi yang ditunjukkan dengan persentase 56%. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
102
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 Berdasarkan
hasil
uji
normalitas,
d. Uji Linearitas
diketahui nilai Asymp. Sig. > 0,05 maka
Tabel 2. Hasil Uji Linearitas
dapat
Variabel
disimpulkan
bahwa
data
yang
diperoleh berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
X1
0,997
1,003
Tidak
0,997
F Tabel
Keterangan
X1-Y
1.017
4.0384
Linear
X2-Y
1.590
4.0384
Linear
Sumber: data primer diolah, 2014
Tabel 1. Hasil Uji Multikolinearitas
X2
F Hitung
1,003
Berdasarkan hasil uji linearitas di atas menunjukkan bahwanilai F
terjadi
multikolinearitas
bebas
Tidak
demikian
terjadi
multikolinearitas
lebih
kecildari
dapat
F
hitungvaraibel tabel.Dengan
disimpulkan
bahwa
hubungan antara variabel X dan variabel Y
Sumber: data primer diolah, 2014
adalah linear. Dari tabel diatas diketahui bahwa semua data memiliki nilai tolerance>0,10
Hasil Uji Hipotesis
dan nilai VIF<10, maka dapat disimpulkan
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas.
H1 : Komitmen profesi berpengaruh positif
c. Uji Heteroskedastisitas
terhadap niat untuk melakukan whistle blowing.
Sumber: data primer diolah, 2014
Tabel 3. Hasil Analisis X1 terhadap Y Variabel Koefisien t hitung Sig Regresi Konstanta 33,438 6,796 0,000 Komitmen 0,422 3,563 0,001 Profesi r : 0,454 R Square : 0,206 Sumber: data primer diolah, 2014 Berdasarkan tabel diatas, persamaannya
Gambar 4. Grafik Scatterplot
adalah:
Dari gambar diatas dapat dilihat
Y = 33,438 + 0,422X
bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik Berdasarkan hasil perhitungan regresi
di bagian atas angka nol atau di bagian
linear sederhana yang ditunjukkan tabel di
bawah angka nol dari sumbu vertikal atau sumbu
Y.
Dengan
disimpulkan
bahwa
demikian
dapat
tidak
terjadi
atas dapat diketahui nilai konstanta sebesar 33.438 menunjukkan bahwa besarnya niat untuk melakukan whistle blowing (Y)
heteroskedastisitas. 103
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 sebesar 33,438 tanpa dipengaruhi oleh
niat untuk melakukan whistle blowing (Y)
Self 0,498 2,356 Efficacy r : 0,319 R Square : 0,102 Sumber: data primer diolah, 2014
akan meningkat sebesar 0,422. Hal ini
Berdasarkan tabel diatas, persamaannya
berarti komitmen profesi (X1) berpengaruh
adalah:
komitmen profesi (X1=0). Jika komitmen profesi meningkat sebesar 1 satuan maka
positif terhadap niat untuk melakukan
0,023
Y = 30,214 + 0,498 X
whistle blowing (Y). Berdasarkan hasil perhitungan regresi
Nilai koefisien korelasi (r) bernilai
linear sederhana yang ditunjukkan pada
positif sebesar 0,454 dan R square (R2) yang
tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai
diperoleh sebesar 0,206 (20,6%). Hal ini berarti
variabel
komitmen
konstanta sebesar 30.214 menunjukkan
profesi
besarnya niat untuk melakukan whistle
mempengaruhi variabel niat whistle blowing
blowing
sebesar R2 atau sebesar 20,6%, sedangkan
(Y) akan meningkat sebesar 0.498. Hal ini
3,563. Karena nilai
berarti self efficacy(X2) berpengaruh positif
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,001<
terhadap niat untuk whistle blowing (Y).
0,05), nilai thitung lebih besar dari ttabel 3,563
Nilai koefisien korelasi (r) bernilai
(3,563>2,007) dan koefisien korelasi (r)
positif sebesar 0,319 dan R square (R2) yang
memiliki arah positif sebesar 0,454 maka yang
tanpa
maka niat untuk melakukan whistle blowing
Nilai signifikansi sebesar 0,001 dan
pertama
30.214
self efficacy meningkat sebesar 1 satuan
variabel lain diluar penelitian ini.
hipotesis
sebesar
dipengaruhi oleh self efficacy (X2 = 0). Jika
sisanya sebesar 79,4% dipengaruhi oleh
nilai thitung sebesar
(Y)
diperoleh sebesar 0,102 (10,2%). Hal ini
menyatakan
berarti variabel self efficacy mempengaruhi
“Komitmen profesi berpengaruh positif
variabel niat whistle blowing sebesar R2 atau
terhadap niat untuk melakukan whistle
sebesar 10,2%, sedangkan sisanya sebesar
blowing” diterima.
89,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
H2 : Self Efficacy berpengaruh positif
penelitian ini.
terhadap niat untuk melakukan whistle
Nilai signifikansi sebesar 0,023 dan
blowing.
nilai thitung sebesar 2,356. Karena nilai
Tabel 4. Hasil Analisis X2 terhadap Y Variabel Koefisien t hitung Sig Regresi Konstanta 30,214 3,448 0,001
signifikansi
lebih
kecil
dari
0,05
(0,023<0,05), nilai thitung lebih besar dari ttabel 2,356 (2,356>2,007) dan koefisien 104
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 korelasi (r) memiliki arah positif sebesar
antara komitmen profesi dan self efficacy
0,319
terhadap niat untuk melakukan whistle
maka
menyatakan
hipotesis “Self
efficacy
kedua
yang
berpengaruh
blowing sebesar 0,541.
positif terhadap niat untuk melakukan
Nilai koefisien korelasi (r) bernilai
whistle blowing” diterima.
positif sebesar 0,541 dan adjusted R square (R2) yang diperoleh sebesar 0,263 (26,3%).
b. Analisis Regresi Linear Berganda H3 : Komitmen profesi dan self efficacy
Hal ini berarti variabel komitmen profesi
secara bersama-sama berpengaruh positif
dan self efficacy secara bersama-sama
terhadap niat untuk melakukan whistle
mempengaruhi variabel niat whistle blowing
blowing.
sebesar R2 atau sebesar 26,3%, sedangkan
Tabel 5. Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Koefisien Regresi Konstanta 14,977 Komitmen profesi 0,408 Self Efficacy 0,462 R 0,541 Adjusted R Square 0,263 Fhitung 9,942 Ftabel 3,1907 Sig F 0,000 Berdasarkan tabel diatas, persamaannya adalah: Y = 14,977 + 0,408X1 + 0,462X2
sisanya sebesar 73,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai Fhitung sebesar 9,942. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel 3,1907 dan koefisien korelasi (r) memiliki arah positif sebesar 0,541 maka hipotesis ke tiga yang menyatakan “Komitmen profesi dan self efficacy secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap niat whistle blowing” diterima.
Nilai koefisien X1 sebesar 0,408 yang berarti komitmen profesi meningkat 1
KESIMPULAN DAN SARAN
poin maka niat untuk melakukan whistle
KESIMPULAN
blowing akan naik sebesar 0,408 satuan
a. Terdapat pengaruh positif komitmen
dengan asumsi X2 tetap. Nilai koefisien X2
profesi terhadap niat whistle blowing. Hal
sebesar 0,462 yang berarti bahwa self
ini dibuktikan dengan dengan nilai thitung
efficacy meningkat 1 poin maka niat untuk melakukan
3,563
whistle blowing akan naik
lebih
besar
dari
ttabel
2,007
(3,563>2,007) dan nilai signifikansi yang
sebesar 0,462 satuan dengan asumsi X1
diperoleh 0,001 (0,001 < 0,05). Nilai
tetap.Hal ini juga dapat dilihat dari nilai
koefisien
korelasi regresi (R) yang bernilai positif
regresi
sebesar
0,422
yang
memiliki arah positif yang berarti semakin 105
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 tinggi komitmen profesi maka niat untuk
profesi dan self efficacy secara bersama-
melakukan whistle blowing juga semakin
sama berpengaruh terhadap niat whistle
tinggi. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,454
blowing dan sisanya sebesar 45,9%.
dan koefisien determinasi sebesar 0,206
SARAN
(20,6%) yang berarti komitmen profesi
1. Dalam pengumpulan data, penelitian ini
berpengaruh secara positif terhadap niat
menggunakan kuesioner. Oleh karena
whistle blowing sebesar 20,6%. b. Terdapat
pengaruh
positif
itu data yang dikumpulkan hanya
self
menggambarkan pendapat responden
efficacy terhadap niat whistle blowing. Hal
terhadap niat untuk melakukan whistle
ini dibuktikan dengan nilai thitung 2,356 lebih
blowing
besar dari ttabel 2,007 (2,356>2,007) dan nilai signifikansi
yang
diperoleh
tidak
selanjutnya
berarti semakin tinggi self efficacy maka niat
0,319
langsung
Maka
yang
penelitian
diharapkan
dapat
kepada
responden
agar
yang sebenarnya.
positif terhadap niat whistle blowing sebesar
2. Penelitian ini perlu diuji lagi dengan
10,2%.
melibatkan responden yang berbeda,
c. Terdapat pengaruh positif komitmen
memperbesar jumlah sampel penelitian,
profesi dan self efficacy terhadap niat
dan tidak hanya mencakup wilayah
whistle blowing. Hal ini dibuktikan dengan
Kabupaten Purworejo untuk melihat
nilai Fhitung 9,942 lebih besar dari Ftabel 3,1907
apakah
(9,942>3,1907) dan nilai signifikansi yang
terdapat
perbedaan
hasil
penelitian.
diperoleh 0,000 (0,000 < 0,05) maka dapat
3. Penelitian
disimpulkan bahwa komitmen profesi dan secara
keadaan
mencerminkan jawaban atas kondisi
yang berarti self efficacy berpengaruh secara
efficacy
bisa
berbeda, seperti metode wawancara
dan
koefisien determinasi sebesar 0,102 (10,2%)
self
tidak
menggunakan metode penelitian yang
whistle blowing juga semakin tinggi. Nilai sebesar
menunjukkan
sesungguhnya.
0,498 yang memiliki arah positif yang
korelasi
peneliti
mengontrol jawaban responden yang
0,023
(0,023<0,05). Nilai koefisien regresi sebesar
koefisien
dan
ini
hanya
menggunakan
variabel komitmen profesi dan self
bersama-sama
efficacy yang merupakan faktor internal
berpengaruh positif terhadap niat whistle
sebagai
blowing. Nilai koefisien korelasi sebesar
variabel
bebas
yang
mempengaruhi timbulnya niat untuk
0,919 dan nilai adjusted R square sebesar
melakukan whistle blowing. Penelitian
0,541 (54,1%) yang berarti komitmen 106
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016 States.” International Journal of Accounting and Financial Reporting. Vol. 3, No. 2
selanjutnya dapat menambah faktor eksternal seperti keadilan sosial, etika profesi,
kompensasi,
dan
hukum Imam
sebagai variabel bebas yang dapat mempengaruhi niat untuk melakukan whistle blowing. (Hwang and Staley,
Laksono Trisnantoro. (2013). Ringkasan Hasil Seminar Korupsi di Sektor Kesehatan dan Pencegahannya.” Diambil dari : http://kebijakankesehatanindonesia.n et, pada tanggal 17 Juni 2014.
2013).
DAFTAR PUSTAKA ACFE.
(2006). Diambil dari: http://www.acfe.com, pada tanggal 2 Juni 2014.
Macnab Brent R. & Worthley Reginald. (2008). “Self-Efficacy as an Intrapersonal Predictor for Internal Whistleblowing: A US and Canada.” Journal of Business Ethics. 79.4 (Jun 2008): 407-421.
Allen Natalie J. & Meyer John P. (1999). Commitment in the Workplace: Theory, research, and Application. Canada: Canadian Psychological Association
Management Issues. (2005). Diambil dari: http://www.management-issues.com, pada tanggal 2 Juni 2014
Anayanti Rahmawati. (2010).”Pengaruh Iklim Organisasi, Kepuasan Kompensasi, dan Kecerdasan Emosional terhadap Komitmen Profesi.” Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Pusintek. (2004). Diambil dari: http://www.kpmg.com, pada tanggal 2 Juni 2014. Ratno
Purnomo & SriLestari. (2010). ”Pengaruh Kepribadian, Self Efficacy, dan Locus of Control terhadap Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil dan Menengah.”Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Hal. 144-160.
Risti
Merdikawati.(2012).” Hubungan Komitmen Profesi dan Sosialisasi Antisipatif Mahasiswa Akuntansi dengan Niat Whistle Blowing, Studi Empiris pada Mahasiswa Strata 1 Jurusan Akuntansi di Tiga Universitas Negeri Teratas di Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta.” Karya Ilmiah tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Dwi Ambarini (2013).”Pelanggaran Etika Bisnis.” Jurnal Bisnis dan Ekonomi. (November 2013) Elias Rafik Z. (2008). “Auditing Students’ Professinal Commitment and Anticipatory Socialization and Their Relationship to Whistleblowing.” Managerial Auditing Journal. Vol. 23 No. 3. Hwang
Ghozali.(2006).Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Edisi 4. Semarang: BP-UNDIP
Dennis B.K. & Staley, A. Blair.(2013). “A Comparative Study of the Propensity of WhistleBlowing: Empirical Evidence from China, Taiwan, and the United 107
JURNAL NOMINAL / VOLUME V NOMOR 1 / TAHUN 2016
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Theodorus M. Tuanakotta. (2010). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat
108