Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP REAKSI PASAR PADA PERUSAHAAN PERBANKAN Dewi Noer Azizah
[email protected]
Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT This research is conducted in order to find out the influence of financial performance to the banking companies’ stock return. The financial performance of banking companies is measured by using health ratio with CAMEL method as Capital is projected by Capital Adequacy Ratio (CAR), Assets is projected by Non Performing Loan (NPL), Management is projected by Operating Expenses to the Operating Income, Earnings is projected by Return on Assets (ROA), and Liquidity is projected by Loan to Deposit Ratio (LDR) while Stock Return is projected by Capital Gain. Based on the result of Operating Expenses and Operating Income has negative significant influence to the Stock Return while CAR and ROA have no significant influence to the Stock Return and so do NPL and LDR which have no negative and significant influence to the Stock Return. Keywords: CAR, NPL, BOPO, ROA, LDR, Stock Return ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham perusahaan perbankan. Kinerja keuangan pada perusahaan perbankan diukur menggunakan rasio kesehatan dengan metode CAMEL yaitu Capital diproyeksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), asset diproyeksikan dengan Non Performing Loan (NPL), managemen diproyeksikan dengan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), earning diproyeksikan dengan Return On Asset (ROA), dan likuidity diproyeksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan return saham diproyeksikan capital gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham sedangkan CAR dan ROA tidak berpengaruh positif terhadap return saham begitu juga dengan NPL dan LDR tidak memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Kata kunci: CAR, NPL, ROA, LDR, dan Return Saham
PENDAHULUAN Pasar modal adalah suatu tempat yang mempertemukan antara pihak pencari dana dengan pihak yang kelebihan dana untuk melakukan transaksi. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Manfaat yang diperoleh pihak-pihak pencari dana (perusahaan) dengan adanya pasar modal adalah sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Sedangkan manfaat bagi pihak investor adalah mendapatkan tingkat pengembalian (return) saham. Tingkat pengembalian (return) dari investasi saham dapat berupa capital gain maupun deviden. Pendapatan investasi saham yang berupa capital gain akan sangat dipengaruhi oleh perubahan harga saham karena capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham sedangkan deviden dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan keadaan eksternal perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
2
Komaruddin (2004) dalam Arleni (2011: 1) menyatakan bahwa investasi pada umumnya dilakukan karena beberapa hal, antara lain untuk mendapat kehidupan yang layak dimasa yang akan datang, meningkatkan taraf hidup, merosotnya nilai kekayaan karena tingkat inflasi, menghemat pajak dan untuk mendapatkan keuntungan atau return dari kegiatan. Para investor melakukan investasi biasanya karena mereka mengharapkan suatu pengembalian (return) atas investasi mereka. Akan tetapi investor harus ingat bahwa tidak selamanya berinvestasi akan menghasilkan keuntungan investasi. Bisa saja investasi tersebut mengalami kerugian investasi. Laporan keuangan suatu perusahaan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan analisis terhadap laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan. Mempublikasikan suatu laporan keuangan wajib dilakukan bagi perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Investor dapat menjadikan kinerja perusahaan sebagai pegangan dalam menentukan investasinya. Investor akan menjatuhkan pilihannya pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik karena investor ingin mendapatkan pengembalian (return) yang menguntungkan atas investasi yang telah ditanamkan. Kinerja keuangan pada perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan rasio kesehatan perusahaan karena perusahaan yang sehat pasti memiliki kinerja keuangan yang baik. Fungsi rasio kesehatan perusahaan adalah sebagai tolak ukur analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Pada perusahaan manufaktur rasio kesehatan yang di gunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar. Pada dasarnya kegiatan usaha perbankan memiliki keistimewaan dibandingkan dengan perusahaan manufaktur pada umumnya, sehingga Bank Indonesia dan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menerbitkan panduan penyusunan laporan keuangan perbankan dan proses akuntansinya yang lebih dikenal dengan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Oleh karena itu, terdapat beberapa perbedaan penghitungan rasio kesehatan antara perusahaan manufaktur dan perusahaan perbankan. Dalam menilai rasio kesehatan perusahaan perbankan digunakan metode CAMEL (Capital, Asset quality, Manajemen, Earning, Liquidity). Tingkat kesehatan bank dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja perbankan. Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 Terdapat metode khusus untuk mengukur kesehatan bank yaitu metode yang dikenal dengan nama metode CAMELS (Capital, Asset Quality, Manajemen, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset Quality, Manajemen, Earning, Liquidity). Capital atau modal diukur dengan menggunakan rasio Capital Aduquacy Ratio (CAR). Dengan rasio CAR dapat diketahui kecukupan modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi CAR maka dapat diketahui bahwa banyak investor yang telah menanamkan modalnya, sehingga harga saham akan naik, naiknya harga saham pada akhirnya akan meningkatkan retun saham. Assets Quality atau kualitas asset diukur dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL). Dengan rasio NPL dapat diketahui berapa besar nilai kredit bermasalah yang dihadapi oleh perusahaan perbankan. Apabila terjadi banyak kredit bermasalah maka laba perusahan akan menurun. Menurunnya laba perusahaan akan berdampak pada penurunan pengembalian (return) saham. Mangement atau manajemen diukur dengan mengunakan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Dengan rasio BOPO dapat diketahui efisiensi biaya operasional perbankan. Semakin efisien suatu biaya operasional maka pendapatan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
3
perusahaan perbankan akan semakin meningkat sehingga mengakibatkan perngembalian (return) menjadi tinggi. Earning atau rentabilitas diukur dengan Return On Assets (ROA). Dengan rasio ROA dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Apabila ROA meningkat maka return saham juga ikut meningkat, karena laba yang dimiliki perusahaan semakin besar. Liquidity atau likuiditas diukur dengan menggunakan rasio Liquid Deposit Ratio (LDR). Dengan rasio LDR dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio LDR maka perusahaan perbankan tidak cukup liquid dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga menyebabkan resiko pengembalian (return) saham menjadi kecil. Kesehatan suatu perusahaan perbankan mencerminkan kinerja keuangan dalam posisi yang baik. Penilaian kesehatan bank dapat digunakan oleh bank sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang, bagi Bank Indonesia penilaian kesehatan dapat digunakan sebagai strategi pengawasan bank umum oleh Bank Indonesia sedangkan bagi investor kesehatan Bank dapat digunakan sebagai tolak ukur keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham. Kesimpulannya dari latar belakang diatas dapat dikatakan bahwa return saham menjadi besar apabila kesehatan perusahaan dalam posisi yang baik. Kesehatan suatu perusahaan berdampak terhadap return saham. Dengan melihat return saham yang tinggi para investor dapat tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Kesehatan perusahaan perbankan merupakan cerminan dari kinerja keuangan perusahaan perbankan. Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang rasio kesehatan perusahaan perbankan dengan metode CAMEL. Penelitian yang menggunakan metode CAMEL yaitu Suardana (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio camel terhadap return saham pada perbankan yang terdaftar di bursa efek jakarta tahun 2003 s/d 2005, Khaddafi dan Ghazali (2008) meneliti hubungan rasio camel dengan return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI, Purwasih (2010) meneliti pengaruh rasio camel terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2008. Namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah rasio yang digunakan sebagai tolak ukur dan tahun penelitian yang digunakan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, apakah kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI). Sedangkan tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui kinerja keuangan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI). TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia banko yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah (Hasibuan, 2002: 1). Kasmir (2005: 2) menyatakan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
4
bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prof G.M Veryn Stuart (lihat Martono, 2002: 14) menyatakan bahwa bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, dan dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Kegiatan Bank Umum Menurut Kasmir (2005: 39) kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) Menghimpun Dana (Funding) adalah kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Jenis-jenis simpananya yaitu simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito; (2) Menyalurkan Dana (Linding) adalah menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank melalui pemberian pinjaman yang biasa dikenal dengan kredit. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan yaitu kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, dll; (3) Memberikan jasa-jasa Bank Lainnya (Services) adalah jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Meski sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah. Dalam prakteknya jasa-jasa yang ditawarkan yaitu transfer, kliring, kartu kredit, safe deposit box, bank notes, bank garansi, melayani pembayaran-pembayaran dll. Sumber-Sumber Dana Bank Sumber- sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Menurut Dendrawijaya (2005: 46) bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Jenis-jenis sumber dana bank adalah sebagai berikut: (1)Dana yang bersumber dari bank itu sendiri. Pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri yaitu setoran modal dari pemegang saham, cadangan-cadangan bank, dan laba yang belum dibagi; (2) Dana yang bersumber dari masyarakat luas.Pencarian dana yang berasal dari masyarakat berupa simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito; (3) Dana yang bersumber dari lembaga lain.Perolehan dana yang bersumber dari lembaga lain diantaranya dapat diperoleh dari kredit likuiditas dari Bank Indonesia, pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negeri dan surat berharga pasar uang. Laporan Keuangan Perbankan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank yang telah tercapai selama periode tertentu (Taswan, 2012: 39). Laporan keuangan berifat historis, menyeluruh dan merupakan suatu progress report, yang merupakan hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip-prinsip dan anggapan serta konvensi atau kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi dan pendapat pribadi. Menurut Taswan (2010: 151) Laporan keuangan diharapkan mampu meningkatkan kesepahaman antara pengawas dan bank khususnya dalam penggunaan pendekatan yang lebih kompleks oleh bank. Oleh karena itu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah menetapkan kebijakan untuk mengadopsi International Accounting Standart (IAS) 39 dan 32 dalam pernyataan standart Akuntansi Indonesia (PSAK) No. 50 dan 55. Sebagai tindak lanjut dari penerbitan PSAK tersebut, telah disusun pula Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Bank diwajibkan menyusun laporan keuangan setiap periode tertentu. Macam-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
5
macam laporan keuangan yang harus disusun yaitu: laporan keuangan bulanan, laporan keuangan triwulanan, dan laporan keuangan tahunan. Agar informasi laporan keuangan bermanfaat untuk keputusan investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis, maka informasi tersebut harus memenuhi persyaratan laporan keuangan yang relevan dan reliabilitas. Relevan dan reliabilitas merupakan dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Menurut Munawir (2002: 20) Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan pada pihak-pihak di luar perusahaan. Menurut Martono (2002: 62) tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut: (1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu; (2) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu; (3) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank; (4) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam satu periode. Bagian laporan keuangan tahunan bank menurut Taswan (2012: 65) terdiri dari: (1) Laporan posisi keuangan (neraca); (2)Laporan laba rugi; (3) Laporan perubahan ekuitas; (4) Laporan arus kas; (5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai komitmen dan kontinjensi. Rasio Pengukur Kesehatan Bank Penilaian suatu kesehatan bank bertujuan untuk menentukan keadaan sesungguhnya yang dialami oleh perusahaan perbankan. Bank yang tidak sehat akan membahayakan pihak lain atau pihak ketiga. Penilaian kesehatan bank sangat penting dilakukan karena bank mengelola dana masyarakat yang di percayakan kepada bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan. Atas dasar kompleksitas usaha dan profil risiko, membuat bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank umum oleh bank Indonesia. Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 Terdapat metode khusus untuk mengukur kesehatan bank yaitu metode yang dikenal dengan nama metode CAMELS (Capital, Asset Quality, Manajemen, Earning, Liquidity, Sensitivity to Market Risk) Analisis Rasio CAMEL Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan, maka dilakukan penilaian untuk menentukan kondisi kesehatansuatu perusahaan perbankan dengan menggunakan alat ukur . Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL (Kasmir, 2005: 43). Analisis CAMEL merupakan bagian dari Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity. Pada bagian Capital dapat diproyeksikan menggunakan CAR, asset diproyeksikan menggunakan NPL, management diproyeksikan menggunakan BOPO, earning diproyeksikan menggunakan ROA, sedangkan liquidity diproyeksikan menggunakan LDR.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
6
Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Purwasih (2010: 37) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal salah satunya menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR dapat dihitung dengan membandingkan modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) (Dendrawijaya, 2005: 121). Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masingmasing bobot risiko aktivanya. Semakin besar nilai CAR maka semakin baik kondisi kesehatan bank. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator untuk menilai kualitas asset (Taswan, 2012: 61). NPL digunakan untuk menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. NPL merupakan perhitungan dari perbandingan kredit bermasalah dengan total kredit. Menurut Khaizan (2008) Faktor-faktor yang menyebabkan naik turunnya Non Performing Loan (NPL) adalah kondisi perekonomian Negara, kebijakan pemerintah dan kesadaran debitur dalam membayar hutangnya. Mawardi (2005) dalam Arifuddin (2012: 24) menyatakan bahwa salah satu resiko yang muncul akibat semakin kompleknya kegiatan perbankan adalah munculnya NPL yang semakin besar atau dengan kata lain semakin besar skala operasi suatu bank maka aspek pengawasan semakin menurun, sehingga NPL semakin besar atau resiko kredit semakin besar. NPL yang tinggi mengindikasi kredit bermasalah bank meningkat sehingga bank yang memiliki NPL tinggi dikatakan tidak sehat. Menurut peraturan bank Indonesia nilai NPL diatas 6% mengindikasi bank tersebut dalam kondisi tidak sehat. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio BOPO sering disebut rasio efesiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasonal (Arifuddin, 2012: 22). Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusia yang mengelola perusahaan perbankan tersebut. Apabila kualitas manajemen bank baik maka kegiatan operasionalnya berjalan dengan lancar. BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasioanal. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya. Pendapatan operasional merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasilainnya. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila tidak melebihi 93% (Kuncoro dan Suhardjono, 2011: 520). Semakin kecil rasio ini berarti semakin efesien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Return On Asset (ROA) Earning (Rentabilitas) pada bank dapat dinilai dengan Return On Asset (Purwasih, 2010). Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
7
memperoleh laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki (Purwasih, 2010: 40). Cara perhitungan ROA yaitu dengan membandingkan laba bersih sebelum pajak dengan rata-rata total asset. Menurut Dendrawijaya (2005: 118) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. ROA yang tinggi mengindikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki laba yang tinggi, laba yang tinggi memungkinkan perusahaan dalam posisi yang baik dalam penggunaan aset. Bank Indonesia menetapkan standar terbaik ROA untuk perusahaan perbankan adalah 1,5%. Loan to Deposit Ratio (LDR) Menurut Purwasih (2010: 42) salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio. LDR menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi LDR maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank sehingga resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah atau pihak ketiga Siamat (1993) seperti dikutip Purwasih (2010: 42). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit dengan total dana pihak ketiga. Sesuai dengan ketentuan bank Indonesia tingkat likuiditas bank dikatakan sehat apabila LDR nya antara 85%-110%. Meningkatnya LDR mengindikasi banyaknya dana yang diperlukan untuk pembiayaan kredit dan meningkatkan resiko kredit. Pasar Modal Tandelilin (2001: 13) menyatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Pasar modal juga dapat berfungsi sebagai perantara (intermediaris). Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Beberapa sekuritas yang umumya diperjual belikan di pasar modal adalah: (a)Saham, saham merupakan alat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Saham dapat dibedakan atas saham biasa dan saham preferen; (b) Obligasi, obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya; (c) Reksadana, reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik dipasar modal maupun di pasar uang. Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal mengatur bahwa, Badan Pengawas Pasar Modal adalah Bapepam. Bapepam bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Seorang investor membeli sejumlah saham pada saat ini, dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin, 2001: 4). Tujuan investasi secara luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih khusus lagi terdapat beberapa alasan investor melakukan investasi yaitu untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
8
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa depan, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001: 4). Hal yang mendasari proses keputusan investasi adalah memahami hubungan antara return yang diharapkan dengan resiko suatu investasi. Hubungan resiko dengan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah artinya semakin besar resiko yang ditanggung maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Meski alasan utama investor melakukan investasi adalah mendapatkan return yang tinggi namun investor juga harus mempertimbangkan resiko yang dihadapi, karena tidak semua investasi mendapatkan gain ada juga investasi yang loss. Return Saham Return saham menurut Jogiyanto (2000: 107) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi maupun return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa datang. Pada return realisasi terdapat beberapa pengukuran yang banyak digunakan adalah total returns, returns relative, returns kumulative, dan adjusted returns. Dalam return realisasi terdapat suatu resiko yang harus diperhitungkan. Return dan resiko memiliki hubungan yang positif, semakin besar resiko yang harus ditanggung maka semakin besar return yang harus dikompensasikan. Secara sistematis, perhitungan returns saham adalah sebagai berikut: P(t) - P(t-1) Return saham tanpa deviden:return saham = ------------------X100% P(t-1) Pengembangan Hipotesis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap return saham. Siamat (dalam Purwasih, 2010: 38) menyatakan bahwa permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh dan berdampak pada kenaikan harga saham. Naiknya harga saham akan menjadikan kenaikan terhadap return saham. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap return saham NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba berpengaruh terhadap pengembalian (return) yang dibagikan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Pengaruh Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap return saham Semakin kecil presentase rasio BOPO maka semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, sehingga bank dapat menghemat biaya operasional. Biaya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
9
operasional yang efisien dapat menambah pendapatan perusahaan sehingga mempengaruhi return saham yang diberikan kepada investor. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Beban operasional terhadap pendapatan operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap return saham Dendrawijaya (2005: 118) menyatakan bahwa, semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi, maka apabila laba perusahaan tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat sehingga kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan harga saham dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingginya return saham. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4 : Return On Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap return saham Pada dasrnaya LDR yang tinggi berarti resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan dalam keadaan tidak liquid serta perusahaan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya atas dana dari pihak ketiga dalam operasionalnya. Karena perusahaan tidak liquid maka investor kehilangan kepercayaan untuk menanamkan saham, sehingga harga saham menjadi turun dan berdampak pada berkurangnya return saham. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H5 : Loan to Deposits Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki subyek atau obyek penelitian. Populasi juga dapat didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dilakukan penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 20092012. Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dikarenakan peneliti ingin meneliti target tertentu dalam pemilihan sampel secara tidak acak (Nonprobabilitas). Sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) Perusahaan perbankan secara kontinyu terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian 2009-2012; (2) Perusahaan perbankan yang menyertakan laporan keuangan per 31 desember selama tahun 2009-2012; (3) Memiliki data-data informasi yang diperlukan dalam penelitian. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio ini digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh perbankan. Semakin besar nilai CAR maka kecukupan modal semakin baik. CAR dihitung dengan menggunakan rumus: Modal CAR = ------------------------------------------------ X 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
10
2. Non Performing Loan (NPL), rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas asset yang dimiliki perusahaan. Kualitas asset dapat tercermin dari banyaknya kredit bermasalah pada bank. Semakin tinggi nilai NPL maka bank tersebut tidak sehat. NPL dihitung dengan menggunakan rumus: Kredit Bermasalah NPL = --------------------------------------X 100% Total Kredit 3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas manajemen pada perusahaan perbankan. Semakin kecil rasio BOPO maka semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan perbankan. BOPO dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Biaya Operasional BOPO = --------------------------------------- X 100% Pendapatan Operasional 4. Return On Asset (ROA), rasio ini digunakan untuk mengukur Earning (Rentabilitas) pada bank. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik posisi bank tersebut. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Laba Sebelum Pajak ROA = -------------------------------------- X 100% Total Asset 5.
Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio ini dapat digunakan untuk mengukur likuiditas (liquidity). Rasio LDR mengukur resiko dalam berinvestasi. Semakin tinggi rasio LDR maka semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Kredit LDR = -------------------------------- X 100% Dana Pihak Ketiga
Variabel Dependen Return Saham, Return saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah return saham yang tidak menggunakan deviden dan diambil rata-rata return akhir bulan dalam satu tahun. Rumus return saham sebagai berikut: P(t) – P(t-1) Return saham = ------------------- X 100% P(t-1) Keterangan : P(t) = Harga Saham i pada periode t P(t-1) = Harga saham i pada periode t-1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
11
Pengujian Hipotesis Uji Hipotesis Dalam penelitian ini menggunakan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda dilakukan karena jumlah variabel independennya lebih dari dua. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio keuagan (CAR, NPL, BOPO, ROA, LDR ) terhadap return saham perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Untuk pengujian dalam penelitian ini digunakan program SPSS. Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Return saham = α + β1 CAR + β2 NPL + β3 BOPO + β4 ROA + β5 LDR + ℰ Keterangan : Konstanta β : Koefisien regresi CAR : Capital Adequacy Ratio NPL : Non Perfoarming loan BOPO : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ROA : Return On Asset LDR : Loan to Deposits Ratio ℰ : Variabel pengganggu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Hasil yang didapat dari uji Deskriptif Statistik dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Return saham = α + β1 CAR + β2 NPL + β3 BOPO + β4 ROA + β5 LDR + ℰ Hasil Uji Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
CAR 104 9.92 NPL 104 0.28 BOPO 104 54.00 ROA 104 -1.64 LDR 104 44.24 RT 104 -0.74 Valid N 104 (listwise) Sumber: Hasil Output SPSS
46.49 7.07 114.63 5.15 100.60 4.60
Mean 17.0939 2.3951 82.5290 2.0254 77.1200 0.3119
Std. Deviation 5.86245 1.44311 10.47019 1.24065 13.35220 0.72075
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden (N) ada 104. Dari 104 responden Capital (permodalan) yang diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai minimum sebesar 9,92% yang dimiliki oleh Bank QNB kesawan pada tahun 2010 sedangkan nilai maksimum sebesar 46,49% dimiliki oleh Bank QNB kesawan pada tahun 2011. Ratarata dari CAR adalah 17,09% dengan standar deviasi sebesar 5,86%. Dari 104 responden asset yang diwakili oleh Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai minimum sebesar 0,28% yang dimiliki oleh Bank Ekonomi Raharja pada tahun 2012
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
12
sedangkan nilai maksimum sebesar 7,07% dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Agroniaga pada tahun 2010. Rata-rata dari NPL adalah 2,39% dengan standar deviasi sebesar 1,44%. Dari 104 responden management yang diwakili oleh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki nilai minimm sebesar 54,00% yang dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Negara tahun 2012 sedangkan nilai maksimum sebesar 114,63% yang dimiliki oleh Bank ICB Bumi Putra tahun 2011. Rata-rata dari BOPO adalah 82,52% dengan standar deviasi sebesar 10,47%. Dari 104 responden earning yang diwakili oleh Return On Asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar -1,64% yang dimiliki oleh Bank ICB Bumi Putra tahun 2011 sedangkan nilai maksimum sebesar 5,15% dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia tahun 2012. Rata-rata dari ROA adalah 2,02% dengan standar deviasi sebesar 1,24%. Dari 104 responden likuidity yang diwakili oleh Loan to Deposit Ratio memiliki nilai minimum sebesar 44,24% dimiliki oleh Bank Capital Indonesia tahun 2011 sedangkan nilai maksimum sebesar 100,60% dimiliki oleh bank Danamon tahun 2012. Rata-rata dari LDR adalah 77,12% dengan standar deviasi sebesar 13,35%. Dari 104 responden return saham nilai minimum yang dimiliki adalah -0,74% yang dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Negara tahun 2011 sedangkan nilai maksimum sebesar 4,60 dimiliki oleh Bank Himpunan Saudara 1906 tahun 2009. Rata-rata dari return saham adalah 0,31% dengan standar deviasi sebesar 0,72%. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation factor (VIF) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson sebesar 2,115. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05. Jumlah variabel independennya sebanyak 5 (k=5) dan jumlah sampel penelitian sebanyak 92 (n=92), maka dari tabel Durbin-Watson diperoleh nilai dL sebesar 1.582 dan dU sebesar 1,776. Nilai DurbinWatson sebesar 2,115 lebih besar dari batas atas dU (1,776) dan kurang dari 4-du (4-1,776), berarti 1,776 < 2,115 < 2,223 maka keputusan yang diambil tidak ada autokorelasi positif atau negatif. c. Uji Heteroskedastisitas. Dalam uji grafik Scatterplot adalah heteroskedastisitas terjadi apabila titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, namun heteroskedastisitas tidak terjadi apabila titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. hasil yang didapat bahwa tidak ada pola yang jelas seta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan melihat hasil Scatterplot dapat dikatakan model regresi ini tidak mengandung heteroskedastisitas. d. Uji Normalitas. Dalam menguji normalitas data terdapat beberapa variabel yang tidak terdistribusi secara normal. Dari 104 data 12 data dinyatakan outlier karena data tersebut menjadi penggangu diantara data yang lainnya. Sehingga jumlah data yang diamati 92. Uji Hipotesis Nilai adjusted sebesar 0,084 atau 8,4%. Hal ini berarti bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
13
Operasional (BOPO), Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) hanya mampu menjelaskan 8,4% variasi dari return saham. Sedangkan sisanya 91,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai signifikansi yang didapatkan dari uji F lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan dalam penelitian. itu berarti terdapat pengaruh signifikan dalam model regresi linier yang digunakan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan dalam menguji pengaruh rasio CAMEL (CAR, NPL, BOPO, ROA, LDR) terhadap return saham sudah tepat. Pengujian hipotesis Hasil uji t statistic digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian Tabel 2 Hasil Uji t statistik Coefficientsa Model
(Constant)
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
2.286
.843
-.126 LN_CAR .060 1 NPL -.018 BOPO -.124 ROA -.004 LDR a. Dependent Variable: RT
.129 .025 .008 .068 .003
Standardized Coefficients
T
Sig.
2.711
.008
-.979 2.390 -2.170 -1.821 -1.342
.330 .019 .033 .072 .183
Beta -.104 .263 -.567 -.469 -.144
Nilai koefisien regresi CAR adalah -0,126 nilai ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang negatif antara Capital Adequacy ratio dengan return saham. Sehingga apabila CAR naik 1% maka return saham akan turun sebesar 12,6%. Nilai signifikansi Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar 0,330. Karena nilai signifikansi CAR lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, artinya Capital Adequacy ratio (CAR) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Menurut Arleni (2011: 56) Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham dapat disebabkan karena proporsi pembentuk modal sendiri pada perusahaan perbankan banyak yang berasal dari modal pelengkap. Modal pelengkap terdiri dari modal pinjaman, pinjaman sub-ordinasi dan cadangan revaluasi aktiva tetap. Karena modal pelengkap memiliki presentase yang tinggi membuat bank harus mengimbangi dengan kemampuan untuk melakukan kewajibannya dalam membayar biaya bunga dan membayar hutang-hutangnya. Apabila terjadi kondisi demikian maka nilai CAR naik tetapi return saham bisa saja menurun, karena hal diatas dapat menyebabkan penurunan pendapatan yang berdampak pada pengembalian (return) saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arleni (2011), Zulfa (2013), Kurniadi (2012) dan Kuspita (2011) yang menyatakan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
14
Koefisien regresi yang dimiliki oleh NPL adalah 0,060 nilai ini menujukan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap return saham. Apabila NPL meningkat 1% maka return saham juga ikut meningkat sebesar 6%. Nilai signifikansi NPL adalah 0,019. Nilai signifikansi Non Performing Loan (NPL) lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan. Meskipun nilai signifkansi NPL lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentkan namun koefisien regresi yang didapat NPL adalah positif maka dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak yang artinya Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap return saham dapat disebabkan karena nilai rata–rata NPL yang dimiliki perbankan pada tahun 2009-2012 adalah 2,4%. Nilai tersebut masih jauh dibawah batas maksimum nilai NPL yang ditetapkan bank Indonesia, sehingga naiknya NPL tidak membuat laba menjadi turun dan yang akan menyebabkan return saham ikut menurun. Menurut Arifuddin (2010: 93) Kenaikan NPL tidak menyebabkan penurunan laba karena nilai Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) masih dapat mengcover kredit bermasalah. Selain faktor di atas yang menyebabkan Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham adalah laba perusahaan perbankan didapatkan bukan hanya dari pendapatan bunga pinjaman namun dari jasa-jasa lainnya yang dilakukan oleh perusahaan perbankan juga merupakan penunjang laba. Contoh jasa-jasa lainnya yang dilakukan oleh perusahaan perbankan adalah selisih kenaikan valuta asing, transfer, kliring, kartu kredit, safe deposits box, bank notes, melayani pembayaran-pembayaran dll. Hasil penelitian diatas mendukung penelitian yang dilakukan Khadafi (2008) dan Kuspita (2011) yang menyatakan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan. Koefisien regresi yang dimiliki oleh BOPO adalah -0,018 yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap return saham perusahaan perbankan. Apabila nilai BOPO meningkat 1% maka return saham akan turun sebesar 1,8%. Nilai signifikansi Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 0,033. Karena nilai signifikansi BOPO dibawah taraf signifikansi yang ditentukan maka H3 diterima yang berarti Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Terjadinya pengaruh negatif dan signifikan pada Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mengindikasi bahwa semakin efisiensi kegiatan operasional perbankan menyebabkan kesehatan perusahaan membaik. Efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan membuat laba perusahaan bertambah dan berdampak pada pengembalian (return) yang semakin besar Kuspita (2011: 72). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hamonangan (2009) dan Kuspita (2011) yang menyatakan BOPO berpengaruh signifikan terhadap return saham, namun bertolak belakng dengan penelitian Suardana (2007) yang menyatakan tidak ada pengaruh sugnifikan antara rasio BOPO dengan return saham. Koefisien yang dimiliki ROA adalah -0,124 ini berarti terdapat pengaruh yang negatif pada Return On Asset terhadap return saham. Apabila ROA meningkat sebesar 1% maka return saham akan turun sebesar 12,4%. Nilai signifikansi Return On Asset adalah sebesar 0,072. Nilai signifikansi ROA lebih besar tari taraf signifikansi yang ditentukan dan ROA memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat ditentukan H4 ditolak artinya Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Tidak berpengaruhnya Return On Asset (ROA) terhadap return saham bisa terjadi karena adanya kebijakan manajemen yang menginginkan laba usahanya digunakan untuk kegiatan investasi dengan cara menahan laba yang didapatkan perusahaan perbankan. Laba yang besar dari perusahaan perbankan dijadikan sebagai laba ditahan oleh manajemen sehingga laba yang dibagikan pada investor menjadi kecil atau
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
15
bahkan tidak terjadi pembagian laba. Adanya laba ditahan menyebabkan return saham turun. Menurut Arleni (2011: 52) bahwa faktor lain yang menyebabkan ROA tidak berpengaruh terhadap return saham, salah satunya adalah kebijakan manajemen. Hasil di atas mendukung penelitian yang dilakukan Arleni (2011) dan Kuspita (2011) yang menyatakan tidak ada pengaruh positif terhadap return saham perusahaan perbankan namun hasil diatas bertolak belakang dengan penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Zulfa (2013) yang menyatakan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Koefisien regresi yang didapat Loan to deposit Ratio sebesar -0,004. Apabila LDR meningkat sebesar 1% maka return saham akan turun sebesar 0,4%. Nilai signifikansi yang didapatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah sebesar 0,183. Karena nilai signifikansi LDR lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan maka H5 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap return saham. Namun dari hasil di atas membenarkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara LDR dengan return saham. Menurut Purwasih (2010: 87) LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham karena kredit yang disalurkan oleh bank tidak banyak memberikan kontribusi laba, karena pada periode penelitian terdapat gap yang tinggi antara perusahaan perbankan yang beroperasi pada saat itu dalam mengucurkan kredit. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai minimum dan maksimum yang terdapat pada periode 2009-2012 yaitu 44,24% dan 100,60%. Hal diatas merupakan gambaran dari keadaan bahwa perusahaan perbankan belum dapat memaksimalkan dana pihak ketiga tetapi di sisi lain masih terdapat perusahaan perbankan yang berlebihan dalam memberikan kreditnya. Tidak berpengaruhnya LDR terhadap harga saham juga akan berdampak pada return saham. Apabila LDR tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham maka secara otomatis tidak berpengaruh juga terhadap return saham. Faktor diatas merupakan salah satu penyebab LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil diatas mendukung penelitian yang dilakukan oleh Purwasih (2010) yang menyatakan tidak terdapat pengaruh signifikan antara Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan perubahan harga saham dan juga mendukung penelitian Suardana (2007) dan Zulfa (2013) yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan antara Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan return saham. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2012) yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan LDR terhadap return saham. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap reaksi pasar pada perusahaan perbankan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diproyeksikan dengan rasio CAMEL yang diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return On Asset (ROA), Loan to Deposits Ratio (LDR) sedangkan reaksi pasar diproyeksikan dengan return saham. Berikut ini adalah simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini: (1) Analisis rasio CAMEL yang diproyeksikan dengan CAR, NPL, BOPO, ROA, dan LDR hanya mampu menjelaskan 8,4% variasi terhadap return saham sedangkan 91,6% dijelaskan oleh variabel lainnya. (2) Tingkat signifikansi uji F lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan, dengan demikian model regresi yang digunakan dalam penelitian ini sudah tepat. (3) Tingkat signifikansi Capital Adequacy Ratio (CAR) lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan dan arah regresinya adalah negatif dengan demikian CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham ditolak. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara CAR dengan return saham. (4)Tingkat signifikansi Non Performing Loan (NPL) lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan dan arah regresinya adalah positif dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
16
demikian NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham ditolak. Sehingga tidak ada pengaruh signifikan antara NPL dengan return saham. (5) Tingkat signifikansi Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan dan arah regresinya adalah negatif dengan demikian BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham diterima. Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO dengan return saham. (6) Tingkat signifikansi Return On Asset (ROA) lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan dan arah regresinya adalah negatif dengan demikian ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham ditolak. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara ROA dengan return saham. (7) Tingkat signifikansi Loan to Deposit Ratio (LDR) lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan dan arah regresinya adalah negatif dengan demikian LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham ditolak. sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara LDR dengan return saham. Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai beriku: (1) Bagi investor, BOPO dapat digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan dalam berinvestasi, karena BOPO dapat mengukur pengembalian (return) saham dari investasi yang dilakukan; (2) Bagi penelitian selanjutnya, Apabila akan meneliti tema yang sejenis, sebaiknya dalam penelitian menambahkan periode waktu penelitian yang lebih panjang sehingga hasil yang diharapkan nantinya akan lebih generalisasi dan untuk memperluas penelitian serta dapat menghasilkan analisis yang lebih baik, menambah unsur sensitivitas dalam penelitian agar seluruh unsur CAMELS terpenuhi, pada return saham sebaiknya mempertimbangkan adanya deviden yield sehingga didapatkan nilai total return saham. DAFTAR PUSTAKA Arleni, M. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas terhadap Return Saham Perbankan yang terdaftar di BEI. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Arifuddin, A. 2010. Analisis Pengaruh CAR, LDR, BOPO, dan NPL Trhadap ROA BPR dan Perbandingn ROA Antar BPR Wilayah Sulawesi Selatan Dengan BPR Wilayah Iramasuka. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar Dendrawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi kedua. Cetakan pertama. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan Empat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hamonangan, Reynaldo dan Hasan Sakti. 2009. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return on Equity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra. Medan. Hanafi, M dan Abdul H. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Hasibuan, M. 2002. Dasar – Dasar perbankan. Edisi pertama.Cetakan kedua. PT Bumi Aksara. Jakarta. Indriantoro, N dan Bambang S. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan pertama. BPFE. Yogyakarta. Jogianto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Cetakan pertama. BPFE. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
17
Kasmir. 2005. Dasar – Dasar Perbankan. Edisi pertama. Cetakan keempat. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Khaddafi, M dan Ghazali S. 2008. Hubungan Rasio Camel dengan Return Saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI. Jurnal Ilmiah: Universitas Malikulsaleh Khaizan, E. 2011. Pengertian Non Perfoarming Loan. Enjangkhaizen.blogspot.com. 2 November 2013 (22:37) Kuncoro, M dan Suhardjono. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi kedua. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta Kurniadi, R. 2012. Pengaruh CAR, NIM, LDR Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Indonesia. Accounting Analysis Journal 1(1) Kuspita, M. 2011. Pengaruh CAR, LDR, NPL, BOPO, ROA, dan DPS Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta. Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi pertama. Cetakan pertama. Ekonisa. Yogyakarta. Munawir, S. 2002.Analisis Informasi Keuangan. Edisi pertama. Cetakan pertama. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6 Tahun 2004 Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. 12 April 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Jakarta. Purwasih, R. 2010. Pengaruh Rasio Camel Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Suardana, K. 2007. Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return Saham. Skripsi. Universitas Udayana. Denpasar Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.Cetakan Pertama. BPFE- Yogyakarta. Yogyakarta. Taswan, C. 2010. Manajemen Perbankan Transaksi dalam Valuta Rupiah. Edisi Kedua. Cetakan kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. ------------------. 2012. Akuntansi Perbankan. Edisi Ketiga. Cetakan kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal. 10 November 1995. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64. Jakarta. ------------------------------------------ Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 10 November 1998. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182. Jakarta. Wiyono . 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17,0 dan Smart PLS 2.0. Edisi Pertama. Cetakan pertama. STIM YKPN. Yogyakarta. Zulfa, I. 2013. Pengaruh Rentabilitas, Likuiditas, Kecukupan Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang www.idx.co.id www.sahamok.com