eJournal Administrasi Bisnis, 2014, 2 (3): 386-400 ISSN 2355-5408 , ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2014
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN Pada Kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau Taruk Todingallo Delvi Awan 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transaksional terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variable independen yaitu imbalan kontingen (X 1), manajemen eksepsiaktif (X2), dan manajemen eksepsipasif (X3) serta variable dependen adalah motivasi kerja (Y).Hasil Analisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda menunjukkan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 9,217 + 1,042 X1 + 0,167 X2 + 0,027 X3. Imbalan kontingen (b1=1,042), manajemen eksepsi aktif (b2=0,167), dan manajemen eksepsi pasif(b3=0,027). Nilai koefisien korelasi (R) diperoleh sebesar 0,618, hal ini menunjukan terdapat hubungan yang positif dan Kuatantara variable kepemimpinan transaksional dengan motivasi kerja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan interprestasi koefisien korelasi bahwa perhitungan tersebut lebih dari pada interval 0,400 – 0,599, maka keduanya memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat. Uji simultan (uji F) dengan tingkat kepercayaan 95% karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau membuktikan bahwa secara simultan variable Imbalan Kontingen (X1), Manajemen eksepsi aktif (X2) , dan manajemen eksepsi pasif(X3) sebesar 11,541 dengan begitu (11,541> 2,76) berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja (Y). Hasil Pengujian dengan Uji t diketahui bahwa indicator imbalan kontingen merupakan indikator yang paling berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT. Wijaya Sukses Sejahtera Berau. Sehingga membuktikan hipotesis berpengaruh, terhadap motivasi kerja secara bersama-sama diterima (H0 ditolak dan Ha diterima). Kata Kunci : Kepemimpinan Transaksional dan Motivasi Kerja Pendahuluan Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu persaingan global dimana terjadi persaingan bebas yang tidak ada lagi batasannya dalam suatu wilayah atau negara tertentu.Persaingan bebas ini menuntut perusahaan-perusahaan untuk terus berbenah, agar tetap dapat 1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
bersaing dalam perdagangan bebas tersebut.Salah satu hal yang terpenting agar suatu perusahaan memiliki kemampuan bersaing yang tinggi adalah penanganan sumber daya manusia yang baik. Untuk itu adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik dalam suatu perusahan maka akan mempermudah organisasi dalam suatu perusahaan. Keberadaan seorang pemimpin sangat penting dalam jalannya suatu organisasi, sesuai dengan perannya sebagai penunjuk arah dan tujuan serta sebagai pembina. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membangkitkan motivasi kerjakaryawannya.Pimpinan harus dapat menentukan langkah dan keputusan yang harus diambil, memotivasi bawahan, memberikan reward dan punishemnt sesuai dengan hasil kerja karyawan. PT. Wijaya Sukses Sejahtera yang berlokasikan di jalan Mangga 2 Kabupaten Berau merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kayulok, distribusikayu.Untuk bersaing dengan perusahaan lainPT. Wijaya Sukses Sejahtera berusaha untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, usaha untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan ini tidak selamanya berjalan mulus, karena banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Dalam meningkatkan motivasi kerja karyawannya, PT. Wijaya Sukses Sejahtera mengalami banyak tantangan.Adanya perbedaan sikap dan perilaku pada setiap individu dalam bekerja. Serta kurangnya interaksi dari pimpinan menyebabkan motivasi kerja karyawan menurun.Perbedaan ini merupakan suatu alasan PT. Wijaya Sukses Sejahtera untuk menunjukan motivasi kerja karyawan yang berbeda-beda. Rendahnya motivasi kerja karyawan PT. Wijaya Sukses Sejahtera dapat dilihat dari karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka karyawan tersebut mendapat teguran yang kurang tepat dari atasannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka PT. Wijaya Sukses Sejahtera membutuhkan seorang pemimpin. Kepemimpinan transaksional sangat baik digunakan oleh PT. Wijaya Sukses Sejahtera,karena kepemimpinan transaksional ini dapat membantu karyawan PT. Wijaya Sejahtera dalam meningkatkan motivasi kerja karyawannya.Berdasarkan uraian diatas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul:“Pengaruh Kepemimpinan transaksional terhadap Motivasi Kerja Karyawan pada PT Wijaya Sukses Sejahtra di Kabupaten Berau”. Kerangka Dasar Teori Pengertian kepemimpinan Dalam suatu kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk mendifinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi suatu kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Hughes (2006:32) menyatakan bahwa
387
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
kepemimpinan merupakan fenomena kompleks yang melibatkan tiga hal yakni pemimpin, pengikut, dan situasi. Selain itu Hasibuan (2001) merumuskan pengertian kepemimpinan dalam disertasinya sebagai berikut : 1. Kepemimpinan menekankan adanya hubungan dua pihak, yaitu pemimpin dan pimpin atau pengikut. 2. Terjadi pola interaksi diantara pemmpin dengan pengikut. 3. Dalam pola interaksi yang diantara pemimpin dengan pengikut, pemimpin mempengaruhi perilaku para pengikut . 4. Proses pemimpin mempengaruhi pengikutnya ini dilakukan agar pengikut melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapakan oleh oleh pemimpin atau tujuan yang telah disepakati bersama oleh pemimpin dan pengikutnya. 5. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemimpin dicapai oleh pemimpin dan pengikutnya ialah tujuan organisasi. Berdasarkan kelima hal diatas, Hasibuan (2001) yang memfokuskan kepemimpinan pada konteks organisasi pekerjaan atau kelompok dalam pekerjaan, menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah pola interaksi antara pemimpin formal dengan para pengikutnya atau bawahannya untuk melakukan tindakan-tindakan dalam mencapai tujuan kelompok yang inginkan pemimpin atau yang disepakati bersama antara pemimpin dengan bawahannya. Kesimpulan dari Hasibuan (2001:76) inilah yang peneliti gunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan konsep kepemimpinan. Pengertian kepemimpinan transaksional Bass (2003:47) mengemukakan kepemimpinan transaksional yang didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran yang menyebabkan bawahan mendapat imbalan serta membantu bawahannya mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hasil yang diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang lebih baik, penjualan atau pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi. Membantu bawahannya dalam mengidentifikasi yang harus dilakukan pemimpin membawa bawahannya kepada kesadaran tentang konsep diri serta harga diri dari bawahannya tersebut.Pendekatan transaksional menggunakan konsep mencapai tujuan sebagai kerangka kerja. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan transaksional membantu karyawannya dalam meningkatkan motivasi kerja untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan dua cara, yang pertama yaitu seorang pemimpin mengenali apa yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai hasil yang sudah direncanakan setelah itu pemimpin mengklarifikasikan peran bawahannya kemudian bawahan akan merasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan perannya. Yang kedua adalah pemimpin mengklarifikasi bagaimana pemenuhan kebutuhan dari bawahan akan tertukar dengan penetapan peran untuk mencapai hasil yang sudah disepakati. 388
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
Kepemimpinan transaksional juga dijelaskan oleh Thomas (2003:22) sebagai suatu gaya kepemimpinan yang mendapatkan motivasi para bawahannya dengan menyerukan ketertarikan mereka sendiri. Perilaku kepemimpinan terfokus pada hasil dari tugas dan hubungan dari pekerja yang baik dalam pertukaran untuk penghargaan yang diinginkan. Kepemimpinan transaksional mendorong pemimpin untuk menyesuaikan gaya dan perilaku mereka untuk memahami harapan pengikut. Burns (2008:11) mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sesebatas proses pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh subtansi perubahan yang dikehendaki. Berdasarkan pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa teori Bass yang paling sesuai untuk kepemimpinan transaksional dikarenakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang melibatkan atau menekankan pada imbalan dan manajemen seperlunya untuk memotivasi bawahan. Dengan demikian, kepemimpinan transaksional sebagai cara untuk mencapai tujuan bersama yang harus diikuti dengan meningkatkan perhatian kepada bawahan sehingga kinerja bawahan dapat meningkat.Gaya kepemimpinan transaksional sangat dinamis untuk digunakan karena dalam membuat pedoman kerja harus disertai dengan mengidentifikasi bawahannya terlebih dahulu. Pengertian Motivasi Kerja Karyawan Robbins dan Judge (2008:105) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan tersebut (Munandar, 2001: 48). Kebutuhan yang dimaksudkan adalah suatu keadaan dalam diri (internal state) yang menyebabkan hasil-hasil atau keluaran-keluaran tertentu yang menarik.Menurut kamus psikologi Chaplin (2005:93), motivasi didefinisikan sebagai suatu variabel penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku, menuju satu sasaran. Menurut As'ad (2003:45), motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan kekuatan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Hariandja (2002:30) menyatakan bahwa motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk 389
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
usaha yang keras atau lemah.Selain itu, motivasi juga merupakan keinginan, tujuan, kebutuhan, dan dorongan.Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku kerja Definisi Konsepsional Definisi konsepsional merupakan suatu pembahasan tentang suatu konsep dimana penulis membatasi varibelnya sehingga variabel menjadi lebih jelas. Penulis merumuskan definisi konsepsional ini sebagai berikut: 1. Kepemimpinan Transaksionl adalah kepemimpinan yang melibatkan atau menekankan pada imbalan untuk memotivasi bawahan, artinya gaya kepemimpinan transaksional ini memiliki karakteristik perilaku memotivasi bawahan dengan cara memberi penghargaan yang sesuai (contingen rewar) dan manajemen seperlunya (management by exception). 2. Motivasi kerja adalah sekelompok pendorong yang berasal baik dari dalam maupun dari luar individu untuk melakukan pekerjaan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya. Metode Penelitian Definisi Operasional Variabel Sebelum penulis membahas lebih lanjut terlebih dahulu penulis ingin mengetahui dari pada definisi operasional itu sendiri. Definisi operasional adalah tahapan-tahapan dalam menentukan dan memberikan batasan-batasan pengertian dan variabel-variabel yang diteliti dalam suatu perusahaan. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam penulisan ini. Definisi operasionalnya adalah sebagai berikut : Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini kemudian diuraikanmenjadi indikator empiris yang meliputi: 1. Kepemimpinan transaksional (X) Kepemimpinan transaksionalmerupakan cara pemimpin memanfaatkan kekuatan yangtersedia untuk memimpin para karyawannya. a. Imbalan Kontingen (Contingent Reward) (X1) Bawaan akan menerima imbalan dari pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas dan keberhasilannya mencapai target-target yang telah ditentukan. b. Manajemen eksepsi aktif (active management by exception) (X2) Faktor ini menjelaskan tingkah laku pemimpin yang selalu melakukan pengawasan secara direktif terhadap bawahannya. Pengawasan direktif yang dimaksud adalah mengawasi proses pelaksanaan tugas bawahan secara langsung. c. Manajemen eksepsi pasif (passive management by exception) (X3)
390
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
Seorang pemimpin transaksional akan memberikan peringatan dan sanksi kepada bawahannya apabila terjadi kesalahan dalam proses yang dilakukan oleh bawahan yang bersangkutan. 2. Motivasi kerja Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi semangat dan kegairahankerja karyawan untuk berperan serta secara aktif dalam proses kerja. Teori motivasiyang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang diungkapan Abraham Maslow.Hipotesisnya mengatakan bahwa di dalam diri semua manusia bersemayam limajenjang kebutuhan (Maslow, dalam Robbins, 2006:214), yang menjadi indikator yaitu: a. Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, danpersahabatan. b. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisikdan emosional. c. Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri, otonomi, dan prestasi, serta faktor penghormatan dari luar seperti misalnya status,pengaksuan, dan perhatian. d. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai ambisinyayang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan pemenuhan kebutuhandiri. e. Kebutuhan dasar: memotivasi bawahan dengan gaji, tunjangan, dan promosi dengan demikian bawahan akan termotivasi dalam bekerja. Penentuan Populasi dan Sampel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal,atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian peneliti,karenanya dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdianad, 2006:107).Poulasi dalampenelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada di perusahaan PT. Wijaya Sukses Sejahtera berjumlah 120 karyawan. Menurut Arikunto (2006:130), dalam mengambil sampel “ Apabila kurang dari 100 subyeknya, lebih baik diambil secara keseluruhan, sehingga merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat di ambil antara 15-20 % atau 25-50% atau lebih. Jumlah karyawan PT. Wijaya Sukses sejahtera sebesar 120. Mengingat populasi yang jumlahnya diatas 100 karyawan maka dalam penelitian ini, sampel dibatasi menjadi 50% dari jumlah sebelumnya. Sehingga jumlah sampel yang ada menjadi 60 karyawan dari PT. Wijaya Sukses Sejahtera. Hasil Penelitian Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen (kepemimpinan otoriter, delegatif, dan partisipasif) terhadap variabel dependen (motivasi kerja) karyawan pada Kantor 391
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
PT. Wijaya Sukses Sejahtera. Perhitungan statistik dalam analisis regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Model T Sig. Std. B Beta Tolerance VIF Error (Constant) 9,217 1,671 5,515 0 Imbalan 1,042 0,187 0,59 5,556 0 0,978 1,023 kontingen Manajamen eksepsi 0,167 0,139 0,136 1,207 0,233 0,863 1,159 aktif Manajemen eksepsi 0,027 0,162 0,019 0,169 0,867 0,862 1,16 1 pasif a. Dependent Variable: motivasi kerja Sumber : kuiseoner yang diolah dalam SPSS,2014 Berdasarkan hasil perhitungan di atas pada tabel 4.21 diperoleh persamaan regresi linear berganda dari variabel dari variabel imbalan kontingen (X1), manajemen eksepsi aktif (X2), dan manajemen eksepsi pasif (X3) terhadap motivasi kerja (Y) adalah sebagai berikut : Y = 9,217 + 1,042 X1 + 0,167 X2 + 0,027 X3 Persamaan regresi di atas memiliki pengertian sebagai berikut : a. a (nilai konstanta) sebesar 9,271 jika semua variabel independen tidak ada maka motivasi kerja tidak akan mengalami perubahan. b. b1 (nilai koefisien regresi X1) sebesar 1,042 menunjukkan bahwa variabel imbalan kontingen mempunyai pengaruh positif terhadap Y (motivasi kerja), yang berarti setiap kenaikan 1 satuan variabel imbalan kontingen akan mempengaruhi Y (motivasi kerja) sebesar dengan menggunakan variabel lain yang konstan. c. b2 (nilai koefisien regresi X2) sebesar 0,167 menunjukkan bahwa variabel manajemen eksepsi aktif mempunyai pengaruh positif terhadap Y (motivasi kerja), yang berarti kenaikan 1 satuan variabel manajemen eksepsi aktif akan mempengaruhi Y (motivasi kerja) sebesar 0,167 dengan menggunakan variabel lain yang konstan. d. b3 (nilai koefisien regresi X3) sebesar 0,027 menunjukkan bahwa variabel manajemen eksepsi pasif mempunyai pengaruh positif terhadap Y 392
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
(motivasi kerja), yang berarti kenaikan 1 satuan variabel manajemen eksepsi pasif akan mempengaruhi Y (motivasi kerja) sebesar 0,807 dengan menggunakan variabel lain yang konstan. Pengujian Koefisien Korelasi (R) Pengujian koefisien korelasi (R) bertujuan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel independen yang terdiri dari (imbalan kontingen X 1, manajemen eksepsi aktif X2, dan manajemen eksepsi pasif X3) terhadap variabel dependen (motivasi kerja) karyawan pada Kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau. Berdasarkan hasil pengujian koefisien korelasi diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel Hasil Pengujian Koefisien Korelasi (R) Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of Durbinl Square the Estimate Watson 1 ,618a 0,382 0,349 1,34935 1,117 a. Predictors: (Constant), imbalan kontingen, manajemen eksepsiaktif, manajemen eksepsinpasif b. Dependent Variable: motivasi kerja Sumber : kuiseoner yang diolah dalam SPSS,2014 Berdasarkan hasil perhitungan di atas pada tabel 4.22 diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,618 atau 61,8% yang berarti tingkat hubungan antar variabel imbalan kontingen (X1), manajemen eksepsi aktif (X2), dan manajemen eksepsi pasif (X3) terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau termasuk pada tingkat hubungan yang kuat. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen yang terdiri dari (imbalan kontingen X1, manajemen eksepsi aktif X2, dan manajemen eksepsi pasif X3) menjelaskan variabel dependen (motivasi kerja) karyawan pada Kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau. Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel Pengujian Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson Square the Estimate 1 ,618a 0,382 0,349 1,34935 a. Predictors: (Constant), imbalan kontingen, manajemen manajemen eksepsinpasif
1,117 eksepsiaktif,
393
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
b. Dependent Variable: motivasi kerja Sumber : kuiseoner yang diolah dalam SPSS,2014 Berdasarkan hasil perhitungan di atas pada tabel 4.23 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,382 yang artinya bahwa faktor gaya kepemimpinan transaksional yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau38,2% dan sisanya 61,8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji F (Simultan) Uji F bertujuan untuk menguji apakah perubahan variabel independen yang terdiri dari (imbalan kontingen X1, manajemen eksepsi aktif X2, dan manajemen eksepsi pasif X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (motivasi kerja) karyawan pada Kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau yakni dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% (α = 0,05). Hasil uji F dari perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel Hasil Uji F (Simultan) ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 11,54 Regression 63,038 3 21,013 ,000b 1 1 Residual 101,962 56 1,821 Total 165,000 59 a. Predictors: (Constant), imbalan kontingen,manajemen eksepsi aktif,manajemen esepsi pasif b. Dependent Variable: Motivasi kerja Sumber : kuiseoner yang diolah dalam SPSS,2014 Berdasarkan perhitungan Fhitung pada tabel 4.24 di atas diperoleh hasil sebesar 11,541 sedangkan Ftabel sebesar 2,76. Jika dibandingkan dengan nilai Ftabel maka dapa dilihat bahwa (11,541> 2,76) dan tingkat signifikansi diperoleh hasil (0,00< 0,05) dengan demikian menunjukkan bahwa kepemimpinan transaksional yang terdiri dari imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja. Uji T (Parsial) Uji T bertujuan untuk menguji apakah masing-masing variabel independen yang terdiri dari (imbalan kontingen X1, manajemen eksepsi aktif X2, dan manajemen eksepsi pasif X3) berpengaruh dan signifikan terhadap variabel dependen (motivasi kerja) karyawan pada Kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau dengan cara membandingkan Thitung dengan Ttabel dengan tingkat kepercayaan sebesar sebesar 95% (α = 0,05). Hasil uji T dari perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : 394
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
Model
Tabel Hasil Pengujian Uji T (Parsial) Coefficientsa Unstandardize Standardize d Coefficients d Coefficients B Std. Beta Error (Constant)
9,217
1,671
imbalan 1,042 0,187 0,59 kontingenn manajemen 0,167 0,139 0,136 ekspsi aktif manjemen 0,027 0,162 0,019 1 eksepsi pasif b. Dependent Variable: Motivasi kerja Sumber : kuiseoner yang diolah dalam SPSS,2014
T
5,51 5 5,55 6 1,20 7 0,16 9
Sig.
0 0 0,233 0,867
Berdasarkan perhitungan Ttabel 4.25 di atas dapat diterangkan pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau sebagai berikut : a. Variabel Imbalan Kontingen (X1) Nilai Thitung menunjukkan bahwa variabel imbalan kontingen (X1) sebesar 5,556 maka bila dibandingkan dengan nilai Ttabel sebesar 2,119 maka Thitung (5,556 > 2,119). Maka dapat disimpulkan bahwa variable imbalan kontingen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja (Y). b. Variabel Manajemen Espsi Aktif (X2) Nilai Thitung menunjukkan bahwa variabel manajemen eksepsi aktif (X2) sebesar 1,207 maka bila dibandingkan dengan nilai Ttabel sebesar 2,119 maka Thitung (1,207< 2,119). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel manajemen eksepsi aktif secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja (Y). c. Variabel Manajemen Eksepsi Pasif (X3) Nilai Thitung menunjukkan bahwa variabel manajemen eksepsipasif (X3) sebesar 0,169 maka bila dibandingkan dengan nilai Ttabel sebesar 2,119 maka Thitung (0,169< 2,119). Maka dapat disimpulkan bahwa variable manajemen eksepsi pasif secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja (Y).
395
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
Pembahasan Pada hasil penelitian diperoleh persamaan regresi Y = 9,217+ 1,042 X1 + 0,167 X2 + 0,027 X3hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen yang terdiri dari imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif, berdasarkan hasil penelitianvariabel kepemimpinan taransaksional berpengaruh terhadap variabel motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau. Maka jika ditingkatkan lagiakan mendorong meningkatnya motivasi kerja. Nilai positif koefisien regresi masing-masing variabel yang diteliti, memberikan arti jika salah satu variabel bebas ditambah sebesar satu-satuan akan memberikan sumbangan terhadap motivasi kerja karyawan, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan. Dari hasil penelitian, maka dapat diperoleh dari nilai korelasi (hubungan) yang menggambarkan keeratan hubungan antara variabel bebas (imbalan ontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif) terhadap variabel motivasi karyawan menjelaskan bahwa adanya hubungan yang sedang/cukup. Hal ini dapat dibuktikan dengan interval koefisien Sugiyono (2008:231), yang menyatakan bahwa nilai hubungan dengan interval 0,400 – 0,599 masuk dalam kategori sedang/cukup. Nilai R square menunjukkan nilai sebesar 0,618 atau 61,8%, hal ini dapat diartikan bahwa sekitar 61,8% variabel yang mempengaruhi motivasi kerja adalah variabel imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, manajemen eksepsi pasif sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian. Pada uji F (simultan) hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yang terdiri dari imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau dikarnakan hasil yang didapat Thitung(11,541> 2,76). Dan pada kenyataan yang ada pada perusahaan bahwa Imbalan Kontingen, Manajemen Eksepsi Aktif dan Manajemen Eksepsi patif bersama-sama mumpunyai pengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Kerja Karyawan. Pada uji T (parsial) hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen tersebut, hanya terdapat satu variabel yang secara terpisah berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada kantorPT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau yaitu variabel imbalan kontingen. Adapun pembahasan berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut : a. Pengaruh Imbalan Kontingen Secara Parsial Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel imbalan kontingen (X1)hasil yang didapat 5,556 sedangakan Ttabel itu sendiri 2,119 maka Thitung (5,556 > 2,119).Secara 396
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan (Y) pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau. Pimpinan terkadang memberikan imbalan dalam memperlakukan karyawan. Prilaku pimpinan ini membuat karyawan terus termotivasi dalam bekerja. b. Pengaruh Manajemen Eksepsi Aktif Secara Parsial Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel manajemen eksepsi aktif (X 2) hasil yang didapat 1,207untuk Ttabel 2,119tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan (Y) pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau karena Thitung (1,207<2,119). Pada perusahaan manajemen eksepsi aktifpimpinan selalau mengawasi bawahan dengan begitu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan meminimalkan tingkat kesalahan yang timbul selama proses kerja berlangsung. Seorang pemimpin transaksional tidak segan mengoreksi dan mengevaluasi langsung kinerja bawahan meskipun proses kerja belum selesai.Tindakan tersebut dimaksud agar bawahan mampu bekeja sesuai dengan standar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan. Akhirnya terjadi ketidakpuasan bawahan terhadap pimpinan yang pada akhirnya motivasi kerja karyawan akan menurun karena karyawan merasa tidak nyaman dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, manajemen eksepsi aktif juga dapat berdampak buruk pada perusahaan seperti menurunnya motivasi kerja karyawan dan menurunnya kinerja karyawan. c. Pengaruh Manajemen Eksepsi Pasif Secara Parsial Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel manajemen eksepsi pasif (X3)0,169 tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan (Y) pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera dengan Thitung yang ada (0,169< 2,119). Pada perusahaan manajemen eksepsi pasif hanya diterapkan pimpinan jika masih terdapat ada pekerjaan yang belum terselesaikan pimpinan memberikan sanksi kepada karyawan. Sanksi yang di berikan terkadang terlalu berat dan tidak sesuai dengan kesalahan. Hal tersebut terkadang dapat mendatangkan keuntungan seperti kecepatan dalam bertindak, sehingga untuk sementara memungkinkan adanya peningkatan kinerja karyawan. Tapi penerapan itu juga dapat menimbulkan kerugian, antara lain berupa suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga motivasi kerja karyawan lama kelamaan akan hilang. Oleh karena itu, manajemen eksepsi pasif juga dapat berdampak buruk pada perusahaan seperti menurunnya motivasi kerja karyawan dan menurunnya kinerja karyawan.
397
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
Penutup Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dan pengujian koefisien determinasi (R2) sebesar 0,382menunjukkan bahwa imbalan kontingen (X1), manajemen eksepsi aktif (X2), dan manajemen eksepsi pasif (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi kerja (Y), sehingga Hayang menyatakankepemimpinan transaksional berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau. Sedangkan H0 yang menyatakankepemimpinan transaksional tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada kantorPT. Wijaya Sukses Sejahtera ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan uji F (uji simultan) diketahui bahwa Fhitung> dari Ftabelsebesar (11,541> 2,76)sehingga Ha yanga menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau diterima. Sedangkan H0 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau ditolak. Berdasarkan hasil analisis uji T ( uji parsial) menunjukkan bahwa variabel imbalan kontingen (X1) diperoleh hasil(5,556 > 2,119), maka Ha ditolak dan H0 diterima, ini berarti variabel imbalan kontingen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Variabel manajemen eksepsi aktif (X2) diperoleh hasil(1,207< 2,119), maka Ha ditolak dan H0 diterima, ini berarti variabel manajemen eksepsi aktif secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja.Variabel manajemen eksepsi pasif (X 3) diperoleh hasil (0,169< 2,119), maka Ha diterima dan H0 ditolak, ini berarti variabel manajemen eksepsi pasif secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja.Dari ketiga variabel independen yang terdiri dari imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, dan manajemen eksepsi pasif hanya terdapat satu variabel yang secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja yaitu variabel imbalan kontingen. Sehingga H a yang menyatakan imbalan kontingen mempunyai pengaruh dominan terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau diterima. Sedangkan H0menyatakanimbalan kontingen tidak mempunyai pengaruh dominan terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera di Kabupaten Berau ditolak. Berdasarkan hasil pengujian koefisien korelasi (R) sebesar sebesar 0,618 atau 61,8%diketahui bahwa dari ketiga variabel independen yang terdiri dari imbalan kontingen, manajemen eksepsi aktif, manajemen eksepsi pasif telah menunjukkan hubungan yang kuat terhadap motivasi kerja karyawan pada kantor PT. Wijaya Sukses Sejahtera.
398
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Terhadap Motivasi Kerja (Taruk T D A)
Hendaknya imbalan kontingen diberi penambahan lagi, karena terbukti dengan memperhatikan kepentingan karyawan, memberikan imbalan berupa penghargaan dan jaminan kesehatanbagi karyawan untuk memberikan mampu meningkatkan motivasi kerja. Hendaknya komonikasi yang baik dan interaksi yang baik pula diciptakan oleh pimpinan pada bawahan, serta sikap yang bijaksana. Agar karyawan mudah dalam memahami dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam proses kerja. Hendaknya pimpinan lebih memperhatikan aspek-aspek yang bisa meningkatkan motivasi kerja karyawan yang belum terdapat pada perusahaanprogram keselamatan kerja. Karena dengan aspek tersebut karyawan akan lebih termotivasi sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan akan lebih efektif dan lebih maksimal. Daftar Pustaka Arep dan Tanjung 2003. Manajemen Motivasi, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta. Arikunto, 2006.Manajemen Penelitian, Cetakan ketujuh, Rineke Cipta, Jakarta. As'ad. M, 2003. Psikologi Industrie Seri Emu Sumber Daya Manusia, Liberty, Jakarta. Bass, B.M, 1985. Leadership and Performance Beyond the Expectations, Pree Press, New York. Bass B.M. dan Avolio, B.J, 1993. Transformational Leadership dan Organizational Culture, Public Administration Querterly, New York. Burns, A, 2008, “Kharisma and Leadership in Organization”, London: Sage. Bycio et al, 1995. Conceptualization of Transactional and Transformational Leadership, Journal of Aplied Psychology, 80(4):468-78, America. Jewell, L.N dan Siegall, M, 1998. Psikologi Industri dan Organisasi Modern, Arcan, Jakarta. Mangkunegara dan Prabu Anwar, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Rivai, Veithzal, 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rivai, Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Robbins, Stephen P, 2006. Perilaku Organisasi, terjemahan Benyamin Molan, PT Index Kelompok Gramedia, Jakarta. Robbins, Stephen P, 2001. Organizational Behaviour (Terjemahan) jilid 1, Edisi Kedelapan, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Robbinsdan Judge, 2008. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2, Salemba Empat, Jakarta.
399
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 3, 2014: 386-400
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Kedua, Alfabeta, Bandung. Sugiyono, 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Yogyakarta:Graha Ilmu Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Keenam belas, Alfabeta, Bandung. S.P. Hasibuan H. Malayu, 1996. Organisasi dan Motivasi, Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta. S.P. Hasibuan H. Malayu, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
400